komunika 03 2007

12

Upload: komunika-tabloid

Post on 26-Mar-2016

247 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Keselamatan Transportasi Penanggungjawab: Kepala Badan Informasi Publik Reporter: Suminto Yuliarso, Dimas Aditya Nugraha, Mediodecci Lustarini, Hendra Budi Kusnawan, Doni Setiawan Fotografer Leonard Rompas Wakil Pemimpin Redaksi: Sekretaris BIP, Kepala Pusat Inf. Polhukam, Kepala Pusat Inf. Kesra, Kepala Pusat Inf. Perekonomian Editorial Koresponden Daerah Amiruddin (Banda Aceh) Arief (Yogyakarta) Supardi Ibrahim (Palu) Yaan Yoku (Jayapura) Sekretaris Redaksi: Richard Tampubolon 2 foto : Rmt

TRANSCRIPT

Page 1: komunika 03 2007
Page 2: komunika 03 2007

2 Edisi 03/Tahun III/Febuari 2007

www.bipnewsroom.info/komunikaemail: [email protected]

Editorial

BERANDA

Konferensi pers Media Center Departemen Komunikasi dan Informatika - Bakornas, gunamemberi dukungan penanganan banjir oleh Satkorlak PB DKI Jakarta, Jabar dan Banten.

RANA

Langkah PemerintahTanggulangi Banjir

Banjir yang terjadi di beberapa daerah pada bulan Januari dan Februari 2007memang cukup "mengejutkan." Beberapa pihak memang telah meramalkan banjirakan melanda beberapa daerah, namun tak banyak yang berpikir bahwa intensitasnya,khususnya di Jakarta, Jawa Barat dan Banten, akan sebesar itu dan melanda wilayahyang luas, termasuk beberapa tempat yang sebelumnya tidak pernah dilanda banjir,serta menimbulkan banyak korban jiwa maupun harta benda.

Dalam keterangan pers setelah rapat koordinasi terbatas (rakortas) penanggulanganbanjir, Jumat 9 Februari 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikanbahwa kegiatan tanggap darurat akan dilanjutkan dengan kegiatan rehabilitasi untukmemastikan bahwa pemerintah pusat maupun daerah telah menjalankan tugas dankewajibannya dengan tepat.

Pemerintah juga telah membahas perkiraan iklim dan cuaca seluruh wilayahIndonesia, yang sesegera mungkin akan distribusikan kepada para pimpinan pemerintahdaerah maupun masyarakat luas, agar apabila menurut prakiraan cuaca kemungkinanbencana banjir itu datang, semua pihak telah siap untuk menanggulanginya.

Khusus penanggulangan banjir di DKI Jakarta dan sekitarnya pasca bencana banjir,pemerintah memutuskan bahwa kegiatan tanggap darurat dan rehabilitasi akan terusdilanjutkan sampai keadaan masyarakat benar-benar kembali pulih. Pemerintah daerahberada di depan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki dan kemudianpemerintah pusat memberikan bantuan kepada daerah yang dilanda banjir. Presidenmenginstruksikan agar warga yang berada di tempat pengungsian ataupun yangrumah tangga dan lingkungannya belum pulih, mendapatkan bantuan makanan,pelayanan kesehatan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Pemerintah juga melaksanakan semua upaya untuk memelihara dan memulihkankehidupan ekonomi dan dunia usaha, utamanya di Jakarta. Jakarta diutamakan karenamerupakan pusat kegiatan ekonomi dan usaha yang sangat menunjang kegiatanekonomi secara nasional. Beberapa hal yang menjadi prioritas adalah memulihkan sektortransportasi termasuk operasionalisasi dari pelabuhan dan jalan-jalan untuk distribusilogistik, memulihkan sumber energi utamanya listrik dan BBM, dan memulihkan aktivitasperdagangan terutama sembilan bahan pokok. Sektor industri juga akan digiatkan,termasuk aktivitas jasa seperti jasa perbankan dan telekomunikasi.

Langkah-langkah untuk mencegah terjadinya inflasi juga telah ditempuhpemerintah. Kendati di daerah bencana selalu ada kenaikan harga-harga, akan tetapipemerintah bertekad untuk mencegah inflasi yang berlebihan, terutama untukkomoditas yang sangat diperlukan oleh rakyat seperti beras dan sembako yang lain.

Pemulihan sektor pendidikan juga menjadi perhatian pemerintah. Salah satukegiatannya adalah mengupayakan agar kegiatan belajar-mengajar tetap bisadilangsungkan dengan cara mengalihkan ke tempat lain yang tidak terendam banjir.

Presiden juga menginstruksikan kepada TNI, Polri, satuan-satuan yang bisa digerakanagar terus membantu upaya tanggap darurat ini sebagai bagian dari bakti TNI ataukegiatan Polri untuk kemanusiaan. Di samping itu, secara khusus meminta Polri untukterus meminimalisasi munculnya informasi-informasi yang menyesatkan, seperti ajakanuntuk menjarah atau berita-berita yang membuat panik masyarakat.

Secara resmi presiden menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, lembaga-lembaga non pemerintah, para dermawan, para pengusaha yang bersama-sama denganpemerintah melakukan berbagai kegiatan kemanusiaan untuk meringankan korbanbanjir. Dalam kondisi yang serba terbatas, bantuan dapur umum, makanan, obat-obatan dan lain-lain sangat membantu. Presiden menyeru kepada dermawan danmasyarakat yang memiliki kemampuan untuk terus melanjutkan bantuannya kepadamereka yang sedang mengalami kesulitan hidup.

Dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus, tersinergi danterkoordinasi, diharapkan kehidupan para korban bencana banjir khususnya di DKIJakarta, Jawa Barat dan Banten, segera pulih seperti sediakala. *

Diterbitkan oleh:

DEPARTEMENKOMUNIKASI DAN

INFORMATIKA

Pengarah:Menteri

Komunikasi dan Informatika

Penanggungjawab:Kepala Badan Informasi Publik

Pemimpin Redaksi:Kepala Pusat

Pengelolaan Pendapat Umum

Wakil Pemimpin Redaksi:Sekretaris BIP,

Kepala Pusat Inf. Polhukam,Kepala Pusat Inf. Kesra,

Kepala Pusat Inf. Perekonomian

Sekretaris Redaksi:Richard Tampubolon

Redaktur Pelaksana:Nursodik Gunarjo

Redaksi:Selamatta Sembiring,

M Abduh Sandiah,Fauziah,

Sri Munadi

Editor/Penyunting:MT Hidayat

Reporter:Suminto Yuliarso,

Dimas Aditya Nugraha,Mediodecci Lustarini,

Hendra Budi Kusnawan,Doni Setiawan

Koresponden DaerahAmiruddin (Banda Aceh)

Arief (Yogyakarta)Supardi Ibrahim (Palu)Yaan Yoku (Jayapura)

FotograferLeonard Rompas

DesainD Ananta Hari Soedibyo

PracetakFarida Dewi Maharani

Riset dan DokumentasiMaykada Harjono K

Alamat Redaksi:Jl Medan Merdeka Barat No. 9

JakartaTelp/Faks. (021) 3521538,

3840841e-mail:

[email protected]

Redaksi menerima sumbangan tulisan,artikel dan foto yang sesuai dengan

misi penerbitan.Redaksi berhak mengubah isi tulisan

tanpa mengubah maksud dan substansidari tulisan tersebut.

Isi KomunikA dapat diperbanyak, dikutipdan disebarluaskan, sepanjangmenyebutkan sumber aslinya.

Terimakasih Kiriman KomunikA

Melalui surat pembaca KomunikA ini,saya ingin menyampaikan ucapan terimakasihatas kiriman Tabloid Komunika edisi 20/tahunII/ Desember 2006 ke Universitas Atma JayaYogyakarta.

Saya sangat berterimakasih karenaTabloid KomunikA ini dapat menambahwacana informasi bagi mahasiswa dan dapatmenambah koleksi di Perpustakaan kami.

Kepala PerpustakaanIr. J. Tri Hatmoko, M.Sc

Jl. Babarsari No.44 Yogyakarta 55281

Keselamatan Transportasi

Awal tahun ini, 2007, adalah "tahun ben-cana transportasi" bagi bangsa Indonesia.Diawali dengan musibah hilangnya pesawatyang sampai sekarang tak jelas rimbanya.Menyusul musibah tenggelamnya kapal lautyang juga menelan banyak korban. Yangsampai hari ini pun masih banyak korban yangbelum jelas statusnya (belum ditemukan).

Tidak sampai disitu, kejadian yang baruterjadi adalah anjloknya rangkaian gerbongkereta api yang juga menelan korban jiwa.

Saya heran, apakah tahun ini memangtahun penuh bencana atau ujian? Tapi rasa-nya sangat tidak adil bila menimpakan semuabencana transportasi nasional itu semata-mata kepada takdir saja. Sebab semua ke-celakaan yang terjadi tidak lepas dari perandan campur tangan manusia. Dalam hal initentunya adalah penyelenggara jasa angkut-an dan pembuat regulasi. Maka beramai-ra-mailah orang di Indonesia ini menggugat ma-najemen keselamatan transportasi nasional.Mulai dari regulasi, kelayakan moda trans-portasi, sampai urusan tuntut-menuntut an-tara pihak perusahaan dengan pilotnya.

Di tengah hiruk-pikuk itu semua, sayalebih senang berkomentar tentang regulasi.Hendaknya pemerintah dalam membuat ke-bijakan, ke depannya lebih memihak kepadapenyelenggara atau penyedia jasa angkutanmanusia di Indonesia ini, serta terus ber-upaya melakukan berbagai antisipasi dan tin-dakan pencegahan.

Adalah percuma bila hanya tindakan pe-nyelamatan atau sekadar pemberian san-tunan kepada keluarga korban musibah sajayang dilakukan. Selama tidak ada keber-pihakan aturan main kepada para penggunajasa transportasi yang nota bene adalahrakyat.

Saya menyarankan evaluasi regulasi trans-portasi nasional, terutama aspek keselamat-an penumpang dengan pengetatan aturandan tindakan serta sanksi kepada para pe-nyelenggara jasa transportasi baik dari swastamaupun dari pemerintah sendiri.

Nyawa sangat berharga, jadi mohon de-ngan sangat kepada para pembuat kebijakan,hargailah nyawa rakyat sendiri.

Ahmad HidayatSumedang

[email protected]

foto

: R

mt

Kembalikan Fungsi Porwanas

Saya ingin berkomentar sedikit tentangpenyelenggaraan Pekan Olahraga WartawanNasional (Porwanas). Terima kasih, karenapemerintah masih memberi dana untuk pe-nyelenggaraan Porwanas. Hanya dalam pelak-sanaannya ke depan, hendaknya fungsinyadikembalikan seperti semula yakni sebagaiajang silaturahmi antar wartawan. Selama ini,prestasi dan prestise-nya sepertinya lebihmenonjol, sehingga semangat silaturahminyanyaris kalah oleh semangat mengejar medalidan meraih tampuk juara. Sangat disayang-kan. Padahal bukan kemenangan yang sejati-nya dicari di Porwanas, tapi persatuan danpersaudaraan antar wartawan. Ingat itu...

Herman RivaiSesepuh Kontingen Jawa Timur

Pada Porwanas 2007 di Samarinda

foto

: r

ich,

fik

, rm

t. D

esai

n: A

has

Page 3: komunika 03 2007

Edisi 03/Tahun III/Febuari 2007

www.bipnewsroom.info/komunikae-mail: [email protected]

3

BencanaBencana

Cara Baru Sikapi Bencana

Bencana, bencana, bencana, dan lagi-lagi bencana. Mungkin, ini bahasa-bahasa alam yang sering kita dengardi abad ke-21 ini. Ada bencana

tsunami, gempa bumi, gunung meletus,tanah longsor, banjir sampai kecelakaantransportasi seperti pesawat jatuh, tabrakankereta api, dan tenggelamnya kapal. Ber-bagai bencana tersebut rajin menyambangikita baik secara langsung kita rasakan mau-pun secara tidak langsung melalui layar te-levisi. Semuanya menelan nyawa yang tidaksedikit. Air mata, kesedihan, duka cita, pro-tes, tidak puas, menyalahkan. Itulah seba-gian sahabat-sahabat kehidupan yang kerapdatang di belakang bencana.

Tentu mudah dipahami kenapa bencanaditemani kesedihan, duka cita, dan air mata.Sebab, harta hilang, orang-orang tercintaraib, penyakit bergentayangan di sana-sini,masa kini dan masa depan tiba-tiba jadikelabu. Tentu manusiawi sekali kalau kemu-dian bencana menciptakan banyak traumadalam kehidupan.

Di depan bencana, terutama bencanaalam, manusia lengkap dengan ilmu pengeta-huan dan teknologi (iptek)-nya seperti tidakberdaya. Dalam ketidakberdayaan sepertiitu, upaya dan usaha membuat manusia se-perti seseorang yang sedang berada di te-ngah lumpur rawa-rawa, semakin keras iaberusaha, semakin cepat ia mati ditengge-lamkan lumpur.

Paradigma Bencana Harus Diubah.Bencana memang tidak bisa dicegah,

karena itu adalah salah satu kuasa Nya, tetapirisiko yang ditimbulkan akibat bencana dapatdiperkecil jika kita siap mengantisipasi ben-cana yang akan terjadi.

Seperti yang terjadi pada Syaiful, kalausaja sejak dini ia menyadari bahwa ia tinggaldi daerah rawan banjir, ia tentu sudah mela-kukan langkah-langkah antisipasi saat musimhujan datang menjelang.

Karena itu, menurut Kepala PelaksanaHarian (Kalakhar) Badan Koordinasi NasionalPenanganan Bencana (Bakornas PB), Syam-sul Ma’arif, paradigma penanganan bencanayang selama ini dianut harus diubah dari yangbersifat responsif menjadi tindakan preventifyakni dengan melakukan upaya-upaya pen-cegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan sebelumbencana melanda.

Jujur saja, saat bencana terjadi, kitaumumnya masih setengah tidak percayabahwa bencana itu benar-benar menimpakita. "Nggak nyangka dah, kalau aer bisamasuk rumah gue!" kata Syaiful.

Akibatnya ya itu tadi, saat bencanadatang, semua panik dan sibuk melakukanupaya tanggap darurat. Ironisnya, terkadangupaya ini dilakukan tanpa adanya koordinasiyang baik dari berbagai pihak yang terlibat.Banyak keluhan dari masyarakat tentang lam-batnya bantuan yang mereka terima ketikaterjadi bencana.

Oleh karena itu kita harus segera meng-geser paradigma dari upaya tanggap daruratterhadap bencana menjadi penguranganrisiko terhadap bencana dengan sistem yangsudah baku dan terintegrasi. Mengurangirisiko lebih murah daripada memperbaikidampak yang ditimbulkan. Pekerjaan ini me-mang tidak mudah, apalagi untuk meyakin-kan dan mengikutsertakan masyakat luas,tetapi inilah cara yang terbaik untuk me-ngurangi kerugian akibat bencana.

