komunika edisi 3

10
http://www.infopublik.org Tahun X Februari 2014 Pers Sehat Rakyat Berdaulat Makin dekatnya pelaksanaan Pemilu 2014 membuat peran Pers semakin dibutuhkan dalam memberitakan dan menyiarkan informasi yang benar, akurat dan netral kepada seluruh lapisan masyarakat terkait Pemilu 2014 Edisi 03 Pemilu 2014 Digitalisasi Jejak Sejarah Pers Jadikan Batik Basurek Makin Tersohor Laporan Utama Halaman 3 Teknologi Tepat Guna Halaman 10 Cinta Indonesia Halaman 9 komunikatabloid Pers Sehat, Rakyat Berdaulat Nyoblos itu Keren 9 April 2014

Upload: komunika-kominfo

Post on 06-Apr-2016

279 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Pers Sehat Rakyat Berdaulat

TRANSCRIPT

Page 1: Komunika edisi 3

http://www.infopublik .org

Tahun X Februari 2014

Pers SehatRakyat BerdaulatMakin dekatnya pelaksanaan Pemilu 2014 membuat peran Pers semakin dibutuhkan dalam memberitakan dan menyiarkan informasi yang benar, akurat dan netral kepada seluruh lapisan masyarakat terkait Pemilu 2014

Edisi 03

P e m i l u 2 0 1 4

DigitalisasiJejak Sejarah Pers

Jadikan Batik BasurekMakin Tersohor

L a p o r a n U t a m a H a l a m a n 3 T e k n o l o g i T e p a t G u n a H a l a m a n 1 0 C i n t a I n d o n e s i a H a l a m a n 9

kom

unik

atab

loid

Pers Sehat,Rakyat Berdaulat

Nyoblos itu Keren9 A p r i l 2 0 1 4

Page 2: Komunika edisi 3

Beranda2

Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN

INFORMATIKA

Pengarah : Tifatul Sembiring (Menteri Komunikasi dan Informatika),

Ahmad Mabruri Mei Akbari (Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika).

Penanggung jawab : Freddy H. Tulung (Direktur Jenderal Informasi dan

Komunikasi Publik).

Pemimpin Redaksi : Sadjan (Direktur Pengelolaan Media Publik).

Dewan Redaksi / Wakil Pemimpin Redaksi : Ismail Cawidu (Sekretaris Direktorat Jenderal

Informasi dan Komunikasi Publik), Tulus Subardjono (Direktur Komunikasi Publik),

Dedet Suryanandika (Direktur Pengolahan dan Penyediaan Informasi), Hendra Purnama (Direktur Kemitraan Komunikasi), Selamatta

Sembiring (Direktur Layanan Informasi Internasional).

Sekretaris Redaksi : Elvira Inda Sari N.K.

Redaktur Pelaksana : M. Taofiq rauf.

Penyunting / Editor / Redaktur : Mardianto Soemaryo, Hypolitus Layanan, Dikdik Sadaka,

M.Taufiq Hidayat.

Reporter / Pembuat Artikel : Ardi Timbul H. Saragih (Koordinator reporter), M. Azhar

Iskandar Zainal (Koordinator reporter), Dimas Aditya Nugraha, Suminto Yuliarso,

Agus Triyuwono, Lamini, Wawan Budiyanto, Ignatius Yoshua AH, Annisa Rizkina Rosa, Resti

Aminanda, Marhendi Wijaya.

Fotografer : Agus Setia Budiawan.

Desain Grafis / Artistik : Danang Firmansyah, Andrean Weby Finaka.

Koresponden Luar / Penulis Artikel : Purwadi (BKPI-LIPI), Surya Pratama (BPPT).

Sekretariat Keuangan: Mediari Yulian P, Matroji, Djatmadi.

Distribusi : H. Anim, Sri Rahayu, Kaswaningsih, Monang Hutabarat, Imron, Nixon Elyezer.

Tata Usaha : Mulyati, Inu Sudiati, Rien Andari, Lia Ulisari, Nur Arief Hidayat.

Alamat Redaksi : Jalan Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta 10110 Telp/Faks. (021) 3504620.

e-mail: [email protected]

Tabloid komunika. ISSN: 1979-3480.

FOTO COVER A N T A R A F O T O

Tahun X Februari 2014 Edisi 03

Pembaca Komunika dapat mengirimkan

materi suara publika melalui

e-mail ke : [email protected] atau

melalui surat dengan dialamatkan ke

Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi

Publik Kementerian Komunikasi dan

Informatika, Jl. Medan Merdeka Barat No. 9

Jakarta 10110

Suara Publika

Jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 mendatang, baik pemilu calon legislatif maupun pemilu calon Presiden dan wakilnya, perhatian

kita tertuju kepada dua hal, pertama kepada mereka yang bertarung di arena politik, dan kedua kepada media massa.

Perhatian pertama, kepada para calon, kita tentu mudah paham janji apa yang mereka tawarkan. Kita bisa pula melihat dan menilai dari track record perjalanan politik mereka.

Perhatian kedua, sesungguhnya menjadi salah satu faktor penentu, ke arah mana demokrasi di negeri ini hendak kita bawa. Pasca 1998, awal gejolak reformasi, kita baru menyatakan diri sebagai negara demokrasi, diantaranya ditandai dengan media yang terbuka dan bebas. Media massa bebas memberitakan dan mengabarkan apa saja tanpa ada kungkungan dari pemerintah seperti yang terjadi di era sebelumnya.

Salah satu ciri negara demokrasi adalah negara yang mempunyai pers yang bebas namun bertanggung jawab. Pers adalah wadah warga negara untuk mengemukakan pikiran dan pandangan. Ini peran penting mengantar dan mengawal demokrasi. Pers menjadi pilar keempat setelah eksekutif,

legislatif dan yudikatif. Pers menjadi alat kontrol kinerja tiga pilar lainnya.

Pers harus ikut bertanggungjawab terhadap pendidikan politik warga negara, tidak hanya di tataran eksekutif dan legislatif, tapi juga kepada rakyat. Dalam sebuah negara demokrasi, partisipasi rakyat mutlak diperlukan. Kesadaran politik publik harus muncul untuk ikut terlibat dan memberi andil untuk sistem pemerintahan yang benar. Rakyat memiliki hak yang sama untuk ikut serta dalam menentukan langkah kebijakan negara. Nah, disini pers dituntut tidak hanya menyajikan “pertarungan” politik para calon, namun lebih dari itu, mampu mengedukasi masyarakat bagaimana memahami demokrasi secara utuh melalui Pemilu.

