komunika 03 2008

12

Upload: komunika-tabloid

Post on 15-Mar-2016

249 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Hati-Hati Parkir Sembarangan Yuri Yogyakarta Redaksi menerima sumbangan tulisan, artikel dan foto yang sesuai dengan misi penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan substansi dari tulisan tersebut. Isi KomunikA dapat diperbanyak, dikutip dan disebarluaskan, sepanjang menyebutkan sumber aslinya. Mulai Mei tahun ini warga Jakarta, atau me- reka dari luar daerah yang membawa kendara- an pribadi harus ekstra sadar dan hati-hati KomunikA satu kata Indonesia foto:insan

TRANSCRIPT

Page 1: komunika 03 2008
Page 2: komunika 03 2008

2 KomunikA satu kata Indonesia

Diterbitkan oleh:DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKAPengarah: Prof. Dr. Moh Nuh, DEA (Menteri Komunikasi dan Informatika). Penanggung jawab: Dr. Suprawoto, SH. M.Si. (Kepala Badan Informasi Publik)Pemimpin Redaksi: Drs. Bambang Wiswalujo, M.P.A.(Kepala Pusat Pengelolaan Pendapat Umum). Wakil Pemimpin Redaksi: Drs. Supomo, M.M.(Sekretaris Badan Informasi Publik); Drs. Ismail Cawidu, M.Si. (Kepala Pusat Informasi Politik Hukum dan Keamanan); H. Agus Salim Hussein, S.E. (KepalaPusat Informasi Perekonomian); Drs. Sofyan Tanjung, M.Si. (Kepala Pusat Informasi Kesejahteraan Rakyat).Sekretaris Redaksi: Drs. Sugito. Redaktur Pelaksana: M. Taufiq Hidayat. Redaksi: Dra. Fauziah; Drs. Selamatta Sembiring, M.Si.; Drs. M. AbduhSandiah; Mardianto Soemaryo. Reporter: Suminto Yuliarso; Dimas Aditya Nugraha, S.Sos; Hendra Budi Kusnawan, S.S; Koresponden Daerah: Amiruddin(Banda Aceh), Arifianto (Yogyakarta), Nursodik Gunarjo (Jawa Tengah), Supardi Ibrahim (Palu), Yaan Yoku (Jayapura). Fotografer: Leonard Rompas.Desain: D. Ananta Hari Soedibyo. Pracetak: Farida Dewi Maharani, Amd.Graf, S.E.Alamat Redaksi: Jalan Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta Telp/Faks. (021) 3521538, 3840841 e-mail: [email protected]

Redaksi menerima sumbangan tulisan, artikel dan foto yang sesuai dengan misi penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubahmaksud dan substansi dari tulisan tersebut. Isi KomunikA dapat diperbanyak, dikutip dan disebarluaskan, sepanjang menyebutkan sumber aslinya.

BERANDA

Pemberdayaan PerempuanHarus Multisektoral

Harus diakui, Indonesia telah mencapai kemajuan dalam meningkatkan keseta-raan dan keadilan gender, terutama di bidang pendidikan. Hal ini dapat dibuktikan,antara lain dengan semakin membaiknya rasio partisipasi pendidikan dan tingkatmelek aksara penduduk perempuan terhadap penduduk laki-laki. Keberhasilanlainnya adalah meningkatnya kontribusi perempuan dalam sektor non-pertanian,dan meningkatnya partisipasi perempuan di bidang politik dan lembaga legislatif.

Namun demikian, beberapa masalah terkait dengan pemberdayaan perem-puan masih menghadang di depan mata. Rendahnya kualitas hidup dan peranperempuan, tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan, banyaknya hukumdan peraturan perundang-undangan yang bias gender atau bahkan diskriminatifterhadap perempuan, dan lemahnya kelembagaan dan jaringan pengarusutamaangender, masih menjadi batu sandungan hingga kini.

Dengan kata lain, kesenjangan gender masih terjadi di negara kita. Budayapatriarki yang dianut sebagian besar suku di Indonesia sangat tidak kondusif ba-gi gerakan pemberdayaan perempuan. Kendati demikian, justru dalam kondisiyang tidak ideal itulah eksistensi pemberdayaan perempuan perlu dimunculkan.Bukankah Indonesia masa depan membutuhkan ibu-ibu yang cerdas dan pandaiuntuk meredam berbagai permasalahan yang bermula dari rumah tangga sepertigizi buruk, muntaber dan lain-lain?

Selama ini, perempuan masih cenderung dianggap sebagai the second sexsetelah lelaki. Posisi perempuan berada pada subordinat, sebaliknya lelaki padasuperordinat. Imbasnya, peran perempuan lebih ditekankan pada urusan domestikseperti melahirkan dan merawat anak, mengurus rumahtangga, dan kegiatandalam rumah lainnya. Sementara lelaki lebih aktif dalam kegiatan produktif dansosial kemasyarakatan, termasuk di bidang ekonomi, politik, pendidikan dan kese-hatan. Dalam empat bidang terakhir, peran perempuan dianggap kurang ataubahkan tidak penting, sehingga perempuan lebih diposisikan sebagai objek ketim-bang subjek.

Seiring dengan gerakan pengarusutamaan gender, ke depan keadaan yangtidak memihak kaum perempuan tersebut harus diubah. Peran perempuan secaragradual harus diseimbangkan dengan lelaki, bukan hanya di sektor pendidikannamun di seluruh sektor.

Tantangan yang dihadapi dalam rangka menghapuskan kesenjangan genderantara lain adalah bagaimana meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuandi segala bidang pembangunan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, eko-nomi, dan pengambilan keputusan. Revisi peraturan perundang-undangan yangbias gender atau diskriminatif terhadap perempuan juga harus segera dilakukan.Di samping itu perlu meningkatkan kesempatan kerja dan partisipasi perempuandalam pembangunan politik, serta melaksanakan strategi pengarusutamaan gen-der di seluruh tahapan pembangunan dan di seluruh tingkat pemerintahan baiknasional, provinsi, maupun kabupaten/kota.

Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pemba-ngunan Nasional pun mengamanatkan "pengarusutamaan gender guna terseleng-garanya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi ataskebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuaidengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing”. Hal ituberarti, proses pembangunan nasional mulai dari hulu hingga hilir, harus memper-timbangkan kesetaraan gender.

Anggaran yang sensitif gender dapat diwujudkan dengan mengajukan berba-gai pertanyaan terhadap suatu perencanaan. Pertanyaan tersebut antara lain,apakah sebuah perencanaan sudah merefleksikan kebutuhan perempuan dankebutuhan laki-laki, apakah perencanaan tersebut telah disusun dengan menggu-nakan data terpilah sehingga keseimbangan gender terwujud, dan sebagainya.Apabila indikator-indikator pengarusutamaan gender ini sudah teridentifikasi, makarencana kegiatan tersebut layak dianggarkan (didanai).

Pengarusutamaan gender di seluruh bidang dan kegiatan pembangunanmemang harus dimulai dari penyusunan kebijakan yang diarahkan untuk mening-katkan keterlibatan perempuan dalam proses politik dan jabatan publik, mening-katkan taraf pendidikan dan layanan kesehatan serta bidang pembangunan lainnyauntuk mempertinggi kualitas hidup perempuan. Selain itu, menyempurnakanperangkat hukum untuk melindungi perempuan dari berbagai tindak kekerasan,eksploitasi dan diskriminasi. Terakhir, memperkuat kelembagaan, koordinasi, danjaringan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari berbagaikebijakan, program, dan kegiatan pembangunan, pemenuhan komitmen-komit-men internasional, serta peningkatan partisipasi masyarakat.

Budaya patriarki memang tidak bisa dihilangkan secara radikal, akan tetapibisa direduksi dengan meningkatkan kualitas perempuan secara internal danmelibatkan mereka lebih intens dalam dunia yang selama ini dianggap sebagai“ranah lelaki”. Dengan pemberdayaan perempuan melalui peningkatan peran se-cara multisektoral, diharapkan kesenjangan gender yang selama ini masih terjadidi Indonesia secara perlahan-lahan dapat dieliminasi. (g)

Kenaikan Harga Minyak Dunia

Krisis minyak internasional secara tidak lang-sung juga berimbas ke kehidupan sehari-harisebagian besar rakyat Indonesia, terutama me-reka yang berasal dari kalangan menengah kebawah. Dalam kondisi normal saja, saat ini hargakebutuhan sehari-hari naik akibat tingginya har-ga Bahan Bakar Minyak (BBM). Saya tidak bisamembayangkan jika harga kebutuhan pokokharus mengalami kenaikan kembali.

Banyak pengamat menilai bahwa ada salahsasaran dalam kebijakan subsidi BBM yangsebenarnya untuk rakyat menengah ke ba-wah. Seharusnya masyarakat miskin yang me-nikmati akhirnya malah sebagian besar yangtidak seharusnya disubsidi malah mengambilhak yang mendapat subsidi. Rakyat kebanyakanyang miskin pada akhirnya semakin terpuruk.Harusnya mereka yang mengambil hak orangmiskin itu diberikan hukuman yang membuatmereka jera.

Petugas pemerintah di lapangan pun harusbenar-benar memperhatikan supaya programsubsidi ini tepat sasaran. Saya memang sepakatdengan tujuan pengurangan subsidi atas BBMtapi kompensasi yang diberikan kepada rakyatmiskin harus tepat sasaran.

Mungkin ini bisa menjadi perhatian peme-rintah dan semua lapisan masyarakat. Bagai-manapun subsidi tetap dibutuhkan oleh ma-syarakat miskin, dan seharusnya masyarakatyang berpendapatan tinggi pun dapat mensub-sidi masyarakat bawah, atau minimal bisa mem-bantu berhemat penggunaan BBM. Rasanyasemua rakyat miskin pasti tidak mampu memi-kul beban kenaikan BBM jika itu memang harussementara pendapatan yang mereka terimacenderung tetap.

[email protected]

Hati-Hati Parkir Sembarangan

Mulai Mei tahun ini warga Jakarta, atau me-reka dari luar daerah yang membawa kendara-an pribadi harus ekstra sadar dan hati-hati

Dirjen Minyak dan Gas Bumi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Luluk Sumiarsomemaparkan ada tiga langkah untuk mengurangi subsidi BBM yakni pengurangan pemakaianBBM jenis tertentu, pemilihan harga patokan BBM yang tepat, dan rasionalisasi harga jual BBM.”Rasionalisasi harga jual atau menaikkan harga BBM adalah upaya terakhir pemerintah,” kata Lu-luk dalam Konferensi Pers “Pengaruh Kenaikan Harga Minyak Dunia terhadap Perekonomian In-donesia” di Departemen Komunikasi dan Informatika, Jum’at (25/4). Selain Luluk, acara dihadiripula Anggota Komite BPH Migas Jugi Prajogio, pakar perminyakan Dr. Kurtubi (Direktur Centerfor Petroleum and Energy Economic Studies/CPEES), pakar ekonomi Dr. Aviliani (Direktur Institutefor Development of Economics and Finance/Indef).

foto

:insa

n

desa

in:

ahas

s fo

to:s

by.in

fo,

bf,

net

Mau kirim surat pembaca? Kirim saja ke alamatredaksi, faksimil, atau melalui e-mail:

[email protected]

agar tidak memarkir kendaraannya di semba-rang tempat. Pasalnya, Dinas Perhubunganmenerapkan aturan ketat bagi para pelanggarrambu dilarang parkir. Jika melanggar akan diti-lang dan roda kendaraan akan digembok!

Harapan kita peraturan itu bisa mener-tibkan pinggir jalan yang seharusnya untuk pe-jalan kaki akan tetapi digunakan sebagai lahanparkir. Namun, di sisi lain, sebagai warga masya-rakat kita harus tegas pula jangan sampaimembuat program seperti itu menjadi lahanpencarian uang oleh oknum yang tak bertang-gung jawab. Bisa memulainya dengan tertibdari diri sendiri untuk tidak "bayar sogokan".

Di ibukota negara, ke depan, pemerintahmenurut hemat saya juga harus mempertim-bangkan keberadaan lahan parkir resmi, karenasaat ini dirasakan lahan parkir tidak sebandingdengan jumlah kendaraan.

AriPegawai Swasta

Jakarta Timur

Jalur Semarang-Rembang Rusak Parah

Sejak terjadinya banjir yang melanda JawaTengah beberapa waktu lalu, Jalur Pantura Se-marang-Rembang memang rusak parah. Sulitdilalui dengan nyaman untuk kendaraan. Wak-tu tempuh normal yang biasanya sekitar 2 sam-pai 3 jam sekarang bisa mencapai 5 sampai 6jam dari Semarang ke Rembang.

Tidak hanya jalannya yang berlubang, yanglebih parah adalah debu yang sangat tebal.Jarak pandang kendaraan tidak mencapai 100meter. Jika tidak segera ditangani akan sangatmembahayakan pengendara kendaraan ber-motor, belum lagi kesehatan warga yang ting-gal sepanjang jalur pantura tersebut. Semogapemerintah provinsi dapat memperhatikangangguan jalan utama perekonomian ini.

YuriYogyakarta

Page 3: komunika 03 2008

Edisi 3/Tahun IV/Mei 2008 3

POLHUKAM

Senyum membuncah dari wajah orangnomor satu di Kabupaten Sidoarjo itu. Meskiada beberapa masalah yang belum tuntasterselesaikan, namun pekerjaan rumah ter-besar di pundaknya untuk mengembangkanSidoarjo perlahan namun pasti diselesaikan,"Tak banyak yang bisa saya lakukan sendiri,ini semua berkat kerja keras semua wargaSidoarjo," tutur Win Hendrarso mengomen-tari capaian pembangunan di Sidoarjo, JawaTimur yang juga menjadi rujukan di bebe-rapa daerah di Indonesia.

Kerja keras, itulah inti dari keberhasilanpelaksanaan kebijakan otonomi daerah yangdigulirkan dua belas tahun lalu. Sidoarjomungkin satu contoh daerah yang bisa opti-mistis memandang kebijakan yang memberi-kan kewenangan kepada pemerintah daerahuntuk mengembangkan kualitas kehidupanwarganya. Ada banyak daerah lain yang bisatersenyum melihat perubahan yang bisa di-rasakan langsung oleh warga sebagai dam-pak kebijakan otonomi daerah.

Sejalan dengan otonomi daerah me-mang pembangunan semakin giat melebarmeluas ke berbagai wilayah, "suasana me-mang sudah lain, saat ini di Riau tampaknyaputra daerah telah memetik banyak manfaat,termasuk diajak ke kancah perpolitikan lokal

dan turut membangun daerahnya," tulis ko-lumnis Agusti Anwar suatu ketika.

Masih Timbulkan EksesPenilaian lain diberikan Gubernur Suma-

tera Utara Rudolf M. Pardede. Sejak digulir-kannya pelaksanaan otonomi daerah padatahun 1996, sampai kini keberadaanya masihmenimbulkan berbagai ekses atau dampaknegatif. "Masih ada kecenderungan me-ningkatnya biaya ekonomi bagi investasi, danbelum sinkronnya pelaksanaan pembangunanantara pusat, provinsi dan kabupaten/kota,"jelasnya.

Menurut Rudolf pada peringatan HUT ke-12 Otonomi Daerah, di kantor Medan (25/4), selain berdampak pada peningkatan biayaekonomi bagi investasi, otonomi daerah jugamengakibatkan persoalan di bidang koordinasiantarsusunan pemerintahan.

“Pada tahun 2004 lalu, UU No. 22 Tahun1999 kembali disempurnakan dengan mun-culnya UU No. 32. Dan sekarang ini juga adabeberapa bagian yang disempurnakan,dimana fokusnya menekankan pada demo-krasi pemilihan kepala daerah langsung danpenataan susunan pemerintahan,” ujar Gu-bernur Sumatera Utara.

Meski demikian, Rudolf mengakui seiringperjalanan otonomi daerah, telah banyak pro-gram pembangunan yang dilaksanakan. Bah-kan, Provinsi Sumatera Utara yang saat ter-bentuknya hanya 18 kabupaten, kini ber-kembang menjadi 21 kabupaten dan 7 kota."Pengembangan daerah ini dalam rangkamendekatkan pelayanan kepada masyarakat,percepatan pembangunan dan peningkatan

pendapatan masyarakat," ujarnya.

Tak Perlu CemasSecara konseptual, tujuan otonomi da-

erah adalah untuk mengurangi beban peme-rintah pusat dalam bidang urusan pelayanankepada masyarakat, agar tercapai pelayananmasyarakat yang efektif dan efisien, penggu-naan sumberdaya yang lebih efisien, peman-tapan perencanaan pembangunan, pening-katan partisipasi masyarakat, dan peningkat-an persatuan dan kesatuan, serta lebih me-ningkatkan demokrasi di tingkat lokal.

Selama dua belas tahun penerapan oto-nomi daerah, Presiden Susilo Bambang Yu-dhoyono pun masih menilai belum berjalanbaik sesuai yang diharapkan. ''Kalau saya di-tanya apakah otonomi daerah sudah berjalanbaik? Jawabnya, belum,'' kata Presiden dalamperingatan Hari Ulang Tahun ke-12 OtonomiDaerah yang digelar di Kabupaten TanahBambu, Kalimantan Selatan beberapa waktulalu.

Presiden tak menjelaskan alasan penilai-annya itu. Namun, ia meminta semua pihaktidak merasa cemas pada kenyataan yangdikatakannya tersebut. Menurut dia, pelak-sanaan otonomi daerah memang membutuh-kan waktu puluhan tahun untuk mencapaibentuknya yang terbaik. ''Negara lain jugabegitu, perlu belasan atau puluhan tahun,''tandasnya.