Lihat saja akibat yang ditimbulkan olehbencana banjir di Jabodetabek (yang ma-syarakatnya memang tidak siap menghadapibanjir) pada awal Februari ini. Badan Pe-rencanaan Pembangunan Nasional (Bap-penas) memperkirakan kerugian akibatbencana banjir, yang melanda wilayahJakarta, Bogor, Depok, Tangerang, danBekasi (Jabodetabek) sejak 1 Februari lalu,mencapai Rp 8 triliun. Bukan main!

Direktur Perkotaan, Tata Ruang, danPertanahan Bappenas, Luky Eko Wuryanto,

menuturkan nilai itu merupakan hasil se-mentara dari kompilasi data yang diperolehBappenas dari beberapa sumber hinggatanggal 11 Februari. Dari jumlah Rp 8 triliuntersebut, Luky memerinci, kerugian darirumah penduduk yang rusak Rp 1,7 triliundan infrastruktur Rp 600 miliar. Sementaraitu, kerugian dari sektor industri, perbankan,serta usaha kecil-menengah diperkirakanmencapai Rp 2 triliun. Berikutnya, kerugianfasilitas sosial, seperti sekolah, rumah ibadah,dan sarana kesehatan, mencapai Rp 4,8miliar, serta kerugian lain-lain sekitar Rp 3,6triliun.

Sadar BencanaPerlu disadari bersama, negara kita

berada pada posisi geografis dan geologisyang sangat rawan bencana. Oleh karenaitu, seluruh warga masyarakat harus menya-dari akan kondisi tersebut. Kepulauan Indo-nesia termasuk dalam wilayah Pacific Ringof Fire (deretan gunung berapi Pasifik), yangbentuknya melengkung dari utara Pulau Su-matera-Jawa-Nusa Tenggara hingga ke Sula-wesi Utara. Kepulauan Indonesia juga terle-tak di pertemuan dua lempeng tektonik du-nia dan dipengaruhi oleh 3 gerakan, yaituGerakan Sistem Sunda di bagian barat, Ge-rakan Sistem pinggiran Asia Timur dan Ge-rakan Sirkum Australia. Kedua faktor terse-but menyebabkan Indonesia rentan terha-dap letusan gunung berapi dan gempa bumi.

Kita juga perlu memahami bahwa sistempenanggulangan bencana di Indonesia be-lum memadai. Bahkan sampai saat ini kitabelum memilki undang-undang yang mem-berikan kewenangan yang kuat dan kompre-hensif dalam penanganan bencana. Kita se-

mua tentu berharap agar RUU Penang-gulangan Bencana yang saat ini tengah di-bahas oleh pemerintah dan DPR segeradiselesaikan dan disahkan. Apabila diun-dangkan, RUU ini akan memberikan kepas-tian hukum dalam penanggulangan ben-cana. Manajemen penanganan bencana da-pat dibangun sebagai suatu sistem yangterkoordinasi, terpadu dan terencana.

Bencana dan pembangunan bagaikandua sisi mata uang yang saling berdampingan.Di satu sisi, bencana yang terjadi sering kalimengakibatkan hancurnya berbagai pemba-ngunan yang telah di raih. Namun, di sisilain, pembangunan yang telah kita lakukan,disadari tau tidak disadari telah merusaklingkungan sehingga menimbulkan berbagaibencana bagi kita sendiri.

Di sinilah dituntut kesadaran dari peme-rintah, pihak swasta, serta seluruh lapisanmasyarakat akan pentingnya menjaga kese-imbangan alam. Pelaksanaan pembangunanbagi kesejahteraan masyarakat jangansampai malah menjadi bumerang yang siapmenghancurkan kita sendiri.

Ebiet G. Ade dalam lirik lagunya telahberulang kali mengingatkan kita akan hal ini.Anugerah dan bencana adalah kehendak-Nya/kita mesti tabah menjalani/hanyacambuk kecil agar kita sadar, adalah Diadiatas segalanya/anak menjerit-jerit, asappanas membakar, lahar dan badai meyapubersih/ini bukan hukuman hanya satu isyarat,bahwa kita mesti banyak berbenah

Lalu pertanyaannya adalah sejauh manakita telah bersahabat dengan alam. Benarkahkita telah menjadi kalifah yang baik diduniaini? Atau sebaliknya menjadi perusak yangmembuat kondisi alam porak-poranda?**

Wajah Syaiful kontan pucat pasi saat membuka pintu. Iasangat kaget, karena tamu yang pagi itu "nongkrong" di

depan pintunya bukan manusia melainkan... air bah!Bagaimana tidak kaget, tahun-tahun sebelumnya banjir

paling banter menggenangi jalan di depan gang. Tiba-tibasekarang masuk rumah. Tak pelak, ia pun kalang kabut

menggotong barang-barang elektronik dan barangberharga ke lantai atas. Kendali itu Ada di Tangan Kita

Saat ditanya, mau kebanjiran atautidak, semua orang pasti akanberkata, "Tidak!". Begitupun jika ada

pilihan, kena bencana atau hidup amandamai tanpa bencana, semua pasti akanmemilih hidup damai tanpa gangguanbencana.

Tapi lihatlah, perilaku kita sungguhbertentangan dengan suara hati nurani.Semua emoh dilanda banjir tapi kita se-enaknya membuang sampah di kali, men-cukur habis hutan dan lahan resapan air,mempersempit kali, memenuhi lahan ter-buka hijau dengan rimba beton dan meng-acak-acak daerah aliran sungai.

Mau tahu keadaan Kali Ciliwung dimusim kemarau? Tak ubahnya seperti tem-pat sampah raksasa tempatmasyarakat Ja-karta membuangsegala sisa peradaban kedalamnya. Tak heran saat hujandatang melanda, sampah-sampah membendung bantarankali sehingga airnya tumpah ruahke lahan permukiman.

Mengapa air dari pintu airKatulampa Bogor membuncahtinggi di atas normal? Karenadaerah resapan air di sepanjangDAS yang ada di wilayah Bogor,Puncak dan Cianjur banyak yangberalih fungsi menjadi lahanpermukiman.

Curah hujan yang intensitas-nya di atas normal bisa saja "di-salahkan", namun mengapa ban-jir tidak terjadi pada saat Bopun-jur dulu masih hijau berselimuthutan dan semak belukar?

Demikian pula longsor danbanjir bandang yang melandabeberapa wilayah di Indonesia,seperti yang pernah terjadi diBondowoso, Banjarnegara, Aceh

dan Sinjai Sulawesi Selatan, semua terjadikarena tingkat erosi di hulu sungai sudahsampai pada taraf yang "kebangeten".

Dus, sebenarnya kendali itu sebagianada di tangan kita. Jika saja tangan kitatak rajin melempar sampah ke sungai, mem-babat hutan, menggunduli DAS, mengu-bah sungai menjadi perumahan, menambaldaerah resapan air dengan aspal dan betonyang masif, niscaya bencana seperti banjirdan tanah longsor akan menjauh dari kita.

Tapi angan-angan tak seindah kenya-taan, tangan-tangan jahil kita tetap sajausil merusak alam, kendati kita semua tahupolah kita kelak akan memanen celaka. Kitamemang tak akrab dengan manajemenantisipatif.** (g)

foto

: b

ank

data

foto

: b

ank

data

Page 4: komunika 03 2007

4 Edisi 03/Tahun III/Febuari 2007

www.bipnewsroom.info/komunikaemail: [email protected]

Menyelamatkan air dapat dilakukandengan membuat sumur resapan.Sumur gali yang berfungsi untuk

menampung, meresapkan, dan menga-lirkan air hujan yang jatuh di permukaantanah, bangunan, juga atap rumah.

Fungsi sumur ini sangat banyak, mulaidari menambah atau meninggikan per-mukaan air tanah dangkal (water table),menambah potensi air tanah, mengurangigenangan banjir, mengurangi amblesan ta-nah, sampai dapat mengurangi bebanpencemaran air tanah.

Manfaat dan fungsi sumur resapan inisebenarnya sudah dirasakan sejak dulu,terutama oleh masyarakat perdesaan. Me-reka, secara sederhana sudah membuatlubang-lubang di sekitar tanaman ataupepohonan yang berfungsi layaknya sumurperesap air.

Saat ini, teknologinya pun terus di-kembangkan agar mendapat kualitas airyang lebih bersih, tentu saja dengan tetapmempertahankan kesederhanaan dan ke-mudahan dalam membuatnya.

Hal yang harus diperhatikan dari pem-buatan sumur ini adalah penempatannyayang berada pada lahan datar, tidak padatanah berlereng, curam, atau labil. Kemu-dian harus dijauhkan dari tempat penim-bunan sampah dan septic tank, minimallima meter dari bibir sumur. Dan dijauhkanpula dari pondasi bangunan, minimal satumeter. Untuk bentuk sumur, sesuai de-ngan selera, boleh bundar ataupun per-segi empat.

Soal kedalaman, biasanya digunakanukuran minimal tiga meter dan maksimaldua meter di bawah permukaan air tanah.Jika bingung atau enggan mengukur,batasannya sampai Anda bertemu dengantanah berpasir.

Di dalam sumur kemudian diisi denganmaterial berlapis. Lapisan paling dasar ada-lah batu pecah setinggi 10-20cm yang di-susun berongga. Kemudian dilapisi denganpecahan bata merah setinggi 5-10cm diatasnya. Ijuk, kerakal, arang, dan tanahyang berfungsi meningkatkan kemam-puan menyerap air dan meningkatkankualitas air tanah disusun pada lapisan be-rikutnya.

Air hujan yang masuk ke sumur resapandisaring oleh kerakal, ijuk, dan lainnya, barudiserap oleh tanah. Untuk dinding sumurbagian atas dapat menggunakan batubata merah; batako; campuran satu bagiansemen, empat bagian pasir; diplester ataudiaci semen.

Saluran air hujannya, dapat menggu-nakan pipa PVC berdiameter 110 milime-ter, pipa beton berdiameter 200mm, danpipa beton setengah lingkaran berdi-ameter 200mm.

Penyaluran air ke sumur resapan, lebihsederhana lagi, cukup mengumpulkan airhujan dari atap bangunan, kemudian di-salurkan menggunakan pipa ke sumur re-sapan. Atau cukup dengan meman-faatkan saluran di permukaan tanah se-perti sistem teras yang kemudian di sa-lurkan ke dalam sumur resapan.

Pengumpulan air dari atap rumah me-miliki keunggulan pada kualitas air, kendatijumlahnya terbatas. Kualitas dan kuantitasair yang dikumpulkan dari atap dipengaruhioleh jenis material dan kehalusan atap.Sedangkan pengumpulan air melaluisaluran di permukaan tanah kualitas airnyakurang bagus, tetapi jumlahnya bisa lebihbanyak. Mudah kan? Jadi tunggu apalagi,semakin banyak sumur serapan yang ada,semakin banyak air yang akan terselamat-kan.*** (dan/sumber:BPPT)

Pernahkan Anda membayangkanbagaimana rasanya mencuci piring,mandi, atau mungkin menyikat gigidengan air sungai yang kotor dan

bau? Kalau hal itu tak sempatterbayangkan, jangan repot-repot

untuk melanjutkannya. Karena wargadi bantaran sungai Ciliwung, Jakarta,

tak sekadar membayangkan, tapisudah menjadi rutinitas harian yangbagi sebagian orang akan berpikir,

“Kok bisa sih?

Tuti (38) misalnya, seorang ibu yangtinggal di kawasan Jatinegara, JakartaTimur. Nekat mencoba mencampur-

kan cairan kimia pemutih baju ke air sungaiyang ditimbanya untuk mencuci piring. Iatak sadar bahaya lain tengah mengintip daricaranya memenuhi kebutuhan air bersihyang dipasarkan seharga Rp1.500 per galon.

Ya, di sana air bersih sudah identik de-ngan kemewahan. Bahkan tak hanya di Cili-wung, menurut penelitian Jurnal Science,2025 nanti wilayah bumi yang kaya denganair, termasuk Indonesia, akan benar-benarkesulitan untuk mendapatkanya.

Yang paling ekstrem mungkin ucapanWakil Presiden Bank Dunia Ismael Serageldinpada tahun 1995. Ia memprediksi emas birualias air akan menjadi barang berharga bah-kan dapat memicu terjadinya perang karenasaking berharganya.

Air, Sumber Daya Tak TerbaharukanDi buku-buku pelajaran sekolah, sampai

saat ini, air memang masih dikategorikansebagai sumber daya alam yang dapatdiperbaharui. Mungkin karena persediaanyayang tidak terbatas dan banyak tersedia dialam. Tapi pernahkah terpikir, bagaimana de-ngan air bersih atau air minum, tak terba-taskah? Atau mungkin…?

Air adalah sebuah masalah besar. Setidak-nya banyak yang khawatir tentangnya. Ter-lebih jika melihat data dari Pusat LingkunganGeologi, Badan Geologi, Departemen Energidan Sumber Daya Mineral mencatat penu-

runan muka air tanah mencapai 4 meterdalam setahun. Kondisi yang terjadi di Ja-karta, Kota Bandung, Cimahi, Semarang,Yogyakarta, dan Surabaya.

Belum lagi data Dirjen Sumber Daya AirKimpraswil yang menyatakan ada sekitar 65daerah aliran sungai (DAS) atau 13,8 persendari jumlah DAS di Indonesia dalam keadaanamat kritis dengan tingkat sedimentasitinggi.

Ditambah lagi dengan prilaku warga yangkurang menghargai keberadaan air. Hampirlima menit sekali, “bom” plastik berisi sampahmeluncur dan menghujam ke aliran-aliransungai. Belum lagi bangunan di bantaran kaliyang kian menggerus wilayah sungai. Wuih,semakin berat permasalahannya.

Benar-benar Tak MudahBerbagai upaya telah dilakukan peme-

rintah. Bahkan sampai rencana jangka pan-jang yang tersirat pada Peraturan Pemerin-tah (PP) No. 16 Tahun 2005 tentang Pe-nyediaan Sistem Air Minum. Pemerintah ber-pikir jauh agar pelayanan air dapat memenuhisyarat kesehatan dan dapat langsungdiminum pada tanggal 1 Januari 2008.

PP ini juga menetapkan penyusunanrencana induk SPAM yang terpadu denganpembuangan air limbah dan sistem pengelo-laan persampahan, yang ditargetkan padatanggal 1 Januari 2010. Desakan kepada ne-gara untuk memenuhi kebutuhan air bersihjuga datang dari Program Millenium Deve-lopment Goals (MDG).

Namun, “Pemerintah daerah masih kesu-litan dalam penyediaan fasilitas yang baik pa-da pengadaan air,” ujar Menteri LingkunganHidup, Rachmat Witoelar, beberapa waktulalu.

Ia mengatakan, timbulnya kerusakanlingkungan hidup adalah akibat perbuatanmanusia. Tanpa perubahan sikap dan peri-laku, maka lingkungan hidup akan semakinrusak dan akan mengancam kelangsunganhidup manusia.

Perubahan sikap dan perilaku bersumberdari perubahan cara berpikir manusia terha-

dap lingkungan hidup. Perubahan sikap danperilaku tersebut hanya dapat dilakukan apa-bila diterapkan pada kebiasaan sehari-hari.Hal tersebut dapat dimulai dari hal-hal yangtidak terlalu rumit, mudah dilakukan danbersifat aksi nyata.