Ar t inya, pers ber tanggungjawab dengan menjalankan peranannya sebagai penyampai informasi secara bebas, jujur dan berimbang. Ia harus bebas dari kapitalisme dan politik. Di negeri ini, rasanya sudah menjadi rahasia umum beberapa media dimiliki oleh mereka-mereka yang juga bertarung dan terlibat di arena politik. Namun sebagai bentuk tanggungjawab terhadap demokrasi, pers harus memisahkan urusan dan kepentingan pemilik modal dengan

pendidikan politik berbangsa dan bernegara rakyat secara keseluruhan. Pers tidak berpolitik, namun pers bertanggungjawab terhadap pendidikan politik rakyat.

Pilihan belajar politik masyarakat saat ini lebih banyak melalui media, baik itu elektronik, televisi maupun cetak. Jelang Pemilu, di televisi hampir setiap jam muncul kampanye perorangan dan partai ataupun tayangan-tayangan ber”bau” kampanye. Harus diakui, walaupun tidak semua, media dalam hal ini pers justru mengambil peran politik bukan peran pendidik politik. Kalau bukan berita perseteruan, kita akan hanya disajikan tayangan “pilih aku” atau “pilih kami” maka kita akan sejahtera. Jikapun ada tayangan terkait sosialisasi dan edukasi politik, porsinya sangat sedikit. “Tidak seksi,” begitu bahasa media.

Paradigma “tidak seksi” ini mungkin yang harus disingkirkan ketika media ingin memahami diri sebagai pengawal demokrasi bagi rakyat. Pers harus sehat ket ik a menyinggung ranah pol i t ik . Percayalah, ketika pers sehat, perlahan namun pasti, rakyat akan berdaulat dan, tentunya negara demokrasi yang kita tuju tidak akan jauh menyimpang.(tr)

Pers Sehat Rakyat Berdaulat

Pers Bebas

Saya melihat kebebasan pers saat ini cenderung kebablasan. Media kurang memperhatikan nilai pendidikan pada pemberitaannya, kebanyakan mereka lebih mengedepankan bombastis demi oplah atau rating. Akibatnya banyak kasus kejahatan, kecelakaan yang pelakunya adalah anak muda yang setiap harinya terpapar tayangan media yang tidak mendidik.

Ayu, Mahasiswi Universitas Udayana

Bali

Kurang Porsi

Pers dan media bisa berperan strategis untuk meningkatkan rasa nasionalisme dengan memuat berita heroik dan bermutu yang dapat meningkatkan rasa cinta tanah

air dan kesatuan bangsa. Sayangnya media swasta tak punya porsi besar untuk itu. Sangat sedikit tayangan seperti itu dibandingkan tanyangan hiburan yang tidak mempunyai muatan pendidikan.

Ketut, Wirausahawan

Bali

Antarafoto

Katakan TIDAKPada KORUPSI

Page 3: Komunika edisi 3

3UtamaTahun X Februari 2014 Edisi 03

seseorang atau suatu kelompok, namun hendaknya dukungan itu tidak karena terbuai untuk ikut menikmati lezatnya kekuasaan. “Pers adalah pengemban tugas agar rakyat di masa depan lebih sejahtera, lebih mulia, dan lebih bermartabat.” jelas Bagir Manan.

Pemilihan umum adalah salah satu instrumen demokrasi, sehingga melalui pemilihan umum masyarakat dilatih sehingga proses pendewasaan demokrasi bisa berjalan dengan baik. “Peran pers dalam pemilu akan datang tidak hanya sekedar memberitakan tentang aspek-aspek pemilihan umum, tapi juga mampu memberikan bimbingan atau petunjuk arah kepada rakyat banyak siapa yang semestinya meraka pil ih,” jelas Bagir Manan.

Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring juga menegaskan tugas penting pers dalam mengasilkan pemimpin yang baik dalam Pemilu 2014. “Pers perlu melakuk an assesment dan challenge (tantangan-red) kepada calon presiden itu. Dia harus mampu mengungkapkan visinya, jangan hanya beriklan ria saja. Anda (pers) harus mencoba menguliti calon presiden itu,” pinta Tifatul kepada insan pers.

Agar pemilu legislatif dan pemilu presiden 2014 berjalan dengan jujur dan adil maka sudah sewajarnya pers mengawal pelaksanaan Pemilu 2014 dengan menghadirkan pemberitaan dan penyiaran yang netral, berimbang dan benar, akurat serta akuntabel kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat mengetahui dengan baik apa visi dan misi serta program yang ditawarkan para peserta pemilu dan tidak gagap dalam menentukan pilihannya dalam Pemilu 2014.

Apakah saat ini masih ada tembok api (firewall) antara pemilik media dengan ruang redaksi (newsroom)?” itulah pertanyaan

yang terlontar dari Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, saat memberik an sambutan dalam acara Seminar “Masyarakat informatif Melalui Literasi Media” dalam rangkaian kegiatan Hari Pers Nasional (HPN) 2014 di Universitas Negeri Bengkulu di Hari Pers Nasional Bulan Januari lalu di Bengkulu. Independensi media tengah diuj i di tahun polit ik menjelang berlangsungnya pemilu 2014.

Tifatul mengatakan bahwa meskipun t idak kentara , keberpihak an media kepada para pemilik media menjelang ber langsungnya pemilu 2014 patut disikapi dengan rasional oleh masyarakat. Karena saat ini pemilik media adalah politisi. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika ada beberapa parameter yang membedakan perusahaan pers itu sehat ataupun tidak sehat. salah satu Parameter tersebut adalah Idealisme pers. “Pers harus mengutamakan asas kejujuran, fairness (keadilan-red), membela wong cilik, optimisme dan edukasi,” Ia menambahkan,”Parameter selanjutnya adalah idealisme, kembali ke pertanyaan tadi, apakah tirai pembatas antara pemilik media dengan ruang redaksi itu masih ada,”jelas Tifatul.

Prakt is i per te lev is ian , Nur jaman Mochtar,dalam acara Konvensi Media merasa tidak terlalu khawatir dengan

Pers Sehat Rakyat Berdaulat

tampilnya pemilik televisi di media yang dimilikinya. Nurjaman juga menyatakan bahwa hal itu tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kenaikan elektabilitas. “Ia mungkin populer setelah tampil di televisi, tapi belum tentu elektabilitasnya naik,”jelasnya.

Nurjaman bahk an mengingatk an pemilik atau pimpinan media massa yang sering tampil, terutama di televisi, sebenarnya justru akan menurunkan peringkat program acaranya sendiri di stasiun televisi tersebut. Ia memprediksi dengan penurunan rating pendapatan juga akan turun.” Jika rating suatu acara sebelumnya bisa dua maka setelah itu bisa hanya tinggal sepersepuluhnya, atau 0,2 saja ratingnya, Jika rating turun, pendapatan iklan pun akan turun,” kata Nurjaman.

