komunika khusus energi alternatif 2007

12

Upload: komunika-tabloid

Post on 23-Mar-2016

251 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Edisi Khusus Petikan Pidato Wakil Presiden dalam Pencanangan Kampus Agro dan Pusat Pengem- bangan Energi Terbarukan di Malang, Juni 2007 www.bipnewsroom.info/komunika email: [email protected] Pius Rengka, Anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur Lita, Tokoh Perempuan, Jawa Tengah Sulbi, Wartawan, Kalimantan Tengah Djoni, Anggota DPRD Provinsi Sumatera Selatan Petikan Pidato Presiden Tanggal 16 Agustus 2006 di depan DPR RI (redaksi) desain: dw,m, ahas foto: bf, dw, PR, net

TRANSCRIPT

Page 1: komunika khusus energi alternatif 2007
Page 2: komunika khusus energi alternatif 2007

2

www.bipnewsroom.info/komunikaemail: [email protected]

Edisi Khusus

Editorial

Diterbitkan oleh DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Pengarah: Menteri Komunikasi dan Informatika Penanggungjawab: Kepala Badan Informasi Publik Pemimpin Redaksi:Kepala Pusat Pengelolaan Pendapat Umum Wakil Pemimpin Redaksi: Sekretaris BIP, Kepala Pusat Informasi Polhukam, Kepala Pusat Informasi Kesra,Kepala Pusat Informasi PerekonomianSekretaris Redaksi: Richard Tampubolon Redaktur Pelaksana: Nursodik Gunarjo Redaksi: Selamatta Sembiring, M Abduh Sandiah, Fauziah, Sri Munadi Editor/Penyunting: MT HidayatReporter: Suminto Yuliarso, Dimas Aditya Nugraha, Mediodecci Lustarini, Hendra Budi Kusnawan, Doni Setiawan Koresponden Daerah: Amiruddin (Banda Aceh), Arief (Yogyakarta),Supardi Ibrahim (Palu), Yaan Yoku (Jayapura). Fotografer: Leonard Rompas Desain: D Ananta Hari Soedibyo Pracetak: Farida Dewi Maharani Riset dan Dokumentasi: Maykada Harjono KAlamat Redaksi: Jl Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta Telp/Faks. (021) 3521538, 3840841 e-mail: [email protected] menerima sumbangan tulisan, artikel dan foto yang sesuai dengan misi penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan substansi dari tulisan tersebut.Isi KomunikA dapat diperbanyak, dikutip dan disebarluaskan, sepanjang menyebutkan sumber aslinya.

"...Negara kita memiliki berbagai sumber energi alternatif dalamjumlah yang cukup besar seperti gas, batubara, tenaga hidro, panasbumi, tenaga surya dan lainnya. Investasi di bidang itu masih perludikembangkan... Pemerintah juga sedang menyusun langkah-langkahpengembangan energi alternatif berbasis nabati atau biofuel. Pro-gram Nasional ini telah dimulai dengan pengembangan energi denganbahan dasar kelapa sawit, jagung, tebu, singkong, dan jarak. Untukdaerah tertentu, terutama daerah terpencil dan belum berkembang,akan dilaksanakan program desa mandiri energi berbasis pohon ja-rak. Dengan demikian, desa-desa itu diharapkan akan mampu meme-

nuhi kebutuhan energinya, tanpa harus tergantung kepada solar dan minyak tanah.Dalam jangka menengah, kebijakan energi ini diharapkan dapat menciptakankesempatan kerja baru antara 3 hingga 5 juta orang. Dengan demikian, langkahini juga akan menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan, serta mengurangisubsidi BBM secara signifikan..."

Petikan Pidato Presiden Tanggal 16 Agustus 2006 di depan DPR RI

Jangan heran ketika ada suara, “Minyak bumikita di Indonesia tinggal 30 tahun lagi!”Pasalnya tanda-tanda menurunnya produksi

minyak bumi Indonesia sudah terlihat dari tahunke tahun.

Minyak bumi pernah mengalami masa keemasandi tahun 1977, waktu itu kapasitas produksi me-nyentuh angka 1,7 juta barel per hari. Namun ditahun 2004 menurun hingga level 1,125 juta barelper hari. Dapat dipastikan, habisnya pasokan mi-nyak di bumi Indonesia tinggal menunggu waktu.

Apalagi, data konsumsi minyak bumi cenderungmeningkat dari 0,95 juta barel per hari tahun 2000,menjadi 1,0516 juta barel per hari tahun 2003dan sedikit menurun menjadi 1,0362 juta barelper hari tahun 2004. Besar pasak daripada tiang!

Memang, beberapa dekade terakhir, tak hanyadi Indonesia, komunitas dunia pun dihadapkan padaancaman krisis energi. Realitas menunjukkan bah-wa ketersediaan energi fosil (minyak bumi dan tu-runannya) sangat terbatas karena sifatnya yangtidak terbarukan (unrenewable).

Menyikapi hal ini, Pemerintah telah menyusunberbagai kebijakan yang mendorong masyarakatuntuk menggunakan energi alternatif, energi ter-

Pesan dari Energi Fosilbarukan sebagai pengganti minyak bumi.

Tak kurang beragam strategi dirancang dandilaksanakan guna mengatasi ancaman krisis energidi masa mendatang. Baik melalui kebijakan penghe-matan (konservasi) energi maupun penggunaansumber energi alternatif (diversifikasi). Kampanyehemat listrik dan hemat energi telah bisa kita saksi-kan bersama.

Di sisi lain, kegiatan pemetaan dan pemanfaat-an potensi energi baru dan terbarukan berupapanas bumi, biomassa, mikrohidro, angin, surya,gambut, pasang surut dan gelombang laut; telahdilakukan. Bahkan secara mandiri, beberapa kelom-pok masyarakat juga mengembangkan untuk kebu-tuhan komunitasnya dan juga ada yang bisa "men-jual listrik" ke Perusahaan Listrik Negara.

Pemanfaatan energi alternatif ini secara teoritismendekati ideal, karena ketersediaannya, dapatdiperbaharui, dan tidak banyak memberikan dam-pak negatif terhadap lingkungan. Terlebih, peng-gunaan energi yang terbarukan, saat ini, baru seki-tar lima persen dari total kebutuhan energi nasional.

Sejatinya, konsep energi alternatif dan terbaru-kan telah muncul di tahun 1970-an. Konsep inimerupakan bagian dari upaya melakukan lompatan

penggunaan energi alternatif melewati pengem-bangan bahan bakar nuklir dan fosil. Karena itu,definisi paling umum yang berkembang mengenaienergi alternatif adalah sumber energi yang dapatdengan cepat diisi kembali oleh alam, proses ber-kelanjutan. Di bawah definisi ini, bahan bakar nuklirdan fosil tidak termasuk ke dalamnya.

Energi alternatif merupakan jawaban atas pe-san energi fosil yang sudah diambang kepunahan.Ketika setiap derap aktivitas kehidupan tak bisadilepaskan dari energi. Maka berlimpahnya sumber-daya energi terbarukan di Indonesia selain memilikifungsi strategis, security of supply untuk antisipasiketerbatasan energi fosil, juga akan berfungsisebagai precursor bagi kegiatan ekonomi.

Namun, hingga kini, setahun setelah kebijakanpengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) dica-nangkan, pemanfaatan BBN dan energi alternatiflain belum dilakukan secara optimal. Padahal pe-manfaatan sumber energi alternatif secara maksimaldan beragam, baik dalam skala besar atau skalakecil harus segera dilakukan agar Indonesia dapatterhindar dari krisis energi yang lebih serius di masadepan.