Kebutuhan sumberdaya air yang terusmeningkat tidak dapat diimbangi oleh siklusair yang relatif tetap dan mungkin saja kianlangka. Perubahan lahan akibat tekanan ak-tivitas penduduk mengakibatkan perubahanbadan air yang terbentuk di daratan. Contohnyata di berbagai wilayah pada saat musimhujan selalu/menjadi banjir, sedangkan padasaat musim kemarau daerah yang samamengalami kekeringan.

Ketika dampak lingkungan mulai terasa,maka pentingnya upaya konservasi barulah

disadari. Sumberdaya air mulai menjadi salahsatu parameter kendali dalam penentuantata ruang.

“Rumah-rumah tinggal yang berpeka-rangan, hotel, apartemen, pusat perbelan-jaan, dan perkantoran seharusnya membuatsumur-sumur resapan air sebaik-baiknya,” ujarDr Rosyid Hariyadi, MSc, ahli pengelolaan ku-alitas air (water quality management), yangjuga peneliti pada Pusat Pengkajian Tek-nologi Lingkungan Badan Pengkajian danPenerapan Teknologi (BPPT).

Bukannya menakut-nakuti, tadi bila takada perubahan tentang cara memandangdan sikap terhadap lingkungan hidup, bukantak mungkin ucapan Ismael Serageldin bisajadi kenyataan. Dunia akan terjadi krisis airbesar-besaran! (dan)

Ketika Air PergiDi masa mendatang setetes air lebih

berharga daripada berlian.

Selamatkan Air dengan Sumur Resapan

Seember air bersih di tengah banjir, harta yang sangat berharga.

Air. Berlebih di musim hujan, langka di musim kemarau.

foto

: b

ank

data

foto

: b

ank

data

Page 5: komunika 03 2007

Edisi 03/Tahun III/Febuari 2007

www.bipnewsroom.info/komunikae-mail: [email protected]

5

Dewasa ini, dunia telekomunikasimempunyai peran yang sangatpenting dalam hampir setiap

aspek kehidupan manusia seperti pendidikan,bisnis, hiburan, perdagangan, rumah tangga,industri dan lainnya. Di dunia yang semakinkecil, sementara informasi semakin luas dancepat tentu dibutuhkan sarana-sarana baru.Karena itu tidak heran bisnis TV ber-bayar ditenggarai mempunyai prospekyang cukup men- janjikan.

Penetrasi TV berbayardi Indonesia memang masihdi bawah 1%, jauh jikadibandingkan dengan

negara-

negarasepertiMalaysia,Singapura,Ta i w a n ,Korea, danUSA yang me-miliki penetrasiTV berbayar antara35% s/d 90%. Semen-tara di Jepang pelanggantelevisi berbayar mencapai 50 jutadan di China tercatat puluhan jutapelanggan.

Tetapi jika dilihat, Indonesia denganjumlah penduduk yang sangat besar mem-punyai potensi yang menjanjikan bagi ber-kembangnya bisnis TV berbayar.

Di Indonesia sendiri jika berbicara me-ngenai TV berbayar setidaknya terdapat be-berapa nama yang sering kita dengar - darikeseluruhan 14 penyelenggara TV berbayaryang ada - yaitu Indovision, Kabelvision,Telkomvision, IndosatM2 dan Astro TV.

Indovision, perusahaan TV berbayar yangdidirikan pada tahun 1989 mengoperasikanlayanannya secara Direct To Home (DTH)atau metode penyiaran dari satelit langsungke pelanggan. Sedangkan Kabelvision yangdidirikan tahun 1994 mengoperasikan laya-nannya menggunakan kabel coaxial berkapa-sitas tinggi yang dikombinasikan dengan ka-bel serat optik. Sementara Astro TV, televisiberbayar yang mulai beroperasi di Indonesiapada Februari 2006 lalu juga menggunakansatelit dalam mengoperasikan layanannya.

Ragam Tayangan AcaraOperator TV berbayar menawarkan pro-

gram-program TV eksklusif dari hampir se-luruh belahan dunia untuk penggemar acaraTV yang fanatik. Untuk menikmatinya tentusaja orang tersebut harus menjadi pelanggan

Geliat Perkembangan Televisi Berbayar

terlebih dahulu dengan membayar sejumlahuang pendaftaran dan juga uang iuran setiapbulannya.

Selain program-program acara dari luarnegeri ada juga program lokal. Misalnya pro-gram lokal Astro Ceria dari Astro yang meru-pakan program dari anak dan untuk anak de-ngan cara melibatkan sejumlah anak yangterpilih untuk memberi pendapat tentang

acara apa yang disukainya. Lalu jugaada Astro Aruna yang meru-pakan sebuah program si-netron, serta Astro Kiranayang merupakan programfilm yang bekerja samadengan produser sine-tron/film Indonesia.

Sama seperti As-tro, Indovision jugamempunyai berbagaiprogram acara yangbervariasi dan bisa di-nikmati oleh semua

kalangan, mulai daridewasa hingga anak-

anak. Kurang lebih ada700 judul film/program

yang ditayangkan setiap bulanyang tercakup dalam beberapa

kategori. Selain program-programhiburan ada juga program program

pendidikan dan informasi. Misalnya pro-gram Discovery Channel, Animal Planet yang

sangat bermanfaat untuk menambah wa-wasan pengetahuan baik bagi orang dewasamaupun anak-anak. Sedangkan dalam kate-gori program informasi atau berita pelangganjuga mendapatkan tayangan program CNN,BBC dan ABC.

Sementara kabelvision mempunyai pro-gram acara hiburan seperti AXN, CelestialMovies, Channel [V] International, E! Enter-tainmet, Hallmark Channel, MTV Asia, StarWorld, STYLE, The Family Channel dan ZoneReality. Untuk penggemar olah raga ada pro-gram Sports ESPN, Star Sports. Sedangkanuntuk program tayangan International adaAl-Jazeera, Australia Network, CCTV-4,Deutsche Welle, Mac TV, Phoenix ChineseChannel, RAI International, TBN, TV5 Mon-de.

Layanan Inovatif BaruSelain program tayangan beragam ope-

rator TV berbayar juga ada yang menyedia-kan layanan-layanan inovatif baru. Saat inilayanan dari televisi berbayar tak sekadarmenyajikan program hiburan saja, namun adajuga layanan multimedia. Inovasi-inovasi da-lam bidang layanan ini yang diharapkan dapatikut mendorong naiknya jumlah pelanggan.

Hal ini seperti yang dilakukan oleh Indo-satIM2 dengan menyediakan layanan internetdengan tarif tetap. Maksudnya adalah pe-langgan televisi berbayar bisa menikmati ak-ses internet tanpa harus mengeluarkan biaya

tambahan.Ada juga layanan Home Shopping untuk

kebutuhan sehari-hari maupun barangeksklusif. Dengan layanan ini pelanggan bisaberbelanja secara virtual, tidak perlu me-ninggalkan rumah, cukup melalui televisinya.Pelanggan akan mendapatkan informasi yangcukup mengenai barang yang diinginkan ter-masuk harganya.

Lalu untuk membeli barang yang dimak-sud cukup melakukan pemesanan menggu-nakan telepon. Pembayaran juga dapat dila-kukan dengan praktis yaitu dengan debetrekening melalui internet banking atau mem-bayar secara tunai saat barang diantar (cashon delivery).

Dorongan Perkembangan TV BerbayarPemerintah sebagai regulator juga men-

dorong hadirnya TV berbayar sehingga jum-lahnya kian hari kian banyak. Seperti yangdiungkapkan oleh Kepala Bagian Umum danHumas Ditjen Postel, Departemen Komuni-kasi dan Informatika (Depkominfo), Gatot SDewa Broto, salah satu alasannya adalah ka-rena terbatasnya kanal frekwensi bagi TVbiasa. “Contohnya di Jakarta, sebenarnya ka-pasitas untuk TV biasa sudah maksimal ka-rena frekuensinya sudah tertutup rapat,belum lagi di daerah-daerah yang berlomba-lomba mendirikan TV sehingga kapasitasnyamenjadi sudahsangat maksimal,”katanya.

Hadirnya TVberbayar akan me-nguntungkan bagikonsumen karenakonsumen akanbebas menentu-kan TV berbayarmana yang akandipilih, selain itu juga akan mendorongefisiensi dari penggunaan spektrum freku-ensi. Gatot menggarisbawahi bahwa hadirnyaTV berbayar harus sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku seperti Undang-Un-dang Telekomunikasi dan Undang-UndangPenyiaran. “Jika sudah sesuai dengan pera-turan yang berlaku, tentu saja kita akan men-dorong perkembangan TV berbayar,” kata-nya.

Jika dilihat dari regulasi telekomunikasisaat ini paling tidak ada beberapa regulasiyang berkaitan dengan penyelenggaraan TVberbayar, di antaranya Undang-Undang Tele-komunikasi, PP No 52 Tentang Penyeleng-garaan Telekomunikasi, KM 21, Permen Ko-minfo No 13 Tahun 2005 dan Permen Komin-fo No. 37 Tahun 2006 sebagai revisi terhadap

Hilman (26), seorang teman yang tinggal diBanda Aceh pernah bercerita tentang salurantelevisi di sana yang menurutnya hanya dapatmenangkap 6 saluran TV biasa yaitu Indosiar,

MetroTV, TransTV, RCTI, SCTV dan TVRI.Sedangkan Global, TV7, LaTivi, dan ANteve

tidak dapat ditangkap. Hal inilah yangkemudian mendorong dia untuk

berlangganan TV Berbayar.Apakah 6 saluran TV yang ada tidak cukup?

Cukup, tetapi menurut dia, terkadang untuksekadar menghilangkan kepenatan akibat

kesibukan di tempat kerja bisa diredusir denganmenonton acara TV yang bervariasi. Nah,

berlangganan TV berbayar dianggap sebagaisolusi untuk mendapatkan tayangan acara TV

yang lebih variatif.

Permen No 13 Tentang PenyelenggaraanTelekomunikasi yang Menggunakan Satelit.

Disadari memang investasi dalam bisnis TVberbayar ini tidaklah sedikit, oleh karena itupemerintah tidak mempunyai kebijakan yangkhusus karena jika nantinya terlalu banyakregulasi maka dikhawatirkan akan berpenga-ruh pada berjalannya bisnis tersebut. “Peme-rintah merasa peraturan-peraturan yang adasudah cukup karena peraturan yang terlalubanyak dikhawatirkan akan membuat kondisitidak kondusif bagi investasi TV berbayar diIndonesia,” kata Gatot.

Segmentasi Penonton Yang BedaSegmentasi pelanggan TV berbayar ber-

beda dengan TV biasa, walaupun saat iniTV biasa sudah berkembang pesat disertaidengan makin banyaknya program acarayang baik dan berkualitas. Hal ini karena TVberlangganan menawarkan konsep yang ber-beda dari TV biasa, dimana pelanggan bisabebas memilih kanal program acara sesuaikeinginan.

Layanan TV berbayar dari Kabelvision mi-salnya yang saat ini sudah memiliki 70 kanalyang digolongkan diantaranya dalam programpendidikan, hiburan, internasional, anak-anak,berita, lokal dan olah raga. Sedangkan AstroTV hingga saat ini memiliki 48 kanal yangmeliputi kanal berita, ilmu pengetahuan, film,

olahraga, juga kanaldari televisi lokal.

Menurut Gatot, se-makin banyaknya TVberbayar dengan ber-bagai program yang di-tawarkannya, tentuakan memberikanharga berlanggananyang kompetitif bagimasyarakat. “Dengan

makin banyak peyelenggara TV berbayarbiaya tentu biaya berlangganan pun akansemakin murah seiring dengan persaingan.Sementara segmentasinya yang berbedadengan TV biasa, tidak dikhawatirkan me-nyebabkan persaingan antara keduanya.”

Saat ini karakteristik pelanggan TV ber-bayar sudah makin heterogen, dari kalanganatas, menengah, dan bahkan bawah. Jumlahpelanggan TV berbayar juga diperkirakanakan terus tumbuh seiring dengan perkem-bangan ekonomi. Investasi dalam industri TVberbayar memang membutuhkan waktu lamadan dana yang tidak sedikit. Walaupun per-tumbuhan jumlah pelanggan TV berbayartidak secepat TV biasa, namun paling tidak,banyak yang bisa diharapan oleh para penye-lenggara TV berbayar. (hbk)

Geliat Perkembangan Televisi Berbayar

illus :

www.ch

ristia

nans

wear.n

et

Kapasitas untuk TV biasasudah maksimal karena

frekuensinya sudah tertutuprapat, belum lagi di daerah-

daerah yang berlomba-lombamendirikan TV sehingga

kapasitasnya menjadi sangatmaksimal.

foto

: b

ank

data

Page 6: komunika 03 2007

Binaran mentari pagi menerobosbilik kayu yang bolong-bolong. Di

lantai tampak perabot rumahtanggayang jauh dari “memadai”: sebuahpanci rombeng, stoples kusam, dan

nyiru tua berisi parutan ubi. Disebelahnya, seorang anak balita

berpakaian compang-campingbersandar manja di punggung

bapaknya yang sedang jongkok.Mata si bapak menerawang kosong,

seolah mewakili keresahan orangtuayang gamang menghadapi masadepannya, dan tentu saja masa

depan anak yang sedang bergayut dipunggungnya.

Itulah salah satu gambaran komunitas adat terpencil(KAT) yang tertangkap kamera jurnalis, dandipamerkan di lantai dasar Hotel Atlit, Samarinda,dalam rangka peringatan Hari jadi PWI ke 61 danhari Pers Nasional (HPN) tahun 2007.

Tahun ini HPN sengaja mengangkat PemberdayaanKomunitas Adat Terpencil (PKAT) sebagai tema sentral.Tema PKAT dipilih karena merupakan amanat PresidenSusilo Bambang Yudhoyono kepada Departemen Sosial(Depsos), dalam peringatan Hari Masyarakat Adat Inter-nasional, 9 Agustus 2000 di Taman Mini Indonesia Indah,serta pernyataan presiden di depan sidang Dewan Perwa-kilan Daerah (DPD), 23 Agustus 2006. Oleh sebab itu,pada peringatan HPN tahun ini, Depsos menggandengPersatuan Wartawan Indonesia (PWI) untuk mengangkatpersoalan yang dihadapi KAT agar diketahui publik secaraluas dan kemudian bisa dicarikan jalan keluar pemecah-annya secara bijak.

Mengapa PKAT penting? “Karena sebagian besar KATdi wilayah Indonesia hidup dalam suasana yang mempri-hatinkan. Mereka tertinggal dan bahkan bisa dikatakanterbelakang baik dalam segi ekonomi maupun sosial di-bandingkan dengan komunitas masyarakat lainnya di In-donesia,” kata Ni Masjitoh Tri Siswandewi dari Direktorat

Pemberdayaan KAT, Departemen Sosial, yang juga panitiaHPN 2007, saat ditemui di ruang sekretariat panitia di HotelAtlit Samarinda, (8/2).

Melalui “blow-up” di media massa, kata perempuan yangakrab dipanggil Tetri ini, realitas KAT dapat terangkat kepermukaan sehingga mengundang perhatian publik untukbersama-sama memberdayakannya agar ke depan posisinyadapat sejajar dengan komunitas masyarakat non KAT.

