komunika 07 2006

12

Upload: komunika-tabloid

Post on 09-Mar-2016

265 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Rusly HS Sekjen Dewan Eksekutif Madura Center Jalan Berdikari I No 35 Cawang Kavling Jakarta Timur 13340. Telepon 021-93579199 e-mail: [email protected] SEGERA KIRIM ALAMAT LENGKAP ANDA DAN KAMI AKAN MENGIRIMKAN TABLOID KOMUNIKA KE ALAMAT ANDA. GRATIS! Fahmi Sidik Semampir, Kediri, Jawa Timur. e-mail: [email protected]. Diterbitkan oleh: 2 --Terima kasih atas perhatian anda. Kami akan kirimkan secara gratis ke alamat di atas. --Usul anda kami pertimbangkan. Edisi 07/Tahun II/Mei 2006

TRANSCRIPT

Page 1: komunika 07 2006
Page 2: komunika 07 2006

2Edisi 07/Tahun II/Mei 2006

KOMUNIKA

Untuk mendapatkan TabloidKomunikA, silahkan Dinas/Badan/

Kantor Infokom/Humas Provinsi/Kab/Kota dan instansi lain di seluruh

Indonesia mengirimkan alamat lengkapkepada kami melalui surat ke alamat

redaksi KomunikA, faksimil(021) 3521538, atau e-mail

[email protected]

Diterbitkan oleh:DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Pengarah: Menteri Komunikasi dan Informatika Penanggungjawab: Kepala Badan Informasi PublikPemimpin Redaksi: Kepala Pusat Pengelolaan Pendapat Umum

Wakil Pemimpin Redaksi: Sekretaris BIP dan Para Kepala Pusat BIP Sekretaris Redaksi: Richard TampubolonRedaktur Pelaksana: Nursodik Gunarjo Redaksi: Selamatta Sembiring, Tahsinul Manaf, Soemarno Partodihardjo,

Sri Munadi, Effendy Djal, Ridwan Editor/Penyunting: Illa Kartila, MT HidayatAlamat Redaksi: Jl Medan Merdeka Barat No 9 Jakarta Telp. (021) 3521538

e-mail: [email protected] menerima sumbangan tulisan, artikel dan foto yang sesuai dengan misi penerbitan.

Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan substansi dari tulisan tersebut.

Editorial

BERANDA

Keunggulan KompetitifDunia sekarang sedang memasuki atmosfir persaingan paling

sengit sepanjang sejarah. Keadaan ini terjadi karena dua arusbesar terjadi secara simultan, yaitu perubahan revolusioner dibidang manajemen dan teknologi informasi serta pelembagaanaturan-aturan yang memacu iklim kompetisi global.

Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang inovatif telahmenciptakan persaingan global yang hebat. Outputnya terwujuddalam berbagai produk teknologi dan manajemen yang memung-kinkan fleksibilitas dan aksesibilitas sangat tinggi dalam prosesproduksi, komunikasi dan pengambilan keputusan.

Fenomena tersebut diikuti kompetisi perdagangan bebas (freemarket). Setiap negara dihadapkan pada keniscayaan untuk me-ngurangi secara drastis ataupun menghapus kebijakan-kebijakanmakro yang tidak kondusif terhadap kompetisi, apakah itu subsidi,proteksi dan hambatan-hambatan tarif.

Hal pokok yang melandasi lahirnya pasar bebas adalah sema-ngat persaingan antar negara. Liberalisasi perdagangan dan pe-nerapan aturan-aturan pasar bebas memiliki dampak sangat be-sar pada kompetisi global. Dan, ini adalah warna khas duniadalam memasuki abad dan sekaligus milenium baru, yang berbedadari abad-abad sebelumnya.

Dengan demikian, setiap negara, apakah negara maju, ber-kembang atau terbelakang berada dalam satu arena kompetisidengan tantangan sama, aturan sama tetapi latar belakang dankemampuan yang berbeda. Berbagai kemungkinan, sebagai kon-sekuensi kompetisi, bisa saja terjadi, apakah itu degradasi (negaramengalami kemunduran) atau promosi (negara mengalami ke-majuan). Hal itu sangat tergantung pada keunggulan kompetitifyang dimiliki dan dikembangkan bangsa tersebut.

Paradigma keunggulan kompetitif bangsa adalah efisiensi(keunggulan atas biaya) dan inovasi (keunggulan atas produk).Keberhasilan ekspor produk manufaktur negara industri baru dannegara berkembang misalnya, adalah salah satu contoh keung-gulan atas biaya. Di negara berkembang hal ini didukung kebijakanrelokasi industri dari negara-negara maju.

Setelah berhasil melakukan efisiensi, negara industri baru dansebagian negara berkembang dihadapkan pada masalah, bagai-mana meningkatkan efisiensi sekaligus mengembangkan produk-produk inovatif. Sebab, bila tetap mempertahankan keunggulankomparatif dan keunggulan atas biaya, tanpa beranjak padapengembangan produk-produk kompetitif, niscaya akan tertinggal.

Bagaimana dengan Indonesia? Sebenarnya Indonesia masihberpeluang besar mengembangkan produk-produk ekspor. Darisekitar 7 ribuan lebih mata dagangan yang diperdagangkan didunia, Indonesia baru mengekspor sekitar 4.000 mata dagangan.Peluang ini dapat dimanfaatkan terutama dengan pengembanganproduk dagangan yang memiliki nilai tambah relatif besar.

Namun tentu saja, peluang tersebut hanya dapat terciptaapabila industri nasional didukung oleh kualitas SDM yang tinggi,infrastruktur fisik kuat dan lingkungan inovatif yang kondusif (ke-giatan penelitian dan pengembangan yang kompetitif).

Dari aspek kualitas SDM dan infrastruktur ekonomi, tantanganyang dihadapi juga tidak kecil. Dilihat dari struktur tenaga kerjaberdasarkan pendidikan, proporsi tenaga kerja Indonesia yangberpendidikan diploma ke atas masih sangat kecil. Hal ini meng-gambarkan tantangan yang besar dalam masalah pengembanganSDM dan infrastruktur fisik.

Bila dicermati, pada hakikatnya hubungan antara kualitasbangsa dengan manusianya adalah kausal. Artinya, bangsa yangmemiliki keunggulan kompetitif, tentulah manusianya juga memilikikeunggulan kompetitif, dan sebaliknya.

Sudah lama kita terbuai oleh kekayaan alam yang begitu me-limpah. Kita memiliki keunggulan komparatif jauh di atas bangsa-bangsa lain. Namun keadaan itu justru meninabobokan kita, se-hingga "lupa" mengembangkan keunggulan kompetitif. Saat bang-sa lain melesat di tengah persaingan yang sangat ketat, kita masihterengah-engah di garis start karena tak memiliki kemampuanmemadai untuk turut berpacu. Padahal kita tahu, persaingan takakan turun tensinya di masa datang. Justru semakin lama semakinsengit. Haruskah kita hanya berdiri sebagai penonton?

Des

ain

Cov

er: O

ryza

, Fot

o: m

yth;

ww

w.g

oogl

eear

th.c

om

KEBANGKITAN NASIONAL,SEPERTI APA WUJUD KONKRITNYA?

Belum lama ini kita memperingati Hari KebangkitanNasional. Bagi saya peringatan Harkitnas tidak asinglagi, karena tahun lalu dan tahun-tahun sebelum-nya saya juga ikut memperingati Harkitnas. Hanyamenurut saya, Harkitnas hanya sebatas upacarabendera, ziarah dan--di beberapa daerah--menge-nakan busana buatan dalam negeri selama sepe-kan (disebut pekan Swadeshi). Apakah memanghanya seperti itu yang dinamakan kebangkitan na-sional?Kalau kita tengok ke belakang, Harkitnas sebenar-nya lahir karena adanya momentum bersejarah yangmenjadi titik tolak bangsa Indonesia untuk "bang-kit". Tahun 1908 lahir perkumpulan Boedi Oetomo,yang membangkitkan kesadaran pergerakannasional untuk melawan penjajah. Tahun 1928 adaKongres Pemuda yang melahirkan kesadaran In-donesia sebagai satu nusa, satu bangsa dan satubahasa.Mungkin yang lain tidak setuju, tapi saya meng-anggap tahun 1945 dan tahun 1998 sebagaitonggak kebangkitan nasional. Tahun 1945 bangsaIndonesia bangkit untuk menetapkan diri sebagaibangsa yang merdeka, bebas dari penjajahan. Se-dangkan tahun 1998 adalah lahirnya orde reformasi,yang diikuti dengan perubahan besar-besaran dibidang sosial dan politik, khususnya demokratisasi.Di luar tahun-tahun itu, saya kira peringatan Harkit-nas ya hanya sekadar upacara, ziarah dan pakaibaju produk dalam negeri. Mungkin kita perlu men-cari momentum lagi, waktu yang benar-benar pasbagi bangsa ini untuk bangkit: bangkit melawankemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan.Mestinya, peringatan Harkitnas harus ada wujudkonkritnya, juga efek positifnya bagi kemajuanbangsa di masa datang. Tak ada gunanya memperi-ngati Harkitnas, jika hanya diisi dengan kegiatan-kegiatan seremonial, apalagi banyak makan biaya.Dan setelah acara usai, kita masih juga bertanya-tanya: apa yang bangkit dari bangsa kita?

Yuli RahayuBapedalda Kab Pasir, Kalimantan Timur

PERMOHONAN LANGGANANSesuai dengan informasi yang disampaikan

bahwa majalah KomunikA akan diberikan secaragratis, maka kami mengajukan permohonan lang-ganan secara gratis dengan alamat seperti di ba-wah. Demikian permohonan ini disampaikan, ataskerjasamanya kami sampaikan terima kasih.

Rusly HSSekjen Dewan Eksekutif Madura Center

Jalan Berdikari I No 35 Cawang KavlingJakarta Timur 13340. Telepon 021-93579199

e-mail: [email protected]

--Terima kasih atas perhatian anda. Kami akankirimkan secara gratis ke alamat di atas.

KIRIM BERITABerikut saya kirimkan berita tentang kegiatan ke-lompok Wartawan Peduli HIV/AIDS yang memba-gikan kondom gratis kepada masyarakat Jayapura.Harapan kami, KomunikA bersedia membantukami untuk mempublikasikannya kepada khalayak.Berita lainnya akan kami kirim menyusul. Terimakasih atas kerjasamanya.

Yani Williame-mail: [email protected]

--Kiriman berita anda kami muat di halaman 10KomunikA edisi ini. Kiriman berita, artikel, fotolainnya kami tunggu. Terima kasih.

TERLALU SERIUSMenurut saya KomunikA terlalu serius. Isinya terlaluberat untuk dicerna masyarakat pedesaan. Kalau un-tuk yang berpendidikan tinggi dan tinggal di kota,barangkali tidak masalah. Tapi bagaimana yang pendi-dikannya SD atau SMP dan tinggal di pedalaman?Apakah bisa mereka membaca KomunikA? Saya kirakeanekaragaman segmen pembaca perlu diperhatikandan disiasati secara cerdas oleh redaksi. Tidak seluruhinformasi pemerintah harus disampaikan dengan ba-hasa yang berat dan ilmiah. Yang ringan-ringan sa-jalah, segar dan menghibur, tetapi pesannya sampai.Namun harus diakui, membuat tulisan sersan (seriustapi santai) memang lebih sulit dibanding membuatartikel yang serius. Tapi saya yakin redaksi KomunikAbisa membuat yang demikian. Bisa kan red?

Fahmi SidikSemampir, Kediri, Jawa Timur.

e-mail: [email protected].

--Usul anda kami pertimbangkan.

BELUM TERIMA KOMUNIKASaya baca, katanya KomunikA didistribusikan secaragratis kepada Dinas/Badan/Kantor Infokom/HumasProvinsi/Kab/Kota di seluruh Indonesia. Tapi kantorsaya, Dinas Infokom Prop Jatim, kok hingga sekarangbelum terima KomunikA. Nyasar ke mana nih? Apaalamatnya belum ada? Kalau belum ini saya kirimi ala-matnya: Dinas Informasi dan Komunikasi Propinsi JawaTimur, Jl Rajawali 6 - 8 Surabaya.

Anom SurahnoSubdin Humas, Dinas Infokom Prop Jatim.

--Maaf, ada kesalahan teknis pada data base alamatyang kami miliki, sehingga jatah untuk Dinas InfokomProp Jatim belum terkirim. Akan kami kirim segeramulai nomor ini.

RUBRIK IPTEKMengapa KomunikA tidak memuat rubrik iptekterutama teknologi informasi/TI? Tugas Depkominfokan juga meliputi bidang informatika, jadi seyogyanyaKomunikA juga memuat hal-ikhwal yang berkaitandengan perkembangan serta manfaat TI bagi kehi-dupan manusia. Pada saat isu digital devide masihmengemuka, ada baiknya KomunikA memuat rubrikiptek/IT sebagai bahan pendidikan bagi masyarakatyang sebagian besar masih belum "melek TI".

Marah Ruslie-mail: [email protected]

--Masukan anda kami perhatikan.

Surat untuk Suara Publika dapat dikirim melalui e-mail atau langsung ke alamat redaksi disertai alamat lengkap.

SEGERA KIRIM ALAMAT LENGKAP ANDADAN KAMI AKAN MENGIRIMKAN TABLOIDKOMUNIKA KE ALAMAT ANDA. GRATIS!

Page 3: komunika 07 2006

3Edisi 07/Tahun II/Mei 2006

KOMUNIKA KESRA

Penanggulangan bencanaseyogyanya dilaksanakan

dengan manajemen berbasismasyarakat. Warga di lokasi

bencana menjadi subjek,diberdayakan untuk

menciptakan mekanismepenanggulangan bencana

sendiri, dilaksanakan olehwarga secara swadaya dan

untuk kebutuhan seluruhanggota masyarakat.

Sabtu (13/5) lalu, Gunung Merapi diJawa Tengah statusnya ditingkatkandari Siaga menjadi Awas. Kekhawatir-

an gunung berapi paling aktif di dunia ituakan segera meletus, merebak di mana-ma-na. Bukan hanya masyarakat sekitar gunungyang panik, pemerintah daerah setempat ju-ga kalang-kabut. Upaya evakuasi warga di-lakukan dengan segala cara, dari bujuk rayuhingga imbauan pejabat pusat dan daerahtermasuk Sri Sultan Hamengku Buwono X.Tenda-tenda darurat pun sudah dipersiapkanberikut logistiknya. Bahkan, pemerintah pu-sat sudah menyiapkan dana bantuan bencanasenilai Rp 400 miliar untuk penanggulanganbencana Merapi.

Namun sayangnya, tenda darurat ma-upun tempat penampungan yang disediakanmasih belum dimanfaatkan sepenuhnya olehpenduduk. Banyak warga yang tetap bersi-kukuh dengan pendiriannya untuk tetapbertahan di rumah masing-masing denganalasan untuk menjaga harta-benda yang di-miliki. Selain itu, ada yang berkeyakinan bah-wa Merapi belum akan meletus, karena be-lum ada tanda-tanda dari alam maupun isyaratdari sesepuh desa dan juru kunci, oleh karenaitu sebagian warga belum mau mengungsi.

Tampak ada perbedaan antara sikap dankeyakinan sebagian masyarakat dengan pe-merintah. Pemerintah menganggap tanda-tanda yang ditangkap dengan teknologi mo-dern oleh Balai Penyelidikan dan PenelitianTeknologi Kegunungapian (BPPTK) sudah sa-ngat genting, sehingga masyarakat harus se-

gera dievakuasi. Di sisi lain, masyarakat ber-pegang pada pengalaman, kearifan lokal, dantanda-tanda alam tentang perlu tidaknya me-ngungsi, walaupun data pengamatan dariBPPTK tetap mereka perhatikan.