Menurut Presiden, otonomi daerah dibe-rikan dengan maksud untuk menyejahtera-kan masyarakat dan meningkatkan kualitasdemokrasi. Melalui otonomi daerah, pelayan-an masyarakat pun diharapkan lebih cepatdan baik. Masyarakat bisa lebih aktif berpar-tisipasi dan bahkan ikut memutuskan kebijak-an di daerahnya. ''Dengan otonomi daerah,

pimpinan harus kreatif dan inovatif untukmenciptakan daya saing masing-masing,'' im-buh Presiden.

Dengan otonomi daerah pula, Presidenmelanjutkan, kepala daerah tak hanya ber-fungsi sebagai administrator. Kepala daerahdituntut untuk menjadi inovator yang mam-pu menguasai ekonomi, dunia usaha, danmengerti peluang. ''Mari dengan niat baik,kita terus sempurnakan otonomi daerah,''ajaknya.

Momentum EvaluasiPeringatan otonomi daerah juga dilakuk-

an Pemerintah Kota Medan. Walikota diwakiliSekda Drs H Afifuddin Lubis MSi mengatakan,peringatan ini sangat penting sebagai mo-mentum untuk melakukan evaluasi sejauhmana pelaksanaan semangat dan amanatotonomi daerah sebagaimana tertuang di UUNo. 32/2004.

"Kita memang harus telah menyikapi se-mangat otonomi daerah berlandaskan kinerjaatas filosofi UU No. 32/2004, yaitu me-ngembangkan semangat demokratisasi danupaya dalam rangka meningkatkan pelayananpublik,” ujarnya.

Namun, lanjutnya, masih banyak yang ha-rus dilakukan, terutama memperluas upayadan program pembangunan guna mewujud-kan pelayanan publik yang lebih prima, sertaterciptanya tatanan kehidupan masyarakatyang lebih sejahtera dan demokratis.

Memang otonomi daerah dan desentrali-sasi bukanlah tujuan, tetapi sebagai saranauntuk mencapai tujuan. Dalam TAP MPRNomor IV/MPR/2000 disebutkan bahwa ke-bijakan otonomi daerah diarahkan kepadapencapaian peningkatan pelayanan publikdan pengembangan kreativitas masyarakat,keselarasan hubungan antara Pemerintahdengan Daerah dan antar daerah dalam ke-wenangan dan keuangan, untuk menjaminpeningkatan rasa kebangsaan, demokrasi,dan kesejahteraan masyarakat, sertamenciptakan ruang yang lebih luas bagikemandirian daerah.

Tugas BersamaPermasalahan mendasar saat ini dihadapi

pemerintah pusat maupun pemerintah da-erah adalah menanggulangi kemiskinan danpengangguran. Kemiskinan dan pengang-guran bukanlah permasalahan statistik atauangka, melainkan persoalan yang menyangk-ut kondisi kehidupan rakyat. Melalui desen-tralisasi dan otonomi daerah, diharapkan ko-ordinasi kebijakan baik secara horisontal mau-pun secara vertikal dapat berjalan lebih baik.

"Pilihan yang bijak memang strategi dankebijakan dasar pembangunan ekonomi“pertumbuhan disertai pemerataan” ataugrowth with equity. Pilihan strategi dan ke-bijakan ini merupakan koreksi dan perbaikandari pelaksanaan pembangunan yang dija-lankan selama ini, yang kenyataannya lebihberorientasi kepada pertumbuhan ketim-bang pemerataan," ingat Presiden Yudho-yono dalam pidato di depan anggota DewanPerwakilan Daerah beberapa tahun lalu.

Inilah tugas pokok ke depan realisasi ke-bijakan otonomi daerah. Bagaimana memas-tikan prioritas pembangunan benar-benardiarahkan kepada peningkatan pertumbuh-an, pengelolaan inflasi, penciptaan lapanganpekerjaan, dan pengurangan kemiskinan.

Semua pihak memang harus berperansecara aktif dan proporsional, agar keadilandan pemerataan ekonomi ini dapat diwu-judkan. "Saya sungguh berharap para Gu-bernur, Bupati dan Walikota dapat memba-ngun kemitraan dengan dunia usaha, ter-masuk peningkatan investasi baik dari dalammaupun dari luar negeri, agar dunia usahatumbuh di daerahnya masing-masing," harapPresiden suatu setahun yang lalu.

(m/berbagai sumber)

Udara yang panas tak membuat gerahwarga Kelurahan Sukabungah, KecamatanSukajadi, Kota Bandung untuk berkumpuldi balai kelurahan. Suasana mendung puntak menyurutkan niat untuk menyambutkedatangan Delegasi Kementerian Pene-rangan Malaysia yang dipimpin Dato H. Ab-dullah Murat, Ketua Pengarah Jabatan Pe-nerangan Malaysia, Selasa (15/4) lalu.

Rombongan dari Malaysia itu secara khu-sus ingin melihat aktivitas Kelompok Infor-masi Masyarakat (KIM) Kelurahan Sukabu-ngah. Sebuah inisiatif yang digagas wargaSukabungah untuk meningkatkan nilai tam-bah teknologi informasi dan komunikasi.

Betapa tidak, melalui KIM yang bermuladari obrolan warung itu ternyata kini ibu-ibu bisa menjual beragam hasil kerajinan danjuga menimba banyak ilmu melalui internet.

"Kegiatan KIM yang ada seperti di Kelu-rahan Sukabungah merupakan prakarsa darimasyarakat itu sendiri, pemerintah hanya

sebagai fasilitator, sehingga kegiatannya dari,oleh dan untuk masyarakat itu sendiri," jelasKepala Badan Komunikasi dan InformatikaKota Bandung, drg. Bulgan Alamin.

Tak urung hal itu membuat delegasi Ma-laysia berdecak kagum dan mengundang KIMSukabungah untuk bertandang ke Malaysia.”Saya undang, KIM Sukabungah ini untukmelawat ke Negeri Malaysia, supaya kita bisasaling bertukar pengetahuan dan dapat me-ningkatkan kerjasama kita,” ujar Dato H. Ab-dullah Murat.

Komuniti BestariMenurut Dato. H. Abd. Murat KIM yang

ada di Indonesia konsep dan falsafahnyaserupa dengan Komuniti Bestari di Malaysiayang berjumlah 1094. Di mana asalnya ber-nama K3P (Kumpulan Pendengar, Penonton,dan Pembaca). ”Mungkin K3P ini kalau di In-donesia adalah Kelompecapir, yang sekarangtelah berubah wajah dan nama menjadiKelompok Informasi Masyarakat,” tuturnya.

KIM dan Komuniti Bestari menurutnyamempunyai nilai yang sama, yang lebih pen-ting lagi bagaimana meningkatkan kerjasamadi antara ke dua negara, dan melakukan kun-jungan kerjasama bukan hanya yang resmidari unsur pemerintahnya saja tetapi jugaunsur masyarakat yang tergabung dalam KIMitu sendiri.

Walikota Bandung dalam sambutan tertu-lisnya yang dibacakan Kepala Badan Komu-nikasi dan Informatika, mengemukakan de-ngan adanya kunjungan dapat memberikanhikmah bagi Kementerian peneranganMalaysia maupun bagi pemerintah dan WargaKota Bandung.

”Bukan hal yang tidak mungkin, kunjung-

an ini akan menjadi titik awal membangunkerjasama yang lebih luas antara Kemen-terian Penerangan Malaysia dengan peme-rintah dan warga Kota Bandung, khususnyadi bidang pengembangan teknologi infor-masi,” ujarnya.

Kelanjutan MoUKunjungan delegasi Malasyia ke Suka-

bungah merupakan salah satu kegiatan da-lam tiga hari kunjungan resmi ke Indonesia.Kunjungan ini sendiri merupakan bagian ke-lanjutan dari perjanjian kerjasama antara De-partemen Penerangan Malaysia dengan De-partemen Komunikasi dan Informatika un-tuk mengembangkan kesepahaman antarnegara di bidang komunikasi dan informasi.

Sehari sebelumnya, delegasi telah dite-rima Menteri Komununikasi dan Informatikadi Gedung Depkominfo Jalan Medan Mer-deka Barat sehari sebelumnya.

"Kami berharap bahwa Malaysia dan In-donesia bisa membangun saling kesepa-haman, dengan demikian akan terbentuksaling menghargai dan saling percaya danpada akhirnya masing-masing pihak bisa sa-ling diuntungkan dalam kerjasama itu," te-gas Menkominfo dalam sambutannya.

Dalam kesempatan itu pula, delegasi Ma-laysia menyampaikan perkembangan terkinimengenai berbagai kebijakan pemerintahMalaysia di bidang kegiatan komunikasi daninformasi terkini.

Apresiasi delegasi Malaysia juga diberikanatas kehidupan pers yang demokratis diIndonesia saat ini," kami dari Malaysia jugatengah mengembangkan hal yang telahdilakukan Indonesia tersebut," kata DatoHA Murat. (m)

Page 4: komunika 03 2008

4 KomunikA satu kata Indonesia

PEREKONOMIAN

Sudut Pasar Beringharjo, Yogyakarta, be-lum terang tanah. Akan tetapi, peluh telahmenitik di kening Jimah. Saat ditemui ko-munika pukul 05.45 di dalam pasar tradi-sional legendaris terbesar di Yogya itu, Jimahsedang istirahat di sebuah los yang belumdibuka oleh pemiliknya. “Sejak jam lima tadisaya dapat borongan menurunkan beras sa-tu kol (pikap bak terbuka—Red),” ujar nenekdua cucu ini sambil mengunyah getuk (ma-kanan dari singkong) yang ia bawa dari ru-mah.

Sebagai buruh gendong, “jam kerja”-nyamemang jauh lebih pagi ketimbang jam ba-ngun matahari. Pukul 04.00 dinihari, bisa di-pastikan ia telah berjalan kaki dari kampung-nya di belakang Stasiun Tugu menuju pasarBeringharjo, sejauh sekitar 1 km. Bekalnyacuma selendang gendong tua berwarna me-rah hati, sebuah termos kecil berisi teh manis,dan getuk yang biasa disantapnya sebagaimenu sarapan pagi.

Tepat setelah azan subuh berkuman-dang, ia bersama kawan-kawan seprofesi su-dah siap menunggu di pintu pasar. Begitudatang truk atau pikap bak terbuka memba-wa barang dagangan, ia mendekat. Tanpabanyak tanya, ia langsung mengangkat ka-rung-karung dan barang-barang daganganitu ke kios-kios di dalam pasar. Jimah sudahhafal benar, barang itu milik siapa dan harusdiletakkan di mana. Maklum, setiap pagi—selain Minggu pagi—selama 20 tahun, ia ber-

Jimah (55th) bukan wanita perkasa, kendati beban seberat 50 kgsering naik turun ke gendongannya. Ia melakukan “angkat berat” itubukan untuk olahraga, akan tetapi demi tegak ekonomi rumahtangga

dan kelangsungan sekolah putra-putrinya. “Di gendongan ini terletakmasa depan anak-anak saya,” ujarnya.

sama rekan-rekannya melakukan hal yang sa-ma, sehingga sudah menjadi mitra tetap bagipara pedagang pasar Beringharjo.

Dari ongkos sebagai buruh gendong itu,hingga menjelang tengah hari, Jimah bisamengantongi uang Rp10 – 20 ribu. “Kadangkalau lagi ramai ya bisa Rp 30.000. Tapi sayanggak mau kerja secara berlebihan. Jam10.00 saya pasti sudah berhenti. Lebih dariitu, saya bisa kelenger (mau pingsan—Red),maklum balung tuwo (tulang tua—Red),”imbuhnya sambil tertawa lepas.

Jika dihitung, penghasilannya sebulanmemang tak lebih dari Rp600 ribu. Sangattidak sebanding dengan tenaga yang harusdikuras, lebih-lebih untuk perempuan seusia-nya. “Namun harus bagaimana lagi, hanyadengan begini saya dapat menghidupi ke-luarga dan menyekolahkan anak,” kata pe-rempuan yang tidak lulus SD ini.

Jimah, yang suaminya hanya pekerjaserabutan, punya empat orang anak. Duaanak lelakinya telah menikah, sedangkan duaanak perempuannya masih sekolah di SMPdan SMK. “Yang masih sekolah itulah yangmakan banyak duit. Tapi tak apalah, namanyajuga demi masa depan, saya ikhlas menjalaniprofesi sebagai buruh gendong ini,” sam-bungnya.

Selain membiayai sekolah anak-anaknya,kebutuhan rumahtangga lain seperti makan,membayar listrik dan air minum, membayarkontrakan, semua ia tanggung sendiri. “Maka

kalau sehari saja saya sakit, ekonomi keluargalangsung kalang kabut,” imbuhnya, serayabersyukur masih dikaruniai kesehatan diusianya yang tak lagi muda.

Jimah adalah tipe pekerja keras yang takpernah mengeluhkan kondisi yang dialaminya.“Hidup itu sudah ada yang ngatur. Saya nari-mo ing pandum, menerima apa yang telahdiberikan Tuhan kepada saya, tapi saya takpernah berhenti berusaha. Mungkin sudahtakdir saya harus jadi buruh gendongsepanjang masa, ya tidak mengapa. Sayatetap bersyukur, meskipun penghasilansangat mepet tapi masih bisa menyekolahkananak. Itu yang penting bagi saya.”

Ia memang sangat getol mendoronganak-anaknya untuk belajar secara serius.“Biar anak-anak saya jadi ‘orang.’ Saya tidakingin mereka jadi buruh gendong seperti sayaatau seperti bapaknya yang tak punyapekerjaan tetap. Anak saya harus sukses,dan jalan sukses adalah melalui pendidikan.”

Lugas dan sederhana, namun setidaknyaJimah telah mengajarkan kepada kita bahwahidup adalah perjuangan yang harus dilakukansecara optimistis. Ya, kita harus senantiasaberusaha agar menjadi bagian dari pemecahanmasalah, bukan sebaliknya justru menjadibagian dari masalah itu sendiri. Dan Jimah,telah menyadari hal itu sejak 20 tahun lalu!

([email protected])

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Keriput kulit ibu tua itu seolah menyem-bunyikan gurat kegembiraan di wajahnya.Betapa tidak, hari ini ia menerima langsungbantuan dari tangan orang nomor satu dinegeri ini, Presiden Susilo Bambang Yu-dhoyono. Sepanjang hidupnya ibu tua asalMagelang itu mungkin tak pernah berangan-angan bisa bertemu muka dengan Presiden.

Akan tetapi bantuan lewat ProgramNasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Mandiri mungkin akan lebih bermanfaat bagisang ibu dan rakyat miskin lain yang masihada di seluruh Indonesia.

PNPM Mandiri adalah salah satu upaya pe-merintah untuk mengurangi pengangguraandan kemiskinan. "Program ini ditempuh dalamtiga langkah, yaitu dengan menyediakan"ikan" bagi masyarakat yang benar-benar su-dah tidakberdaya. Kedua, menyediakan "kail"bagi masyarakat agar mereka bisa member-dayakan diri sendiri, dan yang terakhir adalahpemberian Kredit Untuk Rakyat (KUR)," kataPresiden Yudhoyono di Desa Mertoyudan,Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Ma-gelang, Jawa Tengah, awal Mei lalu saat me-nyerahkan PNPM Mandiri untuk masyarakat.

Intervensi TaktisPemerintah menargetkan angka kemis-

kinan tinggal 10 persen saja pada 2009, se-hingga sekitar 8-10 juta orang yang saat inimiskin akan diupayakan tidak lagi miskin. Se-dangkan jumlah pengangguran ditargetkanturun menjadi 5,1 persen.

Sementara itu, jumlah keluarga miskin

dan mendekati, menurut perhitunganpemerintah saat ini masih sebanyak 15,8 juta.Dengan asumsi setiap keluarga terdiri dari 4orang, maka jumlah penduduk miskin danmendekati miskin sebanyak 63,2 juta atau28,7 persen dari total jumlah penduduk.

"Apapun yang dilakukan pemerintah dibidang ekonomi harus dirasakan oleh ma-syarakat. Program ini merupakan pember-dayaan masyarakat, sebagai jembatan darimakro ke mikro," kata Menteri Koordinator(Menko) Perekonomian Boediono.

PNPM Mandiri dicanangkan oleh PresidenSoesilo Bambang Yudhoyono di Palu, Sula-wesi Tengah, 30 April tahun lalu. Programnasional ini menyelaraskan dan mengharmo-niskan berbagai program penanggulangankemiskinan berbasis pemberdayaan ma-syarakat yang saat ini tersebar di 21 kemen-terian dan lembaga.

Selain PNPM Mandiri, Presiden juga me-luncurkan Program Kredit Usaha Rakyat(KUR) pada 5 November 2007 sebagai upayamempercepat penanggulangan kemiskinan.

BerkelanjutanPNPM ini, merupakan program berkelan-

jutan yang telah dilakukan uji coba di bebe-rapa daerah, pada tingkat kecamatan ditahun 2007 lalu. Pada tahun ketiga diharap-kan akan mencakup seluruh kecamatan diIndonesia.

Inti dari program ini adalah proses pe-ngambilan keputusan di tingkat desa, olehpenduduk di desa. "Jadi proses kebijakan oleh

mereka sendiri. Pemerintah tidak menentu-kan uang untuk apa, kapan, oleh siapa. Semu-anya ditentukan oleh musyawarah desa itusendiri, pemerintah hanya sediakan uang danpendampingan.

