skenario c blok 18
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

Skenario C blok 18
Tristan, anak laki-laki, usia 18 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa duduk dan merangkak.
Tristan anak pertama dari usia Ibu 27 tahun. Lahir spontan dengan bidan dengan kehamilan 39
minggu. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali. Segera
setelah lahir langsung menangis. Berat badan lahir 3.250 gram. Pada saat usia 6 bulan Tristan
mengalami kejang yang disertai demam dan dirawat di RS selama 2 minggu. Sebelum terkena
kejang dan demam itu Tristan sudah bisa tengkurap bolak-balik, sudah bisa tersenyum ke arah
ibunya dan perkembangan lainnya sesuai usia. Sejak keluar dari RS Tristan mulai terlihat malas
bergerak dan hanya bisa tengkurap saja. Sampai saat ini belum bisa duduk dan merangkan,
belum bisa makan nasi, sehingga masih diberi bubur saring dan susu. Tristan juga belum bisa
makan biskuit sendiri. Tristan sudah mengoceh, tapi belum bisa memanggil mama dan papa, bila
menginginkan sesuatu dia selalu menangis.
Pemeriksaan fisik:
Berat badan 7,5 kg, panjang badan 75 cm, lingkar kepala 45 cm. Tidak ada gambaran dismorfik.
Anak sadar, kontak mata baik, mau melihat dan tersenyum kepada pemeriksa. Menoleh ketika
dipanggil namanya dengan keras. Terdapat gerakan yang tidak terkontrol. Pada posisi tengkurap
dapat mengangkat dan menahan kepala beberapa detik. Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3,
lengan dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex tendon meningkat. Pada waktu diangkat
ke posisi vertical kedua tungkai saling menyilang. Tidak ada kelainan anatomi pada kedua
tungkai dan kaki. Hasil Tes bera: respon suara telinga kanan dan kiri 30 dB
I. Klarifikasi istilah
1. Kejang : perubahan fungsi otak mendadak sebagai akibat aktivitas neuro yang
abnormal dan sebagai listrik serebral yang berlebihan
2. Merangkak : Merangkak : Bergerak dengan bertumpu pada tangan dan lutut
3. Dismorfik : kelainan bentuk
4. Tes bera : (brainstem evoked respone audiometry) suatu tes yang bersifat
obyektif, tidak invasive untuk memeriksa respon elektrofisiologis saraf
pendengaran sampai batang otak dengan memberikan rangsangan bunyi.
1

5. Reflek tendon : reflek yang ditimbulkan oleh ketukan tajam pada tendon atau otot
di tempat yang tepat sehingga menghasilkan pengerutan segera otot tersebut yang
diikuti oleh kontraksinya.
II. Identifikasi masalah
1. Tristan anak laki-laki 18 bulan dibawa ke klinik karena belum bisa duduk dan
merangkak
2. Pada saat usia 6 bulan Tristan mengalami kejang yang disertai demam dan di
rawat di RS selama 2 minggu
3. Sejak keluar dari RS : Tristan mulai terlihat malas bergerak dan hanya bisa
tengkurap saja
4. Kondisi Tristan saat ini :
- belum bisa duduk dan merangkak
- belum bisa makan nasi sehingga masih di beri bubur saring dan susu
- Tristan juga belum bisa makan biscuit sendiri
- Bisa mengoceh tapi belum bisa memanggil mama dan papa, bila
menginginkan sesuatu dia selalu manangis
5. Pemeriksaan fisik
Berat badan 7,5kg, panjang badan 75 cm, lingkar kepala 45 cm, menoleh ketika di
panggil namanya dengan keras. Terdapat gerakan tidak terkontrol, pada posisi
tengkurap dapat mengangkat danmenhan kepala beberapa detik. Kekuatan kedua
lengan dan tungkai kaku dan susah untuk di tekuk, reflex tendon meningkat. Pada
waktu diangkat ke posisi vertical kedua tungkai silang menyilang. Hasil tes bera :
respon suara telinga kanan dan kiri 30 dB
III. Analisis masalah
1. Apa penyebab kejang ?
Demam ( meningitis )
Factor keturunan
2

Traum kepala
Hipoksia otak
Hidrosefalus
Gangguan perkembanfan otak (CP)
Intracranial : ensefalitis, meningitis
2. Bagaimana hubungan antara kejang dan demam pada kasus ?
Sel dikelilingi oleh membrane (permukaan dalam : lipid, permukaan luar : ionic)
dalam keadaan normal, membrane sel neuron dapat dengan mudah dilalui oleh
ion Kalium dan sangat sulit oleh ion Natrium serta elektrolit lainnya kecuali
Klorida konsentrasi ion Kalium dalam sel neuron tinggi, konsentrasi ion
Natrium rendah dan sebaliknya di luar sel neuron perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel perbedaan potensial membrane neuron
keseimbangan potensial ini dapat diganggu oleh berbagai faktor :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
2. Rangsangan mendadak (mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitar)
3. Perubahan patofisiologi dari membrane neuron itu sendiri karena penyakit
Pada kasus, kemungkinan Tristan menderita infeksi (meningitis / ensefalitis)
demam (kenaikan suhu 1oC akan meningkatkan metabolisme basal 10-15% dan
meningkatkan kebutuhan oksigen 20%) mengubah keseimbangan dari
membrane sel neuron dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium
maupun Natrium melalui membrane sel lepasnya aliran listrik meluas ke
seluruh bagian sel maupun membrane sel dan sekitarnya kejang (ambang
batasnya berbeda setiap anak). Kejang yang disertai demam : meningitis,
ensefalitis
3. Bagaimana perkembangan anak usia 18 bulan ?
Pertumbuhan Normal anak laki-laki 18 bulan :
BB normal menurut WHO : 8,75 – 13,75 kg
TB normal menurut WHO : 77 – 88 cm
3