Dalam peristiwa letusan Gunung Merapi22 November 1994 lalu, masyarakat memangmengandalkan tanda-tanda dari alam untukmengungsi dan menyelamatkan diri karenawaktu itu bisa dikatakan peralatan peringatandini milik BPPTK masih belum berfungsi secarasempurna. Demikian pula pada letusan Febru-ari 2001, inisiatif wargalah yang membuatwarga waspada.

Maka, yang harus dilakukan oleh semuapihak, khususnya oleh pemerintah, adalahmengakomodasi sikap, kultur, dan kearifanyang dimiliki masyarakat sebagai bagian in-tegral dalam siklus manajemen bencana yangberkelanjutan. Hal tersebut harus dibarengidengan upaya komunikasi dan membangun

kesepahaman ten-tang makna dari ba-haya Merapi yang di-mengerti oleh se-mua pihak, khusus-nya masyarakat danpemerintah.

BerbasisMasyarakat

M a n a j e m e nbencana jangan di-artikan hanya ber-langsung ketika dal-am situasi darurat,namun harus dipan-dang sebagai sebu-ah proses yang ber-kelanjutan, bahkandalam keadaanaman sekalipun. Ma-syarakat harus di-tempatkan sebagaisubyek utama da-lam mitigasi benca-na.

Ir Eko TeguhParipurno, staf pe-ngajar jurusan Geo-logi STTNas, mene-kankan pentingnyamengelola kawasanrawan bencana Me-rapi dengan mana-jemen bencana ber-basis masyarakat.

"Sistem mana-jemen bencana se-

lama ini baru sebatas fisik Gunung Merapi.Masyarakat baru dipandang sebatas objek,belum menempatkan masyarakat sebagaisubjek.

“Seharusnya, dengan segala keterba-tasan yang ada, masyarakat diberdayakanuntuk mampu membangun dan mengelolasistem peringatan dini, melakukan evakuasidan barak pengungsian. Manajemen kesiap-siagaan berbasis masyarakat setempat inilebih memungkinkan bergerak cepat,” kata-nya.

Paripurno mengatakan, manajemen ke-siapsiagaan akan lebih baik bila terus diasah.Targetnya mampu mengosongkan warga ku-rang dari 30 menit. “Jika diterapkan padakasus meletusnya Merapi pada 10 Februari2001, warga telah di barak sebelum pukul05.30, sebelum aktivitas puncak terjadi. Ti-dak perlu menunggu sirine berbunyi,” imbuh-nya.

Antisipasi KecemasanSituasi yang tidak menentu memang

sering menimbulkan kecemasan. Secara so-siologis, pada titik selanjutnya bisa saja ber-ubah ke arah pudarnya kepercayaan sosial(social trust) yang ini tentu berbahaya bagisolidaritas masyarakat. Tentu saja hal ini tidakbisa dibiarkan terus-menerus. Untuk itu, anti-sipasi terhadap kemungkinan meletusnya Gu-nung Merapi menjadi ujian bagi kemampuanpemerintah serta masyarakat umum dalammenghadapi bencana. Mereka harus mem-pertahankan situasi yang kondusif, meskiancaman alam tengah membayangi.

Kondisi masyarakat yang demikian initerutama masyarakat sekitar Gunung Merapidapat dikategorikan dalam kondisi krisis, dimana suasana aman dan nyaman mulai ber-kurang. Harmoni sosial sedikit banyak terusik.Masyarakat jadi rentan terhadap guncangandan gejolak sosial karena melemahnya kualitaskontrol sosial dan rendahnya solidaritas-integrasi sosial.

Untuk menghadapi kondisi tersebut, upa-ya selanjutnya adalah mencegah agar krisistidak makin meluas. Kejelasan terhadaptindakan antisipasi yang terencana, terukur,dan terbuka akan meminimalisasi kegelisahanserta keresahan warga. Pemerintah daerah,kalangan ilmuwan juga pemuka masyarakatyang sehari-hari bergelut dengan kegunung-apian perlu mencurahkan perhatian penuhmengantisipasi berbagai kemungkinan yangmuncul apabila Gunung Merapi benar-benarmeletus. Jangan sampai peristiwa itu menim-bulkan kerugian baik sosial, material, maupunkorban jiwa yang besar.

Kesiapan untuk mengantisipasi berbagaiakibat yang mungkin ditimbulkan oleh letusangunung berapi mesti menjadi perhatianpenuh. Tidak hanya persoalan teknis evakuasinamun juga bagaimana mempertahankansituasi kondusif masyarakat agar tidak terjadigejolak yang berlebihan. Gejolak ini bisa jadiditimbulkan oleh ketidakpercayaan, keku-rangsiapan terhadap langkah-langkah anti-sipasi, maupun informasi terkait perkem-bangan paling mutakhir status gunung Me-rapi.

Ketahanan sosialKetahanan sosial yang patut diperhatikan

itu tidak hanya terbatas saat menghadapiancaman bencana alam, tapi juga setelahsituasi krisis ini berlalu. Konsep ketahanansosial dipahami sebagai kemampuan masya-rakat untuk bertahan, menjaga perdamaiandan memulihkan keadaan dari berbagai te-kanan, seperti perubahan lingkungan, pergo-lakan sosial, ekonomi, politik, bencana ma-upun berbagai kejadian alam.

Salah satu jalan menciptakan ketahanansosial masyarakat adalah dengan menyedia-kan ruang publik seluas-luasnya. Ruang publiktersebut dapat berfungsi sebagai tempat ba-gi masyarakat untuk memperoleh informasiyang transparan. Ruang publik juga membe-rikan informasi terkait perkembangan statusmerapi, langkah antisipasi oleh pemerintahserta bagaimana keterlibatan masyarakatdalam program-program penanganannya.

Dengan adanya informasi yang benar,pada tahap selanjutnya diharapkan masya-rakat dapat melakukan identifikasi dan kontrolserta berpartisipasi aktif dalam setiap tahapanyang akan dilalui dalam menghadapi ancamanbencana alam ini. Penggunaan media pendu-kung seperti media massa, baik media elek-tronik maupun media non elektronik akansangat membantu selain melalui saluran ko-munikasi tradisional yang selama ini telahberjalan.

Tinggi rendahnya ketahanan sosial dapatdilihat dari efektif-tidaknya: tingkat perlin-dungan terhadap kelompok rentan, misalnyapenduduk usia lanjut, anak-anak, orang cacat;tingkat dukungan terhadap individu kurangmampu, misalnya fakir miskin, orang tua cerai,usia lanjut, anak cacat terlantar; juga tingkatpartisipasi sosial ekonomi yang dapat diwu-judkan oleh individu, keluarga atau kelom-poknya.

Ya, setidaknya Merapi telah memberipelajaran: saat terjadi bencana, korban jiwadalam jumlah besar sebenarnya dapat di-hindari, asal kita siap dan mau bersatu-padusecara sinergis untuk menghadapinya. (g-multis)

Manajemen Bencana AlamBerbasis MasyarakatBerbasis Masyarakat

Amuk Gunung Merapi Februari 2001, truk pengangkut pasir terbenam lahar di Kali Boyong.

Gunung Merapi, cantik tapi galak.

imag

eban

k

keda

ulat

anra

kyat

.com

Page 4: komunika 07 2006

4Edisi 07/Tahun II/Mei 2006

KOMUNIKA POLHUKAM

Menyikapi protes buruh diGedung DPR/MPR RI 3 Mei

2006 yang berakhir ricuh,Presiden meminta kepada

semua pihak untukmenahan diri agar tidak lagimeramaikan masalah revisi

UU No.13/2003 tentangKetenagakerjaan.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyonomenyatakan, setelah mengkaji danmempelajari situasi yang ada, men-

dengarkan aspirasi dari para pekerja langsungmelalui dialog dengan mereka di pabrik-pabrik, serta mendengarkan aspirasi asosiasi-asosiasi pekerja, juga asosiasi dunia usaha,berjanji akan menata kembali semua yangterkait dengan dunia usaha dan kehidupanpekerja.

"Yang akan kita buat bukan hanya un-dang-undang, tetapi keseluruhannya. Kitaakan buat sistemnya, tujuannya, pilarnya,sampai pada peraturan yang berlaku,” kataSBY di sela lawatannya ke Timur Tengahbeberapa waktu lalu.

Selanjutnya dikatakan, "Sekarang kitajeda dahulu. Kalau undang-undang,

ya tentunya nanti kita bahas de-ngan DPR-RI. Sebelum undang-undang kita susun, kita berbicaradahulu, apa sebenarnya tujuansemuanya ini. Kepentingan tenagakerja apa, kepentingan dunia usa-ha apa, kepentingan pemerintah

apa, dan kepentingan hubungan antar ne-gara apa dan sebagainya. Lebih bagus kitadalam posisi itu, dan kita jeda untuk menatakembali. Karena itu saya kira tidak perlu kitameramaikan lagi dengan statemen-state-men yang justru tidak sesuai dengan apayang saya katakan beberapa waktu lalu.”

Hikmah pernyataan tersebut mencer-minkan bahwa kita perlu berhenti sejenakuntuk menjernihkan pikiran dan kembali padatujuan semula. Tujuan memperbaiki harkatdan martabat bangsa melalui peningkatanperekonomian/dunia usaha memerlukan ke-arifan berbagai pihak yang dalam hal ini kaumburuh dan pengusaha serta pemerintahsebagai fasilitator. Meskipun untuk itu diper-lukan proses alot dan panjang, tetapi kea-dilan yang maksimal setidak-tidaknya telahdiupayakan. Masukan dari berbagai pihakkhususnya para akademisi sangat diharapkandengan melakukan evaluasi obyektif danmemberikan sumbangan pemikiran dalamupaya revisi ketentuan hukum bagi duniausaha.

Proses PanjangPerhatian publik terhadap isu revisi UU

Ketenagakerjaan mulai mencuat setelah di-terbitkannya Instruksi Presiden 3 Tahun2006 tanggal 27 Februari 2006 tentang Pa-ket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi. Da-lam Inpres dimaksud disinggung masalah ma-salah ketenagakerjaan (lihat Tabloid Ko-munikA edisi 04).

Dalam proses selanjutnya perlu disimakhasil tanya jawab seusai kuliah perdanaPresiden SBY dengan judul “PeningkatanDaya Saing Bisnis dan Iklim Investasi padaEra Transisi Demokrasi” dalam rangka pe-luncuran Program Doktor Manajemen Bisnispada Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPBdi Grand Hyatt Jakarta Sabtu, April 2006.

Menyangkut soal buruh, presiden meng-ajak para pengusaha untuk tidak menjadi-kan upah buruh sebagai faktor untuk mema-jukan usahanya. Pemerintah tidak akanmenjadikan upah murah sebagai iming-imingbagi masuknya investasi asing. Presiden me-nginginkan agar upah buruh menyejahtera-kan. Namun, diingatkannya upah riil tersebut

harus sebanding dengan produktivitas.Menurut presiden, hal pertama yang

harus dipastikan terhadap buruh adalah hak-hak mereka yang harus sejalan dengan pe-ningkatan dan keuntungan perusahaan. Ar-tinya, jika perusahaan meningkat, kesejah-teraan buruh juga harus meningkat.

Untuk pertumbuhan perusahaan yangmakin meningkat, buruh harus produktif, di-siplin, dan efisien. Beberapa hal tersebut bisadilakukan bersama-sama, yakni pemerintah,perusahaan dan buruh itu sendiri.

Presiden tidak menginginkan upah buruhyang tinggi dijadikan alasan tidak kompeti-tifnya suatu perusahaan. Karena sebenar-nya, upah buruh yang tinggi tetap bisa mem-buat suatu perusahaan sehat dan berkem-bang, jika diimbangi dengan produktivitas.

Untuk itu, pemberian pelatihan, pema-haman, dan semua pihak yang bekerja samadengan baik sangat diperlukan.

Pertemuan TripartitDi Wisma Negara Jakarta awal April 2006

diselenggarakan pertemuan awal forum tri-partit (wakil pengusaha dan buruh, dan pe-merintah). Dalam pertemuan itu hadir Pre-siden Susilo Bambang Yudhoyono bersamaWakil Presiden Jusuf Kalla didampingi MenteriTenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Su-parno, Menteri Perindustrian Fahmi Idris,Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati,serta Menteri Negara Perencanaan Pemba-ngunan Nasional/Kepala Badan Peren-canaan Pembangunan Nasional PaskahSuzetta.

Wakil pengusaha dan buruh yang hadiradalah dari Serikat Pekerja Seluruh Indonesia(SPSI), Serikat Pekerja Indonesia, SerikatBuruh Sejahtera Indonesia, SPSI Reformasi,Serikat Buruh Muslim Indonesia, Serikat Pe-kerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN), danSerikat Pekerja Perkebunan serta AsosiasiPengusaha Indonesia (Apindo) dan KamarDagang dan Industri Indonesia (Kadin).

Jika revisi diputuskan untuk dilakukan,draf yang diajukan pemerintah kepada De-wan Perwakilan Rakyat adalah draf usulanforum tripartit nasional yang melibatkan bu-ruh, pengusaha, dan pemerintah.

Dalam pertemuan, menurut Aburizalyang menjadi juru bicara pertemuan tri-partit, Presiden menegaskan tiga pilar yangharus dijadikan wacana semua pihak yangberkepentingan, yaitu perlindungan, kese-jahteraan, dan hak-hak tenaga kerja harusdiperhatikan; tumbuh dan berkembang baik-nya perusahaan di Indonesia; dan tumbuh-nya dunia usaha secara nasional.

“Presiden mengemukakan, semua ham-batan investasi diatasi secara serentak, yaitupemberantasan korupsi, birokrasi yangmembuat biaya tinggi, perbaikan infrastruk-tur, keamanan, penegakan hukum, danperburuhan,” ujarnya.

Untuk meninjau UU No 13/2003, Presi-den akan meminta lembaga universitas yangterpercaya untuk melakukan evaluasi se-bagai salah satu pembanding atas apa yangdilakukan buruh, pengusaha, dan peme-

rintah dalam forum tripartit.Ketua Umum Kadin MS Hidayat seusai

pertemuan menyatakan, kalau nantinya re-visi UU No 13/2003 harus masuk dalam fo-rum tripartit antara pemerintah, pengusaha,dan serikat pekerja (SP), maka apa punkeputusannya harus dapat mengikat seluruhserikat pekerja yang saat ini berjumlahsekitar 80 organisasi.

Hidayat menambahkan, di luar draf revisiUU No 13/2003 yang dibuat pemerintah,Kadin sudah menyiapkan rancangan revisiUU Ketenagakerjaan. Kadin menginginkanpenyempurnaan dalam beberapa pasal yangdirevisi.

“Pengusaha juga tidak ingin revisi itumemberatkan dan mengurangi tingkat ke-sejahteraan pekerja. Namun, juga jangansampai membuat investor takut untuk berin-vestasi di sini,” kata Hidayat menambahkan.

Ketua Umum Pengurus Pusat FederasiSerikat Pekerja Bangunan dan PekerjaanUmum (FSP BPU-KSPSI) Syukur Sarto, se-usai pertemuan dengan Presiden, menyata-kan, 95 persen SP yang hadir menolak drafrevisi UU Ketenagakerjaan yang disampaikanpemerintah. “Kalau rancangan revisi UU Kete-nagakerjaan itu masih akan dipakai, kamiakan turun lagi ke jalan,” ujarnya.

Ketua SP BUMN Abdul Azis Hassan me-ngatakan, dari tiga pilar yang ditegaskan Pre-siden Yudhoyono, sangat jelas hal itu telahmembatalkan rencana revisi UU No 13/2003yang sangat bertentangan dengan tiga pilaritu.