Menko Kesra Aburizal Bakrie menambah-kan sebelumnya program PPK dan P2KP ha-nya sampai 2008 dan 2011. Namun, karenaada peningkatan baik dana maupun programmaka diharapkan tetap berlanjut, untuk PPKhingga 2009 dan P2KP hingga 2015.

Pendanaan progam itu, kata Aburizal, ter-masuk dalam anggaran penanggulangan ke-miskinan. Anggaran itu pada 2005 lalu sebe-sar Rp22 triliun, pada 2006 Rp42 triliun tahunlalu Rp51triliun. "Mengingat jumlahnya besar

sekali, maka tahun ini kita harapkan 2008program ini akan bisa dikoordinasikan," kataAburizal.

SinergitasPNPM Mandiri dikoordinasikan oleh Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan(TKPK) di tingkat pusat. Sementara di ting-kat daerah (provinsi/kabupaten/kota), dik-oordinasikan oleh Tim Koordinasi Penang-gulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD).

"Tahun 2008, PNPM mengelola dana se-kitar Rp13 triliun dari enam program pena-nganan kemiskinan," kata Deputi KoordinatorPenanggulangan Kemiskinan Menko Kesra,Sujana Royat di Jakarta, akhir April lalu..

Dia mengatakan, pada 2009 semua pro-gram penanggulangan kemiskinan yang saatini tersebar di berbagai departemen dan lem-baga bisa dikumpulkan dalam satu wadahyakni PNPM Mandiri. "Tahun depan ditarget-kan 51 program semuanya masuk ke PNPM,sehingga dana yang dikelola mencapai Rp58triliun," ujarnya.

Sujana menambahkan, pelaksanaan pro-gram tetap dilakukan oleh departemen ma-sing-masing, tapi di tingkat perencanaan di-susun secara bersama-sama dan terkoor-dinasi.

Tak Bisa Tidak"Pengurangan angka kemiskinan merupa-

kan program pemerintah yang tidak bisa di-tawar-tawar. Dan kami sangat serius untukmelakukannya,'' kata Menko Kesra, AburizalBakrie saat membuka Temu Nasional PNPMMandiri di Jakarta, jelang akhir April lalu.

Temu nasional itu dihadiri sekitar 500peserta yang terdiri dari berbagai unsur, baikpemerintah pusat, pemerintah daerahmaupun kelompok perwakilan masyarakat.

Untuk mengoptimalkan hal itu, ujarnya,Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan(TKPK) Kemenko Kesra dengan setiap de-partemen melakukan koordinasi melalui tigakluster program, diantaranya bantuan danperlindungan sosial, pemberdayaan masya-rakat dan pengembangan usaha mikro, kecildan menengah.

"Dananya tidak melalui propinsi dan kabu-paten tetapi langsung diberikan dari peme-rintah pusat dalam hal ini departemen keu-angan kepada kelompok masyarakat, denganmengusulkan suatu program yang dibutuh-kan untuk desa bersangkutan," katanya.

Dengan demikian kegiatan ekonomidapat berkembang, dan terbentuk pulalapangan pekerjaan. Sementara mengenaiskala perencanaan dan pemilihan desadilakukan dan dievalausi bersama oleh seluruhdepartemen.''Pemerintah buat programpengentasan kemiskinan yang dilakukan de-ngan sistematis bukan untuk mempersiapkanpemilu di tahun 2009, namun supaya pro-gram tersebut dapat diukur,'' paparnya.

Benar juga, agar guratan senyum bahagiabisa mengalahkan guratan kesedihan diwajah rakyat yang masih miskin. (m)

Sinergi Pemberdayaan Masyarakat

Page 5: komunika 03 2008

Edisi 3/Tahun IV/Mei 2008 5

Kring!

KESRA

Meski zaman telah berganti,namun semangat Kartini masih terasa

di Rumah Dinas Bupati Rembang,Jawa Tengah. Kompleks bangunan

yang berada di jalan Gatot Subroto,Rembang, Jawa Tengah itu kini

difungsikan sebagai Museum Kartini.

Bangunan Rumah Bupati dulunya ditem-pati RA Kartini dan suaminya Djojo Adining-rat, Bupati Rembang (1889-1912). Tempattinggal Kartini sekeluarga itu hingga saatinipun kondisinya tidak berbeda jauh.

Bangunan kuno itu memang turun te-murun digunakan sebagai rumah dinas BupatiRembang sekaligus museum. Sejak BupatiRembang, H. Mochamad Salim menjabat, ba-ngunan itu dikhususkan untuk museum. Be-berapa bagian bangunan yang rusak mulaikembali direnovasi.

Surat Dibawah Tempat TidurMuseum RA Kartini sendiri menempati sa-

lah satu kamar pribadi RA Kartini. Tempat iamelakukan segala aktivitas, menulis buah pi-kiran dan ide-idenya. Bahkan kegiatan melu-kis, bermain dakon serta membatik juga dila-kukan di kamar itu.

Ukuran kamarnya memang sangat besar.Jauh jika dibandingkan dengan kamar dalamrumah di kawasan perkotaan. Tidak begitubanyak perabotan dalam kamar tersebut.

Tepat di depan pintu masuk kamar ter-

Bias Semangat Kartini Di Rembangdapat tempat tidur kayu dengan ukiran khasJepara. Terlihat kokoh dan mewah. Di bagianbawah tempat tidur itulah Kartini menyimpansurat-surat dari sahabat penanya dariBelanda.

Ada juga kamar-kamar lainnya yang biasadijadikan tempat menginap tamu resmi Bu-pati. “Silakan menginap disini, kami menye-diakan kamar untuk tamu yang berkenan ber-malam disini”, tawar Ngatini, SH, Kepala Bi-dang Keluarga Berencana Badan Keluarga Be-rencana dan Pemberdayaan MasyarakatRembang yang mendampingi komunika.

Tak Lapuk Oleh ZamanDi rumah itu Kartini tidak hidup sendiri.

Ia hidup bersama dengan tiga istri Raden Adi-pati Joyodiningrat lainnya. “Mereka tidak ting-gal di bangunan yang sama, untuk selir Bupatidisediakan tempat di belakang gedung uta-ma," jelas Ngatini sambil menunjuk lorong disebelah taman.

Lorong itu terletak di tenggara gedungutama. Antar gedung utama dengan rumahtinggal selir pun dibatasi tembok setinggi 2,5meter, hanya pintu itulah satu-satunya jalanmenuju ke gedung utama. “Dari lorong ituBupati memanggil istri-istri lainnya”, ungkapNgatini.

Di sisi kanan kamar Kartini terdapat ruangmakan, sementara di bagian kiri adalah kamarmandi. Sebagian besar perabotan di museumini asli, kecuali plafon yang terpaksa digantikarena aus termakan usia. Dalam kamar man-di yang berada di sisi kiri luar kamar terdapatbathtub khusus dari Belanda yang dilengkapishower dan lampu kuno. Kamar mandi inilah

yang sering digunakan Kartini.Di depan ruang makan terdapat taman

kecil dengan hiasan bunga dan rumput yangtertata rapi. Ada pula kolam ikan berdiametersetengah meter yang telah direnovasi. “Disinilah Kartini menghabiskan waktu seng-gangnya, dia senang duduk di dekat air man-cur sambil memperhatikan ikan-ikan didalam-nya. Dia sangat senang menikmati taman mu-ngil tersebut, terkadang dia menikmati sendiriatau bermain bersama anak-anaknya.”

MultitalentaSalah satu kesenangan Kartini memang

melukis. Tak heran jika di kamarnya banyakpula terlihat lukisan hasil karya Kartini danbeanak-anaknya. Dilihat dari hasil lukisannyasudah bisa terbayangkan hebatnya Kartini.Lukisan tiga ekor angsa di danau sekilas tam-pak hidup.

Ada pula foto-foto Bupati terdahulu selainlukisan foto Kartini bersama suami dan anak-nya. Lukisan foto tersebut dibuat ketika Kar-tini sedang hamil tua, dikelilingi oleh anak-anak tirinya seolah menyiratkan kedekatanKartini dengan anak-anak tirinya. Mereka se-mua bergelendotan manja pada Kartini. “Kar-tini selalu berusaha dekat dengan anak-anaktirinya, menganggap sebagai anak sendiri”,jelas Bungatini.

Ada juga hasil karya seni Kartini lainnya.“Beliau memiliki pemikiran yang maju dan me-miliki banyak keahlian. Selain melukis Kartinijuga pandai membantik. Beliau menyempat-kan mengajar membatik ke anak-anak perem-puan Rembang," tambah Ngatini,

Bungatini mengkisahkan, Raden Adipati

Joyodiningrat sangat memahami keinginanKartini, untuk itulah dia memberikan kebebas-an kepada Kartini untuk tetap beraktivitas.Di sebelah timur kompleks Kantor BupatiRembang terdapat sekolah wanita yang didi-rikan Raden Adipati Joyodiningrat

Gedung itu digunakan Kartini untuk me-ngajar belajar dan membaca perempuan-pe-rempuan Rembang kala itu. Saat ini gedungtersebut digunakan sebagai gedung Pramukatanpa merusak bangunan aslinya.

Dalam kompleks bangunan itu, "Konon,terhadap orang-orang tertentu, Kartini sukamenampakkan diri untuk membagi sema-ngatnya yang tidak pernah padam," imbuhNgatini sambil tersenyum.

([email protected])

Kriiiing!!!!“Selamat pagi, Telepon Sahabat

Anak 129, ada yang bisa kamibantu…”.

Nada bersahabat terucap daribibir sosok berjilbab. Tak berapa

lama, di ujung telepon mulaiterdengar suara anak perempuan

yang bercerita, bahasa gaulnyacurhat. Sang operator dengan

seksama mendengarkan sambilsesekali mengetikkan beberapa

detail melalui keyboard dihadapannya. Helaan nafas,

ungkapan singkat “ya” dan gumamkadang terdengar dari bibir Winda(20 th), sang operator. Tak jarang

beberapa pertanyaan keluar untukmengkarifikasi cerita di ujung

telepon. Sepuluh menit berlalu,telepon ditutup dengan salam khas

Winda dengan iringan senyum.Terima kasih, Selamat Siang....

Sejurus kemudian, Winda merapikantulisan di layar komputer dan

menyimpannya di folder TESA 129.

Bagi Winda dan sekitar 40-an relawandari berbagai universitas, menerima telpon,

mendengarkan berbagai keluhan serta mem-berikan informasi yang dibutuhkan penele-pon menjadi aktivitas rutin sejak 20 Septem-ber lalu. Di salah satu sudut ruangan mediacenter Depkominfo, Jalan Medan MerdekaBarat, aktivitas pelayanan call center kembalibergairah.

Winda dan para relawan bergantian men-jadi penjaga gawang layanan telepon bagianak, TESA 129. “Melalui layanan ini anak-anak bisa mengadukan berbagai perlakuanyang tidak mengenakkan dari orang di seki-tarnya atau sekadar curhat,” tutur Winda,mahasiswi Fakultas Psikologi sebuah perguru-an tinggi negeri ternama di Jakarta.

“Senang juga sih bisa bantu anak-anakuntuk menyelesaikan masalah mereka sendiri.Kita hanya menjadi pendengar dan memberi-kan beberapa alternatif penyelesaian yangbisa mereka pilih,” cetus Anggi (20 th)yangpagi itu sedang bertugas jaga dari pukul 8pagi hingga pukul 1 siang bersama denganWinda.

Selain masalah jatuh cinta, curhat ataumasalah sekolah, beberapa telepon yang ma-suk sudah ada kisah yang yang cukup mence-ngangkan. “Seorang penelepon berusia 16tahun bertanya bagaimana mengatasikeinginannya untuk berhubungan seks de-ngan teman dekatnya,” kata Keke, (20 th)relawan yang menggantikan Winda berjagadari pukul 1 siang hingga 4 sore.

Kisah para relawan yang melayani konse-ling dan permintaan informasi melalui teleponitu paling tidak menggambarkan kompleksitaspermasalahan anak-anak jaman sekarang.

Keberadaan TESA 129 merupakan hasilkerjasama antar tiga departemen, yaituDepartemen Komunikasi dan Informatika,Departemen Sosial dan Kementerian NegaraPemberdayaan Perempuan, dengan Telkomdan Plan Indonesia. Namun demikian, konsepdasar TESA 129 adalah pelayanan informasidan rujukan atau refferal system. Sistem inimerupakan upaya untuk memadukanpenanganan permasalahan anak.

Namun pelayanan TESA tidak hanyaseba-tas pada menerima sambungan teleponuntuk berkeluh kesah. Konsep pelayanan TE-SA dimulai dari pelayanan informasi, pelayan-an konseling melalui telepon hingga pela-yanan penjemputan (outreach) dan rujukanbagi anak-anak yang membutuhkan perto-longan segera.

PenghargaanBulan November tahun lalu TESA129

mendapat penghargaan dari KementerianPemberdayaan Perempuan dalam usaha me-ngembalikan anak korban penculikan. Peng-hargaan itu diberikan langsung oleh MenteriPemberdayaan Perempuan, Prof. Dr. MeutiaHatta Swasono.

Kasus penculikan Dewi Alpabeth aliasMelly merupakan salah satu kasus unik dimana relawan TESA terlibat. Suatu siang, diasal Januari 2007, seorang anak ditemukanmenangis dalam metromini jurusan PasarMinggu. Dalam tangisnya dia mencari si ibu.

Spontan saat itu juga, semua penum-pang metromini beranggapan anak itu senga-ja ditinggalkan si ibu. Atas inisiatif seseorang,

Melly dibawanya ke Kantor Polsek Kali-bata. Status sang anak kala itu adalahsebagai anak hilang. Selama di kantorpolisi, petugas mengalami kesulitan un-tuk menggali informasi dari sang anakyang lebih memilih diam. Kalaupunmenjawab hanya ya dan tidak.

TESA 129 diminta bantuan kepo-lisian untuk menangani secara psikiskondisi sang anak. Awal ditemukan se-pintas perawakan Melly seperti anaklelaki, rambutnya di potong gunduldan pakaiannya pun bergaya lelaki dantubuhnya terlihat kucel.

Polisi sendiri sempat salah mengi-dentifikasi. “Dari sinilah peran TESA,kami berlahan membuka komunikasi

dengannya,” ucap Nice Fajriani, wakil Koordi-nator TESA 129. Perlahan sikap Melly, namaanak itu mulai melunak, dan mulai berani ber-bicara lebih banyak. Menurut Nice, sikap man-ja yang di tunjukan Melly kepada timnya tidakseperti anak lelaki. “Melly tampak lebih man-ja, gitu kita cek ternyata memang anak pe-rempuan,” jelasnya.

Kondisi Melly waktu itu sangat rentan.Tidak satupun informasi yang di dapat dariMelly, "untuk itu relawan TESA memutuskanmembawanya ke Rumah Perlindungan SosialAnak (RSPA)”, timpal Nice.

Selama dua bulan Melly tinggal dan men-dapatkan pendampingan dari TESA. Di RSPAini Melly dikenal sebagai Dewi Alphabet. Namayang diberikan Suprihati (penculik, red). Mellyternyata sudah mengalami penculikan selama6 bulan, dan sudah 2 bulan Melly di dititipandi RPSA. “Melly hilang sejak 8 januari, danbertemu dengan ayahnya setelah 8 bulankemudian”, terang Nice.

Ketika dipertemukan dengan ayahnyaprosesnya pun sedikit sulit. “Melly hampir tidakmengenali ayahnya, dia menangis saat digendong sang ayah”. Sekarang secara psikisMely sudah bisa kembali seperti anak lainnya,tetapi trauma yang dialaminya tidak akanmudah hilang begitu saja.

Mungkin kelak Mely bisa tetap menghu-bungi TESA untuk bercerita, seperti keba-nyakan anak seumurnya yang selalu menele-pon TESA walau hanya sekedar bercerita atauhanya ingin didengarkan bernyanyi.

([email protected])

TESA 129

Tak HanyaBerbunyi Kring!

Kartini

Page 6: komunika 03 2008

6 KomunikA satu kata Indonesia

Bob Marley, si raja musik Reageae, pernahmembuat lagu berjudul “No Woman No Cry,”Tak Ada Perempuan Tak Ada Tangis. Sebagaiseniman, sah-sah saja ia menulis lirik yang tidakpeka gender itu. Namun ia pasti tak tahu,bahwa di Kecamatan Wadaslintang, Kabupa-ten Wonosobo, Jawa Tengah, justru ada ke-luarga yang ‘menangis’ jika tak ada perempuandi rumah itu.

Adalah Sastro Redjo, sang kepala keluarga,yang mengakui terus terang bahwa kiprah istri-nya, Mukminah, dalam memenuhi kebutuhanekonomi keluarga sangat hebat. “Tanpa kerjakeras Mukminah, mustahil anak saya yang jum-lahnya sembilan bisa menjadi ‘orang’ semua,”tutur Sastro.

Penghasilan Sastro sebagai petani kecil,tentu tak cukup untuk menyekolahkan ke-sembilan anaknya. Beruntung ia memiliki istriyang sangat ulet dalam berdagang hasil bumi.Dari hasil dagang itulah, pendidikan kesembilananaknya berhasil dituntaskan hingga SLTA, be-berapa diantaranya bahkan sampai perguruantinggi, dan akhirnya semua mendapatkan pe-kerjaan di berbagai instansi pemerintah. Se-buah prestasi yang terbilang langka untuk ukur-an orang desa pada saat itu.

