skenario blok jiwa
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Kelompok 8 mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada Dosen pembimbing tutorial skenario A blok 20, sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan baik.
Tidak lupa kelompok 8 mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah memberi dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlah nya sehingga kelompok 8 dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario A blok 20.
Ucapan terima kasih juga kepada teman-teman sejawat di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya atas semua semangat dan dukungannya, sehingga perjalanan blok per blok yang seharusnya sulit dapat dilewati dengan mudah.
Kelompok 8 menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata mendekati sempurna. Oleh karena itu kelompok 8 mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di penyusunan laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua.
Palembang, 30 Oktober 2013
Penyusun,
Kelompok 8DAFTAR ISI
Kata Pengantar
1Daftar Isi
2BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
3
BAB II
Pembahasan
2.1. Data Tutorial
4
2.2. Skenario Kasus
5
2.3. Paparan
I.Klarifikasi Istilah
6II.Identifikasi masalah
7III.Analisis Masalah
8IV.Learning Issues
33V.Kerangka Konsep 42BAB III Penutup
3.1. Kesimpulan
43DAFTAR PUSTAKA
44BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Jiwa dan Fungsi Luhur merupakan blok 20 pada semester 5 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis memaparkan kasus yang diberikan mengenai Autisme Spectrum DisorderAdapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:
1. Sebagailaporantugaskelompoktutorialyangmerupakanbagiandarisistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenario ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DataTutorial
Tutor
: dr. Rasrinam Rasyad, SpS(K)Moderator
: Ali Zainal AbidinSekretaris Papan: Gunna Sundary ThirumalaiSekretaris Meja
: Charisma Tiara RamadhaniHari, Tanggal
: Senin, 28 Oktober 2013
Rabu, 2 Oktober 2013Peraturan
: 1. Alat komunikasi di nonaktifkan
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
3. Dilarang makan dan minum
2.2 SKENARIO A BLOK 20Pradipta, laki-laki, usia 3 tahun, dibawa ke klinik tumbuh kembang karena belum bisa bicara dan tidak bisa diam. Pradipta anak pertama dan anak tunggal dari ibu berusia 25 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 40 minggu. Selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan. Segera setelah lahir langsung menangis, tidak ada riwayat kejang. Saat ini Pradipta tidak pernah mau menoleh bila dipanggil, suara yang dikeluarkan hanyalah bahasa planet yang tidak dimengerti. Dia juga tidak bisa bermain dengan teman sebaya dan selalu menolak kontak mata. Di samping itu Pradipta selalu bergerak, berlari ke sana kemari tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya seperti mau terbang. Tidak suka dipeluk dan akan menjadi histeris bila mendengar suara keras. Bila memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan pendamping.
Pemeriksaan Fisik:
Berat badan 16 kg, panjang badan 95 cm, lingkar kepala 54 cm. Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, tidak ada kontak mata, tidak mau melihat dan tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Selalu mengepak-ngepakkan lengannya. Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh). Tidak pernah menunjuk sesuatu, tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat ke tangan pemeriksa. Bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan hanya bagian rodanya saja.Tidak ada kelainan neurologis. Tes pendengaran normal. Tes Denver terdapat keterlambatan di sektor bahasa dan perilaku.2.3 PaparanI. Klarifikasi Istilah
1. Belum bisa bicara: Keterlambatan dalam mengucapkan kata-kata
2. Tidak bisa diam: Bergerak aktif tanpa dikoordinasi3. Lahir spontan
: Proses lahir bayi pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan URI, tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir4. Kejang
: Kontraksi involunter atau serangkaian kontraksi dari otot-otot volunter.5. Bahasa planet
: Kata-kata yang tidak mempunyai makna atau arti yang hanya bisa dimengerti oleh si pengucap kata-kata.6. Histeris
: Meluap- luap , dramatis7. Dismorfik
: Kelainan bentuk muka. Gambaran penderita Sindroma Down8. Tes Denver
: Uji untuk identifikasi keterlambatan perkembangan pada bayi dan anak-anak prasekolah
II. Identifikasi Masalah
1. Pradipta, laki-laki, usia 3 tahun, dibawa ke klinik tumbuh kembang karena belum bisa bicara dan tidak bisa diam.
2. Pradipta anak pertama dan anak tunggal dari ibu berusia 25 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 40 minggu.
3. Saat ini Pradipta tidak pernah mau menoleh bila dipanggil, suara yang dikeluarkan hanyalah bahasa planet yang tidak dimengerti.
4. Dia juga tidak bisa bermain dengan teman sebaya dan selalu menolak kontak mata.
5. Di samping itu Pradipta selalu bergerak, berlari ke sana kemari tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya seperti mau terbang. Tidak suka dipeluk dan akan menjadi histeris bila mendengar suara keras. Bila memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan pendamping.
6. Pemeriksaan Fisik:Berat badan 16 kg, panjang badan 95 cm, lingkar kepala 54 cm. Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, tidak ada kontak mata, tidak mau melihat dan tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Selalu mengepak-ngepakkan lengannya. Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh). Tidak pernah menunjuk sesuatu, tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat ke tangan pemeriksa. Bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan hanya bagian rodanya saja.
