komunika 12 2007

12

Upload: komunika-tabloid

Post on 28-Mar-2016

260 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Fotografer Leonard Rompas Wakil Pemimpin Redaksi: Sekretaris BIP, Kepala Pusat Inf. Polhukam, Kepala Pusat Inf. Kesra, Kepala Pusat Inf. Perekonomian Transportasi Kacau, Tata Kota Mengecewakan Editorial Koresponden Daerah Amiruddin (Banda Aceh) Arifianto (Yogyakarta) Supardi Ibrahim (Palu) Yaan Yoku (Jayapura) Busway Tidak Lagi Nyaman Sekretaris Redaksi: Richard Tampubolon Editor/Penyunting: MT Hidayat Rani Pegawai Negeri Sipil Jakarta Diterbitkan oleh: Redaktur Pelaksana: Nursodik Gunarjo 2

TRANSCRIPT

Page 1: komunika 12 2007
Page 2: komunika 12 2007

2 Edisi 12/Tahun III/Juni 2007

www.bipnewsroom.info/komunikaemail: [email protected]

BERANDA

RANA

Diterbitkan oleh:

DEPARTEMENKOMUNIKASI DAN

INFORMATIKA

Pengarah:Menteri

Komunikasi dan Informatika

Penanggungjawab:Kepala Badan Informasi Publik

Pemimpin Redaksi:Kepala Pusat

Pengelolaan Pendapat Umum

Wakil Pemimpin Redaksi:Sekretaris BIP,

Kepala Pusat Inf. Polhukam,Kepala Pusat Inf. Kesra,

Kepala Pusat Inf. Perekonomian

Sekretaris Redaksi:Richard Tampubolon

Redaktur Pelaksana:Nursodik Gunarjo

Redaksi:Selamatta Sembiring,

M Abduh Sandiah,Fauziah,

Sri Munadi

Editor/Penyunting:MT Hidayat

Reporter:Suminto Yuliarso,

Dimas Aditya Nugraha,Mediodecci Lustarini,

Hendra Budi Kusnawan,Doni Setiawan

Koresponden DaerahAmiruddin (Banda Aceh)Arifianto (Yogyakarta)Supardi Ibrahim (Palu)Yaan Yoku (Jayapura)

FotograferLeonard Rompas

DesainD Ananta Hari Soedibyo

PracetakFarida Dewi Maharani

Alamat Redaksi:Jl Medan Merdeka Barat No. 9

JakartaTelp/Faks. (021) 3521538,

3840841e-mail:

[email protected]

Redaksi menerima sumbangan tulisan,artikel dan foto yang sesuai dengan

misi penerbitan.Redaksi berhak mengubah isi tulisan

tanpa mengubah maksud dan substansidari tulisan tersebut.

Isi KomunikA dapat diperbanyak, dikutipdan disebarluaskan, sepanjangmenyebutkan sumber aslinya.

Foto

: g

un, i

mag

eban

k. D

esai

n: A

has

Busway Tidak Lagi Nyaman

Saya merasakan busway tidak lagisenyaman waktu baru-baru diadakan. Untukmenggunakan busway saja penumpang harusmengantri cukup lama, bahkan untuk rute-rute yang padat bisa sampai berjam-jam.Penyiksaan menanti ini lebih terasa pada pagihari dan sore menjelang malam, ketika sebagianbesar pegawai menggunakan fasilitas ini untukpergi dan pulang kantor.

Terutama rute harmoni-pulogadungsebaiknya armada ditambahkan, karena di sorehari penumpang busway berjubel sepertipepes, tidak beda dengan menggunakan KRLekonomi. Belum lagi untuk menunggu diterminal busway Harmoni yang membutuhkantenaga lebih untuk mengantri dan harus berdiridi dalam antrian (terkadang antrian bisamencapai 45-60 menit). Padahal tujuan kitamenggunakan busway kan biar cepat sampairumah.

Ketidak nyamanan lain, saya sering sekalimengalami dan melihat kendaraan lainmenggunakan jalur busway. Akibatnya samasaja dengan menggunakan bu

s umum tetap macet, bahkan beberapakali busway harus mengantri menggunakanjalurnya sendiri. Harusnya pengguna jalur selainbusway ditertibkan.Harusnya jalur ini sebagaidaya jual busway dibandingkan dengantrasnportasi lain.

Harusnya pemda DKI sebagai pengelolatransportasi ini dapat menggembalikan konseptujuan utama pembangunan busway, sebagaialternatif transportasi ibukota yang nyaman.

RaniPegawai Negeri Sipil

Jakarta

Departemen Komunikasi dan Informatika bersama komunitas telematika Indonesia mengadakan press conferenceIndonesia ICT Award (26/06).

Transportasi Kacau, Tata KotaMengecewakan

Dari data yang saya dapat 60% penggunajasa transportasi, baik itu jasa angkutan umummaupun mobil pribadi, pindah menjadipengendara motor roda 2. Pilihan kepadamotor roda 2 tidak hanya karena efisiensi bahanbakar, yang berarti menekan biaya mobilitas,tetapi juga efektivitas dari sepeda motor sendiriyang bisa menembus kemacetan lalulintasJakarta yang makin tidak tertahankan. Halterakhir inilah yang mesti menjadi perhatianbagi semuanya. Artinya masyarakat,menyikapisegala problem masalah, ternyatamenyelesaikan masalahnya sendiri. Merekasudah tidak mempunyai harapan terhadappemerintah yang mestinya menjadi pionerdalam menyelesaikan setiap problem penataankota Jakarta.

Delianur [email protected]

Persiapan Berat Tahun Ajaran Baru

Tahun ajaran baru merupakan momenyang menyenangkan sekaligus saat sulit.Dimana kebutuhan sekolah saat ini begitutinggi. Kalo dulu buku bisa diwariskan beberapagenerasi, saat ini jangan berharap bisamewariskan buku milik si kakak. Setiap tahunpasti selalu revisi, padahal kalo dilihat seksama,konten tidak jauh berbeda, paling-paling hanyahalam yang berbeda, atau latihan soal yangdiubah angkanya. Tidak banyak yang berubah,tapi dianggap tidak bisa di gunakan lagi,walhasilnya harus menyiapkan kocek untukbuku-buku reguler.

Belum lagi biaya masuk sekolah yang terasamencekek, setiap tahun selalu mengalamipeningkatan. Memang ada bantuan-bantuanuntuk anak tidak mampu untuk sekolah,seperti BOS, tapi berapa banyak yang bisamengakses itu, selain informasi pendaftaranyang kurang dan seakan-akan dipersulitmembuat orang enggan untuk mendaftar.

Harusnya sekolah di gratiskan semua,anggaran pendidikan diperbesar, sehinggakesempatan anak indonesia memperolehpendidikan lebih besar. Kalo semua anak bangsapintar dengan sendirinya bangsa ini akan maju,jadi semuanya akan diuntungkan.

IdaDesign grafis

Jakarta

Editorial

Wacana Melegalkan GanjaBeberapa hari terakhir ini muncul wacana untuk melegalkan ganja. Wacana itu

berkembang dari pernyataan konsultan ahli Badan Narkotika Nasional (BNN) sertaDirektur Pengembangan dan Riset Indonesia National Institute on Drug Abuse (INIDA),Tomi Harjatno, di Jakarta, belum lama ini. Tomi menyatakan, disamping memiliki sisinegatif, tanaman ganja sejatinya juga memiliki sisi positif misalnya seratnya bisa untukbahan tas dan daunnya bisa dipergunakan sebagai penyedap masakan. Namun selamaini masyarakat cenderung hanya melihat ganja dari sisi negatifnya.

Kendati legalisasi ganja masih berupa wacana dan pelaksanaannya masih menungguhasil penelitian BNN dan INIDA, akan tetapi reaksi dari kalangan masyarakat tentangmasalah ini cukup masif. Sebagian masyarakat dengan tegas menyatakan penolakanmereka, karena legalisasi ganja lebih banyak menimbulkan kerugian daripadakeuntungannya. Namun anggota masyarakat yang lain menganggap, justru dengandilegalkan itulah peredaran ganja dapat diawasi secara baik oleh pemerintah. Selamaini peredaran ganja berlangsung secara ilegal, sehingga sulit dikontrol.

Sementara itu, pantauan KomunikA pada blog-blog archive, milis dan website,pro-kontra juga berlangsung seru. Disamping yang setuju dan tidak setuju, ada pulakelompok lain yang menyambut rencana legalisasi ganja dengan gembira. Merekaadalah para konsumen ganja yang selama ini merasa terkekang karena sulitmendapatkan barang ini di pasar bebas. Mereka berharap, dengan dilegalkan, ganjabisa diperoleh dengan gampang sehingga aktivitas mereka mengisap ganja tidakterganggu.

Reaksi yang beraneka bahkan saling bertolak belakang ini tentu membutuhkanpemahaman mendalam, serta sikap arif dan hati-hati. Perlu dikaji secara mendalam,tepatkah jika ganja diegalkan? Harus dicermati pula apa tujuan dari legalisasi ini danapa konsekuensi-konsekuensinya. Dan yang paling penting, sudah siapkah masyarakatmenerima legalisasi barang haram ini. Hal ini sangat penting, karena di Indonesia ganjadikenal sebagai zat adiktif tingkat satu, setara dengan heroin dan kokain.

Dalam Undang-Undang (UU) 22/1997 disebutkan, ganja termasuk sebagainarkotika, oleh sebab itu dilarang untuk disimpan, diedarkan maupun dikonsumsi.Salah satu sebab mengapa ganja menjadi tumbuhan terlarang, adalah karena zatTHC. Zat tersebut bisa mengakibatkan pengguna menjadi “mabuk” sesaat ataumengalami halusinasi jika salah dalam penggunaannya.

Sebenarnya, kadar zat THC yang ada dalam tumbuhan ganja dapat dikontrol kualitasdan kadarnya. Syaratnya, ganja dikelola dan dipantau dengan proses yang benar.Namun, tak mudah untuk melakukan kontrol-kontrol tersebut. Sebab, hal itu berkaitanerat dengan faktor kedisiplinan dan kesadaran setiap individu. Kalaupun dijadikanalasan untuk bidang medis, itu pun dengan kadar yang sangat kecil dan pengawasanketat oleh dokter.

Namun di Indonesia, pengawasan ketat masih jauh panggang dari api. Buktinya,saat ini pengguna narkotika, psikotropika dan zat adiktif (napza) sudah lebih dari 3juta orang. Maraknya penggunaan napza harus menjadi cermin retak, bahwa ke depanefektivitas kontrol peredaran ganja akan sangat sulit tercapai. Apakah dengan dilegalkankontrol akan semakin mudah dilakukan, atau sebaliknya justru semakin sulit? Inilahpertanyaan besar yang harus dijawab.

Tampaknya, sinyal penolakan legalisasi ganja sudah muncul dari pemerintah. WakilPresiden Jusuf Kalla menegaskan, pemerintah menolak adanya upaya-upaya legalisasiganja. Usai meresmikan Unit Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, di DesaWates Jaya, Kec Cigombong, Kab Bogor, Selasa (26/6), Wapres menyatakan tidakada rencana pemerintah untuk melegalkan ganja. Wapres mengakui di beberapadaerah ada warga yang mencampurkan sedikit daun ganja ke dalam masakan sebagaibahan penyedap. Namun pemerintah tetap tidak akan melegalkan penggunaan ganja.

Penolakan pemerintah terhadap rencana melegalkan ganja bisa dimengerti,mengingat pro-kontra di kalangan masyarakat masih terus terjadi. Diharapkan dengansikap tegas pemerintah ini, kontroversi tentang perlu tidaknya ganja dilegalkan akansegera berakhir. Hal ini sekaligus akan menghindari terjadinya ancaman perpecahanantara kelompok yang pro dan anti legalisasi ganja.

Jika dikaji lebih dalam, sejatinya yang diperlukan sekarang bukanlah status ganjasebagai barang legal atau ilegal, karena status itu tidak mengubah sifat ganja sebagaibahan adiktif yang efeknya berbahaya bagi kehidupan manusia. Yang diperlukan adalahkontrol yang sangat ketat terhadap peredaran barang ini, sehingga tidak mudahdisalahgunakan untuk “mabuk”. Dilegalkan atau tidak, jika kontrolnya lemah, ganjatetap akan disalahgunakan. Oleh sebab itu, yang harus diubah adalah mekanismepengawasan peredarannya. Harus ada kerjasama yang baik antara pemerintah danmasyarakat untuk melawan penyalahgunaan ganja.***

Page 3: komunika 12 2007

Edisi 12/Tahun III/Juni 2007

www.bipnewsroom.info/komunikae-mail: [email protected]

3

Nestapa Pahlawan Devisa di Negeri OrangTubuh Indah bergetar, menahan

berat badannya sendiri yangtergantung di seutas tambang. Di

bawahnya, ratusan pedagang PasarKlewer, Surakarta, Jateng,

memandangnya dengan wajahtegang. Sepuluh menit kemudian,

tubuh semampai Indah merosot kebawah. Para petugas sigap

menyongsongnya dan memapahnyake tempat teduh.

Indah memang bukan Ceriyati, TKWasal Brebes Jateng yang disiksamajikannya di Malaysia. Namun de-

ngan bergelantungan di tambang, meniruCeriyati, pedagang kain di pasar Klewer itubisa merasakan penderitaan Ceriyati saatmelarikan diri dengan untaian kain dari lantai14 untuk kabur dari rumah majikannya. “Sa-ya sangat prihatin, semoga kasus Ceriyatitidak terulang lagi,” ujar Indah berurai ke-ringat dingin.

Pahlawan DevisaMinggu-minggu terakhir ini kita kembali

dikejutkan dengan berita-berita tentangnasib buruk para tenaga kerja Indonesia(TKI) yang bekerja di luar negeri. Kasusyang menimpa Ceriyati hanyalah satu darisekian banyak kasus yang menimpa para“pahlawan devisa” kita.

Pertanyaannya adalah, mengapa masalah-masalah yang menimpa para TKI terus teru-lang, padahal Presiden Susilo Bambang Yu-dhoyono telah memerintahkan untuk mem-perhatikan nasib para TKI tersebut.

Dalam pembukaan rakornas tentang re-formasi sistem penempatan dan perlindung-an TKI berbasis UU No 39 tahun 2004, pada3 Juli 2006 lalu, Presiden meminta para TKIdiperlakukan secara baik dan terhormat. Me-nurut Presiden, para TKI telah berbuat ba-nyak bagi keluarga dan negara serta mengu-rangi angka pengangguran. Oleh karena itu,mereka seharusnya diperlakukan sebagaipahlawan. “Masalah TKI tidak hanya berkaitandengan nasib seseorang, tetapi juga me-nyangkut martabat bangsa dan negara,” kataPresiden, waktu itu.

Namun, satu tahun berlalu, kasus-kasusmenyedihkan masih saja terjadi. Dan permin-taan Presiden tampaknya belum ditanggapisecara serius oleh pihak-pihak yang memilikiotoritas terkait dengan masalah TKI.

Badan Nasional Penempatan dan Perlin-dungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)memang akan menempatkan beberapa staf-nya di KBRI negara-negara yang ada TKI-nya pada bulan Juli 2007 mendatang. Sa-yangnya, nestapa yang menimpa TKI di ne-geri orang tak mau menunggu hingga Juli.Di bulan Juni saja, selain Ceriyati, tercatatnama Samirah dan Eneng yang disiksa ma-

jikannya di Amerika Serikat. Juga MiminMintarsih asal Sukabumi yang tewas dianiayamajikannya di Qatar.

Mengapa penanganan TKI yang menga-lami masalah di luar negeri terkesan lambat?Kepala BNP2TKI, Jumhur Hidayat menyata-kan bahwa anggaran pemerintah untuk per-lindungan TKI di luar negeri sangat minim.Menurutnya, untuk meningkatkan perlin-dungan TKI dibutuhkan biaya atau anggaranyang lebih banyak, karena pemerintah me-merlukan lebih banyak staf yang nantinya di-tempatkan di beberapa negara yang ter-dapat TKI.

Bukan Sekadar CeritaKasus kekerasan dan perlakuan tidak ma-

nusiawi TKI di negeri orang ternyata bukan-lah sekadar cerita belaka. Di Malaysia saja,lebih dari 1.000 kasus setiap tahunnya, TKIdi Malaysia mencari perlindungan ke KBRI diKuala Lumpur akibat ditelantarkan oleh ma-jikan mereka. Bahkan banyak para TKI harusmenjalani hidup bertahun-tahun di negeri Ji-ran itu tanpa upah dan seringkali mendapatperlakuan kekerasan dari majikan mereka.

"Kami menangani lebih dari 1.000 kasussetiap tahunnya. Kebanyakan mereka adalahtenaga kerja wanita (TKW) yang datang kekedutaan untuk meminta perlindungan," ka-ta Kepala Satgas Perlindungan dan PelayananWNI KBRI Kuala Lumpur, Tatang Razak, kepa-da AFP, Senin (25/6).

Tatang mengatakan KBRI di Kuala Lum-pur akan selalu membantu TKW untuk men-dapatkan kembali hak mereka yang ditelan-tarkan oleh para majikan. Upaya itu, lanjutdia, dilakukan melalui perantara agen pe-nyalur tenaga kerja yang mengirim para TKWtersebut ke Malaysia. "Saat ini sedikitnya 80TKW asal Indonesia tinggal di penampunganyang di dalam area kedutaan. 300 TKI lainnyatelah dipulangkan dalam delapan bulan tera-khir," beber Tatang.