“Coba kalau istri saya menganggur, sayapaling hanya bisa menangis dalam batin setiapkali anak-anak minta disekolahkan ke jenjangyang lebih tinggi. Syukurlah, meskipun butahuruf, istri saya punya naluri bisnis yang sangatistimewa. Kemampuan wirausahanya telahmematahkan anggapan banyak orang, bahwahanya kaum lelaki yang mampu menjadi tiangekonomi keluarga. Nyatanya perempuan jugabisa,” kata Sastro Redjo yang kini mengakuhidup tenang setelah kesembilan anaknyamentas.

Di Samarinda, Kalimantan Timur, keluargaHeri juga bisa menyambung hidup berkat kegi-gihan Suci mencari nafkah dengan berjualanmakanan di sekitar gelanggang olahraga Sem-paja, Kota Samarinda. “Suci, istri saya, yang

bekerja. Saya membantu sambil mengasuh anak.Terbalik ya, mestinya saya yang kerja, tapi be-gitulah kenyataan kehidupan keluarga kami,”ujar Heri, bapak tiga anak asal Tuban, Jawa Timurini.

Dari hasil berjualan aneka makanan dan mi-numan, dalam sebulan Suci bisa meraup peng-hasilan bersih sekitar Rp500 ribu. “Cukup untukmakan dan biaya sekolah anak-anak di TK danSD,” imbuh Heri.

Awalnya, Heri dan Suci kesulitan mencarinafkah di kota yang daratan dan lautnya ‘samarendah’ (asal kata Samarinda) ini. “Saya pernahnarik ojek, tapi bangkrut karena jumlah motorlebih banyak daripada orangnya, ha ha ha,” kataHeri.

Suci kemudian berinisiatif membuka kedaimakanan. “Ternyata lumayan laris. Ya pekerjaaninilah yang menjadi sumber penghasilan keluargasaya hingga sekarang,” sambung lelaki yangsekolah SD hingga SMA-nya ia selesaikan di Tu-ban ini.

Lain lagi dengan kisah Asriah yang harusmembanting tulang menjadi pengojek setelahsuaminya Basuni terkena stroke. Puluhan kilo-meter jalanan di Sidoarjo, Jawa Timur harus disu-suri setiap hari untuk mendapatkan Rp75.000rupiah yang menjadi bahan pengebul asap dapurrumah tangganya.

Kiprahnya menjadi pengojek membawanyamenjadi Duta Kartini Sidoarjo, sebuah penghar-gaan yang diberikan Pemkab Sidoarjo atas ke-sungguhannya menjadi penopang ekonomi ke-luarga. "Tapi bukan itu yang saya mau, sayacuma ingin menghidupi keluarga saya saja," tu-tur ibu empat anak dan nenek satu cucu inimerendah.

Hidden EconomyDi seantero pelosok bumi Nusantara ini, ada

jutaan keluarga seperti Sastro Redjo, Heri, danBasuni yang menggantungkan hidup pada eko-nomi yang digerakkan oleh kaum hawa. Kondisisemacam ini bukan saja terjadi di daerah yang

kaum perempuan terhadap geliat ekonomi mik-ro, sejatinya tidak bisa dipandang sebelah ma-ta.”

Bahkan berdasarkan hasil penelitiannya, 37persen penggerak ekonomi masyarakat golong-an menengah ke bawah di Yogyakarta adalahkaum hawa. “Walaupun tidak seluruhnya aktifdi sektor produksi secara langsung, akantetapi perempuanlah yang mengatur pe-makaian uang dalam rumahtangga.Dengan sistem manajerial ala perem-puan ini, ekonomi keluarga bisadikelola secara lebih baik,” tutur p-erempuan yang juga penggiatgerakan feminisme ini.

Stereotype PerempuanPertanyaan yang harus dija-

wab, mengapa sampai saat ini ek-sistensi ekonomi perempuan be-lum juga muncul sebagai kekuatandominan yang mencuat ke permu-kaan? Pemerhati masalah sosial bu-daya dari Universitas Gadjah Mada, ProfSugianto Padmo menyatakan, hal itu ter-kait dengan mind set (pola pikir) sebagianbesar masyarakat yang masih diselimuti olehdikotomisasi peran antara lelaki dan perem-puan: laki-laki ada pada superordinat, danperempuan pada subordinat.

Menurut Sugianto, jaman telah berganti,akan tetapi pemahaman masyarakat tentangperan perempuan dalam rumahtangga masihbelum bergeser dari pemahaman jaman ‘ba-heula’. “Dulu tugas laki-laki adalah berburu danperempuan meramu. Berburu adalah aktivitasluar rumah yang produktif, karena binatang bu-ruan adalah sesuatu yang berharga, atau dalamistilah sekarang bernilai ekonomi. Sedangkanmeramu adalah kegiatan dalam rumah yangtidak bernilai ekonomi. Kini, di zaman modernini, stereotype semacam itu masih ada. Istriatau perempuan sering masih dianggap hanyapantas mengerjakan tugas-tugas domestik se-

perti melahirkan, mengurus rumah tangga, danmengelola harta suami. Sementara tugas suamiadalah mencari rejeki di luar rumah,” urainya.

Sugianto tidak menafikan adanya perem-puan pekerja yang menjadi tulang punggungekonomi keluarga. “Di kalangan masyarakatmiskin perdesaan, sebagian perempuan me-mang melakukan alternatif pekerjaan secaraoff-farm sebagai salah satu strategi kelangsung-an hidup rumahtangga. Di kota juga banyakperempuan bekerja di berbagai sektor. Akantetapi jumlah penghasilannya masih belum se-banding dengan penghasilan lelaki yang bekerjadi sektor ekonomi produktif.”

Ia mengharapkan, seiring munculnya kesa-daran terhadap kesetaraan gender, jumlah pe-rempuan yang bekerja dengan penghasilanyang baik akan semakin meningkat. Bahkan ka-lau melihat struktur penduduk Indonesia dima-na jumlah perempuan yang lebih banyak darilelaki, tidak menutup kemungkinan di masa da-tang perempuan akan ‘menyalip’ lelaki dalamkegiatan ekonomi-produktif ini.

Sugianto melihat kesempatan perempuanuntuk eksis di bidang ekonomi cukup terbuka.Mengapa? “Karena secara kodrati otak perem-puan sebenarnya memiliki kemampuan ber-hitung lebih cermat dibanding laki-laki, peremp-uan juga lebih teliti dan njelimet. Keunggulankomparatif ini mestinya bisa dimanfaatkan olehkaum hawa untuk mengembangkan sektorekonomi yang jelas memerlukan analisis, kecer-matan dan ketelitian.”

Hanya saja, menurut dosen PascasarjanaUGM ini, ada satu titik lemah kaum hawa Indo-nesia, yakni banyak diantara mereka yang ku-rang terdidik. “Dari total penduduk yang butaaksara di Indonesia, sebagian besar adalahkaum perempuan. Ini tentu akan menjadi batu

foto

: mn,

bf

nommen

raan geini. DirempuIndonmaniakui

pe

secara kultural ‘menseyogyakan’ perempuan un-tuk bekerja seperti di Nanggroe Aceh Darus-salam dan Bali, akan tetapi juga di daerah-dae-rah lain baik di desa maupun kota.

“Peran perempuan dalam ketahanan eko-nomi keluarga di banyak daerah sangat vital,bukan sekadar sebagai pelengkap seperti yangselama ini kita kira, namun sering juga sebagaitulang punggung utama,” kata Dewi Utari dariCommunity Development RS Bethesda Yog-yakarta, yang pernah meneliti tentang eksistensiekonomi perempuan di masyarakat Kota Gu-deg.

Sayang, menurut Dewi, realitas ekonomi pe-rempuan cenderung berada dalam ranahtersembunyi alias hidden economy, ada namuntak tampak nyata. Ada banyak penyebab me-ngapa ekonomi perempuan terkesan ‘teng-gelam’. Salah satunya adalah budaya masyarakatyang cenderung masih berwajah maskulin.

“Kendati banyak sektor ekonomi digerakkanperempuan, masih banyak orang percaya bahwaekonomi adalah dunia laki-laki. Kentalnya budayapatriarki membuat banyak orang menyepelekanbahkan meragukan peran perempuan sebagaitulang punggung ekonomi, meskipun di lapang-an realitasnya tak terbantahkan,” urainya.

Ia mencontohkan, sebagian besar peda-gang dan pembeli yang bertransaksi di pasar-pasar tradisional adalah perempuan. Warung-warung, toko, kios, banyak pula yang dikelolaatau ‘dimanajeri’ oleh perempuan. Demikian pu-la pegawai swasta seperti pegawai bank, karya-wan biro perjalanan, karyawan hotel, pekerjapabrik, dan pekerja informal lainnya di Yog-yakarta, sebagian besar adalah perempuan.“Semua itu menunjukkan bahwa sumbangsih

“Peran perempuan dalamketahanan ekonomi keluarga di

banyak daerah sangat vital,bukan sekadar sebagai

pelengkap seperti yang selamaini kita kira, namun sering juga

sebagai tulang punggungutama,” kata Dewi Utari dari

Community Development RSBethesda Yogyakarta, yang

pernah meneliti tentangeksistensi ekonomi perempuan di

masyarakat Kota Gudeg.

Page 7: komunika 03 2008

Edisi 3/Tahun IV/Mei 2008 7

sandungan saat mereka diharuskan tampilsebagai penggerak mesin ekonomi yang lebihbesar.”

Geliat Sektor InformalUntunglah, ada sektor lain di luar sektor for-

mal yang lebih ‘ramah’ terhadap perempuan.Alisjahbana dalam penelitiannya tentang eko-nomi kaum urban di Kota Surabaya menemukanbukti, bahwa dari seluruh pekerja perempuandi Surabaya, 85 persen di antaranya bekerja disektor informal.

“Enam dari sepuluh pekerja perempuan disektor informal mencari nafkah sebagai pene-rima upah, sedangkan sisanya berwirausaha baiksecara mandiri maupun dibantu oleh anggotakeluarga yang lain,” tulis Ali yang juga dosenPascasarjana Institut Teknologi 10 Novemberdan Universitas Airlangga Surabaya ini.

Setidaknya ada dua alasan mengapa jumlah

perempuan yang bekerja di sektor informal se-makin meningkat dari tahun ke tahun. Pertama,karena keharusan, sebagai refleksi dari kondisiperekonomian keluarga yang rendah, sehinggabekerja untuk meningkatkan pendapatan ru-mahtangga menjadi penting.

Kedua, karena pilihan, sebagai refleksi darikondisi sosial ekonomi pada level menengah keatas. Ali mengutip pendapat Ware menyata-kan, alasan kedua ini muncul karena penda-patan keluarga sudah dirasakan cukup, namunperempuan tetap memilih bekerja di sektorinformal untuk mengisi waktu luang, mencarikepuasan diri, menambah penghasilan danaktualisasi diri.

Mengapa perempuan lebih banyak terlibatdalam sektor informal, terutama dalam industrirumahtangga (home industry)? Ali menyata-kan, keadaan ini disebabkan dalam industri ru-mah tangga proses produksi dilakukan di dalamrumah, tak memerlukan keahlian khusus danmodalnya kecil. Perempuan memilih sektor ini,karena dapat berkecimpung dalam kegiatanekonomi produktif tanpa meninggalkan fungsidomestiknya sebagai ibu rumahtangga.

Sementara itu, Barbara Chapman dalam pe-nelitiannya di Kota Bogor menemukan buktiyang sama, bahwa pekerjaan informal yang dila-kukan di sekitar rumah ternyata lebih didominasioleh kaum perempuan ketimbang laki-laki. Salahsatu penyebabnya, karena sektor ini memilikitingkat penyerapan yang sangat baik terhadapperempuan, bahkan yang tidak memiliki keah-lian sekalipun. Pekerjaan seperti berjualanmakanan, jajanan dan minuman, sangat dekatdengan “bakat alam” perempuan, sehingga me-reka tidak memerlukan adaptasi yang terlaluruwet. Asal mau dan ulet, dengan sedikit mo-dal, seorang perempuan bisa langsung menjadi

foto

: rom

pas,

bffo

to: b

f

Berapa banyak pe-rempuan bekerja di sektor eko-

nomi produktif? Pertanyaan itu terasamenggelitik di tengah arus deras keseta-an gender yang tengah menerpa dunia saat

ni. Di luar fakta masih minimnya peran pe-empuan di jagad politik, kiprah perempuanndonesia di sektor ekonomi ternyata lebihmanifes dan prospektif. Kendati belum di-akui secara eksplisit, jumlah perempuan

penggerak roda ekonomi, terutamaekonomi mikro, ternyata

sangat banyak!

pekerja informal tanpa harus melalui proses ber-tele-tele.

Yang menggembirakan, kendati eksisten-sinya masih sering diragukan oleh banyak pihak,namun ternyata sektor ini mampu mendong-krak pendapatan keluarga secara signifikan.Chapman menemukan, penghasilan pe-rempuan yang bekerja di sektor informal bah-kan mengungguli gaji para pekerja pabrik diKota Bogor dan sekitarnya. Ia bahkan berani

menyimpulkan, bahwa sektor informal yangdigerakkan kaum perempuan ini mampumemberikan kontribusi terhadap pen-dapatan kota Bogor dan pendapatan na-sional!

Peluang di Sektor KreatifLaporan Perserikatan Bangsa-Bangsa

pada 1995 menyebutkan bahwa pem-bangunan ekonomi berhubungan erat de-

ngan kemajuan perempuan. Bangsa-bangsa dengan kaum perempuan yang ma-

ju umumnya pertumbuhan ekonomi di ne-gara tersebut lebih baik. Sebaliknya, di nega-

ra-negara dengan pembatasan peran perem-puan, ekonominya cenderung berjalan stag-nan. Apresiasi yang tinggi ini memunculkan trenbaru bahwa kaum perempuan kini tengah ber-kembang menjadi kekuatan ekonomi yanglayak diperhitungkan.

Menteri Perdagangan Mari Pangestu, se-perti dikutip berbagai media, menyatakan sek-tor ekonomi kreatif di dunia saat ini tumbuhpesat. Nilai ekonomi kreatif global yang diper-kirakan memiliki tingkat pertumbuhan 5 persenper tahun akan berkembang dari US$ 2,2 triliunpada Januari 2000 menjadi US$ 6,1 triliun pada2020.

Masih menurut Mari, tahun ini kontribusiindustri ekonomi kreatif diperkirakan mencapai4,75 persen terhadap produk domestik brutoIndonesia. Industri kreatif telah menyerap 3,7juta tenaga kerja atau 4,7 persen lapangankerja di Indonesia dan telah memberikan kon-

tribusi ekspor sekitar 7 persen. Dari sekitar 12subkategori ekonomi kreatif, tiga di antaranyamemberikan kontribusi terbesar, yaitu fashion30 persen, kerajinan 23 persen, dan periklanan18 persen.

Dalam tiga sektor tadi bisa dikatakan peranperempuan juga tak bisa dipandang sebelahmata. Lihat saja yang dilakukan oleh Ayu dariKota Surabaya, Jawa Timur. Setiap bulannyadia menerima order pakaian jadi rata-rata senilailebih dari Rp50 juta untuk dikirim ke Nusa Teng-gara Timur. Belum lagi permintaan dari daerahlain. Semua itu hanya dikerjakan di rumahnyadi kawasan Mulyorejo, "disini ada 5 orang yangbantu, jika pesanan banyak saya biasanya mintabantuan penjahit yang ada di sekitar sini," jelasibu dua orang anak itu.

Keterlibatan kaum perempuan di dunia usa-ha, khususnya usaha kecil-menengah memangcukup signifikan. Data Ikatan Wanita Pengu-saha Indonesia sendiri menunjukkan bahwa adasekitar 16 ribu wanita pengusaha yang menjadianggota organisasi tersebut. Jika ditambahkanperempuan pada kategori "wirausaha yang taktampak", jumlah UKM yang melibatkan perem-puan wirausaha dapat mencapai di atas 30 per-sen.

Jadi, jangan pernah menyepelekan ekono-mi perempuan. Tampak atau tidak tampak,diakui maupun tidak, ekonomi perempuan terusmenggeliat dan siap tampil menjadi penentugerak laju roda ekonomi Indonesia di masadepan.

Kalau saja Bob Marley masih hidup dan sem-pat melihat realitas kiprah perempuan di bebe-rapa kawasan di Indonesia, ia mungkin akanberfikir untuk merevisi judul lagunya menjadi,“No Women We’ll Cry”, Tanpa Perempuan KitaAkan Menangis.... ([email protected])

Syahdan, seorang bapak menuntut agarkaum pria bisa ikut dalam PKK. "Kenapa hanyaibu-ibu saja yang jadi pengurus PKK? Kenapabapak-bapak tidak pernah ikut berkiprah dalamPKK?" kata salah seorang pria berkopiah hitambersemangat.

Padahal, menurut lelaki itu, PKK artinyaPemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga(PKK). Didalam arti itu berarti tidak hanya pe-rempuan saja yang bisa berkarya di PKK. Lelakijuga bisa berkiprah di PKK.

"Iya benar. Seharusnya bapak juga bisa ikutdalam pertemuan PKK dan berkiprah didalam-nya. Tidak hanya ibu-ibu saja yang bisa," ucapperempuan yang duduk disebelahnya menye-tujui.