KAT, Apa Itu?Dalam dialog interaktif yang disiarkan langsung oleh TVRI

Samarinda, Direktur Pemberdayaan Sosial Depsos, M Ron-dang Siahaan, menyatakan KAT adalah kelompok sosial bu-daya dengan ciri relatif kecil, tertutup, tertinggal, homogen,terpencar, berpindah-pindah dan atau menetap. Merekaberpegang pada adat istiadat dengan kondisi geografis yangsulit dijangkau. Penghidupannya tergantung pada sumberdaya alam daerah setempat, teknologi sederhana danekonomi yang subsistem serta terbatasnya pelayanan sosialdasar. “Dulu masyarakat dengan kondisi seperti itu seringdisebut dengan istilah suku terasing, tapi sekarang paradig-manya diubah menjadi KAT,” kata Rondang.

Berdasarkan data Depsos, pada tahun 2006 populasiKAT di Indonesia berjumlah 193.185 kepala keluarga atausekitar 1,1 juta jiwa, tersebar di 296 kabupaten di 30 pro-vinsi. Mereka bermukim di pegunungan, pedalaman, perair-an, pulau kecil, dan daerah perbatasan antarnegara. Carahidup mereka berkelana (nomaden), menetap sebentar,atau selamanya. Dari jumlah tersebut, sekitar 23% sudahdiberdayakan, 5% sedang diberdayakan dan 75% lainnyabelum diberdayakan. Jelas bahwa sebagian besar KAT masihhidup dalam keadaan yang memprihatinkan.

Secara garis besar, lanjut Rondang, permasalahan yangdihadapi KAT ada tiga. Pertama, masalah internal yangberkaitan dengan kemiskinan, keterasingan, keterpencilandan ketertinggalan. Kedua, masalah eksternal antara lainrawan berbagai eksploitasi, HAM, integrasi sosial dan in-tegrasi bangsa. Dan ketiga, masalah pengelolaan antaralain perbedaan persepsi dalam pemberdayaan KAT sertamasih belum diangkatnya PKAT sebagai prioritas di beberapadaerah. Kompleksitas permasalahan ini membuat PKAT sulitdilaksanakan dalam waktu singkat.

Soal keterbelakangan dan kekurangberdayaan komu-nitas adat tertinggal, pakar KAT dari Universitas Mulawar-man, Prof Sarosa, menyatakan hal itu kebanyakan terjadikarena keadaan geografis yang tidak mendukung. “Banyakdi antara KAT tinggal di wilayah yang sangat sulit dijangkau,seperti di lereng-lereng pegunungan atau pulau-pulau

terpencil. Beratnya kondisi medan membuat upaya pembukaan isolasisangat sulit untuk dilakukan,” kata Sarosa.

Pemberdayaan KATSaat ini, kata Prof Sarosa, sudah saatnya KAT dibuka dan diber-

dayakan agar tidak terpinggirkan. “Kita bisa melihat, keadaan merekasangat jauh tertinggal dibandingkan dengan komunitas lain di Indo-nesia. Mereka bukan saja miskin dalam arti material, namun juga terping-girkan secara sosial-budaya. Kita harus segera membedah isolasi mereka,sebab tanpa pembukaan isolasi, pemberdayaan tak mungkin dilakukan."

Menurut Sarosa, pemberdayaan KAT memerlukan intervensi peme-rintah. Tanpa keterlibatan pemerintah, pembukaan isolasi KAT hampirmustahil dapat dilakukan. “Tapi jangan lupa, sebaliknya tanpa dukunganseluruh elemen masyarakat, pemberdayaan KAT juga tak akan berhasil.Jadi harus ada kerjasama lintas sektoral,” imbuhnya.

Ia belum melihat adanya upaya yang terintegrasi secara nasionaldalam PKAT ini. Masing-masing instansi dan lembaga mempunyai programsendiri-sendiri untuk memberdayakan KAT, sehingga hasilnya tidak bisamaksimal. Karena itu ia menyambut baik upaya Depsos yang akan melak-sanakan pemberdayaan KAT dengan menggandeng lembaga lain sepertiDepkominfo dan pers.

Bagaimana dengan Depsos sendiri? Lembaga yang secara langsungterkait dengan PKAT ini akan menerapkan strategi pemberdayaan me-lalui upaya peningkatan kemampuan masyarakat (capacity building),meningkatkan aksesibilitas, serta meningkatkan wawasan kebangsaan.Peningkatan kemampuan masyarakat dilaksanakan dengan mengadakanpelatihan keterampilan teknis misalnya di bidang pertanian dan perke-bunan. Peningkatan aksesibilitas ditempuh dengan membangun infra-struktur seperti jalan dan jembatan serta sarana dan prasarana lainnyatermasuk sarana komunikasi, bekerjasama dengan instansi terkait. Se-dangkan peningkatan wawasan kebangsaan dilaksanakan melaluisosialisasi dan pendidikan yang berhubungan dengan pentingnya men-jaga persatuan dan kesatuan bangsa. “Selain itu, kami juga berupayamengubah berbagai peraturan perundangan terkait dengan PKAT, agarkondusif dan berpihak kepada program percepatan pemberdayaan KAT,”ujar Rondang Siahaan.

Ia tidak ingin KAT menjadi konservasi dan menjadi tontonan. “Arahpengembangan KAT di Indonesia tidak seperti itu. Justru dengan PKAT,komunitas adat terpencil akan dikembangkan sehingga nantinya bisasejajar dengan komunitas lainnya,” imbuhnya.

Peran Pers dan InformasiBerapa banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui secara

gamblang tentang KAT beserta problematika yang dihadapi? Ternyatahanya sedikit. “Jangankan masyarakat umum, orang-orang pers sajamasih banyak yang gagap saat ditanya tentang KAT,” ungkap Tri Sis-wandewi.

Karena itu ia mengharapkan, ke depan lembaga yang berkecimpungdi bidang pers dan informasi, semakinmeningkatkan peran untuk “memper-kenalkan” KAT kepada seluruh anggo-ta masyarakat. "Saya yakin jika persrajin memberitakan KAT, pemberda-yaan KAT akan berjalan lebih cepatdan efektif."

Nuh Watimena dari PWI Pusatmengemukakan, PWI sebagai lem-baga yang bertugas membina opinipublik memiliki tanggungjawab moraluntuk ikut serta memberdayakan KAT.“Oleh karena itu pada peringatan HUTPWI ke 61 dan Hari Pers 2007 ini, kamibekerjasama dengan Depsos dan Dep-kominfo mengadakan Pameran FotoKAT. Tujuan kami untuk menggugahmasyarakat dan juga insan pers agarbersama-sama memberdayakan ke-lompok masyarakat yang kehidup-annya kurang beruntung itu (KAT—

Red). Saya kira tanpa peran pers,pemberdayaan KAT ku-

rang maksimal.”

6

Page 7: komunika 03 2007

7

Komitmen untuk terus menyuarakanPKAT ini, menurut Nuh, akan terus dipe-gang. Ke depan PWI akan kembali mengada-kan lomba penulisan KAT dan lomba fotoKAT, serta mengangkat masalah KAT (eks-pose) dalam pemberitaan. “Akan kita jagaagar pers senantiasa menyuarakan aspirasiKAT,” janjinya.

Sementara itu, terkait dengan rendah-nya aksesibilitas informasi di tengah KAT,Kepala Badan Informasi Publik Depkominfo,Suprawoto, menyatakan hal itu terjadi diantaranya karena faktor kemiskinan.

“Informasi itu kan mahal. Misalnya, untukbisa membeli TV saja warga di daerah harusmenjual gabah atau hasil bumi hingga berton-ton. Berlangganan koran juga membutuhkanbiaya yang tidak sedikit. Maka bisa dimaklumijika di daerah-daerah terpencil aksesibilitasinformasi sangat rendah,” ujarnya.

Terkait dengan maraknya penggunaan parabola di daerah-daerahterpencil, menurut Suprawoto, mengindikasikan bahwa informasi dimasa sekarang ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat pentingdan harus dipenuhi. “Masyarakat akan berupaya mencari informasi de-ngan cara apapun, termasuk yang mahal melalui parabola.”

Namun ia mengingatkan, tak selamanya penggunaan parabola akanmembuat KAT menjadi lebih berdaya. “Justru harus diwaspadai, sebabjika tidak diikuti dengan media literasi yakni kemampuan memilih danmenyaring informasi yang masuk, khususnya yang tidak sesuai dengankultur masyarakat setempat, hasilnya justru bisa kontraproduktif.”

Suprawoto mencontohkan, dengan menggunakan parabola infor-masi dari luar negeri akan leluasa masuk. Jika tidak diseleksi secarabijak, beragam informasi tersebut dapat menimbulkan kejutan budaya(culture shock) yang justru dapat menggoyahkan kearifan budayadan adat-istiadat setempat.

Karena itu Suprawoto menyarankan agar masyarakat setempatmemaksimalkan peran pers dan lembaga penyiaran misalnya radiokomunitas yang ada di daerah masing-masing. “Pemberdayaan medialokal ini penting, karena di samping akan meningkatkan aksesibilitasinformasi masyarakat, juga dapat dipergunakan untuk memunculkankultur lokal di media, sehingga budaya setempat dapat dikenal olehmasyarakat secara lebih luas. Dengan cara demikian, kepedulianberbagai pihak terhadap KAT akan semakin tinggi,” kata pria kelahiranMadiun ini.

Media massa lokal juga bisa dipergunakan sebagai media pendidikanmasyarakat, terutama di kalangan KAT. “Sekolah dengan sistem kelasjauh misalnya, dapat disiarkan melalui RRI setempat. Jangkauannyaluas apalagi jika menggunakan gelombang AM. Pemda juga bisabekerjasama membangun stasiun relay televisi, dimana tower-nya jugabisa dipergunakan oleh RRI.”

Dijelaskan Suprawoto, Departemen Komunikasi dan Informatikadalam upaya peningkatan akses informasi di daerah telah meluncurkanberbagai program, di antaranya membantu sarana komunikasi,mewujudkan Desa Berdering dan Palapa Ring.

Bantuan sarana komunikasi di antaranya berupa Jaringan Infra-struktur Elektronik Manajemen Informasi (JIEMI) dengan penempatanperalatan very small aperture terminal (VSAT) di 10 daerah. Denganperangkat teknologi informasi canggih ini, masyarakat di daerah ter-pencil dapat mengakses internet via satelit dengan biaya yang relatifmurah.

Program Desa Berdering adalah program pemasangan saluran tele-pon di desa-desa, yang pelaksanaannya ke depan akan disubsidi selama5 tahun sampai desa bersangkutan mampu mengelola telepon tersebutsecara mandiri. "Kalau dulu setelah dibangun langsung diserahkan kedaerah masing-masing untuk pemeliharaannya, nyatanya banyak yangrusak. Ke depan akan disubsidi dulu selama 5 tahun."

Sedangkan Palapa Ring merupakan jaringan kabel optik yangmenghubungkan 33 provinsi dan 440 kabupaten/kota. Dengan PalapaRing, komunikasi melalui satelit ke seluruh wilayah Indonesia akansemakin mudah.

Dengan kerjasama lintas sektoral yang telah dan akan dijalin, dandidukung dengan komitmen pers yang akan memberitakan KAT secaraterus-menerus, diharapkan pemberdayaan KAT akan berjalan efektif.Hal ini sesuai dengan harapan masyarakat KAT yang tampaknya sudahtidak sabar menunggu perubahan menuju kehidupan yang lebih baik.

Seperti yang disuarakan melalui telepon oleh Utjai, wakil masyarakatDayak, dalam dialog interaktif TVRI Samarinda, "Sudah bertahun-tahunkami menunggu program pemberdayaan KAT yang terarah, nyatadan hasilnya langsung dapat kami rasakan. Kami tidak butuh programyang muluk-muluk di atas kertas, tapi yang penting bagi kami adalahpelaksanaannya di lapangan memberi dampak positif bagi kesejahteraankami."

Semoga harapan itu dapat segera terkabul. (g)

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Kebebasan Pers Jangan SampaiMerusak Fungsi Pers

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, kebebasan persuntuk menyampaikan informasi secara luas, cepat dan terbukajangan sampai merusak fungsi pers itu sendiri, sebagai mediapendidikan, hiburan dan agen perubahan.

“Kebebasan bukan sekadar untuk kebebasan. Sama dengandemokrasi. Demokrasi adalah proses untuk mencapai kesejah-teraan rakyat. Kebebasan juga cara dan proses untuk mencapaikesejahteraan,” katanya, dalam peringatan puncak Hari PersNasional 2007 di Samarinda, Jumat (10/2).

Kebebasan pers harus dilakukan melalui cara-cara, batasan-batasan yang baik sesuai etika dan norma yang ada. Kebebasanharus dikelola agar lebih bermakna dalam mencapai tujuanbangsa mewujudkan kesejahteraan rakyat.

“Adalah tugas kita semua, termasuk pers bagaimanakebebasan dan demokrasi yang ada dapat dikelola secara baikuntuk kesejahteraan rakyat,” ujar Jusuf Kalla.

Kalau kebebasan dan demokrasi itu sudah merusak sistemkebangsaan yang ada termasuk pers itu sendiri, maka seluruhkomponen bangsa ini harus duduk bersama merumuskankembali segala persoalan yang ada.

“Apakah pers itu sudah menjadikan media untuk kesatuanbangsa, untuk kesejahteraan bangsa dan ketertiban bagi bang-sa ini. Jika sudah, maka itulah pers yang bermartabat, indepen-densi pers itu bermakna dan berkualitas,” ujarnya.

Wapres yakin bahwa pers yang ideal adalah pers yang tidaksekadar menonjolkan penonton dan pembaca yang banyak. Tetapi bagaimana penonton dan pembaca yangbanyak itu menjadi pintar dan cerdas hingga tercipta bangsa yang maju termasuk untuk meningkatkankesejahteraan rakyat.

“Untuk mengurangi kemiskinan dan kesejahteraan rakyat, perlu ada peningkatan kegiatan ekonomi dansosial yang tidak mungkin juga dilakukan tanpa keterbukaan. Namun, bukan berarti keterbukaan itu dilakukantanpa batasan dan aturan yang baik sehingga informasi yang disampaikan memberikan dampak negatif,” ujarnya.

Semisal, demo buruh yang diberitakan berlebihan oleh pers secara terbuka tanpa batasan-batasan makaakan berdampak secara psikologis bagi investor yang akan menanamkan investasinya di Indonesia. Akibatnya,Indonesia sulit untuk melakukan pembangunan ekonomi dan sosial guna mewujudkan kesejahteraan rakyat.

“Jadi, harmonisasi terhadap segala persoalan bangsa yang ada, kebebasan pers yang bertanggungjawabtetap dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan bangsa yakni kesejahteraan rakyat. Tidak ada yang salah dalampemberitaan yang terbuka, namun efeknya tetap harus dipertimbangkan. Ekonomi bangsa tidak tumbuh,pers juga tidak mungkin dapat tumbuh minimal untuk mengaji wartawan dan pegawainya,” tutur Wapres.