LK normal menurut CDC : 45,6 – 50 cm
Perkembangan anak usia 18 bulan :
Motorik kasar : dapat berlari dengan kaku, dapat naik tangga dengan tangan
berpegangan
Motorik halus : dapat menyusun 4 kubus
Bahasa : dapat menyebutkan 1 / lebih nama bagian tubuh
Sosial : bisa makan sendiri
4. Apa dampak kejang terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada anak ?
Dampak pada pertumbuhan :
Dapat merusak hipofisis yang mempengaruhi GH pertumbuhan terganggu
dan bisa karena asupan gizi
Dampak ke perkembangan :
Infeksi Meningitis reaksi inflamasi pelepasan sitokin merusak sel-sel
otak intracranial infection terjadi gangguan saraf motorik
5. Apa makna klinis dari malas bergerak pada kasus ?
Anak CP (mula-mula infeksi) Kelainan alat gerak akibat Cerebral Palsy, otot
rangka (volunter) hipotonus berkembang menjadi tegang (spastik) dimana
terganggu pada motoriknya sulit melakukan aktivitas yang menggunakan
tangan seperti makan-minum, menulis, menggambar dan sebagainya.
6. Bagaimana intrpretasi pemeriksaan fisik ?
Kasus Normal Interpretasi
BB 7,5 kg BB menurut umur
WHO berkisar 8,75
– 13,75 kg
BB/umurdibawah
persentil (-3)
Gizi Buruk
PB 75 cm TB menurut umur
WHO berkisar 77 -
PB / BB for age diantara
persentil (-2) dan (-3)
4

88 cm Gizi Buruk
Lingkar Kepala 45 cm LK menurut umur
CDC berkisar 45,6
– 50 cm
Dibawah persentil 5
Gizi Buruk
Gambaran
dismorfik
- - Normal, Bukan sindrom
Down.
Sadar, kontak
mata baik, mau
melihat dan
tersenyum
kepada
pemeriksa
+ +
Melihat dan
tersenyum
Interaksi sosial baik.
Bukan autisme.
Menoleh ketika
dipanggil
namanya
Menoleh saat
dipanggil
dengan keras
Menoleh ketika
dipanggil
Kemungkinan adanya
gangguan pendengaran
Gerakan tidak
terkontrol
+ - (pada usia 4 bulan
harus sudah
menghilang)
Gangguan UMN,
keterlambatan motorik
halus, CP diskinetik
Pada posisi
tengkurap
dapat
mengangkat
dan menahan
kepala
beberapa detik
Bisa Bisa Normal sejak anak usia 6
bln. Otot-otot leher sudah
mampu menopang kepala.
Kekuatan
kedua lengan
dan tungkai
3 Nilai normalnya 5 :
tidak ada
kelumpuhan.
Refteks tendon meningkat
tapi tungkai sulit di
gerakkan secara pasif, Dapat
melawan gaya gravitasi
Kelemahan anggota gerak
(tetraplegia)
5

Lengan dan
kedua tungkai
kaku dan susah
untuk ditekuk
kaku Tidak kaku dan
dapat ditekuk
Tetra plegi rigid, spastic
Reflex tendon
meningkat
+ - Tetraplegia tipe spastik
Kedua tungkai
saling
menyilang
ada Kedua tungkai
lurus
Kelemahan otot/ ggn
neurologis,
CP Tetraplegia tipe spastik
Tidak ada
kelainan
anatomi pada
kedua tungkai
dan kaki
Tidak ada
kelainan
Tidak ada kelainan Normal
TES BERA 30dB
(kiri kanan)
0-25dB
(kiri –kanan)
Tuli Ringan
7. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik ?
Berat badan
CP gangguan otot oromotor gangguan bicara dan gangguan menelan
intake berkurang
Lingkar kepala
Infeksi 6 bulan masih ada pertumbuhan otak 0,3 % tergangggu
mikrosefali
Tuli ringan
pada meningitis inflamasi langsung pada n. auditorius
Gerakan tidak terkontrol,reflex tendon meningkat
Gangguan traktus UMN tonus otot meningkat Lengan dan tungkai kaku
dan susah ditekuk (fenomena pisau lipat),Refleks tendon ↑,Posisi vertical kedua
8. Apa diagnosis banding kasus ini ?
6

- Retardasi metal
- global development delay ( gangguan perkembangan pada motorik kasar,
kemandirian dan sosialisasi, motorik halus, gangguan bahasa ) CP
menyebabkan global development delay
9. Apa pemeriksaan tambahan kasus ini ?
MRI kepala menunjukkan adanya kelainan struktur maupun kelainan bawaan
CT scan kepala menunjukkan adanya kelainan struktur maupun kelainan
bawaan
Pemeriksaan penglihatan (untuk menentukan status fungsi penglihatan)
EEG
Biopsi otot.
10. Bagaimana cara menegakkan diagnosis dan WD ?
DIAGNOSA
Anamesis : apabial ada dua gangguan dari motorik yaitu motorik, bahasa dan
kemandiriannya
Pemeriksaan fisik : BB 7,5kg PB 75cm LK 45 cm, terdapat gerakan tidak
terkontrol, kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan tungkai kaku dan
susah untuk di tekukkan, reflex tendon meningkat, pada waktu diangkat ke
posisi vertical kedua tungkai saling menyilang,
Pemeriksaan penunjang : TES BERA respon telinga kanan dan kiri 30 dB
WD : GDD ec CP, gizi buruk, mirosefali dan tuli ringan
11. Apa etiologi dan factor resiko kasus ini ?
Palsi serebrlis dapat disebabkan faktor genetik ataupun faktor lainnya. Apabila
ditemukan lebih dari 1 anak menderita CP maka kemungkinan disebabkan faktor
genetik. Sedangkan hal-hal lainnya yang diperkirakan sebagai penyabab CP
dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan saat terjadinya.
7