Jangan salah sangka dulu, itu hanya se-penggal cuplikan simulasi Festival SurabayaGender Award akhir tahun lalu di Surabaya.Simulasi yang menggelikan dan cukup meng-hentak. Betapa tidak, ketika kesadaran akangender begitu menghebat hingga mengubahcara berpikir dan tatatan keseharian kemasya-rakatan di tingkat yang paling kecil: keluarga.

Tapi jangan keburu berbangga dulu, karenatak semua lelaki menginginkan hal tersebut.Menurut Kepala Bidang Pemberdayaan Perem-puan Badan Pemberdayaan Masyarakat danKeluarga Berencana Kota Surabaya, Erna Ulian-tara kepada wartawan ternyata banyak masya-rakat yang tidak sadar gender. Seperti masihbanyak yang menganggap istri harus di rumahatau menganggap hanya perempuan yang bo-leh memasak. "Padahal pandangan itu harusdiubah. Pandangan tersebut bukanlah pan-dangan yang sadar gender," ucapnya.

Program Untuk PerempuanPemerintah pun memang telah banyak

menggagas program penyadaran gender ber-basis ekonomi keluarga. Semua program dia-rahkan untuk mengedepankan perempuandalam penentuan arah dan gerak ekonomi ma-syarakat.

Sebut saja, Program Perempuan KeluargaSehat dan Sejahtera (Perkassa) yang diluncur-kan pada 21 Desember 2006 lalu. Programitu diharapkan dapat membangkitkan jiwa ke-wirausahaan kaum perempuan Indonesia.

Secara khusus. program ini diarahkan un-tuk membantu ekonomi keluarga denganmengembangkan usaha-usaha kecil, sepertiwarung makan, menjual kebutuhan pokok,kue-kue, kerajinan tangan, dan lain-lain. "Pela-ku usaha kecil seperti ini di Indonesia jumlah-nya cukup besar, sehingga memiliki andil bagiperekonomian bangsa kita," kata Ibu Negara,Ani Yudhoyono pada acara peningkatan Pro-gram Perkasa di Pasar Tanah Abang, JakartaPusat, akhir tahun lalu.

Kementerian Negara Koperasi dan UKMmencatat bahwa melalui program Perkassa ta-hun 2006 dan 2007 telah dilakukan penguatanpermodalam kepada 450 Koperasi Wanitayang tersebar di seluruh Indonesia.

"Saya berharap perempuan Indonesia da-pat memanfaatkan fasilitas ini dengan baik dansemoga target 3.000 koperasi penerima hing-ga 2009 dapat terwujud," imbuh Ani Yudho-yono.

Untuk itu, Kementerian Koperasi dan Usa-ha Kecil Menengah pada tahun ini menyiapkandana pinjaman modal bagi koperasi milik kaumwanita senilai Rp100 miliar, atau naik 400%dari tahun lalu.

Menteri Negara Koperasi dan UKM Surya-dharma Ali mengatakan dana programPerkasa pada tahun lalu yang tersalur senilaiRp25 miliar. "Tahun ini program Perkassadinaikkan 400% menjadi 1.000 koperasiwanita dengan penyediaan dana Rp100 miliar.Ini cukup ambisius, tapi untuk kebaikan dansudah saya sampaikan ke Presiden," ujarnya,baru-baru ini.

Berbasis KoperasiKoperasi wanita, kata Menteri, tergolong

lembaga koperasi yang tidak memiliki ma-salah, karena dana pinjaman yang disalurkanterhadap anggota umumnya tidak mengalamikemacetan. Menurut dia, kesuksesan pe-rempuan dalam mengelola koperasi danusaha mikro kecil perlu dikembangkan sebagaikekuatan baru guna meningkatkan penda-patan keluarga.

Suryadharma mengakui tidak mudahmenjangkau 1.000 kopwan sehingga menilaiperlu menunjuk wanita mantan model, yakniOkky Asokawati dan Ratih Sanggarwati, se-bagai duta koperasi guna memotivasi terben-tuknya kopwan.

Kepala Dinas Koperasi dan Pengusaha Ke-cil Menengah Jawa Timur Braman Setyomenyebutkan program Perkassa di provinsitersebut tahun lalu menjangkau 46 kopwan,dengan rincian 19 kopwan berpola syariahdan 27 kopwan konvensional. "Tahun ini me-ngajukan usulan penguatan modal terhadap100 kopwan di Jatim," ujarnya tanpa merinciberapa dana program Perkassa yang tersalurdi Jatim tahun lalu.

Tinggal sedikit lagi memang membuatperempuan kian perkasa melalui pemberda-yaan ekonomi keluarga.

(mth/berbagai sumber)

Page 8: komunika 03 2008

8 KomunikA satu kata Indonesia

Direktur PT Pos Indonesia, Hana Suryana

WAWANCARA

Seratus tahun yang lalu, tepatnya 11Februari 1908 di Natal, Sumatera Utara lahirseorang anak dengan empat jari di tangankiri. Dunia sastra nasional kemudian me-ngenalnya dengan nama Sutan Takdir Ali-sjahbana. Karena kecacatan yang dimilikinyapada tangan kiri tersebut ia diberi nama"Takdir".

Anak-anak lain, seusianya pada saat ituselalu mengejeknya sehingga ia menjadimalu dan selalu menyembunyikan tangan-nya di kantongnya atau menutupinyadengan sapu tangan.

“Cacatnya dan ejekan anak-anak mem-buat Takdir merasa tidak setara dengananak-anak lain sehingga ia merasa harusbekerja dua kali lebih keras dari pada anak-anak lain, agar ia bisa setara. Pada awalnyaia memang menderita tetapi dalam jangkapanjang hal tersebut menjadikannya orangyang sangat produktif dan kreatif,” tuturputri Sutan Takdir, Tamalia Alisyahbana, ke-pada Ismadi dari komunika.

Semangat Pengagum Kartini“Dalam hidupnya Takdir ada banyak hal

yang sedih yang bagi sebagian orangmungkin akan menimbulkan depresi. Tapijustru sebaliknya, Takdir bisa menjadikankesedihan hidupnya sebagai jalan keluar darijurang kemurungan.

Sejak kecil Takdir sering berfikir bahwaia akan meninggal di usia yang muda. Halini disebabkan pada usia muda ia sudah diki-rim ke kota lain oleh orang tuanya untukhidup bersama keluarga pamannya. Di tem-pat pamannya tersebut, ia kurang diperha-tikan, baik secara fisik maupun psikologis.

"Namun, karena falsafah hidupnya bah-wa jalan keluar dari kesedihan adalah mela-kukan sesuatau yang kreatif, Takdir pundapat mengatasi keadaan kurang berun-tung yang menimpanya," jelas Tamalia.

Takdir adalah pengagum berat Kartini.Itu bukan tanpa alasan, meskipun ia tidaksempat mengenal Kartini, karena Takdir ba-ru lahir pada tahun 1908, empat tahun se-telah Kartini meninggal dunia karena me-lahirkan di usia 25 tahun.

"Kartini dan Takdir sama-sama pernahmelalui penderitaan. Karena Kartini, tidakpernah mencapai cita-citanya, baik pendi-dikan, meskipun ayahnya termasuk modernmembiarkan putri-putrinya bersekolah mau-pun rumah tangganya," imbuh Tamalia.

Senafas SeideDalam buku–buku yang menuliskan se-

jarah RA. Kartini dan Sutan Takdir Alisjahba-na, kita akan menemukan hal-hal yang sama,yang mendasari pemikiran mereka dalamperkembangan bangsa Indonesia. Kartinisama halnya dengan Takdir, yang menyadaribahwa modernisasi dan perkembanganbangsa Indonesia tidak mungkin berjalantanpa ilmu pengetahuan dan teknologi dariBarat.

Namun mereka juga menyadari bahwateknologi serta ilmu pengetahuan tidak da-pat diambil begitu saja, ada nilai-nilai tertentuyang harus menyertainya.

"Boleh dikatakan, Takdir meneruskanpemikiran Kartini. Takdir menginginkan suatuNegara Indonesia yang tidak saja merdekatetapi makmur, penduduknya berpendidik-an tinggi dan memilki kebebasan untuk me-ngembangkan kreatifitas. Karenanya, pe-ngaruh budaya Barat tentu menyertai per-kembangan bangsa ini," tegas Tamalia.

Indonesia, kata Tamalia dibentuk ber-dasarkan dialog. Itu sangat penting. Kitabisa bertahan sebagai negara kesatuan ka-rena dialog. "Selama dialog itu bisa berlang-sung terus, kita Indonesia bisa bertahan,"ungkapnya mengutip pemikiran STA.

(aam)

PT Pos Indonesia kini memang sudahberbenah. Ada banyak fitur yang disajikanseiring perkembangan jaman.Meredupnyapamor bisnis komunikasi PT Pos Indonesiaini bukannya tidak disadari Hana Suryana.

Sejak mengemban tugas sebagai DirekturUtama PT Pos Indonesia pada 2006 silam,Hana Suryana memahami betul pekerjaanyang akan dijalaninya tidak mudah. BUMN disektor perposan ini dituntut untuk tetap ek-sis di tengah-tengah semakin ketatnya per-saingan.

Hana mengakui jika tantangan beratmembentang di hadapannya. “Dalam tiga ta-hun terakhir bukan cuma profitabilitas yangturun, tapi PT Pos Indonesia menghadapipersoalan likuiditas yang serius,” katanya ke-pada komunika di sela-sela softlaunchingWarung Masyarakat Informasi di Malang be-berapa waktu lalu.

Kondisi krisis yang dialami PT Pos Indo-nesia tersebut ternyata tak menyurutkantekad Hana. Strategi pun disusun dengansatu keyakinan membawa BUMN yang dipim-pinnya ini keluar dari krisis. Berikut petikanwawancara dengan Direktur PT Pos Indo-nesia:

Apa sebenarnya tantangan PT Pos In-donesia?

PT Pos Indonesia harus bisa bersaing di

era global. Ini bukan tugas ringan.Keberadaan pesan singkat (SMS) melalui

telepon seluler serta surat elektronik (email)lewat internet menjadikan orang mulai me-ninggalkan budaya berkirim surat konven-sional.

PT Pos Indonesia adalah perusahaan jasa.Jika layanan yang kami berikan memuaskanpengguna jasa, tentunya mereka akan tetapmenggunakan jasa kami.

Tantangan PT Pos Indonesia adalah da-pat keluar dari krisis sekaligus meletakkan fun-damental perusahan untuk go public tahun2010.

Langkah apa saja yang sudah diambil?Kita sudah melakukan persiapan sebenar-

nya telah dilakukan sejak lama.Caranya adalahdengan meredifinisi bisnis pos. Seperti bisnispengiriman surat diredefinisi menjadi bisniskomunikasi, kemudian bisnis pengiriman pa-ket menjadi bisnis logistik, dan bisnis pengirim-an wesel serta giro menjadi bisnis keuangan.

Selain itu, bisnis keagenan diredifinisikanmenjadi bisnis ritel. Hanya bisnis filateli yangtetap dipertahankan dengan pertimbangantelah sesuai dengan tuntutan perubahanlingkungan bisnis.

Redefinisi ini merupakan fundamentalperusahan sebagai entitas bisnis yang dike-lola secara profesional. Setelah redefinisi dila-

kukan kemudian dilanjutkan dengan trans-formasi bisnis.

Implementasinya?Kami menyebutnya tekad quantum leap.

Ada visi Pos Indonesia 3G yang diimplementa-sikan dalam bentuk program kerja, pengem-bangan bisnis, efisiensi biaya, serta penye-hatan perusahan.

Sebagai contoh, program kerja yang mu-lai dijalankan adalah pembangunan infrastruk-tur bisnis keuangan untuk menyediakan la-yanan Giro Pos Online.

Selain itu, tampilan fisik serta sistem la-yanan kantor pos pun diubah. Tujuannya taklain mewujudkan kantor pos yang homesweet home bagi pelanggan dan pegawaisebagai keluarga besar PT Pos Indonesia.

Terhadap Pelanggan?Komitmen kami melayani pelanggan de-

ngan sebaik-baiknya melalui prinsip pelayananprestasi. Prestasi sendiri merupakan akronimdari Profesional, Ramah, Empati, Senyum,Tanggap, Amanah, Semangat, dan Inisiatif.

Tak hanya dalam segi layanan saja yangterus ditingkatkan, jenis layanan ikut ditam-bah. Berbagai program strategis untuk me-nambah jenis layanan dilakukan. Sejak tahun2007 telah , dibentuk special purpose vehi-cle (SPV) Pos Ekspres dan SPV Pos Logistik.

Sesuai road map 2006-2010, ada 3 SPVyang akan dibentuk. Satu SPV lainnya adalahSPV Giro Pos. Pembentukan ketiga SPV initak hanya didasarkan pada upaya pening-katan layanan kepada pelanggan.

Sejatinya, pembentukan tiga SPV terse-but bertujuan untuk meningkatkan nilai peru-sahan menjelang go public pada tahun 2010nanti. Nantinya, ketiga SPV itu akan dipriva-tisasi yang diharapkan dapat memperkuatstruktur permodalan perusahaan.

Apa dampaknya?Dampak dari Pos Indonesia 3G sudah mu-

lai terasa. Hana menyebutkan wilayah-wilayahyang dulunya biasa tak produktif kini sudahmulai mengalami surplus.

Bisa Dijelaskan soal Warmasif?Itu kerjasama kami dengan Depkominfo.

Depkominfo melihat potensi lokasi strategisdan ketersebaran jaringan infrastruktur la-yanan Pos di seluruh Indonesia.

Inilah yang bisa dimanfaatan untuk pe-ngembangan Warmasif, sebagai titik perte-

muan berbagai komunitas.Intinya membantupenyebaran informasi dan pelayanan publikyang terjangkau dan mudah diakses.

Warmasif telah beroperasi secara berta-hap sejak tahun 2006 di 63 lokasi KantorPos meliputi kota-kota besar, seperti Se-marang, Palembang, Serang, Medan, dan Ma-lang.

Kenapa diresmikan di Malang?Terpilihnya Kotamadya Malang sebagai lo-

kasi peresmian WARMASIF pada dasarnya dila-tarbelakangi atas pertimbangan potensi ma-syarakat setempat yang memberikan apresiasisangat baik atas perkembangan teknologikomunikasi dan informasi di tanah air.

Soal Revisi UU Perposan?Rencana revisi UU No 6 Tahun 1984 ten-

tang Perposan memang tengah digodok diDPR-RI. Kami juga ikut berperan dalamproses itu. Memang ada sorotan terkait peranPT Pos Indonesia dalam kaitannya denganhak eksklusif yang diberikan.

Dalam UU Perposan diamanatkan PT PosIndonesia sebagai satu-satunya badan yangoleh negara diserahi tugas mengelola pos dangiro.

Hak eksklusif yang diberikan berupa tugaspengiriman surat, kartu pos, dan warkat pos.Namun sejalan dengan diberlakukannya UUNo 5 Tahun 1999 tentang Larangan PraktikMonopoli dan Persaingan Tidak Sehat, hakeksklusif tersebut mulai dipertanyakan.

Menurut Anda?Hak eksklusif tersebut tetap diperlukan

untuk menjamin kelangsungan penyelengga-raan layanan pos secara merata dan standardi seluruh Indonesia. Tetapi nantinya kita se-rahkan kepada pembuat regulasi untuk halitu. Sebab PT Pos Indonesia akan tetap me-ningkatkan pelayanan.

Peningkatan pelayanan ini nantinya akansecara alamiah membentuk monopoli. Mak-sudnya, PT Pos Indonesia tetap menjadi pe-mimpin pasar dalam industri pos. Dengan de-mikian, PT Pos Indonesia tetap menjadi pilih-an utama masyarakat tanpa harus mengan-dalkan proteksi dari pemerintah dalam bentukhak eksklusif.

PT Pos Indonesia dipilih masyarakatkarena layanannya yang berkualitas denganharga terjangkau.

([email protected])

Siapkan Strategi Khusus

Tamalia Alisyahbana :

STA Bicara Soal Kartini

Ada banyak terobosan yang dilakukan PT Pos Indonesia sebagai konsekuensilogis perkembangan zaman. Saat ini mungkin tak bisa dikatakan kalah bersaing

dengan produk layanan jasa pos lainnya. Apa dan bagaimana strategi PT PosIndonesia.

Layanan Yang Terjangkau

Page 9: komunika 03 2008

Edisi 3/Tahun IV/Mei 2008 9

OPINI

Penulis:NursodikGunarjo*

Suatu hari seorang isterimemberitahukan kabarduka kepada suaminya.“Pa, tadi aku nonton TV,di kota X ada kecelakaan

lalu-lintas, dua orang meninggal dunia ditempat kejadian.” Sang suami sambil cenge-ngesan menjawab, “Ah, cuma dua. Kemarindi kota Y yang mati sembilan!”

Dialog di atas bukan rekaan, akan tapibenar-benar penulis dengar di sebuah kam-pung di Tanah Abang, Jakarta Pusat,beberapa waktu lalu.

Desensitivitas agaknya sedang menyer-gap ruang berpikir, memajalkan dan bahkan

mungkin mematisurikan rasa kita. Bagaimanatidak? Kematian (apalagi karena kecelakaan)seyogyanya menyengat rasa kita untuk ibadan bergetar haru.