Pengacara senior yang juga anggotapartai oposisi Partai Aksi Demokrasi (PAD)Malaysia Theresa Kok mengatakan, telahberkunjung ke penampungan bersama duapolitisi lainnya untuk memperoleh informasitentang kondisi para TKI dan akan berjanjiuntuk membawanya ke Parlemen. "Kamiberkunjung ke penampungan mereka. Kamikaget ketika mengetahui ada lebih dari1.000 kasus setiap tahunnya dan para ma-jikan mereka tidak tersentuh hukum dantidak dibawa ke pengadilan," cetus Kok.

Pemerintah Malaysia sangat memper-cayai tenaga kerja wanita asal luar negeri,tapi mereka sangat minim dalam melindungipara tenaga asing tersebut. Banyak TKWyang hidup dan bekerja untuk majikannyadalam kondisi yang sangat memprihatinkandengan upah US$ 130 per bulan.

Harus Dilindungi RegulasiMenteri Negara Pemberdayaan Perem-

puan, Meuthia Hatta mengatakan regulasiterhadap profesi pembantu rumah tangga(PRT) belum diatur oleh perundang-un-dangan pemerintah secara khusus danlangsung. “Mereka masih dalam posisi ren-tan dan belum ada standarisasi,” ujarMeuthia Hatta.

Hal itu diungkapkannya seusai SeminarNasional “Pencegahan dan PenangananTrafficking dan Kerja Paksa Bagi PRT danPRT Anak” di kantor Kementerian NegaraPemberdayaan Perempuan Jalan MerdekaBarat, Jakarta, Selasa (26/6).

Regulasi tersebut, kata Meuthia, dian-taranya untuk menghilangkan posisi rentanyang dialami PRT. Selain itu untuk bagai-mana memecahkan perlakuan yang kurangbermartabat dan tindak kekerasan, misal-nya secara fisik, seksual dan pembayaranupah yang tidak sesuai.

Tak ada jalan lain, pemerintah memangharus lebih memperhatikan nasib para pah-lawan devisa ini. Jangan sampai mengharaphujan emas di negeri orang, justru hujannestapa yang diperoleh.***

[email protected]

POLHUKAM

Konon, pembangunan akan berhasildengan baik bila kalangan akade-misi, bisnis, dan government (pe-

merintah-red) atau ABG berjalan terpadu dansaling beriringan. Hasil penelitian kalangan aka-demisi yang didukung kebijakan pemerintah,dapat bersaing secara sehat untuk dimanfa-atkan dunia industri.

Tapi apa daya, koordinasi ketiganya ter-nyata masih menjadi "bahasa langit ketujuh"yang sulit diharap keberadaannya. “Kita seka-rang masih 'mensana in corporesano'. Yangsatu ke sana, yang lain ke sono. Tidak sejalandan gak nyambung,” kelakar perwakilanAsosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komputer(Aptikom), Eko Indrajit, dalam peluncuranIndonesia ICT Award (Inaicta), Selasa (26/06).

Padahal sumber daya teknologi informasiIndonesia tidak bisa dipandang sebelah mata.Setidaknya riset yang dilakukan konsultan

ATK Earney membuktikan hal tersebut.Dari 50 negara yang diriset, SDM In-

donesia di bidang IT direkomenda-sikan berada pada nomor enamyang paling dicari di dunia.

“Potensinya besar tapi be-lum termanfaatkan. Terlebihjika melihat Indonesia mendu-duki posisi 49 soal business en-vironment (lingkungan bisnis-red). Artinya, banyak hasil karya

anak bangsa yang justru sudahdiakui internasional, belum banyak

dilirik dunia industri dalam negeri,”kata Ketua Aspiluki, Djarot Subianto-

ro, pada sesi yang sama.

Indonesia ICT Awards 2007Melihat potensi yang besar itu, Depar-

temen Komunikasi dan Informatika (Depko-minfo) bersama beberapa komunitas telema-tika, semisal Aspiluki, Masyarakat Telematika(Mastel), APMI, Ainaki, dan Apkomindo, akanmenggelar Indonesia ICT Award 2007. Ajangini merupakan tempat pencarian aplikasi ber-kualitas serta bernilai tambah yang nantinyajuga akan dikompetisikan di ajang interna-sional.

“Seharusnya sudah mulai bergeser, tidaklagi mengandalkan sumber daya alam saja.Tapi bergeser ke sumber daya intelektual.Inaicta diharapkan dapat menciptakan pe-luang nilai tambah industri karena industriyang kreatif merupakan kunci peningkatanekonomi. Kita tidak bisa hanya mengandalkansumber daya alam saja, padahal industri ICTjuga sangat potensial,” jelas Dirjen AplikasiTelematika Depkominfo Cahyana Ahmadja-yadi, dalam acara press conference (26/6).

Ajang yang baru bertama kali digelar iniakan melombakan 11 kategori, semisal bidangpenelitian dan pengembangan, e-govern-ment, pendidikan, hiburan, konten selular,industri komunikasi, industri keuangan, prosesmanajemen bisnis, student project, general,dan kategori start up.

Kalangan individu, lembaga pendidikandan perusahaan atau badan hukum yangmemiliki hak cipta berkesempatan untukmengikuti kompetisi itu. Pendafataran lombaakan dimulai Agustus 2007 dan akan ditutupdengan penganugerahan INAICTA Awardoleh Presiden RI pada 25 Oktober menda-tang.

Soal penjurian, rencananya akan meli-batkan berbagai komponen, mulai dari ABG,hingga berbagai komunitas telematika

Ketika "ABG" BertemuKetika "ABG" BertemuKetika "ABG" BertemuSDM Indonesia

direkomendasikan beradapada nomor enam soal tenaga IT

yang paling dicari di dunia.“Potensinya besar tapi belum

termanfaatkan. Terlebih jika melihatIndonesia menduduki posisi 49 soal businessenvironment (lingkungan bisnis-red). Artinya,banyak hasil karya anak bangsa yang justru

sudah diakui internasional, belum banyakdilirik dunia industri dalam negeri,” kata

Ketua Asosiasi Peranti LunakTelematika Indonesia (ASPILUKI),

Djarot Subiantoro.

Indonesia. Dalam penilaian pemenang,Inaicta 2007 akan menggunakan standarpenilaian setingkat Asia Pacific ICT Award(APICTA). “Standar internasional itu juga kitayang buat. Referensi penilaian Indonesia jadirujukan kompetisi internasional. Ya, katakan-lah juri lokal dengan kualitas internasional,”kata Cahyana menambahkan.

Tak hanya sampai di situ, sebagai tindaklanjut, Depkominfo akan mempertemukanpara peserta dan pemenang Inaicta 2007,dengan modal ventura dan investor dari da-lam serta luar negeri pada “Festival Seminar& Expo INAICTA 2007, 24-26 Oktober.

Info selanjutnya dapat diakses diwww.ina-ictawards.web.id.

([email protected])

Page 4: komunika 12 2007

4 Edisi 12/Tahun III/Juni 2007

www.bipnewsroom.info/komunikaemail: [email protected]

Lely tersenyum sembari melambaikantangan pada sosok ibu berperutbuncit yang menggandeng tiga

balita. Seusai keempat sosok itu menghilang,bidan yang bertugas di Desa Ntori, Kec Wa-wo, Kab Bima NTB, menghela napas dalam.“Ibu itu pasien saya yang akan melahirkananak keenamnya,” ujarnya. Padahal, dirinyatelah mengingatkan si Ibu untuk tidak hamillagi. “Yah, lima anak sebelumnya berjarak ku-rang dari dua tahun, walau usianya baru 29tahun, terlalu berisiko untuk melahirkan lagi”.Yang lebih parah, pasien Lely dan hampir 80persen warga tempatnya mengabdi beradapada kondisi ekonomi yang cukup mempri-hatinkan. “Alih-alih memberikan rejeki, ba-nyak anak malah menambah beban keluar-ga,” tukas Lely seraya menambahkan keja-dian gizi kurang yang cukup banyak di dae-rahnya.

Potensi Ledakan PendudukPasien Lely bukanlah satu-satunya ibu

yang memiliki anak banyak. Banyak anakseolah sudah kembali menjadi tradisi masya-rakat Indonesia saat ini. Memang jumlahpenduduk Indonesia yang besar dianggapsebagai salah satu faktor penting untuk me-nunjang kemajuan bangsa, tetapi, manusiayang terlalu banyak juga menjadi bahaya danancaman. Ancaman inilah yang tengah kitahadapi sekarang, yakni menghadapi ledakanpenduduk yang luar biasa di masa datang.

Bahaya ledakan penduduk itu telah di-ingatkan oleh Ketua Umum Pengurus Nasi-onal Perkumpulan Keluarga Berencana Pri-jono Tjiptoherijanto beberapa waktu yanglalu. Menurut Prijono, pada 2025 pendudukIndonesia bisa mencapai 250 juta manusia.Kini jumlah penduduk kita 220 juta jiwa.Artinya dalam waktu dua dasawarsa lagi pen-duduk negeri ini akan bertambah 30 juta.

Selain Prijono, beberapa waktu lalu Ke-pala Badan Koordinasi Keluarga BerencanaNasional (BKKBN) Sugiri Syarif menyatakan,laju pertambahan penduduk di Indonesia sa-

ngat cepat dan terus meningkat. Ini feno-mena yang tidak boleh dianggap enteng.Bahkan, BKKBN menghitung, bila setiap ta-hun ada setengah persen saja pasangan usiasubur tidak menjalankan program pengen-dalian jumlah anak, diperkirakan pada 2015jumlah warga negeri ini akan mencapai 300juta jiwa, lebih tinggi dari perkiraan Prijono.

Yang amat serius, pertambahan pendu-duk itu terbanyak justru dari kalangan me-nengah ke bawah. Situasi ini secara paralelakan membuat peningkatan kesejahteraanrakyat kian sulit tercapai. Hal ini diakui pulaoleh KepalaBKKBN Pro-vinsi SulawesiSelatan, An-war M Diah.Anwar me-ngungkapkan,sebagian be-sar kasus giziburuk di Su-lawesi Sela-tan terjadi dikeluarga mis-kin yang me-miliki anak le-bih dari dua. “Ada keluarga miskin yang punya9 sampai 10 anak. Kalau begini, bagaimanabisa memberi gizi kepada anak?” kata Anwar.Kemiskinan pun akan kian sulit diberantas.Karena itu, mata rantai sebab akibat ini harusdiputus.

Revitalisasi KBUntuk mengatasi potensi ledakan pen-

duduk, pemerintah harus melakukan inter-vensi. Apabila tidak ada intervensi pemerintahdengan meningkatkan program keluarga be-rencana (KB), ledakan penduduk niscaya ti-dak bisa dikendalikan lagi. Mantan KepalaBKKBN) Haryono Suyono, mengatakan pe-merintah harus merevitalisasi program ke-luarga berencana (KB) yang telah tergilas isudesentralisasi dan otonomi yang berkem-

bang akhir-akhir ini.Menurut pria yang pernah membawa BK-

KBN ke masa jaya ini, ada tiga masalah yangperlu direvitalisasi. Pertama, pemerintah ha-rus mengembangkan sumber daya manusiadi tiap kabupaten/kota untuk menggerakanprogram KB. Kedua, BKKBN harus dekat de-ngan semua stakeholder untuk menunjangprogram KB, dan ketiga setiap kebijakan ten-tang keluarga berencana harus terbukau n t u k publik dan aplikatif. “Pro-gram ini harus jadi keroyokan

semua pihak,” kata Har-yono.

Berdasarkan faktadi lapangan, menu-rut Rachmat Sen-tika, mantan De-puti Perlin-dungan AnakKPP, program

yang dicanangkanpemerintah ini masih

belum diimplementasikan se-cara optimal. Bahkan sebagian

besar kabupaten dan kota belummelakukan program revitalisasi pos-

yandu. Penyebabnya, pemerintah daerahkabupaten dan kota tidak memiliki infra-struktur dan sistem manajemen. Rachmatsependapat dengan Haryono Suyono karenaHaryono menekankan perlunya perbaikankomitmen program KB yang semakin me-ngendur. Lebih jauh, Haryono mengatakanprogram revitalisasi posyandu harus didukungpersiapan infrastruktur dan sistem manajerial,seperti ketersediaan kartu menuju sehat(KMS) yang diperlukan untuk menjalankanposyandu dan menimbang balita.

Bagi pemerintah, khususnya BKKBN, me-ngatasi ledakan penduduk bukanlah soalbaru. Pemerintah pernah berhasil mengen-dalikan pertumbuhan penduduk dengan hasilsangat memuaskan. Bahkan, program ini dimasa Orde Baru terbukti berhasil untuk me-

Awas Baby Booming Jilid2

foto : bank image

foto : bank image

"Pada tahun 2025 penduduk Indonesia bisa mencapai 250 juta manusia. Kini jumlah penduduk kita 220 juta jiwa",ucap Ketua Umum Pengurus Nasional Perkumpulan Keluarga Berencana Prijono Tjiptoherijanto. Artinya dalam jangka

waktu dua dasawarsa lagi penduduk negeri ini akan bertambah 30 juta.

nekan laju penduduk yang begitu cepat, danterkenal dengan moto keluarga kecil, kelu-arga bahagia yang waktu itu telah menjadikesadaran baru bangsa ini.

Membuka Akses Menuju SejahteraPresiden Susilo Bambang Yudhoyono te-

lah meminta agar target penurunan laju per-tumbuhan penduduk sebesar 1,14 persenpada 2009 dapat dicapai dengan pening-katan jumlah peserta keluarga berencana.“Laju pertumbuhan penduduk saat ini masih1,34 persen per tahun dan Presiden me-minta kita mencapai target sesuai rencanapembangunan jangka menengah 1,14 per-sen pada 2009,” kata Kepala Badan KoordinasiKeluarga Berencana Nasional (BKKBN) SugiriSyarif usai bertemu Presiden di KantorPresiden di Jakarta, Kamis (21/6) lalu.

Menurut Sugiri, Presiden mengharapkantarget tersebut dapat dicapai dengan me-ningkatkan jumlah akseptor KB yang bela-kangan ini mengalami penurunan, “PerintahPresiden adalah agar pelayanan terhadapmasyarakat untuk program KB ditingkatkan,”katanya. Dan, program revitalisasi KB akandilakukan dengan peningkatan sosialisasisecara massal dan melakukan penjelasankepada kelompok masyarakat serta menye-diakan akses KB terdekat dengan menge-luarkan klinik berjalan (mobile clinic).

Upaya BKKBN untuk mengendalikan lajupertumbuhan populasi ini harus didukung.Kalau tidak, negeri ini akan menghadapi babybooming yang tidak perlu dan tidak tepatsaatnya. Seluruh masyarakat juga haruspunya kesadaran bahwa kemampuan ma-nusia bereproduksi tidak terbatas; tetapikapasitas bumi dan seisinya untuk menghidupimanusia baru semakin menurun. Karena itu,mengendalikan reproduksi menjadi sebuahkeniscayaan, untuk menjaga kelangsunganeksistensi dan peradaban manusia.**

berbagai sumber/[email protected]

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)biasanya disikapi dengan cemberut.Tapi ke depan, PHK akan dihadapi

dengan senyum. Ini lantaran pemerintah be-rencana mengeluarkan Peraturan Pemerintahtentang Program Jaminan PemutusanHubungan Kerja (PP PHK).

Dalam PP yang saat ini masih terus digodokoleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi(Depnakertrans) tersebut nantinya akan diaturmengenai pemberian uang pesangon yangbesarnya Rp32,2 kali upah bulanan. Ketentuanini tidak berlaku bagi seluruh pekerja, namunhanya akan berlaku bagi para pekerja denganbatas maksimum upah lima kali besarnyaPendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) atau untuksaat ini setara dengan upah sebesar Rp5,5 jutaper bulan. Sedangkan bagi mereka yang mem-peroleh upah di atas Rp5,5 juta per bulan,besarnya pesangon akibat PHK akan diatur se-cara bipartit.

Direktur Pengupahan dan Jaminan SosialKerja (PJSK) Depnakertrans RI, S Lumban Gaolmengungkapkan selama ini tidak ada aturanpembatasan upah maksimum yang dipakai untukmemperhitungkan besaran pesangon yang ha-rus diberikan jika terjadi PHK. “ Hal ini dikha-watirkan akan menimbulkan rasa ketidakadilanantara pekerja yang berpenghasilan besar de-ngan pekerja yang berpenghasilan kecil. Se-hingga dalam RPP ini nantinya akan diatur batasmaksimum upah yang menerima pesangonadalah 5 kali PTKP yang saat ini besarnya Rp1,1juta,” katanya

Dasar yang digunakan untuk melakukanpembayaran ini adalah Undang-Undang No.

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal156. Dalam pasal ini dijelaskan jika terjadi PHK,maka paling tidak ada tiga kewajiban yang harusdilakukan oleh pengusaha yakni membayar UangPesangon (UP), Uang Penghargaan Masa Kerja(UPMK), Uang Penggantian Hak (UPH). Denganperhitungan maksimal UP + UPMK + UPH denganmasa kerja 24 tahun atau lebih = 32,2 bulan upah.

Selain mengatur besarnya upah maksimumuntuk uang pesangon, ada dua substansi lain yangjuga diatur dalam PP ini yaitu mengenai pemberianpesangon bagi pekerja/buruh dengan upah di atasbatas maksimum, serta kemungkinan adanyapembicaraan secara bipartit dalam pemberianpesangon bagi upah di atas batas maksimumtersebut. “Bagi pekerja/buruh yang mempunyaiupah di atas Rp. 5,5 juta tetap mendapat pe-sangon. Dasar perhitungan pesangon bagipekerja/buruh yang mempunyai upah di atas Rp.5,5 juta tersebut dapat disepakati secara bipartit,“ ungkapnya.