Pro-KontraTerkait penolakan dari pekerja, kalangan

pengusaha membantah tudingan bahwarencana revisi UU 13 Tahun 2003 tentangKetenagakerjaan berpihak pada pengusaha.Sebab, draf yang diusulkan pemerintah danDPR, dari sudut pandang pengusaha sebe-narnya berpihak pada upaya mengurangijumlah pengangguran.

Sekretaris Jenderal Asosiasi PengusahaIndonesia (Apindo), Djimanto, di Jakarta,beberapa waktu lalu mengimbau para pim-pinan serikat pekerja, untuk tidak hanya me-lihat UU Ketenagakerjaan, tetapi aturan la-innya. “Beberapa ketentuan yang mereka(pekerja) anggap tidak diatur dalam drafrevisi, sebenarnya sudah diatur sebelumnyadalam UU yang lain,” katanya.

Misalnya, soal jaminan sosial sudah diaturdalam UU No 3 Tahun 1992 tentang JaminanSosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Sedang-kan, masalah pengaturan pensiun juga su-dah diatur dalam UU 11 Tahun 1992 tentangDana Pensiun.

Sementara itu, penolakan terhadap ren-cana revisi UU 13 Tahun 2003 tentang Kete-nagakerjaan meluas di sejumlah daerah.Mereka yang menolak menilai, draf revisi UU

tidak sesuai dengan semangat kemitraanantara pengusaha dan pekerja. Di sisi lain,mereka juga mendesak pemerintah untukkembali memberlakukan UU Ketenaga-kerjaan yang lama, yakni UU 22 Tahun 1957dan UU 12 Tahun 1964.

Draft AkademisMenteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi,

Menteri Pendidikan Nasional dan perwakilandari lima perguruan tinggi yakni UniversitasSumatera Utara, Universitas Padjajaran,Universitas Indonesia, Universitas GadjahMada, dan Universitas Hasanuddin, bertemudi Kantor Menko Perekonomian beberapawaktu lalu untuk membicarakan rancanganakademis revisi Undang-Undang Nomor 13Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Menurut Menteri Tenaga Kerja danTransmigrasi Erman Suparno, dari perwakilanlima perguruan tinggi pemerintah akanmeminta pemikiran dan masukan-masukan. Yang menjadi perhatian pemerintah, ung-kapnya, adalah bahwa filosofi ketenaga-kerjaan bukan hanya memikirkan pekerjayang telah bekerja, namun juga memikirkanstakeholder lainnya seperti masyarakat yangbelum mendapatkan pekerjaan dan yangingin melakukan usaha.

Sekretaris Jendral Asosiasi PengusahaIndonesia (Apindo) Djimanto mengatakan,struktur dari UU Nomor 13 Tahun 2003 ten-tang Ketenagakerjaan memang harus dikajioleh kawan-kawan dari universitas secaramultidisiplin. Yaitu diantaranya dari disiplinilmu ekonomi perusahaan, akuntansi, ilmuekonomi pembangunan dan hukum.

“Saya percaya bahwa dengan kajian darilima universitas yang terkemuka ini bisamendapatkan satu tinjauan atau analisisyang konferehensif sehingga menyentuhmasalah-masalah yang fundamental, yangkemudian nanti bisa menjadi masukan untukkita semua,” jelasnya.

Rangkaian peristiwa yang terjadi telahmenjadi bukti bahwa mencari titik temuantara pengusaha dan pekerja bukanlahpekerjaan yang mudah. Namun kendatisulit, setidaknya semua dapat menjadihikmah bagi kita bersama dalam membangunkebangkitan bangsa yang bermartabat,sejahtera dan berkeadilan bagi semua.

Tampaknya apa yang disampaikan pre-siden memang benar, sekarang saatnyacooling down. Saatnya duduk bersama satumeja untuk membahas permasalahan ber-sama-sama secara lebih mendalam. Pertikai-an tak menghasilkan apapun, selain perpe-cahan dan anarki.

sm-berbagai sumber/g

Agar Pengusaha - Pekerja Sama-sama Lega

imag

eban

k

Page 5: komunika 07 2006

5Edisi 07/Tahun II/Mei 2006

KOMUNIKA POLHUKAM

Saat ini, tindak kejahatan lintasnegara cenderung meningkat.Aksi teror, perompakan danpembajakan, penyelundupan,imigrasi gelap, perdagangan

narkotika dan obat obat terlarang, pe-nangkapan ikan secara ilegal, serta pen-curian kekayaan alam merupakan ancam-an terhadap negara dan bangsa Indonesia.Karena itu, penggunaan kemampuan per-tahanan yang diarahkan untuk memerangitindak kejahatan lintas negara merupakanprioritas utama.

Dalam menghadapi ancaman teroris-me, sektor pertahanan akan selalu berpijakpada aturan dan ketentuan hukum yangberlaku baik secara nasional maupun in-ternasional. Upaya ini pun telah memper-oleh dukungan dari DPR. RUU tentangKonvensi Internasional PemberantasanPengeboman oleh Terorisme dan RUU Kon-vensi Internasional Pemberantasan Penda-naan Terorisme telah disahkan dan disetu-jui DPR menjadi undang-undang. MenluHasan Wirayuda mengharapkan denganpengesahan Undang-undang tersebut akanmemperkuat pranata hukum, lembaga dankapasitas indonesia dalam kerjasamainternasional. Ia juga menjelaskan bahwaratifikasi kedua konvensi ini mencerminkankomitmen politik yang kuat dari pemerintahdan bangsa ini dalam memerangi teroris-me dan akan memberi keuntungan bagibangsa Indonesia dalam memperlengkapkhazanah UU pada bidang terorisme dansejauh ini tidak ada pertentangan.

Pergeseran TantanganKeamanan Dunia

Gubernur Lemhanas, Muladi, mengata-kan bahwa tantangan keamanan di dunia,khususnya Asia Timur, setelah berakhirnyaperang dingin, telah bergeser dan lebihbanyak pada isu-isu non tradisional.

“Konsep keamanan tidak lagi semata-mata mengacu pada terminologi militer, “kata Gubernur Lemhanas, Muladi, padadiskusi nasional peluncuran buku Develop-

ment, Migration and Security in East Asia,di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Perkembangan persoalan keamanannon tradisional cukup mengkawatirkan baikdari sisi nasional, regional maupun inter-nasional, seperti terorisme, transnationalorganize crime, perusakan lingkungan hi-dup, internal konflik, penyakit menular, dansebagainya dan mencakup dampak dan wi-layah yang sangat luas luas, seperti politik,ekonomi, sosial budaya dan ekologi.

“Salah satu isu yang menonjol dalamkonsep keamanan non tradisional adalahisu international migration baik dalam ben-tuk penyelundupan orang maupun perda-gangan orang, “ ujarnya.

Menurut Muladi, pergerakan manusiayang melintasi batas negara dalam skalayang masif telah menimbulkan tantanganbaru pada masalah keamanan, khususnyajika diletakkan dalam konteks human secu-rity, dan beberapa contoh kasus yang me-nonjol itu yang kita alami: ekploitasi peker-ja migran, penyelundupan dan perdagang-an manusia, pembangunan jaringan obatbius antar negara, pengembangan jaring-an teroris internasional, yang cukup dira-sakan bangsa Indonesia.

“Ketimpangan ekonomi antar negarajuga telah menimbulkan tekanan migrasiinternasional yang mengakibatkan ma-salah-masalah pelik dalam tataran hubung-an antar negara di kawasan, khususnyadi perbatasan, terlebih lagi dengan sema-kin kuatnya kecenderungan suatu negarakhususnya negara maju, untuk menerap-kan kebijakan imigran yang semakin ketat,"katanya.

Trans Nasional Crime CenterPertengahan Februari lalu. Kantor

Trans Nasional Crime Center (TNCC) RO

Analis Bareskrim Polri yang berlokasi diLantai 12 Gedung TNCC, diresmikan olehKapolri, Jenderal Polisi Drs. Sutanto. Ter-wujudnya TNCC diawali pemikiran ber-bagai pihak dan tidak lepas dari bantuanAFP (Kepolisian Federal Australia) di bi-dang informasi dan teknologi dalam me-merangi kejahatan Trans Nasional.

“TNCC ini dilengkapi dengan peralatanteknologi internasional yang memiliki ke-mampuan program yang cukup canggihdengan program CMIS dan CETS,” ujarKapolri.

Aplikasi Case Management IntelligentSystem (CMIS) sudah tergelar di seluruhPolda dan Polwil Surakarta. Sedangkanprogram Child Explotations Tracking Sys-tem (CETS) akan digelar di enam Poldayaitu Polda Sumatra Utara, Kepri (Batam),Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur,dan Yogyakarta. Kemampuan lain yang ter-kait dengan TNCC adalah Jakarta CentreLaw Enforcement Cooperations (JCLEC),serta PLATINA (Pusat Pelatihan Anti TerorNasional) di Pusdik Reserse Megamen-dung Cisarua Bogor. “Tugas pokok TNCCadalah menyelenggarakan pengelolaandata kejahatan transnasional untuk kemu-dian disalurkan kepada unit-unit tim In-vestigasi kriminal nasional maupun inter-nasional,” tegas Jenderal Sutanto.

TNCC sendiri memiliki delapan kemam-puan analisis yaitu terorisme, narkotika,penyelundupan orang, pencucian uang,pembanjakan laut, penyelundupan ten-tara, kejahatan melalui cyber dan keja-hatan ekonomi secara internasional.

Jenderal Sutanto menegaskan, TNCCmerupakan sub organisasi sebagai pelak-

sana staf di Bareskrim Polri yang diharap-kan dapat memberikan manfaat dan diber-dayakan untuk memberi masukan kepadapimpinan berupa inisiatif tentang upayapenegakan hukum nasional maupun in-ternasional. Selain itu diharapkan puladapat mengatur kerjasama dengan orga-nisasi-organisasi penegak hukum untuksaling berbagi informasi, baik nasionalmaupun internasional serta menyediakananalisis informasi mengenai kejahatanyang bersifat lintas negara.

Kerjasama GlobalMenangani keamanan wilayah kepulau-

an seperti Indonesia tentunya membutuh-kan koordinasi lintas instansi dan bila di-perlukan secara lintas negara. Mengingattindak kejahatan terorisme juga bersifatlintas negara, maka kerjasama keamananregional dengan negara-negara lain men-jadi penting. Bentuk-bentuk kerjasama ter-sebut akan tetap dilanjutkan di masa men-datang.

Meskipun menjalin kerjasama interna-sional, tidak berarti bahwa Indonesiabergantung pada negara lain terutama da-lam membuat kesimpulan atau keputusanuntuk suatu tindakan terhadap setiap kasusyang terjadi di wilayah Indonesia. Terha-dap setiap kasus terorisme di dalamnegeri, Indonesia senantiasa bersikapindependen dan tidak ingin didikte olehnegara manapun. (g-f)

Pelaku Kejahatan Makin Sulit BersembunyiUU KONVESI INTERNASIONAL TENTANG TERORISME:UU KONVESI INTERNASIONAL TENTANG TERORISME

goro

Page 6: komunika 07 2006

"Keberlimpahan sumber daya alam membuat bangsa Indo-nesia menjadi malas, tidak kreatif dan cenderung tumbuh menjadibangsa konsumtif," sindir almarhum Romo Mangunwijaya dalamsebuah diskusi di Yogyakarta beberapa tahun silam.

Menurut Romo Mangun, ketergantungan bangsa kita padahasil kekayaan alam sangat tinggi. "Sebagian dari kita hidup darijual beli hasil bumi secara langsung. Jarang yang mau mengolahhasil bumi itu menjadi produk yang memiliki nilai lebih di pasaran.Fenomena ini nyaris merata di seluruh daerah di Indonesia, dimanamayoritas penduduk hidup dari transaksi in-natura. Padahal jikamereka mau mengolahnya terlebih dahulu, pendapatan merekabisa jauh lebih tinggi.

Romo Mangun kemudian menganalogikan bahwa harga salepisang (pisang yang dikeringkan--Red) tentu jauh lebih tinggidaripada pisang mentah. Anehnya, hanya berapa gelintir manusiaIndonesia yang berpikir bahwa pisang dapat dibuat sale, danhanya satu dua yang benar-benar mau membuat sale. Padahaldi Jawa Timur ada pengusaha yang sukses karena memasarkansale ke luar negeri (Timur Tengah).

Hal yang hampir senada dikatakan Wali Kota Kochi Jepang,saat itu Tetsuto Matsuo, saat berkunjung ke Surabaya beberapawaktu lalu.

"Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Jika seluruhsumber daya itu dieksplorasi, kemudian dipoles dengan sentuhanteknologi dan dilempar ke pasar bebas, bangsa Indonesia pastiakan melejit menjadi raksasa ekonomi," ujarnya.

Bisa jadi Tetsuto berlebihan, akan tetapi dalam satu hal iabenar: bahwa kebanyakan masyarakat Indonesia belum seriusmemanfaatkan teknologi dalam pengelolaan sumber daya alam.

Sebagian besar orang Indonesia memang cenderung lebihsuka menjual bahan mentah yang langsung didapatkan dari alamtanpa mengolahnya terlebih dahulu menjadi bahan setengah ja-di atau bahan jadi, meskipun mereka tahu harga komoditasterakhir lebih tinggi. Itulah kelemahan paling esensial dari bangsaIndonesia di tengah sengitnya kompetisi perdagangan global.

Bukan hanya di pasar-pasar tradisional di perdesaan, di pasardunia pun Indonesia masih suka menjual bahan mentah dan se-baliknya membeli bahan jadi dari luar negeri. Kita jual minyakmentah dan kita impor kembali dalam bentuk minyak "jadi" sepertiminyak tanah, bensin, solar dan oli. Kita jual latex (karet mentah)dan kita beli ban. Kita jual kayu gelondongan dan kita beli meubelair--yang sebenarnya dibuat dari kayu kita juga--dengan harga yangfantastis. Demikian pula bahan-bahan galian dari tambang kitamengalir deras ke luar negeri dan kembali ke tanah air dalambentuk mobil, sepeda motor, pesawat terbang, kereta api, dan

sebagainya, yang tentu saja hanya bisa didapatkan denganharga berlipat-ganda.

Manfaatkan KeunggulanTak ada cara lain, untuk bisa ikut bermain di pasar global

bangsa Indonesia harus mampu memanfaatkan keunggulanyang dimiliki. Saran untuk memanfaatkan keunggulan ini sebe-

narnya bukanlah barang baru, namun menjadi relevan di-angkat lagi ketika bangsa Indonesia sedang menghadapi

masalah ekonomi seperti sekarang ini.Hal itu pulalah yang disarankan Bank Dunia.

Agar bisa keluar dari kondisi yang mengimpit,bangsa Indonesia disarankan memanfaatkan seca-

ra optimal keunggulan yang dimiliki, yakni melimpah-nya sumber alam baik energi maupun pertanian.

Selalu kita diingatkan, tidak ada negara yang dibe-rikan potensi alam yang begitu melimpah seperti Indo-nesia. Tanah paling cocok dan terbaik untuk budidayakelapa sawit di seluruh dunia misalnya adalah Sumatera.Namun, mengapa hasil kelapa sawit kita masih kalah

dengan Malaysia, baik dari sisi produksi maupun kuali-tasnya. Kita berada di urutan kedua, padahal dengan luasan

lahan yang lebih besar seharusnya kitalah yang terbaik.Mengapa hal seperti itu bisa terjadi? Karena kita tidak me-

ngembangkannya. Kelebihan yang kita miliki malah menimbulkankemalasan: menerima apa adanya yang diberikan oleh alam. Tidakdisadari bahwa suatu saat sumber alam akan habis, karena tidakseluruhnya bersifat renewable (dapat diperbarui). Minyak, batu-bara, gas alam, misalnya, suatu ketika cadangannya akan habis

total. Demikian juga kesuburan lahan, tanpa pemeliharaanintensif suatu saat akan mengalami masa kritis sehingga takmungkin lagi ditanami secara produktif. Sejauh mana kita me-mikirkan hal-hal seperti ini?

