komunika 09 2007

12

Upload: komunika-tabloid

Post on 22-Mar-2016

256 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Reporter: Suminto Yuliarso, Dimas Aditya Nugraha, Mediodecci Lustarini, Hendra Budi Kusnawan, Doni Setiawan Fotografer Leonard Rompas Wakil Pemimpin Redaksi: Sekretaris BIP, Kepala Pusat Inf. Polhukam, Kepala Pusat Inf. Kesra, Kepala Pusat Inf. Perekonomian Editorial Joko Martono Peneliti Muda Kepakaran Media Massa d.a. BPPI Wilayah IV Yogyakarta Jln. Imogiri Barat Km. 5 Telp. (0274) 449445, Yogyakarta 55187 e-mail: [email protected] Terima Kasih Kiriman Komunika Penelitian KomunikA 2

TRANSCRIPT

Page 1: komunika 09 2007
Page 2: komunika 09 2007

2 Edisi 09/Tahun III/April 2007

www.bipnewsroom.info/komunikaemail: [email protected]

Editorial

BERANDA

RANA

Diterbitkan oleh:

DEPARTEMENKOMUNIKASI DAN

INFORMATIKA

Pengarah:Menteri

Komunikasi dan Informatika

Penanggungjawab:Kepala Badan Informasi Publik

Pemimpin Redaksi:Kepala Pusat

Pengelolaan Pendapat Umum

Wakil Pemimpin Redaksi:Sekretaris BIP,

Kepala Pusat Inf. Polhukam,Kepala Pusat Inf. Kesra,

Kepala Pusat Inf. Perekonomian

Sekretaris Redaksi:Richard Tampubolon

Redaktur Pelaksana:Nursodik Gunarjo

Redaksi:Selamatta Sembiring,

M Abduh Sandiah,Fauziah,

Sri Munadi

Editor/Penyunting:MT Hidayat

Reporter:Suminto Yuliarso,

Dimas Aditya Nugraha,Mediodecci Lustarini,

Hendra Budi Kusnawan,Doni Setiawan

Koresponden DaerahAmiruddin (Banda Aceh)Arifianto (Yogyakarta)Supardi Ibrahim (Palu)Yaan Yoku (Jayapura)

FotograferLeonard Rompas

DesainD Ananta Hari Soedibyo

PracetakFarida Dewi Maharani

Alamat Redaksi:Jl Medan Merdeka Barat No. 9

JakartaTelp/Faks. (021) 3521538,

3840841e-mail:

[email protected]

Redaksi menerima sumbangan tulisan,artikel dan foto yang sesuai dengan

misi penerbitan.Redaksi berhak mengubah isi tulisan

tanpa mengubah maksud dan substansidari tulisan tersebut.

Isi KomunikA dapat diperbanyak, dikutipdan disebarluaskan, sepanjangmenyebutkan sumber aslinya.

Foto

: s

byin

fo,

bf,

ddt.

D

esai

n: A

has

Minat Baca dan Kualitas BangsaAdakah hubungan signifikan antara minat baca dengan kualitas sebuah bangsa?

Pertanyaan ini memang agak sulit untuk dijawab. Namun kita tahu, sebagian besarpenduduk yang tinggal di negara-negara maju rata-rata gemar membaca. Bangsa Jepangyang produk teknologinya merajai dunia, terkenal sebagai bangsa "kutu buku." Waktuluang bagi orang Jepang akan sangat sayang untuk terlewatkan tanpa aktivitas membaca.

Membaca (dan menulis) merupakan tradisi masyarakat modern dan civilized. Sebalik-nya, berbicara (dan jarang membaca) menjadi ciri tipikal masyarakat yang belum moderndalam arti hakiki. Membaca, sejatinya, tidak sekadar bermakna denotatif, mengeja hurufdemi huruf. Membaca bisa juga memandang, mempelajari, memahami, menghayatirealitas. Secara asasi, membaca adalah titik paling dasar dari tradisi keilmuan manusia.Orang bijak berkata, tanpa “membaca”, manusia akan mengalami stagnasi yangmemprihatinkan dan kejumudan berpikir.

Harus diakui, tradisi buku dan membaca belum terlalu mapan di kalangan masyarakat,namun kita sudah harus menerima tradisi lanjutannya, teknologi informasi dan duniaaudio visual dengan ditemukannya televisi. Seketika, dunia hiburan merajai budaya ki-ta, sementara buku dan tulisan dengan segera juga ditinggalkan. Jadilah kita mengalamiapa yang disebut sebagai “lompatan budaya”. Apalagi ketika dunia internet saat ini su-dah menjadi bagian dari keseharian kita.

Sebuah harian terkemuka di Indonesia pernah mencatat hanya sekitar satu persendari sekitar 260.00 SD Negeri di Tanah Air yang memiliki perpustakaan. Itupun dengankondisi yang masih patut dipertanyakan. Kadang perpustakaan di sekolah-sekolah lebihmirip gudang buku; tanpa administrasi yang memadai, ruang baca yang layak, dan per-sediaan buku yang seadanya. Bandingkan dengan sekolah-sekolah di luar negeri, yangmenjadikan ruang perpustakaan sebagai prasyarat utama pendirian sekolah.

Tapi kita juga tak harus pesimistis, karena saat ini beberapa pemerintah daerah te-lah mengambil inisiatif untuk membudayakan kebiasaan membaca di kalangan masyarakat.Sebut saja ada yang mengembangkan desa baca, atau pengemasan perpustakaan da-erah sedemikian rupa agar menjadi nyaman untuk warga yang berkunjung serta mem-baca beragam koleksinya. Bahkan ada yang menyediakan layanan antar jemput bukubagi para anggotanya.

Geliat perpustakaan-perpustakaan atau bahkan taman-taman baca masyarakat ber-basis komunitas patut diapresiasi sebagai upaya menyelamatkan bangsa. Melalui pening-katan budaya membaca dan menulis untuk anak-anak, khususnya, adalah bentuk kepe-dulian akan masa depan bangsa ini. Pembuatan Taman Bacaan Masyarakat oleh sebuahkomunitas maupun perseorangan berbasis perpustakaan adalah sebuah perjuanganpanjang dalam upaya membangun budaya membaca dan menulis di kalangan masyarakat.

Tapi semua pada akhirnya berpulang pada masyarakat itu sendiri. Dalam tataran le-bih sederhana kembali pada pilihan masing-masing individu. Sekalipun sarana dan prasaranate-lah disediakan, namun jika tak ada yang mau menggunakan, atau paling minimal ke-lompok masyarakat tak ada yang mau menggunakan, pada akhirnya sia-sialah upayamenyediakan bahan bacaan. Lantas, pertanyaan besar akan menghadang kita semua,apakah telah melakukan langkah nyata untuk meningkatkan kualitas bangsa? Padahalpartisipasi dan peran serta aktif diri sendiri untuk membiasakan membaca belumlah ter-bukti secara nyata dalam keseharian.

Memang, sebelum menjadikan membaca sebagai sebuah budaya, banyak tahapan-tahapan perjuangan yang harus dilalui, mulai mengenalkan pentingnya membaca kepadamasyarakat, membuat masyarakat untuk mencintai bacaan, membuka wawasan hinggamenjadikannya sebuah budaya yang melekat erat dalam masyarakat. Menjadikannyasebagai kebiasaan keseharian, termasuk menguatkan "budaya literasi".

Secara sederhana, literasi berarti kemampuan membaca dan menulis atau "melek"aksara. Dalam konteks sekarang, "literasi" memiliki arti yang sangat luas. "Literasi" bisaberarti "melek" teknologi, politik, berpikiran kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar.Kirsch dan Jungeblut dalam buku Literacy: Profiles of America’s Young Adults men-definisikan literasi kontemporer sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakaninformasi tertulis atau cetak untuk mengembangkan pengetahuan sehingga mendatang-kan manfaat bagi masyarakat. Lebih jauh, seorang baru bisa dikatakan "literat" jika iasudah bisa memahami sesuatu karena membaca dan melakukan sesuatu berdasarkanpemahaman bacaannya. Sekarang ini, "generasi literat" mutlak dibutuhkan agar bangsakita bisa bangkit dan bersaing serta hidup sejajar dengan bangsa lain.

Hasil riset menunjukkan bahwa umumnya anak mulai belajar membaca dan menulisdari orang tua di rumah. Mereka akan gemar membaca jika melihat orang tua atau ang-gota keluarga lain di rumah sering membaca buku, koran, atau majalah. Karena itu, ke-luarga sangat dominan dalam perkembangan "literasi" anak. Jika orang tua membacakanbuku cerita ke pada anak sejak dini, mereka sebenarnya telah mengenalkan anak padadunia. Kebiasaan ini bahkan akan menentukan kesuksesan mereka di kemudian hari.Pada gilirannya akan membentuk karakter dan kualitas anak bangsa agar mampu bersaingdi tengah percaturan global. (m)

Penelitian KomunikA

Saya sedang melakukan penelitian terha-dap Tabloid KomunikA, sebuah media yangditerbitkan Badan Informasi Publik (BIP) De-partemen Komunikasi dan Informatika.

Ada pun penelitian ini menggunakan me-tode content analysis (analisis isi) dan analisisframing terhadap berita-berita menyangkutInformation and Communica-tion Technology(ICT). Untuk melengkapi penelitian tersebutjuga akan dilakukan observasi serta wawan-cara mendalam (depth interview) terhadappembaca Tabloid KomunikA yang tersebardi wilayah kerja BPPI Yogyakarta (yaitu wi-layah Provinsi DI Yogyakarta, Jawa Tengahdan Bali) menyangkut berbagai konteksberkait beragam rubrik yang telah disajikanTabloid Komunika selama ini.

Penelitian yang akan atau sedang sayalakukan ini diharapkan membuahkan hasil, diantaranya:1 Gambaran obyektif tentang seluruh infor-

masi atau pesan (message) yang telahdipublikasikan Tabloid KomunikA.

2. Gambaran obyektif tentang topik-topikInformation and CommuncationTechnology (ICT) yang telah dipubli-kasikan oleh Tabloid KomunikA.

3. Mengetahui tanggapan para pembacaTabloid KomunikA, sejauhmana peman-faatan Tabloid Komunika, rubrik yang di-baca dan digemari, posisi penempatan ru-brik/topik, tampilan dan lay-out, sertabentuk fisik lainnya. Sedangkan pada ba-gian tertentu juga perlu diketahui bagai-mana pendapat pembaca Tabloid Komu-nikA terhadap teknik peliputan pemberi-taan, sifat berita, teknis informasi, sumberberita, kecenderungan isi, kebijakan re-daksional, dan sebagainya.

4. Hal-hal lain yang nantinya berkembangketika penelitian dilakukan juga akandigali lebih cermat dan mendalam se-hingga hasil penelitian menjadi kompre-hensif.

5. Penelitian ini juga diharapkan dapatmemberikan manfaat berupa masukanyang signifikan untuk pengembanganTabloid KomunikA di masa depan.

Atas dasar sepintas paparan saya ter-sebut, selanjutnya saya mohon dengan hor-mat kepada Redaktur Tabloid KomunikA un-tuk memberikan data, khususnya daftar na-ma dan alamat-alamat pembaca (baik lem-baga atau perseorangan) yang berada diwilayah Provinsi DI Yogyakarta,Jawa Tengahdan Bali.

Besar harapan saya atas dikabulkannyapermohonan ini, sebelum dan sesudahnyasaya ucapkan terimakasih atas bantuan Re-daktur Tabloid KomunikA.

Akhir kata, selamat bekerja dan salamhangat untuk seluruh kerabat kerja TabloidKomunikA.

Joko MartonoPeneliti Muda Kepakaran Media Massa

d.a. BPPI Wilayah IV Yogyakarta Jln. Imogiri Barat Km. 5

Telp. (0274) 449445,Yogyakarta 55187

e-mail: [email protected]

Terima kasih atas kontribusi positif lewatpenelitian anda. Kami upayakan bisa mem-bantu, dalam waktu dekat akan kami kirimdata-data yang diperlukan. Terima kasih atasperhatian terhadap Tabloid KomunikA.

Terima Kasih Kiriman Komunika

Kami mengucapkan terima kasih atas ki-riman publikasi Tabloid Komunika sebanyaksepuluh eksemplar Edisi 07/Tahun III/April2007. Mudah-mudahan publikasi tersebut da-pat bermanfaat bagi pengguna di perpus-takaan. Kami mengharapkan publikasi ter-sebut dapat diperoleh secara rutin. Atas per-hatian dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.

Ratnaningsih, S.SosKabid Pengembangan Item Pustaka

Sofyan Djalil secara resmi menyerahkan jabatan Menteri Komunikasi dan Informatika kepada Mohammad Nuh.Upacara serah terima jabatan dilaksanakan di kantor Departemen Komunikasi dan Informatika disaksikan oleh MenteriKoordinator Bidang Perekonomian Boediono, wakil komunitas telekomunikasi, penyiaran, media massa, serta teknologiinformasi, Rabu malam (8/5). (foto: agus)

Page 3: komunika 09 2007

Edisi 09/Tahun III/April 2007

www.bipnewsroom.info/komunikae-mail: [email protected]

3

Waspadai Tawaran InvestasiWaspadai Tawaran Investasi

Program Nasional PemberdayaanMasyarakat-Mandiri (PNPM-M)

dirancang secara terpadu berbasispemberdayaan masyarakat. Program

yang diresmikan Presiden SusiloBambang Yudhoyono di Palu, Sulteng

(30/4), bertujuan meningkatkankemandirian masyarakat agar lepas

dari jerat kemiskinan dan mampumengembangkan ekonomi mandiri.

Kiat baru pemerintah berantaskemiskinan?

PNPM-M dibuat untuk mengurangi jum-lah penduduk miskin yang berjumlah 39,05juta jiwa atau 17,75 persen dari jumlah selu-ruh penduduk. Jumlah kaum miskin itu, harusberkurang menjadi 8,2% di tahun 2009. Taktanggung-tanggung, dana yang dipersiapkanuntuk mensejahterakan masyarakat tahunini dilakokasikan sebesar Rp52 triliun dantahun 2008 akan meningkat menjadi Rp81triliun.

Menurut Presiden, penduduk Indonesiaharus mampu mandiri untuk memenuhi ke-butuhan pangan, sandang, papan serta ke-sehatan dan pendidikan. “Ke depan peme-rintah berharap program ini dapat menjadikanmasyarakat untuk hidup mandiri, tanpa ter-gantung lagi terhadap program-programpemerintah,” kata Presiden.

Bukan Program BaruUpaya untuk menanggulangi kemiskinan

telah dilakukan sejak lama. Paling tidak ada

sekitar 55 program yang dikelola sekitar 19departemen/Lembaga Pemerintah Non De-partemen (LPND) sejak tahun 2004.

Berbagai program penanggulangan ke-miskinan telah berjalan, mulai Inpres DesaTertinggal (IDT) dan Program KompensasiPengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak(PKS-BBM) hingga Jaring Pengaman Sosial(JPS).

Selain itu, terdapat pula program yangdijalankan berbagai kementerian danlembaga misalnya PPK (Program Pengem-bangan Kecamatan), P2KP (Program Pe-nanggulangan Kemiskinan di Perkotaan), danKUBE (Kelompok Usaha Bersama) yang di-khususkan bagi keluarga miskin.

Menko Kesra Aburizal Bakrie mengatakanbahwa PNPM Mandiri bukan program baru,namun sudah dilaksanakan sejak tahun 1998dalam bentuk Program Pengembangan Ke-camatan (PPK) dan Program Penanggulang-an Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Pro-gram ini, kata Aburizal, telah mencakup38.000 desa diseluruh Indonesia danmembuka 2.580 lapangan kerja per desa.

Tahun ini, PNPM Mandiri mengintegrasi-kan kedua program itu dengan cakupan wi-layah 1.993 kecamatan di perdesaan, 834kecamatan di perkotaan dan sekitar 50.000desa di seluruh Indonesia.

Tahun 2008 PNPM Mandiri akandiarahkan untuk mengintergrasikan programberbagai kementerian dan lembaga sepertiDepartemen Pekerjaan Umum, Kementeri-an Daerah Tertinggal dan Departemen Per-

Membimbing Masyarakat Menuju

Kemandirian

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)secara simbolis kepada perwakilan masyarakat di lapangan Vatulemo Palu, Sulawesi Tengah.

Kemandirian

tanian yang mencakup 3.800 kecamatan.Untuk tahun 2009 secara kumulatif seluruhkecamatan di Indonesia yang berjumlah5.263 akan mendapatkan PNPM Mandiri.