M e n j e l a n g Pe m i l u 2 0 1 4 D e w a n Pers, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah membuat tim bersama yang bertugas mengawasi pelanggaran jadual kampanye pemilu. “Yang berkaitan dengan gugatan keberatan dari masyarakat dalam kaitannya pemberitaan media massa itu menjadi bagian Dewan Pers untuk menanganinya. Sementara terkait dengan keberatan atau gugatan yang muncul dari penyiaran, itu dilakukan oleh KPI,” jelas Bagir Manan.

Terkait gugatan terkait pelanggaran penyiaran menjelang pemilu, Azimah Subagjo, Komisioner KPI menyatakan

bahwa KPI telah melakukan tindakan kepada lembaga penyiaran yang melanggar k aidah penyiaran atas laporan dar i

masyarakat. “Bagi lembaga penyiaran yang melanggar kami beri surat edaran supaya iklan-iklan kampanye itu berhenti. Media harus diawasi, KPI hanya bisa mengawasi penyiaran radio dan televisi, tapi yang pal ing penting adalah pengawasan oleh masyarakat, karena masyarakat adalah pengguna akhir. Agar media tetap sehat maka masyarakatlah yang harus mengontrol,”harap Azimah.

Ketua Dewan Pers, Bagir M anan dalam sambutannya di puncak acara HPN 2014 menyatakan bahwa Pers boleh saja memiliki pilihan politik, mendukung

Makin dekatnya pelaksanaan Pemilu 2014 membuat peran Pers semakin dibutuhkan dalam memberitakan dan menyiarkan informasi yang benar, akurat dan netral kepada seluruh lapisan masyarakat terkait Pemilu 2014

Sosialisasi Pencoblosan Pemilu 2014

Antarafoto/D

edhez Anggara

Bagi lembaga penyiaran yang melanggar kami beri surat edaran supaya iklan-iklan kampanye itu berhenti. Media harus diawasi, KPI hanya bisa mengawasi penyiaran radio dan televisi, tapi yang paling penting a d a l a h p e n g a w a s a n oleh masyarakat, karena m a s y a r a k a t a d a l a h p e n g g u n a a k h i r. Ag a r media tetap sehat maka masyarakatlah yang harus mengontrol

Page 4: Komunika edisi 3

Wawancara4 Tahun X Februari 2014 Edisi 03

Peringatan Hari Pers Nasional 2014 pada 6 – 10 Februari lalu di Kota Bengkulu salah satunya diisi dengan acara konvensi media

massa, dengan narasumbernya adalah Ketua Dewan Pers, Prof. Dr. Bagir Manan, SH.,MCL. Berikut petikan wawancaranya dengan Komunika.

Seperti apa seharusnya pers memandang pemilu?

Pemilihan Umum semestinya tidak sekedar mewujudkan kedaulatan rakyat secara politik, yaitu dalam rangka menyusun pengelolaan Negara yang baru, atau mengunci pendapat rakyat mengenai pelaksanaan penyelenggaraan Negara selama lima tahun yang lalu. Pemilihan Umum semestinya harus merakyat, benar-benar sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya kita mewujudkan kedaulatan rakyat yang tak henti, kedaulatan sosial atau demokrasi sosial atau demokrasi hakiki, yaitu demokrasi yang kerap dibangun berkaitan dengan kesejahteraan dan keadilan sosial.

Seperti Apa Pers Sehat itu?Pertama, pers harus merdeka atau bebas.

Pers merdeka adalah salah satu prasyarat kedaulatan rakyat. Sebaliknya, kedaulatan rakyat adalah prasyarat dari pers yang merdeka.

Kedua, sehat bukan sekedar memiliki kemerdekaan. Selain kemerdekaan, harus diusung juga tanggungjawab. Tidak ada kemerdekaan tanpa tanggungjawab. Sebagai sarana publik, pers harus bertanggungjawab kepada publik. Pers senantiasa harus bekerja demi kepentingan publik.

K e t i g a , p e r s s e h a t a d a l a h p e r s yang senantiasa menjunjung t inggi profesionalisme. Esensi profesionalisme tidak sekedar memiliki keahlian dan keterampilan

Pers adalahAgen Publik

y a n g t i n g g i . Profesionalisme t i d a k d a p a t dipisahkan dari integritas serta menjunjung tinggi moral.

Keempat, pers sehat adalah pers y a n g d i k e l o l a s e s u a i d e n g a n k e t e n t u a n -ketentuan hukum s e r t a p r i n s i p -prinsip media yang lain. Berbagai unsur pers sehat sangat p e n t i n g d e m i m e w u j u d k a n , mempertahankan d a n mendewasak an kedaulatan rakyat. Karena itu, ditengah-tengah tahun politik ini, saya tetap tidak bosan menganjurkan agar pers tetap berdiri memelihara sifat alamiahnya sebagai sarana publik.

Posisi Pers Dalam Politik?S ebagai suatu wujud pers yang

ber tanggungjawab, semestinya pers menjadi agen yang meneruskan dan mengaktualisasikan harapan-harapan publik. Pers boleh saja memiliki pilihan politik, mendukung seseorang atau suatu kelompok, namun hendaknya dukungan itu tidak karena terbuai untuk ikut menikmati kekuasaan, tetapi sebagai agen publik agar rakyat Indonesia menjadi lebih sejahtera, lebih mulia dan lebih bermartabat di masa mendatang. (Yosua/Vira)

Hari Pers Nasional 2014 yang bertemakan “Pers Sehat Rakyat Berdaulat” bertepatan dengan

penyelenggaraan Pemilu sebagai helatan akbar demokrasi dan cerminan

kedaulatan rakyat. Dalam proses demokrasi tersebut, pers memiliki

peran yang sangat besar. Seperti apa peran pers tersebut? Dimana posisi

pers sebaiknya?

Prof. Dr. Bagir Manan, SH., MCLKetua Dewan Pers

Antarafoto

Pers sehat adalah pers yang senantiasa menjunjung t inggi profesional isme. Esensi profesionalisme tidak sekedar memiliki keahlian dan keterampilan yang t inggi . Profesional isme tidak dapat dipisahkan dari integritas serta menjunjung tinggi moral.

Prof. Dr. Bagir Manan, SH., MCLKetua Dewan Pers

Page 5: Komunika edisi 3

Tak seperti namanya, meski asal bunyi, asbun, tapi sajian informasinya tetap benar, santun dan beretika. Tidak

heran jika kemudian masyarakat benar-benar merasakan manfaat keberadaan radio komunitas.

Erwan Asbun (43), warga Desa Baun Bango, Katingan, Kalimantan Tengah itu sejak 1 Juli 2005 mendapatkan tambahan Asbun, asal bunyi, pada namanya. Bukan lantaran suka memberi informasi yang tidak benar, malah sebaliknya, sebutan itu diberikan lantaran informasi yang disebarluaskan dari radio komunitas yang digagas Erwan.