(redaksi)

PemerintahKurang Fokus

Sebenarnya kalau kitalihat pemerintah kita tidakada fokus yang jelas. Arah-nya mau kemana. Kalau ki-ta fokus akan tampak da-lam anggaran. Akan tampakapa dulu sebagai kekuatanpertama untuk menarikyang lain.

Saya hanya ingin katakan begini, kata energisaja adalah daya yang bisa diambil untuk kepenting-an manusia. Kalau itu jenisnya ada air, angin, tenagamatahari, kayu tapi ada juga jenis BBM.

Saat kita berpikir tentang BBM maka kita akanberpikir tentang ekonomi di dalamnya. Kasus diindonesia saya pikir karena kita mulai sadar karenaminyak mulai habis sedangkan ekonomi kita barudalam tahap sekian. Berbicara masalah energi diIndonesia banyak sekali potensi energi.

Tapi harus dikoordinasikan pemimpin yang fokusdan konsisten untuk melakukan perubahan. Dankalau kita ingin membangun energi itu, kita bisamaju. Kalau memang di Flores (NTT) ada potensiyang besar maka kita kembangkan daerah itu se-maksimal mungkin. Kalau memang biaya mahal ma-ka anggaran harus fokus ke pembangunan itu.minta ke pusat, minta ke daerah karena kalau ang-garan itu fokus maka implikasinya akan luas.

Pius Rengka, Anggota DPRDProvinsi Nusa Tenggara Timur

Distribusi TersendatPersoalan energi sebenarnya lebih menyangkut

masalah distribusi. Ini yang menjadi masalah besar.Tiba-tiba langka, tetapi tidak pernah jelas macet-nya di mana. Daya beli memang menurun tapitetap saja beli. Cuma tiba-tiba langkanya itu yangtidak bisa dipahami. Distribusinya macet dimana?Ini meresahkan masyarakat. Apa ini permainanperusahaan yang bermodal besar? Ini menyakitkanbagi perempuan.

Harapannya, bagi perempuan, energi alternatifdi daerah pedesaan sudah digunakan. Yang ribut

sebenarnya yang ada diperkotaan. Cuma harus di-jaga agar apa yang diman-faatkan masyarakat desapun tidak merusak. Artinyajangan sampai dinamika dikota mempengaruhi lang-sung situasi desa

Kebijakan jangan ujug-ujug, harus dilihat kondisimasyarakatnya, peren-

canaan harus partisipatif dengan mengajak rakyatbicara agar kebijakan energi alternatif benar-benarmembumi.

Jika memang murah, mudah, sehat, tersedia,saya kira tanpa digembor-gemborkan sudah jalandengan sendirinya. Harus ada mekanisme kontrolagar bisa terus bisa dilaksanakan. Jangan sampaiorang Jakarta pulang, energi alternatif ditinggalkan.

Lita, Tokoh Perempuan, Jawa Tengah

Energi dan Kesempatan Kerja

Perlu Promosi AktifMasyarakat khususnya di perkotaan dan juga

perdesaan belum siap menerima energi alternatif.Ketergantungan pada minyak sangat tinggi. Na-mun beberapa diskusi menyebutkan, belum adapenyuluhan secara khusus tentang itu. Sosialisasibelum maksimal.

Kita hanya butuh, inginnya enak, tapi kitasendiri tak ada keseimbangan untuk mengem-bangkan. Walau secara alami ada, tapi kita diberitugas untuk mengelola. Kita hanya pengguna, tapisulit menciptakan dan mengelola.

Salah satu tingkat kesadaran untuk meng-gunakan energi alternatif adalah promosi, ter-utama dari pemerintah dan perguruan tinggi.

Sulbi, Wartawan, Kalimantan Tengah

Kebijakan Tanpa TeknologiSaya juga ingin mengkritisi. Sebenarnya tidak

akan ada kebijakan tanpa teknologi. Yang salah dipemerintah adalah sudah membuat kebijakantanpa melihat ketersediaan teknologi.

Kami juga salah, sudah berani membuat konsepideal tanpa melihat teknologi yang ada danmemungkinkan. Gembar gembor sudah 95 persen,tapi memerhatikan teknologi hanya 5 persen.

Kebijakan itu sangat ideal, tentu saja beginidan begitunya, hanya sekadar teori. Tapi tidakmelihat ketersediaan teknologi yang mendukungkebijakan tersebut, sama saja bohong.

Djoni, Anggota DPRD Provinsi Sumatera Selatan

desa

in:

dw,m

, ah

as f

oto:

bf,

dw,

PR,

net

Pandai Berhemat"Kondisinya sudah berbeda dan jumlah pen-

duduk terus meningkat. Karena kondisi alamyang menghasilkan energi semakin menipis,maka kebijakan harus diubah, yakni harus pan-dai-pandai menghemat energi serta mulaimenggalakkan penggunaan energi alternatif,sehingga bangsa Indonesia bisa memiliki kelang-sungan hidup terutama dalam bidang energi...Oleh karena itu, kita semua harus mulai hematenergi dan menggunakan energi alternatif se-perti penggunaan minyak tanah juga harus mu-lai dikonversikan ke elpiji yang lebih murah,aman dan bersih."

Petikan Pidato Wakil Presiden dalamPencanangan Kampus Agro dan Pusat Pengem-bangan Energi Terbarukan di Malang, Juni 2007

Page 3: komunika khusus energi alternatif 2007

3

www.bipnewsroom.info/komunikaemail: [email protected]

Edisi Khusus

Pelangi Energi TerbarukanSelama ini sumber energi utama bagi kesehari-

an aktivitas bangsa Indonesia tak dipisahkan dariminyak bumi. "Emas hitam" ini bahkan sempat men-jadi salah satu primadona ekspor Indonesia, lan-taran kontribusinya bagi devisa negara. Di dalamnegeri pun, kebutuhan energi penggerak pereko-nomian bangsa juga tertumpu pada minyak bumi.

Keterbatasan cadangan sumber energi fosilmembuat komunitas dunia internasional sadar, ha-rus ada cara penghematan seefisien mungkin. Disisi lain, seiiring dengan kenaikan dampak pemanas-an global akibat penggunaan energi fosil juga me-numbuhkan gairah untuk menemukan sumberenergi lain yang bisa terbarukan dan tidak mem-bawa konsekuensi kerusakan lingkungan hidup.

Memutus KetergantunganMinyak bumi menjadi pemasok hampir 50% ke-

butuhan energi dunia, termasuk Indonesia. Ting-kat konsumsi ini diprediksi terus meningkat. Padasisi lain, cadangan minyak bumi semakin menipisdan diperkirakan akan habis dalam waktu kurangdari 20 tahun mendatang jika tidak ada penemuancadangan yang baru. Posisi Indonesia sebelumtahun 2000 sebagai pengekspor minyak pun, kinitelah berubah menjadi negara pengimpor utama.

Ketergantungan terhadap bahan bakar fosilmemiliki beberapa ancaman serius, pertama makinmenipisnya cadangan minyak bumi yang diketahui,kedua masalah kenaikan atau ketidakstabilan hargaakibat laju permintaan yang lebih besar dari pro-duksi minyak, dan terakhir dampak polusi gas rumahkaca akibat pembakaran bahan bakar fosil.

Pemerintah sebenarnya telah menyiapkan ber-bagai peraturan untuk mengurangi ketergan-tungan terhadap bahan bakar fosil. Sebut saja Ke-bijakan Umum Bidang Energi (KUBE) tahun 1980dan Keputusan Menteri Pertambangan dan EnergiNo 996.K/43/MPE/1999 tentang pioritasi peng-gunaan bahan bakar terbarukan untuk produksilistrik yang hendak dibeli PLN.