Dalam RPP tentang Program PHK ini jugamemuat adanya kepesertaan yang bersifat wajib.Selain itu, untuk mendukung program ini akanditunjuk lembaga penyelenggara program. Lem-baga ini bisa PT. Jamsostek lembaga penjamindana pensiun dan perusahaan asuransi jiwa jikamanfaatnya dirasa lebih baik. Sedangkan metodeyang akan dilakukan, Lumbangaol menjelaskanprogram Jaminan PHK dilakukan dengan metodedana cadangan PHK dan asuransi PHK.

Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga KerjaDalam Negeri, Mira Maria Hanartani mengatakanRPP ini merupakan salah satu upaya dari peme-rintah untuk memberikan perlindungan yangmaksimum kepada buruh dan sekaligus men-

ciptakan hubungan industrial yang harmonisantara pengusaha dan pekerja. Sampai saat inimasalah PHK masih merupakan salah satu masalahbesar yang dihadapi dalam hubungan industrialantara pengusaha dan pekerja.

Kasus PHK sampai dengan Nopember 2006,yang belum terselesaikan adalah 135 kasus, yangmelibatkan tenaga kerja 67.364 orang. Tidakterselesaikannya kasus PHK disebabkan antaralain karena pengusaha tidak mampu membayar,perusahaan pailit, atau pengusaha lari ke luarnegeri. ”Dalam peraturan perundangan walaupunsecara tegas telah diatur hak-hak pekerja, namunbelum menjamin kepastian pekerja menerima hak-haknya pada saat terjadi PHK,”ungkapnya.

Mira yang juga Ketua Tim RPP tentang Pro-gram PHK, mengakui peraturan perundanganyang ada selama ini sangat lemah karena tidakmengatur secara tegas sanksi yang harus diha-dapi oleh pengusaha jika terjadi PHK dan peru-sahaan tidak dapat memberikan pesangon. Olehkarena itu diperlukan suatu peraturan yang dapatmemberikan keadilan bagi sebagian besar pekerjadengan memberikan jaminan pesangon bagipekerja jika terjadi PHK. ”Pengembangan programjaminan PHK dibuat untuk memberikan per-lindungan dan kepastian bagi buruh jika terjadiPHK,” ujarnya.

Manfaat Untuk SemuaLumban Gaol menjelaskan dengan program

jaminan PHK ini, kedua belah pihak, baikpengusaha dan buruh sama-sama mendapatkankepastian dan manfaat. Bagi pengusaha, denganadanya program jaminan PHK maka Kewajibanbayar pesangon sebagian besar beralih kepadapenyelenggara program, selain itu, premi asuransidan dana cadangan dijadikan struktur biayatenaga kerja sehingga mengurangi pajak. Man-faat lain yang bisa diperoleh adalah pembayarandana cadangan lebih fleksibel. Dengan adanyaceiling wages juga akan mengurangi bebanpengusaha. Serta adanya jaminan pembebasanpajak hasil investasi diberlakukan sama dengan

investasi dana pensiun dan JHT-Jamsostek.Sedangkan bagi buruh, setidaknya ada tiga

manfaat yng dapat mereka nikmati, pertamadengan pembayaran premi asuransi dan pe-mupukan dana cadangan PHK, maka tingkatkepastian memperoleh pembayaran jaminanPHK menjadi lebih baik. Kedua, jumlah jaminanPHK tidak berubah/berkurang terutamamelindungi 99,13% pekerja/buruh yang saatini memiliki upah dibawah Rp. 5,5 juta sebulan.Ketiga, program ini diharapkan dapat mengem-bangkan hubungan industrial yang lebih baikantara buruh dan pengusaha yang pada gilir-annya dapat menciptakan situasi yang kondusifuntuk membuka lapangan kerja baru sehinggamemungkinkan memperbaiki syarat kerja.

Jadi, kalaupun terpaksa ada PHK, pekerjamasih bisa pamer gigi alias tersenyum...**

[email protected]

Menghadapi PHKdengan Senyum

KESRA

PEREKONOMIAN

Page 5: komunika 12 2007

Edisi 12/Tahun III/Juni 2007

www.bipnewsroom.info/komunikae-mail: [email protected]

5

Jarum jam telah menunjukkan pukul9.30 pagi ketika KomunikA me-ninggalkan Takengon, Ibukota Kabu-

paten Aceh Tengah untuk melanjutkanperjalanan ke Blang Kejeren. Dengan meng-gunakan minibus perjalanan panjang menujuBlang Kejeren pun dimulai.

Sepanjang jalan meninggalkan Kota Ta-kengon, mata disuguhi pemandangan sa-wah dengan butiran padi yang mulai mengu-ning. Setelah itu minibus mulai menyusurilereng perbukitan dengan jurang mengangadi kanan dan kiri jalan. Inilah saat yang palingmendebarkan. Betapa tidak, jurang sepan-jang perjalanan jurang kedalaman lebih dari100 meter seperti siap menelan setiapkendaraan yang lengah ketika me-lintas.Kondisi jalan yang sempit dan berke-lok-kelokdengan aspal yang mengelupas di sana-sini,ditambah banyaknya bekas longsor yangmembuat tidak ada lagi batas antara jalandengan jurang, sempat membuat khawatir.Untunglah Harun, sopir yang membawaKomunikA cukup cakap dan sangatmengenal medan yang dilalui.

Setelah menempuh perjalanan lebih darienam jam, akhirnya tiba juga di Kota BlangKejeren. Matahari hampir tenggelam di ufukbarat ketika KomunikA menginjakkan kakidi ibukota Kabupaten Gayo Lues ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam ini. Perjalananyang cukup menguras energi dan mende-barkan dada akhirnya sampai juga ke tujuan.

Butuh Dana BesarKapolres Gayo Lues, AKBP Gatot Sukmo

Widodo mengungkapkan pihak kepolisianbukannya menutup mata melihat penanam-an dan peredaran ganja di Gayo Lues. Halini dibuktikan dengan pemusnahan 1,3 tonganja hasil penangkapan yang dilakukan olehPolres Gayo Lues di sekitar Kota Blang Ke-jeren. “Ini baru hasil penangkapan di sekitarKota Blang Kejeren, jika ditambah denganhasil operasi yang kami lakukan langsung keladangnya, jumlahnya lebih besar lagi,”ujarnya.

Awal Juni 2007 anggota Polres Gayo Lu-es yang dipimpin langsung oleh Kapolresberhasil menemukan ladang ganja seluas 7hektar yang terletak di kawasan Pegunung-an Aie Kering Desa pasir Putih KecamatanTripe Jaya. “Anda bisa bayangkan jika petanimenanam ganja dengan jarak tanam 1 me-ter, maka dalam satu hektar paling sedikitterdapat 4000 batang pohon ganja,”katanya.

Gatot mengungkapkan masalah pena-nganan ganja bukanlah suatu hal yang mu-dah untuk dilakukan. Selain besarnya biayayang harus dikeluarkan untuk melakukan se-kali operasi ganja pencarian dan pemusnahanladang ganja menjadi salah satu faktor peng-hambat. Sementara dana operasional yangdimilki oleh Polres untuk menangani masalahini relatif terbatas. Sebagai gambaran, lanjut-nya, tahun lalu Badan Narkotika Nasionalpernah mengadakan operasi pembersihanlading ganja dan biaya yang dibutuhkan lebihdari Rp1 milyar. “Operasi ini memang mem-butuhkan dana yang tidak sedikit,” ung-kapnya.

Menurut Gatot sebagian dana tersebutdibutuhkan untuk mencari informasi tentangkeberdaaan dan letak ladang ganja. “Lokasiladang ganja biasanya berada jauh di atasgunung karena itu kita butuh informasi yangtepat,” katanya.

"Himpitan Ekonomi Memaksa Kami"“Saya di minta oleh seseorang dari Banda Aceh untuk membeli 10 kilogram ganja

di Piding, lalu setelah itu diminta untuk menyerahkan pada seseorang di kota BlangKejeren yang siap mengambilnya,” pengakuan lirih itu muncul dari mulut Mariana,seorang wanita berumur 50 tahun yang menjadi narapidana kasus ganja di LembagaPermasyarakatn Gayo Lues.

Sambil menatap sedih dia menceritakan bahwa resiko sebagai kurir ganja terpaksadia ambil karena desakan ekonomi yang menghimpit keluarganya. Sejak kematiansuaminya, dia seorang diri yang harus menghidupi kelima buah hatinya. Iming-iminguang Rp500 ribu rupiah yang dijanjikan sebagai jasanya sebagai kurir membuatnyagelap mata dan melupakan semua resiko yang ada. “Rp500 itu sangat besar sekali,apalagi bagi saya yang hanya bekerja sebagai tukang pijat keliling,” akunya.

Sebelumnya dia juga pernah mencoba untuk berladang, namun konflik yang sempatmengoyak bumi serambi mekah membuatnya tidak bisa menjadi petani. Rasa ketakutanmembuatnya tidak bisa bekerja di ladang. Kini sudah hampir dua tahun dia menghabiskanwaktunya di penjara, masih ada sisa tujuh tahun lagi yang harus dia jalani.

Pengakuan yang sama juga terlontar dari mulut Zaman. Lelaki berumur 42 tahunini terpaksa menghabiskan empat tahun hidupnya di penjara. Lagi-lagi alasan ekonomiyang membuatnya terjebak dalam bisnis ganja. ”Saya diminta seorang cukong untukmengawasi bongkar muat ganja miliknya di Blang Kejeren, dengan janji imbalan sebesarRp 1 juta rupiah,” ujarnya. Namun malang tak dapat ditolak, belum sempat dia menikmatiungnya, polisi keburu menjemputnya.

Bagi Zaman, Rp1 juta tersebut sangat besar artinya. Dalam benaknya sudahtergambar akan uang tersebut dapat digunakan untuk membeli kebutuhan anak-anaknya. “Bagi orang kampung, Rp 1 juta merupakan nilai yang sangat besar,” ujarnya.

Zaman dan Mariana kini sama-sama menyesali perbuatannya, mereka sangatmerindukan dapat segera bebas dan hidup normal lagi. Dari balik jeruji penjara merekaberharap pemerintah dapat lebih memperhatikan nasib sebagian besar penduduk GayoLues yang berprofesi sebagai petani.

Kepala Lapas Gayo Lues, Ngadi, SH mengungkapkan sebagian besar penghunilapas merupakan tahanan kasus ganja. “Lebih dari 90 persen penghuni lapas merupakannarapidana yang terlibat kasus ganja, umumnya mereka terlibat sebagai kurir,29 orangdiantaranya wanita” ujarnya. Kebutuhan ekonomi yang memaksa mereka untuk menjadikurir.** [email protected]

Petugas mengamati bibit ganja yang ditanam warga. Foto: bnn

Jalan Panjang Memerangi Ganja

Oleh karena itu dia berusaha menjalinhubungan baik dengan masyarakat yangmau menjadi informan bagi polisi untuk me-nemukan ladang ganja tersebut. Bahkanpada awal bual Juli 2007 pihak Polres GayoLues telah menetapkan target operasi pe-musnahan ladang ganja seluas 10 hektar.“Lokasinya sudah kita ketahui tinggal me-nunggu waktu untuk anggota bergerak,”tegasnya.

Diakui Gatot selain laporan tentang la-dang ganja seluas 10 hektar tersebut dirinyajuga telah menerima informasi tentangkeberadaan ladang ganja lainnya seluas 15hektar. Namun kendala dana operasional lagi-lagi membuat jajarannya harus menundaoperasi.”Saya bilang tunggu dulu, padahaltunggu dulu itu tidak bisa karena begitu di-temukan harus secepat mungkin harus di-tangani,” katanya dengan nada gusar.

Sulitnya Menjangkau LokasiSelain membutuhkan dana yang sangat

besar, medan yang sulit juga menjadi suatutantangan tersendiri bagi Kepolisian untukmenindak dan memusnahkan ladang ganja.Yudi, wartawan lokal yang selama ini aktifturut serta dalam setiap operasi pemus-nahan ladang ganja menuturkan, medanyang dilalui untuk menuju ladang ganjaumumnya memang sangat berat. “Lokasiladang biasanya berada di atas gunung, danuntuk ke sana kita harus berjalan di antaratebing-tebing curam dengan jurang yangtidak kelihatan lagi dasarnya, kalau kitaterpeleset, nyawa taruhannya,” katanya.

Tak jarang anggota tim harus meng-gantungkan “nyawa” mereka pada rumputyang mereka pegang saat harus mendakigunung dan melewati jurang-jurang yangdalam tersebut.

Perjalanan menuju ladang ganja jugabutuh waktu dan tenaga yang luar biasa.Ladang-ladang ganja tersebut tidak mungkinterlihat dari udara karena tertutup lebatnyahutan. Umumnya ladang-ladang ganja terse-but dekat dengan sumber air. “Terkadanguntuk mencapai satu ladang ganja butuhwaktu dua hari dua malam menyusuri gu-nung, bahkan ada yang memerlukan waktuempat hari empat malam,” ujarnya.

Gatot yang selama ini ikut turun lang-sung ke lapangan mengungkapkan dibu-tuhkan dedikasi yang yang tinggi untuk me-lakukan tugas tersebut. Karenanya dia sa-ngat mengapresiasi dedikasi anggotanyayang turut serta dalam operasi pemusnahanladang ganja. Dalam setiap operasi peralatanyang digunakan juga sangat minim, tidakjarang untuk mengusir rasa dingin ketika diatas gunung, anggotanya hanya berbalutplastik ketika beristirahat. “Bagi masyarakatlokal mungkin untuk mencapai lokasi terse-but hanya butuh waktu lima jam, tetapi bagikami (Polisi) medan yang sulit membuat kamibutuh waktu sampai 1 hari,” ujarnya.

Pencarian ladang ganja tidak bisa dilaku-kan secara serampangan dengan dugaan-dugaan lokasi tertentu. Bahkan terkadanglokasi yang telah ditunjuk oleh informan jugamasih bisa meleset. “Orang yang me-nunjukkan jalan sendiri terkadang bingung,pak kemarin ladangnya di sini, tapi ketika dilihat anggota, ternyata yang ada hanya ta-naman sere,” ujarnya. Percaya atau tidakterkadang mistik juga masih banyak digu-nakan oleh masyarakat untuk melindungitanaman ganjanya.

Oleh karena itu Gatot sangat mengha-rapkan adanya bantuan untuk mendukungoperasional bagi anggotanya ketika harusmelakukan operasi pemusnahan ladangganja. “Kami sangat membutuhkan alat-alatyang biasa digunakan untuk bertahan hidupdi hutan seperti jaket, sarung tangan, danalat masak, sehingga diharapkan hasil yangdicapai juga akan lebih maksimal.

Utamanya Masalah PerutMenurut Yudi dan Gatot, alasan ekonomi

masih menjadi faktor utama yang mendo-rong masyarakat untuk menekuni bisnisganja ini (Baca: Himpitan Ekonomi Me-maksa Kami). Berdasarkan analisisnya dilapangan, Gatot melihat masyarakatmenanam ganja sebagai sebuah tindakanuntung-untungan, sembari menanam ta-naman lain. “Ya kalau mereka butuh uanguntuk hidup sementara tanaman utama me-reka belum laku maka ganjalah yang menjaditumpuan,” ujarnya.

Masyarakat penanam ganja juga bukantermasuk masyarakat yang mampu tambahYudi. Akses jalan, lanjutnya, juga sangat ber-peran besar, masyarakat umumnya engganbertani karena ketika hasil pertanian merekapanen sulit untuk dipasarkan. “Ketika me-reka panen tomat, maka begitu sampai diBlang Kejeren sebagian besar sudah rusaksewaktu di jalan,” katanya.

Menurut Yudi salah satu hal yang sangatpenting untuk segera dilakukan adalahsegera memperbaiki akses jalan yang ada.Daerah Gayo Lues sendiri saat ini bisadikatakan masih terisolasi. Satu-satunya jalanbagi masyarakat untuk memasarkan hasilpanennya ke Sumatera Utara sebagai satu-satunya pasar yang ada sangat jauh. Olehkarena itu masyarakat sangat mengharapkanjalan Ladia Galaska yang menghubungkanGayo Lues dengan daerah tetangganyaAceh Timur dapat segera terwujud sehing-

ga memudahkan masyarakat dalam mema-sarkan hasil panennya.

Menagih JanjiMenurut Yudi, pihak BNN dan pemerin-

tah tahun lalu pernah menjanjikan masya-rakat program alternatif development yaitumengganti tanaman ganja mereka dengantanaman budidaya yang lain, tapi janji ter-sebut sampai saat ini masih belum terwujud.“Kini masyarakat sedang menunggu realisasijanji tersebut, karena mereka sendiri jugasadar bahwa tanaman yang mereka tanamselama ini dilarang,” katanya.

Hal ini dibenarkan oleh Andi (nama sa-maran) seorang petani ganja warga keca-matan Pining yang sempat ditemui Komu-nikA. Menurutnya masyarakat bukan tidaktahu resiko yang mereka hadapi, namunkebutuhan hidup membuat mereka terpaksamelupakan resiko yang ada. “Di Pining sa-ngat jarang ditemui sawah, untuk menanamcabai atau tomat masyarakat harus berpikirdua kali karena hasil panennya susahdipasarkan,” ujarnya.