Jusuf Kalla menegaskan, pemerintah tidak bermaksud untuk mengekang kembali kebebasan pers antaralain dengan menghidupkan kembali Departemen Penerangan, namun kebebasan pers itu hendaknya dilakukanmelalui batasan, aturan dan norma yang disepakati bersama, hingga tujuan yang akan dicapai yakni kesejahteraanrakyat, mendapat dukungan positif dari semua komponen bangsa.

Bagaimana pun, lanjut Wapres, kekebasan pers yang bertanggungjawab tetap diperlukan. “Pemerintahtidak berhak menentukan mana berita yang boleh dan tidak disiarkan, namun harus tetap dikalkulasi dampakdari informasi yang diberitakan itu ,” katanya.

Hari Pers Nasional 2007 digelar bersamaan dengan HUT Persatuan Wartawan Indonesia ke 61 di SamarindaKaltim. Berbagai acara digelar terkait dengan HPN kali ini, di antaranya Pekan Olahraga Wartawan Nasional(Porwanas), Pameran Foto Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Hotel Atlit, Dialog Interaktif dengan tema"Peran Pers dalam Pemberdayaan KAT" di TVRI Samarinda dan Diskusi Panel di Hotel Atlit dengan tema yangsama, Konvensi Pers di Hotel Borneo, serta puncak acara sekaligus penutupan HPN di Kantor DPRD KalimantanTimuryang dihadiri Wapres Jusuf Kalla.* (g)

Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Puncak Acara Hari Pers Nasional 2007

Page 8: komunika 03 2007

8 Edisi 03/Tahun III/Febuari 2007

www.bipnewsroom.info/komunikaemail: [email protected]

cukup untuk memberi gaji layak kepada parawartawannya. Ya, 50 persen mungkincukup.

Berapa banyak yang idealismenya su-dah mencapai 50?

Saya sulit mengataknnya. Harus melaluisurvei. Tapi saya melihat karena kompetisiyang ketat di antara media pers di daerah,masih kurang iklan, dan pertumbuhan eko-nomi masih belum bisa menunjang. Ada diantara mereka yang melanggar berbagai

aturan. Mengorbankan idealisme. Adver-torial misalnya, tidak ada batasan yang

tegas, dari segi layout atau semisal-nya.

Media daerah masih terikatdengan konglomerasi media?

Saya tidak berpandangan nega-tif terhadap konglomerat media. Ti-

dak menyalahkan atau apa. Bah-kan ada kontribusinya. Mere-

ka menerbitkan mediapers sampai ke dae-

rah-daerah dan itukontribusi yang

sangat penting.Sehingga ada

contoh mediaprofesional didaerah. Danitu sangatpositif. Ba-nyak mediapers cetakyang didiri-kan oleh ke-lompok be-sar ataukonglomeratmedia ini.Dan saya rasa

mereka selainmengembang-

kan bisnisnya juga berusaha untuk memenuhistandar prinsip jurnalistik.

Sekarang ini media dibiarkan bebas, ter-kesan tanpa aturan?

Memang seharusnya begitu, media me-mang harus dibiarkan bebas sebebas-bebas-nya. Dewan Pers dan media watch hanyasekadar sebagai pengawas. Tidak bisa me-maksakan pendapat.

Siapa yang punya wewenang menegurpers?

Kalau media cetak tentu Dewan Pers,kalau TV, KPI. Dewan Pers juga boleh mem-beri masukan kepada siaran TV. Mereka ker-jasama untuk memberi panduan atau tegur-an kepada media.

Ada sanksi?Tidak ada sanksi apa-apa. Hanya sanksi

moral saja. Dewan Pers selama 6 tahun ber-diri juga bersikap demikian. Kalau ada yangmengadukan media, hanya akan diprosesoleh Dewan Pers jika hanya mengadukanhal ini kepada Dewan Pers. Tapi kalau me-reka sudah mengadukan melalui jalur hukum,biasanya Dewan Pers mempersilahkan me-nyelesaikannya melalui jalur hukum pula.

Semua proses berjalan baik?Sepanjang saya jadi ketua Dewan Pers

selama 3 tahun, saya hanya ingat 3 kasusyang tidak selesai dari ratusan kasus dari yangterberat hingga yang kecil-kecil. Dari kasusitu, kasus besar hanya sedikit yang diadukanke Dewan Pers. artinya tidak buruk-burukamatlah pers kita. Memang yang kecil-kecilharus diakui sangat banyak. Tapi bisa disele-saikan dengan surat-menyurat, dan semuadiperhatikan oleh media bersangkutan.

Apa jenis kasus terbanyak?Pada umumnya hanya permasalahan hak

jawab, pemberitaan kurang berimbang, tidakakurat. Tidak begitu buruk lah cara redaksiatau pengelola media pers dalam memperha-tikan kepentingan publik.

Opini anda tentang wartawan bodrek?Sebenarnya pengertiannya juga tidak je-

las. Yang saya tangkap selama ini, mereka

WAWANCARA

ada yang memang bekerja sebagai kores-ponden atau reporter, ada juga yang tidakbekerja di media apapun. Ulah mereka lebihsebagai upaya untuk mencari tambahanpenghasilan daripada menjalankan profesiwartawan profesional. Saya rasa ini masalahsosial. Selama masih banyak pengangguran,keberadaan wartawan bodrek tidak bisa di-hindari. Dan itu tidak hanya di profesi warta-wan saja, di profesi lain pun ada. Kebetulan,untuk mengaku sebagai wartawan cukupmudah, hanya dengan kamera murah, taperekorder, atau malah hanya berbekal noteskecil saja. Yang saya sering heran adalahkenapa masih banyak orang kita ini yangmau disalahgunakan atau malah diperas olehorang yang mengaku sebagai wartawan.Hahaha (tertawa). Setiap diskusi denganpara pejabat humas saya selalu mengatakanAnda tidak perlu takut untuk menolak bah-kan mengusir mereka, apalagi kalau merekamengancam. Apa susahnya sih lapor kepadapolisi. Ini berarti bahwa lembaga-lembagakita atau orang kita banyak yang mudahdiperas. Hahaha (tertawa). Ya, tapi secaragaris besar dapat dikatakan bahwa tidaksemua media pers mampu untuk memberi-kan gaji memadai untuk para wartawannya.

Yang wajar berapa?Saya selalu mengatakan, Rp10 juta.

Mereka waktu kerja tidak menentu, butuhtransport dan lain-lain. Saya selalu merenungtentang perlunya wartawan bergaji tinggikarena banyak pensiunan wartawan yanghidupnya sulit di saat tuanya. Lumayan ba-nyak kawan generasi saya. Memang merekaharus diperhatikan dan itu berarti para pe-ngelola media harus benar-benar profesio-nal, tidak sekadar berjudi dengan bisnis persini. Murni ingin membangun media yang pro-fesional dan cukup punya profit.

Bagaimana dengan media yang punyaafiliasi ke kelompok tertentu?

Bagi saya tidak masalah karena padaakhirnya mereka akan diuji oleh publik. Mediasemacam itu adalah pamflet, saya tidakmemasukkannya ke dalam keluarga pers.karena isinya bias, memihak. Mereka tidakterbiasa untuk menggunakan standar jur-nalistik profesional, tidak akurat, tidakobjektif dan lainya sebagainya.

Walau kenyataannya disukai banyakorang?

Ya. Tidak mengapa, karena di negarademokrasi pamflet juga punya hak hidup.Dan bukan tidak mungkin, pamflet bisa pu-nya tiras yang lebih besar. Hanya saja kalauingin masuk ke keluarga pers, harus ada sya-ratnya.

Untuk menuju standar Unesco 1:10tahapan apa yang harus dilalui?

Ini berat sekali, ketika media pers kitabelum tumbuh dengan baik dan kita dilandaperkembangan televisi, radio, bahkan inter-net yang pesat, agak berat untuk itu. Dep-kominfo masih punya kewajiban untukmengkampanyekan budaya membaca ter-masuk pendidikan melek media. Orang Indo-nesia itu menurut saya sangat mampu un-tuk sekadar membeli surat kabar. Saya kirakarena kurang minat atau mungkin belummenjadi kebutuhan yang penting. Ada ke-mungkinan juga media pers kurang menye-suaikan dengan keinginan atau kebutuhanmasyarakat. Pemerintah dalam hal ini Depko-minfo punya peran penting di sini. (dan)

“Media harus dibebaskan sebebas-be-basnya. Biarlah masyarakat yang menen-tukan, apa yang harus dibaca. Kewajibankita hanya mengawasi atau melakukan pen-didikan melek media,” kata pengamat pers,mantan Direktur Lembaga Pers Dr Soetomodan mantan Ketua Dewan Pers, Atmaku-sumah Astraatmadja, saat diwawancaraiKomunikA di kediamannya di Komplek GriyaWartawan, Cipinang Melayu, Jakarta akhirJanuari 2007 lalu. Berikut petikannya:

Bagaimana pandangan anda terhadappers sekarang?

Menurut saya media pers saat ini lebihplural dan sikapnya pun bermacam-macam.Bervariasi. Dan menurut saya biarlah, itu se-buah proses. Masa transisinya bisa lama ka-rena setelah 10 tahun, sekitar 56-65-an,saat pemerintahan Soekarno, media persdibatasi kebebasannya. Sejak diperkenalkandemokrasi terpimpin, manipol, surat ijinterbit 1958 untuk Jakarta yang dikeluarkanoleh semacam Kodam. Dilanjutkan oleh pe-merintahan Soeharto 32 tahun pada umum-nya pers dibatasi, hanya beberapa tahunagak longgar. Ketika masuk era reformasi,saya kira media pers terutama yang baru,sedang belajar bagaimana caranya untukmengembangkan pers yang bebas.

Pertumbuhannya masih sehat?Saya melihatnya lebih banyak sisi positif.

Itu kan pendapat saya yang lebih menekan-kan pembelaan terhadap pers. Hahaha. Padaakhirnya kan mereka harus berinteraksi de-ngan pasar yang menjadi segmen mereka.Karena itu tumbuh tenggelamnya, hidupmatinya, sangat tergantung pada masyara-kat. Pada akhirnya seperti apapun gaya jur-nalistik yang disajikan media pers, akan diten-tukan oleh selera dan kepentingan publik.Plus ditambah lagi harus sesuai dengan kodeetik dan hukum yang berlaku.

Semua tergantung publik. Media litera-si di Indonesia sudah bagus?

Saya kira, kalau cukup bagus dalam artibanyak masyarakat Indonesia yang sudahmelek media, tidak juga. Belum seramai diIndia, Malaysia, atau Singapura. Secaraproporsional besar tiras atau oplah mediacetak di Indonesia kalau tidak salah 1:40,jauh dari ideal dengan ukuran idel rata-ratayang dibuat Unesco 1:10. Tapi maksud sayamasyarakat paling sedikit sudah bisa memilihmedia seperti apa yang diinginkan. Karenabanyaknya dan pluralnya, ada banyak pilihanbias disesuaikan dengan selera meraka.

Walaupun banyak bermain di tingkatperkotaan?

Sementara ini memang di kota-kota be-sar, walau sudah masuk ke ibukota kabu-paten. Tak terbayangkan pada masa ordebaru lalu. Mungkin dulu hanya pemerintahsaja yang terpikirkan untuk menembus pasarsampai masuk ke ibu-kota kabupaten mela-lui Koran Masuk Desa. Sekarang pemerintahtidak usah terlalu pusing dengan hal terse-but. Biarkan saja pers swasta yang masukke desa-desa.

Kelebihan dan kekurangan pers?Kelebihannya segi artistik. Mereka ditan-

tang untuk tampil lebih menarik. Walau ba-nyak juga yang tidak bisa memenuhi hal ter-sebut. Banyak kendala, kebanyakan kendalateknis semisal percetakan dan SDM. Tenagadan peralatan memadai saya pikir hanya adadi kota besar. Yang lain soal bahasa, sayatidak bisa melakukan generalisasi. Kalaumelihat media yang mainstream, saya pikirmereka mengalami perkembangan pesatdari artistik dan bahasa. Namun di daerah,banyak kekurangannya, terutama kemam-puan bahasa wartawan dan redakturnya.

Mengapa demikian?Menurut saya antara lain disebabkan

oleh pendidikan di sekolah-sekolah yang ku-rang memadai terutama dalam pengajaranbahasa. Tidak rata-rata orang Indonesia itumenguasai bahasa Indonesia dengan sem-purna. Coba saja mereka disuruh menulissurat. Bahkan mahasiswa pun kurang menik-mati pemakaian bahasa. Padahal kalau ingin

Pengamat Pers, Atmakusumah Astraatmadja:

menulis dengan baik, mereka harus me-ngusai bahasa.

Di berbagai negara lain, menurut obser-vasi Taufik Ismail, cara pengajaran sastrasudah demikian maju. Umpamanya begini,di dalam pengajaran kurikulum ada kewa-jiban untuk membaca buku sastra, dican-tumkan judulnya dan ada di perpustakaan.Diresensi dan didiskusikan di depan kelasbersama penulis dan gurunya. Di Amerikasaja dalam kurun 5 tahun, 30-an buku sas-tra, Rusia belasan dan negara lain angkanyasekitar itu. Sistem pengajaran jugadapat mempengaruhi tata bahasamedia. Mereka akan terampil tidakhanya membahas, tapi juga me-nuliskan. Jauh berbeda dengandi Indonesia, nol. Memang ka-dang memberi tugas menulis re-sensi, tapi tidak dibahas, hanyadikasih nilai. Maksud saya bagai-mana kita mengharapkan bisamendapatkan wartawan yangbisa menulis denganstandar jurnalistikprofesional, kalaudi sekolah saja ti-dak diberikanp e n d i d i k a nyang benar.

Bagaimanad e n g a nkode etik?

Saya kira banyak media pers yang tidakmenyediakan dana untuk pelatihan danpendidikan. Banyak media pers yang mere-krut wartawan baru tanpa syarat yang cu-kup ketat, berupa mengetes keterampilandan pengetahuan tentang jurnalistik. Ter-masuk pengetahuan tentang standar teknikjurnalistik dan kode etik jurnalistik sertahukum pers.

Setiap wartawan harus ikut organisasiprofesi?

Tidak harus, tapi saya menganjurkanuntuk masuk ke organisasi. Saat ini banyaksekali, sekitar 50an organisasi wartawan.Setengahnya mungkin sah legal. Tapi tinggalkemampuan mereka untuk mengembang-kan organisasi. Yang profesional ini sedikitsekali. Saya anjurkan terutama untuk mem-bela para wartawan, semisal ada kasus de-ngan perusahaan. Demikian juga denganperusahaannya, ikut ke serikat penerbit su-rat kabar. Ada organisasi yang ikut me-naunginya.

Tentang profesionalisme wartawan?Harus kita akui masih banyak kelemahan

dari banyak wartawan kita, terutama di da-erah. Hal itu saya kira, perusahaannya kurangmemberikan perhatian pada upaya untukmenekankan profesionalisme ini. Tentu sajaidealnya pada masing-masing wartawan dites mulai dari pengetahuannya hingga tek-nik jurnalistiknya, sehingga karya jurnalistikmereka dapat dipertanggungjawabkan. Ta-pi kan masalahnya tidak sedikit pengusahamedia persnya juga masih belajar, banyakdi antara mereka yang kurang berpengala-man dalam industri ini. Karena itu, perhatianterhadap mutu karya jurnalistiknya punkurang.