Namun sayang sekali, pada tataran implemen-tasi belum terlihat adanya usaha serius dan sistema-

tik untuk menerapkan energi terbarukan guna sub-stitusi bahan bakar fosil.

Potensi BesarSejak 1990-an isu potensi energi terbarukan

(renewable energy) juga sudah gencar dilontarkanbanyak organisasi non pemerintah (ORNOP).Pemerintah, melalui BPPT sudah banyakmelakukan percobaan . Tidak hanya penelitian danpercobaan, bahkan BPPT sudah mulai menerapkanlangsung, misalnya, seluruh bus dinas BPPT sudahmenggunakan biodiesel (CPO, crude palm oil) de-ngan perbandingan 10% biodiesel dan 90% solar.BPPT pun telah menyusun Biodiesel Road Map de-ngan sasaran tercapainya pemakaian 2% biodieselCPO menggantikan solar pada tahun 2010, kemu-dian menjadi 5% pada tahun 2025.

Indonesia sesungguhnya memiliki potensi sum-ber energi terbarukan dalam jumlah besar. Bebe-rapa diantaranya bisa segera diterapkan di tanahair, misalnya bioethanol sebagai pengganti bensin,biodiesel untuk pengganti solar, tenaga panas bu-mi, mikrohidro, tenaga surya, tenaga angin, bahkansampah/limbah pun bisa digunakan untuk mem-bangkitkan listrik. Hampir semua sumber energitersebut sudah dicoba diterapkan dalam skala kecildi tanah air.

Sejak krisis ekonomi pada akhir tahun 90-an,keterbatasan dana bagi ekspansi jaringan PLNmaupun pembangkit listrik bertenaga BBM untukdi daerah-daerah terpencil, mendorongpeningkatan kesadaran pentingnya penggunaansumberdaya energi terbarukan apabila terdapatpotensi untuk hal tersebut.

Pelangi Energi AlternatifRoem Topatimasang salah satu pegiat ORNOP

menegaskan bahwa isu energi alternatif harus didu-dukkan sejajar dengan isu-isu lain yang lebih me-narik perhatian selama ini, seperti isu hak asasi ma-nusia. Pasalnya, energi adalah salah satu kebutuhanpokok rakyat, sehingga pemenuhannya harus dili-hat sebagai kewajiban negara atau pemerintah.

Dalam kerangka tersebut, maka pemenuhankebutuhan energi, seperti halnya kebutuhan po-kok pangan, pendidikan, dan kesehatan, bagi rak-yat sebenarnya adalah bagian dari hak-hak dasarwarga negara seperti yang diamanahkan dalamperjanjian internasional hak-hak ekonomi, sosial,dan budaya.

Beban berat pada anggaran belanja negara ka-rena pemberian subsidi tidak boleh dijadikan alasanuntuk mengelak dari kewajiban negara tersebutterhadap warganya. Karena di negara-negara indus-tri maju sekalipun, yang kapitalis dan liberal, subsidisemacam itu tetap ada.

Solusinya memang terletak pada energi barudan terbarukan. Energi yang umumnya sumberdaya nonfosil sehingga dapat diperbarui atau bisadikelola dengan baik agar tidak akan habis.

Permasalahan-nya sekarang, diIndonesia me-mang terdapatbanyak sumberenergi baru danterbarukan. Na-mun pemetaandan pengolahan-nya belum sampaipada taraf dimanak e t e r s e d i a a nenergi terbarukanmampu secarakompetitif meng-gantikan energifosil yang jauhlebih populer.

Apakah me-mang harus menunggu datangnya "hujan krisis"energi fosil baru kemudian seluruh elemen bangsaini tercerahkan dengan kedatangan pelangi energialternatif? Padahal mengolah potensi untuk men-ciptakan pelangi jauh lebih cerdas ketimbang me-nunggu evolusi yang bisa memakan korban.

([email protected])

" kaya potensi dan ragam sumber energi membuat Indonesia dihiasi pelangi energi terbarukan..."

Saat Surya Tak TenggelamSuatu ketika Minto (54), guru kelas VI Sekolah

Dasar Prambon 1 Madiun, Jawa Timurmemandang sinar matahari di tengah

kegiatan rutin mencari kayu bakar sebagai bahanbakar memasak di rumahnya yang sederhana.

Minto pun terilhami membuat berbagai formu-lasi supaya sinar matahari yang memancarkan panasitu bisa dimanfaatkan manusia. Ketika itu, yangada dalam pikirannya sederhana, bagaimana bisamemasak dengan matahari yang juga menghasilkanpanas sehingga ia tidak perlu mencari kayu bakarlagi.

Di tahun 1990 inovasi pertama Minto lahir: se-buah kompor bertenaga surya terbuat darigabungan cermin datar yang disambung memben-tuk lingkaran. Hanya dengan biaya Rp75.000,00kala itu, kompor a la Minto berdiameter 190 cm inibisa mendidihkan satu liter air hanya dalam limasampai enam menit.

Sukses bapak dua putra ini mengilhami peng-gunaan tenaga surya secara tepat guna pada skalakecil rumah tangga di berbagai kawasan Indonesia.Dan kian dipermudah ketika teknologi panel suryamulai dikembangkan pemerintah untuk menangkappanas dan menyimpan energi surya dalam waktulebih lama.

Potensi Besar Biaya BesarSalah satu energi terbarukan yang menjadi per-

hatian adalah energi surya. Energi itu dapat ber-ubah menjadi arus listrik searah melalui panel selsurya yang kini sudah berkembang pesat dan dipro-duksi massal.

Sebagai negara tropis Indonesia mempunyaipotensi energi surya yang tinggi. Hal ini terlihatdari radiasi harian yaitu sebesar 4,5 kWh/m2/hari.Seolah menemukan pembenaran, kondisi geografisIndonesia yang banyak memiliki daerah terpencildan sulit dihubungkan dengan jaringan listrik PLNmendorong pemakaian sel surya untuk pembangkitlistrik.

Dari sisi ekonomi, pemanfaatan tenaga suryasecara tunggal, biayanya amat mahal. Untuk bisa

menghasilkan tenaga lis-trik dengan kekuatan 220volt, diperlukan lempeng-an silikon --yang berfung-si sebagai sel surya--,berjumlah ratusan. Satulempengan silikon sendirimembutuhkan puluhanPolycrystral silicon ber-ukuran 10X1 inchi. "Satukeping harga di pasarsekitar 2 dolar AS," kataAdjat Sudrajat, penelitipada Pusat Pengkajiandan Penerapan TeknologiKonvensi dan KonservasiEnergi BPPT.

Memang, biaya pembuatan modul sel suryayaitu sebesar 60% dari biaya total pembuatan PLTS. "Namun, jika modul sel surya itu bisa diproduksidi dalam negeri berarti akan bisa menghemat biayapembangunan PLTS," imbuh Adjat optimis.

Berbasis Hybrid Lebih MurahBadan Pengkajian dan Penerapan Teknologi te-

lah mengembangkan Pembangkit Listrik TenagaSurya berbasis hybrid power system di Pulau Pa-nelo, Kecamatan Kwandang, Gorontalo.

Di sini pun bisa dibilang tidak ada istilah sangsurya yang tenggelam. Karena energi surya diman-faatkan dari pukul 06.00 waktu setempat hinggasekitar pukul 18.00 waktu setempat. Selanjutnyadigunakan diesel untuk enam jam berikutnya agartetap terang. Diesel ini digerakkan oleh energi yangtersimpan dalam panel surya.

Untuk memastikan bisa berfungsi 24 jam,digunakan pula baterai berkekuatan 240 Volt DC.Baterai ini digunakan pada saat sistem fotovoltaikdan diesel tidak difungsikan. "Dengan merangkaitiga komponen tersebut listrik bisa hidup selama24 jam penuh," tegas Adjat.