Tidak ada kelainan neurologis. Tes pendengaran normal. Tes Denver terdapat keterlambatan di sektor bahasa dan perilaku.III. Analisis Masalah1. Pradipta, laki-laki, usia 3 tahun, dibawa ke klinik tumbuh kembang karena belum bisa bicara dan tidak bisa diam.
a) Apa hubungan jenis kelamin, usia dengan keluhan ?Jenis kelamin : gangguan autistic 4-5 kali lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Anak perempuan dengan gangguan autistic lebih besar kemungkinannya memilik retardasi mental
Usia: berdasarkan onset usia 25% kasus pada usia 1 tahun ,50% pada usia 2 tahun, 25% setelah 2 tahunb) Bagaimana etiologi dan mekanisme belum bisa bicara ?Etiologi:
Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Berikut ini adalah beberapa penyebab gangguan bicara :a. Gangguan PendengaranAnak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin).
b. Kelainan Organ BicaraKelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring.
c. Retardasi MentalRedartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan bahasa. Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.
d. Genetik Heriditer dan Kelainan KromosomGangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Sebagai contoh, menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.
e. Kelainan Sentral (Otak)Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah.
f. AutismeGangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
g. Mutism SelektifMutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.
h. Gangguan Emosi dan Perilaku LainnyaGangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal, gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya
i. Alergi MakananAlergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan bicara pada anak. Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada gangguan pencernaan dan kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak sangat pesat perkembangan bicaranya.
j. Deprivasi LingkunganDalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya. Mekanisme:
Gangguan komunikasi verbal maupun non verbal, seperti terlambat bicara, mengeluarkan kata-kata dalam bahasanya sendiri yang tidak dapat dimengerti, echolalia, dst. Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian depan yang dikenal sebagai lobus frontalis (lobus frontalis mempunyai fungsi sebagai aktivitas motorik, intelektual, perencanaan konseptual, aspek kepribadian, dan aspek produksi bahasa). Kemper dan Bauman menemukan berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperan dalam proses memori). c) Bagaimana etiologi dan mekanisme tidak bisa diam ?Gangguan pada bidang perilaku yang terlihat dari adanya perilaku yang berlebih dan kekurangan seperti impulsif, hiperaktif, repetitif namun dilain waktu terkesan pandangan mata kosong, melakukan permainan yang sama dan monoton.dr . Chatijah Satrio Wibowo SpKJ dari Bagian Ilmu Penyakit Jiwa Fakultas Kedokteran UnPad, menyatakan bahwa bahan kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin 5-hydroxytryptamine (5-HT), yaitu neurotransmiter atau penghantar sinyal di sel-sel saraf. Sehingga anak autis cendrung agresivitas, hiperaktivitas, dan memiliki perilaku menyakiti diri sendiri. Selain itu terjadi peningkatan dopamin dalam otak dan gangguan pada lobus frontalis dan gangglia basalis yang berperan dalam representasi dalam Action plans, motoric plans, dan working memory sehingga terjadi gangguan pengaturan motorik
d) Bagaimana perkembangan anak usia 3 tahun yang normal dan apa maknanya dia belum bisa bicara dan tidak bisa diam ?Pada anak usia 3 tahun normal menunjukkan sudah dapat berbicara bebas pada diri sendiri, orang lain, bahkan dengan mainannya, mampu berbicara lancar, dan bermain dengan kelompok. Anak kadang merasa puas bila bermain sendiri untuk waktu yang lama dan mulai menyenangi kisah seseorang/tokoh dalam film.Pada umur 1,5 3 tahun, tingkah laku anak :- Anak mempunyai kebutuhan social
- Belajar atau mengenal bahaya- Mengetahui peraturan dan disiplin- Belajar mematuhi peraturan sosial dan mengetahui kebersihan
- Anak belajar adanya hadiah / hukuman (Reward and Punishment).
2. Pradipta anak pertama dan anak tunggal dari ibu berusia 25 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 40 minggu.
a) Bagaimana peran faktor genetic dalam kasus ini ?Anak dengan autistic 2-4% sanak saudaranya terkena gangguan autistic.
80 % pada kembar monozigot, dan 20% untuk kembar dizigot.
Sindrom X rapuh tampaknya berhubungan dengan gangguan autistic, tetapi jumlah orang dengan kedua gangguan autistic dan Sindrom X adalah tidak jelas
3. Saat ini Pradipta tidak pernah mau menoleh bila dipanggil, suara yang dikeluarkan hanyalah bahasa planet yang tidak dimengerti.a) Mengapa dia tidak pernah mau menoleh bila dipanggil sedangkan tes pendengarannya normal ?Adanya kurang respon terhadap stimuli sensorik contoh terhadap suara Mengabaikan ucapan yang diarahkan kepadanya Tidak menoleh ketika dipanggil namanya.Anak autistik dapat mengabaikan bunyi normal atau keras dan berespon pada bunyi yang lembut atau rendah.Pada anak autis terdapat keabnormalan di area lobus temporal (Area Wernick) --> tidak mengerti apa yang diucapkan oleh orang lain --> tidak menoleh bila dipanggil.b) Apa makna dari Pradipta mengeluarkan bahasa planet yang tidak dimengerti ?30 s.d. 40% indivicu dengan autis tidak pernah menggunakan bahasa untuk komunikasi mereka. Keterlambatan dalam bahasa merupakan salah satu chief komplain orang tua tersering.