Agar mampu memanfaatkan keunggulan kompetitif itu dibu-tuhkan sebuah proses. Harus ada biaya untuk bisa memetikhasil yang lebih besar di kemudian hari. Tindakan untuk setiapkali menempuh jalan pintas dalam memecahkan persoalan pastimenjadi bahan tertawaan orang lain. Apalagi di sisi lain kita se-dang dihadapkan dua persoalan yang tidak kalah beratnya,yakni tingginya angka pengangguran dan kemiskinan.

Kedua masalah itu, yang sekarang ini diikuti lagi denganmenurunnya daya beli masyarakat, hanya bisa dipecahkan de-ngan masuknya investasi. Bahkan, secara spesifik investasi yangsekaligus mampu membuka lapangan pekerjaan itu tidak bisalain adalah di sektor yang kita memiliki keunggulan tadi, yaknisektor pertanian. Namun yang terjadi adalah kita sepertinya"melupakan" sektor pertanian? Sayang memang, bahwa kitayang tinggal di negeri kepulauan terluas di bumi dan terletakdi batas dua samudra ini, justru tidak mengenali potensi sendiri.

Potensi Luar BiasaKalau kita sadar, posisi negeri kita ini sungguh amat sangat

luar biasa berkahnya. Rentangkan peta bumi, dan perhatikankonstelasi kepulauankita di tataran dunia.

Indonesia merupa-kan negara kepulauanterbesar di muka bumiyang berada pada ba-tas dua samudra.Penghitungan tera-khir, jumlah pulau di In-donesia adalah 18.108pulau, dengan luas da-ratan 1,937 juta km2,luas laut kedaulatan3,1 juta km2, luas lautZona Ekonomi Eksklu-sif (ZEE) 2,7 juta km2,panjang garis pantai81.000 Km. Terlepasdari angka-angka yang“wah” dalam segi“jumlah”, negeri kitajuga sangat signifikandalam segi “posisi”.

Ibaratnya, kepulau-an Indonesia menem-pati lokasi strategis segi empat emas. Di lokasi strategis sepertiitu sungguh sayang kalau hanya sekadar menjual barangasongan. Indonesia harus mampu memanfaatkan lokasi emasdan jalur emas tadi melebihi apa yang sudah dilakukan oleh Si-ngapura.

Keunggulan sebagai negeri kepulauan yang berada di batasdua samudra berpotensi mendatangkan banyak keuntunganyang tidak dimiliki oleh negeri-negeri lain di muka bumi. Keun-tungan itu adalah dimilikinya kombinasi beberapa faktor yakni:geoekonomi dan geopolitik global, budaya dan peradaban,kondisi fisik-oceanografi-biologis, serta dari faktor geofisis-geologis.

Dalam geoekonomi dan geopolitik global, Indonesia beradapada titik sangat strategis di persimpangan antara pusat-pusatprodusen-konsumen. Pada tahun 1998 saja, ada sekitar 44%pelayaran dunia melalui perairan Indonesia. Sedangkan untukpelayaran perdagangan di cekungan Asia Pasifik ada sekitar95% pelayaran melalui perairan Indonesia, dimana 72% dian-taranya melewati selat Malaka. Industri mesin dan galangan-galangan kapal raksasa di Jepang, Korea, dan Singapura melayanipesanan para pengguna di Timur Tengah, Afrika Barat, danEropa yang mana pengiriman mesin-mesin berat dan strukturberukuran raksasa itu dimuat dan ditunda (ditarik) melintasiperairan kita.

LAPORAN UTAMA

Indonesia terletak di antara duabenua, Asia dan Australia, dan di

antara dua samudera, yaitu SamuderaIndonesia dan Samudera Pasifik. Posisi

Indonesia sangat strategiskarena berada pada persilangan

jalur lalu-lintas dunia.

Deret definisi lokasi negeri kita ini sudah baku dandikenal anak Indonesia sejak masih duduk dibangku SD. Pertanyaannya, masih relevankahdefinisi yang bertumpu pada faktor geografis ituuntuk dikedepankan di era global ini? Karena stra-

tegis-tidaknya posisi suatu negara pada saat ini tak lagi ditentu-kan oleh posisinya di garis lintang dan bujur bola dunia, akantetapi lebih ditentukan oleh posisinya dalam indeks daya saingdengan negara lain?

Jawabannya adalah masih relevan, bahkan masih sangatrelevan. Posisi geografis diakui masih sangat berpengaruh ter-hadap daya saing suatu negara dalam kancah perdaganganbebas sekarang ini, asal negara yang bersangkutan mampumemanfaatkan posisi itu untuk memperkuat bargaining posi-tion-nya di tingkat global. Tentu saja hal itu hanya dapat di-capai apabila diimbangi dengan kemampuan untuk menghasil-kan produk-produk inovatif berbasis teknologi secara efisien,yang menjadi faktor penentu kompetitif-tidaknya suatunegara.

Kelemahan EsensialKita sering membanggakan diri karena memiliki sumber daya

alam yang melimpah dan bumi yang sangat subur. Apapunada di Indonesia, mulai hasil tambang, hasil pertanian, peri-kanan, perkebunan dan sumber energi. Dan apapun yang di-tanam di Indonesia bisa tumbuh. Sampai-sampai Koes Plusmenggambarkan, di bumi nusantara ini, tongkat kayu danbatu pun bisa jadi tanaman, lantaran suburnya.

Tapi kita sering lupa diri, tertegun-tegun dan takjub de-ngan "kekayaan" yang kita miliki. Keberlimpahan sumber alammembuat semangat kompetisi menjadi lembek, karena alamtak "mengharuskan" kita bekerja terlalu keras. Benar, di negeriyang subur makmur ini orang tidak perlu membanting tulangagar bisa makan, karena apa yang akan dimakan sudah tersediadi alam.

6

imag

eban

k

imag

eban

k

Page 7: komunika 07 2006

Saat ini lalu lintas perdagangan barang antara China,Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan dengan negara-negaraUni Eropa, Afrika, Timur Tengah dan Australia-New Zealandtumbuh sa-ngat pesat. Asia Timur tumbuh spektakuler, dandikenal dengan global factories. Kapal-kapal dagang ber-seliweran dengan komo-ditas mentah dan barang produkjadi dengan sangat sibuk melalui perairan kita.

Dari segi pasokan bahan baku dan energi, selat Malakadan selat-selat lain juga memegang peran yang sangat vital.Ada 50,000 kapal per tahun yang melayari celah sempit SelatMalaka saja, diantaranya ada sepertiga (dan semakinmeningkat persentasenya) dari armada tanker minyak duniamelewatinya. Kebutuhan energi untuk Jepang dan Korea,80%-nya dipasok dari minyak, gas dan LNG yang ditrans-portasikan melalui Alur-alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).

Melihat keadaan tersebut, tak berlebihan jika dikatakanurat nadi perekonomian dunia ada di tangan Indonesia. Diakuioleh kalangan industri bahwa andai saja selat Malaka tersekat(karena bencana alam, kecelakaan, ataupun masalah keamanan),maka hampir separoh armada pelayaran dunia terpaksa berlayarlebih jauh. Sebagian akan melalui Selat Sunda, Selat Lombokataupun Laut Banda--ketiganya pun masih di perairan Indonesia.Dan apa-bila kapal-kapal tersebut menempuh perlayaran yanglebih jauh, waktu tempuh juga akan semakin lama. Hal ini

menyebabkan kapa-sitas cadangan armadakapal yang ada akanhabis terpakai, sehing-ga menyebabkan pa-saran dunia terpenga-ruh.

Diramalkan, nega-ra-negara di kawasancekungan Pasifik akanmengalami pening-katan impor minyakdan gas sebesar 43%antara tahun 1997hingga 2020. Kebu-tuhan ini akan menja-dikan negara-negaraAsia Pasifik ini menjadisemakin tergantungkepada pasokan dariTimur Tengah yangmenyimpan sekitar70% cadangan minyakdunia. Dengan semakinlajunya kebutuhan im-

por minyak oleh China (dan negara-negara Asia Timur) dari TimurTengah tersebut, maka Selat Malaka secara geopolitik akansemakin memiliki nilai strategis dalam beberapa tahun ke depan.

Asia Timur dan Timur Tengah dari tahun ke tahun akan sema-kin saling tergantung, dan Indonesia yang menguasai jalur perda-gangannya seharusnya mendapat berkah karena berada padafocal point kelancaran transportasi laut mereka. Oleh sebab itu,tidak sulit difahami kenapa pengamat strategi barat mengatakanIndonesia adalah pondasi pertumbuhan ekonomi Asia Timur.

Posisi Indonesia yang berada di persimpangan jalur emas inipun bagai sumbu sebuah timbangan peradaban. KepulauanIndonesia terletak di antara dua konsentrasi umat manusiaterbanyak di muka bumi (lebih dari 2 miliar jiwa) yaitu China danIndia. Dari segi kebudayaan dan peradaban, Indonesia mempu-nyai sejarah panjang dalam interaksi dan asimilasi budaya-budayabesar pada zamannya. Sejak dahulu kala, pertukaran budaya diantara dua bangsa dengan peradaban yang tinggi itu, secaratidak langsung juga melibatkan para penguasa di perairan Nusan-tara ini. Sriwijaya pernah menjadi hulu peradaban yang mengako-modasi berbagai bangsa. Samudra Pasai, Jepara, Demak, Ternate,Tuban, Makassar, Bima, Banten, Batavia/Jakarta, Tanjung Pinang,adalah nama-nama yang tercatat oleh para pengembara dunia.

Indonesia juga berada kawasan tektonik yang secara geologissangat komplek, yaitu tempat terjadinya interaksi dan tubrukan

7

tiga lempeng tektonik besar: Lempeng Indo-Australia, LempengFilipina-Pasifik dan Lempeng Eurasia. Pertemuan beberapa lem-peng tektonik ini menyebabkan kepulauan kita mempunyai rupabumi yang cantik, kaya struktur geologi yang memungkinkanbanyaknya sumber panas bumi, kaya dengan cekungan sedimenpenghasil minyak, kaya dengan kombinasi cekungan laut dalam(deep sea) dan laut dangkal, abadi dialiri pertukaran air dari Sa-mudra Pasifik ke Samudra Hindia, aliran air hangat di permukaandan nyaris beku di kedalamannya, dan masih banyak lagi berkahgeofisik, geologis dan ocenografis. Posisi geografis yang sangatunik ini juga mengakibatkan Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam (SDA) yang berlimpah.

Peristiwa tektonik yang cukup aktif, selain menimbulkan gempadan tsunami, juga membawa berkah dengan terbentuknya ba-nyak cekungan sedimen (sedimentary basin). Cekungan ini meng-akomodasikan sedimen yang selanjutnya menjadi batuan indukmaupun batuan reservoir hydrocarbon. Kandungan minyak dangas alam inilah yang kini banyak ditambang dan menjadi tulangpunggung perekonomian Indonesia sehingga tahun 1990-an.

Di Indonesia, cadangan minyak baru dieksplorasi pada 38 ce-kungan. Minyak dan gas baru diproduksi/dieksploitasi dari 14 ce-kungan dari sekitar 60 cekungan sedimen yang sudah diidentifikasidi seluruh Indonesia. Lebih dari 20 cekungan yang masih berupakawasan frontier kebanyakan berada pada kawasan laut. Be-berapa temuan besar akhir-akhir ini berada di laut dalam di SelatMakasar. Ini artinya, sebagaimana masa depan industri perminyakandunia, maka masa depan industri eksplorasi dan produksi permi-nyakan Indonesia juga akan berada di laut. Teknologi telah me-mungkinkan kita untuk memproduksi minyak dari kawasan keda-laman air laut antara 1000 - 2500 meter, seperti di Selat Makassarsaat ini.

Keberadaan kepulauan Indonesia di antara dua samuderabesar dunia yang mempunyai tinggi permukaan air yang berbeda,menyebabkan terjadinya aliran arus laut dari Samudera Pasifik keSamudera Indonesia dengan debit air yang sangat besar, lebihdari 15 juta meter kubik per detik, dan nyaris “abadi”.

Pertukaran air dua samudra ini serta kombinasi rupa bumi da-sar laut yang bervariasi topografinya juga mengakibatkan banyakterdapat lokasi upwelling dimana muncul air laut dalam yang dingindan kaya dengan nutrien untuk makanan ikan dari berbagai jenisukuran. Jumlah volume air yang sedemikian besar dalam arus la-ut yang dikenal dengan sebutan Arlindo (arus lintas Indonesia)ini membawa serta dan mengapungkan apa saja yang ada di da-lamnya, baik berkah maupun tulah. Berkah nampaknya jauh lebihbanyak yaitu menjadikan perairan Indonesia ini kaya akan pasokanplankton & nutrien, dan menjadi jalur migrasi mamalia laut, ikandan juga burung pemangsanya.

Tidak mengherankan apabila pada beberapa “kantong” gu-gusan kepulauan kecil seperti kepulauan Raja Ampat di dekatkepala burung Irian Jaya, mempunyai biodiversitas yang sangatkaya. Jumlah spesies ikan Demsel di perairan kepulauan itu misal-nya, melebihi jumlah species ikan Demsel dari seluruh perairanAustralia. Belum lagi spesies terumbu karang lainnya. Tulahnya,

banyaknya kapal nelayan asing pencuri ikan di kawasanperairan kita, bahkan hingga menohok ke Laut Jawa.

Kepulauan kita uniknya juga tersebar di bawah katu-listiwa, sehingga memperoleh aliran air laut dan udara hangatyang sangat ideal dan langgeng. Curah hujan pun sangattinggi. Cukup untuk membasuh polusi yang menggayuti ko-ta-kota besar di kepulauan ini. Curah hujan juga memadaiuntuk mengakselerasi pertumbuhan kembali hutan tropisdi jantung kepulauan.

Potensi Sumber Daya KelautanSumber Daya Manusia kita perlu diarahkan dengan benar

dan terfokus dalam paradigma pembangunan kelautan. Pe-merintahan yang mempunyai visi kebaharian yang benar,perlu memfasilitasinya dengan kebijakan dan strategi pem-bangunan nasional yang berbasis bahari. Dengan demikianapa yang menjadi potensi negeri kepulauan penggenggamurat nadi ekonomi dunia ini tidak hanya terhenti sampai disini.

Sektor Kelautan dan Perikanan adalah “The SleepingGiant” atau raksasa tidur. Fakta sumber daya alam kelautandengan letak geografinya yang sangat strategis memangmenandaskan hal itu. Tetapi siapa yang sebenarnya berke-wajiban membangunkan “raksasa tidur” itu? Tentu saja pen-duduk kepulauan itu sendiri. Dan mayoritas dari mereka ada-lah para nelayan. Kalau mereka “tidur”, maka tidur jugalahsang raksasa kelautan dan perikanan itu.

Seminar yang diselenggarakan tanggal 2 Maret 2006,di Balai Sidang Djokosoetono, FHUI Depok, membedah tabirbahwa potensi kekayaan kelautan kita dari perikan-an saja US $ 31 miliar pertahun, belum termasukpotensi wilayah pesisir lestari, bio-teknologi, minyakbumi, transportasi laut.