1. Pranatal
2. Perinatal
3. Postnatal
- Trauma kepala
- Meningitis/Ensefalitis yang terjadi pada 6 bulan pertaman kehidupan
- Racun : logam berat dan CO
Pada kasus kita kemungkinan CP terjadi karena Meningitis/Ensefalitis.
12. Apa epidemiologi kasus ini ?
Angka kejadian 1; 1000 kelahiran, laki-laki > perempuan , sering pada anak
pertama karena biasanya sering ada penyulit persalinan
13. Bagaimana patofisiologi kasus ini ?
8
Demam dan kejang

14. Apa manifestasi kasus ini ?
9
Cerebral palsy
Terjadi infeksi pada n. auditorius
Gangguan sensorineural
Infeksi kranial
Pelepasan sitokin
Asupan makan menurun
Gangguan motorik spastik
Gangguan bahasa dan motorik
hipotoni
Reseptor GABA menurun
Gangguan oromotor
Gerakan tidak terkontrol (diskenetik)
Gangguan/kerusakan lorteks atau basal ganglia
Global development delay
Gangguan pertumbuhan
Gizi buruk
mikrosefali

Terdapat spastisitas, terdapat gerakan-gerakan involunter seperti atetosis,
khoreoatestosis, tremor dll
Terdapat ataksia, gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum
Menetapnya refleks primitive dan tidak timbulnya refleks-refleks yang lebih
tinggi
Masalah penglihatan yang biasanya muncul adalah juling
Kehilangan pendengaran
Kesulitan makan dan gangguan komunikasi
Gangguan pertumbuhan
Kesulitan belajar
Gangguan tingkah laku
15. Bagaimana tatalaksana kasus ini ?
Tujuan tatalaksana bukan membuat anak seperti anak normal lainnya. tetapi
mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut seoptimal
mungkin, sehingga diharapkan anak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
bantuan atau dengan sedikit bantuan.
sehingga dalam menangani anak dengan palsi serebralis, gharus memperhatikan
berbagai aspek dan diperlukan kerjasama multi disiplin seperti disiplin anak,
saraf, mata, THT, bedah ortopedi, bedah syaraf, psikologi, rehabilitasi medik, ahli
wicara, pekerja sosial, dan guru sekolah luar biasa. Disamping itu peran orang tua
dan masyarakat.
Penatalaksanaan palsi serebralis dibagi menjadi 2 aspek
ASPEK MEDIS
a. Aspek medis umum
Gizi: gizi yang baik perlu bagi setiap anak, khususnya bagi penderita ini.
karena sering terdapat kelainan p-ada gigi, kesulitan menelan, sukar untuk
menyatakan keinginan untuk makan. pencatatan rutin perkembangan berat
badan anak perlu dilakukan
10

Hal lain yang sewajarnya dilaksanakan: imunisasi, perawatan kesehatan, dan
lain-lain
b. terapi dengan obat-obatan
diberi obat-obatan sesuai dengan kebutuhan anak, seperti obat-oabatan untuk
relaksasi otot, anti kejang, untuk atetosis, ataksia, psikotropik, dan lain-lain
c. terapi melalui pemebedahan ortopedi
banyak hal yang dapat dibantu dengan tindakan ortopedi, misalnya tendon
yang memendek akibat kekakuan/spastisistas otot, rasa sakit yang terlalu
menggangu dan lain-lain yang dengan fisioterapi tidak berhasil. tujuan
tindakan ini adalah untuk stabilitas, melemahkan otot yang terlalu kuat atau
untuk transfer dari fungsi.
d. fisioterapi
- teknik tradisional
latihan luas gerak sendi, “streching”, latihan penguatan dan peningkatan
daya tahan otot, latihan duduk, latihan berdiri, latihan pindah, latihan
jalan,. contohnya teknik dari deaver.
- “motor function training” dengan menggunakan sistemkhusus, yang
umumnya dikelompokkan sebagai neuromuskular facilitation excercises.
dimana digunakan pengetahuan neurofisiologidan neuropatologi dari
refleks didalam latihan, untuk mencapai suatu postur dan gerak yang
dikehendaki. Secara umum konsep latihan ini berdasarkan prinsip bahwa
dengan beberapa bentuk stimulasi akan ditimbulkan reaksi otot yang
dikehendaki, yang kemudian bila dilakuakn berulang-ulang akan
berintergrasi ke dalam pola gerak motorik yang bersangkutan.
e. terapi okupasi
terytama latihan untuk melakukan akvitas sehari-hari, evaluasi penggunaan
alat bantu, latihan keterampilan tangan dan aktivitas bimanual. latihan
bimanual ini dimaksudkan agar menghasilkan pola dominan pada salah satu
sisi hemisfer otak.
f. ortotik
11

dengan menggunakan brace dan bidai, tongkat ketiak, tripod, walker, kursi
roda, dll.
g. terapi wicara
ASPEK NON MEDIS
a. pendidikan
memerlukan pendidikan khusus (sekolah luar biasa)
b. pekerjaan
pemeberian kesempatan kerja tetap diperlukan agar dapat meningkatkan harga
diri bagi penderita yang bersangkutan
c. masalah sosial
diperlukan pekerja sosiala untuk menyelesaikannya
d. lain-lain
rekreasi, olahraga, kesenian, dan aktivitas-aktivitas kemasyarakatan perlu
dilaksanakan oleh pederita ini.
16. Apa prognosis kasus ini ?
Vitam : dubia
Fungsional : dubia ad malam
17. Apa komplikasi kasus ini ?
1. Ataksi
2. Katarak
3. Hidrosepalus
4. Retardasi Mental
IQ di bwh 50, berat/beban dari otak motoriknya IQ rendah nya, dengan suatu
ketegangan [menyangkut] IQ yang yang lebih rendah.
5. Strain/ ketegangan
12