Ciptakan Lapangan KerjaPrinsip PNPM-M adalah partisipatif. Kegi-

atan ditentukan oleh masyarakat, akuntabi-litas, proses yang sederhana, pendampinganfasilitator, kesetaraan dan keadilan gender,serta keberlanjutan. Alokasi dana bergulir un-tuk usaha ekonomi yang dijalankan kaum pe-rempuan, juga ditingkatkan.

PNPM-Mandiri tahun 2007 ini akan men-cakup 21,92 juta orang atau 5,46 juta kepa-la keluarga (KK) miskin di perdesaan dan 10juta orang atau 2,5 juta KK miskin di perko-taan. Ditargetkan, sekitar 12,5-14,4 juta la-pangan kerja baru dapat terbuka melalui PN-PM-Mandiri tahun 2007. Berpatokan penga-laman yang lalu, pada setiap desa akan tercip-ta 250 lapangan kerja per tahun.

PNPM-Mandiri akan dilaksanakan setidak-nya hingga tahun 2009 dengan dana sebesarRp 32,06 triliun. Pembiayaan program berasaldari pemerintah pusat (APBN), pemerintahdaerah (APBD), dan swadaya masyarakat.

Pada tahun 2009 sebanyak 24 juta orangsecara langsung dan 16 juta orang secaratidak langsung akan mendapat manfaat dariPNPM-Mandiri ini.

Menurut Menko Kesra, PNPM Mandiriadalah instrumen program untuk pencapaianMDGs sesuai target tahun 2015 mengentas-kan kemiskinan. Aburizal berharap, PNPMMandiri akan menjadi gerakan Nasional untukmenanggulangi kemiskinan di negeri ini.

Sebagai sebuah gerakan nasional, sudahselayaknya program ini diapresiasi secaratepat dengan mulai mengedepankankebersamaan untuk memastikan agarsasaran program sesuai dengan desainawalnya. Meningkatkan kesejahteraanrakyat miskin.* ([email protected])

Jika punya uang berlebih, sebaiknyadiinvestasikan. Jangan hanya disim-an di bawah bantal. Dengan inves-

tasi yang tepat, uang tersebut bisa mem-beri keuntungan berlipat. Bahkan denganinvestasi kita bisa berpeluang ikut memberikemaslahatan bagi banyak orang, entahuntuk membangun pabrik atau usaha-usa-ha lain yang memberikan lapangan kerja de-ngan upah layak.

Tapi, awas! Hati-hati dengan perusa-haan investasi gadungan yang menawarkankeuntungan berlebih. Bisa-bisa berbuntutuang modal lenyap. Perusahaan yang me-nawarkan investasi tipu-menipu ini biasanyatidak mau berhubungan dengan pasarmodal. Mereka umumnya hanya perusahaanbiasa tapi melakukan kegiatan investasiyang tidak pernah jelas. Sekalipun, memilikiSIUP, namun perusahaan ini kerap tidakmemiliki ijin mengelola uang nasabah dantidak terdaftar di bursa efek atau di bursaberjangka.

Meski demikian, secara hukum agak sulitmenghentikan kegiatan atau menutup per-

usahaan semacam ini jika belum terbuktimenipu nasabah. Satu-satu-nya cara mem-buat mereka agar “tidak ber-kutik” adalahdengan mencerdaskan calon nasabah (ma-syarakat), sehingga cerdik menginvestasikanuangnya.

Kenali Ciri Investasi GadunganAda beberapa ciri perusahaan investasi

gadungan, berikut yang bisa diamati dari polakerja dan sistem penawaran investasinya

1. Berkedok MLMPerusahaan model ini mengutip biaya

pendaftaran relatif besar sebagai komisi orangsponsor anggota baru. Disamping itu, meng-haruskan anggota membeli produk dalamjumlah besar dengan potongan harga tinggi.Hampir semua janji menjadi kaya mendadakdisampaikan secara lisan, tidak ada kontraktertulis, sehingga sulit untuk dibuktikan bilaterjadi pengingkaran.

2. Pola BinariDalam pola ini anggota wajib membeli pa-

ket produk dan diharuskan mencari dua oranginvestor baru untuk membeli produk yangsama. Investor baru tersebut juga diwajibkanmencari dua anggota baru lainnya. Demikianseterusnya, sampai jumlah tertentu. Kemu-dian merekrut lagi dua anggota baru yanglalu berbuat sama, dan seterusnya.

3. Pola MatrikNasabah diminta untuk menempatkan

dana tertentu (dolar) dalam bentuk draftke alamat penyelenggara di luar negeri. Da-lam hitungan bulan, nasabah tersebut dijan-jikan mendapatkan bonus keuntungan ber-puluh kali lipat. Pola investasi ini hampir me-nyerupai pola binari dimana setiap nasabahdiharuskan untuk mencari sejumlah nasabahbaru.

3. “Bank Gelap”Perusahaan ini memproklamirkan diri seba-

gai pengelola dana masyarakat dengan janji

keuntungan sangat tinggi. Misalnya sukubunga sepuluh persen per bulan, sementarasukubunga resmi deposito di bank hanyasepuluh persen per tahun.

4. Inovasi tanpa aturan jelas.Bentuk investasi bisa dikategorikan ino-

vasi . Misalnya, tawaran kerja sama pembia-yaan iklan suatu produk. Bila mendapatkankeuntungan, nasabah akan mendapatkanjuga. Namun biasanya tidak pernah adaaturan main jelas, sehingga bisa menimbul-kan perkara, dan merugikan nasabah.

5. Bagi hasil dan Prospek Tidak JelasInvestasi dengan menawarkan bagi hasil

dengan tingkat pengembalian jauh lebihtinggi dari tingkat pengembalian tabunganmaupun deposito. Padahal kelaziman bisnisapapun tidak akan dapat memberikankeuntungan sebesar itu.* s-ring

1. Perhatikan kredibilitas dan bonadifiditasperusahaan yang menawarkan investa-si. Lakukan due diligence. Cermati legali-tasnya dengan memeriksa ijin investasi.Teliti kredibilitas dan pengalaman orang-orang yang menjadi pengurusnya (se-perti direksi dan pemegang sahamnya).

2. Perhatikan aspek transparansi kegiatandan keuangan perusahaan. Mintalahpenjelasan tentang bagaimana uang an-da dikelola. Pahami bagaimana dana di-kelola beranak-pinak. Jika perusahaanmerahasikannya, jangan pilih perusaha-an itu.

3. Pelajari dengan baik tawaran investasi.Jangan terpengaruh gencarnya iklanatau orang yang telah ikut menjadinasabah. Jangan berinvestasi jika tidaktahu cara kerja produk investasi ter-sebut.

4. Perhatikan apakah bisa setiap saat di-pantau. Investasi jarak jauh seringkalisulit dipantau, sehingga risiko lebih be-sar.

5. Pahami dan sadari logika investasi. Ke-untungan investasi harus wajar dan ma-suk akal. Di pasar investasi umum de-ngan risiko wajar menghasilkan imbalan10-12 persen pertahun. Jika ada yangberani menjanjikan jauh berlipat kali, pas-ti ada yang tidak wajar.

6. Mintalah pendapat orang yang berkom-peten di bidang ini.

7. Pikirkan dan renungkan, apakah inves-tasi tersebut bersifat konstruktif, ber-manfaat bagi orang banyak, tidak me-rugikan orang lain, dan tidak berten-tangan dengan agama, hukum, sertaetika bisnis.

([email protected])

Panduan Aman Berinvestasi

PEREKONOMIAN

foto

:spd

foto

m b

f

Page 4: komunika 09 2007

4 Edisi 09/Tahun III/April 2007

www.bipnewsroom.info/komunikaemail: [email protected]

POLHUKAM

Jalan Panjang

Perjanjian EkstradisiIndonesia-Singapura

Setelah sempat tertunda selamakurang lebih 35 tahun, akhirnyahari Jumat, 27 April 2007, di Is-tana Tampak Siring, Bali, perjanji-

an ekstradisi antara Indonesia-Singapura di-tandatangani. Penandatanganan dilakukanoleh Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirajudadan Menteri Luar Negeri Singapura GeorgeYeo. Presiden Susilo Bambang Yudhoyonodan Perdana Menteri Singapura, Lee HsienLoong juga turut hadir untuk menyaksikanpenandatanganan tersebut.

Ini bisa jadi merupakan tonggak bersejarahbagi proses pemberantasan korupsi di Indo-nesia karena sebagaimana diketahui selamaini begitu sulit untuk mengajak PemerintahNegeri Singa itu untuk membantu proses hu-kum dan menjerat para koruptor dari Indo-nesia yang melarikan diri dan bersembunyidisana.

Banyaknya koruptoryang melarikan diri ke Si-ngapura mendorongPemerintah Indonesiauntuk melakukan perun-dingan ekstradisi. Sebabselama ini begitu mudahbagi koruptor untuk me-larikan diri dan menetapdi Singapura, hal initerkait dengan berbagaikemudahan dan ke-amanan yang ditawar-kan negara itu atas asetmilik pihak asing.

Pemerintah Indone-sia sendiri sebelumnyaterus mendesak adanyaperjanjian ekstradisi an-tara kedua negara kare-

na ada dugaan sejumlah koruptor bersem-bunyi dan mencuci uang hasil korupsi di Si-ngapura.

Harus DidukungEkstradisi menurut UU No 1/1979 adalah,

penyerahan oleh suatu negara kepada nega-ra lain yang meminta menyerahkan seseo-rang yang disangka atau dipidana karenamelakukan suatu kejahatan di luar wilayahnegara yang menyerahkan dan di dalam yu-ridiksi wilayah negara yang membawa pe-nyerahan tersebut karena berwenang untukmengadili dan memidananya.

Memang ada sebagian orang yang me-nyatakan skeptis, bahwa perjanjian ekstradisiini bermanfaat besar untuk menangkap parakoruptor dan diadili di Indonesia. Hal ini dika-renakan dalam proses ekstradisi mungkinterkendala karena perbedaan sistem hukum,

yang berimbas pemulangan tersangka korup-tor ke Indonesia menjadi sulit.

Selain itu, untuk mendapatkan keputus-an ekstradisi juga harus melalui proses hukumdi pengadilan. Ditambah dalam perjanjianekstradisi tersebut tidak ada ketentuan yangsecara tegas menyebutkan langkah-langkahapa yang harus diambil oleh pemerintah Si-ngapura untuk mencegah pemindahan aset-aset para koruptor. Lebih jauh lagi, Singapurabelum juga meratifikasi konvensi InternasionalPBB Tahun 2003 tentang antikorupsi.

Namun situs resmi Departemen LuarNegeri RI menerangkan Perjanjian Ekstradisiantara Indonesia-Singapura pada pokoknyamengatur pengembalian tersangka atau ter-pidana yang lari dari kejaran hukum negarapeminta dan tinggal di negara yang diminta.

Ditegaskan pula bahwa perjanjian ini me-nganut prinsip-prinsip yang berlaku secarainternasional dan telah dibakukan dalam Uni-ted Nation Convention Against Corruption.Jadi, perjanjian ekstradisi ini diharapkan dapatmenjadi jembatan bagi penyelesaian kasus-kasus korupsi lintas negara.

Perjanjian ekstradisi antara Indonesia danSingapura harus didukung karena merupakanhasil perjuangan yang sangat panjang. Di sisilain, kemauan dan kemampuan aparat jugaharus diwujudkan. Terlepas dari segala keku-rangannya perjanjian tersebut merupakansuatu langkah maju sebagai upaya memper-cepat pemberantasan korupsi di Indonesia.

Saling MenguntungkanHal lain yang tidak kalah penting, per-

janjian ekstradisi ini dianggap dapat mengem-balikan kepercayaan rakyat terhadap peme-rintah. Di tengah tuntutan publik untuk me-wujudkan pemerintahan yang bersih, per-

janjian ekstradisi tersebut diharapkan dapatmengangkat pamor pemerintah dengan me-nangkap para koruptor dan mengembalikanuang rakyat yang disimpan di Singapura.

Saling MenguntungkanJika kita tengok ke belakang, sampai ta-

hun 2004, Indonesia selalu berada pada pe-ringkat sepuluh besar negara terkorup di du-nia.

Perjanjian ekstradisi antara Indonesia danSingapura dinilai sangat dibutuhkan dan me-nguntungkan bagi kedua belah pihak untukmenyelesaikan berbagai kasus kejahatan yangbersifat transnasional. Selain itu bagi Singa-pura, perjanjian ekstradisi dengan Indonesiadinilai berpotensi meningkatkan kredibilitasnegara tersebut di dunia internasional.

Namun, ada beberapa hal yang perludiingat. Sekalipun perjanjian tersebut sudahditandatangani masing-masing menteri luarnegeri, kesepakatan tersebut tidak langsungdapat dilaksanakan.

Perjanjian ekstradisi itu harus diratifikasiparlemen masing-masing negara, untuk Indo-nesia hal ini dilakukan oleh DPR RI. Keba-nyakan proses ratifikasi dari parlemen mem-butuhkan waktu.

Banyak pihak berharap perjanjian ter-sebut membawa perubahan yang lebih baikbagi kehidupan berbangsa dan bernegara.Bahkan dunia internasional pun bisa menakarkesungguhan Indonesia untuk mengurangiperingkat sebagai negara terkorup.

Pasalnya dibutuhkan komitmen semuapihak untuk memastikan bahwa perjanjianekstradisi tersebut tidak hanya di atas kertassaja, tetapi benar-benar dilaksanakan dandapat memberikan hasil yang optimal.*

([email protected])

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan PM Singapura Lee Hsien Loongberjalan di halaman Istana Tampaksiring, Gianyar, Bali, Jumat (27/4) sore, usaipertemuan bilateral Indonesia-Singapura..

Perjanjian EkstradisiIndonesia-Singapura

jika harus dilaku-kan gantian ataugiliran, atau bong-kar habis secaramenyeluruh, ten-tu tidak sesuaidengan tujuan di-laksanakannyareshuffle ini, dantentunya jugaakan menggang-gu kontinuitasp e l a k s a n a a np r og r am–p r o -gram pemerintahyang sedang kita jalankan,” kata Presiden.

“Saya mengucapkan terimakasih kepadabeliau-beliau yang mengusulkan menyaran-kan calon-calon menteri saya sebut demikian,baik yang disampaikan secara tertulis kepadasaya maupun melalui sms, baik pula yang di-sampaikan sendiri oleh tokoh - tokoh yangbersangkutan, maupun melalui pihak- pihaklain," jelas Presiden.

“Saya mengucapkan terimakasih karenasaya menilai bahwa niat dan tujuannya baik.Tokoh-tokoh itu ingin menyumbangkan pi-kiran, dan tenaganya di jajaran kabinet untuktujuan yang baik pula. Terus terang, nama–nama yang diusulkan oleh banyak pihak ituuntuk menjadi menteri, baik yang berasaldari Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Per-

Presiden Susilo BambangYudhoyono Senin sore (7/5)mengumumkan reshuffle kabi-net terbatas, di Ruang Creden-tial Istana Merdeka Jakarta.

Dalam kesempatan itu, Pre-siden menegaskan bahwa re-shuffle kabinet terbatas ini bu-kan semacam giliran. “Ini ke-sempatan baik untuk saya sam-paikan pada seluruh rakyat In-donesia, bahwa sekali lagi re-shuffle terbatas ini bukan se-macam giliran atau gantian," ka-ta Presiden, didampingi WakilPresiden Jusuf Kalla, Menko Pol-hukam Widodo AS, Menko Per-ekonomian Boediono, MenkoKesra Aburizal Bakrie, SeskabSudi Silalahi dan dua Juru BicaraPresiden, Andi Mallarangengdan Dino Patti Djalal.

“Mengapa saya sampaikandemikian? Karena masih me-ngalir permintaan dari banyakpihak dari para kader partai po-litik untuk duduk dalam kabinetyang ada sekarang ini, yangsaya tafsirkan beliau-beliau me-maknainya sebagai sebuah gi-liran ataupun gantian dalam pe-merintahan. Saya berpendapat,

wakilan Daerah, Gubernur, partai politikmaupun professional, yang jumlahnya le-bih dari 25 orang tokoh, sesungguhnyamemiliki kapasitas yang layak untuk men-jadi menteri. Namun saya minta maaf ka-rena tidak dapat memenuhi itu sesuai de-ngan tujuan reshuffle dan arti dari pena-taan kembali yang kami laksanakan se-karang ini. Saya yakin pada kesempatanmendatang siapapun yang memimpin pe-merintahan nanti, tokoh-tokoh baik ituyang nama-namanya ada pada saya,mempunyai peluang besar untuk meng-abdi di jajaran pemerintahan di lingkungankabinet, Insya Allah."

www.presidensby.info

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan reshufflekabinet terbatas, di Ruang Credential Istana Merdeka Jakarta,Senin sore (7/5), didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla.