Erwan memang hanya ingin membagi informasi yang diketahuinya kepada masyarakat pedalaman tempatnya tinggal di Katingan. Apa yang diketahuinya, dibagi ke masyarakat dengan apa adanya.

“Apa adanya inilah yang membuat penduduk sekitar menyebut radio ini sebagai asbun atau asal bunyi,” ujar Erwan saat dihubungi Taufik Rouf dari komunika, beberapa waktu lalu.

Juni 2005 menjadi awal Radio Asbun terdengar oleh penduduk Baun Bango. Tanpa konsep. Hanya ingin berbagi informasi dengan masyarakat pedalaman, begitu Erwan berkisah. Berbekal peralatan sederhana, Asbun mengudara. Jangkauan siarannya pun hanya mampu dinikmati penduduk satu desa.

“Informasi bisa jadi jembatan yang efektif membangun komunitas. Dengan informasi, masyarakat punya banyak pengetahuan untuk berkreasi. Ini penting supaya masyarakat bisa menghadapi persoalan ataupun tantangan hidup,” tambah Erwan.

Hiburan Cerdas Di salah satu sudut Kota Jombang,

ada radio Suara Warga yang dikelola oleh anak-anak muda. Siaran radio ini secara khusus ditargetkan untuk warga miskin. “Konsep kita dari warga untuk warga miskin di Jombang. Agar suara mereka didengar untuk perumusan kebijakan pemerintah kabupaten,” jelas Imam Syafei, salah satu penggagas radio yang bersiaran

Diterbitkan oleh :DITJEN INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIKKEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

6T a b l o i d T e m p e l

http://www.facebook.com/komunikatabloid e-paper http://infopublik.org/index.php?page=product&id=1

dari Jalan Wisnu Wardhana itu.Meskipun dikemas agak serius,

tapi radio ini juga menghadirkan hiburan yang dibutuhkan warga. “Ada program musik juga. Dialog atau diskusi tentang masalah mereka dikemas dalam konsep warung, sehingga tidak jauh dari keseharian mereka dan bisa mengobrol dengan lepas,” tambah Rima, salah satu penyiar Suara Warga.

Walaupun Radio Asbun, asal bunyi dan Suara Warga dikelola anak muda. Namun ketika “mengudara”, penyampaian informasi dilakukan dengan santun dan beretika. “Tentu saja acara-acara hiburan juga kami gelar. Supaya seimbang sehingga warga tak bosan,” ujar Erwan.

Imbasnya, masyarakat terhibur dan bisa mencerna informasi sebagai bekal gerakan meningkatkan kualitas hidup warga. Hal luar biasa bagi pengelola Radio Asbun adalah ketika warga lebih memilih mendengar Radio Asbun lantas berkegiatan bersama ketimbang berkelahi dan tawuran antar kampung, seperti yang sering terjadi sebelum Asbun mengudara.

Warga Baun Bango, Katingan kini menjadi lebih kreatif mengelola sumber daya alam. “Dulu warga tidak tahu bagaimana memanfaatkan

kayu yang berserakan di hutan. Asbun informasi agar warga bisa memanfaatkan kayu itu menjadi kerajinan dan bisa menambah penghasilan,” kata Erwan.

Bisa BertahanBaik Asbun maupun Suara Warga

terus berupaya hadir di telinga pendengarnya. Dalam soal pendanaan, dua radio itu dikelola murni dari dana warga. “Asbun bukan radio komersil. Tak ada sponsor. Seluruh kegiatan Asbun murni dilakukannya sebagai bentuk tanggung jawab sosial kepada masyarakat desa,” tandas Erwan.

Beragam tema keseharian yang bermanfaat bagi warga dibahas. Mulai dari masalah pertanian, peternakan, perikanan, kesehatan, isu sosial pembagian raskin, hingga persoalan lingkungan hidup. “Tahun lalu kami mendapat kesempatan kerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan untuk menyiarkan paket program pendidikan warga. Lumayan bisa mendambah jatah transportasi bagi pengelola,” kenang pengelola Suara Warga, Syafei.

“Penyiar” yang bekerja di Asbun adalah pemuda tanpa “gaji” yang ingin mengasah kemampuan. “Beberapa alumus Asbun, benar-benar bekerja

Menghibur dan Mencerdaskan WargaRadio Komunitas

7http://www.infopublik .org

http://www.infopublik .org

Tahun X Februari 2014 Edisi 03

Tr

Ruang Siaran Radio Asbun

Erwan Asbun, penggagas Radio Asbun

sebagai penyiar beberapa radio swasta di Katingan bahkan Palangka Raya,” kata Erwan bangga.

Tak jauh beda dengan Radio Suara Warga, para awak media itu awalnya hanya bermodal semangat untuk melakukan perubahan. “Setelah tahun 2005, kita mulai bisa mengumpulkan dana dari donatur dan sedikit iklan layanan masyarakat. Jadi untuk reporter dan penyiar ada sedikit uang ganti transport,” tambah Hasyim, penggagas Suara Warga seraya meyakinkan bahwa ketika pengelola radio komunitas bisa eksis maka beragam tawaran pembiayaan akan datang. “Yang penting kita melakukan manajemen yang baik dulu dan saling aktif dengan berbagai jaringan nasional,” tambah Rima.

Erwan juga yakin radio komunitas ak an ber tahan. Berseloroh ia menyatakan bahwa untuk menuju Desa Baun Bango tempat Erwan tinggal, dulu dibutuhkan waktu sekitar 6 jam perjalanan sampan menyusuri sungai. “Tapi itu beberapa tahun lalu. Saat ini sudah terbuka jalur darat ke desa saya. Mungkin itu karena radio Asbun ya?” canda Erwan sembari tertawa.(tr)

Page 6: Komunika edisi 3

Yuk, Intip Isi Monumen Pers Nasional

5

Tarik di sini

8

Sudah tahu kan kalau Monumen Pers Nasional menyimpan banyak potongan sejarah Indonesia di

masa lalu? Yuk kita tengok sedikit koleksinya!

Ti f a t u l S e m b i r i n g m e n g u n g k a p k a n keprihatinannya terhadap i n d e p e n d e n s i m e d i a

dari partai politik tertentu. Hal ini terutama dikarenakan banyaknya pemilik media massa yang masuk ke ranah politik dengan bergabung dengan salah satu partai politik peserta pemilu. Dengan demikian akan menimbulkan pertanyaan dari masyarakat mengenai independensi media tersebut . Ti fatul t idak mempermasalahkan hal tersebut apabila pemilik media tidak ikut campur dalam urusan newsroom (redaksi-red) , tetapi akan menjadi masalah apabila media tersebut hanya memberitakan seputar partai politiknya saja. “Apalagi sampai melancarkan kampanye hitam terhadap partai lain, caleg lain, atau institusi tertentu. Padahal yang dia pakai adalah frekuensi publik sehingga di sana ada hak publik untuk mendapat informasi yang benar, akurat, dan bermanfaat,” kata Tifatul,

Hal ini disampaikan Tifatul dalam Lokakarya Jurnalistik dengan tema “Mewujudkan Indonesia Informatif melalui Literasi Media dalam Membaca Berita Kampanye Pemilu dan Manfaat Media Sosial”. Lokakarya yang digelar dalam rangkaian kegiatan peringatan Hari Pers Nasional 2014 ini bekerja sama dengan Universitas Bengkulu dan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Acara yang digelar di Ruang Aula Utama Universitas Bengkulu tersebut menghadirkan pembicara antara lain Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo Freddy H. Tulung, Ketua Dewan Pers Prof. Dr. Bagir Manan, Rektor Universitas Bengkulu Prof Ir Zainal Muktamar, serta Priyambodo dari PWI.