Pekerjaan rumah bagi kita semua untuk dapatmemaksimalkan pemanfaatan potensi kelautan danperikanan dan membentengi laut dan sumber dayahayati di dalamnya dengan aturan-aturan hukumyang memadai agar segala tindakan pelanggaranhukum yang dilakukan oleh pihak asing terhadapkekayaan laut kita dapat ditindak tegas.

Akhirnya, jika seluruh potensi yang terkandungdalam perut negara kepulauan--Republik Indonesia--ini digali dan diolah untuk menggerakkan rodaperekonomian bangsa, Indonesia dipastikan mampumelesat mengejar ketertinggalan dari negara-ne-gara Asia lainnya. Dengan demikian, cerita tentangnegeri kepulauan yang memiliki posisi strategis karena ter-letak di antara dua samudera dan dua benua tak sekadarmenjadi hafalan di bangku sekolah, namun benar-benarmampu menjadi sesanti yang dapat mengantarkan Indo-nesia menjadi negara yang subur-makmur, gemah-ripah,loh-jinawi. Semoga! (g-berbagai sumber).

imag

eban

k

Page 8: komunika 07 2006

8Edisi 07/Tahun II/Mei 2006

KOMUNIKA PEREKONOMIAN

Menarik Investor ke Lantai BursaM ata Pratiwi tak berkedip menatap layar

komputer yang ada di depannya. Seolahsemua informasi yang dilihat akan dilahapnya.Sementara di beberapa penjuru ruanganterpampang angka-angka yang selalu disi-

mak dengan seksama. Sejenak ia terdiam dan mengambilponselnya. “Bagaimana dilepas atau tidak?” kata Pratiwi lewatponsel. Kemudian ia menekan keyboard komputer, dan wa-jahnya kembali tegang menatap deretan angka. Jelang sore,senyum menghias bibirnya. Ia berhasil memperoleh keun-tungan dengan lepas saham ketika di titik tertinggi. Wajah-nya terlihat sumringah, terbayang uang jutaan yang akanjadi komisinya.

Pemandangan seperti itu lazim ditemui di lantai BursaEfek Jakarta ataupun Bursa Efek Surabaya. Meski tidak sedikitpula orang yang menekuk muka lantaran mengalami keru-gian. Sebut saja Andre yang selama lebih dari 2 tahun ber-main saham ia merasa bahwa belum mendapatkan keuntung-an yang diinginkan alias merugi. Walau ia juga melakukananalisis sendiri serta mengikuti berbagai informasi yang di-berikan oleh para pakar investasi atau analis profesional. Ka-langan pemain saham pasti sering mendengar dan melihatfenomena seperti di atas.

Sejak 1999 pasar modal Indonesia sudah mulai meng-gambarkan perkembangan yang baik, namun demikian, parainvestor, baik lokal maupun asing masih mengambil posisi“wait and see” dengan mempelajari arah gerakan kebijakanekonomi dan politik yang ada.

Dari potensi jumlah penduduk dan PDB, Indonesia se-harusnya merupakan Pasar Modal terbesar di Asia Tenggara.Akan tetapi kondisi tersebut tidak dapat direalisir karenamasih sangat lemahnya partisipasi investor lokal. Saat ini in-vestor yang aktif dalam pasar modal hampir75 persen adalah investor asing sehinggasebagian besar transaksi juga dilakukan olehperusahaan sekuritas asing (patungan).

Melihat perkembangan yang telah dica-pai sejak 1977 hingga 2006, tentu sudahbanyak yang berubah dengan pasar modalkita. Perusahaan publik yang tercatat di PTBursa Efek Jakarta (BEJ) saat ini telah men-capai sekitar 336. Kapitalisasi pasar obligasikorporasi di PT Bursa Efek Surabaya (BES)saat ini juga telah mencapai kisaran Rp52triliun dan Rp385,5 triliun untuk obligasinegara.

Belum lagi industri reksa dana yang telahmampu mengumpulkan dana kelolaan hing-ga hampir Rp90 triliun, padahal industri itubaru dimulai pada 1996. Tidak hanya itu,industri perusahaan efek saat ini juga telahdiwarnai dengan bermunculannya pelakudari lokal maupun asing. Suatu fenomenayang jelas berbeda dibandingkan 27 tahunlalu, di mana industri perusahaan efek diawalidengan pendirian PT Danareksa.

Secara regional, pencapaian selama 27tahun itu jelas belum bisa melampaui per-kembangan pasar modal negara tetanggaatau pasar modal lainnya di dunia internasional. Kondisi pasarmodal Indonesia relatif tertinggal dibanding dengan pasarmodal di negara-negara tetangga. Pasalnya, kuantitas dankualitas pelaku pasar modal di Indonesia, belum begitu baik.

Bayangkan, saat ini dari sekitar 200 juta penduduk Indo-nesia hanya terdapat 70.000 (0,035%) orang yang menjadiinvestor di pasar modal. Sementara itu, Malaysia yang pen-duduknya sekitar 24 juta jiwa, jumlah invenstornya mencapai3 juta orang (12,5%). Sedangkan Singapura yang berpen-duduk hanya sekitar 5 juta jiwa, punya 1 juta investor pasarmodal (20%). Padahal, jika dilihat dari jumlah perusahaanefek yang menjadi anggota bursa, di Indonesia jauh lebihbanyak dibandingkan negara-negara tersebut. Di Indonesiaterdapat 180 perusahaan efek, Malaysia 51 perusahaan,Singapura 29 perusahaan, dan Thailand 29 perusahaan efek.

Ditambahkan, kualitas perusahaan efek itu merupakanfaktor yang sangat menentukan maju-mundurnya pasar mo-dal. Merekalah yang membawa emiten (perusahaan yanggo public) dan para investor untuk datang ke pasar modal.

Bapepam, Sang Penjaga GawangDi dalam Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995,

pengertian pasar modal dijelaskan lebih spesifik sebagai ke-giatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum danPerdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan denganEfek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yangberkaitan dengan Efek.

Pasar modal memberikan peran besar bagi perekonomiansuatu negara karena pasar modal memberikan dua fungsisekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal

dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal me-nyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan duakepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (in-vestor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer).

Dengan adanya pasar modal maka perusahaan publik da-pat memperoleh dana segar masyarakat melalui penjualanEfek saham melalui prosedur IPO atau efek utang (ob-ligasi).Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karenapasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatanmemperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai de-ngan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi diharapkan de-ngan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadimeningkat karena pasar modal merupakan alternatif penda-naan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkat-kan pendapatan perusahaan dan pada akhirnya memberikankemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.

Sebagai sebuah kegiatan yang berhubungan dengan per-dagangan modal, seperti obligasi dan efek; pasar modal ber-fungsi menghubungkan investor, perusahaan dan institusipemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangkapanjang. Pasar Modal di Indonesia terdiri atas lembaga-lem-baga Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), Bursa efek(saat ini ada dua yakni Bursa Efek Jakarta dan Bursa EfekSurabaya), perusahaan efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan(saat ini dilakukan oleh PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia/PT. KPEI) dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (saatini dilakukan oleh PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia/PT.KSEI).

Bapepam atau Badan Pengawas Pasar Modal adalahsebuah otorita yang dibentuk pemerintah untuk mengawasikegiatan pasar modal di Indonesia. Saat ini pihak Badan Bape-pam terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan

kualitas perusahaan efek, di antaranya dengan penguatanmodal perusahaan efek, dengan menaikan nilai persyaratanmodal disetor dan MKBD (modal kerja bersih di sesuaikan).

Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 6 PersenPemerintah memperkirakan perekonomian Indonesia

pada tahun 2006 secara bertahap akan kembali membaikdengan didukung pulihnya daya beli masyarakat dan makintingginya kepercayaan dalam investasi. Menteri KeuanganSri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR-RI, di Ja-karta, pertengah Mei lalu, mengatakan perkiraan pereko-nomian Indonesia tahun 2006 berangsur membaik didukungmembaiknya stabilitas ekonomi makro dan pulihnya daya belimasyarakat serta makin tingginya kepercayaan investor.

Menurutnya, kestabilan ekonomi makro tersebut tercer-min dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi, menguat-nya nilai tukar rupiah serta meningkatnya nilai indeks hargasaham gabungan serta menurunya laju inflasi.

Dengan pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar5,9% pada tahun 2006 dicapai melalui pola ekspansi yangberimbang dimana peranan investasi semakin membesar.Sementara untuk nilai tukar rupiah akan cenderung menguatdengan adaya arus modal yang cukup besar dengan polasecuritas yang diupayakan terus tetap terjaga.

Sehingga daya perkembangan tersebut pada tahun 2006nilai tukar rupiah diperkirakan rata-rata mencapai Rp9.000perdolar AS atau menguat dibandingkan dengan tahun 2005lalu yang mencapai rata-rata Rp9.705 perdolar AS.

Tak urung, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono optimis-tis pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam lima tahun ke

depan akan ditingkatkan menjadi rata-rata enam persen le-bih. ”Untuk menunjang target pertumbuhan ekonomi itudiperlukan pertumbuhan investasi yang lebih besar setiaptahunnya. Pertumbuhan investasi memerlukan dukunganpendanaan terutama dari sektor perbankan, “ kata Presidendalam sambutannya pada pembukaan pada Kongres Per-bankan XVI dan The Asia Pacific Conference and Exhibitionon Banking Technology, di Jakarta awal Mei lalu.

Dalam kunjungan Presiden Yudhoyono ke Timur Tengahbaru-baru ini, Presiden menilai minat pengusaha Timur Te-ngah untuk menanamkan modalnya di Indonesia sangat be-sar. Mereka berminat dalam bidang keuangan, perbankan,bursa saham, infrastruktur, perdagangan dan pembangunankilang. “Ini merupakan salah satu peluang bagi perbankannasional untuk membangun kerjasama dengan perbankandari Timur Tengah.”

Untuk itu, lanjutnya, Indonesia harus berupaya melaku-kan pembenahan di berbagai sisi, seperti dalam infrastrukturperaturan perundang-undangan yang lebih dapat mengako-modasi dan memfasilitasi arus investasi dari timur Tengah.“Kita perlu membenahi tatanan di bidang investasi, per-bankan, perpajakan dan ketenagakerjaan, karena setiap in-vestor akan tetap memperhitungkan keamanan modalmereka.”

Penguatan LembagaMenteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta Kepala

Badan Pengelola Pasar Modal dan Lembaga Keuangan me-lakukan konsolidasi internal. Bapepam juga diminta menyi-apkan strategi pengembangan pasar modal dan pembenahanlembaga keuangan nonbank. “Agar menjadi aset bagi pe-ngembangan sektor keuangan,” katanya dalam acara pelan-

tikan Kepala Bapepam dan Lembaga Ke-uangan.

Menkeu juga meminta Bapepam mening-katkan integritas regulasi pasar modal danLembaga Keuangan serta melindungi pemo-dal kecil di pasar modal. Kepala BapepamFuad Rahmany mengatakan reorganisasi akanmenjadi agenda utama lembaga pengawasbursa dan keuangan itu. “Reorganisasi inisalah satu instruksi Menteri,” katanya.

Memang banyak hal yang mesti disele-saikan oleh Bapepam untuk terkait denganpeningkatan investasi. Pekerjaan terbesaryang harus diperhatikan Bapepam adalah ma-sih banyaknya keluhan di masyarakat tentangpenegakan hukum di industri pasar modalIndonesia. “Tentunya hal ini membutuhkandukungan dari berbagai pihak. Itu tidak gam-pang. Butuh waktu yang panjang,” jelas Ke-pala Badan Pengawas Pasar Modal-LembagaKeuangan (Bapepam-LK) Ahmad Fuad Rach-many, dalam satu kesempatan.

Yang tidak kalah penting dari sejumlahPR yang harus ditangani otoritas pasar modaladalah meningkatkan basis investor lokal. Se-bab tanpa investor, bursa tidak bisa bergerak.

Berdayakan Perempuan dan InvestasiMenteri Negara Pemberdayaan Perempuan (PP), Prof.

Dr. Meutia Hatta Swasono, membuka resmi sesi perdaganganBursa Efek Jakarta (BEJ) sekaligus pencanangan programPerempuan dan Investasi di Indonesia, di Gedung GaleryBEJ, Jakarta akhir April lalu. Pencanangan ditujukan untukmembuka peluang bagi perempuan agar bisa membuka usahabaru dengan investasi.

Kementerian PP bekerja sama dengan Bursa Efek Jakarta(BEJ), akan mengadakan pelatihan-pelatihan bagi perem-puan yang belum mempunyai pengalaman. Dengan pelatih-an, mereka akan mendapatkan pengalaman baru di bidangperekonomian, bisnis dan investasi. “Tapi harus tetap jelidan cermat dalam memilih investasi yang baik,” katanya.

Pemerintah memang memegang peran penting dalammenfasilitasi proses yang ada di pasar modal. Namun untukmewujudkan sebuah pasar yang stabil dimana tidak terdapatdistorsi politik, maka peran serta setiap elemen, mulai daripihak regulator, fasilitator dan para pemain lainnya di pasarmodal harus mampu untuk menjalankan seluruh sistem yangmemberikan kepercayaan dan rasa aman kepada investornya.

Memang masih banyak pekerjaan rumah mesti disele-saikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan di pasar modal,mulai dari pada penyempurnaan sistem perdagangan yangaman melalui perdagangan tanpa warkat, sampai upayauntuk melakukan penegakan hukum legal enforcement yangmenjadi kunci kepercayaan para investor di pasar modal.

Situasi kondusif memang harus terus diupayakan untukmenarik investor agar mau berbondong-bondong "berdansa"di lantai bursa. (f-g)

imag

eban

k

Page 9: komunika 07 2006

9Edisi 07/Tahun II/Mei 2006

KOMUNIKA OPINI

Gerakan Rehabilitasi Hutan danLahan (Gerhan) yang dilaksanakan

sejak tiga tahun lalu merupakan salahsatu kepedulian pemerintah untukmengembalikan fungsi hutan dan

lahan. Sebagai gerakan moral, Gerhandiarahkan untuk meningkatkan daya

dukung, produktivitas danperanannya dalam ekosistem. Di sisi

lain gerakan ini juga diharapkanmengurangi aksi pembalakan liar(illegal logging) yang kian marakdalam beberapa tahun terakhir.

Kerusakan hutan dan lahan di Indonesiasaat ini bisa dibilang sangat memprihatinkan.Data terakhir menunjukkan kawasan hutandan lahan rusak di seluruh DAS mencapai 43juta ha, dengan laju deforestasi 1,6 juta haper tahun. Kerusakan yang terjadi lebih ba-nyak disebabkan oleh aktivitas pencurian ka-yu (illegal logging).

Pembalakan ilegal sudah berlangsung se-cara terang-terangan dalam volume yang sa-ngat besar selama bertahun-tahun diyakinitelah merusak hutan seluas 10 juta ha.

Pertanyaan sepertiberapa banyak tutupanhutan yang masih tersi-sa di Indonesia dan be-rapa luas hutan yangtelah hilang selama 50tahun terakhir ini, ba-gaimana kondisi hutanyang masih tersisa se-karang, faktor apa sajayang menjadi penye-bab deforestasi dan si-apa para pelaku utama-nya, seolah tidak men-dapatkan jawabanpasti.

Memang, selamalebih dari sa-tu dekade,illegal logging berlang-sung di hutan Indone-sia ini. Pembalakan liartersebut mengakibat-kan berbagai bencanaalam berupa banjir, ta-nah longsor dan keke-ringan, yang telah me-nimbulkan kerugiannasional sangat besar.Bencana yang datangsilih berganti akibatkerusakan hutan takhanya menelan korbanmateri, namun jugamenelan korban jiwa. Tidak tahu berapa lamadan berapa besar biaya yang harus dikeluar-kan untuk memulihkan keadaan seperti se-mula.