Ketika orang dengan autis berbicara, mereka mungkin melakukan ekolali dan ciri dari bahasanya adalah aspek sosial dari bahasa lambat berkembang.
4. Dia juga tidak bisa bermain dengan teman sebaya dan selalu menolak kontak mata.
Apa makna dari tidak bisa bermain bersama dengan teman sebaya dan selalu menolak kontak mata ?Interaksi sosial anak autistik dibagi dalam 3 kelompok yaitu: a. Kelompok yang menyendiri, umumnya anak ini menerik diri, acuh tak acuh, akan kesal bila diadakan pendekatan sosial dan menunjukkan perilaku dan perhatian yang terbatas atau tidak hangat.
b. Kelompok pasif, dpat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain jika pola permainannya disesuaikan dengan dirinya.
c. Kelompok aktif tapi aneh, secara spontan akan mendekati anak lain namun interaksi ini sering kali tidak sesuai dan sering hanya sepihak. Walaupun mereka berminat untuk mengadakan hubungan karena ketidakmampuan mereka untuk memhami aturan-aturan yang berlaku dalam interaksi sosial. Kesadaran sosial yang kurang menyebabkan mereka baik dalam bentuk vokal maupun ekspresi wajah. Hal ini menyebabkan anak autis tidak dapat berempati kepada orang lain.Hal ini menunjukkan adanya gangguan interaksi sosial penderita dalam beraktivitas bersama-sama dengan orang lain yang ditandai dengan tidak aktifnya daerah otak yang memproses ekspresi wajah (daerah lobus temporalis) & emosi (amygdala) selama melakukan tugas tersebut. Kerusakan lobus temporalis menyebabkan anak kehilangan perilaku sosial yang diharapkan, kegelisahan, perilaku motorik berulang dan kumpulan perilaku terbatas.
Beberapa penyebab lain:
Peningkatan homo vanilic acid (metabolit utama dari dopamine) dalam cairan serebrospinal disertai dengan peningkatan penarikan diri dan stereotipik. Temuan lain, penurunan sel purkinje di serebelum mungkin menyebabkan kelainan atensi, kesadaran dan proses sensorik Ditemukan kelainan pada lobus temporalis ( penarikan diri. Adanya gangguan komunikasi pada penderita autistic Faktor neurokimiawi ( adanya peningkatan opioid endogen (enchepalin dan endhorpine) yang mengakibatkan anak anak tersebut merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Teori Emphatizing Systemizing ( teori ini menyimpulkan bahwa pada anak autistic tedapat gangguan pada otak yang membuat kecenderungan otak untuk membentuk sistem sendiri untuk anak tersebut (Systemizing) sehingga sistem ini menutupi kemampuan anak untuk berempati pada lingkungan sekitarnya (Emphatizing). Akibatnya anak tersebut merasa lebih asik bermain sendiri daripada bergaul dengan orang lain.5. Di samping itu Pradipta selalu bergerak, berlari ke sana kemari tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya seperti mau terbang. Tidak suka dipeluk dan akan menjadi histeris bila mendengar suara keras. Bila memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan pendamping.
a) Apa makna klinis pradipta selalu bergerak, berlari kesana kemari tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-ngepakan lenganya seperti mau terbang ?Selalu bergerak ke sana kemari tanpa tujuan Jawab:
Serebelum mempunyai peranan penting dalam fungsi motorik, mengatur pergerakan otot secara terkoordinasi dan seimbang. Kerusakan pada daerah serebelum ( gerakan menjadi tidak terkoordinasi dan tidak bertujuan ( Anak autism selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan.
Adanya peningkatan neurotransmitter serotonin ( anak menjadi lebih aktif (hiperaktivitas)
sering melakukan gerakan mengepak-ngepakan lenganya seperti mau terbang !
Sering melakukan gerakan mengepak-ngepakan lengannya seperti mau terbang ini merupakan stereotipic atau gerakan berulang yang terjadi akibat adanya abnormalitas cerebelum (kegagalan perkembangan sel otak untuk menyatu dengan benar dan tidak membentuk jaringan koneksi seperti dalam perkembangan otak normal atau putusnya sinaps).b) Apa makna klinis tidak suka dipeluk dan akan menjadi histeris bila mendengar suara keras ?Makna klinis nya menunjukkan bahwa anak dengan gangguan autistic memiliki gangguan dalam persepsi sensoris (anak-anak autistik mungkin responsif secara berlebihan atau kurang responsif terhadap stimuli sensorik, contoh suara dan nyeri) dalam kasus ini,penderita menjadi histeris bila mendengar suara keras. Pada anak dengan gangguan autistik juga menunjukkan gangguan interaksi sosial sehingga anak tidak suka dipeluk c) Apa makna klinis dari bila memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan pendamping ?Makna klinis: kemungkinan mengalami keterlambatan dalam pekembangan komunikasi verbal, karena adanya gangguan pada area broca dan wernick yang merupakan fungsi untuk kemampuan berbahasa, sehingga ia akan menarik tangan ibunya sebagai caranya untuk menyampaikan keinginannya. Hal ini merupakan bentuk komunikasi non verbal yang mana pada autism lebih dominan daripada komunikasi verbal 6. Pemeriksaan Fisik:Berat badan 16 kg, panjang badan 95 cm, lingkar kepala 54 cm. Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, tidak ada kontak mata, tidak mau melihat dan tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Selalu mengepak=ngepakkan lengannya. Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh). Tidak pernah menunjuk sesuatu, tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat ke tangan pemeriksa. Bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan hanya bagian rodanya saja.