(foto: /residenswby.info)

"ReshuffleBukan Giliran"

Menteri NegaraBadan Usaha Milik Negara,

Sofyan A Djalil

MenteriSekretaris Negara,

Hatta Rajasa

Menteri Hukumdan HAM,

Andi Mattalata

Menteri Perhubungan,Jusman Syafii Djamal

Jaksa Agung,Hendarman Supandji

Menteri Negara PembangunanDaerah Tertinggal,

Muhammad Lukman Edy

Menteri Komunikasidan Informatika,Mohammad Nuh

RESHUFLLEKABINET INDONESIA BERSATU

Page 5: komunika 09 2007

Edisi 09/Tahun III/April 2007

www.bipnewsroom.info/komunikae-mail: [email protected]

5

KESRA

Yani menggeleng-gelengkan kepalanyasembari menonton layar televisi.Sarjana ekonomi lulusan sebuah uni-

versitas terkemuka ini tampak bingung. “Apasih MDGs?” tanyanya, sembari menontonacara salah satu stasiun televisi swasta.

Yani bukan satu-satunya rakyat Indonesiayang tidak mengerti MDGs. Sofia, seorangjurnalis di Jakarta juga meragukan, ada lebihdari 50 persen dari 200 juta rakyat Indonesiatahu MDGs itu, “Jangan-jangan, karyawanstasiun TV yang menayangkan MDGs jugabelum sepenuhnya mengerti,” katanya me-ngungkapkan keraguan.

Kemiskinan dan Masalah GlobalMDGs bukanlah hal baru di Indonesia.

MDGs atau Millenium Development Goals(Tujuan Pembangunan Milenium –red) sudahdisepakati 189 negara sejak 8 September2000 lalu. Artinya, konsep MDGs sudah adaselama 7 tahun.

Sebagai penjabaran Resolusi Umum PBBNomor 55/2 tentang Millenium Declaration,MDGs berisi pencapaian delapan tujuan ditahun 2015. Deklarasi ini memuat isu-isu pri-oritas program pembangunan masing-masingnegara untuk mengurangi kemiskinan dankelaparan, menurunkan angka kematian anakbalita, memerangi penyakit menular danmemperbaiki lingkungan (Baca: “Target da-lam MDGs").

Semangat kebersamaan tertuang dalamMDGs untuk menanggulangi kemiskinan yangdianggap sebagai masalah dunia. Inilah wujudkepedulian dunia terhadap pengurangan ke-miskinan yang disepakati para anggota PBB.Parameter target MDGs adalah mereka yanghidup dengan biaya kurang dari 2 dolar ASper hari. Diperkirakan, saat ini ada sekitar 1,3miliar orang di seluruh dunia yang masuk kate-gori tersebut. Dari jumlah ini, 800 juta pen-duduk dunia menderita kelaparan dan keku-rangan gizi, 600 juta tidak memiliki akses airbersih dan sebanyak 115 juta tidak mampumengakses pendidikan.

Pada Pertemuan Tingkat Menteri KomisiEkonomi dan Sosial Asia Pasifik PBB (UN -ESCAP) yang berlangsung di Jakarta baru-baru ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyonomengingatkan kembali kesungguhan dan ko-mitmen negara-negara maju untuk memban-tu negara-negara miskin di dunia melalui pro-gram MDGs. Menurut Presiden, proyek MDGshanya bisa direalisasikan dengan kerja kerasdan kerja sama dari semua pihak, khususnyanegara maju dan berkembang. Apalagi, sejak

awal memang sudah menjadi bagian darikomitmen MDGs bahwa negara maju

diwajibkan menyisihkan 0,7%

dari PDB-nya guna membantu mengatasi ke-miskinan di seluruh dunia.

Tujuh Tahun Komitmen MDGsMeski dicanangkan tahun 2000, target

MDGs diukur dari keadaan tahun 1990. Seca-ra umum, dapat dikatakan pelaksanaan MDGsmemberi gambaran kontradiktif, menggem-birakan sekaligus mencemaskan, baik padatataran global, regional maupun nasional. Da-pat dikatakan, semua kawasan ada dalam po-sisi on track, meski Asia Timur dan Tenggaramengalami kemajuan lebih pesat dibandingkawasan lain, terutama Afrika Sub-Saharayang lebih lambat.

Bagaimana dengan Indonesia? Jumlahpenduduk yang berada di bawah garis kemis-kinan secara nasional turun dari 23,4% padatahun 1999 menjadi 16,6% pada tahun2004. Namun pada bulan Maret 2006, pen-duduk miskin di Indonesia meningkat menjadi39,05 juta atau 17,75% dari total populasi.

Di Indonesia, sejumlah program telah dija-lankan pemerintah untuk mengatasi kemis-kinan. Bahkan, penanggulangan kemiskinanmerupakan prioritas utama kebijakan pemba-ngunan nasional yang juga merupakan priori-tas Rencana Pembangunan Jangka Mene-ngah (RPJM) 2004-2009. Diharapkan pro-gram ini dapat menurunkan persentase pen-duduk miskin menjadi 8,2% pada tahun2009. Namun, Laporan MDGs Asia-Pasifik ta-hun 2006 menilai Indonesia berada di kategoriterbawah bersama Bangladesh, Laos, Mo-ngolia, Myanmar, Pakistan, Papua Nugini danFilipina.

Duta Besar PBB untuk MDGs Kawasan AsiaPasifik, Erna Witoelar mengatakan, nilai inimerupakan “lampu kuning” bagi Indonesiaatas pencapaian tujuh tahun MDGs yang dini-lai mundur. “Kita harus melihat apa yang sung-guh terjadi di masyarakat kita,” ujar Ernabeberapa waktu lalu.

Erna menilai, keadaan ini disebabkan pro-gram kemiskinan yang sudah banyak dilaku-kan pemerintah, belum bisa mencapai sasar-an, “Mungkin akibat pendekatan yang ku-rang tepat, salah satunya bersifat sentralis-tis”.

Menurut dia, pendekatan dalam penyu-sunan kebijakan pengurangan kemiskinan ha-rus diawali dengan pengenalan terhadap ka-rakter kemiskinan di tiap wilayah, denganmenjadikan pemerintah daerah sebagai ujungtombak. Selain itu, menurut Erna, kondisigeografis Indonesia yang banyak wilayah ter-pencil atau pulau-pulau kecil dengan populasisangat sedikit menyulitkan pencapaian MDGs.

Memang, hambatan pencapaian MDGsadalah terjadinya kesenjangan tingkat global

dan dalam negara. Karena itudibutuhkan keseimbanganpertumbuhan ekonomi danprogram pengurangan ke-miskinan yang lebih luas.“Sebab kemiskinan tidak ha-nya bergantung pada per-tumbuhan ekonomi, teta-pi juga menyangkut dimen-si sosial dan politik,” ujarnya.

Partisipasi MasyarakatPencapaian target MD-

Gs memang tak semudahmembalik telapak tangan.Bukan pekerjaan yang mu-dah untuk diselesaikan olehpemerintah saja. Oleh kare-na itu, harus ada perubah-an budaya pembangunan diIndonesia harus terus di-

kembangkan untuk melibatkan ma-syarakat secara aktif, terutama ma-syarakat miskin. Toh, spirit MDGs sen-diri sejak awal adalah kerjasama dankemitraan untuk mewujudkandunia yang lebih baik.

Demi pencapaian tujuanyang berdampak pada masya-rakat, pemerintah menyadari ke-terlibatan seluruh sektor dalampemberdayaan masyarakat me-rupakan hal yang mutlak. Kini,program penanggulangan ke-miskinan pun disempurnakanpendekatannya dengan po-la Program Nasional Pem-berdayaan Masyarakat-Mandiri (PNPM-M), ser-ta rencana ProgramKeluarga Harapan(PKH).

Kewirausahaan SosialValentina Sagala dari Institut Perempuan

berpendapat, kewirausahaan sosial juga sa-ngat strategis disinergikan dalam pencapaiantarget MDGs. “Wirausahawan sosial mampumenciptakan peluang-peluang baru bagipengembangan masyarakat,” jelas Valentina.

Contoh terbaik dari wirausahawan sosialini, kata Valentina, adalah Muhammad Yunus,pemenang Nobel Perdamaian 2006 lantarankredit mikro Grameen Bank yang telah mem-bantu jutaan kaum miskin di Bangladesh.

Selain itu, sektor swasta bisa dilibatkanmelalui konsep Corporate Social Responsibility(CSR), dengan menyisihkan sebagian keun-tungan untuk community development ataupengembangan masyarakat.

Tidak hanya Valentina, Erna Witoelar jugaberharap pada peran aktif masyarakat dansektor swasta. “Dengan terlibat langsung da-lam berbagai upaya penghapusan kemiskinandan pemiskinan, setidaknya masyarakat bisaturut selalu mengingatkan pemerintah pusatdan daerah agar konsisten melaksanakanagenda MDGs,” tuturnya.

Salah satu upaya untuk mendorong kebi-jakan yang berpihak pada rakyat kecil adalahmeningkatkan kesadaran pentingnya peme-rintahan yang baik dan transparan. Sebab,pemerintahan yang baik dan terbuka akanmemberi akses bagi publik ikut memantaudan melakukan advokasi jika ada kepentinganrakyat yang terabaikan. “Media massa menjadifaktor penting untuk diberdayakan dan dimo-bilisasi agar secara terus-menerus mening-katkan kesadaran masyarakat dan membukaakses informasi tentang pemerintahan yangdijalankan,” tambah Erna Witoelar.

Terkait hal ini Pemerintah Belanda ber-komitmen memberikan bantuan Rp4,7 miliarbagi program kemitraan untuk pemberdaya-an masyarakat dalam memantau dan melaku-kan advokasi kebijakan pemerintah agar selaluberpihak kepada rakyat miskin. Denganmemberdayakan masyarakat, diharapkankebijakan pemerintah dalam pembangunanakan makin dekat dengan delapan tujuanyang tertuang dalam Deklarasi MDGs.

Mengejar Ketertinggalan diParuh Waktu Kedua

Clemens dan Moss berpendapat, ”Pem-bangunan itu seperti lari maraton (lambatkemudian makin cepat--Red), bukan sprint(cepat kemudian melambat--Red).” Karenaitu, pencapaian MDGs hanya bisa dilakukandengan pembangunan berkelanjutan danberkesinambungan, bukan dengan proyek-proyek ambisius. MDGs sendiri hanyalahpedoman untuk mengarahkan kegiatan

Separuh WaktuWujudkan MDGs

p e m -bangunan

di negaraberkembang,bukan men-jadi practicaltarget.

K a r e n apermasalahan

yang dihadapi tiap negara sangat konteks-tual, dalam hal ini, sangat diperlukan pen-dekatan yang lebih berbasis pada karakternegara (country based), dan bukan targetglobal yang berlaku sama bagi semua.

Bagi Indonesia, mengingat potensi dankapasitas yang dimiliki, MDGs merupakantarget yang realistis dan bisa dicapai. Sepertidiungkap Presiden Yudhoyono, yang menun-jukkan keyakinannya bahwa MDGs merupa-kan jembatan untuk memenuhi kebutuhanmendasar akan martabat manusia. “Martabatmanusia seutuhnya hanya dapat dipenuhi jikamanusia bebas dari kemiskinan, kebodohan,ketidakadilan, serangan penyakit, sikap tidaktoleran, dan konflik,” tegas Presiden SBY.

Mampukah kita mengejar ketertinggalan?Itulah pekerjaan rumah kita bersama. Memin-jam analogi Clemens dan Moss, layaknya larimaraton, butuh strategi dan ketahanan lebihuntuk mengatur langkah dan nafas agar bisasukses sampai finish.

Artinya, butuh rancangan kebijakan yangtepat, keserasian dan pengaturan sumberdaya yang tepat untuk mencapai targetyang ditetapkan.

Dan lebih penting dari itu semua sudahsaatnya semua pihak mulai peduli dan ber-gerak untuk mencapai finish bukan menjadipenonton dibelakang garis belaka.*

([email protected])

“The Millennium Development Goals diadopsi seluruh pemerintah di duniasebagai blueprint untuk membangun dunia yang lebih baik di abad 21"

Kofi Annan

Target dalam MDGs

Delapan Tujuan PembangunanMilenium (Millennium Deve-lopment Goals – MDGs), yang

ditargetkan tercapai pada tahun 2015merupakan sebuah cetak biru yang dise-tujui oleh negara di seluruh dunia daninstitusi pembangunan dunia pada 8 Sep-tember 2000 sebagai upaya untuk me-menuhi kebutuhan kaum miskin di dunia.Delapan tujuan tersebut adalah :1. Penghapusan Kemiskinan dan Ke-

laparan2. Pencapaian Pendidikan Dasar Uni-

versal3. Persamaan Gender dan Pemberda-

yaan Perempuan4. Perlawanan terhadap HIV/AIDS, Ma-

laria dan Penyakit lainnya5. Penurunan Angka Kematian Balita6. Peningkatan Kesehatan Ibu7. Pelestarian Lingkungan Hidup8. Pengembangan Kerjasama Global

untuk Pembangunan.*

Separuh WaktuWujudkan MDGs

foto: dw

foto

: m

-bf

D

Page 6: komunika 09 2007

Konon, Julius Caesar, rajaRomawi, pernah menyerang

Mesir. Namun ternyata Mesirmemiliki tentara yang amat

kuat. Dalam pertempuran, diabeserta pasukannya terjepit.

Dalam keadaan terjepit itulah,Julius Caesar memiliki ide

untuk menghindari musuh,yaitu dengan cara membakar

perpustakaan besar Mesir.Berhasilkah dia? Ternyata

Caesar berhasil meloloskan diridari kepungan tentara Mesir.

Rupanya dia tahu betul, bahwaorang-orang Mesir sangat

menghargai perpustakaannya.Bahkan harganya jauh lebih

tinggi dari seorang rajaRomawi sehingga mereka rela

meloloskan musuhnya demiuntuk menyelamatkan

perpustakaan yang terbakar.

Ketika berbicara tentang perpusta-kaan, tentu tidak akan lepas dariisinya, yakni buku. Secara fungsional,buku merupakan alat komunikasi

tulisan yang dirakit dalam satu satuan atau lebihagar pemaparannya sistematis, sehingga isi mau-pun perangkat kerasnya bisa lestari. Segi peles-tarian inilah yang membedakan buku dari alatkomunikasi tulisan lain yang lebih pendek umur-nya.

Melalui buku, seluruh hasil cipta, karsa, dankarya manusia dapat dilestarikan. Dari buku pulaperadaban manusia berkembang. Di dalam bukutersimpan rekaman-rekaman teori yang bisa me-lahirkan suatu teori baru.

Dalam perkembangan peradaban manusia,buku memang memiliki kekuatan yang dahsyat.Kendati demikian, kedahsyatan buku tentu tidakakan ada apa-apanya jika benda tersebut hanyadipajang, tidak pernah disentuh dan dibaca. Dan

tampaknya, inilah masalah kita saat ini.Soal penyediaan buku dan pengembangan

minat baca pun, Indonesia masih mengalamibeberapa kendala. Pertama, jumlah penerbitanbuku di Indonesia masih timpang dibandingkandengan jumlah penduduk. Dalam setahun, pe-nerbitan buku di seluruh dunia bisa mencapaisatu juta judul buku. Tetapi Indonesia hanyamampu menerbitkan beberapa judul.

Berdasarkan data dari International Pu-blisher Association Kanada, produksi perbu-kuan paling tinggi ditunjukkan oleh Inggris,yaitu mencapai rata-rata 100 ribu lebih judulbuku per tahun. Posisi kedua ditempati Jermandengan jumlah judul buku yang diterbitkansekitar 80 ribuan, Jepang sebanyak 65 ribu,dan Amerika Serikat menempati urutan ke-empat. Indonesia pada tahun 1997 pernahmenghasilkan lima ribuan judul buku setahun.Tetapi, tahun 2002 tercatat hanya 2.700-anjudul. Sangat jauh apabila dibandingkandengan produksi penerbitan buku tingkat du-nia. Bahkan pada tahun 1987 Indonesia per-nah mengalami 'paceklik buku'. Saat itu, dalamsetahun Indonesia tidak menerbitkan satujudul buku pun!

Kedua, minimnya jumlah perpustakaanyang kondisinya memadai. Belum semua se-kolah memiliki perpustakaan. Memang hampirseluruh perguruan tinggi sudah memiliki per-pustakaan, namun keadaan yang sama tak se-lalu dijumpai di sekolah, lebih-lebih sekolahdasar. Berdasarkan pantauan KomunikA, diSD-SD terpencil terutama di luar Jawa, hampirseluruhnya tidak dilengkapi dengan perpus-takaan. Salah satunya adalah sebuah SD diDesa Nanga Badau, Kec Badau, Kab KapuasHulu, Kalbar. Di sana jangankan ruang perpus-takaan, ruang kelas saja kondisinya sangatmemprihatinkan. Bagaimana minat baca bisatumbuh kalau bersentuhan dengan buku sajatidak pernah?