Yang menarik, mekanisme pembayaran akanmenggunakan sistem prepaid sebagaimana

diterapkan pada telepon seluler. "Masyarakat yangakan menggunakan listrik tinggal membeli smartkey yang harganya Rp 50 ribu dan Rp 100 ribu,"kata Adjat.

Namun beberapa waktu kemudian sering tim-bul masalah. Kepala Sub Dinas Energi Dinas Pertam-bangan dan Energi Provinsi Gorontalo Ir. SulistjonoDalman menyatakan bahwa banyak baterei yangrusak dan tidak bisa segera diperbaiki, "Kalau maudiganti biayanya sangat mahal," terang Sulis.

Sulis menjelaskan bahwa PLTS yang dikembang-kan oleh Dinas Pertambangan dan Energi ProvinsiGorontalo akan bisa segera mendapatkan peng-gantian baterei, "Kami akan segera mengganti jikaada kerusakan, namun kalau yang dikembangkanoleh pusat (BPPT) kami tidak memiliki wewenang,"jelasnya.

Memang diakui Adjat operasi PLTS ini masihdalam tahap ujicoba, "Proyek ini tetap membutuh-kan dukungan manusia untuk mengatur sistem,"katanya. Persoalannya, letaknya yang tidak mudahterjangkau di Pulau Panelo akan membuat pera-watan tidak mudah dilakukan. Apalagi jika masya-rakat setempat tidak dilibatkan dalam merawat danmenjaga fasilitas yang ada. Jadi masih butuh kerjaekstra untuk membiarkan surya tak pernah teng-gelam. ([email protected])

>>Hybrid power system,menggunakan modelfotovoltaik. Dalam hal ini,energi listrik dihasilkan olehl e m p e n g a n - l e m p e n g a nsilikon. Pada proyek PLTSPanelo, tentu sajadimanfaatkan ratusanlempengan silikon. Dayayang dihasilkan untuk proyekini mencapai 22 kilo watt pick(Kwp). Daya yang dihasilkanoleh sistem fotovoltaik,memang tidak bisadimanfaatkan 24 jam penuh,karena ketergantungan padaenergi matahari.

foto

:len

.go.

id

Page 4: komunika khusus energi alternatif 2007

4

www.bipnewsroom.info/komunikaemail: [email protected]

Edisi Khusus

Mendulang Panas Mencari Terang

Angin Pun Menunggu "Dibaca"

Indonesia dikenal sebagai negeri The Ring ofFire. Tidak kurang dari 200 gunung berapimembentang sepanjang Sumatera, Jawa, Bali dankepulauan bagian timur Indonesia.

Selain rawan bencana ternyata ada pula ber-kah tersembunyi di negeri seribu gunung berapiini: potensi sumber energi panas bumi (geother-mal) melimpah ruah. Betapa tidak, potensi energigeothermal di Indonesia diperkirakan dapatmembangkitkan listrik hampir 27.000 Mwe. Tapihingga tahun 2005 baru sekitar sebesar 817 MWatau 3 persen potensi yang ada dimanfaatkan.

Panasnya Potensi GeothermalJawa Barat disebut sebagai salah satu daerah

dengan potensi geothermal cukup besar. Perkira-an sementara menyebut potensi geothermal seki-tar 3290 Mwe, yang tersebar di beberapa kawasan,yakni: Kamojang dengan potensi 300 Mwe, Gu-nung Salak (600 Mwe), Darajat (350 Mwe), Gu-nung Patuha (480 Mwe), Gunung Wayang Windu(460 Mwe), Karaha (250 Mwe), Talagabodas (275Mwe), Gunung Tangkuban Parahu (190 Mwe),Citaman Gunung Karang (75 Mwe), Gunung Endut(50 Mwe) serta Gunung Gede Panggrango sebesar260 Mwe.

Dari sekian potensi yang ada, kawasan yangdimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik bisadihitung dengan jari. Salah satunya adalah Kamo-jang, sebuah daerah yang terletak sekitar 25 kmdari Kota Garut ini. Bahkan, potensi Kamojang su-dah digarap pemerintah Belanda sejak tahun 1926.

Pemerintah Indonesia sendiri mulai memanfaat-kan potensi ini mulai tahun 1971. Ada sekitar 10sumur eksplorasi yang dibangun melalui kerjasamadengan Pemerintah Selandia Baru. PeresmianPembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ka-mojang dilakukan tahun 1983 dengan kapasitasawal 30 Mwe.

Saat ini terdapat empat unit PLTP di Kamojang,masing-masing berkapasitas 55 Mwe dan 60 Mwe.Unit PLTP terakhir berkapasitas 60 Mwe dimilikiPertamina, sedangkan tiga unit sebelumnya dimiliki

PT Indonesia Power.Kepala Humas Perta-

mina Geothermal Kamo-jang, Danti menjelaskanselama ini uap geother-mal yang dieksplorasiPertamina Kamojang di-alirkan melalui pipa Perta-mina sebagai pemutarturbin PLTP milik PT In-donesia Power, “Jadi kitahanya jual energi geo-thermal, namun sekarangkita juga membuat unitpembangkit sendiri se-hingga nantinya kami ti-dak hanya jual energi bio-thermal tetapi juga lis-trik,” tuturnya kepadaKomunikA.

Butuh Investasi MahalMenurut Danti, tidak semua potensi geother-

mal dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik.Secara umum, energi geothermal dapat dimanfa-atkan menjadi pembangkit listrik jika reservoir-nyamemiliki suhu minimal 2000oC. Selain itu, letakenergi geothermal yang akan diekplorasi juga tidakterlalu dalam dari permukaan tanah.

Untuk pemanfaatannya, lanjit Danti, uap panasdialirkan ke permukaan melalui sumur produksiyang dibor sampai menembus reservoir. Uap yangada selanjutnya dapat dimanfaatkan memutar tur-bin yang terkoneksi dengan generator PLTP. “Saatini Pertamina Geothermal Kamojang memiliki 33unit sumur produksi,” ujar Danti.

Pengawas Utama Inspeksi dan Mutu PertaminaGeothermal Kamojang, Fahmi Hamim menjelaskanpemanfaatan energi geothermal memang tidakmudah dan membutuhkan biaya investasi yang cu-kup mahal. "Energi geothermal umumnya beradajauh di bawah permukaan bumi. Pada kedalamanseribu sampai dua ribu meter. Selain itu posisinya

sulit ditebak, karena itu dibutuh-kan teknologi tinggi dan sangatberisiko tinggi," jelas Hamim.

Namun demikian, jika sudahtertemukan, menurut Hamim, bia-ya pengelolaan selanjutnya sangatrendah. Energi geothermal jugatidak akan habis selama siklus pe-manfaatannya diatur dengan be-nar. ”Jadi sekarang tinggal gimanakebijakan pemerintah memanfaat-kan sumber daya ini,” ujarnya.

Tak Hanya Untuk ListrikEnergi geothermal di Kamo-

jang ternyata tak hanya untuk me-mutar turbin listrik, tetapi telah di-kembangkan sebagai tujuan wi-sata. Pertamina Geothermal Ka-mojang kini pun tengah mengem-

bangkan ekonomi masyarakat. Melalui peman-faatan uap air untuk sterilisasi media tanam danpenyemaian bibit pada budidaya jamur.

Pada proses budidaya jamur uap panas bumiyang ada dialirkan ke dalam alat yang disebut steamgenerator. Dalam alat ini uap geothermal diubahmenjadi uap air yang selanjutnya dialirkan melaluipipa ke ruangan yang berisi rak-rak media tanamjamur. Selain membantu dalam proses sterilisasi,untuk daerah yang suhunya terlalu dingin, energigeothermal juga dapat dimanfaatkan untukmembantu perawatan pertumbuhan jamur.