Dalam jangka panjang, akibat yang di-timbulkan illegal loging bukan hanya me-nipisnya hutan dan tandusnya lahan bekastebangan, akan tetapi juga hilangnya habitatberbagai jenis flora dan fauna. Bahkan seba-gian dari mereka mengalami kepunahan.

Kiranya tak selamanya perkembanganteknologi berdampak positif. Illegal loggingmenjadi bukti bahwa penyalahgunaan hasilteknologi modern berupa gergaji mesin (cha-in saw) justru mempercepat kerusakan ling-kungan. Hadirnya mesin potong kayu inimembuat laju kerusakan hutan menjadi se-makin tak terkendali.

Rehabilitasi dan Konservasi HutanDi antara maraknya illegal logging di ber-

bagai wilayah hutan Indonesia, DepartemenKehutanan melalui Direktorat Jenderal RLPSmelaksanakan salah satu program prioritasnyayaitu Program Rehabilitasi dan KonservasiSumberdaya Hutan yang dilaksanakan dalambentuk rehabilitasi hutan dan lahan (RHL).

Anggarannya 40% dari Dana Reboisasi (DR),sementara 60% lainnya dari dana yang dike-lola oleh pusat. Kegiatan Gerhan merupakanimplementasi SKB 3 Menko No.09/KEP/MENKO/KESRA/III/2003, KEP.16/M.EKON/03/2003, dan KEP.08/MENKO/POLKAM/III/2003 tanggal 31 Maret 2003.

Dalam kaitan Gerhan, pemerintah menga-dakan Temu Nasional sebagai sosialisasi awalyang menghasilkan Tekad Malino 2003.Kesepakatan yang melibatkan berbagai kom-ponen dan pihak terkait menghasilkan tigarumusan, yaitu melakukan pencegahan pe-rusakan lingkungan, perbaikan lingkungandan mensukseskan Gerhan.

Sosialisasi oleh Tim Pusat melalui SK Men-hut No. 340/KptsV/2003 tentang penye-lenggaraan keproyekan, pengendalian ke-lembagaan, penyediaan bibit, pembuatan ta-naman reboisasi, pembuatan tanaman hutanrakyat, pembuatan bangunan konservasi ta-nah, pembuatan tanaman turus jalan danprosedur penilaian keberhasilan Gerhan di 15propinsi. Dilanjutkan sosialiasi SK MenhutNo.37/Kpts-V/2004 tentang Petunjuk Pelak-sanaan Penilaian Tanaman dan BangunanKonservasi Tanah, dan Pelaporan Gerhan di15 propinsi.

Melalui program prioritas Departemen Ke-hutanan, pemerintah bertekad menanggu-

langi hutan dan lahan. Hal tersebut diwujud-kan melalui pencanangan Gerhan oleh Presi-den Republik Indonesia pada tanggal 21 Ja-nuari 2004 di desa Karangduwet KecamatanPaliyan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Da-erah Istimewa Yogyakarta. Sejak saat itusosialisasi oleh pihak terkait semakin seringdilakukan, pembinaan dan pengembangankelembagaan dilakukan di berbagai lokasiGerhan. Keterlibatan masyarakat di sekitarlokasi mutlak diperlukan, karena Gerhan me-rupakan gerakan nasional yang harus didu-kung oleh seluruh lapisan masyarakat.

Sementara program prioritas lain yaknipemberantasan illegal logging juga semakingencar dilakukan oleh pihak-pihak terkait.Bahkan Departemen Kehutanan telah mem-bentuk Satuan Polisi Hutan Reaksi Cepat(SPORC) untuk membantu Polisi dan TNI da-lam memberantas pembalakan liar ini.

Hasilnya, di berbagai wilayah telah banyakditemukan kayu hasil pembalakan, miliaranaset negara berhasil diselamatkan. Selain itubanyak pelaku pembalakan ditangkap disi-dang. Tindakan tegas tersebut diharapkandapat membuat jera para pelaku illegal log-ging, setidaknya kegiatan pembalakan bisa

dikurangi. Menteri Kehutanan pada awal ta-hun 2006 di Gorontalo mengharapkan, tahunini (2006), diharapkan tidak ada lagi illegallogging.

Kembalikan Fungsi HutanSaat ini, hasil Gerhan memang belum bisa

menyaingi laju deforestasi, akan tetapi palingtidak dapat mengerem laju kerusakan hutansecara signifikan. Hal ini masuk akal, karenapenanaman di areal Gerhan dilakukan secarasecara bertahap dan berkelanjutan.

Sampai tahun 2005 lalu, Gerhan telahmenghijaukan lahan sekitar 1,2 juta ha, de-ngan keberhasilan rata-rata pertahunnya diatas 80% dari target kegiatan yang direnca-nakan. Ini sangat menggembirakan bagi In-donesia yang kini sedang berada dalam masatransisi, dari negara yang semula sangat kayahutan menjadi negara yang miskin hutan,seperti yang dialami oleh Filipina dan Thailand.

Jutaan hektar lahan yang dulu tertutuphutan sekarang dalam keadaan terdegradasi,tinggal berupa semak belukar dan dimana-mana ditumbuhi alang-alang. Dengan kehi-langan hutan ini Indonesia kehilangan keka-yaan keanekaragaman hayati, pasokan kayu,pendapatan, dan berbagai jasa lingkungan.

Lahan-lahan hutan yang sudah terdegra-dasi inilah yang kemudian ditanami kembali

dan dikelola untuk menghasilkan kayu, ko-moditas perkebunan, buah-buahan dan hasilhutan non kayu lainnya. Berbagai fungsi ling-kungan yang disediakan oleh ekosistem, se-perti pengaturan air tawar dan pencegahanerosi tanah dapat dipulihkan.

Jalur perjalanan yang mungkin lebih sulit,tetapi harus dijalani dalam Gerhan adalahmemanfaatkan dan merehabilitasi lahan yangsaat ini telantar, selain melestarikan hutan-hutan primer yang masih tersisa. Dalam 50tahun terakhir ini sudah 64 juta ha hutanprimer yang ditebang.

Tidak ada alasan baik secara ekonomimaupun etika yang dapat membenarkan pe-nebangan lebih lanjut terhadap 64 juta hahutan dalam 50 tahun yang akan datang.

Sudah sewajarnya memperbaiki sesuatulebih memerlukan kesabaran dan ketekunandibandingkan dengan merusaknya. Pembibit-an misalnya, memerlunya pemeliharaan sertapengawasan rutin dari para petugas di la-pangan hingga bibit-bibit tersebut dapat ber-diri dan berkembang dengan sendirinya se-cara alami. Pemeliharaan bibit yang telahtumbuh juga harus dilakukan secara tekun,sampai bibit itu tumbuh menjadi pohon yang

Gerhan di antara Illegal Loggingcukup kuat untuk tumbuh sendiri.

Perlu KerjasamaKoordinasi dari berbagai pihak terkait da-

lam pelaksanaan Gerhan memang selalu di-perlukan agar target-target yang telah diren-canakan dan disepakati dapat tercapai. Peng-awasan masyarakat sangat diperlukan, teru-tama dalam pemberantasan illegal logging.Penekanan-penekanan perlu dilaksanakanuntuk mengurangi lajunya pembalakan, yangkemudian menghentikan kegiatan pengru-sakan hutan tersebut. Dengan cara itu, angkadeforestasi dapat dikurangi. Secara tidaklangsung, berkurangnya pembalakan liar akanmenambah laju luasan gerhan di seluruh ka-wasan. Setidaknya lima tahun pertama apa-bila dapat berhasil dengan baik dapat diper-gunakan sebagai pedoman di lima tahun beri-kutnya.

Hutan di Indonesia memang masih terlihat"sakit" akibat tajamnya gergaji para pencuri.Pembalakan liar seolah seperti kanker yangmenggerogoti tubuh dalam stadium entahberapa, perlahan namun pasti. Tapi Gerhanpun belajar dari pengalaman, sedikit demisedikit dalam keyakinan dan kepastian,berfungsi sebagai obat yang secara bertahapmenyembuhkan bopeng-bopeng di wajahtanah air kita.

Usaha untuk ke-pentingan bersamamemang selalu meng-hadapi kendala, takterkecuali Gerhan. Na-mun apabila hal ter-sebut disadari dan di-tanggulangi bersama-sama tanpa adanyakepentingan pribadimaupun kelompok,maka rintangan akandapat teratasi walausecara bertahap.

Gerhan memanghadir diantara illegallogging yang sudahberlangsung entahberapa dekade sebe-lum gerhan direncana-kan. Dalam kelahiran-nya, seolah gerhan ba-gai balita berjalan me-rambat diantara pagarberduri. Di sini diperlu-kan pengasuh yangsetia, dapat dan maumembimbing si anakagar kulit halusnya takmenyentuh duri pagaryang ada di sekeliling-nya, yang dapatmenggores dan melu-

kainya. Bukan hanya sekedar bimbingan, gizimasih dibutuhkan dalam perkembangannya.Ketulusan dan keiklasan selalu diharapkan disisinya untuk kehidupan selanjutnya. Masadepan diharapkan, tumbuh dewasa sertaberhasil dalam menyongsong hari nan cerahbersama generasi sebaya, dan berguna bagisekitarnya, bagi nusa dan bangsa Indonesiatercinta.

Kelahirannya memang tepat, di antarapembalakan yang semakin sempit ruang ge-raknya akibat semakin gencarnya operasi disana-sini. Ia lahir pada saat niat pemerintahdalam membasmi illegal logging, dan menin-dak siapa saja yang terlibat di dalamnya,sedang pasang perbani.

Harapan kita semua, semoga Gerhan bisamewujudkan kembali mimpi anak bangsa ten-tang gemericik mata air yang bening mengalirdari sela-sela bebatuan, kesejukan hawapegunungan yang bebas polusi, dan tanahhijau subur yang nihil erosi.

(Penulis adalah Pranata Humas MadyaPusat Informasi Kehutanan, DepartemenKehutanan.)

Oleh: Drs Triyono Prihatyanto*

imag

eban

k

Page 10: komunika 07 2006

10Edisi 07/Tahun II/Mei 2006

KOMUNIKA LINTAS DAERAH

Sumba

TNI Jaga Pulau MangguduUntuk mengamankan pulau terluar di

Sumba dari intervensi pihak asing, pihak TNItelah menempatkan sedikitnya 15 personildi pulau Manggudu. TNI juga sedang mem-bangun pos penjagaan di pulau Salura. Halitu diungkapkan Dandim 1601 Sumba TimurLetkol Inf Chriswan H, kepada media ini diruang kerjanya kemarin.

Menurutnya, 15 personil TNI yang ditem-patkan di pulau Manggudu tersebut merupa-kan anggota Batalyon 743 Kupang yang su-dah bertugas sejak bulan lalu.

Selain penampatan pasukan di Mang-gudu, demikian Chriswan, pihaknya kini jugasedang membangun pos penjagaan di pulauSalura. Di samping itu, pihaknya juga akanmerevitalisasi radio SSB di pulau Salura danManggudu. Pembangunan revitasi radio SSBdi laut Manggudu dan Salura untuk memper-mudah komunikasi anggota TNI yang bertu-gas disana. Chriswan mengatakan, dalammemperlancar tugas TNI pihaknya telah ber-koordinasi dengan Pemkab Sumba Timur dantokoh masyarakat.

Chriswan membantah penguasaan pulauManggudu oleh warga Australia David JamesW. Menurutnya, keberadaan David di Mang-gudu hanya sebatas mengelolah aset wisatadi pulau tersebut. Namun ia mengaku akantetap menyelidiki kapasitas David sebenar-nya. Ini perlu dilakukan untuk mengamankanwilayah teritorial NKRI dari intervensi pihak

asing seperti yang pernah terjadi atas pulaupulau lainnya di Indonesia. www.sumbatimur.go.id

Kota Samarinda

Puskesmas Plus di SetiapKecamatan

Setelah dicanangkannya pelayanan ber-obat gratis melalui program Askes Sejahtera,Walikota Samarinda, Drs H Achmad AminsMM, mengupayakan adanya puskesmas khu-sus yang menyediakan pelayanan rawat-inapdi tiap kecamatan.

“Kita harapkan tiap kecamatan akan me-miliki puskesmas plus yang mampu membe-rikan pelayanan rawat-inap. Ini dimaksudkanagar memudahkan masyarakat,” kata Aminsusai mencanangkan pelayanan berobat gra-tis di Puskesmas Lempake, Selasa (16/5).

Dalam kesempatan yang sama Aminsmengingatkan jajaran kesehatan agar pem-berian pelayanan berobat gratis tetap dila-kukan secara maksimal. “Jangan mentang-mentang gratis lalu pelayanan seadanya,”demikian tekan Amins.

Saat ini Samarinda memiliki 42 puskesmaspembantu, 18 puskesmas (biasa) dan 2 pus-kemas rawat-inap (di Sei Siring dan Palaran). Jika acuannya Departemen Kesehatan, makayang ada di Kota Samarinda sudah cukupmemuaskan karena Depkes menganjurkantiap puskesmas pembantu membawahi 2-3kelurahan. Ke depan, jumlah puskesmas ra-wat-inap ini akan ditambah sehingga pela-yanan kesehatan kepada masyarakat bisaberjalan lebih baik. www.samarinda.go.id.

Jawa Barat

Gandeng JepangKembangkan Sapi Potong

Jabar akan menjajaki kerjasama denganJepang dalam pengembangan sapi potong.Hal-hal yang dikerjasamakannya itu me-nyangkut bidang teknologi di sektor peter-nakan, baik untuk teknologi pakan, bibit dantransfer embrio.

Hal demikian, dipaparkan Kepala DinasPeternakan Provinsi Jawa Barat, Rahmat Se-tiadi (16/5), dalam keterangannya kepadawartawan.

Kerjasama tersebut, ungkap Rahmatdidasarkan adanya potensi sapi di Jabar yangcukup besar, yang salah satu potensi anda-lannya ada di Ciamis Selatan.

Di sisi lain, Jabar telah melakukan pro-gram pengembangan sapi potong melaluipemanfatan teknologi, yaitu iseminasi buat-an yang telah dilakukan di Balai Pengem-bangan sapi, yang berlokasi di KabupatenCianjur.

Rahmat, menambahkan hal yang menjadimasalah dalam pengembangan sapi potongadalah lamanya waktu pemeliharaan. "Untukwaktu buntingnya saja telah memakan wak-tu 9 bulan, jika dihitung umur sapi potongkira-kira 1,5 tahun, kalkulasi waktu yang di-butuhkan untuk memelihara sapi mencapaidi atas 2 tahun," ujarnya.

Kondisi demikian memberikan kesan bah-wa pengembangan sapi potong kurang me-

narik dari sisi pengembangan investasi, pa-dahal investasi yang dibutuhkan untuk pe-ngembangan sapi mencapai Rp1,2 triliun.

"Atas dasar itulah, maka kami akansegera menjajaki kerjasama dengan Jepang,sehingga permasalahan yang selalu munculdalam hal pengembangan sapi potongdapat segera teratasi," pungkas RachmatSetiadi. www.jabar.go.id

Kota Yogyakarta

Raih Penghargaan TerbanyakOtonomi Award

Pemerintah Kota Yogyakarta meraihpenghargaan terbanyak dalam OtonomiAward yang diberikan Jawa Pos Insiitute ofProotonomi (JPIP) area Jateng-DIJ. KotaJogja berhasil mendapatkan satu kategoriutama (grand), satu kategori khusus (spe-cial category) dan empat nominee. Dengandemikian, Pemkot Yogyakarta menerimadua piala dan empat piagam. Penghargaantersebut diterima secara langsung WalikotaH Herry Zudianto, Rabu malam (10/5) diBallroom Rama Shinta Hotel Patra Jasa Se-marang.