Minat BacaMembaca merupakan kegiatan dan ke-

mampuan khas manusia. Walaupun demikian,kemampuan membaca tidak terjadi secaraotomatis karena harus didahului oleh aktivitasdan kebiasaan membaca yang merupakanwujud dari adanya minat membaca.

Ketidakpedulian terhadap aktivitas mem-baca boleh jadi akibat dari kondisi masyarakatyang pergerakannya melompat dari keadaanpraliterer ke masa pascaliterer, tanpa melaluimasa literer. Artinya dari kondisi masyarakatyang tidak pernah membaca akibat tidakterbiasa dengan budaya menulis (terbiasadengan budaya lisan), langsung melompat kedalam bentuk masyarakat yang tidak hendak

6

membaca seiring masuknya teknologi tele-komunikasi, informatika, dan broadcasting. Aki-batnya, masyarakat kita lebih senang nontontelevisi daripada membaca.

Kondisi ini diperburuk dengan semakin tidakpedulinya orang tua akan aktivitas membaca.Semakin banyak keluarga yang kedua orangtuanya sibuk bekerja sehingga mereka tidaklagi mempunyai cukup waktu dan energi untukmendekatkan anaknya dengan buku, lewatmendongeng misalnya. Ironisnya ketika anakmulai masuk sekolah, materi baku kurikulumsering membuat guru tidak mempunyai ruanggerak untuk berkreasi. Akhirnya mereka hanyaterpaku pada satu buku wajib.

Seperti halnya kegiatan pembelajaran yanglain, upaya menumbuhkan minat baca juga akanlebih mudah dan efektif apabila dilakukan sejakdini, sejak kanak-kanak. Ini artinya orang tuasangat dituntut keikutsertaannya. Orang tuaharus memastikan bahwa kecintaan akanmembaca adalah tujuan pendidikan yangterpenting bagi anaknya.

Tentu saja, upaya orang tua akan lebihoptimal apabila didukung oleh pihak lain. Daripihak penerbit buku misalnya, dari segi kualitasperwajahan, ilustrasi, isi, dan carapenyajian hendaknya dapat te-rus diperbaiki. Hal ini dituju-kan untuk meningkatkanketertarikan anak.

Dari pihak seko-lah, hendaknyaditerapkan sis-tem pendidikanyang menimbul-kan kegairahanbelajar. Mi-salnya de-ngan men-d o r o n gp e n d i d i ku n t u km e m b e r ipenugasandan anak di-dik mencarijawabannya, antara lain di perpustakaan.Hingga sejauh ini perpustakaan belum di-manfaatkan secara maksimal sebagai sumberilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, masih diperlukan usahakeras untuk mendorong anak berkenalan de-ngan perpustakaan sejak dini. Bahkan, perke-nalan pertama anak dengan perpustakaan da-pat dilakukan di rumah melalui pembuatan per-pustakaan keluarga. Anak yang terbiasa melihatbuku dan kebiasaan membaca dari orangtuanyaakan membuat mereka gemar membaca.

Dari pihak media massa (terutama radio/TV) hendaknya tidak saja mengeluarkan iklanlayanan masyarakat mengenai ajakan mem-baca, tetapi harus juga mulai membuat pro-gram promosi membaca (reading promition).Sebuah program yang berkaitan dengan sebu-ah buku tertentu.

Kendala Daya BeliMinat baca atau kebiasaan membaca buku

dari masyarakat di Indonesia, terutama masya-rakat di perkotaan, sebenarnya tidaklah sebu-ruk yang selama ini banyak dibicarakan orang.Hanya saja besarnya minat baca masyarakat inibelum diimbangi dengan tingkat konsumsi me-reka, terutama dalam membeli buku.

Hal ini terekam dari hasil jajak pendapatKompas di 10 kota besar di Indonesia. Jajakpendapat itu mengungkap bahwa lebih daridua pertiga atau tak kurang dari 70 persenresponden mempunyai kebiasaan membacabuku, minimal seminggu sekali. Proporsi demi-kian tentu tergolong besar. Bahkan, jika dite-lusuri lebih detil, responden yang mempunyaikebiasaan membaca buku tiap hari mencapailebih dari seperempat dari seluruh respondenatau sekitar 28 persen. Sementara itu, sebagianbesar (35 persen) responden biasanya dalamseminggu meluangkan waktu untuk membaca

buku satu sampai tiga kali.Idealnya, tingginya minat baca ini akan

mempengaruhi minat orang untuk membelibuku. Namun, tampaknya hal itu belum sepe-nuhnya terjadi. Persentase responden yangmempunyai kebiasaan membeli buku atauresponden yang secara rutin membeli bukupaling tidak satu buku tiap bulannya ternyatatidak setinggi persentase minat bacanya. Res-ponden yang mempunyai kebiasaan membelibuku minimal satu buku per bulan hanya seki-tar separo bagian dari seluruh responden. Se-lain itu, dilihat dari jumlah buku yang dibelipun relatif minim. Sebagian besar respondenrata-rata hanya membeli satu-dua buku setiapbulannya.

Minim jumlah buku yang dibeli oleh res-ponden ini salah satunya disebabkan sebagianbesar (88 persen) responden umumnya tidakmengalokasikan dana khusus untuk membelibuku. Sementara itu, mereka yang sudah pu-nya anggaran khusus untuk membeli bukupun jumlah dana yang mereka alokasikanrelatif kecil, yakni kurang dari Rp 100.000 perbulan yang setara dengan harga 2-3 bukuproduk penerbit lokal. Jadi, bisa dikatakan

bahwa membeli buku belummenjadi sebuah kebutuhanbagi sebagian besar res-ponden.

Keengganan membelibuku untuk anak seperti

di atas sering menim-pa para orang tua,

bahkan merekayang memilikit ingkat pen-didikan tinggi

dan ekonomi berkecukupan. Secara umum,kebanyakan kita merasa lebih berani merogohsaku lebih tebal untuk membeli kebutuhanlain seperti makanan, pakaian, perhiasan, danbahkan alat-alat rumah tangga, ketimbangmembeli buku. Tingkat ekonomi yang rendahsering menjadi alasan lemahnya daya beli bukumasyarakat. Karenanya, anak-anak tidak akrabdan merasa asing dengan buku dan memilikiminat membaca yang rendah. Mereka menjaditak sayang buku karena tidak kenal.

Padahal, minat membaca yang tinggi sa-ngat penting. Kesuksesan pendidikan sangatbergantung pada kemampuan membaca. Mi-nat baca yang rendah mempengaruhi kemam-puan anak didik dan secara tidak langsungberakibat pada rendahnya daya saing merekadalam percaturan internasional. Sejarah belummencatat ada orang pintar dan hebat yangtak banyak membaca. Sayang, hal ini belummenjadi perhatian serius kebanyakan paraorang tua. Gerakan pemberantasan buta hu-ruf yang sudah lama dicanangkan pemerintahtidak akan berhasil dengan baik tanpa du-kungan dari orang tua sebagai ujung tombakpendidik anak dalam keluarga.

Reader to LeaderBuku adalah jendela dunia. Membaca dan

mencintai buku dapat memberikan inspirasikepada masyarakat berupa solusi dari segalamacam permasalahan hidup. Sekretaris Jen-deral Departemen Pendidikan Nasional DodiNandika menyampaikan pesan penting ini da-lam pembukaan World Book Day (WBD) 2007,di Plasa Depdiknas, beberapa waktu lalu.

Dodi mengatakan, buku bukan sekadarbenda yang berisi tulisan tapi merupakan mo-tivasi, dorongan dan kekuatan. Buku adalahjendela yang bisa dipergunakan untuk mem-buka cakrawala ilmu pengetahuan lebih lebar.

Membaca Buku

Page 7: komunika 09 2007

Minat baca di Indonesiacukup tinggi, setidaknya

itulah kata Duta BacaIndonesia 2006, TantowiYahya. Saat ini, ia mulai

merasakan tumbuhnyakesadaran masyarakat

untuk menjadikan bukusebagai sahabat setia.

Ucapan pria kelahiran PalembangSumatera Selatan, 29 Oktober1960 ini tak bisa dibilang pepesan

kosong belaka. "Buktinya, anda bisa lihatsendiri kan sekarang banyak toko-tokobuku yang tak pernah sepi dari pe-ngunjung, terutama anak-anak," kata Tan-towi.

Terkait upaya menumbuhkan minat ba-ca, Tanto, begitu dia biasa disebut, selalumenekankan peran penting keluarga, teru-tama ibu dalam membentuk kebiasaanmembaca pada anak. Menurutnya, kebia-saan membaca bukanlah sebuah bakat darilahir, melainkan pola yang bisa dibentuk danditularkan. “Biasanya seorang anak yangsuka membaca, 99% tumbuh dari keluargayang suka membaca,” ucap lelaki yang juga

7

Bangsa yang mencintai buku akan tumbuhmenjadi bangsa yang beradab. “Tepat sekalidengan tema WBD 2007, Buku untuk Peru-bahan, yang merupakan bentuk motivasi un-tuk meningkatkan peradaban bangsa,” kataDodi.

Sejalan dengan Dodi, Kepala Pusat Infor-masi dan Humas Depdiknas Bambang WasitoAdi mengatakan hal serupa. ”Membaca bukumerupakan suatu bentuk eksistensi dalam me-ngembangkan imajinasi pembaca dan juga me-ngembangkan generasi selanjutnya. Bangsayang berbudaya tinggi adalah bangsa yangmempunyai budaya baca yang tinggi,” kataBambang.

Ada pepatah yang mengatakan, 'today rea-der tomorrow leader,' sekarang pembaca, esokpemimpin. Salah satu public figure yang mem-buktikan diri bahwa pepatah tersebut benaradalah Tantowi Yahya yang juga menjadi DutaBaca Indonesia sejak 2006.

“Secara formal saya hanya lulusan D-1 per-hotelan. Tetapi dari membaca buku, saya dapatmensejajarkan diri dengan teman-teman yangberuntung mempunyai kesempatan memper-oleh pendidikan tinggi,” ujar Tantowi. “Bahkansaat ini saya bisa menjadi leader karena sayamenjadi reader sejak kecil dan membaca men-jadi kebiasaan positif sampai saat ini,” tam-bahnya.

Desa Buku di Tengah Taman

Contoh bagus upaya melahirkan para rea-der bisa disaksikan di Taman Kiai Langgeng,Kota Magelang, Jawa Tengah. Di sana ada de-sa buku yang pertama di Indonesia, kedua diAsia Tenggara setelah di Langkawi, Malaysia,dan ke-21 di dunia.

Sesuai namanya, desa buku yang diresmi-kan pada tahun 2003 ini khusus menyediakanberbagai macam jenis buku yang dapat dipin-jam secara gratis oleh masyarakat. Juga dileng-kapi fasilitas internet, sehingga jendela duniabisa dibuka selebar-lebarnya.

Dipilihnya lokasi di tengah Taman Kiai Lang-geng karena taman itu sudah dikenal di tingkatnasional, dan setiap tahunnya dikunjungi seki-tar 800.000 wisatawan. Pada tahap awal, di'desa' yang dibangun di tengah taman ini su-dah didirikan perpustakaan serta pusat infor-masi buku (PIB). Jumlah buku yang tersediadi perpustakaan saat diresmikan 8.000 ek-semplar. Namun kini jumlahnya membengkakmencapai puluhan ribu eksemplar, karena

banyaknya pihak yang menyumbang buku se-tiap tahunnya.

Budaya LiterasiHarus disadari, buku merupakan investasi

masa depan. Buku adalah jendela ilmu penge-tahuan yang bisa membuka cakrawala sese-orang. Dibanding media pembelajaran audio-visual, buku lebih mampu mengembangkandaya kreativitas dan imajinasi anak-anak karenamembuat otak lebih aktif mengasosiasikan sim-bol dengan makna. Namun demikian, minatdan kemampuan membaca tidak akan tumbuhsecara otomatis, tapi harus melalui latihan danpembiasaan melalui penanaman budaya literasi.

Secara sederhana, literasi berarti kemam-puan membaca dan menulis atau melek aksa-ra. Dalam konteks sekarang, literasi memilikiarti yang sangat luas. Literasi bisa berarti melekteknologi, politik, berpikiran kritis, dan pekaterhadap lingkungan sekitar. Kirsch dan Junge-blut dalam buku Literacy: Profiles of America’sYoung Adults mendefinisikan literasi sebagaikemampuan seseorang dalam menggunakaninformasi tertulis atau cetak untuk mengem-bangkan pengetahuan sehingga mendatang-kan manfaat bagi masyarakat. Lebih jauh,seorang baru bisa dikatakan literat jika ia su-dah bisa memahami sesuatu karena membacadan melakukan sesuatu berdasarkan pema-haman bacaannya.

Sekarang ini, generasi literat mutlak dibu-tuhkan agar bangsa kita bisa bangkit dari ke-terpurukan bahkan bersaing dan hidup sejajardengan bangsa lain. Wagner (2000) mene-gaskan bahwa tingkat literasi yang rendahberkaitan erat dengan tingginya tingkat drop-out sekolah, kemiskinan, dan pengangguran.Ketiga kriteria tersebut adalah sebagian dariindikator rendahnya indeks pembangunan ma-nusia.

Keluarga sangat dominan dalam perkem-bangan literasi anak. Hasil riset menunjukkanbahwa umumnya anak mulai belajar membacadan menulis dari orang tua di rumah. Merekaakan gemar membaca jika melihat orang tuaatau anggota keluarga lain di rumah sering

berprofesi sebagai pembawa acara ini.Karena itulah, slogan yang terus dikam-

panyekan Tanto sebagai Duta Baca adalah”Ibuku Perpustakaan Pertamaku”. Kedekatanpsikologis ibu terhadap anaknya dan waktuyang lebih banyak dalam pola asuh, membuatibu memiliki peran besar.

Dispilin TinggiAnak, dalam pandangan Tanto punya usia

emas, dua sampai enam tahun. Kemampuanterhebat pada usia tersebut adalah meniruperilaku. "Nah, dengan membiasakan diriterlihat membaca di depan anak, maka nantiakan tumbuh minat baca pada mereka. Akansulit memprediksi muncul minat baca padaanak, bila pada usia emas mereka tersebuttidak pernah melihat orang tuanya membaca,"papar Tanto yang juga menjabat sebagai Ke-tua Perhimpunan Persahabatan IndonesiaAmerika itu panjang lebar.

Soal cara, ia punya pendapat sendiri. Menu-rutnya pendidikan demokratis ketika anak ma-sih kecil, tidak bisa dilakukan. Orangtua tidakbisa melulu mengikuti kehendak sang anak.Anak harus didikte. Harus diberi porsi, berapajam bermain, tidur, begitupun dengan porsimembaca. Dan tentu saja semua dilakukandengan disiplin tinggi.

Tantowi mengakui, meningkatkan minatbaca bukan melulu tugas keluarga saja. Peme-

rintah dan swasta juga punya bagiannya ma-sing-masing.

Buku Murah, Tugas PemerintahUntuk pemerintah, wakil Indonesia dalam

Eisenhower Fellowship, sebuah event inter-nasional yang mempertemukan wakil-wakil dariberbagai negara ini, punya harapan tersen-diri. Ia berharap pemerintah mengatasi perma-salahan mahalnya harga buku di Indonesia. Dinegara ini, kata Tanto, buku masih sepertibarang mewah yang sangat sulit dimiliki olehmasyarakat.

”Substitusi buku murah memangada, yaitu perpustakaan. Namun ma-salah lain ternyata juga menghinggapiperpustakaan, semisal buku-bukuyang tak selalu up to date alias bukujadul (jaman dulu-red). Sedangkansyarat dari sebuah perpustakaanitu adalah bukunya harus up todate,” kata salah seorang "de-dengkot" musik country di Indo-nesia ini.

Tantowi juga menyorotimasalah pembajakan buku yangkonon mencapai angka 74%."Harus segera dituntaskan.Masalah itulah yang membuatprofesi penulis tidak menarikbagi banyak orang. Dan tentu

membaca buku, koran, atau majalah. Anaksebenarnya sudah bisa dirangsang untuk ge-mar membaca bahkan ketika masih dalam kan-dungan ibunya. Wanita hamil yang seringmembacakan buku bagi janin yang sedang di-kandungnya cenderung akan melahirkan anakyang kemudian gemar membaca.