Media lebih menyuarakan pemiliknyaketimbang aspirasi masyarakat?

Memang saya merasakan sekali tidak ja-rang terjadi konflik antara idealisme parawartawan dengan kepentingan pemilik me-dia pers untuk mencari keuntungan. Itu kanasas, idealisme dan komersialisme harus se-imbang. Memang ada keinginan idealisme70% dan sisanya komersialnya. Namunterkadang dengan angka demikian tidak

"Biarlah Masyarakat yang Menentukan..." Kebebasanpers di Indonesia

sudah bergaung sejakreformasi didengungkan dinegeri ini. Efeknya pun tak

tanggung-tanggung. Menurutmantan Ketua Dewan Pers,

Atmakusumah, pers terus belajaruntuk membentuk dirinya sendiri.

Dan ucapan peraih penghargaanRamon Magsaysay tahun 2000

untuk Jurnalisme, Sastra, dan SeniKomunikasi Kreatif ini, terbukti.

Begitu banyak mediabermunculan, mencari pasarmasyarakat sendiri, bahkan

sampai menerobos keibukota

kabupaten.

foto

: d

dt

Page 9: komunika 03 2007

Edisi 03/Tahun III/Febuari 2007

www.bipnewsroom.info/komunikae-mail: [email protected]

9

e-gov kilas Ruang ini disediakan sebagai wadah tukar informasi antar pengelola situs atau portal lembaga pemerintah baik di tingkat pusat atau daerah.Pengelola dapat mengirimkan profil situs yang dikelolanya melalui e-mail: [email protected]

www.binjai.go.idPermainan Kersip

Jika selama ini sebagian besar situspemerintahan terlihat monoton, berbedadengan situs pemerintahan kota Binjai ini.Kota yang terletak di Sumatera Utaramemberi nuansan berbeda pada fasilitas

menunya. Dalam indek Menu terdapat linkmenu "Permainan". Saat pertama kali melihatlangsung tergelitik untuk mencoba fasilitasini. Didalamnya ada beberapa permainansederhana yang dapat digunakan untukmengisi waktu luang. Jika Anda game maniak,pasti tidak akan asing dengan beberapapermainan seperti snake, Simon, Asteroids,Invanders, Pacman dan Tetris. Permainan

didalamnya tergolong sederhanatetapi situs ini telah mampumenciptakan keunikan sendiri. Akanlebih menarik jika pengelola mampumenciptakan permainan yangmencerminkan kebudayaan KotaBinjai sendiri, mamadukanpengembangan budaya dankemajuan teknologi.

Dari segi tampilan kemasan situsini tidak terlalu menarik, pilihan birutransparan dengan backgroundmembuat tampilan situs ini tidakterlihat cerah, tetapi lebih terkesantanggung. Untuk fasilitasketersedian data, terbilang cukup.

Mengedukasi danDiedukasi Pers

Ya..selain kelengkapan data dan fitur,tampilan tetap menjadi penilaianpertama,seperti pepatah bilang dari mataturun kehati. (dw)

www.ende.go.idSistem Informasi ManajemenData Berbasis Data

Penyedian data selengkap-lengkap nyamenjadi tujuan utama situswww.ende.go.id. Seperti dalam sambutanBupati Ende, Drs Paulinus Domi, menyatakanbahwa e-goverment merupakan salah satutrend saat ini untuk mengatur mekanismepelayanan publik di bidang informasi dantelekomunikasi secara cepat, tepat, mudah.

Ucapan Bupati ende ini dituangkan dalambeberapa menu situs www.ende.go.id.Sebagaian besar muatan situs ini merupakandata Kabupaten Ende.

e-map EndeDalam menu ini data kabupaten Ende

diklasifikasikan menjadi 8 sektor, yaitu; industri

dan perdagangan, pariwisata, pertambangan,kehutanan dan perkebunan, perikanan,peternakan, kependudukan dan pertanian.Kemudahan pencarian data dan kelengkapandata yang tersedia menjadi fokus utama situsini. Era keterbukaan ini dapat dimulai denganlangkah kecil pemerintahan denganmenyediakan data yang dapat di aksesdengan mudah. (dw)

Saranaedukasi, itu-lah prinsip dasar

yang harus dilakukan oleh sebuahlembaga penerbitan pers. Pers harus da-pat menjadi alat dalam upaya peningkatankualitas masyarakat. Caranya adalah denganmemberikan informasi yang beragam namunmendidik kepada masyarakat.

Lihat saja bagaimana tingkat media lite-rasi masyarakat yang saat ini bisa dibilangrendah. Salah satu penyebabnya adalah ka-rena tiras media yang rendah. Jika kita me-makai ukuran standar PBB, maka satu mediaidealnya dibaca oleh 10 orang. Jauh berbedadengan Indonesia yang total eksemplarmedianya hanya 6-7 juta eksmplar per hari.Angkanya hanya 1:40, atau satu medianyadibaca oleh 40 orang. Tak usahlah diban-dingkan dengan Jepang yang sudah sangatmaju, di mana tiap dua media dibaca olehsatu orang. Di Indonesia, melek media ma-sih rendah, terlebih daya belinya.

Idealnya, pemerintahlah yang harus ber-tanggung jawab atas media literasi masya-rakat. Namun, pers dapat mengambil peran,ikut andil dalam hal tersebut dengan mem-berikan informasi yang tepat dan mencer-daskan.

Pers Pun Perlu DiedukasiAda istilah yang sangat familiar di dalam

media pers, “bad news is good news, goodnews is no news, dan no news itu sebe-narnya adalah sebuah bad news. Saya lebihcenderung kepada yang no news itu badnews. Kalau pers itu dibatasi, diarahkan,dikebiri, atau dikendalikan oleh pihak ter-tentu, maka menurut saya itu adalah badnews. Sebuah kondisi yang buruk bagi per-kembangan pers kita.

Kendati demikian kita pun ingin agarpers dapat berkembang menjadi lembagayang independen dan bebas. Informasiyang diberikan dapat sesuai dengan kodeetik. Akan tetapi, dalam keadaan Indonesia

Tribuana SaidDirektur Eksekutif Lembaga Pers Dr Soetomo

seperti saat ini, di mana dengan pendi-dikan jurnalistik yang terbatas dan lulusanjurnalistik yang umumnya tidak bekerjadi dunia pers, sangat sulit untuk mencapaititik ideal. Banyak kita temukan informasiyang tidak sesuai dengan kode etik, tidakkomperehensif, tidak lengkap, dan lainnya.

Karena modal awal seorang jurnalis ada-lah paham kode etik. Di sana banyak teoriprinsip yang harus dipahami. Dibuktikandalam tanya jawab, diskusi, dan terlihat darikarya jurnalistik. Jika pasal-pasalnya dijabar-kan, maka akan banyak aturan yang lebihjelas dan detil. Mulai dari membuat berita,rancangan, sumber, daftar pertanyaan,metode penulisan. Semua harus dipelajari.

Masalah kode etik inilah yang masihmenjadi permasalahan besar bagi banyakmedia pers di Indonesia. Kurang menaatiatau mungkin malah kurang me-mahami, terle-bih para war-tawan mudayang cende-rung masihmenganggapremeh perihalkode etik.

M e -nurut sa-ya, jur-n a l i s t i kadalah ja-lan yangharus di-t e m p u hs u p a y aaman darisegala gugatan dan tuntutan yangsampai saat ini menjadi masalah besarbagi para jurnalis.

Padahal upaya untuk mengedukasipers sudah dilakukan sejak lama. Tidaksekadar mengajar kode etik semata,melainkan juga dengan contoh yang

kongkret. Kode etik adalah mutlak, sebuahhukum dalam pers, hukum kewartawanan,hukum jurnalistik.

Kendati profesi jurnalis adalah profesiyang terbuka dan bisa dimasuki dari berbagaidisiplin ilmu, namun standar khusus sepertikode etiklah yang menjadi aturan mainnya.Sehingga bila pemberitaan pers justru me-nimbulkan konflik di masyarakat, yang harusdisalahkan adalah pengetahuan atau pe-nguasaan kode etik wartawan tersebut yangtidak optimal. Begitu juga penanggungja-wab media.

Ditambah lagi pengawasan media yangdalam era bebas seperti saat ini pengawasan-nya tergantung pada publik. Jika publikmerasa dirugikan dengan pemberitaan pers,maka dapat mengadu kepada lembaga ter-kait, semisal Dewan Pers atau institusi hu-kum. Pers bisa digugat jika laporannyabermasalah.

Untuk itu perbaikandi dunia pers hendaknya

terus dilakukan. Me-ngapa? Karena

kendala-kendalalain akan terus

b e r m u n c u l a n

sepanjang jaman. Mulai dari keterbatasansarana media pers, niat yang lemah untukmelakukan cek ulang, hingga narasumberyang cenderung masih tertutup terhadappers.

Standar jurnalis yang dapat dikatakanteredukasi dengan baik adalah standar yangtelah diuji coba. Tak sekadar teknik jurnalistiksemata, semisal kemampuan menulis kalimatyang baik, atau merangkai bahasa yang mu-dah dimengerti. Namun didalamnya juga adapenilaian terhadap cover both sides, keaku-ratan, ketepatan, yang dinilai dari hasil tu-lisannya.

(Disarikan dari Wawancara oleh DAN)

foto

: b

ank

data

foto

: d

dt

Page 10: komunika 03 2007

10 Edisi 02/Tahun III/Januari 2007

www. bipnewsroom.info/komunikaemail : [email protected] LINTAS DAERAH

Dari Sabang Sampai Merauke Provinsi Jawa Barat Purwakarta

Menuju Basis Industri Segitiga Emas

Sumatera Utara20 Kabupaten Sumut Difasilitasi HP

Kepala Dinas Pertanian Sumatera Utara,Ir H Rustam Djaman MSi mengemukakan,diperkirakan pada Maret 2007 pemerintahpusat akan membagikan telepon genggam(HP) secara gratis kepada petugas pertaniandi 20 Kabupaten di Sumatera Utara.

Menurut dia, hal tersebut dilakukanuntuk memudahkan akses informasi tentangharga pasar hasil pertanian. Alat komunikasiitu akan diberikan kepada dinas pertanian ditingkat kabupaten, kecuali kota TanjungBalai, Sibolga, Siantar dan Binjai, karenaproduksi hasil pertanian di daerah tersebutmasih sedikit.

“Masing-masing Kabupaten mendapatkansatu unit dan HP itu akan dipegang olehpetugas khusus yang memilki kemampuanmenganalisa harga pasar produk pertaniandi daerah,” katanya.

Rustam menjelaskan, program ini digagasDirjen Tanaman Pangan untuk mengatasaitersendatnya informasi mengenai hargapasar produk pertanian yang selama initerjadi, terutama di daerah terpencil, karenaketerlambatan informasi tersebut sangatmerugikan para petani.

“Apalagi sekarang masih ada petani yanglatah, jika dilihatnya harga jagung tinggi,ramai-ramai menanam jagung. Namun, ketikamasa panen, harga jagung anjlok akhirnyamerugikan petani,” ujarnya.

Karena itu, dengan adanya sisteminformasi tentang harga pasar produkpertanian, maka diharapkan petani bisa lebihterencana dalam memilih komoditas yangakan ditanam. “kapan harus bertanam dankapan harus menjual hasil panennya.”

(www.bainfokomsumut.go.id)

RiauMasyarakat Pinggir Siap Sukseskan MTQKe-XXXI Tingkat Kabupaten Bengkalis

Camat Pinggir, Djoko Edi Imharmenjelaskan, bahwa seluruh lapisanmasyarakat di Kecamatan Pinggir siap menjadituan rumah penyelenggara MusabaqahTilawatil Qur'an (MTQ) ke-XXXI tingkatKabupaten Bengkalis tahun 2007 yangdirencanakan digelar pada minggu pertamaatau kedua Maret mendatang.

“Selain siap menjadi tuan rumah, seluruhmasyarakat Pinggir juga menyatakan siapmenyukseskan helat tersebut,” ujar CamatPinggir.

Sementara itu ketika ditanya hingga saatini kira-kira berapa persen persiapan yangdilakukan,camat Pinggir tersebut belumdapat merincinya. ”Namun demikian, berkatantusiasnya dukungan yang diberikanmasyarakat, camat Pinggir mengatakansegala persiapan akan rampung paling lambatsehari menjelang pembukaan MTQ ke-XXXIitu,” tambah Kabag Humas.

Dihubungi secara terpisah, camat

Padalarang (Cipularang) menjadi faktorpendukung rencana tersebut.

Belum lagi ruas jalur tol Cikopo –Palimanan sepanjang 114 km yang akansegera dibangun tahun ini. Purwakarta akanmenjadi jalur perlintasan perdagangan yangsangat strategis.

Tentu saja tak hanya itu. Pemerintahdaerah Purwakarta juga telah membuatperencanaan wilayah kota guna mendukungrencana tersebut. Purwakarta akan dibagimenjadi 9 wilayah yang akan disesuaikandengan kondisi real daerah.

Mulai dari kawasan yang berfungsi sebagaicagar alam atau pelindung, pusat produksi,pemukiman, zona industri, pariwisata,pertambangan, pusat pelayanan, saranatransportasi, hingga sarana sosial danekonomi. Semuanya diatur dalam sebuahPeraturan Derah Kab. Purwakarta No. 47tahun 1996 tentang Rencana Tata RuangWilayah Kab. Purwakarta.

Segitiga EmasPurwakarta, itulahcita yang diidamkanoleh Bupati Pur-wakarta Lily HambaliHasan. Meman-faatkan posisi stra-tegis Purwakartayang berada di jalurutama perlintasanJakarta-Bandung-Cirebon sebagai pe-micu arus investasiPurwakarta.

Persimpanganakses utama trans-portasi darat ke arahBarat dan Timurpulau Jawa yangmelalui jalur tolC i k a m p e k -P u r w a k a r t a -

Rangsang Barat, Ja'afar Arif mengatakanuntuk MTQ ke-XXXI, Rangsang Barat akanmengirim sebanyak 24 orang peserta. “Saatini mereka tengah mengikuti training center(TC). Untuk MTQ ke-XXXI ini, Rangsang Baratbakal mengikuti seluruh cabang yangdiperlombakan,” imbuh , camat RangsangBarat.

(www.bengkalis.go.id)

RiauDistan Kembangkan Pertanian RiauMenuju Swasembada

Wakil Kepala Dinas Tanaman PanganPropinsi Riau, Arlisman Agus, mengemukakanmeskipun swasembada pangan sulit untukdiraih Riau dalam waktu dekat ini, namunDistan tetap melakukan berbagai langkahuntuk mengantisipasi hal tersebut.

Adapun langkah yang dilakukan Distankhususnya dalam sektor tanaman pangandan holtikultura adalah dengan upayameningkatkan ketahanan pangan, yaitudengan cara meningkatkan luas tanam danproduktivitas juga penerapan teknologi.

Kemudian melakukan pengembanganagribisnis. Saat ini sedang dibangun TerminalAgribisnis (TA) di Kota Dumai dan di harapkanrampung tahun 2007.