Keadaan inilah yang membuat masya-rakat terkadang tidak punya pilihan lain. Wa-laupun sebenarnya mereka juga tidak me-nginginkan hal tersebut.” Tapi harus bagai-mana, bang, keadaanlah yang membuatmasyarakat mengambil risiko. Menanamganja, memang besar resikonya, tetapi lebihbesar lagi resiko tidak makan di rumah,”ujarnya lirih.

Menurut Andi, masyarakat sangat antu-sias dengan program tersebut. Bahkan saatini masyarakat sudah melakukan pemutihan(pemusnahan) ladang ganja mereka untuksiap diganti dengan tanaman budidaya yanglain. “Kami pernah dijanjikan akan diberi bibittanaman, pupuk, dan alat-alat pertanian,namun sampai saat ini hal itu belumtewujud,” ujarnya pasrah.**

[email protected]

POLHUKAM

Page 6: komunika 12 2007

Mata Santi (bukan nama sebenarnya)masih sembab. Ibu berputra tiga ini tak

kuasa menahan lelehan air matamenghadapi kenyataan yang sangatmemukul perasaan: putra sulungnyaterlibat narkoba. Malangnya, ia baru

mengetahui hal itu setelah putrakesayangannya terjerumus sangat dalam,

bahkan sudah dalam taraf kecanduan."Saya sengaja membawa anak saya

kemari, saya harap bisa sembuh," ujar ibuasal Tangerang ini saat ditemui

KomunikA di Rumah SakitKetergantungan Obat (RSKO) Fatmawati,

Cilandak, Jakarta Selatan.

Ia bercerita, narkoba telah merenggutsegala yang dimiliki putranya. "Seko-lahnya, ibadahnya, hubungan perte-manannya, semua berantakan. Uang

dan barang-barang di rumah juga habis untukmembeli putaw. Masa depan anak saya dan kelu-arga hancur karena narkoba," imbuhnya beruraiair mata.

Santi tidak sendirian. Di Indonesia ini, ribuankeluarga menghadapi problem yang sama, dima-na anggota keluarga mereka terlibat penyalah-gunaan narkoba.

Menurut Ketua Pelaksana Harian (Kalakhar)Badan Narkotika Nasional (BNN) Drs Made Mang-ku Pastika, 1½ persen dari jumlah penduduk In-donesia atau sekitar 3,2 juta orang sudah menjadipecandu narkoba. (Wawancara, hal 8).

MengkhawatirkanWakil Presiden (Wapres) Muhammad Jusuf

Kalla menyatakan, Indonesia sudah berada padatingkat yang mengkhawatirkan dalam hal peng-gunaan narkoba. Agar tidak semakin parah, perluupaya penegakan hukum lebih tegas, selain pe-nyelesaian akar persoalannya baik ekonomi, sosial,kebiasaan, gaya hidup, maupun pergaulan.

Wapres Jusuf Kalla mengungkapkan hal itudalam sambutannya pada peringatan hari AntiNarkoba Internasional (HANI) sekaligus meres-

mikan Unit terapi dan Rehabilitasi Badan Nar-kotika Nasional (BNN) di Lido, Bogor, Selasa(26/6).

Data yang dihimpun dari direktorat IV Nar-koba dan KT Bareskrim Polri menyebutkanbahwa dalam kurun waktu Januari-Maret2007, telah diselesaikan 4.347 kasus narkobatelah disita barang bukti antara lain narkobajenis ganja dan sejenisnya sebanyak 155.935ton yang ditemukan di areal lahan seluas 610hektare. Sementara kasus yang belum tersele-saikan jumlahnya juga mencapai ribuan. Halitu menunjukkan bahwa penyalahgunaan nar-koba di Indonesia sudah menjadi masalah be-sar yang harus segera ditanggulangi.

Penegakan HukumPersoalan narkoba yang saat ini terjadi di

dunia diyakini dapat dicegah perkembangan-nya, dan bisa diatasi serta dikontrol. Untukitu upaya memerangi peredarannya harus te-rus dilakukan, termasuk penegakan hukum se-cara terus-menerus dan intensif.

Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal Per-serikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki-Moon,dalam sambutannya menyambut HANI. Menu-rut Ban Ki-Moon, jika permintaan terhadap nar-koba bisa ditekan, maka hal itu akan membawadampak positif seperti berkurangnya suplainarkoba dan kasus-kasus kriminalitas yang dise-babkan narkoba.

“Memerangi narkoba adalah upaya kolektifsemua kalangan. Mulai dari pemimpin politik,orang tua, guru, pekerja sosial, media massa,dan penegak hukum harus memainkan pe-rannya masing-masing,” tegas Ban.

Dikatakan, misi yang dilakukan dalam pem-berantasan narkoba ini adalah agar setiaporang khususnya kaum muda dapatmengontrol di-rinya sendiri, bukan sebaliknyadikontrol oleh narkoba.

Anak SD pun KenaMayoritas pengguna narkoba saat ini

berasal dari kalangan usia produktif seperti

6

pelajar SMP bahkan SD. Padahal dulu, hanyaterbatas dari kalangan SMA dan perguruantinggi.

Demikian dikatakan Kepala Pusat DukunganPencegahan Pelaksana Harian BNN, Brigjen PolDrs Muji Waluyo SH MM. “Bahkan sekarang dariusia SD pun ada,” ujarnya.

Harian Kompas memberitakan, ReserseNarkotik Polres Metro Jakarta Utara beberapawaktu lalu menangkap 20 pelajar sekolah dasarpengguna narkoba. Bahkan menurut KepalaSatuan Reserse Narkotik Kepolisian Resor MetroJakarta Utara Komisaris Bustari, dalam kurunwaktu Januari hingga pertengahan Mei tahunini pihaknya manangkap 30 orang pelajar SDyang terlibat penyalahgunaan narkoba.

Bustari mengingatkan, adanya kasus ter-sebut merupakan sinyal yang sangat kuat agarsemua pihak waspada. Apalagi sekolah dasarmerupakan tempat pembentukan watak anak-anak yang akan menjadi penerus bangsa. Ba-gaimana jadinya jika anak-anak itu terlibat pe-nyalahgunaan narkoba, bukan tidak mungkinnegara ini segera akan mengalami lossgeneration.

Tentang daerah rawan narkoba, lebih lanjutMuji mengatakan, terbanyak adalah DKI Jakar-ta. Pasalnya daerah peredaran gelap narkobabanyak beroperasi di Jakarta. “Peta daerah ke-rawanan peredaran gelap narkoba yang perta-ma ada di DKI Jakarta. Yang kedua ada di JawaTimur dan ketiga ada di Sumatera Utara,”ungkapnya.

Ia menambahkan, penyebaran narkoba sa-ngat cepat seperti layaknya virus. Pasalnya ban-dar narkoba saat ini sangat lihai dalam menyam-paikan informasi barang haram tersebut kepadamasyarakat luas. Sehingga tak heran jika sasar-an penyebarannya tidak melihat usia peng-guna dan korbannya bisa sangat banyak.

Ketua Umum DPP Gerakan Nasional AntiNarkoba (Granat) H KRH Henry Yosodiningratpernah mengatakan, di tahun 2006 saja se-dikitnya lima orang meninggal dunia setiap haridi Indonesia akibat kecanduan narkoba. Tinggi-nya populasi penduduk yang kecanduan me-nyebabkan setiap hari penderita baru bertam-bah delapan orang. “Situasi ini sudah sangatmengkhawatirkan,” kata Henry dalam acarapelantikan pengurus DPD Granat Sulteng be-berapa waktu lalu.

Henry menjelaskan, peredaran narkoba diIndonesia menyerap dana masyarakat hinggaRp800 miliar per hari atau mencapai Rp292triliun setiap tahun. Karena itu, katanya, pe-negakan hukum terhadap kejahatan yangjaringannya berskala internasional ini mestinyamenjadi prioritas utama dibanding korupsi danterorisme. “Narkoba telah mengakibatkanribuan penduduk Indonesia mati sia-sia dan

ratusan triliun uang masyarakat terserap tan-pa hasil,” tuturnya.

Berawal dari Obat TidurPenelitian yang dilakukan Asian Harm

Reduction Network (AHRN) terhadap remajapengguna narkoba di Jakarta, Bogor, Tange-rang, Bekasi, dan Depok menemukan merekamengkonsumsi narkoba pada umur 9 tahun.“Kebanyakan memulai dengan mengkonsumsiobat tidur seperti diazepam/valium. Sisanyamemulai dengan konsumsi ganja,” kata KepalaProyek Penelitian AHRN, Ratna Pasaribu,dalam presentasi penelitiannya kepada KomisiNasional Penanggulangan AIDS di Jakarta,beberapa waktu lalu.

AHRN menemukan terjadi peningkatanpenggunaan narkoba di usia yang semakindini. Dari lebih 500 responden remaja peng-guna narkoba, termasuk pelajar dan maha-siswa yang diwawancarai, separuhnya atau50 persen mengaku menggunakan narkobasejak umur 9-15 tahun.

Menurut Ratna, hasil wawancara menda-lam dengan para remaja pengguna mene-mukan bahwa peningkatan penggunaannarkoba di kalangan usia dini remaja adalahkarena kemudahan untuk mendapatkannarkoba, rasa keingintahuan yang besar, danpengaruh dari teman sebaya.

Para pengguna memperoleh akses padapengetahuan dan pengalaman karena adanyapengaruh dari peer group atau teman sebaya.“Prevalensi penggunaan juga ditambah de-ngan keingintahuan yang sangat besar,” ujar-nya.

Narkoba Suntik dan HIVPenyalahgunaan narkotika tidak hanya

mengakibatkan kecanduan, bahkan bagipengguna narkoba suntik (penasun) sangatberisiko terpapar penyakit berbahaya, salahsatunya HIV-AIDS. Sekitar 53 persen kasuspenularan HIV di Indonesia terjadi akibatpenggunaan narkotika dengan memakaijarum suntik bergantian.

Temuan Komisi Penanggulangan AIDS Na-sional menunjukkan, sekitar 70 persen kasuspenularan HIV di wilayah Jakarta dansekitarnya adalah akibat pemakaian narkobasuntik. Di Jakarta, satu dari dua orangpenasun di wilayah DKI Jakarta ternyatapositif mengidap HIV.

Hal itu diungkapkan Ruddy Gobel, koor-dinator komunikasi dan advokasi di KomisiPenanggulangan AIDS Nasional, ketika berbi-cara di hadapan ratusan pelajar sekolah mene-ngah umum di Kota Bekasi, beberapa waktulalu.

Ruddy menjelaskan, penggunaan

Pengawasan Melekat (Waskat) antinarkotika dan obat-obat terlarang(narkoba) bagi setiap keluarga melalui

family watch merupakan benteng yang palingampuh untuk mencegah pengaruh narkobasehingga komunikasi antara anak dan orang tuaharus berjalan dengan baik

Hal ini dikatakan oleh Ibu Negara, Ny Ani Su-silo Bambang Yudhoyono pada acara Penyuluhan

Akbar Sadar Narkoba di TamanRekreasi Wiladatika, Cibubur,Jakarta Timur, Sabtu (23/6) lalu.

Dalam sambutannya Ibu Nega-ra mengingatkan kembali bahwakeluarga merupakan benteng am-puh untuk mencegah pengaruhnarkoba, sehingga setiap anggota keluargahendaknya harus saling mengawasi anggota

keluarga yg lain agar tidak terjebak untukmenggunakan narkoba.

“Mari kita melakukan waskat (pengawasanmelekat) dengan family watch, dimana sesamakeluarga saling mengawasi, anak mengawasiorang tua dan orang tua mengawasi anak untukdapat saling mengingatkan bahaya narkoba,”katanya.

Selain itu masyarakat juga dihimbau untukikut mengawasi lingkungan tempat tinggal ser-ta jangan ragu atau takut untuk melaporkanke pihak yang berwenang jika melihat ada peng-gunaan atau peredaran narkoba dilingkungansekitarnya.

Penyuluhan akbar sadar narkoba bagi Pra-muka Indonesia ini diikuti oleh pramuka per-wakilan dari seluruh Indonesia. Selain dihadirioleh Ibu Negara, turut hadir dalam kesempatantersebut adalah Ny Mufidah Jusuf Kalla dansejumlah menteri kabinet Indonesia bersatu.

“Gerakan Pramuka merupakan wadah yangtepat untuk membina generasi muda karena

memiliki kegiatan positif dan konstruktifyang dapat menangkal berbagai ma-salah yang dihadapi kaum muda,” ujar-nya.

Dalam acara ini pramuka Indonesiajuga membacakan ikrar “anti narkobapramuka Indonesia”, ikrar ini berisi limapoin yaitu tekat untuk melawan pere-daran narkoba, hidup sehat dan men-jaga lingkungan, menjadi pelopor untukmemberantas narkoba, menjalin kerja-sama untuk memberantas narkoba danmenciptakan Indonesia tanpa narkoba.

Acara yang diselenggarakan dalamrangka memperingati Hari Anti NarkobaInternasional (HANI) ini digelar dengankonsep penyuluhan anti narkoba. Acaradikemas dalam bentuk edutainmentyang memadukan kegiatan penyuluhandengan berbagai macam atraksi danhiburan. ***

berbagai [email protected]

Presiden Susi lo Bambang Yudhoyonomengamati barang bukti narkoba yangberhasil disita pihak Kepolisian RI.

Keluarga, tameng utama pencegah penyalahgunaan narkoba.

Page 7: komunika 12 2007

7

narkotika suntik menyingkat periode pengidapHIV menjadi stadium menderita AIDS.“Umumnya, periode dari HIV ke stadium AIDSterjadi antara tiga sampai 10 tahun. Namunkini ditemukan, periode peralihan itu dapatberlangsung singkat, antara satu sampai duatahun, dan salah satu penyebabnya adalahpenggunaan naranggulangan HIV/Aids bagipelajar.

Tekad Perangi NarkobaMaraknya penyalahgunaan narkoba mem-

buat masyarakat pasang kuda-kuda. Di Malang,Jatim contohnya, hingga Juni 2007 ini masyara-kat berhasil mendirikan 209 posko anti narkobayang mereka namakan posko Gesank. Poskoini bertugas "mengompori" warga untuk mela-wan narkoba. Pengurusnya adalah warga se-tempat. Mereka saling melapor kalau ada nar-koba masuk kampung. Warga juga saling me-nasihati ketika ada generasi muda setempattersangkut narkoba.

Apa yang melandasi komitmen untuk terusmenyebarkan kebencian terhadap narkoba?Karena sejatinya semua warga tidak ingin ge-nerasi muda hancur dan terjajah. “Hanya duapilihan, lawan atau kita akan dihancurkan per-lahan oleh narkoba,” kata Bambang, salahseorang motor posko Gesank.

Sementara di DKI, upaya pemerintah un-tuk memberantas penyalahgunaan narkoba diibu kota mendapat respon positif dari masya-rakat. Tak tanggung-tanggung, ribuan KetuaRT/RW se-Jakarta mendeklarasikan kebulatantekad melawan narkoba. Deklarasi tersebutdisampaikan di Lapangan Tenis Indoor Sena-yan, Jakarta Pusat, Minggu (24/6).

Pernyataan sikap seluruh Ketua RT/RW se-Jakarta tersebut tidak terlepas dari fakta pere-daran dan penggunaan narkoba yang telahmencapai kalangan akar rumput. Bahkanberdasarkan data BNP Jakarta, saat ini tidaksatu pun kelurahan di ibu kota terbebas dariperedaran barang haram ini!

Diri Sendiri sebagai PencegahDiri sendiri adalah pusat dari pencegahan,

penanggulangan dan pemutus mata rantai pe-nyalahgunaan narkoba. Pertama harus dipa-hami bahwa setiap orang dapat berbuat ba-nyak. Siapapun, sebagai apa pun, semua dapatberkontribusi menjadi pembawa pesan untukmencegah dan menanggulangi penyalahguna-an narkoba. Tolak dengan tegas ajakan temanyang mencoba-coba mendekati narkoba.

Kedua, sebarkan informasi mengenai pen-tingnya hidup sehat tanpa narkoba. Ini pen-ting, karena narkoba berhubungan erat de-ngan pola perilaku, termasuk di dalamnyamembangun image soal “kejantanan, gaul,macho” yang selalu menjadi alasan peng-gunaan narkoba.

Ketiga, bangun gerakan bersama. Me-ngatasi narkoba tidak bisa dilakukan sendirian.Ajak masyarakat, guru, orangtua, media massauntuk terlibat aktif. Jelaskan kenapa merekapenting untuk terlibat, serta perubahan apayang akan muncul jika terlibat. Hal ini akanmemberikan dampak yang meluas padamasyarakat.

Lima Langkah RehabilitasiLangkah penting di samping langkah pre-

ventif, adalah mengobati (baca: mereha-bilitasi) pecandu narkoba. Untuk memaksimal-

kan upaya terapi dan rehabilitasi perlu dilakukanberbagai langkah. Pertama, membentuk mo-del panti rehabilitasi terpadu. Saat ini BNNsudah mempunyai pusat rehabilitasi PamardiSiwi di Jakarta Timur yang bisa menjadi modelbagi panti-panti lain, baik milik pemerintahataupun swasta. Detoksifikasi, rehabilitasi sosialdan spritual dilakukan di satu tempat. Pasientidak perlu keluar masuk panti yang berbedahingga kondisinya pulih. (Model Lain, BacaBox: Metode Inabah untuk RehabilitasiKorban Narkoba).