Tidak ada kelainan neurologis. Tes pendengaran normal. Tes Denver terdapat keterlambatan di sektor bahasa dan perilaku.a) Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari masing-masing pemeriksaan fisik ?KASUSNILAI NORMALINTERPRETASI
berat badan 16 Kgbb :2n + 8 = (3x2)+8 = 14 kg 11.3-18.3 kg
normal
Panjang badan 95 cmtb : umurx6 + 77 = (3x6)+77 = 95cm95-101.5 cmnormal pendek
Lingkar kepala 54 cm48 cm (berdasarkan kurva nellhaus)Terjadi percepatan pertumbuhan otak secara abnormal dengan fungsi abnormal pada usia pra natal sampai usia 2 atau 3 tahun. Yaitu adanya Pembesaran volume otak tidak merata yang terdapat hanya pada bagian tertentu (pada substansi putih otak besar dan otak kecil serta substansi kelabu otak besar).Namun mulai usia 6 tahun sampai remaja, terjadi perlambatan pertumbuhan otak sehingga volume otak pada remaja dan dewasa yang autis lebih kecil dibanding otak normal.
b) Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan tes Denver ?Delay / keterlambatan Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan uji coba yang terletak lengkap disebelah kiri garis umur.
c) Bagaimana cara melakukan tes Denver ?I.Pengertian DDST (Denver Development Screening Test)DDST adalah salah satu metodescreeningterhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. (Soetjiningsih, 1998).
II.Fungsi DDSTDDST digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada anak umur 1 bulan sampai 6 tahun.
III.Aspek-aspek Perkembangan yang DinilaiDalam DDST terdapat 125 tugas-tugas perkembangan dimana semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi :
A.Personal Social (Perilaku Sosial)Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, seperti:
1. Menatap muka
2.Membalas senyum pemeriksa
3.Tersenyum spontan
4.Mengamati tangannya
5.Berusaha menggapai mainan
6.Makan sendiri
7.Tepuk tangan
8. Menyatakan keinginan
9. Daag-daag dengan tangan
10. Main bola dengan pemeriksa
11.Menirukan kegiatan
12.Minum dengan cangkir
13.Membantu di rumah
14.Menggunakan sendok dan garpu
15.Membuka pakaian
16.Menyuapi boneka
17.Memakai baju
18.Gosok gigi dengan bantuan
19.Cuci dan mengeringkan tangan
20.Menyebut nama teman
21.Memakai T-shirt
22.Berpakaian tanpa bantuan
23.Bermain ular tangga / kartu
24.Gosok gigi tanpa bantuan
25.Mengambil makan
B.Fine Motor Adaptive (Gerakan Motorik Halus)Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan dalam:
1. Mengikuti ke garis tengah
2.Mengikuti lewat garis tengah
3.Memegang icik-icik
4.Mengikuti 18005.Mengamati manik-manik
6.Tangan bersentuhan
7.Meraih
8.Mencari benang
9.Menggaruk manik-manik
10. Memindahkan kubus
11.Mengambil dua buah kubus
12.Memegang dengan ibu jari dan jari
13.Membenturkan 2 kubus
14.Menaruh kubus di cangkir
15.Mencoret-coret
16.Ambil manik-manik ditunjukkan
17.Menara dari 2 kubus
18.Menara dari 4 kubus
19.Menara dari 6 kubus
20.Meniru garis vertikal
21.Menara dari kubus
22.Menggoyangkan dari ibu jari
23.Mencontoh O
24.Menggambar dengan 3 bagian
25.Mencontoh (titik)
26.Memilih garis yang lebih panjang
27.Mencontoh yang ditunjukkan
28.Menggambar orang 6 bagian
29.Mencontoh
C.Language (Bahasa)Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan yang meliputi :
1. Bereaksi
2.Bersuara
3.Oooo ? Aaaah
4.Tertawa
5.Berteriak
6.Menoleh ke bunyi icik-icik
7.Menoleh ke arah suara
8.Satu silabel
9.Meniru bunyi kata-kata
10.Papa/mama tidak spesifik
11.Kombinasi silabel
12.Mengoceh
13.Papa/mama spesifik
14.1 kata
15.2 kata
16.3 kata
17.6 kata
18.Menunjuk 2 gambar
19.Kombinasi kata
20. menyebut 1 gambar
21.Menyebut bagian badan
22.Menunjuk 4 gambar
23.Bicara dengan dimengerti
24.Menyebut 4 gambar
25.Mengetahui 2 kegiatan
26.Mengerti 2 kata sifat
27.Menyebut satu warna
28.Kegunaan 2 benda
29.Mengetahui
30.Bicara semua dimengerti
31.Mengerti 4 kata depan
32.Menyebut 4 warna
33.Mengartikan 6 kata
34.Mengetahui 3 kata sifat
35.Menghitung 6 kubus
36.Berlawanan 2
37.Mengartikan 7 kata
D.Gross Motor (Gerak Motorik Kasar)Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh, meliputi kemampuan dalam:
1.Gerakan seimbang
2.Mengangkat kepala
3.Kepala terangkat ke atas
4.Duduk kepala tegak
5.Menumpu badan pada kaki
6.Dada terangkat menumpu satu lengan
7.Membalik
8.Bangkit kepala tegak
9.Duduk tanpa pegangan
10. Berdiri tanpa pegangan
11. Bangkit waktu berdiri
12.Bangkit terus duduk
13.Berdiri 2 detik
14.Berdiri sendiri
15.Membungkuk kemudian berdiri
16.Berjalan dengan baik
17.Berjalan dengan mundur
18.Lari
19.Berjalan naik tangga
20.Menendang bola ke depan
21.Melompat
22.Melempar bola, lengan ke atas
23.Loncat
24.Berdiri satu kaki 1 detik
25.Berdiri satu kaki 2 detik
26.Melompat dengan satu kaki
27.Berdiri satu kaki 3 detik
28.Berdiri satu kaki 4 detik
29.Berjalan tumit ke jari kaki
30.Berdiri satu kaki 6 detik
Cara Mengukur Perkembangan Anak dengan DDSTPada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa setiap kali skrining biasanya hanya berkisar antara 20-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 15-20 menit saja
A. Alat yang Digunakan1. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau- biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas, dan pensil.