Lebih sering pada qudriplegia dan hemiplegia
6. Pinggul Keseleo/ Kerusakan
Sering terjadi pada quadriplegia dan paraplegia berat.
7. Kehilangan sensibilitas
Anak-anak dengan hemiplegia akan kehilangan sensibilitas.
8. Hilang pendengaran
Atrtosis sering terjadi terpasang, tetapi bukan pada anak spaskis.
9. Gangguan visual
Bermata juling, terutama pada anak-anak prematur dan quadriplegia.
10.Kesukaran bicara
Penyebab: disartria, Retardasi mental, hilang pendengaran, atasi kortikal,
gangguan emosional dan mungkin sebab gejala lateralisasi pada anak
hemiplagia.
11.Lateralisasi
Dominan pada anak [sebelum/di depan] [yang] normal nya dan yang di /
terpengaruh oleh gejala hemiplegia, kemudian akan ada berbagai kesulitan
untuk pindah;gerakkan pusat bicara
12. Inkontinensia
RM, dan terutama oleh karena berbagai kesulitan pada pelatihan kamar kecil.
13.penyimpangan Perilaku
Tidak suka bergaul, dengan mudah dipengaruhi dan mengacaukan
ketidaksuburan/kemandulan.
13

18. Bagaimana tindakan preventif kasus ini ?
Imunisasi penyebab-penyebab yang mungkin bisa menyebabkan ensefalitis
meningitis
Menghindari trauma kepala dengan menciptakan lingkungan yang aman untuk
bayi, permukaan tempat bermain dibuat dari bahan-bahan yang lembut
Pengawasan suhu bayi jika bayi mengalami demam
19. Apa KDU kasus ini ?
3A
IV. Hipotesis
Tristan anak laki-laki 18 bulan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan
ec cerebral palsy akibat kejang demam.
V. Kerangka konsep
14
Tristan anak laki-laki 18 bulan

VI. Sintesis
1. TAHAP-TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK
15
Global development delay
Gizi buruk
Gangguan oromotor
Gangguan motorik
Cerebral palsy
Demam dan kejang
mikrosefaliGangguan perkembangan dan kemandirian
Gangguan sensorineural (tuli ringan )
Gangguan perkembangan motorik
Gangguan perkembangan bahasa

Kurun waktu pertumbuhan dan perkembangan anak adalah 18 tahun 40 minggu, yaitu
kurun waktu dari saat konsepsi sampai akhir masa remaja atau adolesen. Secara garis besar
dibedakan 3 aspek tumbuh kembang anak yaitu tumbuh kembang fisis, intelektual, dan
psikososial.
Pertumbuhan fisis
Pertumbuhan fisis dapat dinilai melalui ukuran berat badan, panjang atau tinggi badan,
lingkar kepala, dan lingkar lengan atas. Berat badan merupakan tanda pertumbuhan yang paling
sering digunakan, karena mudah berubah dan mudah diukur. Berat badan mencerminkan
kesehatan dan keadaan gizi anak saat itu. Berat badan sangat terpengaruh oleh keadaan sehat
tidaknya seorang anak. Pertumbuhan fisis dapat dinilai baik dengan pemeriksaan klinis maupun
dengan metode antropometri yang disebut status gizi.
Pada masa pranatal pertumbuhan janin sangat dipengaruhi oleh asupan makanan ibu.
Pertumbuhan cepat terjadi terutama pada trimester terakhir kehamilan ibu. Berat lahir sangat
penting diketahui karena penggambaran secara sederhana pertumbuhan intra uterin. Berat lahir
bayi cukup bulan berkisar antara 3000-3500 gram. Selanjutnya pada triwulan pertama
penambahan berat badan berkisar antara 1000-1250 gram/bulan, triwulan kedua 500-600
gram/bulan, triwulan ketiga 350-450 gram/bulan, dan triwulan akhir 250-350 gam/bulan. Perlu
dilakukan pengamatan secara berkala dan teratur sehingga diperoleh kurva berat badan yang
mengikuti pertumbuhan normal sesuai usia dan jenis kelamin.
Pada masa pra sekolah kenaikan berat badan rata-rata 2 kg/tahun. Pertumbuhan konstan
mulai berakhir dan dimulai pacu tumbuh pra remaja dengan kenaikan berat badan 3-3,5
kg/tahun. Selanjutnya diikuti dengan pacu tumbuh adolesen. Pada anak perempuan mulai usia 8-
10 ½ tahun sedangkan anak laki-laki usia 10-12 ½ tahun Panjang badan merupakan ukuran yang
sangat terpercaya sebagai indikator pertumbuhan. Pada pengukuran panjang badan sangat
dipengaruhi oleh jenis kelamin, suku bangsa, dan sosial ekonomi. Tinggi badan merupakan
indikator yang baik untuk gangguan pertumbuhan fisis yang sudah lewat (stunting). Tinggi
badan pengukurannya lebih sukar dilakukan, dan pertambahannya relatif lebih kecil jika
dibandingkan dengan pertambahan berat badan . Panjang badan saat lahir berkisar antara 45 cm
– 55 cm, rata-rata 50 cm. Pada usia 1 tahun panjang badan sekitar 2 kali panjang lahir. Untuk
usia di atas 1 tahun dapat dipergunakan rumus sebagai berikut : usia (tahun) x 6 + 77 cm.
16

Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial, dan dapat dipakai untuk penilaian
pertumbuhan otak. Pertumbuhan lingkar kepala yang paling pesat adalah pada 6 bulan pertama
kehidupan. Oleh karena itu manfaat pengukuran terbatas pada 6 bulan pertama sampai usia 3
tahun. Kurva L.K. Nellhaus dapat dipergunakan sebagai acuan pengukuran lingkar kepala.
Dari penelitian-penelitian neurofisiologi penglihatan diketahui bahwa perkembangan
penglihatan sangat pesat terjadi dalam 6 bulan pertama sesudah bayi lahir, dan masih terus
berkembang sampai sempurna pada usia 8-10 tahun. Fiksasi monokular sudah ada sejak bayi
lahir dan berkembang sempurna usia 6 – 9 minggu. Pada usia 2-3 bulan bayi sudah dapat
mengikuti dengan baik benda-benda yang digerakkan di depannya.
Pendengaran merupakan salah satu panca indera manusia. Segera setelah lahir
memperlihatkan refleks moro atau refleks kejut bila mendengar bunyi dengan intensitas tinggi.
Usia 4 bulan bayi bereaksi dengan senyuman. Pada usia 4-6 bulan bayi mulai memutar kepala ke
arah sumber bunyi. Usia 10-12 bulan bayi sudah dapat melokalisir bunyi dari segala arah,
verbalisasi mulai berkembang untuk satu kata seperti ma-ma, pa-pa.
Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus
Ketrampilan motorik atau gerak pada anak dibagi dalam 2 katagori, yaitu ketrampilan tangan dan
ketrampilan kaki. Perkembangan motorik kasar adalah ketrampilan anak untuk menggunakan
otot-otot besar dari anak tersebut. Secara garis besar rata-rata usia pencapaian kemampuan
motorik kasar pada bayi dan anak adalah sebagai dalam tabel dibawah ini.
Pencapaian kemampuan tersebut mempunyai variasi luas, setiap anak berbeda dalam pencapaian
kemampuan tersebut. Masing-masing perkembangan mempunyai kurun waktu pencapaian atau
milestones perkembangan. (lihat Tabel 1)
Perkembangan motorik halus mencakup kemampuan gerak tangan dan jari serta koordinasi
antara penglihatan dan kemampuan gerakan tangan dan jari. Contohnya seperti menjimpit,
menggenggam atau menggambar. Kemampuan pemecahan masalah visual-motorik halus
merupakan indikator yang baru dari intelegensi di kemudian hari. Kemampuan ini dipengaruhi
oleh matangnya fungsi motorik berupa postur dan koordinasi saraf otot yang baik, fungsi
penglihatan yang akurat, dan kecerdasan. (lihat Tabel 2)
Jenis perkembangan Umur
17

Tengkurap
Terlentang dari tengkurap
Duduk ditopang
Duduk tanpa ditopang
Merayap
Duduk sendiri
Merangkak
Rambatan
Berjalan
Berjalan mundur
Berlari
Berjalan naik tangga
Melompat
4 bulan
5 bulan
5 bulan
6 bulan
7 bulan
8 bulan
8 bulan
9 bulan
12 bulan
14 bulan
16 bulan
20 bulan
27 bulan
Tabel 1. Tahapan perkembangan motorik kasar
18
VISUAL
- fiksasi pandangan
- mengikuti benda melalui garis tengah
- mengetahui adanya benda kecil
MOTORIK HALUS
- telapak tangan terbuka
- menyatukan kedua tangan
- memindahkan benda antara ke dua
tangan
- meraih unilateral
- pincer grasp imatur
- pincer grasp matur dengan jari
- melepaskan kubus di bawah gelas
MENGGAMBAR
- mencoret 12 bulan
- meniru membuat garis
- membuat garis spontan
- membuat garis horizontal & vertikal
- meniru membuat lingkaran
- membuat lingkaran spontan tanpa
melihat contoh
PEMECAHAN MASALAH
- memeriksa benda 7-8 bulan
- melemparkan benda 9 bulan
- membuka penutup mainan 10 bulan
- meletakkan kubus di bawah gelas 11
bulan
MELAKSANAKAN TUGAS
- memasukkan biji ke dalam botol 12
- melepaskan biji dengan meniru 14
- melepaskan biji spontan
MENYUSUN KUBUS (SISI KUBUS
2,5 cm)
- menyusun 2 kubus 15 bulan
- menyusun 3 kubus 16 bulan
- kereta api dengan 4 kubus 2 tahun
- kereta api dengan cerobong asap
- jembatan dari 3 kubus 3 tahun
- pintu gerbang dari 5 kubus 4 tahun
Lahir
2 bulan
5 bulan
3 bulan
4 bulan
5 bulan
6 bulan
9 bulan
11 bulan
12 bulan
12 bulan
15 bulan
18 bulan
25-27 bulan
30 bulan
3 tahun
7-8 bulan
9 bulan
10 bulan
11 bulan
12 bulan
14 bulan
16 bulan
15 bulan
16 bulan
2 tahun
2 ½ tahun
3 tahun
4 tahun