Akan tetapi, bagi warga Tanah Abangyang saya ceritakan di depan, tragedi kece-lakaan yang berbuntut kematian tak lagimembuncahkan keharuan. Buktinya, tak ter-bersit rasa kaget, shock, ataupun sedih diraut wajahnya. Kematian, yang sesung-guhnya terjadi secara tidak wajar (kecelakaanlalu lintas), dilihatnya wajar dan biasa-biasasaja. Ironisnya, ia bahkan membandingkansecara kuantitatif dengan kematian lain yangjumlah korbannya lebih banyak. Seolah-olahkorban dua orang kurang hebat dibandingkandengan sembilan orang.

Jika George Gerbner pada tahun 60-anmengemukakan Teori Kultivasi yang menya-takan para penonton berat televisi—yangacaranya penuh dengan adegan kekerasan—akan mengalami sindrom ketakutan yangberlebihan, maka kini dampak adegankekerasan yang ditampilkan media bukan sajamembuat orang menjadi takut, namun jugamembuat orang kehilangan sensitivitas ter-hadap realitas.

Media massa-lah yang menciptakan me-reka menjadi insan majal rasa. Sentuhan me-dia terutama media cetak dan elektronik yangdemikian sarat dengan adegan kekerasan dantragedi, secara berangsur-angsur membuat

rasa manusia menjadi kebas terhadap tra-gedi.

Di televisi saja, sekurangnya saat ini adatujuh program berita kriminal yang pada se-tiap tayangannya hampir selalu menampilkanpara korban dan pelaku pembunuhan,penganiayaan, pemerkosaan, penculikan,perampokan, pencurian, kekerasan,kecelakaan, dalam kondisi yang seringkali sa-ngat mengenaskan. Korban ditampilkan be-gitu saja dalam keadaan berdarah-darah. Itubelum seberapa.

Berdasarkan Monitoring Siaran TelevisiNasional (8 stasiun) yang dilakukan Depar-temen Komunikasi dan Informatika pada ta-hun 2007, sebanyak 57% tayangan sinetronyang konon “dikhususkan” untuk anak, ter-nyata juga mengandung adegan kekerasan,baik itu berupa kekerasan fisik, kekerasanverbal maupun kekerasan seksual. Demikianjuga pelaku sering ditampilkan babak belursetelah dihakimi massa.

Sementara di media cetak, foto korbankriminalitas dan kecelakaan sering ditampilkandalam kondisi yang sangat mengerikan, takkalah vulgar dengan yang ditampilkan televisi.Bagaimana tidak majal rasa kita, jika setiaphari disuguhi tayangan yang mengerikansemacam itu.

Gejala yang umum terjadi adalah tragediakhirnya tak lagi dianggap sebagai hal yangluar biasa. Maka, tatkala masyarakat diterpa

oleh tayangan yang berisi tragedi, merekaakan menganggap realitas media tak bedadengan realitas nyata, perilaku yang abaiterhadap tragedi pun “disahkan” dalamkehidupan sehari-hari.

Seperti itulah yang terjadi akhir-akhir inipada masyarakat Indonesia. Lihatlah bagaima-na masyarakat ramai-ramai menghakimi pe-laku kriminalitas. Memukuli maling sampai ma-ti, membakar hidup-hidup orang yang dicuri-gai sebagai perampas ojek, menyiksa anggotamasyarakat yang dicurigai melakukan perse-lingkuhan, dan sebagainya. Mereka meng-anggap, korban yang jatuh akibat tindakanmereka adalah sesuatu yang “wajar” dan bia-sa-biasa saja.

Tampaknya apa yang dikemukakan olehBaran dan McQuail tentang teori masyarakatmassa, kini sedang berlangsung di Indonesia.Masyarakat mudah dipengaruhi, media mem-punyai kekuatan yang besar, sedangkan pe-ran media banyak yang disfungsional. Newsjudgement banyak ditinggalkan oleh mediakita demi mengejar rating dan prestise yangbermuara pada satu tujuan “keuntungan”.Media tidak lagi bijaksana dan lupa bahwamereka adalah institusi sosial yang punyatanggungjawab menjaga tatanan sosial,mendidik masyarakat, bukan sekadar mem-berikan informasi tetapi tidak mendidik.***

*) Penulis sedang mengambil program S3 diUniversitas Gadjah Mada.

Kartini bukanlah satu-satunya perempuanyang berjuang untuk pendidikan kaum pe-rempuan pada zamannya. Banyak butir daricita-cita perempuan yang dinamis, dan dalambanyak hal jiwa pemberontakan atas kema-panan itu diikuti oleh tokoh-tokoh perem-puan lainnya, terutama cita-citanya tentangpendidikan bagi kaum perempuan.

Di Jawa Barat, Dewi Sartika menyebarkanpandangan yang sama, dan di daerah Mi-nangkabau, Sumatra Barat, Rohana Kudusberbuat serupa pula. Meskipun demikian Kar-tini yang menjadi simbol gerakan perempuanIndonesia.

Hari kelahiran Kartini, 21 April, selalu dira-yakan oleh organisasi-organisasi perempuandewasa ini. Adanya kaum perempuan di se-kolah, universitas, atau bahkan angkatanbersenjata, biasanya dikaitkan dengan buktinyata taraf emansipasi yang telah dicapai olehperempuan Indonesia.

Ada pula lomba untuk mencari siapa diantara para peserta yang berwajah palingmirip dengan Kartini, tentu saja mirip secaralahiriah, bukannya dalam semangatmemerangi ketidakadilan dan keinginanuntuk merdeka dari segala penindasan.

Dalam biografi singkat R.A. Kartini ini ter-kandung sebagian besar unsur gerakan pe-rempuan Indonesia pada masa sebelumperang. Keanggotaan gerakan berasal darikalangan atas.

Akhirnya isu yang bergulir pun berkaitandengan perjuangan untuk pendidikan kaumperempuan dan reformasi perkawinan meru-pakan masalah pokok. Hal yang sama punjuga terjadi baik di Eropa maupun di keba-nyakan negeri Dunia Ketiga, persoalan yangmenjadi perhatian perempuan Indonesiaadalah yang lebih berkaitan langsung denganperempuan kelas atas.

Organisasi Perempuan danPerjuangan Nasional

Unsur lain gerakan perempuan Indonesiayang sedang tumbuh ialah hasrat untuk"emansipasi nasional." Organisasi perempuanyang pertama, Poetri Mardika didirikan tahun1912. Organisasi ini ada hubungannya

dengan organisasi nasional yang pertamayang telah disebutkan, Boedi Oetomo, yangdidirikan tahun 1908. Namun sebelum orga-nisasi nasional ini berdiri, Kartini sudah seringmendengungkan gagasan-gagasannya.

Dalam tahun-tahun berikutnya sesudahPoetri Mardika berdiri, bak jamur di musimhujan berkembang-biak organisasi perem-puan. Majalah-majalah perempuan terbit dimana-mana, dengan tulisan-tulisan misalnyamengenai kejamnya perkawinan anak-anakdan permaduan, dan bermunculan perkum-pulan perempuan dengan nama-nama "PutriSejati" dan "Wanita Utama."

Sesudah tahun 1920, dalam skala lebihluas kaum perempuan mulai mengorganisa-sikan diri menurut garis agama. Aisyiyah, seksiperempuan dalam gerakan pembaharuanIslam Muhammadiyah terbentuk pada tahun1917. Belakangan juga didirikan organisasipe-rempuan Katolik dan Protestan. Demikianpu-la di luar Jawa bermunculan organisasi-orga-nisasi serupa, misalnya di Maluku,Minahasa, dan Minangkabau.

Penguatan Peran DomestikMeski bersifat kedaerahan dan keaga-

maan, organisasi itu mempunyai masalah dankegiatan sendiri-sendiri dan memiliki beberapakesamaan kepentingan. Peran sebagai istridan ibu "yang baik" lebih diutamakan agarbisa mengemban tugasnya dengan baik. Halitu mengemuka dalam perkumpulan kaumperempuan masa itu meski juga perempuandianjurkan untuk memperoleh pendidikandan keterampilan yang sangat diperlukan se-perti menjahit pakaian dan mengasuh anak.

Akan tetapi organisasi-organisasi pe-rempuan Kristen dan "non-agama" di satupihak, dan organisasi-organisasi perempuanIslam di pihak lain, dipisahkan sangat dalamdan menentukan oleh masalah sentral: poli-gini, seorang pria yang memiliki beberapa is-teri.

Organisasi perempuan Kristen dan non-agama memandang poligini sebagai penghi-naan terhadap kaum perempuan yang tidakbisa dimaafkan, dan justru karena itulah me-reka aktif berjuang melawannya. Sementara

organisasi perempuan Islam lebihmenitikberatkan kepada per-baikan kondisi di dalam poligini,bukan menghapuskan lembagapoligini itu sendiri. Karenamemang poligini atau poligamidiperbolehkan dalam Islam de-ngan syarat khususnya yang ti-dak bisa diartikan tanpa batas dansekehendak hati.

Ideologi Kaum TertindasDalam banyak hal sejarah gerakan pe-

rempuan Indonesia itu tidak terlepas darigerakan nasional. Setiap partai atau organi-sasi nasional berusaha membangun sayapperempuannya sendiri, baik organisasi yangberhaluan nasionalis, Islam, maupun kiri.

Sepanjang yang kita ketahui, tanda-tanda pertama adanya perhatian sistematiskaum perempuan yang kebanyakan kelasmenengah itu pada kesulitan yang dihadapioleh kaum perempuan buruh itu terdapatdalam kalangan perempuan yang aktif dalamSarekat Rakyat.

Dalam dasa-warsa 1930-an merekamengorganisasi demonstrasi-demonstrasipolitik buruh perempuan, menuntut pening-katan upah, den lain-lain. Salah satu diantara aksinya yang pertama dan palingpenting adalah demonstrasi mereka padatahun 1926 di Semarang, ketika merekaberdemonstrasi dengan mengenakan "ca-ping kropak" atau topi bambu menuntutpebaikan kondisi kerja buruh perempuan.

Perjuangan itu tentu timbul tenggelamsejalan dengan berjalannya sejarah. Per-gantian rezim demi rezim pemerintahanmembuat setiap organisasi juga menempuhberbagai jalan dan visi mereka masing-masing.Tetapi misi perjuangan mereka jelas: meng-angkat harkat kaum perempuan khususnyaperempuan yang bekerja atau buruh pe-rempuan.

Perempuan PekerjaTapi apakah sekarang kondisi pekerja pe-

rempuan sudah membaik? Tentu akan ba-nyak kenyataan relatif, karena semua peker-

jaan mempunyai suka dukanya sendiri. Men-dengar tuturan beberapa wanita atau pe-rempuan pekerja, kebanyakan memang di-samping mempunyai rasa bangga karenamampu menghasilkan uang sendiri. Di sisilain ada juga tersirat rasa keluh kesah, karenatugas mereka jadi berganda: sebagai peng-hasil uang sekaligus juga ada tugas tambah-an atau malahan tugas utama di rumah, yak-ni ketika mereka menjelang berangkat be-kerja dan juga ketika mereka pulang kerja.

Apabila pekerja laki-laki/suami, begitu da-tang lalu beristirahat melepas lelah, pekerjaperempuan masih harus menghadapi per-mintaan anak,bahkan juga permintaan suamiyang minta dilayani, padahal tubuhnya tentusudah letih dan capai.

Lebih menyedihkan,kalau si suami tidakmempunyai pengertian sama sekali,danmengharuskan isteri/perempuan wajib ber-tugas menangani pekerjaan rumah tangga,sementara dalam hal mencari uang dan ke-butuhan rumah tangga, sang isteri juga di-wajibkan untuk ikut mencari!

Pertanyaannya ialah,apakah organisasiperempuan yang telah didirikan sejaksebelum zaman kemerdekaan itu, kini sudahsemakin melangkah maju dalam menanganinasib kaum perempuan yang bekerja?

Ataukah tantangannya masih juga samadengan tantangan pada masa sebelum ke-merdekaan? Ini hanya pertanyaan refle-ksi,dan bukan gugatan yang mengharu-biru.... (Viddy AD Daery)

Kartini, Organisasi Perempuan,dan Harkat Pekerja Perempuan?

Page 10: komunika 03 2008

10 KomunikA satu kata Indonesia

LINTAS DAERAH

Gorontalo

Senyum Danau Limboto

Pengembangan G2B

Menyebut kata "Kota Bandung" keba-nyakan orang akan terlintas mengenaifashion and educational city. Tidak dipung-kiri kota ini adalah salah satu kiblat perkem-bangan mode di Indonesia dan banyakmenjadi jujugan untuk belajar dari seanteroIndonesia.

Selain banyak tersebar lokasi shoppingjuga terdapat suasana yang cukup kondusifuntuk belajar. Sebuah kombinasi yang cu-kup unik. Oleh karena itu, ketika liburan,Bandung pun menjadi salah satu alternatiftempat berlibur sekaligus berbisnis.

Menyadari potensi bisnis yang cukupbesar itu, Pemkot Bandung mengem-bangkan layanan elektronik melalui situswww.bandung.go.id. Fitur unggulannyaadalah memberikan fasilitas informasi me-ngenai G2B (Goverment to Business).

Dalam master plan kota, Bandung me-mang dirancang untuk menjadi pusat distri-busi regional atau aktivitas perekonomian.Tak berlebihan jika kemudian Pemkot Ban-dung mengembangkan beragam kebijakandan sistem pemerintahan guna mendukungterciptanya iklim investasi yang sehat dankepastian hukum untuk berinvestasi.

"Seribu Ijin Sejuta Transparansi"Dalam informasi G2B situs ini jg mencan-

tumkan 25 jenis pelayanan publik yang da-pat di akses melalui unit pelayanan satuatap. Pelayanan tersebut antara lain, ijinlokasi, peruntukan penggunaan tanah, ijinmendirikan bangunan, HO (ijin gangguan/tempat usaha), surat ijin usaha kepariwi-sataan (SIUK), reklame, Pemakaian Tanahdan Bangunan Milik/Dikuasai Pemkot Ban-dung, trayek, Penggalian Daerah Milik Jalan(DAMIJA), Pemarangan lahan/tanah, Tan-da Daftar Perusahaan (TDP), Usaha Perda-gangan, Usaha Industri/Tanda Daftar In-dustri, Tanda Daftar gudang, dan lainnya.

Masing-masing item pelayanan ijin ter-sebut mencantumkan dasar hukum, per-syaratan yang dibutuhkan, mekanisme pe-ngajuan dan jangka waktu penyelesaianyang dibutuhkan untuk mengurus suratperijinan. Jika dalam proses pengurusan ijintersebut membutuhkan biaya maka dalamlink ini akan mencantumkan informasi biayayang dibutuhkan pula.

Total transparan. Jadi para calon inves-tor tidak akan perlu lagi pulang balik ketikamengurus ijin selama persyaratan yang di-tampilkan dalam situs itu tersedia. Dalamsitus tersebut juga diinformasikan mitrausaha Negara Sahabat dengan Kota Ban-dung, yaitu Braunschweig (Jerman), Fort-Worth (US) , Suwon (Korea Selatan), Liu-zhou dan Yingkuo (Cina).

([email protected])

Ruang ini disediakan sebagai wadah tukar informasiantar pengelola situs atau portal lembaga

pemerintah baik di tingkat pusat atau daerah.Pengelola dapat mengirimkan profil situs yang

dikelolanya melalui e-mail:[email protected]

Sumatera Utara

Bangun Tol Lintas Sumut

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara ber-sama Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) diJakarta, Jumat (18/4) lalu, membahas upayapelibatan pengusaha lokal dalam pemba-ngunan kedua ruas jalan tol di Sumut, yaknitol Medan-Binjai dan Tanjungmorawa–Te-bingtinggi-Junction Kualanamu, melalui kon-sorsium dengan Pemprov Sumut.

Kepala Bappeda Sumatera Utara Dr RENainggolan MM di Medan, Selasa (22/4), me-minta pengusaha lokal untuk berkontribusidemi percepatan pembangunan ruas jalantol Medan-Binjai, dan Tanjungmorawa–Te-bingtinggi-Junction Kualanamu.

Pembangunan ruas tol tersebut merupa-kan salah satu upaya didalam mendukungBandara baru Medan di Kualanamu, yangrencananya akan mulai beroperasi pada Ok-tober 2009.

(www.bainfokomsumut.go.id)

Riau

APBD Desa Ala RiauSaat ini di Riau tengah dibahas Peraturan

Daerah (Perda) yang menyebut 10 persendana perimbangan dan pajak dikembalikanke desa. Konsekuensinya kepala desa beser-ta perangkatnya akan dapat mengelola sen-diri keuangan desa.

Gubernur Riau HM Rusli Zainal di Pekan-baru, Kamis (23/4) menjelaskan, dengansendirinya setiap kepala desa akan melak-sanakan sendiri APBD desanya untuk pemba-ngunan di desa-nya masing-masing. Hal inisalah satu komit-men pemerintah daerahdalam memberikan perhatian kepada desa.

Saat ini menurut Rusli, Pemprov Riau te-lah memberikan perhatian yang besar ter-hadap desa melalui Program PemberdayaanDesa (PPD) dan bantuan ekonomi berguliruntuk desa.

(http://bikkb.riau.go.id)

Sumatera Barat

Kembangkan Pariwisata InternasionalKabupaten Limapuluh Kota pada tahun

ini akan mengadakan acara lomba panjattebing berskala Internasional, sekaligus un-tuk mendukung program Provinsi SumatraBarat sebagai salah satu daerah kunjunganwisata di tanah air.