2. Lembar formulir DDST
3. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara menilainya.
B. Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:1. Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3 6 bulan, 9 12 bulan, 18 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.
2. Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
C. PenilaianPenilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal, abnormal, meragukan (Questionable) dan tidak dapat dites (Untestable).
1. Abnormal
a. Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
b. Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
2. Meragukan
a. Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
b. Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
3. Tidak dapat dites
a. Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
4. Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.
d) Mengapa Pradipta tidak bisa diajak bermain pura-pura ?Karena anak dengan autism memiliki imajinasi yang minim sehingga tidak bisa bermain pura-puraHal ini berkaitan dengan sebuah hipotesis bahwa anak-anak penderita autisme memiliki kerusakan pemahaman terhadap mental states dirinya dan orang lain yang tidak dapat dilihat secara langsung, seperti kepercayaan dan keinginan. Hal ini didukung oleh theory of mind (ToM) yang memiliki premis kemampuan manusia membaca intensi, kepercayaan, perasaan dan keinginan orang lain berdasarkan perilaku eksternal mereka memiliki dampak besar untuk bertahan hidup dari sebuah evolusi. ToM menyatakan bahwa semua orang, secara alami adalah pembaca pikiran (mind readers). Dan manusia melakukan hal ini secara otomatis dan mengeluarkan sedikit usaha. Anak-anak yang menderita autisme kurang memiliki premis yang dinyatakan oleh ToM sehingga mereka kurang dan bahkan tidak dapat membaca pikiran orang lain. Dan hal ini dapat menjadi sangat membingungkan, misterius, bahkan menakutkan bagi anak-anak penderita autisme. Anak-anak dengan ToM deficits dapat mempelajari, mengingat dan mengetahui hal-hal tentang dunia sosial, namun kurang dapat memahami pengertian dunia sosial tersebut. Namun perlu diingat bahwa ToM deficits tidak dialami oleh semua anak-anak penderita autisme, namun sering dijumpai pada anak-anak penderita autisme.e) Mengapa Pradipta tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk malah melihat ketangan pemeriksa ?Hal ini kemungkinan akibat dari Kegagalan untuk mengembangkan empati dan ketidakmampuan mereka untuk berespon terhadap minat, emosi, dan perasaan orang lain.f) Mengapa Pradipta bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan hanya bagian rodanya saja ?Menandakan ada keterbatasan perilaku, pola, dan minat perkembangan pada anak. Pada tahun pertama kehidupan anak autistic, anak biasanya kurang bermain. Anak autistic biasanya tidak menunjukkan keinginan ingin bermain.7. Apa diagnosis banding yang berkaitan dengan kasus ?PembandingAutisme AspergerADHDMental Retardation
Usia terdeteksi 3tahun40 tahun. Faktor Psikososial dan keluargaAnak dengan autism, seperti anak dengan gangguan lain dapat berespon melalui gejala yang memburuk pada stressor psikososial termasuk perselisihan keluarga, kelahiran saudara kandung, atau pindahnya keluarga. Beberapa anak dengan gangguan autistic dapat sangat sensitive bahkan terhadap perubahan kecil di dalam keluarga serta lingkungan sekitarnya.
Faktor Imunologis
Terdapat beberapa laporan yang mengesankan bahwa ketidakcocokan imunologis dapat turut berperan di dalam gangguan autistic. Limfosit beberapa anak autistic bereaksi dengan antibody maternal, suatu fakta yang meningkatkan kemungkinan jaringan saraf embrionik atau ekstraembrionik rusak selama gestasi.
Faktor Biokimia
Pada beberapa anak autistic, meningkatnya asam homovanilat (metabolit dopamine utama) di dalam cairan serebrospinal menyebabkan meningkatnya stereotype dan penarikan diri. 13. Bagaimana Penatalaksanaannya ?a. Psikofarmakoterapi
Risperidon2x0,1 mg
Haloperidol0,25 3 mg/kgBB/hari
Menurunkan hiperaktivitas, stereotipik, menarik diri, kegelisahan, hubungan objek abnormal, iritabilitas, dan afek yang labil
Thioridazine0,5 3 mg/kgBB/hari
b. Diet
Menghindari casein dan gluten karena dapat berikatan dengan reseptor opiod yang dapat berpengaruh terhadap mood dan tingkah laku.