Tifatul juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap konten televisi yang menurutnya tidak menjalankan amanat UUD 1945

yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. “Sampai saat ini masih ada yang menayangkan sinetron mayat terbang, film, dan hiburan-hiburan yang tidak mencerdaskan masyarakat,” paparnya. Menurut Tifatul, seluruh insan pers, mahasiswa dan masyarakat bisa lebih kritis mengenai masalah ini, sehingga tontonan kita menjadi lebih baik, dan tidak sekedar hiburan semata dan hanya mengejar rating saja.

Literasi MediaDirektur Jenderal Informasi dan

Komunikasi Publik Kementerian Kominfo, Freddy H. Tulung dalam paparannya menjelaskan bahwa kita sekarang hidup dalam suatu era yang kebanjiran informasi. Hal ini menimbulkan persoalan mengenai kemampuan kita untuk menyeleksi mana informasi yang baik dan mana informasi yang tidak baik. Menurut Freddy, kemampuan menyeleksi tersebut penting untuk mengarahkan banjir informasi tersebut kearah kesejahteraan. “Nah, kemampuan seleksi inilah yang kita artikan sebagai media literasi.” Kata Freddy.

Freddy menjelaskan pengertian media literasi adalah istilah dari “melek” media yaitu kemampuan untuk menyaring, memilah, memilih dan memproduksi pesan-pesan yang terdapat dalam media massa dan juga kemampuan di bidang komunikasi yang termasuk dalamnya adalah kemampuan untuk mengakses, m e n g a n a l i s i s , m e n g e v a l u a s i informasi dalam berbagai bentuk. Freddy secara khusus menekankan pentingnya kemampuan untuk mengakses karena informasi atau pengetahuan yang kita miliki sangat banyak, namun kemampuan kita untuk mengkomunikasikannya sangat terbatas. “Jadi melek media di sini bukan hanya menyaring dan memilah, tetapi juga kemampuan untuk mengakses dan menganalisis.” Jelas Freddy.

Manfaatkan Kebebasan InformasiFreddy dalam paparannya juga

menjelaskan dengan banyaknya media jejaring sosial sekarang siapapun bisa menjadi tidak hanya pembaca berita tetapi juga pembuat berita secara real time dimana pun dan kapan pun kita berada. Dalam hal ini literasi digital disarankan memiliki beberapa pemahaman yaitu pemahaman konsekuensi pesan. Dalam menggunakan gadget, maka seseorang berada di dua posisi yaitu ruang privat dan ruang publik dalam waktu yang bersamaan. “Oleh karena itu bijaksanalah dalam menggunakan gadget.” Kata Freddy di hadapan ratusan mahasiswa.

Freddy juga berpesan agar warga mampu berpikir kritis atas semua konten yang ada dalam media. Apabila seseorang terakses kepada suatu sumber informasi maka dia akan kebanjiran informasi. Namun, informasi yang dapat diakses tersebut tidak semuanya merupakan informasi yang baik. Permasalahannya adalah dalam citizen journalism siapapun dapat menggunakan akses informasi tersebut dan dianggap mengerti menggunakannya sesuai hukum yang berlaku. “Selain itu, literasi media juga perlu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk dapat memanfaatkan kebebasan informasi secara baik, kemudian menyadari pentingnya beretika di dalam jejaring sosial. Warga yang melek media ini diharapkan akan berdampak dalam meningkatnya kesejahteraan sosial.” Kata Freddy.

Media juga sebenarnya berperan sebagai sarana pendidikan di ruang publik. Diibaratkan oleh Freddy, bahwa guru di ruang publik sangat banyak. Yang dimaksudkan guru adalah sumber informasi yang menyebarkan informasi ke media publik. Oleh karena itu kita perlu memilah mana sumber informasi yang baik dan mana yang buruk. (yosua/vira)

Masyarakat Harus Melek Media

Kiri ke Kanan: Tifatul Sembiring, Menteri Komunikasi dan Informatika, Bagir Manan, Ketua Dewan Pers, dan Freddy H. Tulung, Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kemkominfo

Naskah : awfFoto : Dok. Monumen Pers Nasional

Alat di samping ini merupakan pemancar Radio yang disebut Pemancar Radio Kambing. Digunakan saat perang pada tahun 1948 sd 1948. Ada yang tahu kenapa disebut Pemancar Radio Kambing??

Nah, kalau ini adalah pelat cetakan edisi perdana koran

Kedaulatan Rakyat yang terbit pada 27 September 1945

Gambar di sebelah kiri atas adalah mesin ketika merek Underwood milik Bakrie Soeriatmadja, Jurnalis Sipatahoenan dari Bandung. Sedangkan dibagian bawah merupakan kamera kuno tahun 1960 beserta perangkat studio kamera tahun 1900-an.

Baju di samping milik Hendro Subroto, wartawan perang

sekaligus kameramen senior TVRI. Baju ini digunakan saat meliput

integrasi Timor Timur ke Republik Indonesia pada tahun 1975

Page 7: Komunika edisi 3

9Cinta IndonesiaTahun X Februari 2014 Edisi 03

Trisna. Selain pameran pemerintah daerah mewajibkan Pegawai Negeri sipil dan anak-anak sekolah mengenakan Batik Basurek pada hari-hari tertentu.

Untuk menaikkan citra Batik Basurek, Trisna yang juga Ketua Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia Provinsi Bengkulu berharap para pemimpin dan tokoh publik di Indonesia selalu mengenak an pak aian tradisional saat menghadiri acara atau seremoni. “Kalau mereka punya event , mohon dipakai bergantian batik-batik dari wilayah seluruh Indonesia,’. Trisna sangat bangga ketika Menteri Agama, Surya Dharma Ali menggunakan batik basurek produknya dalam pembukaan MTQ di Kota Ambon, Maluku, tahun lalu. “Sayangnya saya tidak diundang, Cuma bisa lihat produk batik saya dari televisi,” Kenangnya.