Kepala Bidang Pariwisata dan Seni BudayaKabupaten Limapuluh Kota, Sumatera BaratDrs. Abrar di Jakarta, Kamis (24/4), menye-butkan, acara panjat tebing yang akan ber-langsung di Lembah Arau pada bulan Desem-ber 2008 tersebut dikuti oleh 20 negara.

(mf)

Jawa Barat

Luncurkan LPSEPemprov Jabar secara resmi menggelar

soft launching penerapan sistem pengadaanbarang dan jasa pemerintah secara elektronik

yaitu Layanan Pengadaan Secara Elektronik(LPSE), di Bandung, Kamis (24/4).

Gubernur Jabar, H. Danny Setiawan men-jelaskan bahwa LPSE untuk meningkatkan ku-alitas pelayanan kepada masyarakat, menge-liminir praktik korupsi dalam pengadaan barangdan jasa, mewujudkan profesionalisme biro-krasi dan mempercepat pelayanan publik.

Pelaksanaan LPSE sepenuhnya didukungoleh Bappenas sebagaimana diamanatkan da-lam Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Per-cepatan Pemberantasan Korupsi serta Kepu-tusan Dewan Teknologi dan Informasi Na-sional.

(www.jabar.go.id)

Jawa Timur

Buku Wisata Berbahasa JepangTim Surabaya Tourisme Promotion Board

(STPB) atau Badan Promosi Wisata SurabayaPemerintah Kota Surabaya, meluncurkan bu-ku panduan wisata berbahasa Jepang full co-lour, untuk lebih meningkatkan kunjungan wi-satawan asing khususnya dari Jepang. Pelun-curan Tourist Guide Book yang berjudul Spark-ling Surabaya and East Java tersebut, dilaku-kan Rabu (23/4) siang di Balai Kota Surabaya.

Executive Director STPB Yusak Anshorimenjelaskan pembuatan buku panduanwisata Surabaya dalam bahasa Jepang ini dido-rong potensi negara Sakura itu sebagai asalwisatawan untuk berkunjung ke Surabayadan Jawa Timur.

Yusak Anshori menyebutkan bahwa STPBakan selektif dalam pendistribusian buku ter-sebut. Rencananya buku tersebut akan didis-tribusikan ke semua Japan Club dan JapanFoundation, Kantor Perwakilan STPB, SisterCity Kochi serta beberapa kota di Jepang yangwarganya berpotensi mengunjungi Surabayadan Jawa Timur.

(www.d-infokom-jatim.go.id)

Kalimantan Selatan

Kembangkan Kedelai 7.750 Ha

Kalimantan Selatan tahun ini akan me-ngembangkan tanaman kedelai seluas 7.750hektare yang tersebar di beberapa kabupa-ten untuk memenuhi kebutuhan kedelai didaerahnya. “Kami telah mendapat bantuanbenih bermutu dari Departemen Pertanian(Deptan) untuk mendukung hal itu,” kata Ke-pala Dinas Pertanian Kalsel, Ir Yohanes Sri-yono, di Banjarmasin, Senin (21/4).

Dalam pengembangan tanaman kedelaitersebut, menurut rencana setiap hektaremendapat bantuan benih bermutu dari Pe-

merintah Pusat sebanyak 40 kg. Adapun ka-wasan penanaman benih tersebut diantara-nya berada di Kota Banjarbaru, KabupatenKotabaru, Banjar, Hulu Sungai Tengah (HST),Barito Kuala (Batola), Hulu Sungai Selatan(HSS), Tabalong dan Kabupaten Tanah Laut.

(www.banjarmasinprop.go.id)

Bali

Limbah Padi Untuk Energi ListrikWakil Walikota Denpasar IB Rai Darmawi-

jaya Mantra. SE. Msi mendukung pengolahanlimbah padi seperti sekam dan jerami untukdiolah menjadi tenaga (energi) listrik, yangbermanfaat serta memberi nilai ekonomis bagipeningkatan kesejahtaeraan ekonomi petani.

“Kalau sekarang ada organisasi yang me-manfaatkan jerami dan sekam untuk diolahmenjadi tenaga listrik, itu sangat bagus se-hingga dapat memberikan nilai tambah bagipetani itu sendiri dan juga akan memberikansupplay bagi kebutuhan tenaga listrik,” kataWalikota Denpasar, di kantornya, Kamis (17/4).

Dengan program itu ia berharap, petanikembali bergairah untuk bercocok tanam pa-di, karena selain panen gabah, limbahnya jugaakan dapat mendatangkan uang.

Sekretaris Asosiasi Petani Palawija Indo-nesia (AP3I) Edianto Prasetyo, mengatakan,ide tersebut sangat kreatif dan prospektif ji-ka betul-betul digarap dengan serius. Proyekpemanfaatan limbah padi ini dinamai EnergiBiomassa dan pengembangannya akandipusatkan di Tabanan.

(www.denpasarkota.go.id)

Sulawesi Selatan

Tuan Rumah TIME 2008

Kota Makassar, Sulawesi Selatan akankembali menjadi tuan rumah Tourism Indo-nesia Mart and Expo (TIME) atau pasar Wi-sata Indonesia (PWI), yang akan digelar pada14-17 Oktober 2008, di Celebes ConventionCenter (CCC) dengan penyelenggara BadanPariwisata Indonesia (BPPI) dan didukung se-luruh komponen pariwisata di Indonesia.

Ketua Steering Committee Time 2008,Meity Robot mengatakan sejalan denganprogram Visit Indonesia Year 2008 yang me-nargetkan 7 juta wisatawan berkunjung keIndonesia, maka semua komponen industripariwisata berkomitmen untuk mempromosi-kan pariwisata Indonesia di pasar internasionallewat Time 2008 kali ini.

Meity juga menjelaskan, Time 2008 iniakan mengangkat tema eco-tourism dan wi-sata bahari (maritim). Semua daerah tujuanwisata, baik yang popular atau obyek wisatabaru yang erat hubungannya dengan eco-tourism dan wisata bahari akan ditampilkandalam acara itu. Penyelenggaraan kali inididukung Departemen Kebudayaan dan Pari-wisata, Pemprov Sulsel, Pemkot Makassar,Garuda Indonesia, INACA, ASITA, BARINDO,PHRI, INCCA, Pacto Convex sebagai eventorganizer.

(Jul)

Matahari mulai bergelayutan di cakra-wala sebelah barat. Semburat sinar warna-warninya bagaikan puisi visual yang men-cekam pandangan mata. Pantulan sinarnyadi permukaan Danau Limboto seakan-akanmenambah dayu keindahan danau yangdipenuhi bunga teratai mekar berwarnaputih semburat merah muda. Atau bungalili air yang putih-putih. Burung-burung lautterbang berkelompok-kelompok menujusarang peraduannya.

Danau Limboto memang menawarkankeayuannya. Danau yang dikepung deret-an punggung gunung, membuatnya seo-lah batok kelapa yang menadah ke langitsenja penuh warna itu. Langit Gorontaloyang masih bersih dari polusi itu mena-warkan bening kaca yang suci meman-carkan candikala – pantulan warna-warnalangit menjelang senja yang jatuh di per-

mukaan bumi – yang magis akibat bayang-bayang hitam nelayan yang pulang dari men-cari ikan menjadikan satu orkestra keindah-annya.

Kecantikan atau keayuan Danau Limbotomemang terkenal sejak dulu, dan danau itupun menjadi perbincangan sejak bertahun-tahun terakhir ini. Bukan untuk keindahannyasaja, tapi ketakutan akan keberadaannya. KiniDanau Limboto berkedalaman hanya dua me-ter saja. Itu pun hanya di tengahnya, sedang-kan di tepinya sudah berubah menjadi rawa-rawa. Sekeliling danau telah tumbuh perkam-pungan dari empat desa dengan jumlah ke-luarga sekitar 150.

Pada tahun 1935, danau ini berkedalaman35 meter dan airnya jernih sekali. Pengendap-an yang dibawa sungai-sungai yang berasaldari gunung-gunung sekitarnya serta tata caranelayan mencari ikan menyebabkan danau

mendangkal setiap tahunnya, sehingga iatermasuk 22 danau yang masuk kategori kri-tis dan harus diselamatkan. Banyak programdirancang guna menyelamatkan aset wisataGorontalo ini.

Kendati demikian, sisa-sisa kecantikanLimboto masih menjadi salah satu andalanwisata Kabupaten Gorontalo. Kabupaten inimemiliki menara besi yang didirikan di sebuahperempatan jalan, berbentuk mirip MenaraEiffel di Paris. Dari puncak menara ini wisata-wan dapat menikmati pemandangan indahDanau Limboto di waktu senja, atau di haripagi-pagi sekali.

Danau ini terletak hanya sekitar dua ratusmeter dari kantor Bupati Gorontalo, yangberkedudukan di Kecamatan Limboto, dipertengahan jalan dari bandara menuju keKota Gorontalo. Di tepi danau itu dibangunsebuah cottage yang menghadap ke danau

sehingga pengunjung atau para tamu da-pat menikmati keindahannya secara lang-sung.

Pengunjung dapat menjangkau dariberbagai arah, antara lain dari Desa BatuDaa, dari cottage, atau dari Pasar Limboto.Di sana mereka dapat menyewa perahuuntuk berkeliling menikmati keindahan da-nau itu.

(ji)

Page 11: komunika 03 2008

Edisi 3/Tahun IV/Mei 2008 11

Komisi Pemberantasan Korupsi

Nama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini sudahkian garang. Melalui gebrakannya dalam menumpas korupsimembuat nama lembaga ini semakin terangkat. Lembagaini memang didirikan untuk membudayakan anti korupsi disetiap level masyarakat, pemerintah dan swasta di Indo-nesia. Untuk mencapai budaya itu tentunya perlu dukung-an keikutsertaan seluruh komponen masyarakat.

Pasal 43 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberan-tasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No 20 tahun 2001merupakan dasar pembentukan komisi ad hoc yang inde-penden ini. Secara struktural, KPK terdiri dari 5 deputi,yaitu, Deputi Bidang Pencegahan, Deputi Bidang Penindak-an, Deputi Bidang Informasi dan Data, Deputi Bidang Pe-ngawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat, serta Se-kretariat Jenderal.

KPK sendiri bertugas untuk melakukan koordinasi de-ngan instansi yang berwenang melakukan pemberantasantindak pidana korupsi, melakukan supervisi terhadap instansiyang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidanakorupsi, dan melakukan monitor penyelenggaraan pemerin-tahan negara.

Sesuai visinya, "Mewujudkan Indonesia yang Bebas Ko-rupsi", KPK pun mempunyai kewajiban mengambil tindakanpencegahan atas setiap kegiatan atau aktivitas yang dapatmerugikan negara. Dalam menjalankan tugasnya KPK berhakmelakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terha-

Penggerak Anti Korupsi

Perempuan

Perempuan adalah makhluk paling unik di dunia. Fi-siknya tampak lemah, namun sejatinya tidak sungguh-sungguh lemah. Ia lemah karena dianggap lemah, dania menikmati definisi keliru itu untuk menutupi kekuat-annya yang tersembunyi. Ia adalah kenisbian tiada tara.

Jika ada makhluk yang sangat bertolak belakang, kon-tras dengan lelaki, itulah perempuan. Thomas Aquinaspernah mengatakan bahwa perempuan adalah defectmale, bukan ciptaan dari produksi pertama seperti lelaki.Ada pula pernyataan kontroversial Baudrillard bahwa pe-rempuan sebenarnya adalah sebuah permukaan ataupenampakan.

Pada akhir abad ke-19 para feminis mencoba men-definisikan perempuan melalui pendekatan kesedaranfeminis. Kate Millet dan Shulamith Firestone menunjuk-kan bahwa sistem patriarki mempengaruhi cara melihatdan mendefinisikan perempuan. Simone de Beauvoirmemulai dengan pertanyaan “Apa itu perempuan?” da-lam buku klasiknya Le Deuxieme Sexe yang memuatkata baru: “kesetara-an”.

Menjadi perem-puan adalah menjadi"empu" bagi dirinyasendiri. Konsep baha-sa Melayu yang dia-dopsi menjadi bahasaIndonesia itu bersifatlebih memberdaya-kan.

Tentu saja kitabebas memilih per-empuan itu hendakkita sebut “siapa”,atau harus diidealisa-sikan, dan disimbol-kan sebagai “apa”.Tapi pilihan “siapa”dan “apa” ini ternyatatak sesederhana se-bagaimana dampaknya.

Konsep tentang perempuan sering berlawanandiametral dengan realitasnya. Apa yang tampak belumtentu cerminan dunia itangible dalam dirinya. Karenaitu, menyimpulkan perempuan dari ciri-ciri fisiknya, samahalnya dengan membaca buku dalam ruang tanpacahaya: fisik buku terpegang, namun tak seuntaikatapun ter-pahami maknanya.

Lihatlah, kepala perempuan cenderung kecil, volumeotaknya lebih mungil. Akan tetapi kemampuannya berhi-tung, menganalisis dan mendeskripsikan sesuatu secaradetil, sungguh luar biasa. Ia adalah komputer hidup,dengan memori lebih dari satu miliar gigabita.

Perempuan pun sangat efisien meng-gunakan brainme-mory-nya, berpikir hanya jika sedang memecahkanmasa-lah. Selebihnya, ia le-bih sering menggu-nakan rasa.Karena itu, keputusan pe-rempuan terasa lebih‘manusiawi’, karena lebih dihiasi warna nurani.

Matanya tajam sekaligus sayu, sang-gup menawanhati hanya dengan satu kedipan dan meng-hancurkanperasaan dengan sekali tatap-an. Mata itu juga sangatfleksibel, bisa meneteskan air mata saat sedih, galau,cinta, kesepian, menderita mau-pun gembira, danberkaca-kaca saat tak ada apa-apa.

Mulutnya sangat rajin melepas kata-kata, manakalaketidakberesan melanda dunia. Berkat kecerewetannya,ketidaksempurnaan terbongkar, sehingga orang bisa me-lakukan koreksi, renovasi dan rehabilitasi: memperbaikiyang salah, mengurangi yang lebih, menambah yangkurang. Sementara senyumnya adalah sarana negosiasiyang tiada duanya. Ia bisa mengubah keputusan besar,hanya dengan senyum tanpa kata.

Di badannya tersimpan saripati kehidupan. Tak hanyaDHA, asam linoleat, asam folat, namun segala asam ami-no esensial yang dibutuhkan bagi pertumbuhan manu-sia, perempuan punya pabriknya. Dan hati yang tersim-pan di dalamnya, adalah server teraman yang pernahada. Tempat menyimpan segala perasaan atas kenyata-an, yang hanya bisa diakses oleh mereka yang memahamikode sandinya.

Perempuan adalah sumber dari segala sumber sejarahdunia. Tanpa perempuan, sejarah tak kan pernah ada.Karena dari perempuanlah lahir tokoh-tokoh sejarah yangmemerah-birukan semesta.

Perempuan diciptakan bukan dari tulang kepala, agaria “mengatasi” lelaki. Bukan pula dari tulang kaki, agar iadiinjak lelaki. Namun perempuan diciptakan dari tulangrusuk, agar ia berada di samping, sejajar dengan lelaki.

Perempuan adalah kesempurnaan. Hanya satu keku-rangan perempuan: ia sering tidak menyadari bahwadirinya sempurna! (gun)

LINTAS LEMBAGA

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

MoU Kebudayaan RI-BruneiPemerintah Indonesia dan Kesultanan Brunei Darussalam

sepakat meningkatkan hubungan bilateral kedua negarayang ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman(MoU) kerjasama di bidang Kebudayaan.

Penandatangan MoU tersebut dilakukan oleh MenteriKebudayaan dan Pariwisata kedua negara di Istana Merdeka,Jakarta, Selasa (22/4), disaksikan langsung oleh PresidenSusilo Bambang Yudhoyono dan Sultan Brunei Darussalam,Sultan Hassanal Bolkiah.

Dalam pernyataan pers bersama, kedua Kepala Negaramenyatakan kembali komitmennya untuk meningkatkanpersahabatan dan kerjasama kedua negara berdasarkan sikapsaling menghormati dan pengertian dan saling mengun-tungkan, sejalan dengan Perjanjian Persahabatan dan Ker-jasama di Asia Tenggara (Treaty of Amity and Cooperationin Southeast Asia), serta prinsip-prinsip keadilan dan hukuminternasional. (ww)

Kementerian Riset dan Teknologi

Menristek-KASAL Kembangkan Iptek

Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) serta TNI Ang-katan Laut bersepakat untuk melaksanakan penelitian,pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan serta tek-nologi. Kesepakatan itu tertuang dalam perjanjian kerjasamayang ditandatangani Menteri Riset dan Teknologi, Kusma-yanto Kadiman dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksama-na TNI Sumardjono di Jakarta, Selasa (22/4).

Sumardjono mengatakan, kebutuhan akan alutsista TNIsaat ini dihadapkan pada keterbatasan kemampuan negara,karena itu perlu dilakukan upaya-upaya dari segenap bangsauntuk mengoptimalkan segala sumber daya yang diarahkanguna mewujudkan kemandirian nasional di bidang industristrategis, khususnya industri pertahanan.

Sementara itu, Menristek, Kusmanyanto Kadiman menga-takan dalam kerjasama ini pihaknya akan melibatkan tujuhlembaga pemeritah non departemen di bawah Menristekseperti LIPI, BATAN, BPPT, LAPAN, BAKORSURTANAL,BAPETEN, BSN, termasuk juga akan menjadi payung kalauada kerjasama dengan BUMN strategis, misalnya PINDAD,PT DI, PT. DAHAN.