Beri vitamin A & D untuk meningkatkan kemampuan kontak mata dan behavior, vitamin B dan magnesium membantu perkembangan otak, dan vitamin C sebagai antioksidan serta mengurangi depresi dan confusion.
Hindari makanan yang mengandung pengawet.
c. Edukasi untuk mengikuti:
Applied Behavioral Analysis (ABA)
Memberi pelatihan khusus untuk anak autism dengan cara memberikan pujian.
Terapi wicara
Anak yang mengalami hambatan bicara dilatih dengan proses pemberian reinforcement dan meniru vokalisasi terapis, terapi bicara dalam upaya peningkatan kemampuan komunikasi anak autis.
Kemampuan bersosialisasi
Membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman dan member cara-caranya.
Terapi perilaku
Anak autistic seringkali merasa frustasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya. Mereka banyak hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk.
Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya dnegan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki lingkungannya.
Terapi okupasi
Untuk melatih motorik halus anak, karena gerak-gerik kaku dan kasar.
Terapi perkembanganRDI (Relationship Developmental Intervention), anak dipelajari minatnya, kekuatan dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan intelektualnya.
Terapi bermainTerapis mengajari anak untuk bermain dengan teman sebayanya sehingga dia bisa belajar untuk berkomunikasi, bicara dan interaksi sosial dengan teknik-teknik tertentu.
Terapi visualAnak autis lebih mudah belajar dengan visual dengan metode PECS (Picture Exchange Communication System), metodenya dengan menggunakan gambar-gambar agar lebih mudah belajar komunikasi.
Terapi biomedik
Memeriksakan secara teratur feses, darah, urin dll untuk mencegah adanya gangguan metabolic yang dapat memperparah gejala autis sehingga otak bersih dari gangguan dan bisa berkembang dengan baik.
Terapi sensori integrasi
Untuk melatih kepekaan dan koordinasi daya indra anak autis.
14. Bagaimana Prognosis pada kasus ?Vitam : Bonam
Fungsionam : Ad Bonam
Sanationam : Ad Bonam
Pada gangguan autisme, anak yang mempunyai IQ diatas 70 dan mampu menggunakan komunikasi bahasa mempunyai prognosis yang baik,. Kira-kira dua pertiga orang dewasa autisme bergantung sepenuhnya atau setengah bergantung pada keluarga atau di rumah sakit jiwa. Hanya 1-2% dapat hidup normal dan berstatus independent, dan 5-20% mendapat status normal borderline. 15. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan ?16. Apa saja tindakan preventif yang dapat dilakukan ?Bebapa anak dengan autisme dapat menderita kehilangan semua atau bebrapa kemampuan berbicara yang ada sebelumnya. Anak dengan autisme ada yang ditemukan suka menyakiti diri sendiri, seperti melukai diri sendiri, memukul diri sendiri, bahkan memutilasi diri sendiri tanpa merasa sakit. Jika tidak ditata laksanan dengan baik, anak dengan autisme dapat berkembang dengan gangguan kepribadian yang lebih parah, mereka hidup dengan dunia mereka sendiri tapi tidak menjadi skizofrenia dengan halusinasi atau delusi17. Apa tingkatan Kompetensi Dokter Umum sesuai dengan kasus ?Tingkat Kemampuan 2 Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya
IV. Learning Issue1. Tumbuh Kembang Anak
Perkembangan Pediatric Normal
Perkembangan normal seorang anak dapat dinilai dari beberapa aspek meliputi : (MedlinePlus)
Gross motor : Mengontrol pergerakan kepala, duduk, dan berjalan.
Fine motor: Memegang sendok, memungut benda-benda kecil.
Sensori: Melihat, mendengar, merasakan, menyentuh, membau.
Bahasa
: Dapat berbicara dan memahami perkataanya, mengerti apa yang orang tua mereka dan teman-teman lain katakan. Sosial
: Dapat bermain bersama dengan anggota keluarga dan anak-anak lain.
Berikut parameter dari setiap aspek dari beberapa literature :
a. Verbal
Universitas Indonesia : (Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak UI, edisi 4)UmurLanguage
1 bulanBersuara. Memperhatikan bel.
4 bulanTertawa, membuat dan memperdengarkan suara.
7 bulanBerteriak dengan senang membuat suara. Mendengarkan suaranya sendiri.
10 bulanMengucapkan 1 kata. Memperhatikan namanya.
1 tahunDapat mengucapkan 2 kata atau lebih.
1,5 tahunBerkata-kata tanpa arti. Mengenal gambar.
2 tahunMemakai perkataan yang tidak berarti. Mengerti beberapa petunjuk mudah.
3 tahunBerbicara lengkap dalam kalimat. Menjawab pertanyaan yang mudah.
4 tahunMemakai kata penghubung. Mengetahui kata tambahan.