Perkembangan Psikososial, kognitif dan moral
Perkambangan psikososial adalah proses perkembangan mental emosional seseorang dalam
usahanya menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pengalaman-pengalamannya. Sedangkan
perkembangan kognitif meliputi pengembangan proses pikir dan kemampuan intelektual /
inteligentif lainnya. Perkembangan moral meliputi proses belajar menyesuaikan dengan norma
perilaku yang diterima lingkungan masyarakat / budaya di mana seseorang itu hidup.
19
Kemampuan berbahasa Usia
Reaksi terhadap suara
Senyum sosial
Mengeluarkan suara agguu-aguu
Menggumam
Mengucapkan dadada, dada
Kata pertama yang benar
Kata kedua yang benar
Kata baru 4-6 kata
Menguasai 7 – 20 kata
Menguasai 50 kata, kalimat pertama (2 kata)
Kalimat terdiri dari 3 kata
Perbendaharaan sampai 14.000 kata, menyebut
3 kata sifat, kegunaan benda, bicara sebagian /
seluruhnya dimengerti, menyebut 4 warna,
menyebut jenis kegiatan
Pengertian akan bahasa lebih kompleks,
ucapan dan nada sudah lebih jelas dan bulat
0,5 bulan
5 minggu
2 bulan
6 bulan
8 bulan
11 bulan
12 bulan
12-15 bulan
16-17 bulan
18 –30 bulan
2 – 3 tahun
3 – 5 tahun
6 tahun
Tabel 3. Perkembangan fungsi berbahasa

Tabel 1-5 dikutip dari Buku Pedoman PelatihanDETEKSI DINI & PENATALAKSANAAN
KORBAN CHILD ABUSE and NEGLECT (2004)
2. PALSI SEREBRAL
Definisi
20

Suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu
masih muda (sejak dilahirkan) dan merintangi perkembangan otak normal dengan gambran
klinis dapt berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan,
disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan
serebelum dan kelainan mental.2
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yangterjadi pada suatu kurun waktu
dalam perkembangan anak,mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat,
bersifatkronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum
selesai pertumbuhannya. Walaupunlesi serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi
perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasiserebral.3
Epidemiologi
Merupakan kelainan motorik yang banyak ditemukan pada anak
Angka kejadian 1-5 per 1000 anak
Laki-laki lebih sering dari pada wanita
Sering terdapat pada anak pertama
Angka kejadian lebih tinggi pada bayi BBLR, anak kembar, ibu diatas usia 40 th, dan ibu
multipara
Etiologi dan Faktor resiko
Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tigaperiodeyaitu:
1) Pranatal :
a) Malformasi kongenital.
b) Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainanjanin (misalnya; rubela,
toksoplamosis, sifihis, sitomegalovirus, atau infeksi virus lainnya).
c) Radiasi.
d) Tok gravidarum.
e) Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta,plasenta previa, anoksi maternal, atau
tali pusat yang abnormal).
2) Perinatal :
a) Anoksia/hipoksia.
b) Perdarahan intra kranial.
21

c) Trauma lahir.
d) Prematuritas.
3) Postnatal :
a) Trauma kapitis.
b) Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis, ensefalomielitis.
c) Kern icterus.
Beberapa penelitian menyebutkan faktor prenatal dan perinatal lebih berperan daripada
faktor pascanatal. Studi olehNelson dkk (1986) menyebutkan bayi denganberat lahir rendah,
asfiksia saat lahir, iskemi prenatal, faktorgenetik, malformasi kongenital, toksin, infeksi
intrauterin merupakan faktor penyebab cerebral palsy.
Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat lahir,sedangkan faktor perinatal
yaitu segala faktor yang menyebabkan cerebral palsy mulai dari lahir sampai satu bulan
kehidupan. Sedangkan faktor pasca natal mulai dari bulan pertamakehidupan sampai 2
tahun, atau sampai 5tahun, atau sampai 16 tahun.
22

Klasifikasi
Berdasarkan gejala klinis maka pembagian cerebral palsyadalah sebagai berikut:
1) Tipe spastis atau piramidal.
Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah :
a) Hipertoni (fenomena pisau lipat).
b) Hiperrefleksi yang djsertai klonus.
c) Kecenderungan timbul kontraktur.
d) Refleks patologis.
Secara topografi distribusi tipe ini adalah sebagai berikut:
23

2) Tipe ekstrapiramidal
Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter,seperti atetosis,
distonia, ataksia.Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan
retardasimental. Di samping itu juga dijumpai gejala hipertoni, hiperrefleksi
ringan, jarang sampai timbul klonus.Pada tipe ini kontraktunjarang ditemukan,
apabila mengenaisaraf otak bisa terlihat wajah yang asimetris.
3) Tipe campuran
Gejala-gejalanya merupakan campuran kedua gejala di atas,misalnya
hiperrefleksi dan hipertoni disertai gerakan khorea.
Berdasarkan derajat kemampuan fungsional.
24

1) Ringan:
Penderita masih bisa melakukan pekerjaanlaktifitas sehari-hari sehingga
sama sekali tidak atau hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusus.
2) Sedang:
Aktifitas sangat terbatas. Penderita membutuhkan bermacam-macam
bantuan khusus atau pendidikan khusus agardapat mengurus dirinya sendiri,
dapat bergerak atau berbicara.Dengan pertolongan secara khusus, diharapkan
penderita dapatmengurus diri sendiri, berjalan atau berbicara sehingga
dapatbergerak, bergaul, hidup di tengah masyarakat dengan baik.
3) Berat:
Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisikdan tidak
mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain.Pertolongan atau pendidikan
khusus yang diberikan sangat Sedikit hasilnya. Sebaiknya penderita seperti ini
ditampung dalamrumah perawatan khusus. Rumah perawatan khusus ini
hanyauntuk penderita dengan retardasi mental berat, atau yang
akanmenimbulkan gangguan sosial-emosional baik bagi keluarganyamaupun
lingkungannya.
Manifestasi Klinik
Gambaran klinik cerebral palsy tergantung dari bagian dan luasnyajaringan otak yang
mengalami kerusakan.
1) Paralisis
Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia. Kelumpuhan
ini mungkin bersifat flaksid, spastikatau campuran.
2) Gerakan involunter
Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengantonus yang dapat bersifat
flaksid, rigiditas, atau campuran.
3) Ataksia
25

Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum. Penderita biasanya
memperlihatkan tonus yang menurun(hipotoni), dan menunjukkan perkembangan motorik
yang terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua pergerakanserba canggung.
4) Kejang
Dapat bersifat umum atau fokal.
5) Gangguan perkembangan mental
Retardasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anakdengan cerebral palsy terutama
pada grup tetraparesis, diparesisspastik dan ataksia. Cerebral palsy yang disertai dengan
retardasimental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yangcukup lama, sehingga
terjadi atrofi serebri yang menyeluruh.
Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebritidak mengalami kerusakan
menyeluruh dan masih ada anggotagerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan
dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental akan
dapat dipengaruhi secara positif.
6) Mungkin didapat juga gangguan penglihatan (misalnya:hemianopsia, strabismus, atau
kelainan refraksi), gangguanbicara, gangguari sensibilitas.
7) Problem emosional terutama pada saat remaja
Penatalaksanaan
Pada penderita cerebral palsy mempunyai banyak kelainan sesuai dengan lesi yang terjadi di
otak, bersama-sama dengan gangguan motorik. Dengan kondisi tersebut penanganan
penderita cerebral palsy memerlukan kerjasama yang baik dan merupakan satu tim yang
terdiri atas dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi,
fisioterapis, okupasional terapis, dokter gigi dan ahli gizi.
Tujuan utama terapi adalah meminimalisasi kecacatan dan meningkatkan kemampuan
untuk beraktifitas mandiri, fungsi sosial dan intelektual.Tujuan pengobatan bukan membuat
anak menjadi seperti anak normal lainnya, tetapi mengembangkan sisa kemampuan yang ada
pada anak tersebut seoptimal mungkin, sehingga diharapkan anak dapat melakukan aktifitas
sehari-hari tanpa bantuan atau dengan sedikit bantuan.
26

Penatalaksanaan untuk Cerebral Palsy terdiri dari:
Terapi non farmakologis
- Edukasi dan motivasi keluarga
Orang tua dididik bagaimana menangani anaknya pada aktivitas harian seperti makan,
menggendong, memakai pakaian, mandi, dan bermain-main dengan cara yang akan
membatasi pengaruh tonus otot abnormal.
- Fisioterapi (untuk motorik kasar)
Fisioterapi segera dimulai secara intensif dan dilakukan sepanjang penderita hidup, orang
tua dapat membantu latihan di rumah. Fisioterapi meliputi:
Teknik tradisional
Meliputi latihan gerak sendi, latihan penguatan dan peningkatan daya tahan
otot, serta latihan duduk, berdiri dan jalan.
Motor function training” dengan menggunakan system khusus, yang umumnya
dikelompokkan sebagai “neuromuscular facilitation exercise”. Dimana
digunakan pengetahuan neurofisiologi dan neuropatologi dari refleks didalam
latihan, untuk mencapai suatu postur dan gerak yang dikehendaki. Secara umum
konsep latihan ini berdasarkan prinsip bahwa dengan beberapa bentuk stimulasi
akan ditimbulkan reaksi otot yang dikehendaki, yang kemudian bila ini
dilakukan berulang-ulang akan berintegrasi ke dalam pola gerak motorik yang
bersangkutan.
Contohnya adalah teknik dari Phelps, Fay-Doman, Bobath, Brunnstrom, Kabat-
Knott-Vos.
- Terapi Okupasi (untuk motorik halus)
Okupasional terapi meliputi latihan fungsi tangan, aktifitas bimanual, latihan aktifitas hidup
sehari-hari, modifikasi tingkah laku dan sosialisasi.
- Terapi wicara
Bertujuan untuk mengembangkan anak agar dapat berbahasa secara pasif dan aktif.
- Terapi Ortotik
Dilakukan dengan penggunaan bracing.
27

Bertujuan untuk mengurangi beban aksial, stabilisasi, untuk pencegahan, dan koreksi
deformitas.
Pemakaian nightsplint mengambil keuntungan dari tonus yang menurun yang terjadi selama
tidur untuk menambah regangan otot antagonis yang lemah.
Alat bantu yang dipergunakan berupa kruk ketiak, rolator, walker, dan kursi roda
manual/listrik.
- Pemakaian alat bantu
Pada penderita tipe spastik quadriplegia ditatalaksana dengan kursi roda bermotor, alat
makan khusus, pembiasaan cara duduk.
- Pendidikan
Mengingat selain kecacatan motorik, juga sering disertai kecacatan mental, maka pada
umumnya pendidikannya memerlukan pendidikan khusus (SLB).
Terapi farmakologis
1. Relaxan otot golongan benzodiazepin dan baklofen.
2. Botolinum toxin (Botox) intramuskuler dapat mengurangi spastisitas untuk 3-6 bulan. Hal
ini akan meningkatkan luas gerak sendi atau range of movement (ROM), menurunkan
deformitas, meningkatkan respon terhadap fisioterapi dan okupasional terapi, dan
mengurangi tindakan operasi untuk spastisitas.
Bagaimanakah peluang tumbuh kembang anak dengan palsi serebral di kemudian hari?
Peluang tumbuh kembang pasien palsi serebral tergantung dari beratnya kerusakan jaringan
otak yang terjadi dan tatalaksana kelainan motorik dan kelainan lain yang menyertainya.
Deteksi dini dan rehabiltasi sedini mungkin akan memberikan hasil tumbuh kembang yang
optimal. Tatalaksana pasien palsi serebral bersifat multidisiplin, dapat melibatkan dokter
anak, dokter rehabilitasi medis, dokter mata, dokter THT, dokter saraf, dokter bedah
ortopedi, terapis, ahli gizi dan lainnya tergantung dari kelainan yang ada pada pasien. Perlu
diketahui bahwa tidak semua pasien palsi serebral mempunyai kepandaian yang kurang.
Palsi serebral yang hanya mengenai ke dua ekstremitas bawah umumnya mempunyai
kepandaian yang sama seperti anak normal. Deteksi dini dan stimulasi dini terus menerus
akan menghasilkan tumbuh kembang anak yang paling maksimal.
28