Pendidikan anak usia dini yang semakinmendapat perhatian masyakarat hendaknyamampu meningkatkan minat baca anak. Ke-giatan reading aloud atau membaca nyaringuntuk anak hendaknya dilakukan sedini mung-kin. Hal ini bisa mengganti kegiatan mendo-ngeng sebelum tidur yang sudah menjadi tra-disi orang tua di masyarakat kita sejak dulu.Seorang ibu juga bisa menumbuhkan kege-maran membaca anaknya dengan mengajakanak melakukan kegiatan yang melibatkanaktivitas membaca seperti membaca resepmasakan, sering menulis pesan buat anak danmeminta balasan tertulis, serta meminta anakmeminjam buku dari perpustakaan sekolah.Kegiatan ini adalah langkah awal peralihan daribudaya orasi melalui dongeng ke budaya mem-baca.

Di samping keluarga dan sekolah, ma-syarakat juga harus mendukung pembentukangenerasi literat. Para pendidik hendaknya me-ngadakan gerakan moral untuk menyadarkanpara orang tua akan betapa pentingnya bukusehingga mereka tidak merasa enggan mem-belikan buku untuk anak. Mereka yang secaraekonomi kurang beruntung juga harus tetapmenyadari pentingnya buku sebagai sumberilmu. Jika buku sudah menjadi prioritas dalammendukung pendidikan anak, banyak cara bisadilakukan untuk menyiasati terbatasnya ke-mampuan ekonomi dengan membeli buku be-kas bermutu yang masih layak baca sangatmudah diperoleh atau bahkan sekadar me-ngajak anak jalan-jalan ke toko buku.

Orang tua yang mampu harus dipacu untukmemiliki perpustakaan pribadi sehingga memo-tivasi anak untuk membaca. Hal ini sekaligusmenjadi alternatif yang baik untuk mengurangijam menonton TV. Di negara-negara maju,memiliki perpustakaan pribadi sudah meru-

saja imbasnya akan sulit melahirkan penulis danbuku-buku baru," cetus Tanto.

Untuk sektor swasta, ia berharap banyakpendanaan pendidikan bergulir dari programsosial perusahaan. Bila semua pihak saling be-kerjasama, bukan tak mungkin sektor pendidik-an akan maju. Dan sekadar masalah pening-katan minat baca dapat dilakukan denganmudah. Ya, semoga semua harapan TantowiYahya, yang juga harapan kita semua, bisacepat terwujud. *

([email protected])

pakan tradisi dan kebanggaan. Perpustakaankeluarga nantinya bisa dibuka untuk umumsehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh oranglain.

Untuk menyiasati lemahnya daya beli bukumasyarakat, pemerintah harus melengkapiprasarana dan koleksi buku di perpustakaanumum yang telah ada. Di samping itu, untukpemerataan dan akses yang lebih luas, perpus-takaan umum baru perlu ditambah, terutamadi daerah terpencil. Rasio jumlah buku dan per-pustakaan dengan jumlah penduduk di Indo-nesia sangat jauh sekali. Idealnya, setiap ke-camatan bahkan kelurahan atau desa memilikiperpustakaan umum dengan koleksi bukuyang memadai dan dikelola secara profesional.Desa buku seperti di Magelang bisa dibangundi seluruh wilayah tanah air.

Pemerintah juga harus bekerja sama de-ngan dengan lembaga-lembaga yang terkaitdengan perbukuan. Pemberian pajak lebih mu-rah atau tidak sama sekali bagi penerbit bukudiharapkan akan mengurangi harga jual bukusehingga bisa lebih terjangkau oleh masyarakat.Penerbit pun hendaknya tetap memiliki ideal-isme yang tinggi dalam mencerdaskan masya-rakat, tidak mempertimbangkan bisnis semata.Idealnya, pemerintah menyuplai semua bukuyang diperlukan oleh anak-anak didik, terutamadi sekolah dasar sampai menengah atas.

Beberapa tahun terakhir ini, ada fenomenakebangkitan literasi yang sangat menggembi-rakan di masyarakat. Semakin banyak toko bu-ku yang menyediakan ruang baca dan diskusibagi pengunjung dengan mengundang penulisbuku atau akademisi. Idealisme juga telahmembangkitkan beberapa kelompok intelek-tual yang peduli untuk membuka perpustakaanpribadi atau rumah baca untuk masyarakatdisekitarnya. Gagasan ini sangat membantumereka yang gemar membaca tetapi tidakmemiliki buku. Banyak penerbit buku juga ber-usaha mendukung peningkatan literasi melaluipameran buku murah, lomba karya tulis ilmiah,bahkan memberikan kesempatan bagi para pe-nulis buku anak untuk lebih bebas berkreasi.**

(berbagai [email protected])

Page 8: komunika 09 2007

8 Edisi 09/Tahun III/April 2007

www.bipnewsroom.info/komunikaemail: [email protected]

WAWANCARA

Kepala Perpustakaan Nasional RI

Dady P. Rachmananta

foto

: dd

t

Konon, perpustakaan selalu identik dengan tempat sepi, kaku dan kon- vensional, sehingga tak banyak

menarik perhatian masyarakat. Padahal per-pustakaan merupakan solusi terbaik di te-ngah kebutuhan akan bacaan yang tidak di-iringi dengan kemauan dan kemampuanmembeli buku sebagai penambah wawasan.

"Banyak yang masih belum mengertifungsi perpustakaan sehingga manajemenpengelolaannya jadi setengah hati," ungkapKepala Perpustakaan Nasional RI, Dady P.Rachmananta.

Selama satu jam perjalanan menuju Ban-dara Soekarno-Hatta, alumnus University ofHawaii jurusan School of Library Science inibercerita kepada KomunikA tentang kondisidan beragam warna masalah perpustakan diIndonesia, berikut petikannya.

Perpustakaan selalu tampak kaku dankonvensional, bagaimana menurutanda?

Pandangan itu ada benarnya, meski ba-nyak perpustakaan yang kini sudah mulaiberubah. Kita bisa lihat tak sedikit perpus-takaan umum yang didesain lebih "familiar",ada yang digabung dengan kafe, dilengkapisarana musik dan sebagainya.

Kalau bicara perpustakaan di Indonesia,saya rasa sangat kompleks. Mulai dari masya-rakat yang masih belum menyadari pen-tingnya perpustakaan, pengelolaan setengahhati, hingga masalah pengadaan buku yangmenjadi "darah" perpustakaan.

Yang pertama diperlukan adalah mengu-bah paradigma fungsi perpustakaan, dan ituyang berat. Kita coba terus sosialisasikan, takhanya dikalangan pengelola namun juga dikalangan pengambil kebijakan mengenai be-ragam aspek perpustakaan dan pengelola-annya.

Kedua penguatan data base itu kuncinya.Mereka harus mengerti bahwa di perpusta-kaan itu harus ada sarana pencarian. Sejalandengan itu, kemasan perpustakaan memangharus diubah, kualitas pelayanannya harusdinaikkan. Tapi semua berpulang padapengelolanya.

Bagaimana cara menggaet masyarakatagar mau ke perpustakaan?

Kita adakan lomba, semisal pidato dengankonten berasal dari buku yang ada di perpus-takaan. Lomba puisi dari buku yang ada diperpustakaan. Jadi dia harus baca dulu kan.Memang berat tugasnya, biar orang tahubahwa perpustakaan itu memang ada.

Bagaimana perpustakaan nasional?Itu tadi yang kita lakukan di Perpusnas

(Perpustakaan Nasional RI –red). Kita jugatidak mengalami masalah pelayanan, sebabbeberapa layanan kita bahkan sudah pakaiteknologi informasi. Kalau dulu katalog seka-rang di Perpustakaan Nasional ada OPAC (Onl-ine Public Acces Catalogue) atau katalog digi-tal, perpustakaan maya dan sebagainya.

Pengunjung yang memiliki akses internetbisa langsung akses di www.pnri.go.id. Caribuku yang dibutuhkan tanpa harus datangke gedung Perpusnas. Nanti pinjamnya bisatinggal tunjukkan hasil pencarian.

Bulan Mei ini juga kami akan luncurkanPustelling (Perpustakaan Elektronik Keliling).Sejak 2003, sampai saat ini sudah terealisasi150 unit. Rencananya akan ada di tiapkabupaten/kota yang kami targetkanterwujud di tahun 2009. Hal ini didorongadanya kondisi memprihatinkan yang terjadidi perpustakaan beberapa kabupaten/kota.Biasanya mereka kurang paham bahwa

perpustakaan merupakan investasi masadepan.

Maksudnya?Setelah pengelolaan perpustakaan dise-

rahkan ke pemerintah daerah, banyak yangmasih salah paradigmanya. Dalam pikiran me-reka, perpustakaan hanya sebagai saranapenghamburan uang, bukan penghasil uang.Mereka selalu mikir dan fokus pada kegiatanyang bisa mengisi kas daerah, hinggamelupa-kan keberadaan perpustakaan.

Bentuk perhatian perpustakaan nasi-onal ke perpustakaan daerah?

Kita punya misi untuk mengembangkanminat baca, mengembangkan kepustakaan,dan aset berupa koleksi buku khususnya diperpustakaan umum dan sekolah. Untuksekolah, kita koordinasi dengan Depdiknas.

Untuk perpustakaan umum sampaitingkat kabupaten/kota ada bantuan blockgrant. Dana yang dikelola Perpusnas itusangat besar. Kita kerap bagi-bagi buku kedaerah. Kan dulu ada dana untuk perpusta-kaan daerah, sekarang pasca otonomi, pos-nya masih tetap ada. Nah, lewat pos ini kitasalurkan lagi untuk perpustakaan daerah ber-bentuk uang, rata-rata Rp500 juta per ta-hun. Tapi sebenarnya angka itu juga belummencukupi untuk operasional dan penga-daan buku.

Selain itu, kita juga bekerjasama denganDepdiknas, karena mereka yang punya danabanyak. Kita coba sinergi untuk sama-samakoordinasi kerjaan meningkatkan minat baca.

Jadi masalah terbesar terkait paradig-ma yang salah tentang perpustakaan?

Ya. Banyak yang masih belum mengertifungsi perpustakaan sehingga manajemenpengelolaannya jadi setengah hati. Ini yangjadi penghambat dan selalu kami sampaikanpada para pemegang kebijakan, terutamadi daerah.

Dulu perpustakaan itu kan dianggap se-bagai tempat orang transit sebelum dipin-dahkan ke daerah lain. Tempat sebelumpensiun, tempat pejabat “buangan”. Bukanposisi yang bonafit dan diinginkan. Jadilahpengelolaannya berjalan setengah hati.

Nah kita coba cegah hal itu dengan RUUPerpustakaan, pengelola perpustakaan harusprofesional karena kalau tidak pimpinan dae-rah setempat akan kena sanksi. Biar tidakmeremehkan perpustakaan. Selain itu pus-takawan harus bersertifikat.

Apa semangat UU Perpustakaan tadi?Kepastian landasan hukum bagi penguat-

an sarana prasarana perpustakaan, SDM, ke-lembagaan, dan sebagainya. Akan ada stan-dar pengelola perpustakaan. Harus dikelolapustakawan yang mengerti dan memahamiperpustakaan. Insya Allah tengah tahun inibisa selesai.

Berapa banyak perpustakaan daerahyang sudah dikelola secara profesional?

Kecil sekali. Saya contohkan begini. Adasekitar 220 ribu sekolah dasar di Indonesia.Yang punya perpustakaan, kurang dari 10%atau bahkan kurang. Dari angka tersebut,yang punya pustakawan, hanya 10%. Gurumerangkap jadi pustakawan. Bisa dilihat.

Perpustakaan diharapkan menjadijawaban dari masih mahalnya hargabuku?

Benar. Itu juga jadi mimpi kita. Beli bukumahal, baca di toko buku, diomelin samapenjaganya. Satu-satunya ya ke perpustaka-

an. Tapi kembali lagi pada permasalahanpengadaan buku di perpustakaan. Itu yangkadang-kadang sulit. Perpustakaan kita itu"kurang darah".

Updating buku terbaru sulit dilakukan?Ya. Beli buku satu itu sama repotnya de-

ngan beli mobil. Beli buku disamakan denganpengadaan barang lainnya. Ada tender, adaproses yang makan waktu dan tenaga. Aki-batnya, buku yang kita pesan hari ini, da-tangnya bisa setahun lagi. Ya sudah kada-luarasa.

Ada kebijakan khusus tentang penga-daan buku?

Saya sudah pernah bicara ke Komisi X DPRbahwa buku jangan disamakan dengan asetlain. Buku itu kan "darah"-nya perpus-takaan.Tidak ada buku ya tidak ada perpus-takaan.Kalau bukunya cuma itu saja, nama-nya bukanperpustakaan, tapi gudang buku.

Jadi kita minta semacam dispensasi untukpembelian buku. Itu salah satu point yangtengah digodok di RUU Perbukuan.

Lain itu, buku tidak hanya menyangkutcetakan, tapi ada toko bukunya, beli tinta,penerbit, distributor, ada pembajakan. Kom-pleks. Salah satunya RUU itu juga untuk me-mudahkan pengadaan buku di perpustakaan.Jangan sampai sama dengan pengadaan ba-rang lain.

Kami ingin ada klausul khusus, pengadaanbuku seperti pengadaan amunisi peralatanmiliter semisal peluru atau bom yang urgent,tidak bisa ditunda. Begitupun juga buku, kamiingin agar buku itu seperti amunisi untuk per-pustakaan. Tapi memang sampai sat ini belumbisa gol karena buku masih dianggap asetnegara.

Rasio koleksi perpustakaan denganjumlah masyarakat?

Di negara kita sangat rendah. DiSingapura, mereka punya 4 jutabuku dengan penduduk 6juta jiwa. Berarti satuorang punya jatah 1,5buku. Koleksi kita masihsangat jauh denganjumlah penduduk.

Bicara buku, bagai-mana anda melihatkondisi perbukuan diIndonesia. Industrinyayang lesu atau minim-nya pengarang buku?

Dua-duanya. Pengarangkurang. Kenapa? Karenakita kurang baca.

Kenapa industri lesu, karena diserang olehpembajakan buku. Jadi malas nulis dan tidakdapat royalti. Angka pembajakannya sampai74%. Seperti lingkaran setan.

Kita sudah himbau masyarakat tidak belibuku bajakan. Susah juga, kan karena yangdicari adalah buku murah. Sebenarnya biarharga buku murah itu mudah, turunkan sajamutu kertasnya, seperti buku eks India.Mereka tidak mementingkan tampilan fisik,hanya kertas koran. Tapi lakunya luar biasa.

Orang kita mana mau baca buku kayakgituan. Orang kita lebih seneng gambarbagus, kertas HVS 80 gram. Nah imbasnyakan ke harga buku. Buku bagus pasti hargamahal. Ini juga akan diatur di RUU Perbukuan.Semoga saja cepat gol.

Berapa judul buku per tahun diterbit-kan di Indonesia?

Mungkin sekitar 10.000 lebih. Tapi itubelum seluruhnya. Paling banter yang daftarISBN hanya 40% dari seluruh jumlah bukuyang terbit. Kalau lihat data yang kita berikanke UNESCO, sangat kecil. Kita di Asia Teng-gara saja nomor empat atau lima untuk ter-bitan buku. Bayangkan! Padahal kalau jumlahsebenarnya, yang terlihat dari pendaftaranISBN, kita bisa melebihi Singapura yang adadi nomor satu.

Mengapa demikian?Sebagian besar buku adalah terbitan pe-

merintah yang kadang diterbitkan terbatasdan tidak dijual di toko buku. Akibatnya ba-nyak buku terbitan pemerintah yang tidakterdaftar pada kami. Pun tidak terdaftarsebagai anggota IKAPI.

Ya, jadi kalau UNESO nanya tentang sta-tistik buku di Indonesia, kita cuma bisa kasihangka 10.000 tadi. Padahal sebenarnya ter-bitan buku kita itu banyak sekali. Tapi kitatidak bisa data karena banyak yang tidak me-naati UU yang mengatakan harus menye-

rahkan terbitan minimal 2 buah kePerpusnas untuk kebutuhan katalog

nasional.Kita sayangkan, banyak dari

lembaga pemerintah sendiri tidakmenaatinya. Padahal ini untukkita sendiri. Buku itu bukan untukkita miliki, kita simpan diperpustakaan sebagai koleksidan kita lestarikan. Biar orang

tahu dan paham bahwasanya adabuku yang terbit seperti ini. Kalau

bukan kita yang simpan, pasti rusak.Sebenarnya ini perintah UU, bukan

perintah Kepala Perpusnas.*

***([email protected])

"Perpustakaan"Perpustakaan KitaKurang Darah.."