5 tahunBerbicara lancar. Bertanya mengapa ?
b. Motorik
Universitas Indonesia : (Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak UI, edisi 4)
UmurMotor BehaviorAdaptive
1 bulanKepala merebah, tonic neck reflex, tangan mengepal.Melihat sekitarnya, tracking eye movement ada tapi terbatas.
4 bulanKepala tak merebah lagi, letak simetris, tangan terbuka.Tracking eye movement baik, menggenggam benda yang diberikan padanya.
7 bulanDuduk dengan sokongan kedua tangan, memegang kubus, melihat dan menyentuh kancing.Memindahkan kubus dari satu tangan ke tangan yang lain.
10 bulanDuduk tanpa sokongan tangan, merangkak hingga berdiri.Bermain dengan 2 kubus, yang satu disentuhkan dengan yang lain
1 tahunBerjalan dengan bantuan, duduk bersila. Mengetahui arti kancing, memasukan dan mengambilnya dari botol. Memindahkan kubus kedalam cangkir.
1 6/12 bulanBerjalan tanpa jatuh. Duduk sendiri di kursi kecil. Menyusun tumpukan dengan 3 kubus.Mengeluarkan kancing dari botol.
Meniru coretan garis lurus.
2 tahunBerlari.
Menyusun tumpukan dari 6 kubus.Meniru coretan garis lingkaran.
3 tahunBerdiri dengan 1 kaki tanpa jatuh.
Membuat tumpukan dari 10 kubus.Membuat jembatan dengan 3 kubus. Meniru gambar silang.
4 tahunBerjinjit.Membuat pintu gerbang dengan 5 kubus. Menggambar orang.
5 tahunBerjinjit dengan kaki bergantian.Dapat menghitung 10 sen.
c. Sosial
Universitas Indonesia : (Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak UI, edisi 4)UmurStatus Interaksi SosialTindakan
0-1 bulanBelum adaMenangis & Diam, dipengaruhi oleh stimuli eksternal
Dapat melihat wajah orang.
2-4 bulanAwal reaksi sosialTertawa dan tersenyum bila melihat wajah orang.
Bermain dengan tangan dan pakaian, mengenal botol dan bersiap-siap untuk makan.
5-6 bulanKontak sosial aktifMinta perhatian ortu dengan membuat suara atau menyentuh ortu.
8-12 bulanPerkembangan social aktifMembedakan wajah marah & tidak dengan memalingkan muka. Membedakan suara.
Bertindak ramah pada orang yang dikenal, dan malu pada orang yang belum dikenal.
1-2 tahunPenyempurnaan social aktifAnak mencari mengharapkan ada teman bermain, mencari teman sebaya.
Memberikan mainan bila diminta.
2-4 tahunMasa membangkangAnak berulang-ulang mengatakan saya mau dan akan marah bila tidak terpenuhi.
Sudah mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh ortunya.
5-6 tahunMasa adaptasiAnak mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan, krn pd masa ini terdapat perkembangan kesadaran kewajiban dan pekerjaan.
> 6 tahunMasa berpikir dan emosiAnak mulai malas bekerja (harus dirangsang). Anak mulai tahu membenci dan menyanyangi orang lain, serta menilai sikap lingkungan terhadapnya.
> 9 tahunMasa mandiriAnak sedikit mulai menetang pimpinan dan mencari jalannya sendiri.
2. Autis
Definisi
Autisme berasal dari kata autis yang berarti sendiri, pasien penderita autisme merasa memiliki dunianya sendiri. Biasanya mereka masa bodoh dengan apa yang terjadi di lingkungannya.
Interaksi dengan lingkungan dapat bersifat:
a. Hipersensitif terhadap suara seperti suara AC, bahkan suara pemotong rumput.
b. Hiposensitif, bila jatuh tidak merasa sakit, kulit terluka juga tidak sakit. Tidak takut akan bahaya.
Keterangan di atas menjelaskan bahwa autism dapat memiliki interaksi yang berbeda di antaranya hiposensitif yang ada pada scenario.
Epidemiologi
Autisme Masa Kanak lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3 : 1.
Etiologi :
Dahulu : Faktor psikologis Bruno Bettelheim : Teori Frigid Mother
Sekarang : Gangguan Neurobiologis pada Susunan Syaraf Pusat (SSP)
Faktor risiko :
Gangguan pada Susunan syaraf Pusat disebabkan oleh :
Faktor genetik
Gangguan pertumbuhan sel otak janin, infeksi virus, jamur, pendarahan, keracunan selama hamil muda
Gangguan Pencernaan
Keracunan logam berat (Pb, Hg, Cad)
Gangguan auto imunity
FAKTOR GENETIK :
Mutasi genetik : penyebab multi faktor
Telah ditemukan lebih dari 7 gen yang berhubungan dgn autisme , perlu beberapa gen untuk menimbulkan gejala autisme.
GANGGUAN NEUROBIOLOGIS :
Cerebellum Lobus Parietalis kiri / kanan Lobus Frontalis Sistem Limbik Kerusakan pada myelin sel otak dan bagian dalam (endothel) pembuluh darah otak. Gangguan Neurotransmitter GANGGUAN PENCERNAAN :
Peradangan dari mucosa usus (autistic enterocolitis)
Leaky gut syndrome
Enzim Pencernaan yg kurang
Terlalu banyak jamur dalam usus (yeast overgrowth)
Kekurangan enzim sehingga makanan tidak dicerna secara sempurna
Protein yg sulit dicerna :
Casein ( Susu sapi / domba ), Gluten (Gandum), Casein dan Glutein : rangkaian 20 asam amino, seharusnya terpecah dengan sempurna.