Kedua, memperluas jangkauan. Jumlahpanti rehabilitasi yang terbatas tidak bisa men-jangkau sebagian besar pecandu narkoba. Pa-dahal pengguna narkoba kini tidak hanya ber-ada di kota-kota besar, namun sudah mencapaikelurahan-kelurahan di daerah. Dalam hal iniBNN bisa bekerja sama dengan DepartemenKesehatan dengan memanfaatkan puskes-mas-puskesmas yang tersebar di daerah se-bagai ujung tombak terapi, minimal tindakandetoksifikasi.

Ketiga, mendorong tumbuhnya peran ser-ta masyarakat. Panti rehabilitasi yang berkem-bang di masyarakat berdiri dengan berbagaimotif. Ada yang benar-benar muncul atas da-sar keprihatinan bahaya narkoba, namun taksedikit pula yang lahir karena pertimbanganbisnis semata. Pemerintah dalam hal ini BNNharus mendorong, memfasilitasi, sambilmenga-rahkan panti-panti yang ada agar peranaktif masyarakat terus berkembang.

Kempat, fasilitas bagi golongan yang tidakmampu. Rumah Sakit Ketergantungan Obat(RSKO) yang sudah didirikan pemerintah diantaranya di Cilandak Jakarta, Lido Bogor,Sanglah Bali, diharapkan menyediakan bangsalkhusus untuk warga kurang mampu. Peme-rintah perlu menyediakan pusat-pusat rehabi-litasi yang bisa diakses dengan biaya murah.

Kelima, perlu dibuat semacam standardisasisistem pengelolaan panti terapi dan reha-bilitasi. Misalnya standar detoksifikasi, standarterapi sosial, dan sebagainya. Pedoman ini bisadipakai oleh panti-panti narkoba dalam men-jalankan terapi dan rehabilitasi yang lebih tera-rah sehingga mencapai hasil yang maksimal.

Terapi dan rehabilitasi terpadu merupakansalah satu mata rantai penting dalam pem-berantasan penyalahgunaan narkoba. Kega-galan upaya memulihkan pecandu narkobaberimbas pada kegagalan menanggulangi pe-nyalagunaan narkoba secara keseluruhan.

Kita berharap, dengan mengerahkan sege-nap upaya pencegahan dan pengobatan yangmelibatkan seluruh stakeholder, masalah pe-nyalahgunaan narkoba di Tanah Air bisa ditang-gulangi atau paling tidak dikurangi secara sig-nifikan.

Santi bisa jadi masih menangis hingga se-karang, menyesali nasib anaknya yang masadepannya suram akibat digerogoti narkoba.Akan tetapi tangisnya pasti akan mereda, jikaia melihat komitmen untuk melawan jeratnarkoba muncul di mana-mana menjadi ge-rakan massa.

Seperti yang ia bisikkan pada KomunikA,"Cukup anak saya saja yang menjadi korban.Jangan lagi ada anak-anak Indonesia yang di-rampas masa depannya oleh narkoba. Janganada lagi..."***

berbagai sumber, [email protected]

Banyak sudah upaya yang telah dilakukan oleh para ahli medismaupun pakar rehabilitasi untuk mencari jalan keluar bagipenyembuhan pasien pecandu narkotika dan obat-obat ter-

larang (narkoba). “Namun ternyata suatu model rehabilitasi terhadapkecanduan zat terlarang tersebut belum tentu sesuai untuk sese-

orang,” ujar Nunung (24). Nunung pernah bekerja sebagai seorang staf administrasi disebuah rumah sakit yang ada pusat rehabilitasinya, sehingga hampir setiap hari ia berurusandengan hal-hal yang berkaitan dengan penanganan korban narkoba.

Pada akhirnya dia mengerti bahwa setiap manusia itu unik dan tidak bisa diperlakukansama antara satu dengan yang lainnya. Selain tergantung pada jenis obat-obatan yangdisalahgunakan, kondisi terapi juga sangat bergantung pada karakteristik dari penggunayang besangkutan. Hal ini karena latar belakang yang menyebabkan seseorang menjadipecandu juga beraneka ragam. Ditambah dengan adanya penyimpangan perilaku sosialpara pecandu, upaya rehabilitasi menjadi lebih sulit.

Nunung tidak mengetahui bahwa hal yang rumit itu ternyata bisa dilakukan di pusatrehabilitasi korban narkoba di Pondok Inabah, Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya, Jabar.

Pesantren Suryalaya didirikan oleh Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad pada 5September 1905 dan saat ini pesantren tersebut dipimpin oleh KH. Ahmad ShohibulwafaTajul Arifin, yang biasa dikenal dengan sebutan Abah Anom (putra kelima Syaikh Abdullahbin Nur Muhammad).

Metode InabahMenurut KH Anwar Mahmud, Pembina Inabah VII, Inabah adalah istilah yang berasal

dari Bahasa Arab yaitu anaba-yunibu (mengembalikan), sehingga inabah berarti pengem-balian atau pemulihan, yaitu proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allahke jalan yang mendekat ke Allah. “Konsep perawatan korban penyalahgunaan narkobaadalah mengembalikan orang dari perilaku yang selalu menentang kehendak Allah ataumaksiat kepada perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah atau taat,” katanya.

KH Anwar Mahmud menjelaskan bahwa metode inabah secara teori dan pada prak-teknya didasarkan kepada Al-Qur’an, hadits dan ijtihad para ulama. Metode ini mencakupmandi dan wudlu, sholat, dzikir dan puasa. Secara singkat ia menjelaskan bahwa mandidan wudlu akan menyucikan tubuh dan jiwa sehingga siap untuk kembali menghadapAllah. Selain itu wudlu juga mempunyai makna mendalam, yaitu antara lain mencucimuka untuk menyucikan bagian tubuh yang mengekspresikan jiwa, mencuci lenganuntuk menyucikan perbuatan, membasuh kepala untuk menyucikan otak yang me-ngendalikan seluruh aktivitas tubuh, dan membasuh kaki untuk menyucikan setiap langkahperbuatan dalam hidup. “Setelahseorang anak bina (korban pe-candu narkoba) dibina dan telahdi bersihkan atau disucikan melaluiproses mandi dan wudlu makaproses berikutnya adalah akan di-tuntun untuk melaksanakan sholatfardhu dan sunnah sesuai denganmetode inabah,” katanya.

Tahap selanjutnya adalah di-ajarkan dzikir melalui talqîn dzikiryang merupakan pembelajaran dzi-kir pada qalbu. Pembinaan me-rupakan proses berikutnya, dimanakorban pecandu narkoba tersebutakan ditempatkan pada pondokinabah guna mengikuti programinabah sepanjang 24 jam. “Kuri-kulum pembinaan seperti yang telah ditetapkan oleh Abah Anom yaitu mencakup mandidan wudlu, shalat dan dzikir, serta ibadah lainnya.”

Disamping kegiatan-kegiatan tersebut diatas berbagai kegiatan tambahan sepertipelajaran baca Al-Qur’an, berdoa, tata cara ibadah, ceramah keagamaan dan olah ragajuga diberikan di pondok inabah. Dalam prosesnya, setiap anak bina juga akan dievaluasiuntuk mengetahui sejauh mana perkembangan kesehatan jasmani dan rohaninya. “Evaluasidiberikan dalam bentuk wawancara atau penyuluhan oleh ustadz atau oleh para pembinainabah yang bersangkutan,” imbuhnya.

Peran Berbagai PihakTidak dapat dipungkiri bahwa keluarga mempunyai peran yang sangat besar baik

dalam pencegahan maupun pada saat rehabilitasi dan sesudahnya. “Perhatian dan perankeluarga sangat penting karena dengan dukungan keluarga yang baik biasanya dapatmembantu dalam proses penyembuhan,” katanya. Lain halnya dengan anak korban narkobayang kurang mendapat perhatian, selain sulit dalam proses penyembuhannya setelah iaselesai menjalani penyembuhan maka akan cenderung untuk menggunakan obat-obatanterlarang kembali.

Sementara perhatian pemerintah saat ini sudah semakin besar terhadap masalahpenyalahgunaan narkoba. “Berbagai kegiatan sosialisasi atau penyuluhan mengenai narkobasudah banyak diadakan baik itu oleh Badan narkotika Nasional (BNN) ataupun instansi-instansi pemerintah lainnya.” Untuk selanjutnya diharapkan kualitas kegiatan-kegitantersebut hendaknya dapat ditingkatkan sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.

Menurut KH Anwar Mahmud, Abah Anom mendirikan pondok inabah I pada tahun1972 karena menurut beliau untuk menangani masalah narkoba semua pihak harus ikutuntuk menyelesaikannya. Untuk itu diperlukan kerjasama baik dari keluarga, masyarakat,pihak swasta dan pemerintah. Lebih jauh, berdasarkan suatu penelitian yang dilakukanoleh DR Juhaya S Praja, pada tahun 1981-1989, 93,1% dari 5.845 anak bina yangmengikuti program inabah dapat dikembalikan ke keadaan semula dan dapat kembalihidup di masyarakat dengan normal.

Saat ini sudah berdiri 28 pondok inabah, termasuk 2 diantaranya berada di Singapuradan Malaysia. Atas keberhasilan metode inabah tersebut, Abah Anom telah mendapatkanpenghargaan Distinguished Service Awards dari IFNGO on Drug Abuse serta penghargaandari Pemerintah Republik Indonesia atas jasa-jasanya di bidang rehabilitasi korban narkoba.Sementara untuk pondok inabah I baru-baru ini juga telah dipilih sebagai pilot projectuntuk pusat rehabilitasi oleh Badan Narkotika Nasional (BNN).

Peran lembaga keagamaan seperti yang ditunjukkan oleh Pondok Inabah yang sejaktahun 1972 memberikan dukungan terhadap pemulihan korban narkoba, hendaknyamendapat dukungan dari berbagai pihak sehingga meningkatkan potensi yang ada dimasyarakat dalam kebersamaan menangani permasalahan tersebut. ([email protected])

Pabrik ekstasi, posisi Indonesia sudah bergeser dari konsumen ke produsen.

Page 8: komunika 12 2007

8 Edisi 12/Tahun III/Juni 2007

www.bipnewsroom.info/komunikaemail: [email protected]

Peredaran narkotika di Indonesia,secara umum seperti apa?

Sudah merata ke seluruh lapisan. Apakahanak-anak, pemuda, dewasa, tua, laki, pe-rempuan, kaya, miskin, keluarga baik-baik,ke-uarga berantakan, semua sudah masuk.Kondisinya sudah parah, kompleks, sulit, ru-mit, dan berbahaya. Begini, Indonesia itusalah satu pasar potensial sindikat. Saat iniyang tercatat, 1½ persen atau 3,2 jutapenduduk kita sudah menjadi pecandu nar-koba. Dari sekian itu, sekian ratus ribu meng-gunakan jarum suntik. Uang yang dibelan-jakan untuk narkotika, triliunan.

Menurut data KPA (Komisi Penanggu-langan AIDS) ada 36 ribu pengguna jarumsuntik. Berarti ada 36 ribu gram heroin yangdisuntikkan setiap hari. Satu gram misalnyasatu juta, berarti Rp36 miliar sehari. Begitujuga dengan heroin yang masuk ke Indo-nesia, satu hari 36 kg, satu bulan bisa 1ton. Tapi gak bisa kita tangkap.

Karena?Masuknya bisa dari mana-mana. Apa bisa

kita cek semua kargo yang masuk di airportdan pelabuhan laut. Belum lagi kalau tu-runnya bukan di pelabuhan resmi. Sepertisabu yang kemarin, di Teluk Naga, Tange-rang. Kan gak mungkin kita jaga. Karenawilayah kita demikian luasnya, pulau-pulauluar biasa banyak, tentara dan polisi air gakmampu menjaga setiap jengkal tanah. Be-gitu luas. Jadi gampang masuknya.

Tapi, bukan berarti tidak ada upaya?Paling-paling yang bisa kita tangkap hasil

dari operasi intelijen. Tahu jaringan mereka.Yang bisa kita ungkap ya beberapa yangmasuk koran selama ini, itulah yang bisa kitalakukan. Terlebih sangat terbatasnya ang-garan untuk penegak hukum. Karena untukmelakukan penyidikan dan penyelidikanterhadap kasus narkoba itu bukan hal yangmurah.

Mahal?Ya mahal, lah. Sekarang misalnya, saya

ingin menangkap pengedar kecil saja. Yangjual ekstasi eceran. Saya mesti pancing, sayamesti tahu dan pelajari, mesti nongkrong.Tanya-tanya sama orang, kasih informan.Kalau nongkrong sendiri, bau-bau polisi kenalmereka. Bayar orang. Tapi kita kan maunyadapat yang kakap, belinya gak bisa sedikit.Harus dipancing. Satu biji harganya Rp100ribu, sepuluh dah ketahuan berapa. Itu baruyang eceran sepuluh biji. Kalau kita mautangkap yang ribuan, lebih gede lagi. Berapacoba?

Razia tidak efektif?Yah.. kurang lah. Paling dapet berapa,

satu, yang dia pakai saja.

Razia di Diskotek?Ya, tapi percuma juga kita nangkepin

banyak orang, menuh-menuhin penjara saja.Sekarang ini semua penjara di Indonesiapenuh. Sudah overloaded. Separuh isinyaterpidana narkoba. Di penjara mereka justrumakin menjadi. Terbentuk pasar potensialdi sana. Di luar pengawasan. Sipir paling be-rapa orang sih. Gimana mau ngawasi,kapasitas 300, diisi 900. Gak bisa kitasalahkan sipirnya. Kalah jumlah, ngeper diasama napi. Itu faktanya. Bukan itu yang kitamau, bandarnya lah. Kita tangkepin yanggituan malah diomelin lagi sama masyarakat.Diledek, yah, yang ditangkep teri.

Opini yang muncul, pemerintah kuranggreget?

Ya, karena itu yang terlihat dan palingenak untuk disalah-salahkan. Tapi merekatidak pernah tahu berapa biaya untuk me-nyidik satu kasus. Itu yang salah, masyarakatkita selalu mencari kambing hitam. Menye-rahkan kesalahan kepada orang lain. BNNsaja misalnya, mana bisa, staf saya cuma300 orang menyelesaikan masalah sepertiitu. Ngomong saja sudah capek. Saya seharibisa berapa kali ngomong. Hanya itu yangbisa saya lakukan, sambil mengerahkan staf,intel untuk nangkepin mereka.

Tapi oke, karena kita yang ditunjuk olehpemerintah sebagai vocal point, barisan ter-depan, institusi yang bertugas mengkoor-dinasikan semua institusi dan masyarakatdalam upaya perang terhadap nerkoba.

Katanya ”mainan” polisi juga. Buktinyabarang bukti sering hilang?

Iya. Itu juga satu problem. Intergritaspetugas. Kejujuran, disiplin, pengawasanatasan. Semua masalah yang integrated.Tidak bisa ditepis. Terjadi, buktinya kemarinKapolsek Cisarua, ketangkep. Ini satu per-soalan lagi dalam penegakan hukum. Me-mang dibutuhkan hakim dan aparat yangjujur.

Sanksi narkoba hukuman mati. Gaktakut juga?

Ya, tapi pelaksanaannya belum dihukummati. Karena proses hukum kita kan pan-jang, tidak sederhana. Kalau belum dihukumya tidak jera. Orang sudah hilang rasa takut-nya. Sekarang lagi kita digugat di MK, judicialreview, saya berhadapan dengan orang-orang. Dipermasalahkan karena hukumanmati itu bertentangan dengan UUD 1945.Nah, itu kalau berhasil di-review, makintepuk tangan deh sindikat. Makin jadi sajaperedarannya. Ada ancaman hukuman matisaja gak takut, gimana gak ada.

Singapura dan Malaysia, tegas soalnarkoba?

Ya biasalah, kita kan lambat-lambat.Kalau masih bisa dicari celahnya, dicariterus. Itulah, banyak yang masihharus dibenahi, bukan hanyaanggaran, hukum, petugas,juga persoalan keinginan kitauntuk memberantas denganbaik.

Kayaknya pesimis sekalimasalah ini bisa selesai?

Ha ha ha. Saya hanya meng-gambarkan kepada semua orangbahwa persoalan ini rumit, kom-pleks, sulit, jadi jangancari kambing hitam. Mu-lai dari keluarga, diri sen-diri. Siapa yang dengardan baca, jangan pakainarkoba.

Memang saya hanyabisa kampanye. Ngomong

terus, di teve, koran. Tolong bantu, sela-matkan bangsa ini. Itu saja dulu, biar orangdengar, ngerti. Paling tidak, keluarganyadijaga, anaknya dijaga. Kasih perhatian lebihbesar. Anak juga jaga bapak. Tokoh masya-rakat dan tokoh agama, tolonglah tanam-kan nilai-nilai keimanan dan kesadaran.

Karena kalau mengandalkan perangkatyang ada, sulit?

Tidak banyak yang bisa dilakukan. Ginideh, selamatkan diri sendiri dulu yang per-tama. Dari yang kecil saja. Oke, mari kitakampanye. Penegakan hukum jalan, sebi-sanya. Karena itu tadi, biayanya mahal,control delivery, mancing, penyelidikan,ngontrol lama. Kalau tidak ada yang pakaikan tidak ada pasarnya, berarti dengan sen-dirinya tidak laku.

Jadi, dari mana mulainya?Kalau soal penegakan hukum, dari polisi.

Tapi ingat, narkotika itu bukan hanya ma-salah polisi. Digunakan juga untuk kepen-tingan kesehatan. Opium diimpor resmi dariluar negeri dengan izin dari Badan POM. Nahkalau dia nyeleweng, siapa yang ngawasi.