Sebagai salah satu energi terbarukan energigeothermal akan terus ada, namun kapasitasnyaharus tetap dijaga. Salah satu strategi PertaminaGeothermal Kamojang untuk menjaga kapasitasenergi geothermal dengan membuat membuatsumur-sumur reinjeksi , selain sumur produksi. Uappanas yang digunakan untuk memutar turbingenerator selanjutnya akan dikondensasi menjadiair. Air inilah yang kemudian diinjeksikan melaluisumur reinjeksi sehingga energi geothermal dapatterus terbarukan. ([email protected])

Sejak empat tahun lalu, salah satu lembagaswadaya masyarakat memanfaatkan kincir anginuntuk menggerakkan pompa air di beberapawilayah, seperti di Indramayu, Jawa Barat. Hinggakini, sudah 40 kincir angin berdiri di beberapa kota/kabupaten.

"Biaya investasinya sekitar Rp 60 juta hinggaberoperasi. Dengan kecepatan angin kurang dari3 meter per detik, air yang dapat dipompa sekitar2,7 meter kubik per jamnya," kata pengembangkincir angin untuk energi pompa air Hasan Hambali.Produknya diberi nama energi gratis (EGRA).

Salah satu kincir angin EGRA yang pertama adadi Indramayu digunakan untuk mengairi kebunmangga seluas 10 hektar. Sebelum menggunakanteknologi kincir angin, air yang dipompamenggunakan mesin diesel menghabiskan biayasolar Rp 132.000 per hari. Kini, biaya pemeliharaankincir sekitar Rp 500.000 per tahun.

Bukan Barang BaruPemanfaatan energi angin sebenarnya bukan

barang baru bagi umat manusia. Dalam situs www.awea.org di-s e b u t k a nbahwa sejak2000 tahunlalu teknologipemanfaatansumber dayaangin dan airsudah dikenalmanusia da-lam bentukkincir angin(wind mills).

Selain ra-mah ling-k u n g a n ,s u m b e renergi ini ju-ga selalu ter-sedia setiap

waktu dan memiliki masa depan bisnis yangmenguntungkan. Kini sebagian besar negara majudi Eropa dan Amerika Serikat telah memanfaatkansumber energi ini. Kapan tersedia di Indonesia,ya?

Banyak di EropaMenurut data dari American Wind Energy

Association (AWEA), hingga saat ini telah adasekitar 20.000 turbin angin di seluruh dunia yangdimanfaatkan untuk menghasilkan listrik.Kebanyakan turbin semacam itu dioperasikan dilahan khusus yang disebut “ladang angin” atauwind farm.

Lima belas tahun lalu, energi angin belumterpikirkan untuk menjadi sumber energi komersil,akan tetapi kini telah ada sekitar 60 perusahaanpenyedia tenaga angin komersial diseluruh duniadan kebanyakan berada di Eropa. Lebih dari 10bank terbesar Eropa dan 20 lembaga ekonomiEropa menanamkan modal pada bidang energiangin, dan tak terhitung lagi perseorangan atauperusahaan yang memanfaatkan atau berperandalam mengembangkan teknologi ini.

Industri ini juga menyerap lumayan banyaktenaga kerja, sehingga potensial untukmengurangi angka pengangguran. Sebagai contohdi Denmark saja, sekitar 8.500 orang tertampungdalam bidang industri energi angin, dan 4000peluang kerja di luar Denmark tercipta dari bisnisini. Jumlah pekerja yang terlibat dalam industrienergi angin di Eropa diperhitungkan mencapailebih dari 20.000 orang.

Biaya Mahal?Di Indonesia teknologi itu baru dikenal dalam

dekade ini. Dan empat tahun lalu Hasan Hambalibersama Yayasan Heritage mencoba menerapkanteknologi pemanfaatan angin untuk memompa airmenyirami kebun mangganya. "Biayamembangunnya lumayan mahal, Rp 60 juta untuksatu unit. Tapi setelah itu tidak ada biaya apa-apalagi. Cukup dilakukan perawatan saja, dengan

>>

>>

Energi geothermal berasal daripenguraian radioaktif di pusatbumi. Reaksi ini membuatbumi panas dari dalam.Energi ini dapat digunakandengan tiga cara (1) listrikgeothermal, (2) pemanasangeothermal melalui pipa kedalam bumi, dan (3) melaluipompa panas.

Kawasan Kamojang, JawaBarat merupakan lokasi per-tama pembangunan Pem-bangkit Listrik Tenaga PanasBumi di Indonesia.

>>

>>

Penggunaan tenaga anginhanya 1% dari total produksilistrik dunia (2005). Jermanmerupakan produsen terbesartenaga angin 2005; targetnyapada 2010, energi ini akanmemenuhi 12,5% kebutuhanlistrik Jerman. Jermanmemiliki 16.000 turbinangin,Provinsi Schleswig-Holstein Jerman menghasi-lkan 25% listriknya dari turbinangin.

Di seluruh Indonesia, lima unitkincir angin pembangkitberkapasitas masing-masing80 kilowatt (kW) sudahdibangun. Tahun 2007, tujuhunit dengan kapasitas samamenyusul dibangun di empatlokasi, masing-masing diPulau Selayar tiga unit,Sulawesi Utara dua unit, danNusa Penida, Bali, sertaBangka Belitung, masing-masing satu unit.

memberi pelumas," katanya.Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional

(Lapan) sudah melakukannya untuk kebutuhanriset sejak lama. Seperti dikatakan oleh SoeripnoMartosaputro dari Bidang Konversi EnergiDirgantara, Pusat Teknologi Dirgantara Terapan,Lapan, sampai saat ini ada 12 prototipe yang telahdibuat Lapan. Fungsi masing-masing untukmembangkitkan tenaga listrik dan memompa air.

Soeripno mengatakan, seharusnya Indonesiamemang memiliki peta potensi angin, tapi adabeberapa persoalan yang dihadapi dalam melakukanpemetaan itu.

Salah satunya, akses data untuk masukandalam pembangunan peta potensi energi angindirasa cukup sulit dan memerlukan keterampilanserta biaya tinggi. Selain itu, data permukaan yangtelah dikumpulkan jumlahnya masih relatif sedikitdibandingkan dengan luas wilayah Indonesia. Jugaada keterbatasan dana untuk mengakses danmengidentifikasi potensi lokasi khususnya di daerahterpencil yang sulit dijangkau.

Masih ProspektifNamun demikian, pembangkit listrik tenaga

angin itu masih memiliki prospek yang bagus diIndonesia. Apalagi jika pemanfaatannya lebihdiarahkan untuk skala kecil dan menengah (misalkapasitas terpasang 50 W - 100 kW) sesuai denganpotensi angin di lokasi dan kebutuhan setempat.

Beberapa pemanfaatan yang potensialdikembangkan adalah untuk listrik rumah tangga,industri kerajinan rumah tangga, cool storage(pengawet ikan/obat), catu daya peralatankomunikasi, pengisi baterai perahu nelayan,pemompaan air, dan lainnya.

Pembangkit listrik tenaga angin juga bisadimanfaatkan untuk lokasi-lokasi strategis,terutama yang jauh dari jangkauan jaringan listrikPLN. Misalnya, pulau-pulau terluar, baik yangberpenghuni maupun yang tidak berpenghuni yangsecara politis harus dilindungi.