Page 9: komunika 09 2007

Edisi 09/Tahun III/April 2007

www.bipnewsroom.info/komunikae-mail: [email protected]

9

OPINI

Media komunikasi modern seperti siarantelevisi sudah merambah sampai ke desa-desa. Namun sayangnya, acara yang dita-yangkan media modern ini lebih dominanseni budaya modern yang mengadopsi bu-daya asing, bahkan kerap tidak menyentuhkehidupan masyarakat di perdesaan yangjumlahnya 80 persen dari pendudukIndonesia.

Tayangan seperti itu akan berpengaruhterhadap kehidupan masyarakat perdesaantermasuk perubahan perilaku dalam tatananbudaya lokal. Kesenian budaya tradisionalyang telah ada sejak dulu mulai ditinggalkandan tergantikan dengan "budaya modern".

Telah terbukti bahwa banyak generasimuda di perdesaan sudah terbawa arus bu-daya modern dan seolah tidak mau tahu la-gi dengan budaya tradisional. Hal ini bisa di-maklumi, karena kesenian tradisional sudahsangat jarang dipertunjukkan karena ber-bagai hal yang membatasi ruang geraknya.

Jika kondisi seperti itu dibiarkan, dalamkurun waktu sepuluh tahun kedepan bukantak mungkin generasi muda tidak lagi me-ngenal kesenian budaya tradisional danbangsa Indonesia tidak lagi mempunyaibudaya indigeneous lantaran tak bisa meles-tarikannya.

Globalisasi BudayaGelombang budaya asing dalam batas-

batas tertentu mungkin telah melunturkanbahkan menghilangkan peradaban, etikakesantunan seperti tenggang rasa solida-ritas, toleransi satu sama lain. Hilangnya ke-banggaan dan rasa memiliki terhadap nilai-nilai budaya adi luhung.

Tak jarang dalam kehidupan sehari-harisering kita jumpai di sebagaian masyarakatyang menilai seni tradisional adalah hal yangkuno, ketinggalan zaman dan kampungan.

Mereka lebih senang dengan tontonannge-trend, seperti musik rock, reaggeplus sajian sinetron yang glamour,gosip selebritis dan lainnya.

Semua itu justru didukung olehmedia massa modern. Kenyataanyang demikian itu semakin memar-ginalkan media tradisional. Alhasil,generasi muda dan anak-anak cen-

derung tidak mengenali beragambentuk dan jenis media tradisional.

Mereka lebih mengenal tokoh-tokohyang ada di media televisi.

Menilik Media TradisionalMedia tradisional adalah bentuk komu-

nikasi tradisional, yakni kegiatan komunikasiyang menggunakan unsur tradisi, sehinggadapat menyatukan partisipan dalam satuarena. Sedangkan media komunikasi moderncenderung me-misahkan parapartisipan ko-munikasi, me-ngurangi inter-aksi sosial yangbersifat lang-sung sehinggakehidupan ma-syarakat cende-rung menjadi“ t e rp i sah -p i -sah”.

Dalam ben-tuknya, mediatradisional ada-lah media pe-nyampaian pe-san atau ga-bungan pesanverbal, gerak-an, l isan danvisual yang diakrabi rakyat dan diperde-ngarkan atau dipertunjukkan untuk rakyatdengan maksud menghibur, mengajar danmendidik, selain berfungsi ritual. Disampingitu media tradisional memiliki karakteristikkhas, tempat dan kedudukannya pun ditengah masyarakat penggunannya.Sehingga dalam fungsinya sebagai mediahiburan dan penyampaian pesan sangatefektif mencapai sasaran.

Ubah Manajemen MediaKetika media modern mendominasi sis-

tem informasi dan komunikasi masa kini dan

masa depan, lalu bagaimana media tra-disional harus memposisikan diri?

Dalam hubungan ini, faktor penting ada-lah efektivitas penggunaan media komuni-kasi. Karena sasaran terbesarnya adalah ke-lompok masyarakat perdesaan, maka kitaharus mampu memilih komunikasi sosial yangsesuai kondisi sosiokultural masyarakat. Ber-bagai kesenian tradisional bisa menjadi mediakomunikasi tradisional yang langsung me-genai sasaran.

Upaya untuk mengangkat seni danbudaya tradisional yang mampu membangunjiwa dan karakter kemandirian masyarakatharus dilakukan. Permasalahannya adalahbagaimana memastikan masyarakatmenerima?

Bentuk dan kemasan haruslah dipikirkan.Kemasan baru harus dirancang sedemikanrupa agar media tradisional mampu meme-

rankan diri sebagai media komunikasi sosialyang efektif. Menghadapi trend media ber-basis pada teknologi, maka media tradisionalharus didukung dengan manajemen, tekno-logi dan anggaran. Tanpa itu, media tra-disional akan ditinggalkan pecintanya.

Selain itu manajemen media tradisionalperlu dikembangkan, meliputi kemampuanbagaimana menjabarkan visinya, sehinggabisa mengajak seluruh jajaran pekerja senidi dalamnya untuk mencapai tujuanbersama. Karena hampir seluruh mediakesenian tradisional memiliki problem yangsama, bahwa sejak keberadaannya hanya

KetikaTradisiBerpacu dengan Teknologi

Ruang ini disediakan sebagai wadah tukar informasi antar pengelola situs atau portal lembaga pemerintah baik di tingkat pusat atau daerah.Pengelola dapat mengirimkan profil situs yang dikelolanya melalui e-mail: [email protected]

Situs Pemerintah Kabupaten PacitanProvinsi Jawa Timur yang dikelola SeksiPengolah Data, Kantor Arsip dan PDE Pe-merintah Kabupaten Pacitan ini cukup me-narik.

Fitur yang disajikan memungkinkan pe-ngunjung mengubah tampilan back-ground sesuai dengan selera. Tema-temayang disajikan pun cukup unik sesuai po-tensi Kabupaten Pacitan diantaranya se-perti tema biru laut selatan, stalaktit GoaGong dan kerajinan perak Pacitan.

Layaknya situs resmi pemerintah,pengunjung pun dapat memperoleh ber-bagai informasi mengenai Pacitan. Di bagian

Potensi wisata Pacitanyang cukup besar dan menjanji-kan juga ditampilkan dalam situsini. Beragam obyek wisata alamseperti pantai dan goa-goayang menarik dapat disaksikangambarnya.

Selain itu itu, berbagai ke-senian-kesenian tradisionalseperti upacara adat dan tarianyang bisa menjadi daya tarikbagi wisatawan juga ditampil-kan. Tak lupa gambar kerajinan-kerajinan buah karya penduduksekitar seperti batu akik yangcocok untuk dijadikan cindera-mata.

Situs ini cukup representatif dan menarik,sekalipun masih ada beberapa bagian datadan informasi yang belum ter-update secararutin atau belum terisi sepenuhnya sehingga

www.pacitan.go.iddepan situs terdapat berita foto mengenaikegiatan-kegiatan terbaru yang pemerintahsetempat. Selain itu terdapat juga berbagaiberita aktual tentang Pacitan yang berisikanisu-isu penting terkini yang tengah terjadi di"Kota 1001 Goa" ini.

Pada bagian sebelah kanan terdapat la-yanan online pencarian informasi pajak kenda-raan bermotor yang di link ke data base DinasPendapatan Provinsi Jawa Timur. Takketinggalan pula link ke departemen daninstansi terkait, baik pusat maupun daerah.

Pada bagian sebelah kanan atas terdapatinformasi umum Pacitan mulai dari sejarah,lambang Kabupaten Pacitan, informasi peme-rintahan daerah diantaranya susunan orga-nisasi, bupati, wakil bupati dinas, hingga kan-tor maupun badan. Informasi mengenai ren-cana strategis, visi dan misi dan sasaran yangingin dicapai juga bias diperoleh pada bagianini.

Situs 1001 Latar

e-gov kilas

Oleh Sudarmanto

Sejalan denganperkembangan tekno-

logi komunikasi modern,muncul kekhawatiran media

komunikasi tradisional akan ter-geser. Kekhawatiran ini berkem-bang di seluruh wilayah Indo-

nesia seiring dengan masuknyaberbagai teknologi baru yang

bisa dinikmati semuaorang.

dikelola secara personal oleh pimpinannya.

Tak saling MematikanPada kenyataannya media komunikasi

modern tidak sepenuhnya mematikan mediatradisional. Sehingga tak salah bila dikatakansistem komunikasi di Indonesia terdiri darisistem komunikasi modern dengan ciri uta-ma pemanfaatan media komunikasi tra-disional. Bahkan media tradisional bisa me-manfaatkan teknologi komunikasi modernuntuk mempertahankan diri, seperti seni tra-disional yang ditayangkan televisi. Dengandemikian, media yang ada di dalam masya-rakat bisa bersifat komplementer, salingmelengkapi satu sama lainnya (Susanto,1977:96).

Walaupun begitu, saat ini barangkali su-dah terjadi pergeseran yang cukup signifikandengan masuknya televisi di hampir seluruh

wilayah Indonesia, termasuk wila-yah perdesaan. Di banyak tempatmedia tradisional semakin jarangdipertunjukkan, semakin sedikitpenonton yang mau datang kepentas-pentas media tradisional.Televisi swasta nasional hampir takpunya perhatian terhadap senitradisional. Hanya beberapa TV lokalbaik publik maupun swasta yangmasih memberi tempat padakesenian tradisional.

Namun demikian, pengembang-an dan pemberdayaan mediatradisional, seyogyanya diawalidengan konservasi-reservasi dansosialisasi. Perlu perlindungan danpemulihan atas beragam bentukdan jenis media tradisional yang adaagar tidak mengalami kepunahan.

Oleh sebab itu diperlukan pa-yung hukum, apakah itu undang-

undang atau perda hendaknya menjadi per-hatian semua pihak, khususnya pemerintahserta seluruh stakeholder termasuk paratokoh seni budaya atau komunitas mediatradisional itu sendiri.

Perkembangan teknologi informasi perluuntuk selalu diikuti, agar media tradisionalbisa memposisikan diri sesuai dengankebutuhan penggunanya. Namun, keduafaktor tersebut tak akan bisa hadir optimaltanpa adanya dukungan dana atauanggaran yang memadai.

*) Sudarmanto, Pranata Humas BPPI Yogyakarta

membuat konten yang ada pada situs inimenjadi kurang lengkap.*

([email protected])

ilus

bf

Page 10: komunika 09 2007

10 Edisi 05/Tahun III/Maret 2007

www. bipnewsroom.info/komunikaemail : [email protected] LINTAS DAERAHSumatera UtaraDorong Revitalisasi Tambak Udang

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Pe-merintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov-su), Yoseph Siswanto, mengatakan, pihak-nya memiliki komitmen mendorong revitalisasiusaha pertambakan udang yang sempatmengalami kelesuan.

Beberapa persoalan yang dihadapi pe-tambak Sumut antara lain, tingginya kan-dungan antibiotik pada hasil panen udang,banyaknya penyakit, penjarahan ataupunpencurian dan ekonomi biaya tinggi berupakutipan-kutipan liar dari pihak yang tak ber-tanggung jawab.

Siswanto mengatakan, Pemprovsu ber-sama seluruh stakeholder sepakat mencarijalan keluar bersama, diantaranya penyediaanlaboratorium, pengujian antibiotik produk per-ikanan, peningkatan keamanan untuk men-cegah penjarahan dan pungutan liar, jugamengganti jenis benur udang yang daya ta-hannya lebih bagus.

"Ini merupakan bagian program pengem-bangan agromarinepolitan dan kawasan pe-sisir. Selain mendorong pengembangan budi-daya ikan tambak, juga mendorong pe-ngembangan budidaya ikan laut serta pe-ngembangan taraf hidup nelayan," tukas Sis-wanto.

(www.bainfokomsumut.go.id)

Sumatera SelatanSebelas Layanan Gratis

Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin(Muba), Sumatera Selatan, mencanangkanpelayanan terpadu satu pintu, yang men-cakup 48 jenis pelayanan masyarakat.

“Program tersebut merupakan upayauntuk meningkatkan pelayanan yang lebihbaik dan mudah kepada masyarakat, sepertipembuatan Kartu Tanda Penduduk, sertifikattanah dan surat izin mendirikan bangunan”,kata Bupati Muba Alex Noerdin di Palembang,Selasa (1/5).

Dari keseluruhan 48 pelayanan, 11pelayanan diantaranya diberikan secara gratis,seperti pembuatan KTP, surat izin menge-mudi (SIM), sertifikat tanah, akte kelahirantermasuk layanan melahirkan gratis. “Layanangratis tersebut diprioritaskan bagi masyarakatkurang mampu, dan diharapkan masyarakat,terutama warga miskin dapat memperolehpelayanan lebih baik,” katanya.

(www.sumsel.go.id)

BengkuluBPPT-Kepahiang SepakatKembangkan Potensi Daerah

Kesepakatan penggunaan iptek dalampembangunan Kabupaten Kepahiang,Bengkulu ditandatangani di Jakarta, Selasa(1/5) antara BPPT yang diwakili SekretarisUtama Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi, Ir. Jumain Appe M.Si denganBupati Kepahiang, Drs. H. Bando Amin C.Kadir, MM.

Mesti gempa pernah melanda kabupa-ten yang terletak sekitar 10 km arah SelatanYogyakarta ini, namun kini bekas gempa se-olah tak terlihat lagi. Hanya dalam waktutiga bulan, Bantul ini pulih dan bangkit de-ngan jiwa baru.

Geliat aktivitas dan ekonomi pulih sepertisedia kala. Bahkan di wilayah kabupatenyang terkenal dengan oleh-oleh "geplak"ini makin ramai dengan kehadirian berbagaipusat perbelanjaan.

Basis Industri KecilSebagian besar warga Bantul bekerja di

sektor industri kecil dan rumah tangga. Pilih-an ini selain menjadi penunjang keuangankeluarga, juga mampu mengangkat nilai bu-daya terutama kerajinan cinderamata danmakanan tradisional.

Tak berlebihan kiranya jika kemudian pe-

Dari Sabang Sampai Merauke Kabupaten Bantul

Menjual Kerajinan Tangan

“Kami mempunyai misi menjadi agen peru-bahan peneraan iptek di daerah dalam rangkameningkatkan kualitas ekonomi daerah,” kataJumain usai acara penandatanganan kese-pakatan tersebut.

Menurut dia, Kepahiang memiliki sumberdaya alam cukup banyak, karena itu, BPPTingin memanfaatkannya untuk mendapatkannilai tambah lewat pembangunan daerahnyasendiri. Sementara Bupati Kepahiang, BandoAmin berharap dengan kerjasama denganBPPT, dapat mewujudkan pembangunan didaerahnya. (Gs/Kus)

Jawa TimurKartu Berobat "ATM" RSD Jombang

Badan Pelayanan Kesehatan (Bapelkes)Rumah Sakit Daerah Jombang, Jawa Timur,pertengahan 2007 ini akan mengganti kartuberobat pasien menjadi kartu elektronik ber-bentuk Kartu ATM.

“Pembuatan kartu berobat ATM tersebutdilakukan untuk mempermudah petugas RSmencari informasi pasien yang sudah kita ma-sukkan dalam sebuah sistem informasi ber-basis TI,” kata Kepala Bidang Pelayanan danKeperawatan RSD Jombang, dr Muhaeni Su-wito, di Surabaya, Selasa (10/4).

Penggunaannya memang sangat mudah,petugas di loket pendaftaran cukup memakaiscanner. Setelah itu, di layar monitor data-data pasien, meliputi nama, alamat, tempattanggal lahir, hingga penyakit yang pernahdiidap pasien bisa langsung dilihat.

Biaya kartu berobat ATM yang dibebankanpada pasien sangat terjangkau, hanyaRp5.000. "Mulai 3 Maret hingga akhir Mei,pembuatan kartu berobat itu masihdigratiskan, nanti di bulan Juni 2007 pasienakan dikenakan biaya penggantian," kataSuwito.

Selain kartu berobat ATM, tahun ini RSDJombang juga mengejar status menjadiBadan Layanan Umum (BLU) untuk memper-mudah pengelolaan manajemen RSD Jom-bang secara mandiri dan memberikan pela-yanan yang lebih prima kepada masyarakat.

(www.d-infokom-jatim.go.id)

Kalimantan BaratRevitalisasi Lahan Tidur

Pemkab Sintang, Kalimantan Barat, akanmerevitalisasi lahan tidur di Kecamatan KayanHilir dan Kayan Hulu, yaitu lahan eks-Inhutani,dengan jenis tanaman hortikultura. “Pember-dayaan lahan itu diharapkan dapat bergunabagi masyarakat ketimbang dibiarkan jadi la-han kosong yang tidak bermanfaat,” kata Ka-subdin Tanaman Pangan Dinas Pertanian Ka-bupaten Sintang, Ir. Arbuddin.