Seperti pabrik ekstasi di Cikande, bahan-nya diimpor baik-baik oleh importir resmi.Tapi terus hilang sebagian. Masuklah ke sa-na. Persoalan integritas, funding budget,hukum, moral, nilai-nilai yang ada dalam kelu-arga. Pergaulan, pengangguran, kemiskin-an, tokoh agama yang tidak berhasil membi-na umatnya. Banyak dong. Narkoba itu in-duknya dari semua kejahatan, tapi tetapsaja orang pakai, tetap orang berdagang.Nah, itu, jadi kegagalan semua orang, bukankegagalan BNN saja.

Kita fokus pada pencegahan. Tapi bu-kan berarti yang lain kita abaikan. Karenamemang harus simultan. Saya gembira, se-karang hampir seluruh media mengekspos.Biasanya kan komersial, harus bayar. Seka-rang liat, mereka siap gratis. Kita masihterus nunggu media lain dalam upayaini. Selain itu juga, pekerjaan ini ha-rus gabungan. Penegakan hukumharus jalan terus, harus ditang-kepin terus tuh, biar orang ta-kut.

Pecandu, masuk sel atauRSKO?

Kita belum mewajibkanorang yang kena ketergan-tungan masuk ke rehabili-tasi. Walau undang-undangmewajibkan begitu. Tapikalau pecan-dunya gakp u n y ad u i t ,

gimana? Makanya negara harus menyiapkantempat rehabilitasi atau terapi gratis. Belumada, baru BNN saja yang punya Pamardisiwi,itupun gak banyak daya tampungnya. Nantikalau semua ke sini, gimana, membludak.Susah juga kan? Harus negara menyiapkan,dengan gratis.

Penggantian tanaman ganjamasyarakat di Aceh?

Nah, ada lagi problem kita di Aceh. Tum-buhlah ganja di sana, katanya kualitasnya no-mor satu di dunia. Paling banyak kadarnarkotikanya. Rakyat di sana nanam tuh, ka-rena mereka miskin dan dibayar mahal olehpara sindikat, dan kemudianlah nyampe kemana-mana, nyebar ke seluruh Indonesia.

Memang ada rencana begitu (menggantitanaman ganja dengan tanaman lain--Red).Ini juga tidak murah. Pertama harus men-switch mental orang, dari nanam ganja yanggampang dan duitnya banyak, menjadi na-nam apa misalnya. Kopi? Hasilnya lama, belumtentu harganya bagus. Terus jualnya ke ma-na? Gak segampang itu. Karena juga memer-lukan uang yang tidak sedikit dan programitu baru berhasil 20 tahun. Bukan setahun,dua tahun. Setelah masyarakat tersebut me-lihat bagaimana manfaatnya.

Mekanisme pelaporan masyarakat?Ada, kita fasilitasi semua kegiatan. Mulai

penceramah, sampai booklet. Juga ada sa-tuan intelijen yang siap menindaklanjuti la-poran masyarakat. Call centre sudah ada, tapimasih belum jalan. Tindak lanjutnya kita cobaatur. Kami koordinasi dengan lebih dari 20in-stitusi. Sebulan sekali kita briefing. Saatini kami masih terus sosialisasikan denganpasang billboard dan lainnya.

Saya juga sudah ada MoU dengan per-usahaan-perusahaan besar untuk mengaloka-sikan dana mereka untuk menyelamatkanbangsa. Tinggal ditunggu pelaksanaannya.*

[email protected]

Kalakhar Badan Narkotika Nasional, Drs. Made Mangku Pastika:

Kondisinya Sudah Parah, Kompleks, Sulit, Rumit dan BerbahayaKondisinya Sudah Parah, Kompleks, Sulit, Rumit dan BerbahayaIndonesia jadi “pasar” potensialnarkotika. Dengan wilayah yang

luas dan tidak rapat terjaga,negeri ini kerap dilirik sindikat

narkotika internasional sebagaijalur “resmi” peredaran segalajenis barang haram tersebut.

Hasilnya, luar biasa. Tak kurang 3juta pengguna dengan nilaitransaksi triliunan rupiah,

membuat peredarannya sulitdiberantas.

“Kondisinya sudah parah,kompleks, sulit, rumit, dan

berbahaya,” jelas Ketua PelaksanaHarian Badan Narkotika Nasional(Kalakhar BNN), Made Mangku

Pastika, ketika ditemui KomunikAdi kantornya beberapa saat lalu.

Penegakan hukum, kata dia,memang terus dilakukan. Tapi

tetap saja, tanpa pencegahan danpengawasan aktif dari anggotamasyarakat, yang juga menjaditarget pasar narkotika, upayapemberantasan akan sia-sia.

Berikut petikan wawancaranya:

WAWANCARA

Page 9: komunika 12 2007

Edisi 12/Tahun III/Juni 2007

www.bipnewsroom.info/komunikae-mail: [email protected]

9

OPINI

Ruang ini disediakan sebagai wadah tukar informasi antar pengelola situs atau portal lembaga pemerintah baik di tingkat pusat atau daerah.Pengelola dapat mengirimkan profil situs yang dikelolanya melalui e-mail: [email protected]

Keragaman konten situs yang jugaberfungsi sebagai portal Situbondo inidapat dilihat dari informasi potensi sumberalam sebagai upaya mendatangkaninvestor dan pelaku bisnis terkait. Berita-berita online yang disajikan cukup beragamdan senantiasa di update. Berita nasionaljuga tersedia dan ter-update setiap hari.

Ada pula informasi produk hukummengenai beragam masalah dan kebijkanpublik bisa diakses pengunjung. Se-lain itu,ada juga informasi statistik mengenai

seperti Badan Pengawas Daerah, BadanPerencanaan Pembangunan Kabu-paten,hingga perusahaan daerah, serta unitpelaksana teknis (UPT).

Proses TersebarTidak banyak yang tahu bahwa Situ-

bondo, salah satu kabupaten di ProvinsiJawa Timur dulunya bernama Panarukandengan Ibukota Situbondo. Baru di tahun1972 sesuai Peraturan Pemerintah Nomor28/1972 tentang Perubahan Nama danPemindahan Tempat Kedudukan Peme-rintah Daerah, kabupaten yang terletak dibagian timur Jawa Timur ini berubah menjadiKabupaten Situbondo.

Perubahan bagaimanapun akan mem-bawa kemajuan, hal ini pun juga terjadi diSitubondo. Secara fisik dan non fisikpelayanan publik dapat dikatakan meningkat.Pertumbuhan ekonomi begitu cepat diiringidengan pengembangan kota serta berbagai

www.situbondo.go.id

kependudukan, sentra industri, geologi danpendidikan.

Ingin mengetahui data kecamatan yangada? Bisa juga di dapat pada link profil keca-matan dan semua data tersebut bisa diunduh dalam format pdf.

Ada juga link-link berisi informasi singkatserta alamat instansi pemerintah kabupaten

"Portal"Layanan Informasi

e-gov kilasbidang seperti pendidikan, industri danpariwisata.

Kondisi ini mendorong Situbondomengembangkan model pengelolaan e-government secara tersebar (distributedprocessing) untuk mengelola situs resmi.Artinya pengelolaan diserahkan pada masing-masing instansi Kabupaten yang diwadahidalam satu situs resmi www.situbondo.go.id.

Hal ini ditegaskan dalam Surat BupatiSitubondo Nomor. 030/1692/431.213.2.2/2006 tanggal 27 Desember 2006 tentangPengembangan e-Government PemerintahKabupaten Situbondo.

Pengelolaan situs resmi dibawahkoordinasi Dinas Infokom & PDE KabupatenSitubondo untuk menjamin keterpaduan dankoordinasi. Sedangkan muatan informasi dalambentuk berita maupun data bersumber dariinstansi Kabupaten/Kecamatan serta instansisektoral lainnya.

([email protected])

Dalam hati yang dalam, siapapunorangnya, birokrat, atau masyarakat,menginginkan setiap perpustakaan lengkap,artinya informasi yang dicari pasti ada, danmendapatkannya dengan cara yang mudah,cepat, relatif murah (kalau bisa gratis),sekaligus nyaman. Kalau mau juga diakui,oleh siapapun, perpustakaan adalah salahsatu tempat yang (seharusnya) palingstrategis untuk mencerdaskan bangsa.Syaratnya, yaitu tadi, secara umum semuainformasi tersedia, dan orang mendapatkankemudahan, kecepatan, dan ketepatan,disaat membutuhkan, karena padadasarnya, orang membutuhkan informasisama seperti orang sakit, ingin segera sem-buh atau dalam hal ini, ingin mendapatkansegera informasi yang dibutuhkan. Saat ini,orang (termasuk birokrat tentunya) melihatperpustakaan masih sebelah mata, danuntuk mengunjunginyapun masih setengahhati. Maka, perpustakaan di Indonesia, bolehdikata, belum menjadi ‘jantungnya’pendidikan. Apakah di sekolah, perguruantinggi, atau di pusat-pusat pendidikan.Tidak banyak perpustakaan di Indonesiayang memenuhi keinginan masyarakat, yangada adalah masih banyak perpustakaan apaadanya, , artinya apa yang ada, itu yangdisajikan, belum diupayakan atau diada-adakan.

Pasnya PerpustakaanJaman Kini

PerpustakaanPengertian umum, per-pustakaan adalah tempat

membaca buku/informasi –tanpa perlu dicurigaimeskipun berlama-lama,bahkan bisa meminjam, danrelatif murah kalaupunharus membayar untukmenjadi anggota. Hal iniyang membedakan per-pustakaan dengan tokobuku, yang sifatnyamemang mencari keun-tungan, sehingga hampirtidak mungkin membacabuku lama-lama, selain

diawasi petugas, padaumumnya buku yang ada

tertutup rapat dengan sampulplastik, artinya tidak bisa dibaca

ditempat.Sesungguhnya,perpustakaanlah tempat

yang paling pas untuk mejembatani antarakebutuhan informasimasyarakat dan yangharga buku yangrelatif mahal.

KemajuanTeknologi

Dengan ke-majuan teknologiinformasi (TI) yangsangat pesat sepertisaat ini, keberadaandunia dirasakan sa-ngat dekat. Ba-gaimana tidak? Me-lalui tv kabel, berita didunia manapun bisatercover pada saat itujuga. Fasilitas SMS(short messageservice) dengan tele-phone seluller, mem-berikan kemudahan,kecepatan, dan re-latif murah bagi yangmenginginkan ko-munikasi singkat,dengan siapapun –dimanapun.

P e r p u s t a k a a n

yang mendayagunakan kemajuan TI,diantaranya perpustakaan yang menyediakanfasilitas koleksi online, artinya penelusurankoleksi tidak harus datang secara fisik keperpustakaan, tetapi bisa melalu internet(dimanapun), demikian pula untukmendapatkan koleksi yang diinginkan, bisaberkomunikasi dengan pengelola melalui e-mail.

Perpustakaan NasionalLayanan informasi yang memberikan

kemudahan bagi penggunanya melaluikemajuan TI, diantaranya telah dilakukanoleh Perpustakaan Nasional RI, denganwww.pnri.go.id nya. Cari buku yangdibutuhkan tidak harus datang ke gedungPerpusnas. Pinjamnya tinggal tunjukkan hasilpencarian, demikian kata Kepala Perpusnas,Dady P. Rachmananta.

Mengibarkan minat bacaMinat baca berkaitan dengan kualitas

bangsa? Ya, diakui atau tidak, bangsa Jepang

yang dikenal dunia dengan produkteknologinya, terkenal sebagai bangsa “kutubuku” (editorial komunika). Minat bacabangsa kita yang rendah ini tidak luput daripengamatan Sastrawan Nasional kita, TaufikIsmail. Dituturkannya, bukan dikarenakananak-anak didik kita bodoh, tetapi … antaralain, fungsi perpustakaan yang kurangdimanfaatkan Strategi mengibarkan minatbaca? Salah satunya, elite politik agar tidaksetengah hati mencerdaskan rakyat,fungsikan perpustakaan di seluruh Indonesiasebagaimana mestinya (meskipun harusbertahap), diantaranya lengkapiperpustakaan dengan sarana yang memadaiuntuk menelusurnya. Berikan kemudahan,kecepatan, ketepatan, dan kenyamanandalam menelusur informasi bagi anak bangsa.Apa yang telah dilakukan Perpusnas, agardiupayakan dapat diaplikasikan secarabertahap ke pelosok Nusantara.

Ari WidjayantiUPT Perpustakaan Undip

bank image: www.religious.gov.bn

Page 10: komunika 12 2007

10 Edisi 12/Tahun III/Juni 2007

www. bipnewsroom.info/komunikaemail : [email protected] LINTAS DAERAHJawa Timur

Bulan Panutan PajakBerbagai upaya untuk meningkatkan

pendapatan dari sektor perpajakan terusdilakukan oleh Kantor Unit Penyuluhan danPengamatan Potensi Perpajakan (KP4)Situbondo. Hingga bulan Juni ini, KP4 Situ-bondo mencanangkan Bulan Panutan.Sebuah langkah kongkret KP4 Situbondountuk memudahkan pemantauan rasio hasilpenerimaan pajak di Situbondo.

KP4 Situbondo memantau penerimaansurat pemberitahuan pembayaran pajak ta-hunan dari wajib pajak di wilayah KabupatenSitubondo, dengan demikian setelah me-nerima laporan pembayaran pajak tahunantersebut masyarakat dapat memenuhi pem-bayaran pajaknya.

Kepala Unit Penyuluhan dan Pengamat-an Potensi Perpajakan Situbondo, Lusiati,S.E. mengatakan persentase penerimaan la-poran wajib pajak di Kabupaten Situbondomengalami peningkatan.

"Hingga pertengahan tahun 2007 ini adapeningkatan sebesar 20%, jika dibandingkandengan penerimaan laporan pembayaranpajak pada periode yang sama di tahun 2006.Hal ini menunjukkan kesadaran wajib pajakdi Kabupaten Situbondo lebih baik," tuturLusiati.

Lebih jauh Lusiati menerangkan, bertam-bahnya rasio penerimaan pajak tersebut akanmenguntungkan Pemerintah KabupatenSitubondo untuk mendapatkan bantuan dariPemerintah Pusat, "pembangunan diKabupaten Situbondo akan lebihdiprioritaskan oleh Pemerintah Pusat dankesejahteraan masyarakat akan dapatterwujud," imbuh Lusiati.

(www.situbondo.go.id)

Daerah Istimewa Yogyakarta

Prestasi Ungkap Kasus NarkobaWakil Gubernur DIY Paku Alam IX selaku

Ketua Badan Narkotika Provinsi (BNP) DIYmengungkapkan, dari dua juta pecandunarkoba dan obat-obat berbahaya, 90persen adalah generasi muda, termasuk 25ribu mahasiswa. Karena itu narkoba menjadiancaman serius bagi kelangsungan hidupbangsa.

“Strategi mencegah terjadinya penyalah-gunaan narkoba yaitu dengan meningkatkankapasitas kelembagaan lintas bidang terkait,meningkatkan kualitas individu aparat, sertamenumbuhkan kesadaran, kepedulian danperan serta aktif seluruh komponen masya-rakat melalui lembaga swadaya masyarakat,lembaga keagamaan, organisasi kemasya-rakatan, tokoh masyarakat, pelajar, maha-siswa dan pemuda, pekerja, serta lembaga-lembaga lainnya yang ada di masyarakat,”kata Paku Alam IX pada puncak peringatanHari Anti Narkoba Internasional (HANI) 2007yang ditandai dengan pemusnahan barangbukti hasil operasi, di halaman Pendopo Wiyo-to Projo, Kepatihan, Danurejan, Yogyakarta(26/6).

Sementara itu Direktur Narkoba Kepo-lisian Daerah (Polda) DIY yang juga Ketua

Pelaksana Harian Badan Narkoba Provinsi(BNP) DIY Komisaris Besar Polisi (Kombespol)Drs. Mugiyarto, SH mengatakan, semenjakpelaksanaan "Operasi Hani Bersinar" digelarsebulan, mulai dari tanggal 15 Mei hingga 15Juni 2007, telah berhasil mengungkap 45kasus. 36 kasus diantaranya merupakankejahatan narkotika, sedang 9 kasus lainnyamerupakan kejahatan psikotropika.

Sementara barang bukti hasil operasiyang berhasil diamankan terdiri dari ganjaseberat 625,65 gram, putau 1,3 gram, obat-obatan psikotropika golongan IV jenislexsotan 108 butir. “Dari segi pengungkapankasus narkoba, DIY menempati 10 besar,namun tidak berarti DIY paling besar tingkatkerawanannya, karena tergantung darikinerja aparat kepolisian dalam mengungkapkasus kejahatan narkotika itu,” katanya.

http://www.pemda-diy.go.id/

Kalimantan Barat

Rubber Center di SintangPemeirntah Kabupaten Sintang, Kaliman-

tan Barat, dinilai layak mendirikan pusatpenelitian dan pengembangan karet rakyat(rubber center). Penilaian ini seolahmendukung keinginan Pemkab untukmenjadikan Sintang sebagai daerah penghasilkaret terbesar di Kalimantab Barat.

Wakil Ketua DPRD Sintang Lasarus, S.Sos. menyatakan pembentukan RubberCentre sudah merupakan kebutuhan untukpeningkatan produksi tanaman karet agarpelaku usaha dapat mengerti dan profesionaluntuk mengembangkan komoditas karetsecara modern.