Selain itu, menurut Arlisman, dalamrangka pengembangan agribisnis, saat ini jugatengah dilaksanakan pembangunan RiceProcessing Complex (RPC) antara pemerintahpropinsi Riau dengan pemerintah Kabupaten,diantaranya Rokan Hilir dan Indragiri Hilir yangtahun ini direncanakan sudah dapatberoperasi. Begitu pula RPC yang terdapatdi Kabupaten Bengkalis dengan biaya pemdasetempat.

Selain itu, upaya yang dilakukan adalahdengan peningkatan kesejahteraan petanimelalui peningkatan SDM dan mengupayakanagar petani memiliki kualitas dan kuantitasusaha mereka sehingga dapat meningkatkankesejahteraan.

(www.bikkb.riau.go.id)

Jawa TimurSurabaya Selayaknya MinimalisasiPenggunaan Kendaraan Pribadi

Direktur Jenderal (Dirjen) PerhubunganDarat Dephub Iskandar Abubakar memintakepada Pemkot Surabaya untuk membuataturan yang bertujuan meminimalisasipenggunaan kendaraan pribadi di wilayahnya.

Menurut Iskandar, Surabaya merupakankota terbesar kedua di Indonesia setelahJakarta dengan penduduk sangat besar,namun yang menjadi permasalahan diSurabaya adalah orang masih engganmenggunakan angkutan penumpang umum.Karena itu, pengguna angkutan umum diSurabaya masih sangat rendah,” ujarnya.

Penggunaan Mobil Penumpang Umum(MPU) di Surabaya harus ditingkatkan denganpenyediaan fasilitas yang mendukung. Untuk

itu, langkah yang paling baik adalah denganmengalihkan penggunaan kendaraan pribadike angkutan penumpang umum melaluisuatu kebijakan parkir.

Untuk aturan yang diterapkan mungkintidak perlu menerapkan three in one sepertidi Jakarta. Melainkan dengan menaikkan tarifparkir yang mahal di pusat-pusat kota danmembatasai lahan parkir yang ada. Tetapi,dengan catatan angkutan umum di Surabayasudah memadai dari kebutuhan armada saatini.

“Kami akan mendorong Pemkot Surabayauntuk menjalankan program meminimalisasipenggunaan kendaraan pribadi paling lambatpada 2008, sehingga Surabaya dapatmenggunakan angkutan massal (bussway)seperti Jakarta,” demikian Iskandar.

(www.d-infokom-jatim.go.id)

BaliHijaukan Denpasar, Unwar Sebar 1000Jempiring

Kegiatan peringatan hari ulang tahun ke-15 Kota Denpasar dimeriahkan oleh berbagaikegiatan yang sebagian besar melibatkanmasyarakat. Salah satunya seperti yangdigelar oleh Pasemetonan Mahasiswa HinduDharma (PMHD) Universitas Warmadewa.Puluhan mahasiswa yang tergabung dalamPMHD Unwar ini menggelar Long March HijauSayang Lingkungan pada Jumat (16/2)mendatang. Demikian diungkapkan olehKetua Panitia, I Made Agus Sudiarsa di KantorWalikota Denpasar, Senin (12/2).

Dijelaskannya bahwa dalam kegiatan yangbekerjasama dengan Perkumpulan Pecinta

Tanaman (PPT) Cabang Kota Denpasar ini,seluruh peserta akan berkumpul di LapanganPuputan Badung dan selanjutnyamelaksanakan long march.”Selama longmarch tersebut para peserta akanmelakukan aksi bersih-bersih sertapenanaman pohon,” tegas Sudiarsa. Pesertajuga diharapkan untuk mencabut paku-pakuyang ditanam kepohon-pohon perindang,tambahnya.

Melalui kegiatan ini juga, PMHD Unwaringin mengajak seluruh elemen masyarakatuntuk turut menjaga kebersihan dankesehatan lingkungan.

Panitia juga mengundang seluruhmasyarakat yang peduli dan ingin ikut sertadalam kegiatan ini.

(www.denpasar.go.id)

PapuaRakyat Harus Punya Industri KecilUntuk Kelola Hutan

Gubernur Barnabas Suebu, SH,mengatakan, rakyat harus memiliki industrikecil untuk mengelola hutan, sehinggapendapatan dan kesejahteraannya dapatditingkatkan.

“Saat rakyat mempunyai industri kecildan mengelola kayu sendiri untuk flooringatau lainnnya, tentunya dapat menaikkanpendapatan masyarakat. Artinya, kayu yangkeluar sedikit, tapi uang yang masuk kerakyat lebih banyak,” kata Suebu, beberapawaktu lalu.

Ditambahkannya, tahun ini akanditerbitkan satu kebijakan tentangpengelolaan hutan yang berpihak kepadamasyarakat di sekitar hutan. Kebijakan inisekaligus sebagai penangkal pembalakanhutan secara liar.

“Untuk tahun-tahun kedepan,Pemerintah Provinsi Papua juga akanmembuat larangan ekspor kayu log keluarPapua. Hal ini dimaksudkan agar industri kecilpengelolaan hutan masyarakat dapatdifungsikan secara maksimal,” ujar Suebu.

Selain itu ia juga berjanji akan memberikanhadiah yang pantas bagi masyarakat yangmelaporkan adanya kayu yang akan diangkutkeluar pulau Papua. Langkah tersebutmerupakan kebijakan baru yang akanditerapkan dalam waktu dekat gunamenunjang peningkatan kesejahteraan danpendapatan masyarakat di sekitar hutan.

“Kalau ada satu ponton yang keluarPapua. kemudian dilaporkan oleh masyarakat,maka dia akan dapat sekian persen dari kayuponton yang keluar. Contohnya, kalau adakapal ponton dijual Rp1 miliar, rakyat akandapat 20 persen dari Rp1 miliar itu. Denganbegitu peraturan menjamin dan dengan caraini rakyat akan jadi kaya diatas tanahnyasendiri,” tutur Suebu.

(www.papua.go.id)

Hal inilah yang ditangkap pemerintahdaerah Purwakarta sebagai potensi untukdimanfaatkan. Tak kurang investasi mulai darisektor pemukiman, industri, hinggaperdagangan dan jasa terus berdatangan dangencar diburu.

Untuk itu, Kabupaten Purwakarta telahmenetapkan sebuah kawasan industri seluas2000 ha, zona industri seluas 3000 ha, dankawasan pariwisata Jatiluhur sebagaipenunjang konsep Segitiga EmasPurwakarta.

Sebagai pusat segitiga emas, dibangunsebuah Islamic Centre yang lengkap denganproyeksi sub embarkasi Jawa Barat seluas 9hektar di wilayah Bungursari. Dengan konseptersebut Purwakarta mempunyai prospekyang cerah dengan terus menyajikanberbagai potensi daerah yang terusdikembangkan. (dan)

Kemacetan jalan raya dipadati dengan kendaraanpribadi, penggunaan mobil penumpang umum

merupakan salah satu strategi untuk mengurangikemacetan jalan raya

ww

w.g

oodm

ansv

al.c

om

Page 11: komunika 03 2007

11Edisi 02/Tahun III/Januari 2007

www. bipnewsroom.info/komunikaemail : [email protected]

"Pena"

Wajah Kita

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

RUU Tata Ruang Akan Beri Sanksi Denda dan PidanaTerkait dengan bencana banjir tahun ini, Dirjen Tata

Ruang Departemen Pekerjaan Umum akan segeramengajukan RUU Tata Ruang yang akan memuat sanksidenda dan pidana bagi pemberi izin yang mengakibatkanterjadinya pelanggaran tata ruang.

Dirjen Tata Ruang Departemen PU Hermanto Dardakpada rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan KomisiV (perhubungan) DPR-RI di Jakarta, mengatakan, untukantisipasi banjir yang tidak dinginkan di masa datang,diperlukan segera RUU yang akan mengatur daerah ataukawasan mana yang tidak bisa dibangun dan yang bisadibangun dengan syarat tertentu.

"RUU ini sangat penting, sebab dengan payung hukumaturan tata ruang dapat ditegakkan. Semestinya rencanatata ruang menjadi pijakan membangun, karena di situ akanditentukan kawasan mana yang boleh dibangun dan manayang tiadak boleh dibangun", katanya.

Di daerah Bogor dan Ciajur misalnya, harusnya lebihbanyak sabagai daerah hijau atau hutan lindung yangberfungsi sebagai resapan air. "Ini perlu disepakati masyarakatkemudian dibentuk peraturan daerah yang mengandungsanksi baik bagi yang memberi izin maupun yang mendirikanbangunan," katanya.

Dalam konteks Jabodetabekjur, menurut dia, perlu adahubungan yang benar-benar serius antara semua kota yangada, karena apa yang dilakukan di Cianjur akan berpengaruhpada Jakarta, “jadi semua kota mestinya saling terkait."

Sementara itu, Wakil Ketua Badan Legislasi DPR BomerPasaribu mengatakan, RUU tersebut sudah didukung BadanLegislasi DPR dan Komisi IV DPR.

Dia mengatakan, RUU Tata Ruang akan mencakup seluruhkawasan, sehingga tak ada lagi tumpang tindih kawasan.Areal yang telah mengalami konversi seperti kawasan hutanjuga akan dikembalikan kepada fungsinya. Pihak-pihak yangterlibat dalam pengrusakan hutan tersebut harus ditindaksesuai hukum yang berlaku. (T.wd)

Kewajiban Verifikasi Ekspor Bahan Galian Golongan CPemerintah mengharuskan dilakukannya verifikasi atau

penelusuran teknis oleh surveyor pada kegiatan Ekspor BahanGalian Golongan C yang mulai berlaku efektif tanggal 6Februari 2007.

Kepala Biro Humas Deperdag Drs Iman Pambagyo MAmengatakan di Jakarta, setiap pelaksanaan ekspor BahanGalian Golongan C selain Pasir, Tanah dan Top Soil (termasuktanah pucuk atau humus) wajib terlebih dulu dilakukanverifikasi.

Iman Pambagyo mengatakan verifikasi itu dimaksudkanuntuk memeriksa kebenaran data atau keterangan mengenaisumber (asal usul) barang, spesifikasi, uraian dan komposisibarang serta jumlah, jenis dan waktu pengapalan.

Hasil verifikasi selanjutnya dituangkan dalam LaporanSurveyor (LS) sebagai dokumen pelengkap kepabeanan yangdiwajibkan untuk pendaftaran Pemberitahuan Ekspor Barang(PEB) atau Pemberitahuan Pabean Single AdministrativeDocument (PPSAD) bagi kantor pelayanan Bea dan Cukaiyang telah menerapkannya.

Surveyor harus dapat memastikan bahwa barang yang

Departemen Pekerjaan Umum

Konon, pena bisa lebih tajam daripada pedang. Tapijuga bisa lebih tumpul daripada pisau yang tak diasahselama berabad-abad. Tergantung siapa yang meng-gunakan dan bagaimana cara menggunakannya.

Ibarat pedang, pena memang bisa dipakai untuk"membunuh" lawan, dan menegakkan perdamaian. Na-mun juga bisa digunakan untuk "melukai" ataupun "men-cederai" kawan, dan menciptakan permusuhan. Bisajuga sekadar menjadi pedang kayu, yang sering diguna-kan sebagai alat garuk saat gatal mendera punggung.Atau bahkan menjadi pedang gabus, yang dibawa aktordagelan di panggung tonil untuk membuat penontonterbahak dalam canda.

Bagi yang pintar menorehkannya dalam situasi dankondisi yang tepat, pena bisa menjadi senjata pamung-kas untuk menggempur ketidakbenaran, ketidakadilan,ketidakjujuran, dan berbagai anomali sosial lainnya. Tapijangan lupa, orang yang "pintar" juga dapat mengguna-kan pena sebagai senjata untuk mendukung atau men-justifikasi terjadinya penyimpangan, brutalisme, anarki,bahkan pemberontakan dan makar.

Sangat banyak penyimpangan terbuka kedoknya,korupsi terbuka boroknya, skandal dan kriminalitas ter-bongkar, melalui ketajaman pena investigatif para jurnalis.Begitu banyak konflik di muka bumi ini dapat didamaikanberkat peran sentralmedia, yang tentusaja tak lepas dari ke-mampuan para jur-nalis memainkan pe-na untuk menghadir-kan peace journalismatau jurnalisme da-mai. Dan begitu ba-nyak mata terbukamelihat indahnya il-mu pengetahuan,berkat torehan penayang menghiasi ber-bagai media.

Tapi di sisi lain,begitu banyak pulapenyimpangan men-jadi makin gelap gu-lita, karena kepan-daian para "jurnalis"(sengaja ditulis dalamtanda kutip, karenajurnalis yang sesung-guhnya tidak akanbertindak demikian)menciptakan tabirhitam bagi pelakuagar luput dari jerathukum. Begitu ba-nyak "jurnalis" meng-gunakan ketajaman pena untuk membunuh karakterorang lain (character assassination), menciptakan kege-rahan dan kecemasan sosial, menyulut anarki, memantikkonflik dan mengompori disintegrasi. Pun masih ada "jur-nalis" yang dengan sengaja menarikan penanya secaratidak akurat, tidak proporsional dan tidak netral, demimencari keuntungan pribadi atau kelompok tanpamengindahkan arti penting objektivitas.

Pakar komunikasi Westertahl, mengemukakan bah-wa media massa dari "sono"-nya memang memiliki ke-cenderungan untuk melakukan keberpihakan. Dengankata lain, sekecil apapun, ada di antara isi media yangsubjektif. Subjektivitas isi media itu bisa berupa ketidak-benaran, ketidakaktualan, ketidaknetralan dan ketidak-imbangan.

Sementara Dennis McQuail menyatakan, media mas-sa sangat mungkin akan berpihak kepada pemerintah,pemilik media, pemilik modal, kelompok dominan, mau-pun pengelola media. Akan tetapi, di sisi lain, keberpihak-an itu akan menjadi batu ujian: apakah media massatetap mampu menjalankan fungsinya sebagai alat kontrolsosial, atau justru menjadi alat kontrol pemilik kekua-saan.

Pada tataran inilah ketajaman pena seorang jurnalisdipertaruhkan. Saat nuansa kekuasaan (politik maupunmodal) begitu kental mewarnai dunia, bisakah pena te-tap setajam pedang, sehingga mampu membabat ke-angkaramurkaan, ketidakadilan, ketidakjujuran? Atau se-baliknya menjadi tumpul seperti layaknya pisau berkarat,sehingga tak bisa digunakan untuk memotong apalagimembabat apapun?

Media massa adalah pilar keempat (fourth estate)demokrasi, setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif. Ta-jam atau tumpulnya pena jurnalis akan menentukan,apakah media massa dapat menopang atau sebaliknyamerobohkan bangunan demokrasi. (gun)

Departemen Perdagangan

Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencanaw

ww

.wor

lpre

ss.c

om

Tak Hanya Datang Ketika Badai

diekspor sesuai dengan yang tercantum dalam LaporanSurveyor, sementara biaya pelaksanaan verifikasi olehSurveyor dibebankan kepada eksportir, kata Iman Pambagyo.