([email protected])

foto

:bum

iene

rgi.c

om

foto

:per

rtam

ina.

copm

Page 5: komunika khusus energi alternatif 2007

5

www.bipnewsroom.info/komunikaemail: [email protected]

Edisi Khusus

Cerita Lalu Si Mikro Hidro “Mau diaktifkan lagi, Pak?” sapa seorang lelakiberkumis, saat KomunikA mendekati lokasi PembangkitListrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di dusun Kalikuning,Desa Sendangsari, Kec Garung, Kab Wonosobo, Jateng.

Mungkin lelaki penggali pasir itu mengira, KomunikA adalahpetugas PLN. Tanpa diminta, ia sudah nyerocos bercerita

tentang masa lalu, saat desanya masih menggunakan listrikdari PLTMH Kalikuning yang kini sedang direnovasi.Menurut Nasirin, nama pria itu, era listrik

murah di desanya memang telah berlalu, seiring dengan rusaknya PLTMH Kali-

kuning yang dulu memasok kebutuhan listrik untukdusunnya. “Dulu, sekitar tahun 1995, saat meng-gunakan listrik dari sini (PLTMH—Red) kami perkepala keluarga cuma disuruh urunan Rp5 ribu se-bulan. Murah sekali kan? Mana ada listrik PLN har-ganya seperti itu,” ujarnya.

Ia lantas membandingkan dengan pengeluaranuntuk bayar listrik PLN bulan Juli 2007 yangmencapai Rp78 ribu. “Sangat jauh perbedaannya,Mas,” katanya.

Sayang era lisrik murah itu hanya berumur se-tahun. Pada tahun 1996, PLN mengubah standartarif listrik PLTMH, disamakan dengan tarif listrikpada umumnya. “Sebenarnya kami keberatan, tapibagaimana lagi wong kebijakannya seperti itu,”kata lelaki yang sudah menjalani profesi sebagaipencari pasir di sungai Kalikuning selama lima tahunini.

Riwayat PLTMH Kalikuning sendiri memang takberumur panjang. Dua tahun kemudian, yakni ta-hun 1998, PLTMH Kalikuning mulai rewel. “Turbin-nya sering macet, listriknya juga byar-pet. Akhirnyapada tahun 1999 PLTMH resmi bergelar almarhum(mati—Red). Peralatannya mangkrak dan karatandi sana-sini. Baru pada 2007 ini diperbaiki oleh PLN,”imbuh Nasirin.

Lalu dari mana warga Kalikuning memperolehlistrik setelah pembangkit andalannya macet? “Yadari PLN juga, tapi listriknya diambilkan dari jaringanbiasa.” Tarifnya? “Tentu saja sama dengan tarif lis-trik biasa, mahal. Maka saya sering berharap, kapanbisa menggunakan listrik murah seperti dulu lagi,”ujarnya.

Tapi tampaknya keinginan Nasirin tak bakal ter-laksana. Mengapa? Karena usai diperbaiki oleh PLN,listrik asal Desa Sendangsari itu akan disatukan de-ngan jaringan PLN interkoneksi Jawa-Bali, dan dijualkepada masyarakat dengan harga standar PLNyang oleh Nasirin disebut ‘mahal’.

“Saat PLTMH ini diperbaiki, saya sempat berha-

rap listriknya akan disalurkan lagi ke Kalikuning seper-ti dulu. Eh, ternyata tidak. Jadi kami ini hanya punyapotensinya, karena lokasi PLTMH ada di Kalikuning,tapi tidak menikmati hasilnya, ha ha ha..,”kata Nasirin sambil tertawa, agak kecuttentu.

Mestinya, menurutnya, warga yangmemiliki lokasi PLTMH berhak men-dapatkan sedikit kompensasi atau apa-pun namanya. “Kalau tidak berupa po-tongan harga, ya bisa berupa kesem-patan untuk menggunakan setrum daridesanya sendiri. Ini baru adil namanya,”imbuhnya.

Berlimpah Tak TerolahBerdasarkan pengamatan Komuni-

kA di lapangan, potensi air yang dapatdikembangkan menjadi PLTMH di Ka-bupaten Wonosobo sebenarnya berlimpah. Di se-panjang DAS Serayu saja, ada puluhan anak sungaiyang rata-rata memiliki tingkat kecuraman lebihdari 30 derajat dengan debit air lumayan besardan relatif stabil baik di musim hujan maupunkemarau.

Di Wonosobo bagian Selatan ada DAS Luk Ulo,dan DAS Medono yang juga menyimpan sungai-sungai deras nan curam. Namun dari sekian banyakpotensi itu, baru dua yang dikembangkan menjadiPLTMH, yakni di Kalikuning dan Kalianget dekatpusat kota, dan keduanya kini sedang rehat karenasedang direnovasi.

Menurut Sugiharto, pegawai PLTA Garung Wo-nosobo, pengembangan PLTMH di seluruh wilayahIndonesia umumnya terkendala masalah dana.“Untuk membangun satu PLTMH dananya men-capai ratusan juta rupiah atau bahkan bisa men-capai miliar. Itu belum termasuk perawatannya.Masalahnya apakah dana ditanggung PLN, Pemda,sharing antara Pemda dengan PLN atau bahkankerjasama dengan swasta, ini yang harus dibahas.Lalu kalau dananya sharing, bagaimana bagihasilnya nanti? Ini kan masalah yang tidak sepele,”

jelasnya.Tapi jika ditinjau dari segi kemanfaatannya,

Sugiharto bilang jika dikembangkan dalam jumlahbanyak di seluruh Indonesia, PLTMH sangat besarperanannya dalam mengatasi krisis listrik yangterjadi selama ini.

“Saya kira, ke depan PLTMH harus dikembang-kan untuk mengatasi krisis listrik. Karena sifatnyamikro, jadi penanganannya juga lebih mudah danbisa diatasi di tingkat lokal. Ini tentu berbedadengan PLTA yang kapasitasnya sangat besar danpermasalahannya juga lebih kompleks,” ujar bapaksatu anak ini.

Kuncinya, menurut Sugiharto, ada di politicalwill pemerintah. “Kalau dulu bisa membangunPLTMH di mana-mana, saya kira sekarang juga bisa.Tinggal bagaimana kemauan para pengambil kebi-jakan di pusat sana,” imbuhnya.

Jangan sampai seperti yang dikatakan Nasirin,bahwa PLTMH telah menjadi kisah masa lalu.Karena sesungguhnya, ia adalah sumber energiterbarukan masa depan yang keberadaannya kelaktak bisa dipandang sebelah mata.

([email protected])

Mencuri yang satu ini mungkin tak membawapelakunya ke balik jeruji besi. Pasalnya yang dicuriadalah bukan air, namun tenaga akibat aliran airuntuk memutar turbin pembangkit listrik mikro.Dengan teknologi ini, daerah-daerah yang debitairnya kecil dengan ketinggian 3 meter dan debitair 92 liter per detik sudah bisa menghasilkan 1.500watt.

Tak heran jika kemudian pembangkit listrikmikrohidro mulai diminati oleh pemerintah daerahdi kawasan Indonesia bagian timur. Sumber energimikrohidro memang mengandalkan debit air danketinggian jatuhnya air pada sungai. DiharapkanPLTMH bisa menjawab ketersediaan energi didaerah bagian timur Indonesia, terutama yanghingga kini belum teraliri perusahaan listrik negara.

Kenapa Harus Besar?Banyak yang beranggapan jika ingin

membangkitkan listrik melalui air harus ada air terjundengan ketinggian ekstrem, aliran air yang sangatderas, atau debit air tinggi yang mengalir tanpahenti. Mikrohidro mematahkan anggapan semacamitu.