Selain tokoh masyarak at Trisna juga telah bekerja sama dengan perancang mode dalam mengatrol brand Batik Basurek. “Kami pernah bekerja sama dengan desainer Ramli (alm.) dan beberapa desainer lain. Saya berharap hasil karyanya dapat dipakai oleh artis, ataupun tokoh terkenal lainnya sehingga secara tidak langsung akan menaikkan brand”, harap Trisna. Dengan naiknya brand Batik Basurek maka masyarakat secara tak langsung akan mendapatkan nilai tambah dari produk batik yang dihasilkannya. (Danang/Vira)

Jadikan Batik BasurekMakin TERSOHOR

Apa yang akan tergambar di benak kita ketika mendengar kata Bengkulu? Mungkin sebagian dari kita akan menjawab Bunga Raflesia

yang tersohor sebagai puspalangka dan terbesar di dunia. Namun tahukah anda bahwa bengkulu juga mempunyai batik dengan

motif unik yang merupakan percampuran budaya arab dan budaya masyarakat setempat. Bahkan raflesia juga digunakan sebagai motifnya.

Aktivitas di Gerai La-Mentique mulai berjalan di pagi itu, dengan menggunakan canting

para pembatik mulai menggoreskan motif-motif unik kaligrafi huruf arab gundul dengan kombinasi bunga raflesia yang merupakan ikon Bengkulu. Pemilik workshop, Trisna Anggraini ,menceritakan asal muasal adanya huruf arab pada batik khas Bengkulu ini. “Basurek artinya bersurat , karena dibawa dari Arab sehingga motif cenderung didominasi kaligrafi,” Jelas Trisna.

Trisna melanjutkan, seiring dengan waktu motif barupun semak in berkembang, salah satunya bunga Raflesia yang m e r u p a k a n i k o n b e n g k u l u. “Batik Basurek kini merupakan kombinasi kekayaan flora dan fauna di Bengkulu, tiap daerah memiliki corak flora dan fauna yang berbeda,” Tambah Trisna. Menurut Trisna dari sembilan kabupaten dan satu kotamadya di Bengkulu memiliki corak batik Basurek yang berbeda, sesuai dengan ciri yang menonjol di daerah tersebut. “Kalau ke arah Kepayang (Kabupaten-red) ada motif rebung. Ada juga huruf kanganga (huruf asli bengkulu). Mukomuko (K abupaten-red) dengan kerangnya, S e luma (Kabupaten-red) dengan burung waletnya,” Jelasnya.

Dengan 20 orang pembatik, gerai yang dimiliki Trisna sanggup memproduksi lima kain batik tulis sehari. Namun menurutnya

membuat bat ik basurek i tu menantang dan membutuhkan kejelian. “ Tidak seperti yang dibayangkan orang, membatik tulis ini sulit, prosesnya lama, tidak secepat batik cap,”Jelasnya. Saat ini sangat sulit mencari tenaga pembatik, selain karena minat juga sekolah kejuruan yang mengajarkan proses membatik cuma ada satu di Bengkulu. “Anak-anak muda lebih suka bekerja di counter ponsel daripada membatik,” katanya menyayangkan.

Kesulitan lainnya adalah bahan baku sutra yang masih impor dari China, ”Bahan mentah dan putihan, katun, pewarnaan dari alam, daun-daunan berupa pasta juga dikirim dari kotaYogyakarta dan Solo” Jelas Trisna. Tak heran dengan kesulitan-kesulitan tersebut harga Kain Batik Basurek buatan workshop-nya berkisar di angka 1,5 juta sampai 4 juta.

Namun demikian dari turis-turis dan juga wisatawan mancanegara yang datang mereka tidak merasa harga tersebut mahal. Pangsa pasar yang disasar”Wonderful, begitu kata mereka ketika melihat motif batik kami tanpa bertanya lagi soal harga,”Ujar Trisna.

Untuk lebih mengenalkan Batik Basurek kepada masyarakat luas, Pemerintah daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan gencar melakukan promosi, baik di dalam maupun luar negeri “Beberapa waktu lalu saya dan teman-teman diajak (pameran) ke Republik Rakyat Cina” terang

Danang

1

2

3

4

Keterangan gambar:1. Salah seorang pembatik sedang membuat motif Batik Basurek2. Trisna Anggraini menunjukan salah satu kain batik Basurek 3. Deretan kain batik Basurek di Gerai La Mentique4. Selain kain, motif batik Basurek juga dapat diaplikasikan pada media lain, salah

satunya menjadi dompet

Page 8: Komunika edisi 3

Teknlologi Tepat Guna10 Tahun X Februari 2014 Edisi 03

(Sastrawan & Wartawan TVRI), Kamera Kuno, Telephone Antar Stasiun, Mesin Ketik Kuno, Koleksi Surat Kabar Pada Zaman Sebelum Kemerdekaan sampai Zaman Orde Baru (Koleksi surat kabar tertua “Panorama” terbit 23 Mei 1917 masih menggunakan bahasa belanda). (MW/Vira)

oleh alat scanner dan foto digital

Pada tahun 2012 MPN melahirkan sebuah layanan digital yang diberi nama E-paper (layar sentuh). Layanan E-paper ini ber is ik an media cetak digital berasal dari seluruh Indonesia dari tahun sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan, Pengunjung dapat mengakses data-data dokumentasi dengan sentuhan jari. Layanan ini sangat popular di kalangan mahasiswa, peniliti, dosen dan pengunjung museum lainnya.

Selain untuk meningkatkan kualitas layanan museum, penggunaan teknologi sentuh ini juga dimaksudkan agar koleksi museum lebih awet. “Dengan layar sentuh otomatis interaksi antara benda koleksi dengan khalayak dapat diminimalisir, terutama untuk koleksi yang sudah tua dan rapuh, kita juga menggunakan alat vacuum cleaner yang berfungsi untuk mengawetkan benda koleksi”, ungkap Sudaryanto, Kepala Seksi Konservasi & Preservasi MPN

Sebagai sarana informasi, MPN juga memiliki website (mpn.kominfo.go.id) yang berisikan rencana kegiatan seperti pameran, seminar, penambahan koleksi, dan tulisan dalam bentuk artikel, opini dan berita. Sudaryanto berharap Monumen Pers Nasional kedepannya dapat menjadi Monumen hidup dan memberikan literasi tentang media terutama kepada generasi muda yang ikut mengawal pers yang bebas dan bertanggung jawab berdasarkan

Pers dan media massa bisa dikatakan sebagai roda perubahan sosial yang memiliki beberapa tugas untuk menunjang pertumbuhan

pembangunan di masyarakat secara serasi dan efektif. Pers dapat memperluas cakrawala pandangan yang berarti dengan adanya surat kabar, majalah, radio, televisi, atau bahkan internet, masyarakat akan mendapat pengetahuan yang baru atau dapat memperluas pandangannya, baik dengan kejadian atau peristiwa yang berlangsung di dalam negeri atau di dunia internasional.