Menurut Arbudin, pemanfaatan lahan ti-dur tersebut dimaksudkan sebagai salah satuantisipasi serangan hama belalang, karenalahan kritis yang ditumbuhi ilalang jika tidaksegera direvitalisasi akan berdampak pada ke-mungkinan munculnya serangan hama bela-lang yang mengancam panen para petani.

Lokasi yang direvitalisasi akan ditanami du-

rian, pisang nipah, keranji madu, dan sawo.Pola penanamannya menggunakan sistemtumpang sari atau agroforestry dengan meli-batkan dan memberdayakan kelompok-ke-lompok tani di Kecamatan Kayan Hilir dan Ka-yan Hulu.

Pada tahap permulaan akan direvitalisasisekitar 30 hektar di Desa Tanjung Bungadanrencananya akan dilakukan penanamanperdana pada Agustus dan Septembertahun ini. "Dipilihnya lokasi tersebut sesuaihasil survei lahan tidur potensial untuk segeradirevitalisasi," imbuh Arbuddin.

(www.sintang.go.id)

Kalimantan TimurKutim Kembangkan Pelabuhan Maloy

Bupati Kutai Timur (Kutim), KalimantanTimur, Kutim Awang Faroek berniat mengem-bangkan Pelabuhan Maloy dan bertekadmenjadikan pelabuhan ini sebagai outlet-nyaKalimantan.

Menurut Awang, letak Maloy sangat stra-tegis untuk dijadikan pelabuhan internasionaldi Indonesia bagian timur. “Maloy terletak pa-da posisi segitiga emas, yaitu Sengatta, Mua-ra Wahau, dan Sangkulirang. Selain itu, Pela-buhan Maloy yang menghadap selat Makassarberada di Alur Laut Kepulauan Indonesia(ALKI) II dan juga dilalui jalan trans-Kalimantandari Kalsel dan tembus ke Berau,” katanya.

Pemkab Kutim telah menyediakan lahanseluas 40 ribu ha untuk dijadikan kawasanekonomi khusus dengan estimasi mampumenyerap tenaga kerja sekitar 300 ribuorang. “Maloy akan menjadi Kawasan Eko-nomi Khusus. Pemkab menyiapkan lahan se-kitar 10 ribu hektare untuk bangunan industricrude palm oil (CPO) dan industri lainnya,”tambah Awang.

Keberadaan Pelabuhan Maloy mutlak di-perlukan untuk menunjang program revita-lisasi pertanian dalam arti luas. "Bahkan kede-pan, Pelabuhan Maloy diyakininya mampumenyaingi pelabuhan yang ada di Johor,Malaysia, dan ia memperdiksikan diatas10tahun lagi ribuan kapal melintas di Maloy.

(www.kutaitimur.go.id)

Nusa Tenggara BaratPengusaha UEA-Indonesia BangunKawasan Wisata di Lombok

Perusahaan asal Uni Emirat Arab EMAARProperties LLC dan Perusahaan Pengelola As-set (PPA) mengadakan kerjasama pemba-ngunan sebuah resort dengan nilai investasi600 juta dolar AS di atas lahan seluas 1.200hektare di Lombok Selatan, Nusa TenggaraBarat. Kesepakatan pembangunan kawasanwisata yang diperlengkapi dengan fasilitas-fasilitas, seperti hotel dan tempat rekreasiitu diwujudkan dalam MoU yang ditanda-tangani di Kantor Wapres, Senin (30/4).

Menteri Pariwisata Jero Wacik yang turutmenyaksikan penandatangan MoU mengata-kan, kawasan wisata akan dibangun menjadidaerah wisata alternatif selain Pulau Bali, yangdiharapkan akan dapat menarik banyakwisatawan asing dan domestik.

Kepala PPA, Muhammad Ali Rashid me-nyatakan keyakinannya daerah wisata akanmemiliki prospek yang baik dan men-datangkan banyak wisatawan dan berjanjiakan meningkatkan investasinya. (T.Kus)

PapuaBantuan Mesin Motor Untuk Nelayan

Dinas Perikanan dan Kelautan ProvinsiPapua tahun ini akan memberikan bantuanmesin motor perahu kepada nelayan. KepalaDinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua,Ir. Astiler Mahardja mengatakan, program iniditujukan untuk merangsang para nelayanagar lebih meningkatkan hasil tangkapanmereka.

Proses penjaringan bantuan dilakukanmelalui pengajuan Dinas Perikanan danKelautan Kabupaten/Kota se-Papua denganmendaftarkan terlebih dahulu perahu-perahunelayan yang tidak memiliki mesin motor.“Nelayan yang akan kami bantu adaalah paranelayan yang sudah punya perahu. Artinyabagi nelayan yang belum memiliki mesinmotor, tapi sudah ada perahunya, akan kamibantu berikan mesin motor,” ujarnya.

(www.papua.go.id/wst/toeb)

merintah kabupaten getol menjual potensibudaya dan pariwisata dari kerajinan parapenduduk. Beberapa sentra produksi cinde-ramata mulai didirkan dan dikembangkan. In-dustri kecil ini mampu menyerap tenaga kerjacukup banyak.

Sebut saja Kasongan yang terkenal de-ngan gerabah, Manding unggul dengan kera-jinan kulitnya, topeng kayu di Pendowoharjodan kerajinan bambu di Muntuk. Selain ituada pula industri kerajinan batik di Imogiridan Srandatan, industri perak dan imitasi diBanguntapan, keris di Girirejo, serta fiberglass di Karangjambe.

Peminat kerajinan asal Bantul tidak hanyawisata domestik, tetapi juga manca negara.Bahkan banyak wisatawan luar negeri menjadipelanggan terbesar kerajinan tangan ini, se-perti diungkap Doni, pedagang sekaligus pro-dusen gerabah, "pelanggan kita lebih banyak

wisatawan luar, bahkanmereka meminta dalamjumlah besar untuk di ki-rim ke negara asal mere-ka."

Selain lebih banyakpilihan, urusan harga punrelatif jauh bersaing di-banding dengan cindera-mata yang sudah masuktoko-toko besar. "Kita ju-ga bisa memesan sesuaidengan model yang kitainginkan", ungkapWisnu, salah satuwisatawan do-mestik asalLombok.

Jadi, jangan heran jikaanda kebetulan melan-cong ke Bantul dan ke-betulan berada di sekitarsentra kerajinan akanlebih banyak berpapasandengan wisatawan asingyang lalu-lalang.*

([email protected]) foto : dw

Nagroe Aceh Darussalam

KEMBANGKAN KERJASAMA BERANTAS TRAFFICKING

Meski data tentang traficking di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam belum pasti,tetapi persoalan ini perlu menjadi perhatian semua pihak dan bersama-samamemberantasnya. Demikian disampaikan Gubernur Irwandi Yusuf dalam sambutantertulisnya yang dibacakan Asisten III Setdaprov NAD, Darmawan, saat membukaworkshop gugus tugas penghapusan perdagangan perempuan dan anak (P3A) diAula Dinas Infokom NAD, Banda Aceh, Rabu (9/5).

Gubernur NAD sangat menaruh harapan agar semua pihak meningkatkan kerjasamadan jejaring kerja, baik antar dinas, sektor, organisasi perempuan dan LSM serta jejaringantar daerah termasuk dengan negara tetangga. "Tidak sedikit anak-anak itudipekerjakan, dieksploitasi, dijadikan pengemis bahkan ada yang diambil organ tubuhnyasecara tidak bertanggungjawab. Selain anak-anak,perempuan janda serta remaja yangputus sekolah, para janda yang menjadi kepala rumah tangga juga rentan menjadikorban trafficking," ujar Irwandi.

Pihaknya menyadari bahwa salah satu penyebab mudahnya terjadi trafficking adalahkarena faktor kemiskinan. "Tingkat pendidikan yang rendah juga menjadi faktorpenyebab mudahnya terjadi trafficking ini," cetusnya. (Amiruddin)

Page 11: komunika 09 2007

11Edisi 05/Tahun III/Maret 2007

www. bipnewsroom.info/komunikaemail : [email protected]

Perpustakaan Nasional

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

Pariwisata Mulai Bangkit LagiSekjen Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Sapta

Nirwandar mengatakan, kondisi pariwisata di tanah air kinitengah bangkit setelah merosot di tahun 2006.

"Telah terjadi kenaikan jumlah wisatawan mancanegara(wisman) ke Bali hingga 15 persen pada awal 2007 dibandingdengan tahun sebelumnya. Jumlah ini diharapkan terus me-ningkat dan menular ke daerah lain,” katanya.

Karena itu pihaknya berupaya untuk meningkatkan jumlahwisman melalui berbagai terobosan termasuk perbaikanmanajemen. “Kita akan lakukan upaya mengundang wismandari berbagai negara ke Indonesia. Juga akan memberikaninformasi melalui berbagai media mengenai kondisi diIndonesia saat ini, terutama mengenai tindakan keamananmanakala terjadinya bencana alam,” katanya.

Pada 2007, kata Sapta, Depbudpar mengadakan programunggulan di beberapa wilayah di tanah air. Ini tidak hanyameningkatkan pariwisata saja akan tetapi juga perekonomianmasyarakat setempat.

Program pertama akan diterapkan di lima wilayah di tanahair yang mencakup Sumatera Barat, Sulawesi Utara, SulawesiSelatan, Nusa Tengggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.Untuk tahun-tahun berikutnya akan diterapkan di wilayahlain, katanya. (Ad/nar)

Kementerian BUMN

Perbaiki Manajemen Lewat UU PerkeretaapianUndang-undang Perkeretaapian yang baru diharapkan

dapat memperbaiki manajemen PT KAI agar lebih baik hinggakelak bisa bersaing dengan pihak swasta. “Ini tantangan ba-gi PT KAI, karena undang-undang mensyaratkan PT KAImemainkan peran sebagai penyelenggara atau pelaku trans-portasi,” kata Dewan Direksi PT KAI, Gatot Wibowo, diJakarta, Senin (30/4).

UU Perkeretaapian yang baru ini, menurutnya, membukapeluang kerjasama dengan investor di sektor perkeretaapian.Termasuk dalam rencana PT KAI untuk mengadakan keretaapi di Kalimantan Timur. “UU itu sangat baik untuk mengem-bangkan jalur-jalur rel KA yang ada, sejak pertama kali berdirihingga saat ini PT KAI baru dapat mengoperasikan sebanyak3.800 Km dari total 6000 Km jalur jalan rel yang ada,” ujarnya.

Menurut Gatot, dalam masa peralihan yang diberikanpemerintah selama 3-4 tahun mendatang, PT KAI membuatprogram penyehatanperusahaan, “Diantara-nya, program penye-hatan perusahaan yangseperti, peningkatanmutu SDM tahun 2010,di mana PT KAI akankehilangan 16.000 dari25.000 pegawai yangada,” imbuhnya.

Terkait dengan bis-nis perusahaan, PT KAIakan melakukan revisidalam tubuh manaje-mennya, sementara dibidang sarana, per-usahaan ini harus mam-pu memenuhi standarkelayakan operasionalsarana perkeretaapiandan keuangannya tidakbisa lagi bergantungpada pemerintah, kataGatot. (De)

Pustaka Keliling Berbasis MultimediaSejak dicanangkan pendiriannya 17 Mei 1980 oleh Men-

teri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef. Perpus-takaan Nasional RI terus melakukan berbagai perbaikan danpeningkatan mutu layanan.

Layanan Perpusnas tidak terbatas pada pengembanganilmu pengetahuan saja, melainkan pula untuk membina,mengembangkan dan mendayagunakan semua jenis per-pustakaan, sekaligus melestarikan bahan pustaka berupakarya cetak dan rekam sebagai hasil budaya bangsa.

Bangunan Perpustakaan Nasional berdiri megah di atastanah seluas 16,000 m² lebih di Jalan Salemba Raya 28A,Jakarta Pusat. Kini perpustakaan ini memiliki lebih dari 1,1juta eksemplar koleksi.

Layanan MultimediaTak ingin kalah dan tertinggal dalam penerapan tekno-

logi, menyambut ulang tahunnya ke-27, Perpustakaan Na-sional menyiapkan layanan perpustakaan bergerak berbasismultimedia yang diberi nama Pusteling (Perpustakaan Elek-tronik Keliling). Sistem pelayanan Pusteling, diluncurkanpada 17 Mei 2007 dan diharapkan mampu memenuhiharapan dan keinginan masyarakat.

“Pusteling ini merupakan terobosan baru yang diluncurkanPerpustakaan Nasional, berkembangnya teknologi informasikhususnya multimedia menuntut Perpustakaan Nasional untukbisa mengadopsi dan kemudian melayankannya kepada masya-rakat,“ kata Kepala Perpustakaan Nasional Dady P. Rachmanan-ta kepada KomunikA.

Pusteling merupakan sebuah bus yang dirancang dan dide-sain khusus untuk memberikan layanan perpustakaan digital(e-library). Bus ini dilengkapi dengan tiga sistem pendinginruangan, fasilitas multimedia dengan sepuluh laptop, satukomputer server, serta seperangkat LCD Projector. "Namunkarena keterbatasan jumlah Pusteling, sementara ini peng-operasian bus Pusteling hanya akan melayani kawasan Jakarta,Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek)," tuturDady.

Memang terobosan layanan Perpustakaan Nasional inipatut diacungi jempol. Dan merupakan unjuk nyata atasperannya sebagai sebuah lembaga yang tidak hanya melayanianggota suatu perkumpulan ilmu pengetahuan tertentu,tapi juga melayani anggota masyarakat dari semua lapisandan golongan.*

([email protected])

Departemen Sosial

Program Subsidi Panti Sosial Depsos

Departemen Sosial meluncurkan program Subsidi PantiSosial (PSPS) untuk mempertahankan kelangsungan penye-lenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial dan meningkat-nya pemenuhan kebutuhan dasar bagi penerima manfaatdalam panti. “Bentuk bantuan ini yakni penambahan biayapemenuhan kebutuhan dasar penerima manfaat, yaituprioritas permakanan,” kata Dirjen Pelayanan dan RehabilitasiSosial Depsos Makmur Sunusi Phd di Jakarta, Senin (7/5).

Program yang diluncurkan sejak tahun 2001 untuk me-respon kebutuhan masyarakat seiring dengan situasi dankondisi krisis ekonomi Indonesia dan berdampak negatif bagipanti sosial. Namun, menurutnya, dalam situasi dan kondisiyang diperlukan sesuai kebutuhan panti, sebagian dapatdipergunakan untuk keperluan pakaian dan kesehatan.

Kriteria panti sosial untuk memperoleh bantuan yakni,panti tersebut telah menyelenggarakan pelayanan minimalsatu tahun dan telah terdaftar pada Dinas Sosial daerah,memiliki badan hukum, struktur organisasi, alamat yang pastidan jelas, serta mempunyai rekening bank pemerintah atasnama panti.

Mekanisme pengusulan bantuan yakni Dinas Sosial Provinsimengusulkan ke Departemen Sosial setelah mengadakanseleksi atas usulan dan permohonan panti sosial yang me-merlukan bantuan dariinstansi sosial Kab/Kota. DepartemenSosial sendiri hingga saat ini memiliki 30 panti sosial dan satuBalai Penerbitan Braile Abiyoso. (Az)

Departemen Kehutanan

Terus Lakukan Upaya Hambat Laju Deforestasi

Departemen Kehutanan telah melakukan berbagai lang-kah konservasi hutan untuk menahan laju deforestasi ataukerusakan hutan di Indonesia. Kepala Bidang Analisis danPenyajian Informasi Departemen Kehutanan, Ir. Masyhud,mengatakan, hal itu dapat dilihat melalui program-programyang dilakukan diantaranya melalui gerakan nasional rehabili-tasi hutan seluas tiga juta hektar dan program hutan tanam-an seluas dua juta hektar.

Dephut juga melakukan restrukturisasi industri kehutan-an, penanganan dan pemberdayaan ekonomi masyarakatsekitar hutan, pemantapan kawasan hutan, penangananmasalah illegal logging, serta rehabilitasi dan konservasi

sumber daya hutan.Upaya ini sejatinya

sejalan dengan desak-an organisasi lingkung-an hidup Green Peaceterhadap pemerintahagar mengambil lang-kah nyata untukmenghentikan lajukerusakan hutan.

Berdasarkan dataBadan Pangan Duniatahun 2007, Indonesiamerupakan salah satunegara dengan tingkatdeforestasi tercepat dibawah Brasil.