Kehadiran teknologi Pembangkit Listrik TenagaMikro Hidro (PLTMH) bisa membangkitkan listrikmeski jauh dari sungai besar, danau, ataupunbendungan. "Asal ada air dan beda ketinggian, airPAM sekalipun bisa diubah menjadi aliran listrik. Yangpenting teknologi turbinnya efisien," jelas AgusBudi, pengelola PLTMH Salido, Pesisir Selatan,Sumatera Barat ketika ditemui KomunikA.

Air, hingga kini merupakan sumber daya yangmelimpah dan investasi yang murah di Indonesia.Karena itu lah PLTMH menjadi pilihan mengatasikrisis pasokan listrik plus solusi energi penggantiminyak bumi. Potensi energi listrik dari mikro hidrosecara nasional diperkirakan mencapai 458 MW,sedangkan yang termanfaatkan saat ini baru sekitar84 MW.

Murah MeriahSoal biaya, hanya dengan merogoh kocek

sekitar Rp25-30 juta sanggup membangkitkan

daya 2.500 watt. Hal ini dikarenakan skema mikrohidro yang mandiri sehingga mampu menghematbiaya dari perluasan jaringan yang padat modal danpembiayaan tinggi.

Biaya perawatannya pun cukup murah, sebulanberkisan puluhan ribu rupiah saja. Perawatanterbesar dilakukan lima tahun sekali dengan biayatidak lebih dari Rp2 juta.

”Skemanya kita bisa bangun sendiri, pegawailokal dan organisasi kecil sehingga bisa longgar. Bisajuga memanfaatkan teknologi lokal yang adaseperti irigasi tradisional atau mesin buatan lokal,”jelas Agus Budi.

Benar-benar MikroTak hanya itu, teknologi mikro hidro juga tak

membutuhkan areal besar. Cukup aliran air danketersediaan bak penampung plus ruanggenerator. Keunggulan lainnya, efisiensi listrik yangtercipta dari mikro hidro tergolong tinggi yakni 70hingga 85 persen energi.

PLTMH Salido sendiri, ungkap Agus, saat inimenggunakan 2 generator buatan Jerman yangsudah beroperasi sejak 1980, plus 1 mesin barukelahiran tahun 2000. Dengan teknologi tersebut,ditambah dukungan aliran air berdebit kecil dariketinggian 4 meter, PLTMH ini mampumenghasilkan listrik sebanyak 450 watt per hari.

Listrik yang dihasilkan PLTMH Salido ini, kataAgus, disalurkan ke PLN wilayah Painan lebihdahulu. Dari sana listrik didistribusikan kepadamasyarakat sesuai peruntukannya.

Ramah LingkunganEnergi mikro hidro diproyeksikan akan menjadi

energi yang menjanjikan di masa depan, tidakhanya untuk Indonesia, tapi juga untuk dunia.

Penggunaan energi mikro hidro pun secaralangsung akan menjaga kelestarian alam. Ingat,kapasitas listrik PLTMH sangat ditentukan olehkeberadaan air. Jadi, agar pasokan listrik tetapterjaga, masyarakat harus melestarikan hutan disekitarnya agar air sungai selalu tersedia.

Antara Potensi dan PerawatanBadan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

(BPPT) telah melakukan inventarisasi daerahpotensi mikro hidro di Indonesia secara terukur.Peta potensi mikro hidro sudah disiapkan. Kendatidemikian masih disusun peta detil denganmemperhitungkan daya dukung masyarakat disekitar lokasi. Karena sekalipun murah, PLTMH jugamemerlukan perawatan dan pemantauan rutin.Pasalnya air akan sangat mempengrauhi ketahananperalatan yang kebanyakan dari besi atau logam.

Bagaimanapun, PLTMH merupakan solusi murahdan bisa dikembangkan di tingkat rumah tangga.Tak berlebihan jika dikatakan teknologi ini sangatcocok sekligus jawaban dari permasalahan listrikperdesaan yang belum terjangkau transmisi PLN.Kalau semuanya termanfaatkan dan hutan tetaplestari, wah...Indonesia akan pesta listrik sambilmenikmati hijaunya hutan.

([email protected])

>>

>>

Mikrohidro adalah istilah yangdigunakan untuk instalasipembangkit listrik yangmengunakan energi air.Kondisi dan ketinggian airminim dimanfaatkan untukmemutar turbin yangterhubung generator listrik.

Potensi energi listrik dari mikrohidro secara nasionaldiperkirakan mencapai 458MW, sedangkan yangtermanfaatkan saat ini barusekitar 84 MW.

Asal ada air yang mengalir dan beda ketinggian,maka listrik dapat dibangkitkan. Dua syarat itulahkunci pembangkitan listrik bertenaga mikro hidro

(PLTMH)Curi-curi Aliran Air

Page 6: komunika khusus energi alternatif 2007

Wajah Narjo (35) masih menampakkan kelelahan. Di ke-ningnya sisa keringat masih tampak, sekalipun berulang kalidiseka dengan punggung tangannya yang mulai menghitam.Bapak dua putra yang sehari-hari membelah kawasan BandarLampung mengemudi angkutan kota ini mengaku harus pan-dai-pandai menghemat bahan bakar. “Yah tahu sendiri lahmas, bensin kan mahal. Jadi kalau tidak hemat bisa-bisa malahnombok, belum lagi untuk perawatan mobil (angkot-red),”katanya.

Narjo memang lebih suka memilih mangkal lebih dulu kalaukiranya jalanan sedang sepi calon penumpang. Saat cuacapanas, ia pun memilih mendinginkan mobilnya sejenak bebera-pa jam. "Untuk memastikan agar mesin tak cepat panas.Kalau panas bisa nambah lagi untuk biaya bengkel," kilahnya.

Kenaikan harga BBM memang membuat banyak orangberpikir lebih hemat. Kalangan masyarakat kecil seperti sopirangkot dan pedagang secara alamiah menyesuaikan diri. "Yaawalnya berat dan kini sebenarnya masih berat. KenaikanBBM yang katanya sekali pukul, memang benar-benar memu-kul kami orang kecil," kata Warno (54) sopir angkot di kawa-san Malang, Jawa Timur. "Tapi bagaimana lagi, sekalipun sulitya mesti di-lakoni (jalani, red.)," imbuhnya.

Hemat memang menjadi keseharian masyarakat, terlebihpasca kenaikan BBM. Beragam cara mereka tempuh untukmemastikan beban biaya kenaikan BBM tidak menambah be-ban kehidupan yang harus mereka tanggung.

Para pedagang -bahkan pekerja di kota-kota besar- terka-dang lebih memilih untuk mengkredit motor ketimbang me-ngeluarkan ongkos angkot yang jika dikeluarkan harian terasaberat. Karena itu tak berlebihan jika kemudian kita akanmudah menemukan ribuan motor tiap hari membelah jalanandi Indonesia.

Memilih angkutan yang irit dan mengantar mereka sampaitujuan mungkin menjadi salah satu pola adaptasi mereka.Namun, apakah hal ini menunjukkan masyarakat telah benar-benar berhemat dan menggunakan minyak bumi secarabijak?

Konsumsi MeningkatPerkembangan ekonomi membawa konsekuensi per-

tambahan konsumsi energi di berbagai sektor kehidupan.Kondisi ini pun tak hanya terjadi pada negara-negara maju,tapi hampir semua negara mengala-mi,termasuk Indonesia.Sekalipun terkena dampak krisis ekonomi sepuluh tahunlalu namun konsumsi energi masih mengalami pertum-buhanyang cukup siginifikan.

Pemakaian energi di Indonesia pada 2004 yang telahmencapai lebih dari 453 juta SBM (setara barel minyak), ja-uh lebih tinggi daripada sebelum krisis (1997). Pa-dahal, konsumsi pemakaian energi pada waktukrisis sudah mencapai 385 juta SBM. Apakah

ini lantaran pertambahan motor yangkian pesat. Tunggu dulu, sebab

pertambahan mobil mewahjuga tak bisa diabaikan.