Peptide : 2 ?3 rantai asam amino yg diserap oleh darah dialirkan ke otak. Di Otak menjadi casomorphin dan gluteomorphin.
MEKANISME TERJADINYA AUTISME
Biasanya pasien autis mengalami kehilangan kemampuan sistem imunitas sehingga terjadi inflamatory. Cytokine diproduksi secara berlebihan dalam darah putih, kadarnya meningkat dan hal itu menyebabkan terjadinya abnormal neurology.
Percobaan telah dilakukan terhadap pengaruh asupan gluten dan kasein ke dalam makanan yang akan dikonsumsi oleh anak normal dibandingkan dengan anak penderita autis. Dalam kedua darah anak tersebut dianalisa kandungan cytokine-nya, ternyata kandungan cytokine dalam darah penderita autis meningkat jauh lebih tinggi daripada darah anak normal.
Peningkatan cytokine tersebut dapat menjadi penyebab secara genetik yang kelak akan menyebabkan timbulnya penyakit autisme.
Reaksi Opioid adalah suatu reaksi yang paling merusak. Hal itu biasanya diakibatkan oleh terjadinya kebocoran usus (leaky guts). Sekitar 50% pasien autis mengalami kebocoran usus sehingga terjadi ketidakseimbangan flora usus.
Peptida hasil pemecahan gluten atau kasein dikirim ke otak dan kemudian ditangkap reseptor opioid. Hal ini menyebabkan autisme, kondisi reaksi opioid menyerupai kondisi seperti baru mengkonsumsi obat-obatan serupa morphin atau heroin.
Pada saat dalam kandungan ternyata penderita autis mengalami peningkatan jumlah protein dalam darah, yaitu 3X lebih besar dari anak yang kemudian terlahir normal dan setelah kelahiran terus meningkat hingga mencapai 10X normal. Pada anak normal tidak terjadi mengalami kenaikan. Peningkatan jumlah protein darah yang abnormal pada penderita ini dapat mengacaukan proses migrasi sel normal atau bahkan mematikan sel selama masa perkembangan sistem saraf berlangsung. Perlu diingat bahwa pertumbuhan saraf selama embrio penting untuk membentuk formasi sistem saraf pusat dan sel otak yang baru. Tatalaksana
Tatalaksana (PsikoFarmako)
Pemberian haloperidol (Haldol) (menurunkan gejala perilaku dan mempercepat belajar. Obat menurunkan hioeraktivitas, stereotipik, menarik diri, kegelisahan, hubungan objek abnormal, iritabilitas, dan afek yang labil. Haloperidol dapat digunakan untuk obat jangka panjang.
Fenfluramine (Pondimin) (menurunkan kadar serotonin darah.
Naltroxone (Trexan) (antagonisopiat
Lithium (Eskalith) (diberikan pada perilaku agresif atau melukai diri sendiri jika medikasi lain gagal.
Edukasi
Orang tua jangan menganggap anaknya yang autis itu sebagai beban atau musibah Si anak harus sering diajak keluar rumah, bersama orang tuanya agara si anak menyadari bahwa ada dunia lain diluar dunianya sendiri Orang tua harus memberikan dukungan penuh pada anaknya, karena anak autis membutuhkan dukungan dari orang2 di sekitarnya agar bs sembuh Preventif
Diagnosis dini saat kehamilan.
Prognosis
Vitam : Bonam
Fungsionam : Ad Bonam
Sanationam : Ad Bonam
Pada gangguan autisme, anak yang mempunyai IQ diatas 70 dan mampu menggunakan komunikasi bahasa mempunyai prognosis yang baik,. Kira-kira dua pertiga orang dewasa autisme bergantung sepenuhnya atau setengah bergantung pada keluarga atau di rumah sakit jiwa. Hanya 1-2% dapat hidup normal dan berstatus independent, dan 5-20% mendapat status normal borderline.
Komplikasi
a. Anak autis yang tidak terdeteksi secara dini akan mengalami gangguan bicara, interaksi social dan perilaku yang menetap.
b. Self-injury
c. Gangguan depresi saat remajaV.Kerangka Konsep
PENUTUP1.1 Kesimpulan
Pradipta, laki-laki usia 3 tahun mengalami gangguan komunikasi, gangguan imajinatif, gangguan sosial dan gangguan perilaku e.c Autisme Spectrum DisorderDaftar PustakaMaslim, Rudi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK- Unika Atmajaya.
Sadock, Benjamin J dan Sadock, Virginia A. 2010. Kaplan dan Sadock: Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC.
Tidak bisa duduk diam
Menyusun bola, dibongkar, berulang-ulang.
Diego, Laki-laki, 30 bulan
Autis
Gangguan perilaku
Gangguan komunkasi dan imaginatif
Gangguan interaksi sosial
Belum bisa bicara
Mengoceh dengan kata-kata yang tidak dimengerti
Tidak bisa bermain imaginasi
Tidak bisa kontak mata dan senyum
Tidak mau bermain dengan anak lain
Tidak bereaksi dengan panggilan
2