Dalam bayangan awam, museum identik dengan koleksi barang tua, lusuh, dan jauh dari sentuhan teknologi anyar. Tapi tak melulu begitu jika kita menengok ke dalam Museum Pers Nasional (MPN) yang berada di Kota Solo, Jawa Tengah. Di museum yang diresmikan tanggal 9 Februari 1978, tepatnya saat HUT PWI yang ke 25 oleh Presiden Soeharto ini, pendokumentasian koleksi museum sudah dilakukan secara digital sejak tahun 1980-an dan terus berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi.

Dimulai dari penggunaan mikrofilm untuk mereproduksi objek berupa koran dan majalah kuno dengan mengubahnya ke dalam bentuk negatif film berukuran mikro. Tujuan dari perekaman mikrofilm ini untuk melestarikan dokumen langka, menjaga dari kerugian dan kehancuran karena kualitas fisik dokumen yang menurun. Karena prosesnya yang cukup sulit, mikrofilm kini sudah tidak dipergunakan lagi. Di era modern ini fungsinya sudah tergantikan

“Pemanfaatan Teknologi Informatika dan SDM yang mumpuni di Monumen Pers Nasional

merupakan sebuah langkah awal untuk mendukung terciptanya digitalisasi sejarah

pers guna memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat”.

Digitalisasi Jejak Sejarah Persyang Terekam dalam Monumen Pers Nasional

pancasila.MPN yang saat ini dikelola

oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi P u b l i k , K e m e n t e r i a n Kominfo sejak awal didirikan bertujuan sebagai pusat rujukan dokumentasi pers nasional berbasis teknologi i n f o r m a s i , s e d a n g k a n salah satu tugasnya adalah pendokumentasian bukti koleksi terbit media cetak dari seluruh Indonesia baik s e b e l u m k e m e r d e k a a n maupun masa kini.

Beberapa koleksi yang ada di MPN yaitu; Mesin Ketik Bakrie Soeryaatmaja (Merk Undorwood Tahun1920-1927), Contoh Majalah Kuno, Diorama Perkembangan Pers di Indonesia, Mikrofilm, Baju Wartawan (Baju Hendro Subroto-Wartawan Perang TVRI), Portable Mixer, Pemancar Radio Kambing, Peralatan Terjun Payung Trisnoyuwono

Dok. M

PN

Bangunan gedung Monumen Pers Nasional yang berbentuk serupa candi

Proses digitalisasi dokumen dan naskah sejarah

Ruang E-Paper

Dokumen dan naskah yang akan didigitalisasi sebelumnya di konservasi terlebih dahulu

Page 9: Komunika edisi 3

11RegulasiTahun X Februari 2014 Edisi 03

Saat ini informasi sudah bukan ba-rang asing lagi. Hampir setiap hari limpahan informasi dapat ditemukan di mana pun. Masyarakat begitu

mudah memperoleh informasi dari berbagai sumber. Diantara ribuan informasi yang ada dan ditampilkan oleh media ada yang sengaja dipertahankan, disebarluaskan dan juga ada yang tinggal disampaikan apa adanya tanpa dikurangi atau dilebih-lebihkan. Akan tetapi luberan informasi di layar televisi, teks surat kabar, atau kata-kata radio sering kali bersifat kontradiktif dengan pemahaman, nilai, pola pikir (mind set), maupun tradisi keseharian masyarakat. Bahkan, kontrol atas informasi yang kontradiktif ini terkadang tidak dimiliki sepenuhnya oleh masyarakat sebagai kon-sumen informasi.

Meskipun demikian, siapapun tak akan

bisa melepaskan diri dari paparan informasi yang ada.Layaknya gen dalam sel hidup ma-nusia, kata Richard Brodie, informasi bisa berkembang biak bahkan mengalami evolusi. Dalam buku Virus of the Mind - The New Science of the Meme, ia menuliskannya sebagai meme (diambil dari istilah memetics). Sukses evalusi informasi ala meme digambarkan sebagai sukses evolusi genetik. Ada tiga hal yang berlaku, yakni memperpanjang usia kehidu-pan informasi agar masih bisa diakses oleh siapapun (longevity), menyebar luas tanpa batas (fecundity), dan membuat duplikasi dan bereinkarnasi tanpa bisa dibedakan dengan informasi aslinya (copying fidelity).

Walhasil, dalam dunia meme, kita tak bisa melacak dengan jelas asal muasal informasi. Padahal ada satu konsekuensi bawaan: sang meme tak peduli apakah informasi yang disebarkan bermanfaat atau tidak. Konon, informasi itu pun bisa berdiri sendiri dan hidup untuk memengaruhi para konsumennya. Karakteristik meme digunakan oleh para kaum kaum globalis untuk menundukkan dunia sebagaimana tengarai Thomas L. Friedman.

Ia pernah menjelaskan bagaimana virus anti-nasionalisme, amnesia sejarah dan perusak tradisi disusupkan melalui microchips pada jaringan elektronik. Mirip virus HIV/ AIDS yang menggerogoti kekebalan tubuh manusia. Friedman menyebutnya Microchips Immune Deficiency Syndrome (MIDS) yang menyerang otak atau akal budi manusia. Adalah televisi, radio, internet dan telepon seluler yang dis-ebut sebagai penghantar MIDS, sarana yang digunakan virus akal budi itu untuk menyebar-luaskan diri dan menduplikasi meme. Akibat yang bisa disaksikan saat ini adalah nyaris semua hal yang terjadi ditiru di sini. Namun Brodie membiarkan informasi sedemikian berkuasa untuk mempengaruhi manusia.

Manusia punya akal budi, kata Brodie. Bukan sekadar pikiran (thinking) tapi juga pemikiran (thought), rasa (feeling), dan terlebih otak (brain). Tampaknya hal inilah yang coba dikenalkan Brodie dalam pertanyaan retoris “What a waste it is to lose one’s mind or not to have a mind is very wasteful?”. Brodie ingin menunjukkan adanya pilihan apakah infor-masi akan dibiarkan sebagai virus yang meru-

BIJAK INFORMASI

UNDANG-UNDANG TENTANG PERSNOMOR 40 TAHUN 1999, BAB I DAN BAB II

13. Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat terhadap suatu informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang tidak benar yang telah diberitakan oleh pers yang bersangkutan.

14. Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan.

BAB IIASAS, FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN DAN

PERANAN PERS

Pasal 2Kemerdekaan pers adalah salah satu

wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsipprinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.

Pasal 31. Pers nasional mempunyai fungsi

sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.

2. Disamping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi.

Pasal 41. Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak

asasi warga negara.2. Terhadap pers nasional tidak dikenakan

penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran.

3. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari,

memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi.

4. Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawanmempunyai Hak Tolak.

Pasal 51. Pers nasional berkewajiban

memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas pradugatak bersalah.

2. Pers wajib melayani Hak Jawab.3. Pers wajib melayani Hak Tolak.

Pasal 6Pers nasional melaksanakan

peranannya sebagai berikut :a. memenuhi hak masyarakat untuk

mengetahui;b. menegakkan nilai-nilai dasar

demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormat kebhinekaan;

c. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar;

d. melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum;

e. memperjuangkan keadilan dan kebenaran;

pers.6. Pers nasional adalah pers yang

diselenggarakan oleh perusahaan pers Indonesia.

7. Pers asing adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan asing.

8. Penyensoran adalah penghapusan secara paksa sebagian atau seluruh materi informasi yang akan diterbitkan atau disiarkan, atau tindakan teguran atau peringatan yang bersifat mengancam dari pihak manapun, dan atau kewajiban melapor, serta memperoleh izin dari pihak berwajib, dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik.

9. Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah penghentian penerbitan dan peredaran atau penyiaran secara paksa atau melawan hukum.

10. Hak Tolak adalah hak wartawan karena profesinya, untuk menolak mengungkapkan nama dan atau identitas lainnya dari sumber berita yang harus dirahasiakannya.

11. Hak Jawab adalah seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap emberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

12. Hak Koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan :1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana

komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, emperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

2. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.

3. Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani media cetak, media elektronik, atau media lainnya serta masyarakat umum dalam memperoleh informasi.

4. Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik.

5. Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan

P E N G E R T I A N , A S A S , F U N G S I , H A K , K E W A J I B A N , D A N P E R A N A N P E R S

sak akal budi atau tidak. Di kalangan pekerja media sudah jamak berkembang keyakinan, bahwa setiap informasi merupakan produk seleksi orang orang media (gatekeeper). Sering mereka berdalih bahwa apa yang dianggap penting, media juga mempunyai arti pent-ing bagi masyarakat. Padahal, fenomena sosial yang ditransformasikan melalui media cenderung mengalami reduksi, sehingga kehilangan substansi.

Fakta sekadar menjadi bingkai sensasi. Jika realitas informasi di media massa hasil seleksi. Tentu patut dipertanyakan perilaku sebagian pengambil keputusan yang merasa cukup hanya menengok media untuk mengetahui apa yang terjadi di masyarakat. Meski masih terbuka peluang bahwa isi media akan selalu berpihak kepada kepentingan masyarakat. Namun masyarakat yang mana, itu perso-alan lain. Tapi ada satu penawar bagi setiap pengambil keputusan yang berkaca dari realitas di media.

Satu obatnya adalah kembali ke akal budi. Sebab, menyia-nyiakan akal budi adalah per-buatan yang mengerikan.(m)

Page 10: Komunika edisi 3

Monumen Pers Nasional

Jejak Sejarah Pers Indonesia

Jika anda ingin melihat bagaimana rupanya mesin ketik dan mesin cetak yang dahulu digunakan wartawan untuk menulis berita di masa lampau, datanglah ke Monumen Pers Nasional (MPN). Jika anda ingin melihat bagaimana perkembangan alat komunikasi dari jaman bedug dan kentongan hingga jaman digital seperti saat ini datanglah ke Jalan Gajah Mada No 59, Surakarta dimana MPN berada.

Tak sulit mencari lokasi Monumen Pers Nasional yang telah berdiri sejak tahun 1918 ini. Tampak dari luar bangunan museum serupa candi. Menempati tanah seluas 2.998 meter persegi, komplek museum ini terdiri dari empat bangunan utama yaitu ruang dokumentasi preservasi, balai budaya, gedung perkantoran, dan gedung pertemuan.

Di MPN tergambar jelas melalui diorama bagaimana perkembangan alat komunikasi di Indonesia dari tahun ke tahun. Koleksi lainnya adalah pemancar radio Kambing, peralatan terjun payung Trisno Yuwono (Sastrawan & Wartawan TVRI), kamera kuno, telephone antar stasiun, mesin ketik kuno, dan koleksi surat kabar pada zaman sebelum kemerdekaan sampai zaman Orde Baru termasuk surat kabar tertua “Panorama” yang terbit 23 Mei 1917 dan masih menggunakan bahasa belanda.

Awal mulanya, monumen yang didirikan oleh KGPAA Sri Mangkunegara VII pada tahun 1918 ini adalah gedung pertemuan bagi kerabat Mangkunegaraan yang biasa disebut Societeit Sasonosuko. Di gedung ini lah pada 9 Febuari 1946, organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) akhirnya menetapkan setiap tanggal 9 Februari diperingati sebagai Hari Pers Nasional.

Pada peringatan sepuluh tahun PWI, 9 Febuari 1956 tercetuslah suatu gagasan mendirikan Yayasan Museum Pers Indonesia oleh B.M Diah, S. Tahsin, Rosihan Anwar dll, yang akhirnya terwujud pada 22 Mei 1956 dengan pengurus antara lain R.P Hendro, Kadiyono, Sawarno Projodikoro, Mr Sulistiyo, Soebekti, dengan modal utamanya koleksi buku dan majalah milik Soedarjo Tjokrosisworo. Pada kongres Palembang Tahun 1970 munculah niat mendirikan Museum Pers Nasional. Pada tahun 1973 saat peringatan seperempat abad PWI nama museum pers nasional diubah menjadi Monumen Pers Nasional. (Naskah : mw/Vira, Foto : Dok. Monumen Pers Nasional )

Pemancar R adio K a m b i n g y a n g digunakan pada saat perang tahun 1948 sd 1949

Baju milik Hendro Subroto, wartawan p e r a n g d a n kameramen senior TVRI, saat meliput i n t e g r a s i T i m o r Timur ke Indonesia tahun 1975

Perlengkapan terjun payung Trisno Juwono, sastrawan dan wartawan TVRI, ketika meliput gerhana matahari pada tanggal 11 Juni 1983

T e l e p o n a n t a r stasiun yang banyak digunakan sebagai penghubung antara stasiun jarak dekat pada Perusahaan Jawatan Kereta Api sekarang KAI - red) tahun 1920

Patung perintis pers di Indonesia. Kiri ke kanan : HM. Bintarti, DR. Danudirdja Setiabudhi, DR. Abdul Rivai, R. Bakrie Soeriatmadja, dan Soetopo Wonobojo

K o l e k s i s u r a t k a b a r pada zaman sebe lum kemerdekaan. Surat kabar tertua, “Panorama” terbit pada tanggal 23 Mei 1917

Koleksi majalah pada z a m a n s e b e l u m k e m e r d e k a a n . Majalah tertua, “Tjaja Hindia” yang masih berbahasa belanda, terbit pada tahun 1913