Data tersebut me-nyatakan tingkat de-forestasi di Indonesiamencapai 1,8 jutahektare, se-dangkanBrazil 3,1 juta hektarpertahun. (Tr)

Menonton dan Membaca

Wajah Kita

Barang apa yang pertama kali diangkat untuk dise-lamatkan saat banjir melanda? Banyak di antara kitayang secara spontan menjawab: televisi!

Entah mengapa, kotak gambar ajaib itu seringdianggap sebagai benda maha penting. Bahkan se-cara berolok-olok seorang teman mengatakan,bangsa kita ini lebih memilih tidak makan ketimbangtidak nonton televisi. Ia berani bilang begitu, karenadi perkampungan-perkampungan kumuh, dimanabanyak warga kekurangan makan, yang namanyaantena televisi tetap saja berderet-deret menjulangdari balik atap-atap reot. "Apakah itu bukan buktibahwa sambil berlapar-lapar mereka tetap berusahaagar bisa menonton televisi?" tanya kawan saya.Pertanyaan retoris tentu saja, yang tak selalu mem-butuhkan jawaban.

Menonton rupanya telah menjadi bagian tak ter-pisahkan dari kehidupan masyarakat. Sementara mem-baca, yang menurut para ahli pendidikan merupakanaktivitas terpenting untuk meningkatkan intelektuali-tas manusia, justru kurang mendapatkan perhatian.Coba saja disensus, berapa kali dalam sehari masya-rakat kita menonton televisi, dan berapa kali membacabuku. Perbandingannya pasti telak: jauh lebih banyaknonton tivinya!

Lalu siapa yang salah? Kawan saya bilang: pera-daban. Perubahan peradaban yang begitu cepatmembuat bangsa kita yang masih terbiasa denganbudaya tutur (lisan), tiba-tiba harus "meloncat" kebudaya nonton pasca ditemukannya perangkat IT,tanpa melewati budaya baca dan tulis terlebih dahulu.

Berbeda dengan bangsa Eropa dan Amerika yangmelakoninya secara berurutan--budaya lisan, budayabaca/tulis, baru kemudian budaya tonton--bangsaIndonesia melewatkan budaya baca/tulis. Makajadilah seperti sekarang ini, di mana-mana orang akrabdengan televisi tapi cuek pada buku dan bahanbacaan lain.

Menyikapi tren semacam itu bukan berarti kitaharus membendung pertumbuhan budaya tonton,terutama menonton televisi yang siarannya juga ba-nyak memberikan ilmu pengetahuan, melainkan ha-rus berupaya menyeimbangkan di antara keduanya.Sebab, kebiasaan membaca dan menonton televisisecara berimbang akan menjadi kegiatan yang salingmembantu dalam mengembangkan dan memba-ngun potensi sumber daya manusia.

Konon seseorang yang hanya terbiasa menontontelevisi dan tidak pernah membaca buku cenderungakan memiliki pola pikir simplistis, kurang kritis dansearah. Pada akhirnya, hal ini akan mempengaruhiimajinasi, intelektualitas, kreativitas, dan perkem-bangan kognitif.

Menonton memang berbeda dengan membaca.Orang biasa menonton secara sambil lalu. Karenaitu, jarang orang menonton kemudian dapat lang-sung mengambil inti sari teladan dari apa yang diton-tonnya. Sifat tontonan yang selintas lihat kemudianberganti, hanya mampu memenuhi keinginan ma-nusia untuk tahu, namun tidak memenuhi keinginanmanusia untuk mengerti. Lebih-lebih jika si penontondari "sono"-nya memang tidak dibekali dengan ke-mampuan media literacy alias kemampuan "membacamedia," maka pengaruh tontonan justru bisa meng-hancurkan pengetahuan itu sendiri.

Ini sangat berbeda dengan kegiatan membacayang tak bisa dilakukan secara sambil lalu. Orangharus memelototi tulisan secara serius untuk memak-nai bunyinya, dan dengan demikian isi bacaan lebihmudah merasuk ke dalam otak berpikir (mind brain)manusia.

Ungkapan terkenal dalam dunia baca adalah"membaca - mengerti." Sedangkan dalam dunia ton-ton, ungkapan yang paling terkenal adalah "masuktelinga kanan, keluar telinga kiri". ([email protected])

ilust

: w

ikip

edia

foto

:bf

Page 12: komunika 09 2007

Setiap kampung akan mendapatdana langsung Rp100 juta. Birokrasi

yang panjang dipangkas, gunamenghindari penyusutan nilai.

Muaranya ingin kembangkanpartisipasi dan tingkatkan

kesejahteraaan masyarakat.

Raut wajah lugu pewaris Tanah Papuaseolah menyiratkan harapan besar akan per-baikan nasib tanah kelahirannya. Desain oto-nomi khusus yang mungkin hanya menjadikonsumsi orang dewasa belaka dalam waktudekat akan dapat mereka saksikan langsungwujudnya.

Dana yang bersumber dari otonomi khu-sus mencapai belasan triliun rupiah, "namunjumlah itu tidak memberikan perubahanyang signifikan bagi kehidupan masyarakatPapua, malah sebaliknya mereka tak mampumenolong dirinya sendiri diatas kekayaanyang mereka miliki," kata Gubernur Papua,Barnabas Suebu, SH.

Hakekatnya otonomi khusus diberikanuntuk masyarakat Papua yang sebagianbesar berada di kampung-kampung. "Masa-lahnya selama ini pembangunan yang ber-sumber dari dana otonomi khusus hanyaterpusat di kota tidak sampai di kampung,"keluh Suebu.

Memang, perlu terobosan besar dan me-nyeluruh untuk membangun Tanah Papua.Perlu kesunguhan untuk memastikan bahwapembangunan yang dilaksanakan benar-be-nar menyentuh kepentingan masyarakat pa-da lapisan paling bawah yang tersebar di2.478 kampung.

Dua Dunia Otonomi KhususSelama lima tahun otonomi khusus ber-

jalan, banyak pihak menilai bahwa otonomikhusus tidak berhasil dalam implementasi-nya, "hanya menguntungkan birokrasi danelit-elit politik lainnya," ujar salah seorangakademisi. Walhasil, kemunculan dua "dunia"

yang bertolak belakang merupakan hal yangterhindarkan. Di satu sisi dunia birokrasi yangberpesta dengan uang otonomi khusus se-dangkan dunia satunya adalah dunia masya-rakat kecil yang hidup miskin, susah danmenderita.

“Otsus telah melahirkan dua dunia di Pa-pua. Dunia yang satu adalah dunia birokrasiyang berpesta pora karena uang, sedangkandunia yang satu lagi adalah dunia masyarakatkecil yang miskin, menderita dan susah, sam-pai-sampai ada yang mati karena kelaparan,”ungkap Suebu.

Respek untuk Warga PapuaUpaya menjembatani kesenjangan yang

ada digagas Gubernur Papua dalam sebuahprogram bernama RESPEK atau ProgramRencana Strategis Pembangunan Kam-pung. Konsep yang mengacu pola blockgrant ini diluncurkan agar pemerintah daerahbisa berhasil membangun Tanah Papua danmasyarakatnya.

"Sederhananya bisa dikatakan hingga sa-at ini masyarakat Papua yang berada di kam-pung-kampung kehidupannya tak tersen-tuh oleh pembangunan yang bersumber daridana otonomi khusus. Karena itu kita ber-usaha jalankan program ini," tegas Suebu.

Dengan filosofi sederhana seperti itu,maka strategi RESPEK akan dijalankan. Mela-lui program RESPEK segala kekuatan pemba-ngunan yang ada akan diarahkan ke kam-pung untuk membangun kampung. Konsepini juga merubah filosofi pembangunan yangselama ini dijalankan yaitu dari kota kekampung menjadi dari kampung ke kota.

Program yang menonjol dari RESPEK iniadalah pemberiaan dana langsung kepadasetiap kampung sebesar Rp100 juta. Danaini akan dikelola masyarakat kampung sesuai

kebutuhannya."Semua pemanfaatan uang ini, ba-

ik dari perencanaan, menyusun konsepdan program, pengawasan hingga per-tanggungjawaban dilakukan masyarakatkampung tersebut. Pemda hanya menyiap-kan tenaga pendamping dalam operasional-nya serta menyiapkan petunjuk pelaksanaprogram RESPEK ini agar dapat menjadi acu-an di lapangan," jelas Suebu.

Pangkas Tangan BirokrasiPemberian dana langsung ini memang

dirancang untuk memangkas birokrasi yangpanjang. Menurut Suebu, dana yang melaluibirokrasi panjang terkadang tidak sampai,kalaupun sampai pasti nilainya tidak sepertiyang diharapkan sudah banyak berkurang.

“Ibarat pipa air yang bocor ditengah ja-lan sehingga air yang tiba di rumah pen-duduk menjadi sedikit, syukur kalau ada yangmenetes terkadang sudah kering di tengahjalan sehingga tidak ada setetes pun yangsampai di rumah,” ujar Suebu berfilosofi.

Karena itu struktur anggaran yang adaselama ini diubah dari model piramida terbalikmenjadi piramidal, menuju anggaran yangberorientasi pada kepentingan rakyat.

Waktu lalu dana pembangunan lebihbanyak dipakai untuk membiayai aparaturdan masyarakat mendapatkan porsi yang se-dikit, maka sekarang dibalik alokasi untukmasyarakat yang berada di kampung-kam-pung mendapatkan porsi yang besar setelahitu infrastruktur baru kemudian aparaturyang terakhir (lihat grafik).

Asas ManfaatProgram ini dirancang untuk memastikan

agar dapat terjadi asas pemerataan denganlebih mengedepankan asas manfaat.

12

Berbagai program dari instansi teknis diarah-kan langsung ke kampung seperti kese-hatan, pendidikan, infrastruktur dan pem-berdayaan ekonomi masyarakat.

Penggunaan dana dana block grant inijuga tidak melibatkan kontraktor atau jasapihak ketiga, "murni harus dikerjakan olehmasyarakat sendiri agar uang bisa berputardi kampung tersebut," harap Suebu.

Nilai 100 juta akan meningkat setiap ta-hun dan hingga tahun kelima bisa mencapai500 juta per kampung. Selain dana blockgrant dari Pemda Provinsi Papua, Pemdakabupaten/kota juga diharapkan dapatmelakukan program yang sama denganmenyisihkan dana dari APBD kabupaten/kota untuk diberikan langsung ke kampung.

Banyak pihak berharap dalam kurunwaktu l ima tahun kualitas hidupnyamasyarakat kampung di Papua bisameningkat dan lebih sejahtera. Bukan tidakmungkin beberapa tahun lagi wajah pewarismasa depan Papua itu akan lebih berseri danbisa berkata. "Kampungku lebih baiksekarang. Dan aku bisa belajar dan bekerjadengan lebih baik."*

(yaanyoku@bipnewsroom,info)

Endang (49 tahun) staf peneliti BadanPenelitian dan Pengembangan sebuah kotamengeluh. Dari tahun ke tahun dana yangdialokasikan untuk lembaganya makin ber-kurang. "Bagaimana bicara hasil penelitianyang baik, untuk memastikan pencarian da-ta yang valid dan akurat kita selalu terken-dala masalah dana," tutur peneliti yang ber-gelut dalam kebijakan kota hampir dua dasa-warsa ini.

Kondisi kegiatan penelitian di lingkunganlembaga publik memang memprihatinkan,aku Endang. Padahal riset adalah bagian inte-gral dalam kebijakan publik. Sebelum kebijak-an diambil, pemerintah daerah perlu menge-tahui dengan pasti apakah kebijakan publikditerima atau tidak oleh masyarakat.

"Langkah ini jauh lebih efesien dibanding-

kan ongkos yang harus ditanggung oleh pe-merintah bila mengeluarkan kebijakan publikyang tidak sesuai dengan aspirasi publik," ce-tus Endang.

Belum MentradisiSecara substansial tugas penelitian dan

pengembangan belum menjadi tradisi yangmengakar di Indonesia. Dedy Hidayat penelitiPascasarjana Universitas Indonesia mengakuibahwa tradisi penelitian di Indonesia masihrendah sekali. Indikasi ini terlihat dari budgetyang dialokasikan untuk kegiatan penelitian,"Di negara-negara maju, menurut programpenelitian amat bervariatif dan jumlahnyabanyak, serta didukung dengan anggaranyang memadai," katanya.

Secara umum, diakui Kusmayanto Kadi-man, Menteri Negara Riset dan Teknologi,anggaran riset dari pemerintah hingga kinimasih di bawah 1 persen. "Padahal,UNESCO (Organisasi Pendidikan, IlmuPengetahuan, dan Kebudayaan Per-serikatan Bangsa-Bangsa) menetapkanstandar bahwa setiap negara harusmenyisihkan tiga persen dari pen-dapatan domestik bruto bagi pengem-bangan riset," kata Kusmayanto.

Hal senada juga diungkap Tjia MayOn, peneliti senior dari Institut TeknologiBandung. Ia malah menyatakan, "Negaramaju mana yang tidak punya kekuatan riset?”

Bagi Pak Tjia, panggilan akrabnya, Indo-nesia belum menyadari kekuatan peren-canaan yang berkembang melalui riset. Se-kalipun dana penelitian yang minim itu tidak

dipungkiri berperan namun minimnya danapenelitian itu diperparah oleh paradigmapemerataan. Artinya ada kecenderungandana yang minim itu disamaratakan ke semuabidang atau kelompok. "Seharusnya, kalaudana memang minim, justru harus berani se-lektif dan bersaing," imbuhnya.

Di sisi lain Meneg Ristek Kusmayanto ber-harap adanya intervensi pemerintah daerahberupa pemberian anggaran riset supaya le-bih meningkat. "Pemerintah juga meng-usulkan agar dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Pajak, yang kini masih digodokDPR, untuk mengalokaskani pengembanganriset yang lebih besar lagi dari pajak," ka-tanya.

Kelemahan Sumber DayaTjia May On, menduga kecenderungan

memandang orang secara pragmatis jugamenjadi penyebab lemahnya kekuatan risetdi Indonesia. “Indonesia punya banyakdoktor tapi banyak yang mandul!”

Dia membandingkan dengan AmerikaSerikat (AS), dii sana seorang ilmuwan bisa

saja masuk ke duniabirokrat. Menjadi

kepala NASA,misalnya. Na-mun, di AS,track re-cord calonk e p a l aNASA be-nar–benardilihat. Jadi,

karya–kar-yanya berupa

hasil penelitianatau publikasinya

menjadi pertimbangan.Justru, bukan gelarnya. "Orang yang benar–benar teruji dan berpengalaman saja yangbisa duduk di posisi strategis semacam itu.

Hasilnya jelas memuaskan, kebijakan–kebijakan benar–benar mengena dan dapatmembangun."

Di sisi lain, secara umum publik tak banyaktahu kelayakan produk penelitian lembagapublik. Hal ini menurut Tjia May On lantaransistem riset di Indonesia is not even rationalMungkin hal ini menjelaskan mengapa diIndonesia, banyak kebijakan yang tidakmengena dan terkadang justru melencengjauh dari harapan dan kebutuhan publik.

Tanggung Jawab PublikDewasa ini berbagai institusi publik

semakin sering mendapat sorotan yangberkaitan dengan dampak dari pekerjaan yangmereka lakukan. Disinilah peran lembagapenelitian atau pengkajian sangat potensialuntuk mengembangkan kebijakan yang lebihefektif. Lebih terarah dan terfokus sesuaidengan kebutuhan masyarakat.

Pengetatan anggaran lembaga publik ba-gaimanapun, menuntut adanya perencanaanyang lebih matang agar pertanggungjawab-an institusi yang dibiayai oleh uang rakyatbisa dijalankan secara efektif dan efisien.

Secara nasional dan jangka panjang, pe-nelitian atau riset merupakan sarana pentinguntuk meningkatkan kualitas bangsa."Penelitian yang tepat guna dan berhasilguna yang mampu dilaksanakan ilmuwan danpraktisi teknologi bangsa sendiri merupakanmodal dan investasi masa depan yang harusdifasilitasi melalui kapasitas kelembagaan yangada," kata Mohamad Soerjani AnggotaDewan Riset Nasional.

Di masa mendatang bisa dipastikansemua produk kebijakan publik yangdikeluarkan lembaga publik bukan tidakmungkin harus senantiasa didasarkan hasilriset agar setiap produk kebijakan lebihbermakna, tak sekadar proyek belaka.*

([email protected])

Dewasa ini insti-tusi publik makin se-

ring mendapat sorotanterkaitan dengan dampak

dari pekerjaan yang merekalakukan. Disinilah peran lem-baga penelitian atau pengka-jian sangat potensial untukmengembangkan kebijakan

yang lebih efektif danberpihak pada

rakyat.

foto

: m-b

f

foto

: yy

m-b

fbf