“Dana yang dianggarkan di APBD dandana dari APBN berkisar Rp4 milliar untukpengadaan bibit karet akan sia-sia jika tidakdibarengi dengan pengembangan teknologimodern. Percuma saja menggalakkanpenanaman karet, sementara ilmu perawat-an tanaman dan antisipasi serangan hamatanaman tidak dimiliki petani karet,” katanya.

Selain pembentukan Rubber Centre,Lasarus juga berpendapat industri hilir untukmenampung produksi petani karet harussegera dipikirkan oleh pemerintah.

(www.sintang.go.id)

Kalimantan Timur

Bulungan Tawarkan Jahe GajahKabupaten Bulungan, Kalimantan Timur,

akan menawarkan 585 ton Jahe Gajahdengan harga kisaran Rp5.000 - Rp6.000 perkilogram pada Pasar Lelang Komoditi Agro diSamarinda. Pasar lelang tersebut digelar DinasPerindustrian, Perdagangan dan Koperasi(Disperindagkop) Kalimantan Timur danBadan Pengawasan Perdangangan BerjangkaKomoditi (Bappeti) Departemen Perda-gangan.

Pilihan komoditi jahe ini disebabkankarena Bulungan menjadi salah satu sentraprodusen Jahe Gajah (Zigiber Officinal Rose)maupun Jahe Merah terbesar di Kaltim yangmengalami kesulitan menembus pasar dalamdan luar negeri.

Solusi yang dirancang adalah denganmemanfaatkan Pasar Lelang Komoditi Agrountuk mempertemukan penjual darikelompok tani dan koperasi dengan pembeli,baik dari pedagang, pelaku industri olahan,maupun eksportir.

Selain Jahe Gajah, ditawarkan juga olahanjahe berupa jahe instan dengan kapasitas18 ton per bulan dalam kemasan 3.000 gramdan harga Rp10.000 per kemasan. Jaheinstant itu berasal dari Kelompok UsahaBersama (KUB) Apung Home IndustriesCentre Desa Apung Tanjung Selor.

Pada lelang ini Disperindagkop Kaltimmaupun Bappeti Departemen Perdaganganmelibatkan Disperindagkop kabupaten/kota,di wilayah utara. Hal ini dimaksudkan jugauntuk menggandeng pedagang dari Malaysiadan menekan pengeluaran peserta darikawasan utara Kalimantan.

Dari pasar lelang ini juga petani jaheBulungan diharapkan mendapat transaksiyang ideal dan dapat dituangkan dalamkontrak jual beli, sehingga mereka tidakkhawatir lagi akan pemasaran jahe maupunkomoditi lainnya yang akhirnya dapatmeningkatkan pendapatan dan kesejah-teraan petani jahe.

(www.bulungan.go.id)

Sulawesi Selatan

Bebaskan Losari dari AsonganPengelola Pelataran Pantai Losari

menetapkan Pelataran Pantai Losari sebagaikawasan bebas dari pedagang asongan. Halini disetujui Pemerintah Kota Makassar yangmemiliki rencana untuk melokalisir pedagangasongan di Losari dalam sebuah area khusus.Demikian diungkapkan Kepala Unit PengelolaTeknis Daerah (UPTD) Pengelola PelataranPantai Losari, Syafruddin Djoeddawi.

“Para pedagang asongan sudah tidak bisalagi masuk ke Pelataran Pantai Losari,”katanya akhir pekan lalu.

Syafruddin mengatakan, peraturan ituditetapkan untuk menjamin kenyamananpengunjung pelataran. Selain itu, tidakadanya pedagang asongan yang berkeliarandi pelataran juga akan membuat pelatarantersebut relatif lebih terkontrol dalam halkebersihan.

Dengan peraturan ini, bukan berartiPemerintah Kota melarang adanya pedagangasongan. Dalam waktu yang tidak terlalu lamalagi, Pemerintah Kota akan membuat sebuahkawasan khusus bagi pedagang asongan dankaki lima di Losari. "Belum ditentukan di ba-gian mana pedagang akan ditempatkan," im-buh Syafruddin.

Namun, Syafruddin mengakui, pihaknyamasih membiarkan pengamen masuk ke areapelataran. Ia mengetahui banyak warga yangjuga mengeluhkan perilaku sebagianpengamen yang terkesan memaksa saatmeminta imbalan. “Pengamen belum.Mungkin bertahap,” kata Syafruddin.

Mengenai pengamen dan anak jalananyang berkeliaran di Pelataran Pantai Losari,Kepala Dinas Sosial Kota Makassar, IbrahimSaleh, mengatakan, pihaknya juga belum

Hanya dengan Pendapatan Asli Daerah(PAD) berkisar Rp11,2 miliar pada tahun2006. Kabupaten yang terletak ujungbarat Pulau Bali ini mampu menyediakanberbagai fasilitas dan pelayanan publiksecara gratis untuk warganya.

Dibandingkan dengan PendapatanProvinsi Bali yang mampu mencapai Rp250miliar, tentu hal ini sesuatu yang agak sulitdinalar.

Sebut saja, Tahun 2001 Jembranamampu membebaskan biaya SPP sekolahnegeri untuk tingkat Sekolah Dasar (SD)hingga Sekolah Menengah Umum (SMU)atau sederajat. Bagi siswa sekolah swastaJembrana memberikan bantuan beasiswaprestasi.

Tidak hanya bebas biaya SPP, PemkabJembrana pun menyediakan buku-bukupaket sekolah. Fasilitas gratis lain yang dapatdirasakan pelayanan kesehatan dasar."Mereka hanya dipungut uang sebesarRp10.000,00/tahun dengan membeliberupa kupon, itu sudah dapat dimanfaatkanuntuk biaya rawat inap, kunjungan kePuskesmas dan rumah sakit", ungkap Adityawarga Jembrana.

Kekuatan InovasiDengan luas wilayah 841,80 km2 yang

dihuni 220.000 jiwa penduduk. Kabupatenyang berpusat di Negara ini secaraadministratif mempunyai 4 kecamatandengan 51 desa/kelurahan.

Melihat besaran PAD yang ada danprogram pelayanan publik gratis suksesdiluncurkan tentunya akan membuat decakkagum. Bagaimana mungkin

"Tujuan pemerintah, apalagi dengansemangat otonomi daerah sekarang ini,adalah menyederhanakan pelayanan kepadamasyarakat, bukan untuk mengejarkekuasaan," ungkap Bupati I Gede Winasa.

Sebuah visi yang benar-benar berpihakpada kepentingan masyarakat. Dan dalampelaksanaannya Winasa pun mengem-bangkan beragam inovasi, memanfaatkankreatifitas dan melakukan efisiensi dalamsetiap bisang pelayanan publik yang dikelolaoleh pemerintah.

Beragam terobosan pun dilakukan.Ketika melihat minimnya pendapatanpegawai negeri yang berimbas pada kualitaspelayanan publik, Sang Bupati langsung ambilkebijakan untuk meningkatkan tunjanganbagi pegawai. "Akhirnya kita bisa berhematdari kemungkinan terjadinya korupsi, karenakesejahteraan pegawai terpenuhi," inbuh

Dari Sabang Sampai Merauke Kabupaten Jembrana

KembangkanPelayanan Publik Gratis

melakukan penertiban. “Saat ini kita fokusdulu ke jalanan. Penertiban di Losari baruakan dilaksanakan selanjutnya,” ujarnya.

www.makassarkota.go.id

Papua

Bentuk Kelompok Nelayan MandiriKepala Dinas Perikanan dan Kelautan Pro-

vinsi Papua Ir. Astiler Maharadja menghimbaunelayan setempat untuk membentukkelompok usaha agar dapat meningkatkanvolume produksi hasil tangkapan ikan dalamskala ekonomi.

“Pembentukan kelompok itu sangatpenting untuk menarik minat konsumen.“Pembentukan kelompok itu sangat pentinguntuk menarik minat konsumen. Untuk itu,kami menganjurkan masyarakat nelayanuntuk membentuk kelompok. Untukkeluarga nelayan, kami menghimbau adagerakan pengumpulan kepiting, bia, atauteripang sebanyak 20 ekor perkeluargaperhari sebagai peningkatan hasil tang-kapannya. Bila dijumlahkan produksi satukelompok dapat mencapai 100-150 ekorperhari,” kata Astiler di Jayapura, Kamis (22/6).

Upaya pembentukan dan pembinaanusaha-usaha kelompok terrsebut, tentusangat membutuhkan tenaga pengolah atautenaga pendamping di lapangan. Karena itu,Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papuaakan berupaya meningkatkan pembangunanperikanan, pemberdayaan masyarakatnelayan, serta para pembudidaya ikan dikampung-kampung, baik itu di pegununganmaupun di pesisir pantai, guna meningkatkankeberhasilan pembangunan perikanan diProvinsi Papua.

"Kita akan koordinasikan bagaimana untukmengembangkan tenaga penyuluh yang

sangat penting untuk menyumbangkantenaga atau pemikiran seperti rekayasateknologi bidang perikanan, sehingga melaluicara pendampingan maka nelayan ataupembudidaya ikan diharapkan akan lebihpaham," kata Astiler .

(www.papua.go.id)

foto

: gun

foto

: ddt

Winasa.Sebenarnya masih banyak program

unggulan Jembrana yang patut jadipanutan. Namun yang paling pentingadalah pilihan kebijakan yang tepat danberpihak pada rakyat.(berbagai sumber/[email protected])

Page 11: komunika 12 2007

11Edisi 12/Tahun III/Juni 2007

www. bipnewsroom.info/komunikaemail : [email protected]

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

Departemen Perdagangan

Program Swasembada GulaMenteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu

mengatakan kebijakan tata niaga gula melalui penunjukanimportir terdaftar telah memberikan dampak positif terhadapprogram swasembada gula.

Penunjukkan importir terdaftar untuk melaksanakanprogram swasembada gula itu, disebutnya telah sesuaidengan SK Menperindag No. 643/MPP/Kep/9/2003 maupunSK Menperindag No. 527/MPP/Kep/9/2004 tentangketentuan impor gula.

Selain itu, evaluasi yang dilakukan, memberikan hasil yangpositif, diantaranya peningkatan harga gula di tingkat petanidari Rp2.600 per kg pada 2002 (sebelum dilaksanakannyaprogram swasembada gula) menjadi Rp4.900 per kg pada2007.

Kemudian, produksi juga meningkat, yakni 25.533.431ton pada 2002 menjadi 30.310.541 ton di tahun 2007 untukproduksi tebu. Peningkatan juga terjadi pada luas arealswasembada gula yakni dari 350723 ha pada 2002 menjadi408.885 ha di tahun 2007.

“Program swasembada gula tersebut juga telah berhasilmenurunkan angka impor gula selama lima tahun terakhir,yakni dari 1.425.507 ton pada 2002 menjadi 450.000 tonpada 2007,” ujar Mendag. (Ia)

Departemen PertanianDeptan Sempurnakan KKP Menjadi KKP-EDepartemen Pertanian menyempurnakan Kredit

Ketahanan Pangan (KKP) menjadi Kredit Ketahanan Pangandan Energi (KKP-E) dalam rangka mengembangkan energialternatif yang berbasis sumber energi nabati.

“Penyempurnaan tersebut akan memperluas pembiayaandari beberapa komoditas yang meliputi komoditas kacangtanah, sorgum, burung puyuh, pembibitan sapi, cabe, bawangmerah, pisang, jahe, dan kentang,” kata Kepala PusatPembiayaan Departemen Pertanian Mat Syukur di Jakarta,Jumat (29/6).

Plafon kredit juga dinaikan dari Rp15 juta menjadi Rp25juta per individu dengan jangka waktu 5 tahun darisebelumnya hanya berjangka 3 tahun.

Menurut Syukur, salah satu permasalahan yang dihadapidalam penyaluran KKP adalah terbatasnya agunan yang dimilikipetani, terbatasnya penjamin kredit dan pasar, dan harga hasilproduksi berfluktuasi, kecuali KKP tebu tidak ada masalahkarena sudah dijamin oleh pabrik gula.

Untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut Deptanberupaya mendorong dan mengembangkan pola kerjasamakemitraan antara kelompok tani, perbankan, perusahaan yangbergerak di bidang pertanian dan pemerintah daerahsetempat. (Bhr)

Departemen Perhubungan

Dukung Peringatan HaniDepartemen Perhubungan turut mendukung Kampanye

Pengawasan Narkoba Internasional dalam rangkamemperingati Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) tahun2007. Sesjen Dephub telah menerbitkan surat agar SatgasSeaport Interdiction dan Satgas Airport Interdictionmeningkatkan kinerjanya dalam ikut berperan aktif melakukanpengawasan terhadap peredaran narkoba.

Sesjen juga menghimbau kepada seluruh sub sektor danBadan serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di lingkunganDepartemen Perhubungan, untuk serentak melakukan

pemasangan spanduk anti narkoba mulai awal Juni 2007sesuai fokus yang telah ditetapkan Badan Narkoba Nasional(BNN). Selanjutnya untuk masing-masing sub sektor dilingkungan Departemen Perhubungan, telah diinstrukskanagar himbauan diteruskan ke seluruh UPT yang ada di daerah.

BNN menyatakan bahwa United Nations Office on Drugsand Crime (UNODC) telah menetapkan pengawasanterhadap penyalahgunaan narkoba sebagai fokus kampanyeanti narkoba pada tahun 2007. Sementara pada tahun 2008fokus diarahkan pada permasalahan menyangkut penanamandan produksi narkoba dan pada tahun 2009 fokus diarahkanpada peredaran gelap narkoba.

Secara umum kampanye anti narkoba bertujuan untukmembangun kesadaran masyarakat terhadap masalah yangdisebabkan oleh narkoba, sementara sasaran kampanyeadalah menginspirasi masyarakat dan mengerahkandukungan untuk pengawasan narkoba.(www.dephub.go.id)

Kementerian KUKM

Dana Likuiditas Jangka PanjangDeputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha

Kementerian KUKM, Choirul Djamhari mengatakan, Ke-menterian KUKM telah memperkenalkan Surat UtangKoperasi (SUK).

Ia menjelaskan, SUK merupakan bentuk instrumen utangdalam rangka menghimpun dana koperasi di luar mekanismepinjaman perbankan. SUK menyediakan dana likuiditas jangkapanjang antara tiga hingga lima tahun.

Dengan adanya SUK, menurut dia, koperasi akanmemperoleh dana jangka pendek yang kemudian disalurkankepada anggotanya untuk jangka yang lebih pendek, gunamemperbaiki struktur keuangan mereka.

Ia menambahkan, sampai dengan 20 Juni 2007, SUKtelah terealisasi pada dua koperasi, yaitu Koperasi KodanuaJakarta Barat sebesar Rp500 juta dan Koperasi EsgeefSemarang sebesar Rp250 juta.(Dw)

Departemen Sosial

Pemutusan Jalur Distribusi NarkobaTindakan kongkrit pemutusan jalur distribusi maupun

rehabilitasi korban narkoba menurut Dirjen Pelayanan danRehabilitasi Sosial (Yanrehsos) Depsos Makmur Sunusi, Ph.D,perlu dilakukan dalam pengentasan penyalahgunaan narkotika."Kalau di LP saja yang nota bene lokasinya bisa kita kontrol dantidak terlalu luas bisa terjadi, apalagi di luar LP, di tengahmasyarakat. Jadi saya pikir harus ada tindakan tegas untukmenutup distribusi,” ujarnya.

Makmur menegaskan, dengan makin maraknya peredarannarkoba di Indonesia yang telah merugikan keuangan negarasebesar Rp. 12 triliun setiap tahunnya dan menyebabkan 40nyawa melayang per hari, maka pemerintah harus secara totalmemeranginya. Departemen Sosial sendiri memiliki beberapapanti untuk merehabilitasi korban narkoba.

Sementara itu, Direktur Bina Pelayanan dan Rehabilitasi SosialDepsos Drs Max Tuapattimain MSc mengemukakan, hasilpemetaan Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial KorbanNapza Depsos selama dua tahun terakhir, hanya ada 96 lembagarehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan napza milikpemerintah dan swasta di seluruh Indonesia.

"Jumlah lembaga rehabilitasi sosial ini terus menurun,sementara korbannya semakin banyak dan saat ini saja terdapat3,2 juta orang di seluruh Indonesia dan mereka perlu segeramendapat penanganan rehabilitasi sosial, katanya. Ini artinyaada keterbatasan jangkauan pelayanan untuk melakukanrehabilitasi korban penyalahgunaan napza,” kata Max. (Az).

BKKBN memiliki tugas untuk mengelola kegiatan danprogram pemerintah di bidang keluarga berencana dankeluarga sejahtera. Sebuah tugas berat, apalagi akan selaluberhadapan dengan kegiatan penyadaran masyarakat untukberperan serta aktif dalam program keluarga berencana.

Program keluarga berencana yang telah berjalan lebih dari32 tahun terbukti telah mampu menurunkan tingkat fertilitas(TFR):5,2 pada tahun 1975 menjadi 2.6 pertahun 2002/2003.

Namun demikian di tahun 2006 peserta KB baru mencapai3.000.627 (Jawa-Bali), 1.501.766 (Luar Jawa 1, meliputi:Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, NTB, Kalbar, Kalsel,Sulut, Sulsel, Bangka Belitung, Gorontalo, Sulbar), 581.534(Luar Jawa 2; Riau, Jambi, Bengkulu, NTT, Kalteng, Kaltim,Sulteng, Sultra, Maluku, Papua, Maluku Utara, Irja Barat, Kep.Riau).

Dari nilai pencapaian tersebut penyebaran program inikurang merata. Jika ditinjau lebih jauh maka akan terlihat,bahwa tingkat fertilitas pada keluarga miskin ternyata lebihtinggi.