Dari kerjasama ini, pihaknya belum bisa memastikan berapapersen bisa dialihkan teknologinya untuk kebutuhan alutsistadalam negeri. Juga diharapkan bisa mengindentifikasi manasektor yang utama apakah mulai dari alutsistanya, rantis,atau yang lain. (Yr)

Departemen Komunikasi dan Informatika

UU ITE Cegah Cyber CrimeDirjen Aplikasi dan Telematika Departemen Komunikasi

dan Informatika, Cahyana Ahmadjayadi menegaskan, Un-dang-Undang Informasi dan Transkasi Elektronik (ITE) menja-min kepastian hukum bagi masyarakat serta dapat mencegahterjadinya kejahatan berbasis teknologi informasi.

“UU itu menjamin kepastian hukum bagi masyarakat un-tuk melakukan transaksi secara elektronik agar bisa dilakukandengan baik, sistem yang benar, tidak ada penipuan ataubahkan penyelundupan,“ kata Cahyana saat memberikan

arahan kepada para pegawai Badan Informasi Publik Depko-minfo di Jakarta, Rabu (16/4) sore.

Terhadap berbagai kejahatan cyber crime, pemerintahmemandang UU ITE sebagai instrumen yang mutlakdiberlakukan bagi negara Indonesia, karena saat ini Indonesiamenjadi satu negera yang telah menggunakan dan meman-faatkan teknologi informasi secara luas dan efisien.

Selain untuk menjamin kepastian hukum bagi masyarakatyang melakukan transaksi secara elektronik, UU ITE jugadapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia baikpada sektor pertanian maupun industri. (Ys)

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Gerakan Nasional Hemat EnergiMenteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional

(Menneg PPN)/Kepala Badan Perencanaan PembangunanNasional (Bappenas), Paskah Suzetta, menyarankan agarpenghematan energi menjadi gerakan nasional, dan dapatdilakukan di daerah, terutama di kantor-kantor pemerintah.

Paskah minta, agar jam operasional berbagai supermarketyang masih menerima subsidi tarif listrik bisa dikurangi ataubahkan dibatasi. “Mereka tidak perlu buka dari jam 10 pagisampai jam 24.00. Tapi, kalau warung kopi, ya bisa,” katanya.

Penghematan itu, katanya, menjadi kebijakan yang lebihbaik dilakukan daripada menaikkan harga BBM karena akanberdampak langsung pada kenaikan harga produk-produklain dan mengurangi daya beli masyarakat. (id)

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

Smart Card Hemat Anggaran Rp6 Triliun

Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) mem-perkirakan, proyek pelaksanaan Program Smart Card dapatmenghemat anggaran sekitar Rp6 triliun. Kepala BPH Migas,Tubagus Haryono di sela penandatanganan keputusan ber-sama BPH Migas dan Kejagung, di Jakarta, Kamis (24/4)mengatakan, penghematan itu dapat tercapai jika peme-rintah sudah menetapkan kapan dimulainya program smartcard dan siapa apa saja target penggunanya. Empat skenarioyang akan diusulkan kepada pemerintah diantaranya jeniskendaraan berdasarkan CC, tahun pembuatan, kendaraanpribadi atau umum. (Ys)

Departemen Perdagangan

Kerjasama CBI-BPEN

Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN)Deperdag Bachrul Chairi, SE, MM mengemukakan, kerjasamaBPEN dengan Centre for the Promotion of Imports fromDeveloping Countries (CBI) akan menghasilkan daya saingyang lebih kompetitif saat memasuki pasar Uni Eropa. CBIadalah badan pemerintah Belanda yang berfungsi sebagaipusat promosi untuk membantu impor dari negara-negaraberkembang masuk pasar Uni Eropa.

Menurut Bachrul tugas mereka disini membantu BPENdalam mempersiapkan personel, mempersiapkan pengeta-huan mengenai pasar, serta memberikan dasar-dasar pema-haman. Mereka membuat kajian pasar, menyediakan expert,menyiapkan teknologi untuk pengembangan pasar.

Dalam teknologi pengembangan pasar itu, ada dua pro-gram penting yang diminta pada CBI, yakni mengenai virtualexhibition dan program inquiry global. (VE)

dap tindak pidana korupsi. Dalam menjalankan tugas indepen-den tersebut KPK haruslah berasaskan pada kepastian hukumyang berlaku, keterbukaan, akuntabilitas, melihat kepen-tingan umum dan proporsional.

Bukan Macan OmpongDalam melakukan tugasnya, KPK melakukan kegiatan se-

perti layaknya intelejen. Bisa menyadap dan merekam pembi-caraan, memerintahkan pada instansi terkait untuk melarangseseorang bepergian ke luar negeri, meminta keteranganbank atau lembaga keuangan lain berkaitan dengan kondisikeuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa,meminta data kekayaan, menghentikan sementara transaksiterkait keuangan dan meminta atasan tersangka atau ter-dakwa untuk memberhentikan sementara dari jabatan.

Kiprah selama ini menunjukkan bahwa KPK bukan macanompong. Banyak kasus yang telah diselesaikan meski masihbanyak pula pekerjaan rumah komisi yang berkantor di ka-wasan Kuningan, Jakarta Pusat ini.

Untuk mempermudah pekerjaannya, KPK berwenangmeminta bantuan kepolisian atau instansi lain mendukungkegiatannya. Teramasuk meminta bantua interpol Indonesiaatau instansi penegak hukum negara lain untuk melakukanpencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luarnegeri.

([email protected])

Page 12: komunika 03 2008

Sepagi itu, Supardiono (29) sudah ber-simbah peluh. Pedagang bubur kacang ijo dikawasan Mlati, Sleman, Daerah Istimewa Jog-jakarta ini memang sejak subuh sudah meng-genjot sepeda gerobak bubur keliling kam-pung untuk melayani pelanggannya. Berse-peda sejauh kurang lebih 25 km sehari, tentusangat menguras tenaga. Lebih-lebih ia harusmenghidup-matikan kompor minyak untukmenghangatkan bubur puluhan kali dalam se-hari, pekerjaan yang sepele namun ‘menge-salkan’.

Untunglah, sebulan ini ia merasa lebih he-mat tenaga dalam berdagang. Semua ituberkat kehadiran tabung dan kompor gas miniyang kini nongkrong di bawah panci buburkacang ijonya. “Dulu waktu masih pakai kom-por minyak ribet, harus menghidup-matikankompor yang selain makan waktu juga bikintangan jadi bau. Sekarang sewaktu-waktu bu-tuh menghangatkan bubur, tinggal klik... danbubur pun panas dalam sekejap, lebih mudah,bersih dan praktis,” tutur bapak dua anak ini.

Ia mendapatkan jatah kompor kecil dantabung gas elpiji isi 3 kg secara gratis melaluiKetua RW. “Semua keluarga miskin di Po-pongan Sinduadi (kampungnya—Red) dapatjatah termasuk saya, tetapi tidak lekas sayagunakan karena berbagai pertimbangan,” ka-tanya.

Percaya dari MencobaSemula ia memang tak percaya, bahwa

pakai gas elpiji lebih ekonomis daripada mi-nyak tanah. Bahkan ia sempat berpikir, pro-gram konversi minyak tanah ke gas yang dica-nangkan pemerintah hanya akan menyeng-sarakan rakyat kecil seperti dia. Oleh karenaitu, kompor dan tabung gas pemberian pe-merintah itu selama berminggu-minggu ha-nya ia simpan di bawah kolong tempat tidur.“Baru setelah minyak tanah langka dan mahal,saya coba gunakan untuk gerobak bubur sa-ya. Eh, ternyata benar, pakai gas lebih irit.”

Dulu Supardiono menghabiskan minyak sa-tu liter sehari, atau 30 liter sebulan. Jika seliterharganya Rp2.500, berarti sebulan ia harusmerogoh kocek Rp75.000 hanya untuk beliminyak tanah. Sedangkan pakai gas elpiji, ta-bung tiga kg yang harganya hanya Rp13.000baru habis dalam 15-17 hari. “Berarti kalau pa-kai gas, sebulan anggarannya cuma 26 ribu,kan jauh sekali selisihnya,” ujar lelaki kelahiranMajalengka Jawa Barat ini.

Hal senada diungkapkan Susi Hawarto(51), bapak rumah tangga yang juga barusaja ‘hijrah’ dari kompor minyak ke komporgas. Menurut duda satu anak ini, pakai gas el-piji jauh lebih efisien ketimbang minyak tanah.“Saya coba, tabung elpiji ukuran 3 kg jatahdari RW, bisa saya pakai memasak selama 24hari. Jadi pengeluaran saya untuk kompor bisasaya tekan menjadi sekitar Rp17.500 saja,sementara kalau pakai minyak habisnya bisaRp 50.000 sebulan.”

Ia mengaku tak mengerti mengapa masih

ada anggota masyarakat yang enggan mela-kukan konversi dari minyak tanah ke gas.“Saya yakin, mereka ngeyel (bersikeras—Red) karena belum merasakan enak dan mu-rahnya pakai gas. Kalau sudah mencoba, sayajamin mereka akan ketagihan, karena pakaigas memang lebih irit,” imbuh lelaki berewokyang mengaku telah me-‘museum’-kan kom-por minyaknya di gudang sejak setengah bu-lan lalu ini.

Perlu PembiasaanKepala Dinas Pertambangan dan Energi

Provinsi Jawa Tengah, Widiatmoko, belumlama ini menyatakan, perlu waktu untukmembiasakan masyarakat menggunakan ba-han bakar gas. “Selama puluhan tahun ma-syarakat terbiasa menggunakan minyak ta-nah, sehingga peralihan menggunakan bahanbakar gas perlu waktu. Namun demikian, kon-versi minyak ke gas sudah tak bisa ditawar-tawar lagi, karena ketersediaan BBM terusmenipis dan harganya saat ini sudah sangattinggi,” tuturnya.

Widiatmoko menjelaskan, ongkos produk-si minyak tanah saat ini sudah mencapaiRp9.000 per liter. Jika dijual sesuai Harga Ecer-an Tertinggi (HET) sebesar Rp2.500, peme-rintah masih harus menanggung subsidi seba-nyak Rp6.500 per liter.

Ke depan, jika subsidi benar-benar diha-pus, minyak tanah akan dilepas ke pasarandengan harga sekitar Rp9.000 per liter. “Har-ga itu relatif tinggi untuk kantong masyara-kat, oleh karena itu pemerintah bersama-sama dengan Pertamina bertekad terus me-lakukan konversi minyak tanah ke gas. Sayaoptimistis program ini dapat mengurangi ke-tergantungan masyarakat terhadap minyaktanah,” imbuhnya.

Saat ini, Pemprov Jateng bekerjasamadengan Pertamina sedang mengadakan pilotproject di Kabupaten Pemalang, Magelangdan Kudus. Pilot dilaksanakan dengan mem-bagi secara cuma-cuma 8.000 unit kompordan tabung gas berukuran 3 kg kepada war-ga yang pendapatannya di bawah Rp1,5 jutasebulan. “Di Pemalang dan Magelang pro-gram ini sudah berjalan, namun di Kudus ma-sih belum berjalan 100% karena kabupatenini sedang menghadapi pemilihan bupati,”kata Widi.

Maksud pembagian kompor dan tabunggas secara gratis adalah untuk memancingpartisipasi masyarakat agar mau dan akhirnyaterbiasa menggunakan gas elpiji. “Dari hasilpilot project di beberapa daerah, angka ke-berhasilannya cukup signifikan. Saya yakin,kalau mereka sudah terbiasa, secara bertahapmasyarakat Jateng bisa beralih dari minyaktanah ke gas,” imbuhnya.

Suara Pengguna BBKDi tengah hiruk-pikuk program konversi

minyak tanah ke gas, ada suara elemen ma-syarakat yang tampaknya perlu mendapatkan

perhatian, yakni suara mereka yang terbiasamenggunakan BBK alias bahan bakar kayu.

Siswowiyono (81), warga Desa Jetis, De-langgu, Klaten, Jawa Tengah misalnya,mengimbau agar dalam program konversi mi-nyak tanah ke gas ini pemerintah memper-hatikan kelompok masyarakat miskin yangtidak pernah menggunakan BBM. “Janganhanya yang pakai kompor minyak saja yangdiperhatikan, karena pemakai BBM itu kanrata-rata ekonominya relatif baik. Sedangkanpemakai BBK kebanyakan terdiri dari orang-orang yang ekonominya sangat tidak mam-pu,” ujar kepala keluarga yang hingga kinimasih setia menggunakan kayu bakar untukmemasak.

Menurut kakek 11 cucu ini, ada perma-salahan besar saat pemakai BBK langsung di-beri kompor dan tabung gas. “Masalah timbulsaat mereka akan mengisi ulang tabung gas,uangnya dari mana? Untuk beli beras sajamereka tidak mampu, apalagi beli gas. Peme-rintah harus memikirkan situasi ini,” katanya.

Ia layak khawatir, karena beberapa te-tangganya yang sudah menerima kompordan tabung gas gratis dari pemerintah, justrumenjual kompor dan tabung itu kepadaorang lain yang lebih mampu, sementara me-reka kembali menggunakan bahan bakar ka-yu. “Jika begini ceritanya, program konversiminyak ke gas akhirnya sulit mencapai sa-saran,” imbuhnya.

Beberapa warga Batur, Kabupaten Banjar-negara, Jateng, yang ditemui komunika me-nilai, konversi minyak ke gas memang sudahsaatnya dilakukan. Akan tetapi, mereka me-minta dilakukan secara bertahap karena fak-tanya masih ada kelompok masyarakat yangbelum pernah memasak pakai kompor.

“Jangan meloncat, lah. Susah kalau orangdi sini tiba-tiba diharuskan pakai gas, lha wong98 persen terbiasa memasak pakai kayu ba-kar. Kalaupun dikasih kompor dan tabung gas,paling-paling nanti hanya dijadikan pajangan,alias tidak dipakai,” kata Sumarto (62), wargasetempat.

Secara berkelakar, petani kentang ini me-nyatakan pemerintah tidak perlu repot-repotmembagikan kompor dan tabung gas kedesa-desa. “Sebaiknya diganti duitsaja, seba-gai ungkapan terimakasihpemerintah kepada orang-orang desayang sejak dulu memasak dengankayu, sehingga tidak pernah makansubsidi minyak tanah, ha ha ha...”

Kompor Minyak Masih MarakPengamatan komunika di lapang-

an, menjelang dihapuskannya subsidiminyak tanah, masih banyak wargayang menggunakan kompor minyakdengan berbagai dalih.

Ningsih (45), warga Klisman, KecMojotengah, Kabupaten Wonosobo,Jawa Tengah, mengaku masih meng-gunakan kompor minyak karena belumpunya uang untuk membeli komporgas. “Kebetulan saya termasuk yangbelum kebagian kompor gas gratis.Mau beli harganya mahal, wong ta-bungnya yang isi 12 kg saja sekarangharganya sudah Rp 350 ribu. Jadi se-mentara ya tetap pakai kompor mi-nyak,” kata perempuan penjual nasi

rames dan aneka lauk-pauk ini.Ditanya apa yang akan dilakukan jika

subsidi benar-benar dicabut dan hargaminyak tanah melambung tinggi, Ningsihmengaku hanya bisa pasrah. “Nggak ta-hulah, saya pasrah saja. Kalau memangharga minyak naik, ya mau apa lagi, akhir-nya toh kita terpaksa beli juga,” ujarnya.

Maman Suryaman (22), penjual sio-may di Pasar Ngemplak, Surakarta, JawaTengah, mengaku masih menggunakankompor minyak karena ‘sudah biasa’.“Males rasanya pakai kompor selain mi-nyak. Karena sudah bertahun-tahun pa-kai, jadi telanjur nyetel sama komporminyak tanah.”

Namun lajang asal Ciamis, Jabar, inimengaku khawatir juga terhadap ren-cana pemerintah menghapuskan subsidiminyak tanah. “Kalau bener minyak ta-nah seliter nantinya jadi Rp9.000, sayamendingan pulang kampung, deh. Gi-mana mau untung, kalau harga minyak-nya segitu,” katanya.

Sementara itu, Hadi (65), penjualbakso keliling di Delanggu, Klaten, JawaTengah, mengaku masih bertahanmenggunakan kompor minyak karenatakut dengan kompor gas. “Takut me-ledak, soalnya saya sama sekali tidak ta-hu cara mengoperasikannya,” katanya.

Di samping cekaknya kantong, faktorkebiasaan, kurangnya pengetahuantentang teknis, manfaat dan kemudah-an memakai bahan bakar gas, rupanyamenjadi alasan mengapa masyarakatmasih menggunakan bahan bakar fosilyang di negara Asia lainnya sudah tidakdipergunakan untuk memasak ini.

Tak pelak, masih butuh kerja kerasuntuk menjelaskan secara gamblangkepada masyarakat, bahwa bahan bakargas lebih aman, murah dan mudahdigunakan. Tugas siapa?

([email protected])

Faktor kebiasaan, kurangnya pengetahuan tentang teknis, manfaat dan kemudahanmemakai bahan bakar gas, rupanya menjadi alasan mengapa masyarakat masih

menggunakan minyak tanah. Tetapi setelah tahu manfaat gas elpiji, pasti akan mudahuntuk memuseumkan kompor minyak tanah ke gudang. Meski demikian masih ada

kekhawatiran beberapa elemen masyarakat. Benarkah terjadi ataukah hanya ngeyelsemata?