Pada kategori utama (grand) Kota Yog-yakarta meraih penilaian tertinggi untuk tigaindikator pada parameter kinerja politik lokal.Sedangkan award untuk kategori khusus di-raih pada kategori akuntabilitas publik. KotaYogyakarta juga berhasil meraih empat no-minasi pada kategori pertumbuhan ekono-mi, pendidikan, administrasi dasar dan akun-tabilitas publik. www.jogja.go.id

Kota Batam

Otorita Batam MasihDiperlukan

Ketua DPRD Kota Batam Soerya Res-pationo dan mantan Wali Kota Batam NyatKadir mengakui keberadaan Otorita Batam(OB) masih dibutuhkan untuk percepatanpembangunan Pulau Batam. Tanpa OB, ke-duanya yakin pembangunan akan tersen-dat-sendat karena masih minimnya APBDBatam.

"Sejak dulu hingga saat ini, saya meman-dang peranan OB sangat vital. Dengan danaAPBD Batam yang hanya sedikit, apa yangbisa dibangun. Di sinilah peranan OB yangselama ini concern terhadap pembangunaninfrastruktur," ujar Nyat di kediaman KetuaDPRD Batam Soerya Respationo, Sabtu (13/5).

Ia mencontohkan, pembangunan infra-struktur seperti jalan raya selama ini dominandibangun OB. Nyat mengatakan, bisa sajadalam konsep awal OB mesti bubar tahun2006, sebagaimana dipaparkan mantan Ke-tua OB BJ Habibie, tapi pada kenyataannyaOB masih dibutuhkan.

“Tak relevan lagi mewacanakan OB bu-bar atau tidak. Hal terpenting adalah pusatseyogyanya menggeluarkan aturan hukumberupa Peraturan Pemerintah (PP) yangmengatur hubungan kerja antara Pemkodan OB,” kata pemilik gelar Datuk SetiaAmanah ini.

Ketua DPRD Batam Soerya Respationojuga sependapat kalau OB masih diperlukanuntuk kesinambungan pembangunan Ba-tam. Tanpa OB, menurut dia, akan sangatsulit melakukan pembangunan, karena APBDBatam amat terbatas. “Tak ada alasan OBdilikuidasi. Dalam UU Nomor 53 Tahun 1999tentang Pembentukan Kota Batam, jelas-jelas disebutkan Pemko Batam akan me-ngikutsertakan OB dalam membangun Ba-tam. Artinya, keduanya harus bersinergi.Kalau selama ini kesannya berseberangan,itu bukan karena masalah institusi, tapipersonal,” katanya. www.pemko-batam.go.id

Provinsi Papua

Wartawan GelarAksi Peduli AIDS

Aksi Peduli HIV/AIDS Digelar Jayapura.Wartawan yang tergabung dalam kelompokWartawan Peduli HIV/AIDS, Jumat (12/5)menggelar aksi membagi-bagi kondom gratis

Sebelum"Hangus..."Segera Daftarkan NomorTelepon Seluler Anda! Ketik:No Identitas#Nama#Alamat#Tempat Lahir#Tgl Lahir(tgl/bln/thn). Kirim SMS ke:

4444GRATIS!

Salah satu resor yang dikelola warga asing di Pulau Manggudu.

Seribu Satu Pesona Berseri diNegeriku

Sejuta Pesona Menyemai Indah diTanah Airku

Mari Kita Rajut KembaliSeribu Satu dan Sejuta Pesona

Demi Keluhuran Budi PekertiNKRI-ku

Cinta Pertiwi? Nyatakan dalamKesetiaanmu

Cinta Persada? Wujudkan dalamKebangganmu

Mari Kita Bangun KembaliBersama Kesetiaan dan

Kebanggaan demi KeutuhanNusantara Kita

Bangga sebagai Warga NKRI?Bersyukur Sebagai Anggota NKRI?

Mari Kita Bangun KembaliSemangat dan Jiwanya nan Damai

dan Tenteram

ww

w.m

angg

udu.

com

kepada semua orang di Jayapura, aksi inisebagai wujud kepedulian para kuli disketterhadap bahaya HIV/AIDS di Tanah Papua,yang kini sudah menulari 2.199 orang.

Aksi pembagian kondom gratis ini bertu-juan untuk membantu meminilisasi perkem-bangan dan penyebaran HIV/AIDS di TanahPapua. Aksi sejam yang digelar di jalan pro-tokol ini, sempat membuat lalu litas di kotaJayapura macet, namun tidak mengurangisemangat para pengguna jalan sebab me-nurut mereka aksi seperti ini sangat positifdan perlu mendapat perhatian dari semuamasyarakat sebab HIV/AIDS merupakan mu-suh kita bersama.

“Kegiatan seperti ini sangat baik dan ber-manfaat sekali bagi setiap orang, apalagi kitatahu bahwa HIV/AIDS kini sudah menyebarhampir di semua kelompok masyarakat. Jadikita harus menjadikan HIV/AIDS sebagai mu-suh bersama kita,” tegas Jack salah seorangpengendara kendaraan roda empat di Jaya-pura.

Koordinator kegiatan ini Eva yang jugaadalah wartawan LKBN Antara Biro Jayapuramenjelaskan bahwa ada tujuh karton kon-dom yang berhasil dibagikan dalam waktusejam, setiap karton berisi ribuan kondom.

Dr. Gunawan seorang aktivis yang peduliterhadap masalah HIV/AIDS, di sela-selaacara ini menjelaskan bahwa banyak masya-rakat di Papua yang belum menyadari bahayaHIV/AIDS. Sehingga aksi yang bertujuan un-tuk menimbulkan kesadaran masyarakat ha-rus banyak dilakukan agar bahaya HIV/AIDSini dapat dikendalikan. Menurutnya, HIV/AIDS tidak hanya rentan terhadap kelompokyang beresiko tinggi seperti pekerja sekskomersial, tapi kasus untuk Papua, kinipenderita HIV/AIDS lebih banyak didominasioleh ibu-ibu rumah tangga sedangkan parapekerja seks komersial jumlahnya lebih ren-dah dari ibu RT. Sehingga, upaya-upaya pe-nanggulangan penyakit berbahaya danmematikan ini, harus semakin gencardilakukan.(Yok-Papua)

Provinsi Papua

Puskesmas MasihKekurangan Dokter

Puskesmas di Papua saat ini masih keku-rangan sekitar 60 persen tenaga dokter.Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr.Tigor Silaban, saat dikonfirmasi wartawan,mengakui, hanya sekitar 40 persen Puskes-mas yang ditangani oleh tenaga dokter darisebanyak 270 Puskesmas yang ada di Kabu-paten/Kota se-Papua. Keadaan ini membuatpelayanan kesehatan di pedesaan, belumdilakukan secara optimal oleh PemerintahDaerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Karena, dari 270 Peskesmas yang adadi Papua, ada sekitar 100-an lebih puskesmasyang belum ditangani langsung oleh dokter.

Tigor mengatakan bahwa seyogyanyajumlah Puskemas yang ada, harus terisiseluruhnya dengan tenaga dokter. Sehing-ga pelayanan kesehatan akan benar-benaroptimal, tepat sasaran dan sesuai denganyang diharapkan. www.papua.go.id

Page 11: komunika 07 2006

11Edisi 07/Tahun II/Mei 2006

KOMUNIKA

Rehabilitasi (BRR) memberi dukungan yang dibutuhkan bagirakyat Aceh dan Nias yang menghadapi kesulitan.

Menurut dia, pemerintah bersama dengan semua pihakyang andil dalam memberi bantuan dalam pemulihan danpembangunan kembali Aceh dan Nias sekarang telah memba-ngun dasar yang kuat bagi pemulihan kembali kedua daerahtersebut.

Untuk itu, Paskah meminta semua pihak yang terkaitdalam forum koordinasi pemulihan dan pembangunan Acehdan Nias, untuk terus menunjukkan kepercayaan dan beru-paya mengatasi banyak tantangan besar yang dihadapi. (T.

Kus/id)

Pembangunan Jalan Tol Seribu KmBisa Terwujud Dalam Tiga Tahun

Pembangunan jalan tol sepanjang 1.000 kilometer padajalur jalan nasional pantai utara (Pantura) Jawa akan dapatterwujud dalam kurun waktu tiga tahun ke depan, dan pelak-sanaannya dinilai lebih mudah bila menggunakan jalur baru.

“Hanya tinggal negosiasi antara Dirjen Bina Marga dengandengan badan yang terkait dalam pelaksanaan jalan tol ter-sebut. Dirjen Bina Marga sendiri menyambut baik wacanatersebut, dan menyatakan persetujuannya,” kata AnggotaBadan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Departemen PU, Prof AgusSidarta, di Departemen Pekerjaan Umum, Selasa (9/5).

Pembangunan jalan tol sepanjang jalan nasional jalur Pan-tura tersebut bisa meringankan PU dalam biaya operasi danpemeliharaan jalan di sekitarnya. Menurut peraturan, jalanarteri menuju jalan tol tersebut perbaikan dan pemelihara-annya menjadi tanggungjawab pengelola jalan tol.

Tapi ia mengakui masih ada kekhawatiran dari banyakpihak atas pelaksanaan pembangunan jalan tol 1.000 kmtersebut, terutama terkait dengan kemampuan investor ataujasa konstruksi untuk membangun jalan tol sepanjang itu.Pola pikir ini bertitik tolak dari pengalaman masa lalu, dimanadalam tahun 1978-1998 atau dalam jangka waktu 20 tahun,Indonesia hanya mampu membangun jalan tol sepanjang500 km atau atau rata-rata pertahun hanya 25 km. (T. MF/Toeb)

Depnaker Akan BenahiManajemen Pengiriman TKI

Pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja (Dep-naker) akan melakukan pembenahan manajeman pengirimantenaga kerja Indonesia ke luar negeri yang diatur denganpembentukan tim petugas untuk menginventarisasi kebijak-an-kebijakan yang ada. Pembenahan ini bertujuan untukmemposisikan TKI pada tingkat pendapatan yang tinggi dantidak diperlakukan semena-mena.

Pemikiran ini disampaikan Menteri Tenaga Kerja dan Trans-mingrasi, Erman Suparno kepada Pers di sela-sela acara RapatKoordinasi Teknis di lingkungan Depnakertrans di Jakarta,Rabu (10/5).

Menakertrans Erman Suparno menyatakan, pemerintahakan berusaha melakukan penandatanganan MoU dengan10 negara untuk tahun ini, sebab dari 25 negara yang mem-pekerjakan TKI saat ini baru empat negara yang menandata-ngani kerjasama dengan Indonesia. Empat negara itu adalahMalaysia, Korea Selatan, Kuwait dan Arab Saudi.

Menurut Erman, MoU ini sangat penting untuk menjaminpenyelesaian masalah TKI di negara bersangkutan, dengandemikian setiap TKI yang akan dikirim ke luar negeri akandibekali dengan hal-hal yang dibutuhkan agar mereka dapatmenyesuaikan diri di negara yang akan dituju. (T. Yr/id)

LINTAS LEMBAGAWajah Kita

"Keluarga" Indonesia"Mereka pikir perceraian akan menyelesaikan

semua masalah. Namun yang terjadi, perceraian jus-tru menimbulkan berbagai masalah baru yang takpernah muncul pada saat mereka masih bersatu."

Itulah komentar kawan saya, seorang hakim pe-ngadilan agama, menanggapi maraknya perceraianartis ibukota belakangan ini.

Menurut pak hakim, pertautan hubungan keluar-ga--sebaik apapun--tak akan sempurna. Karena se-cara kodrati, masing-masing pihak yang disatukansudah membawa ketidaksempurnaan sendiri-sendiri.

"Keluarga bukanlah tempat untuk menyatukandua pribadi kembar identik, namun wahana untukmempertautkan orang-orang yang karakteristiknyaberbeda atau bahkan saling bertentangan diametral.Keluarga adalah tempat untuk saling mengisi, ber-bagi, memberi dan menerima. Kelebihan dibagi, se-mentara kekurangan akan ditutup oleh kelebihanyang lain. Sifat buruk teredam, kebaikan terpupuk.Tindakan negatif tercegah, kebajikan terangkat kepermukaan. Semua dapat terjadi karena adanya ke-mauan untuk saling mengingatkan," ceramahnyapanjang lebar.

Tapi, mengapa masih ada perceraian?"Ya, karena memang begitulah sifat manusia. Tak

ada yang puas terhadap keadaan," tuturnya.***

Sebagai sebuah keluarga besar, wajar jika In-donesia juga selalu dihadapkan pada masalah inte-gritas. "Ibu" dari sekian puluh ribu pulau yang sam-bung-menyambung menjadi satu ini, harus bersabarhati menghadapi anak-anak bangsa yang memilikianeka ragam ka-rakter. Ada yangpenurut, ada yangpenuntut, ada yangcengeng, ada yangpendiam dan adapula yang bawel.

Tak apalah, na-manya saja kelu-arga. Keanekara-gaman itu justrumembuat suasanamenjadi dinamis.Ada keindahan disana: keindahanuntuk berbhinekatunggal ika--berbe-da dalam satu. Ada toleransi di antara anggotakeluarga, saling tolong-menolong dan bekerja sama,memberi dan menerima, serta saling mengisi ke-kurangan masing-masing.

Jika di-manage dengan baik, perbedaan justrudapat menjadi perekat kesatuan di antara sesamaanak bangsa. Karena dengan adanya perbedaan itu,orang menjadi saling tergantung dan saling membu-tuhkan, bukan sebaliknya saling menjauh, salingmembenci dan saling menafikan.

Seperti halnya sebuah keluarga, negara adalahkumpulan dari berbagai suku, ras, agama dan golong-an yang berbeda-beda. Tugas negara bukan me-nyetel mereka dalam satu keseragaman yang masif,akan tetapi menyediakan koridor untuk terus salingberinteraksi agar perbedaan yang ada bisa mela-hirkan manfaat bagi semua.

Tapi seperti lazimnya sebuah keluarga, kadang-kadang pertengkaran kecil-kecilan muncul. Itu satuhal yang sangat lumrah dan insaniah. Sepanjangtak sampai menimbulkan perpecahan, hal itu bukan-lah sesuatu yang perlu untuk dipersoalkan. Orangbijak bilang, pertengkaran adalah bumbu kehidupan.

Yang repot adalah jika pertengkaran itu sengajadibikin runcing agar berkobar menjadi konflik berke-panjangan. Perbedaan antar anak bangsa--klan, ke-lompok, suku, agama, golongan--dibuat sejelas dansenyata mungkin, agar timbul kesan bahwa yangberbeda memang seharusnya dipisahkan. Muncul-lah kelompok-kelompok yang merasa seolah-olahdapat hidup lebih baik dalam kesendirian: terpisahdari "keluarga" Indonesia.

Pada saat bangsa-bangsa di dunia sedang ber-lomba-lomba membentuk keluarga besar--persatuanregional dan transnasional seperti ASEAN dan UniEropa--isu disintegrasi sebuah bangsa terasa sangatironis, bahkan ahistoris! (gun).

Ditjen Postel TerbitkanPerangko Piala Dunia 2006

Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (DitjenPostel) Departemen Komunikasi dan Informatika (Dep-kominfo) menerbitkan perangko seri Piala Dunia dalam rangkamenyambut putaran final pertandingan sepakbola Piala Duniayang akan berlangsung 9 Juni 2006 di Jerman.