Guna mempercepat penurunan angka kematian Ibu(AKI), angka kematian bayi (AKB) dan TFR, sertameningkatkan kesadaran masyarakat berprilaku sehat, BKKBNberupaya mendekatkan pelayanan kesehatan dan pelayananKB kepada masyarakat. Hal ini dilakukan dengan

TantanganPemerataan Program

Seekor gajah yang amat besar dan kuat,terikat pada seutas tali rami yangdisimpulkan pada sebatang tonggak kecil

dari ranting kering. Aneh bin ajaib, gajah itu takberontak. Ia bahkan tak berusaha melepaskan diridari kekangan tali lembut yang membuatnya tak bi-sa pergi ke mana-mana.

Pemandangan ganjil itu tak urung membuatseorang musafir yang kebetulan melihatnya, ter-benam dalam lautan tanya. Ia pun segera mencaritahu duduk persoalannya kepada pawang gajah.

"Sejak kecil, gajah itu sudah diikat dengan taliyang sama pada tonggak yang sama. Awalnya, iamemang berontak dan mencoba melepaskan diridari ikatan itu, namun tak berhasil. Berkali-kali iamencoba melepaskan diri, dan gagal. Akhirnya iamenganggap bahwa tali dan tonggak kecil itu sangatkuat. Bahkan sampai tumbuh dewasa dan memilikikekuatan bak raksasa, gajah itu tetap menganggapbahwa ia tak bisa lepas dari tali rami dan tonggakkecil itu. Kebiasaanlah yang membuat si gajah perca-ya, bahwa hidup di dalam kekangan adalah sebuahkeniscayaan," pawang gajah menjelaskan.

Sang musafir pun manggut-manggut, tandamahfum apa yang sebenarnya telah terjadi.

***

Banyak orang tak mampu keluar dari jebakansistem yang buruk, hanya karena ia merasatak mampu keluar dari sistem itu. Ia telanjur

percaya, bahkan yakin, bahwa apapun yang ia laku-kan tak akan mampu mengubah sistem yang ada.Ia berpikir, segala daya akan menemui kegagalan,segala upaya akan berakhir dengan sia-sia. Padaakhirnya, ia pasrah, tak berbuat apa-apa, dan mene-rima tekanan sistem itu sebagai "suratan takdir."

Kebiasaan menerima apa adanya akan membuatkeadaan menjadi stagnan. Kemapanan akhirnya akandipandang sebagai kebutuhan, meski tak selaluberimbas pada efektivitas dan efisiensi. Sebaliknya,perubahan menjadi barang langka dan bahkan tabuuntuk diperbincangkan, meski tujuannya untukmenghasilkan keadaan yang lebih baik.

Begitu banyak orang-orang dalam sistem yangsejatinya mampu membuat gebrakan besar, refor-masi, atau bahkan mungkin revolusi. Sayang, kebia-saan pasrah pada keadaan dan ketidakyakinan padapotensi diri sendiri lebih sering merajai.

Seperti gajah yang tak yakin bahwa ia mampumemutus tali rami dan menjebol tonggak ranting,begitu pulalah manusia. Jika sejak dini terbiasa dijejalidengan dogma bahwa melakukan perubahan adalahsebuah anomali, maka tak seorangpun bersediatampil sebagai pionir. Indoktrinasi dan provokasibahwa dirinya lemah, akan membuat jiwa menjadikerdil, kehilangan keyakinan, dan takut menghadapitantangan.

Banyak orang kuat yang menjadi lemah ataudilemahkan dalam tekanan sistem, karena ia tidakpernah diajari untuk mengerti bahwa ia kuat. Banyakpotensi terabaikan, lantaran pemilik potensi dididikuntuk merasa bahwa ia impotensi. Pada tataraninilah kelompok anti perubahan akan menyanyikanlagu kemenangan sambil bertepuk tangan.

Perubahan memerlukan sebuah kesadaran, bah-wa keadaan memang harus diubah. Dan memerlu-kan keyakinan, bahwa setiap orang memiliki kemam-puan untuk melakukan perubahan, sekecil apapun,cepat atau lambat. Tidak harus menjadi gajah untukmemutus tali rami, karena seekor kepinding aliaskutu busuk pun, dengan kesabaran dan keuletan-nya menunggu efek bilasan air liurnya pada selulosa,mampu membuat serat-serat tali rami menjadi luluhlantak, hanya dalam hitungan hari!***

([email protected])

Perubahan

Wajah Kita

menempatkan bidan dan tenaga medis terutama di daerahpedesaan.

Secara khusus, keterbatasan SDM tenaga medis baik darisegi kuantitas maupun kualitas memang menjadi persoalantersendiri. Ini sangat terasa untuk di daerah yang jauh secarageografis.

Reward untuk Kader dan Peserta KBKarena itu, kualitas tenaga medis akan ditingkatkan

dengan mengembangkan kegiatan reward system, dimanaSDM pengelola program BKKBN baik di tingkat pusat, Provinsi,Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan akanmenerima reward berupa insentif, promosi, fasilitas. Agarberimbang, reward bagi peserta maupun kader KBterbaik akan mendapatkanperjalanan rohani.

BKKBN mengem-bangkan pula galeri/rumah kelompokUsaha PeningkatanPendapatan Ke-luarga Sejahtera(UPPKS), danpengembanganpusat informasiKB di tempatibadah/Balai desa.

([email protected])

foto

: ht

tp:/

/sid

ikm

anju

r.blo

gsom

e.co

m

Page 12: komunika 12 2007

Dengan sistem finger printdiharapkan tak ada lagi pegawai

yang nitip absensi. Hasil finger printdihubungkan secara langsung kejaringan internet atau database

sistem informasi kepegawaian.

Pagi itu, Dwi (32 th) PNS sebuah peme-rintah kota bergegas melangkah ke lobbygedung tempatnya bekerja. Sesaat ketikamelihat lewat pintu kaca, wajahnya berubahmuram. "Ya, antri lagi. Padahal sudah ba-ngun pagi," cetusnya dalam hati. Dwi me-mang harus antri di barisan akhir, puluhanPNS rekan kerjanya juga menunggu giliranuntuk menaruh tangannya pada alat absenyang dipasang sebulan lalu. Orang-orangmenyebutnya fingerprint.

Absensi sistem finger print memang te-lah diterapkan di beberapa lembaga, ter-masuk pemerintah. Melalui AutomaticFingerprint Identification System (AFIS), si-dik jari pegawai disimpan dalam sebuah data-base elektronik. Untuk keperluan penca-tatan kehadiran, pegawai hanya cukupmenaruh jari dan telapak tangan dalamsebuah alat yang akan memindai sidik jari.

Manual, Chek Clock, dan Bar CodeSebelum kehadiran mesin AFIS, absensi

dalam setiap kantor memiliki beragam ben-tuk. Mulai dari penggunaan kertas kolomisian manual dengan tanda tangan yang ha-rus diisi setiap hari hingga penggunaan mesinotomatis.

Sebelum fingerprint ada pola yang biasadisebut “check clock”. Setiap pagi sesampaidi kantor, pegawai memasukkan kartu ab-sensi ke mesin tersebut. Jika ada yang da-tang sebelum jam kerja kantor, mesin akanmencetak jam kedatangan tersebut di kartuabsensi dengan tinta warna biru atau hitam.

Kalau ada yang datang terlambat, makawarna merahlah yang akan tercetak. Halsama berlaku saat pulang kantor. Bedanya,warna merah akan tercetak saat pegawaipulang sebelum waktunya. Ada pula modelbarcode yang disatukan dengan kartu tandapegawai. Sistem ini langsung dihubungkandengan komputer yang memindai datamagnetik dalam kartu pegawai.

Keberadaan mesin yang mengontrol jam

kerja setiap pegawai di kantor memang me-mudahkan bagian kepegawaian. Teknologiditerapkan untuk mengontrol pegawai danmumudahkan pencatatan untuk mengem-bangkan reward and punishment bagipegawai.

Kikis Tradisi "Titip Absen"Dengan sistem finger print diharapkan

tak ada lagi pegawai yang titip absensi. Hasilfinger print dihubungkan secara langsungke jaringan internet atau database sisteminformasi kepegawaian.

"Proses pelaporan melalui sistem ini da-pat diperoleh dengan cepat, proses ad-minsitrasi yang harus kami lakukan pun dapatringkas. Untuk penghitungan uang trans-port dan keperluan lain bisa dilakukan denganmudah dan cepat. Dan terpenting tidak adapegawai yang titip absen, sehingga merekaakan cenderung lebih tertib waktu," kataBadruddin, staf komputer bagian kepega-waian Badan Pengelolaan Data dan SistemInformasi Daerah Pemprov Kalimantan Te-ngah.

Jika dalam pola manual masih me-mungkinkan pegawai melakukan absen se-cara rekap, artinya untuk absen yang harusdiisi setiap hari selama seminggu bisadilakukan dalam satu hari. Dengan meng-gunakan teknologi pemindai dan komputerakan mencegah pola sedemikian. Karena ke-hadiran pegawai dibutuhkan untuk membe-rikan sidik jari dalam mesin pemindai.

Bukan Tanpa MasalahKenyataannya cara ini tidak bisa dengan

mudah mengikis tradisi titip absen. Sekalipuntelah ada sistem otomatis untuk absensi,namun penyiasatan masih kerap terjadi. Disebuah instansi pemerintah kadang masihada operator komputer yang menggunakansepuluh sidik jarinya untuk membantu absensepuluh orang yang berbeda. Hal inidilakukan dengan sekadar memberikan

12

Dedaunan melambaimenyambut kilas sinar mentari

yang mulai tampak. Suara teraturberirama terdengar pelan di

tengah hembusan angin dari arahperbukitan.

Suara anak kecil melantunkan ayat suciQur'an terdengar dari permukiman. Jelangfajar, suasana seperti ini bisa ditemukan tiaphari di Ujung Utara, Kolaka Utara, SulawesiTenggara.

Dinginnya udara subuh, tak menyurut-kan semangat anak-anak di perkampunganitu belajar mengaji. Sebuah kegiatan yangberlangsung selama bertahun-tahun.

Kebiasaan anak-anak SD ini ini jarang di-temukan di kawasan lain. Setiap subuh, pu-luhan anak-anak berkumpul di rumah-rumahguru mengaji ilmu baca tulis Al Qur'an. Lan-tunan ayat-ayat suci Al Qur'an ini dimulai ber-samaan dengan terdengarnya suara mengaji

di Masjid atau Su-rau, dan selesaiketika mentari

mun-cul dari ufuktimur.

Pagi hari, usaibelajar mengaji, anak-

anak tersebut memper-siapkan diri menuju sekolah.

Para orangtua di Ujung Utaramemang ingin anak-anak mereka

bebas dari buta huruf dan kebodohan. "Biarmereka sendiri yang akan menentukan. Kalausudah besar, terserah saja. Mau jadi petaniatau apa saja, yang pentingpekerjaan ituhalal. Toh, dengan menjadi petani saja, kamijuga bisa hidup," jelas Kasim, dengan logatbahasa daerah Luwu yang kental.

Kesederhanaan WargaSejak subuh hingga pagi hari, aktivitas

orang tua juga tak kalah menarik. Usaimelakukan shalat Subuh di masjid ataurumah, mereka mempersiapkan diriberangkat ke kebun kakao, cengkeh,kelapa atau kebun kemiri. Hari-hari me-reka seolah tak pernah senggang dariaktivitas mencari rejeki guna menyambunghidup.

Kesederhanaan masih mewarnai kese-harian mereka. Rumah penduduk di sepan-jang jalan poros hanya terlihat seperti rumahpapan berkolong. Namun dalam kolongrumah tersebut akan dapat ditemukan garasidengan motor dan mobil bagus terparkir.

Penampilan mereka memang seperti pe-kerja kebun. Namun tampang bukanlah ja-minan bahwa mereka miskin. Mereka memilikicukup banyak uang dari penjualan hasil bumiseperti kakao, cengkeh, kopra dan kemiri.

Lahan SuburMedan berliku, tanjakan tinggi dan jurang

terjal mewarnai perjalanan ke daerah per-batasan Sulawesi Utara ini. Tak hanya itu,untuk mencapai perkampungan yang sedikitramai, dibutuhkan tenaga ekstra untukmenjelajahi jalan berliku di perbukitan yangtidak dapat dijangkau kendaraan roda empatatau roda dua. Jenis kendaraan yang bisamenyisir wilayah tersebut hanyalah jenis jeepatau hardtop dan kendaraan tradisional be-

rupa kuda.Kondisi alam Ko-laka Utara meru-

pakan daerahpegunungandengan le-reng terjal.Dataran re-ndah hanyaterdapat dipesisir pan-

tai yang relatif sempit.Daerah pesisir yang merupakan kaki pegu-

nungan dipenuhi permukiman penduduk danlahan pertanian. Lahan di daerah ini sangatsubur dan cocok untuk tanaman cokelat. Biladi tempat lain pemetikan buah dimulaisetelah berumur dua-tiga tahun, tanamancokelat di Kolaka Utara hanya membutuhkan

waktu 18 bulan untuk dapat mulai dipanen.

Banyak Komunitas AdatDi Sulawesi Tenggara, masyarakat asli

identik dengan wilayah pedesaan karenaumumnya mereka mendiami wilayah per-desaan dari generasi ke generasi. Akan tetapitidak semua masyarakat pedesaan adalah pri-bumi atau asli terhadap teritori tersebut.

Hingga kini telah teridentifikasi 22 etnisasli di Sulawesi Tenggara berdasarkan per-bedaan bahasa yang dipergunakan (ethno-linguistic groups), yang separuhnya beradadi wilayah Buton baik daratan maupunkepulauan.

Nama Ujung Utara bukanlah nama se-benarnya. Sebutan Ujung Utara diilhami dariletak perkampungan tersebut yang beradadi ujung Kabupaten Kolaka Utara. Sebutanitu sengaja dipopulerkan mahasiswa asaldaerah Kolaka Utara yang menimba ilmu disejumlah perguruan tinggi yang ada diIndonesia.

Kabupaten ini merupakan hasil pemekaranKabupaten Kolaka sesuai UU No 29/2003.Luas wilayahnya mencakup 3.391 km2dengan penduduk sebanyak 89.445 jiwa(2000). Sumber pendapatan utamakabupaten ini adalah perkebunan kakao,kelapa dan cengkeh. Sekitar 80% pendudukkabupaten ini bergantung pada perkebunanuntuk memenuhi kebutuhan hidup.

muhammad ramadhan (sulawesi tenggara)

Kesederhanaanmasih mewarnai

keseharian mereka.Rumah penduduk yang

dibangun di dekat jalan poroshanya terlihat seperti rumah

papan berkolong.

foto

: m-b

f

uang jajan."Sistem ini me-

mang hanya alat ban-tu, semua berpulangpada kejujuran dankelapangan dada se-mua pihak. Misalnya,masih ada pegawaiyang nitip absensipada rekannya," kataSyaharani, pegawaiPemprov KalimantanTengah.

Kuncinya MauBerubah

Persoalan besar ketikasuatu organisasi memutuskan menggunakanteknologi adalah kendala budaya pegawai.Ilustrasi didepan adalah contoh nyata.Kehadiran teknologi sejatinya memper-mudah proses absensi pegawai, namunkarena ketersediaan alat yang tak memadai,yang terjadi kemudian adalah antrianpanjang. "Belum lagi waktu pulang tidaksedikit pegawai yang buru-buru keluar dariruang kerja agar mendapatkan giliranpertama," tutur Dwi yang mengakui barusebulan sistem itu digunakan.

Teknologi --termasuk sistem absenelektronik-- memang telah membuat banyakperubahan. Namun, menurut Wahyudi Ku-morotomo, dosen pada Magister Adminis-trasi Publik, Universitas Gajah Mada, “aplikasiteknologi informasi dalam organisasi publikhanya akan berubah bila manusia yangmenjadi pemasok data sekaligus pemakaidata bersedia untuk berubah dan memilikisikap positif terhadap pemakaian teknologiinformasi.”

Idealnya, perubahan yang terjadi de-ngan diimplementasikannya teknologi infor-masi bisa berlangsung mulus dan terarah.Namun faktanya, acapkali perubahan meng-akibatkan ketidakpastian. Karenanya tidak

meng-herankan bila

umumnya para abdinegara dengan berbagai cara dan alasan,menolak adanya perubahan atau bahkanmenyiasati sistem yang ada.

"Perubahan berpijak pada kebutuhanatau keinginan untuk membuat kondisi atausesuatu hal menjadi lebih baik. Hal ini yangmesti ditumbuhkan pada semua pegawaisebelum mengadopsi sebuah sistem baru,"tegas Wahyu.

Suatu pagi, seorang pegawai terlihat pa-nik. Ia mondar-mandir mencari petugas ope-rator absen. Jelang waktu untuk absen ha-bis ia masih terlihat bingung karena belumbertemu sang petugas. Pasalnya jari yangbiasanya digunakan untuk absen terbalutperban rapi setelah ia terkena pisau kemarinmalam.

Memang, teknologi hanya alat bantu,dan bukan seperti lantunan jingle sebuahperusahaan yang dapat menyelesaikan ma-salah tanpa masalah. Semua akan berpulangpada manusia pengguna teknologi tersebut.Kasus fingerprint memperlihatkan bahwaperubahan memang harus berlangsung,namun membutuhkan komitmen dan ke-sediaan semua pihak untuk selalu berubah,dan masih menyisakan ruang untuk sisimanusiawi kita.(mth@bipnewsroom,info)

foto

: m-b

f