Ia mengatakan kewajiban verifikasi tersebut tidak berlakuuntuk barang keperluan penelitian dan pengembanganteknologi, barang contoh atau barang promosi. (mnr)

Pemerintah Atur Penerbitan Obligasi DaerahKepala Bapepam/Lembaga Keuangan Depkeu Fuad

Rahmany mengatakan, pemerintah melalui Menteri Keuanganmengatur tatacara penerbitan, pertanggungjawaban, danpublikasi obligasi daerah melalui Peraturan Menteri KeuanganNo.147/PMK.07/2006 berlaku terhitung 29 Desember 2006.

“Adapun yang dimaksud dengan obligasi daerah adalahpinjaman daerah yang ditawarkan kepada publik , melaluipenawaran umum di pasar modal,” kata Fuad Rahmany diJakarta, Rabu (7/2).

Menurut dia, obligasi daerah hanya dapat diterbitkan dipasar modal domestik dalam mata uang rupiah danpengelolaan obligasi daerah diselenggarakan oleh KepalaDaerah, meliputi penetapan strategis dan kebijakan termasukpengendalian risiko, kemudian perencanaan dan penetapanstruktur portofolio pinjaman daerah.

Fuad Rahmany juga mengatakan, persiapan penerbitanobligasi daerah dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah(SKPD) yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

Persiapan yang dilakukan oleh SKPD tersebutdiantanranya menentukan kegiatan , membuat kerangkaacuan kegiatan, menyiapkan study kelayakan kegiatan yangdibuat oleh pihak yang independen dan kompeten.Membuat proyeksi keuangan dan perhitungan pembayarankembali obligasi daerah, serta mengajukan persetujuan prinsipkepada DPRD. (T.Rmg)

Pemerintah Susun Penjaminan Kredit Bagi NelayanPemerintah kini tengah menyusun skema penjaminan

kredit sebagai pendukung pengamanan bagi perbankandalam menyalurkan kreditnya kepada para nelayan.

"Sekarang kami sedang menyusun program untukmemperkuat penjaminan bagi perbankan dalam membantumenyalurkan kredit yang jumlahnya kecil," ujar Wakil PresidenJusuf Kalla usai memimpin rapat koordinasi peningkatanproduksi perikanan di Kantor Dep Kelautan dan Perikanan,Jakarta, Senin (5/2).

Menurut Wapres Kalla, saat ini di semua departemenmemiliki dana untuk penjaminan tersebut. Rencananya danapenjaminan itu akan digabung menjadi satu sistempenjaminan asuransi.

"Ada banyak cara untuk meningkatkan produktivitas kitadi bidang perikanan sebesar 20 persen, seperti yang dimintaPresiden, termasuk bagaimana meningkatkan nilai tambah,infrastruktur, peraturannya, kualitas infrastruktur, kreditperbankan, teknologiya, kualitas SDM nelayan danpemasarannya, bukan hanya administrasinya," kata Wapres.

Pada 2006 lalu, peningkatan produksi perikanan nasionalrelatif masih kecil, yakni hanya 7,7 persen dari tahunsebelumnya atau sebesar 0,53 juta ton dari 6,86 juta tonpada 2005 menjadi 7,39 juta ton pada 2006.(T.mul)

Departemen Keuangan

Departemen Kelautan dan Perikanan

Sepintas orang mungkin segan ketika mendengarnama lembaga Bakornas PB (Badan KoordinasiNasional Penanganan Bencana). Bagaimana tidak,

namanya memang baru santer terdengar di berbagaimedia ketika bencana dan berbagai musibah melanda.Jadilah yang ada, lembaga ini selalu diidentikan olehsebagian orang dengan “datang ketika badai”.

Padahal tugas lembaga ini dalah sebagai perumusankebijakan serta koordinator dalam perencanaan danpelaksanaan kegiatan penanganan bencana dankedaruratan secara terpadu. Bakornas bertugasmelaksanakan penanganan bencana dan kedaruratanmulai dari sebelum, pada saat, dan setelah terjadi bencanayang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, penanganandarurat, dan pemulihan. Bahasa kerennya menjadipemangku kebijakan dalam penanganan manajemenbencana (disaster management)

Jadi wilayah kerjanya meliputi pencegahan,penjinakan, penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi.Bakornas-lah yang menjadi “komandan” dari departemenatau instansi/lembaga terkait, pelaksana teknis, dalampenanganan bencana.

Menurut Peraturan Presiden No 83 Tahun 2005,tentang Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana,Bakornas punya sistem yang berjenjang. Mulai dariSatkorlak (Satuan Koordinasi Pelaksana) yang berada ditingkat provinsi. Kemudian turun ke Satlak (Satuan

Pelaksana) yang langsung berkecimpung di tingkatkabupaten. Hingga Satgas (Satuan Tugas) yang siap turunke lapangan untuk langsung membantu korban bencanamaupun pengungsi.

Hasil kerjanya terus dituntut maksimal dalam berbagaikasus penanganan bencana di Indonesia. Sikap tanggapharus segera dilakukan mulai dari dalam upaya penyelamatan,pendataan jumlah korban, memantau pelaksanaan distribusibahan bantuan, hingga rekonstruksi dan rehabilitasimasyarakat.

Karenanya, sesuai pasal 12, ketua Bakornas PB punyawewenang untuk mengundang menteri atau pejabatpemerintahan guna mendukung upaya penangananbencana.***(dan)

foto

: d

dt

Page 12: komunika 03 2007

"Kejadiannya sudah lama,sekitar tahun 2001 lalu. Tapi

kalau ingat, saya masih geram,jengkel dan sangat malu, karena

profesi saya dinodai," kataBambang Sudiyanto, wartawan

anggota PWI Surabaya.

Yang membuat Bambang sewot adalahperistiwa yang terjadi saat pelantikanPengky Sugiho Pangestu sebagai DirutPDAM Surabaya. Saat itu, wartawan

yang diundang secara resmi hanya puluhanorang. "Tapi yang datang, Masya Allah, hampir200 orang. Saya nggak tahu wartawan apamereka itu. Yang jelas mereka juga bawa ka-mera, notes, tape, ya kayak kita-kita ini," katalelaki berputera tiga ini.

Heboh terjadi saat Pengky keluar dari arenapelantikan. Ratusan "wartawan" (sengaja ditulisdalam tanda kutip untuk membedakan denganwartawan yang sesungguhnya--Red) secarademonstratif mendatangi Dirut PDAM baru ituuntuk... meminta uang! "Bukan tanya apa pro-gram kerja, visi-misi, perbaikan ke depan, tapimalah minta sangu (uang--Red)," ujar Bam-bang dengan ekspresi gemas.

Kalau memintanya baik-baik sih masih men-dingan. Tapi yang ini memaksa. Malah Bambangsempat melihat ada di antara "wartawan" ituyang merogoh saku belakang celana Pak Dirut,mengambil uang yang ada dalam dompet, ke-mudian kabur. "Itulah yang membuat saya gere-geten sampai sekarang. Kalau kelakuannya be-gitu, lantas apa bedanya 'wartawan' denganjambret? Itu kan menodai profesi wartawan,"keluh wartawan yang sudah menjadi anggota

Envelope-mentJournalism

PWI selama 18 tahun ini sambil berharap agar"wartawan bodrek" (begitu dia menyebut-nya) segera ditertibkan.

Akibat Manajemen BurukPasca reformasi, kemunculan "wartawan"

memang marak bak jamur di musim hujan.Hal ini seiring dengan pertumbuhan mediamassa, baik koran, tabloid, majalah, radio, ma-upun televisi, yang jumlahnya juga meningkatpesat. Sayang tidak seluruh organisasi mediamassa memiliki manajemen yang baik.

"Banyak di antara mereka yang menerbit-kan media hanya karena ikut arus semata,sementara manajemen di belakangnya ambu-radul," kata Arifianto, Kepala Badan Peng-kajian dan Pengembangan Informasi (BPPI)Wilayah IV Yogyakarta, yang pernah mela-kukan penelitian tentang Perspektif Pers Mar-ginal, saat dihubungi KomunikA beberapawaktu lalu.

Buruknya manajemen, kata Arif, diantaranya tercermin dari banyaknya "warta-wan" yang tidak mendapatkan gaji dari peru-sahaan persnya. Akibatnya mereka mencari"gaji" sendiri di luar dengan cara memintauang kepada narasumber. "Ini bukan isapanjempol, tapi bisa dilihat dan dibuktikan sendiridi lapangan."

Sinyalemen Arif diamini oleh Iryan, penge-lola percetakan yang biasa melayani pencetak-an tabloid bertiras 10.000 eksemplar ke ba-wah. "Saat cetak, para 'wartawan' biasanyanongkrongin. Begitu tabloid atau koran keluardari mesin potong, mereka langsung 'melari-kan'-nya ke narasumber untuk nomor bukti,lalu dimintakan 'ongkos muat' ke narasumbertadi. Ketika saya tanya, mengapa melakukanitu, jawabnya karena hanya hanya itulah satu-satunya penghasilan mereka," katanya.

Arifianto mengakui, kebanyakan "warta-wan" pemburu fulus memang berasal darimedia yang budgetnya cekak. "Tapi tak me-nutup kemungkinan wartawan yang media-nya sudah mapan pun ada juga yang melaku-kan praktik semacam itu," imbuhnya.

Perlu DitertibkanMenjamurnya "wartawan" tidak hanya

terjadi di Surabaya, namun juga di ibukota.Bahkan keberadaan "wartawan" di DPR sem-pat membuat anggota DPR Djoko Susilo ge-rah. Djoko meminta Dewan Pers, PWI danSekjen DPR menertibkan praktek ini.

“Parahnya lagi banyak bodrek (sebutanDjoko untuk 'wartawan' yang tak jelas me-dianya--Red) perempuan, dulu jarang. Bo-drek perempuan lebih gawat karena ang-gota DPR biasanya sungkan menolak,” kataanggota Komisi I DPR ini.

Djoko mengaku kerap menjadi korbanbodrek. “Saya berkali-kali didatangi orangyang mengaku wartawan radio dan tabloid,tetapi tidak jelas. Mereka minta uang danmereka mengkondisikan kita... seolah-olahmemaksa,” terang mantan wartawan JawaPos ini.

Menurut Djoko, modusnya pun bervari-asi, mulai minta uang transpor hingga me-ngaku keluarganya sakit. “Ada yang ngakuibunya sakit, ngaku anaknya sakit dan terusngaku dia sendiri yang sakit. Saya pernahdiminta membelikan tiket ke Makassar, tetapitidak wajar karena minta untuk 4 orang. Jadibodrek sudah berjamaah,” ujarnya.

Berbagai cara digunakan "wartawan"untuk mengais rupiah. Gagal dengan caraperorangan, mereka mengajukan permo-honan bantuan atas nama organisasi de-ngan dalih untuk anak yatim. Duh!

Apapun alasannya, meminta uang ke-pada narasumber adalah perbuatan ter-cela, karena melanggar kode etik warta-wan. Dalam Kode Etik Jurnalistik pasal 6disebutan: "Wartawan Indonesia tidakmenyalahgunakan profesi dan tidak me-nerima suap."

Menyalahgunakan profesi adalah se-gala tindakan yang mengambil keuntung-an pribadi atas informasi yang diperolehsaat bertugas sebelum informasi tersebutmenjadi pengetahuan umum. Sedang-kan suap di sini berarti segala pemberiandalam bentuk uang, benda atau fasilitasdari pihak lain yang mempengaruhi inde-pendensi.

Jadi, kalau ada orang meminta uangkepada narasumber dalam tugas jurnalis-tiknya, mereka pasti bukan wartawan,tapi "wartawan". Pertanyaannya adalah,di Indonesia mana yang lebih banyak,wartawan atau "wartawan?". (gun)

Fenomena "wartawanamplop" belakangan ini

kembali menjadi buah bibir,menyusul reaksi berbagai

kalangan yang resahterhadap praktik "cariuang" yang dilakukan

"wartawan" dalammenjalankan kegiatanjurnalistiknya. Istilah

development jornalism(jurnalisme pembangunan)

pun dipelesetkanmenjadi envelope-ment

journalism (jurnalismeamplop). Olala!

Siapakah wartawan Indonesia? Per-tanyaan ini terasa penting pada saatprofesi wartawan sedang dalam sorot-

an, menyusul maraknya aksi "wartawanamplop" di berbagai tempat.

Dalam Ketentuan Umum UU No 40 ten-

mengundang wartawan. Pulangnya siwartawan diberi amplop berisi sedikituang sekadar tanda terima kasih dan gan-ti transport. Instansi pemerintah seringmengadakan jumpa pers semacam ini,bahkan memiliki anggaran khusus untuk"amplop" wartawan. Harap dicatat, war-tawan tidak minta, tapi diberi.

Belakangan, dalam perkembangan-nya, justru "wartawan"-lah yang menge-jar-ngejar "amplop" itu. Bahkan jika nara-sumber tidak mau memberi "amplop","wartawan" tak segan-segan memaksa-nya dengan berbagai macam dalih dancara. "Ini terbalik. Sekarang yang terjadiadalah envelope-ment journalism, jurnalis-me amplop. Amplopnya yang diprioritas-kan, nulis beritanya belakangan. Kalaunggak dikasih amplop ya nggak ditulis.Ini yang nggak bener!" kata BambangS, anggota PWI, dengan nada tinggi.

Ngomong-ngomong, sebenarnya bo-leh atau tidak sih wartawan menerima"amplop?" Tokoh pers yang juga warta-wan senior Jawa Timur, Amak Syarifudin,punya pendapat menarik. "Asal pembe-rian uang itu tidak mempengaruhi isi tu-lisan, dan tidak mempengaruhi indepen-densi wartawan, boleh saja."

Pertanyaannya, bisakah wartawan te-tap independen, objektif dan netral, se-telah "amplop" berada di sakunya? (g)

tang Pers disebutkan, wartawan adalahorang yang menjalankan pekerjaan jurna-listik secara teratur. Sedangkan pasal 7 ayat(2) berbunyi, wartawan memiliki Kode EtikJurnalistik dan mentaati kode etik tersebut.

Berdasarkan ketentuan tersebut, siapa-pun boleh menjadi wartawan asal menjalan-kan profesi jurnalistik secara teratur dan da-lam menjalankan profesinya selalu mentaatiKode Etik Jurnalistik .

Sayangnya, definisi dua serangkai itu se-ring dipenggal begitu saja. Banyak orangmenjalankan profesi jurnalistik secara teratur,tapi ogah mentaati aturan yang tercantumdalam kode etik. Contoh nyata adalah ba-nyaknya "wartawan" yang meminta "am-plop" (baca: uang) kepada narasumber.

Wowo (bukan nama sebenarnya), war-tawan sebuah tabloid yang bertiras 1.000eksemplar sekali terbit misalnya, menyatakanterpaksa minta uang kepada narasumber ka-rena hanya itulah satu-satunya pendapatan-nya. "Dari media saya sama sekali tidak digaji.Untuk biaya cetak saja sering ngutang, ma-na mungkin menjamin kesejahteraan warta-wannya. Jadi ya terpaksa saya lakukan itu(minta uang pada narasumber--Red)," ung-kap lelaki yang sudah menjadi kuli disket 1,5tahun ini.

Dulu memang dikenal istilah "jumpapers." Dalam forum ini, orang atau lembagayang akan memanfaatkan jasa pers biasanya

12

illus

: b

ank

data

foto

: m

th