Kepala Bagian Umum dan Humas Ditjen Postel Depko-minfo, Gatot Dewa Broto dalam siaran pers, Selasa (9/5)mengatakan peluncuran perangko seri piala dunia telah dila-kukan di Bandung pada 6 Mei 2006 lalu. Penerbitan perangkoseri Piala Dunia selain di Indonesia juga dilakukan olehadministrator pos negara-negara lain.

Beda seri perangko yang diterbitkan di Indonesia diban-dingkan perangko negara-negara lain untuk menyambut PialaDunia 2006 yaitu dicetak dalam bentuk sticker dengan teknikdie cutting (berupa perangko bolong yang menggambarkansiluet pemain sepakbola).

Karena keunikannya, perangko tersebut telah mendapat-kan sertifikat resmi yang dikeluarkan oleh Museum RekorIndonesia (MURI). Perangko tersebut dicetak dalam kemasanminisheet berbentuk booklet sebanyak lima juta eksemplar,dimana setiap eksemplar terdiri dari empat keping desain.

Saat ini perangko seri Piala Dunia telah dicetak dan didistri-busikan ke 702 kantor pos, 757 kantor pos cabang dalamkota, dan 2.505 kantor pos cabang luar kota. (T. Yr/id)

Terdata, 80 Persen Lansia MiskinTelantar Penerima Jamsos

Departemen Sosial telah melakukan pendataan sebanyak2.000 orang atau 80 persen dari 2.500 orang lansia miskintelantar yang ada di enam provinsi di Indonesia sebagai pene-rima santunan Jaminan Sosial Lanjut Usia (Jamsos Lansia).

Direktur Bina Pelayanan Sosial Lanjut Usia, DepartemenSosial, Drs Moeryanta HS, Selasa (9/5), menyatakan Depsosmelalui Dinas Sosial setempat telah melakukan pendataanpara lansia miskin di enam provinsi meliputi Banten, JawaBarat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan DKIJakarta. “Kriteria penerima santunan ini diantaranya para lansiayang tidak potensial, miskin, telantar, berusia 60 tahun keatas, bukan kepala keluarga, lemah, cacat, serta lansia pascarawat jalan dan rawat inap,” kata Moeryanta.

Jamsos Lansia yang diberikan ini sebesar Rp300.000 perorang setiap bulannya, sama dengan bantuan yang diberikankepada panti sebesar Rp10.000 perhari. (T. Az/Toeb)

Pembangunan Kembali Aceh danNias, Ujian Bagi Indonesia

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (MenegPPN/Bappepam) Paskah Suzetta mengatakan, pemulihankembali Aceh dan Nias merupakan ujian bagi bagi bangsaIndonesia dan masyarakat internasional secara keseluruhan.

“Sasaran pandangan mata dunia mengarah kepada kami.Kami tidak boleh gagal memperlihatkan (keberhasilan pemu-lihan dan pembangunan kembali Aceh) kepada pihak-pihakyang telah begitu baik memberi respon terhadap tragediyang mengerikan ini,” katanya pada Forum Koordinasi Acehdan Nias ke-II di Jakarta, Selasa (9/5).

Paskah mengatakan, pemerintah Indonesia akan terusmelakukan segala upaya melalui Badan Rekonstruksi dan

grafis-g

KLH Berupaya Turunkan Emisi Gas BuangPenurunan kualitas udara yang cukup memprihatinkan yang membawa dampak negatif terhadap kesehatan, sehingga

diperlukan adanya alternatif untuk menurunkan emisi gas buang. Dalam acara workshop dan launching “PemanfaatanMinyak Nabati Secara Langsung Sebagai Bahan Bakar Alternatif” Deputi Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup Kementerian

Lingkungan Hidup (KLH) di Jakarta, Selasa (9/5), Ade Palguna mengatakan, pihaknya sangat berkepentingandalam upaya menurunkan emisi gas buang kendaraan bermotor.

"Pemanfaatan minyak nabati sebagai pengganti alternatif Bahan Bakar Minyak (BBM) sekarang iniadalah sangat bagus, karena ini akan menurunkan 40 persen dari emisi gas buang kendaraan bermotor,

dengan cara dimasukan atau dioplos dengan solar,” Kata Palguna.Saat ini Indonesia menduduki ranking tiga dunia dalam hal pencemaran udara, oleh karena

menurut Palguna pihaknya mempunyai tugas untuk sosialisasi terhadap bahan bakar nabati.Kebijakan KLH didasarkan pada penetapan standar emisi dan teknologi bermotor tipe

baru (Kep.Men. LH. No. 141 tahun 2003) tentang kewajiban kendaraan tipe baru yangmemenuhi standar EURO 2, yang mensyaratkan BBM kendaraan sesuai kategori 2

WWFC (worldwide fuel charter) kadar sulfur untuk solar 500 ppm.Selain itu tercantum dalam Inpres No. 1 tahun 2006

tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabatisebagai bahan bakar lain, KLH wajib melakukan sosialisasidan komunikasi kepada masyarakat mengenai pemanfaatanbahan bakar nabati sebagai bahan bakar lain yang ramahlingkungan. “Jadi inpres tersebut merupakan cerminanrespon dari pemerintah untuk mendorong rencana ini supayaterealisasi” terang Palguna.

Saat di tanya mengenai harga Bahan Bakar Nabati,Palguna menjelaskan dirinya tidak bisa memberikan komentartentang harganya, tapi yang jelas hal ini juga dengan melihatharga minyak dunia yang naik terus, jadi bahan bakar alternatiftersebut layak untuk diproduksi dan digunakan.(T. Goes/id)

Bertambahnya jumlah kenda-raan bermotor membuat ting-kat polusi udara dari tahun ketahun terus meningkat.

mth

imag

eban

k

Page 12: komunika 07 2006

Lepasnya Timor Timur tahun 1999,kemudian diikuti lepasnya pulau

Sipadan dan Ligitan ke tanganMalaysia pada tahun 2002, telahmenjadi lembaran hitam bangsa

dalam menjaga keutuhan wilayahnegara Republik Indonesia. Saatnya

kini menyatukan tekad, agarkejadian serupa tak terulang lagi.

T rauma itu masih membekas di hati bangsaIndonesia, saat Timor Timur dan Sipadan-Ligitanlepas dari pangkuan ibu pertiwi. Bukan hanya dihati para petinggi pemerintah, namun juga dihati Afrizal, seorang pelaut asal Indonesia yang

sudah 61 bulan bekerja di kapal penangkap ikan berbenderaKorea.

"Waktu itu, tahun 2002, saya diberi sobekan koran olehseorang kawan. Di situ tertulis bahwa dua pulau milikIndonesia jatuh ke tangan Malaysia. Wah, saya sedih sekali.Saya langsung nangis, Mas. Rasanya nelangsa sekali, pulaukok diambil orang itu gimana ceritanya?" tutur Afrizal saatbertemu dengan KomunikA dalam kendaraan travel yangmembawanya pulang di kampung halamannya di Kendal,Jawa Tengah, pekan lalu.

Ia tak begitu paham, mengapa saat itu ia menjadi me-lankolis. Tapi pada saat berada di laut lepas, di negeri orang,kabar penguasaan pulau Sipadan-Ligitan oleh Malaysia sangatmemukul perasaannya. "Lebih-lebih awak kapal yang berke-bangsaan Malaysia begitu mendengar berita itu lantas ber-sorak-sorai, seperti layaknya orang yang baru menang per-tandingan. Aduh, hati ini rasanya jengkel dan sakit sekali,"katanya.

Afrizal bercerita, seorang kawannya asal Riau bahkansempat berbaku-pukul karena tak tahan diejek terus-me-nerus oleh kawan-kawan pelaut dari Malaysia. "Jelek-jelekbegini saya masih punya nasionalisme! Kalau perlu darahakan saya tumpahkan demi membela harga diri bangsa,"katanya menirukan ucapan kawan tadi. Untunglah, perkela-hian itu bisa dilerai oleh kapten kapal.

***Harga diri bangsa, itu pulalah yang membuat bangsa

Indonesia turun ke jalan memprotes klaim Malaysia atasblok Ambalat tahun 2005 lalu. Banyak warga masyarakatmenyatakan siap dikirim ke Ambalat sebagai sukarelawanuntuk membela harga diri bangsa. Jelas bahwa kita wajibmempertahankan kedaulatan dan integritas tanah air kita,tidak sejengkal pun boleh jatuh ke tangan asing. Namunkebijaksanaan dan tindakan kita tetap harus rasional, pro-porsional, profesional, dan penuh kearifan.

Karena itu yang perlu dilakukan secara terus-menerusadalah manuver-manuver politik oleh para diplomat kitadengan penuh percaya diri, keluwesan, dan keberanian.Langkah keras dan emosional justru kontraproduktif, karenahanya akan membuat citra bangsa Indonesia semakin burukdi mata dunia.

Belajar dari kasus Sipadan dan Ligitan, kita kalah karenakurang sabar melakukan usaha-usaha penyelesaian secara

politis melalui jalan diplomasi, kasus itu berakhirdengan hasil yang sangat mengecewakan: Sipa-dan-Ligitan jatuh ke tangan Malaysia. Kalau saja

kita tidak terburu-buru membawa kasus tersebut ke Mah-kamah Internasional, dan kita lebih intensif melakukanperundingan-perundingan didukung oleh "show of force"TNI Angkatan Laut dengan patroli laut secara regulerdan singgah di kedua pulau tersebut, atau menempatkanpetugas administratif kita di sana, tentu hasilnya akanlain. Apalagi bila disertai dengan alasan-alasan politis lainnya(semangat ASEAN, keamanan regional, dan sebagainya)maka kedua pulau tersebut belum tentu menjadi milikMalaysia, paling tidak status quo untuk kedua pulau ter-sebut dapat dipertahankan. Tapi nasi memang telah men-jadi bubur, dan jarum jam sejarah tak bisa diputar balik.

Jangan Terjadi LagiLumrah jika Afrizal wanti-wanti agar peristiwa Sipadan-

Ligitan tak terulang lagi di masa datang. "Jangan ada lagiSipadan-Ligitan II. Banyak pulau-pulau kita yang ber-batasan dengan luar negeri. Kalau semua dicaplok asing,lama-lama habislah wilayah kita," ujar lelaki berputra duayang mengaku sangat cinta Indonesia ini.

Kasus Ambalat memang seharusnya menjadi pelajaran,agar kasus serupa tidak terjadi lagi di pulau lain. Karena,setidaknya dari 92 pulau terluar yang tersebar di 19 pro-vinsi di Indonesia, dan 67 pulau di antaranya langsungberbatasan dengan negara lain seperti Timor Leste, Pa-pua Nugini, Thailand, India, Singapura, Malaysia, Australia,Filipina dan Republik Palau. Dan dari 67 pulau itu, 12 pu-lau di antaranya rentan menjadi sengketa perbatasan.

Ke-12 pulau itu adalah Pulau Bondo di KabupatenSabang-NAD yang berbatasan dengan India. Pulau Seka-tung, Kabupaten Natuna, Riau, yang berbatasan denganVietnam. Pulau Nipa, Kota Batam, Riau, yang berbatasandengan Singapura. Pulau Berhala, Kabupaten SerdangBedagai, Sumut, yang berbatasan dengan Malaysia. PulauMarore, Kabupaten Sangihe, Sulut, yang berbatasandengan Filipina. Pulau Miangas dan Marampit, KabupatenTalaud, Sulut, yang berbatasan dengan Filipina. PulauBatek, Kabupaten Kupang, NTT, yang berbatasan denganTimor Leste. Pulau Dana, Kabupaten Kupang, NTT yangberbatasan dengan Australia. Pulau Fani, Kabupaten RajaAmpat, Papua, yang berbatasan dengan Republik Palau.Pulau Fanildo dan pulau Bras, Kabupaten Biak Namfor,

Papua, yang berbatasan dengan RepublikPalau.

Oleh karena itu, agar tidak terjadi peng-ambilalihan terhadap pulau-pulau itu, sejak diniIndonesia harus berupaya dan melangkah untuk me-nunjukkan eksistensi NKRI di daerah itu, misalnya de-ngan melakukan pembangunan dan aktualisasi sim-bol-simbol NKRI di pulau-pulau terluar tersebut.

"Saya dengar dulu Malaysia getol sekali melakukanpembangunan di sana (Sipadan-Ligitan) secara diam-diam. Sementara perhatian kita ke sana kurang. Mung-kin itulah yang membuat kita kalah di Mahkamah Inter-nasional, meskipun dari sisi sejarah jelas pulau-pulauitu masuk dalam wilayah Indonesia," urai Afrizal yangpada tahun 2001 pernah berkunjung ke Sipadan duakali bersama seluruh awak kapal tempatnya bekerja.

Ia bercerita, saat itu nyaris segala hal yang ada diSipadan--mulai bahasa, budaya, corak bangunan, hing-ga pernik-pernik kerajinan yang dijual di kedai-kedaicinderamata lebih "berbau" Malaysia ketimbang Indo-nesia. Hal ini menunjukkan bahwa Malaysia lebih inten-sif melakukan "pendekatan" ke pulau itu dengan ber-bagai cara. "Bahkan radio dan televisi yang didengardan ditonton oleh sebagian besar warga Sipadan ada-lah siaran dari Malaysia. Identitas Indonesia tak keli-hatan di sana," katanya.

Oleh karena itu ia mengingatkan agar pemerintahdi masa datang lebih memperhatikan pembangunansarana-prasarana dan fasilitas publik di pulau-pulauyang berada di titik terluar perbatasan Indonesia. Halini penting, karena kemajuan pembangunan yang di-capai akan menjadi faktor pendukung integritas yangsangat kuat.

"Kalau pembangunan di sana bagus, bangsa lainpasti nggak berani, atau setidaknya segan, mendudukiSipadan-Ligitan. Penduduk yang mendiami pulau itujuga akan bangga terhadap identitas keindonesia-annya, karena merasa diperhatikan. Pada akhirnya me-reka pasti akan menolak penguasaan asing atas pulautersebut," imbuhnya.

Rawannya PerbatasanMasalah perbatasan memang rawan karena terkait

dengan harga diri bangsa. Kita bisa berkaca pada kasusPeru dan Ekuador yang pernah saling serang gara-gara berebut tapal batas El Oro, atau Inggris dan Ar-gentina yang bertempur memperebutkan kepulauanMalvinas (Falkland). Semua itu menunjukkan bahwamasalah perbatasan bisa menjadi pemantik berko-barnya konflik yang lebih besar. Ini terjadi karenamasing-masing pihak memiliki perspektif, alasan danbukti historis serta geografis sendiri-sendiri tentangwilayah yang disengketakan. Untuk urusan "membelaharga diri bangsa", batas-batas rasionalitas sering dia-baikan, sebaliknya yang mengedepan adalah nasio-nalisme, semangat untuk membela tanah air tercinta.

Benar bahwa nasionalisme sangat diperlukan untukmengikat persatuan anak bangsa dalam membela ke-utuhan wilayah Indonesia. Akan tetapi, tanpa diikutidengan political will yang kuat untuk membangungugus pulau terluar wilayah NKRI, nasionalisme hanyaakan menjadi macan kertas.

Warga di pulau-pulau perbatasan perlu sentuhanhalus tangan ibu pertiwi. Sentuhan yang membang-kitkan kesadaran bahwa mereka adalah benar-benarbagian dari NKRI...(g)

12

Salah satu sudut pulau Sipadan, kini bukan lagi milik kita.

Mempertahankan Negara Kepulauan

Anggota TNI AL menjaga perairanAmbalat. Jangan ada lagi pulau yangjatuh ke tangan negara lain!

imag

eban

k

ww

w.b

erita

foto

.com