3. EVOKED RESPONSE AUDIOMETRY
Dikenal juga sebagai Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA), Evoked Response
Audiometry (ERA) atau Auditory Brainstem Audiometry (ABR) yaitu suatu pemeriksaan untuk
menilai fungsi pendengaran dan fungsi N.VIII. caranya dengan merekam potensial listrik yang
dikeluarkan sel koklea selama menempuh perjalanan mulai telinga dalam hingga inti-inti tertentu
di batang otak. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan elektroda permukaan yang
dilekatkan pada kulit kepala atau dahi dan prosesus mastoid atau lobules telinga. Cara
pemeriksaan ini mudah, tidak invasif dan bersifat objektif.
Prinsip pemeriksaan BERA adalah menilai perubahan potensial listrik di otak setelah
pemberian rangsang sensoris berupa bunyi. Rangsang bunyi yang diberikan melalui headphones
akan menempuh perjalanan melalui saraf ke N.VIII di koklea (gelombang I), nucleus koklearis
(gelombang II), nucleus olivarius superior (gelombang III(), lemnikus lateralis (gelombang IV),
kolikulus inferior (gelombang V) kemudian menuju ke korteks auditorius di lobus temporal otak.
Perubahan potensial listrik di otak akan diterima oleh ketiga elektroda di kulit kepala, dari
gelombang yang timbul di setiap nucleus saraf sepanjang jalur saraf pendengaran tersebut dapat
dinilai bentuk gelombang dan waktu yang diperlukan dari saat pemberian rangsang suara sampai
mencapai nucleus-nukleus tersebut. Dengan demikian setiap keterlambatan waktu untuk
mencapai masing-masing nucleus saraf dapat memberi arti klinis keadaan saraf pendengaran
maupun jaringan otak disekitarnya. BERA dapat memberikan informasi mengenai keadaan
neurofisiologi, neuroanatomi dari saraf-saraf tersebut hingga pusat-pusat yang lebih tinggi
dengan menilai gelombang yang timbul lebih akhir atau latensi yang memanjang.
Pemeriksaan BERA sangat bermanfaat terutama pada keadaan tidak memungkinkan
dilakukan pemeriksaan pendengaran biasa, misalnya pada bayi, anak dengan gangguan sifat dan
tingkah laku, intelegensia rendah, cacat ganda, kesadaran menurun. Pada orang dewasa dapat
untuk memeriksa orang yang berpura-pura tuli (malingering) atau ada kecurigaan tuli saraf
retrokoklea.
29

Cara melakukan pemeriksaan BERA, menggunakan tiga buah elektroda yang diletakkan
di vertex atau dahi dan di belakang kedua telinga (pada processus mastoideus), atau pada kedua
lobules auricular yang dihubungkan dengan preamplifier. Untuk menilai fungsi batang otak pada
umumnya digunakan bunyi rangsang Click, karena dapat mengurangi artefak. Rangsang ini
diberikan melalui headphones secara unilateral dan rekaman dilakukan pada masing-masing
telinga. Reaksi yang timbul akibat rangsang suara sepanjang jalur saraf pendengaran dapat
dibedakan menjadi beberapa bagian. Pembagian ini berdasarkan waktu yang diperlukan mulai
dari saat pemberian rangsang suara sampai menimbulkan reaksi dalam bentuk gelombang, yaitu
Early response timbul dalam waktu kurang dari 10 mili detik, merupakan reaksi dari batang otak.
Middle response antara 10-50 mili detik, merupakan reaksi dari thalamus dan korteks auditorius
primer, Late response antara 50-500 mili detik merupakan reaksi dari area auditorius primer dan
sekitarnya.
Salah satu faktor penting dalam menganalisa gelombang BERA adalah menentukan masa
laten, yaitu waktu (milidetik) yang diperlukan sejak stimulus diberikan sampai terjadi evoked
potential untuk masing-masing gelombang (gel I sampai IV). Dikenal 3 jenis masa laten (1) masa
laten absolute dan (2) masa laten antar gelombang (interwave latency atau interpeak latency) dan
(3) masa laten antar telinga (interaural latency). Masa laten absolute gelombang I adalah waktu
yang dibutuhkan sejak pemberian stimulus sampai timbulnya gelombang I. masa laten antar
gelombang adalah selisih waktu antar gelombang misalnya masa laten antar gelombang I-III, III-
V, I-V. masa laten antar telinga yaitu membandingkan masa laten absolute gelombang yang
sama pada kedua telinga. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemanjangan masa laten
fisiologik yang terjadi bila intensitas stimulus diperkecil. Terdapatnya pemanjangan masa laten
pada beberapa frekuensi menunjukkan adanya suatu gangguan konduksi.
30

DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi, Nurma. 2008. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Cerebral Palsy Spastic
Diplegi Dengan Terapi Latihan Metode Bobath Di YPAC Surakarta. KTI tidak diterbitkan.
Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Buranda, Theopilus. dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Pratiwi, Gusti. 2011. Karakteristik Penderita Cerebral Palsy yang mendapatkan pelayanan
Fisioterapi di Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Program Studi Fisioterapi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Tim Penyusun. 2002. Modul1 :Tumbuh Kembang Anak Normal Sebagai Tolok Ukur
Kemampuan Gerak Anak CP. Pemda Provinsi Sul-Sel Dinas Kesehatan.
31

32