Apalagi perkem-bangan industri

yang ada di Indonesia juga tak bisa diabaikan."Konsumsi energi yang sering dijadikan dasar penentuan kebutuhan

energi di suatu daerah didasarkan perhitungan rata-rata per orang,"kata Sukri, Kasubdin Pengembangan Energi Listrik Dinas Pertambangandan Energi Provinsi Kalimantan Selatan.

Kondisi ini tentunya akan berbeda bagi kawasan kota dan perde-saaan. Secara faktual, kebutuhan bahan bakar bagi penduduk berpen-dapatan rendah maupun miskin, terutama di perdesaan, sebagian besardipenuhi oleh minyak tanah. Untuk transportasi mereka kebanyakanmenggunakan yang lebih murah dan ramah lingkungan: jalan kaki dansepeda.

Namun mengapa masih terjadi kelangkaan? "Persoalannya distribusi,"kata Darius Anton, dosen sebuah perguruan tinggi di Kupang, NusaTenggara Timur. Memang seringkali masih terjadi distribusi yang timpangdan terkadang masih banyak penyimpangan yang dilakukan spekulandengan mengalihkan distribusi kepada industri yang berani membayarlebih mahal.

Berkelit dari KrisisPermasalahan energi bagi kelangsungan hidup manusia merupakan

masalah besar yang dihadapi oleh hampir seluruh negara di dunia ini.Tidak lagi ditemukannya cadangan dalam jumlah yang besar pada ren-tang waktu terakhir ini membuat hampir seluruh dunia menjadikanpermasalahan energi menjadi problem besar yang perlu ditangani secaraserius.

Dalam laporan rutin 2 tahunan yang dikeluarkan oleh InternationalEnergy Agency (IEA) pada tahun 2004, diperkirakan peningkatan kon-sumsi energi ini akan terus terjadi dengan kenaikan rata-rata hingga1.6 % setiap tahunnya. Sementara itu sebuah laporan tahun 2005tentang konsumsi energi di seluruh dunia menyebutkan bahwa pening-katan konsumsi energi antara tahun 2003 dan 2004 saja mencapai4.3%.

Bagaimanapun, menipisnya cadangan minyak bumi secara tidak lang-sung akan menjadi momok besar di masa mendatang. Kenaikan hargamemang ancaman serius yang butuh penanganan tepat, namun an-caman hilangnya BBM dari muka bumi karena sumber daya energi initermasuk sumber daya yang tak terbarukan, juga tak bisa diabaikan.

Di saat harga BBM melambung tinggi dan menghadapi fase kritis ke-tersediaan, Indonesia sebenarnya masih memiliki potensi energi batubara 57 miliar ton yang baru akan habis digunakan selama 147 tahun.Tapi sayangnya, batu bara masih tergolong energi fosil yang ketika dibakarmenimbulkan pencemaran udara dan perubahan iklim.

Padahal, pemberlakuan Protokol Kyoto (Kyoto Protocol to the UnitiedNations Framework Convention on Climate Change) sejak 16 Februari2005 lalu mendorong negara-negara yang meratifikasi berkomitmenmengurangi emisi karbondioksida dan gas rumah kaca ke atmosfer.

Indonesia yang juga meratifikasi Protokol Kyoto juga sudah mulaibertindak. Salah satunya dengan mengembangkan energi alternatif.

Masih Ada AlternatifMengantisipasi krisis, pemerin-

tah mengeluarkan blueprintpengelolaan energi nasional.

Kebijakan ini ditekankan padausaha menurunkan keter-

gantungan penggunaanenergi hanya pada mi-

nyak bumi.

Lahirnya Inpres No. 10/2005tentang hemat energi tampaknya

merupakan salah satu carapemerintah untuk mengatasi

kelangkaan energi yang dari waktuke waktu makin parah. Langkah

penghematan listrik dan BBM itumemang cukup logis dan relevan.

Namun Inpres ini hanyalahmerupakan salah satu penyelesaian

parsial, masih butuh strategi lainuntuk mengatasi kebutuhan energi

yang tiap tahun terus meningkat.Penghematan memang mutlak harus

dilakukan, namun pengembangansumber-sumber energi alternatif

yang tentunya bersifat renewable danramah lingkungan juga mutlak

dikerjakan bersama.

Page 7: komunika khusus energi alternatif 2007

Sejalan dengan Blue Print Energi Nasional, pada tahun 2025 peranan energi yangdapat diperbaharui akan meningkat menjadi 4,4% dengan porsi biofuel sebesar 1,335%yang setara dengan 4,7 juta KL.

Sumber energi alternatif yang banyak terdapat di Indonesia biodiesel dan biofuel.Ada lebih dari 50 jenis tumbuhan yang berpotensi menghasilkan biofuel atau biodiesel,Berdasarkan hasil penelitian Institut Teknologi Bandung, potensi kelapa sawit tahun2005 sebesar 11 juta ton dan masih akan meningkat. Kepala sawit merupakan pilihansebagai sumber biodiesel. Jarak pagar, yang tidak menghasilkan minyak makanan, menjadipilihan lain untuk sumber biodiesel.

Ada pula sumber energi alternatif yang lain. Misalnya, energi matahari di musim ke-marau atau musim kering, energi angin dan air. Tenaga air memang paling banyak di-manfaatkan dalam bentuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), namun bagi sumberenergi lain belum kelihatan secara signifikan.

Perlu Kebijakan TepatKebijakan publik selalu melibatkan berbagai faktor secara rumit, tak terkecuali masalah

energi ini. Pengambilan kebijakan energi bahkan potensial mengidap trilema (Fatah,2006). Trilema kebijakan pengelolaan energi dibentuk oleh tiga anasir yang berkaitan,pertama, kebutuhan menyiasati dan menyesuaikan diri dengan dinamika pasar energiglobal; kedua, kebutuhan menyiasati dan menyelesaikan masalah kekurangan dan kelang-kaan sumber anggaran pemerintahan; dan ketiga, kebutuhan mengakomodasi kebutuh-an masyarakat untuk bertahan hidup, terutama secara ekonomi.

Kebijakan pengelolaan energi yang layak mau tak mau mesti menimbang tiga anasiryang saling mempengaruhi itu. Jika kebijakan tak proporsional mempertimbangkan hal-hal tersebut maka akan cenderung tertolak dan kebijakan energi hanya akan membuatpersoalan baru lagi.

Mungkin kita bisa berkaca pada keberhasilan India dalam mengembangkan energiterbarukan. Semua karena adanya fokus dan kesungguhan. Fokus karena India, dengansumber daya energi terbarukan yang relatif banyak dan bervariasi, bertekad untukmenjelmakan kekayaan alamnya menjadi sumber daya. Untuk menggawanginya, Peme-rintah India mengadakan jabatan menteri yang khusus mengurusi energi terbarukanatau disebut Ministry of non-Conventional Energy Sources. Di bawah komando Kemen-terian Sumber Energi Non-konvensional inilah pengembangan energi terbarukan dilaku-kan secara sistematis, komprehensif, dan integratif.

Keseungguhan juga ditunjukkan dengan mengembangkan keterpaduan semua lem-baga terkait dalam sinergi yang baik. Keterpaduan sinergi lembaga-lembaga itu jugasecara bertahap telah mampu menempatkan posisi energi terbarukan tidak hanya mem-perkuat ekonomi rakyat maupun mereduksi kemiskinan masyarakat desa.

Indonesia sebenarnya telah memiliki Undang-Undang Energi. Dalam undang-undangini juga telah diatur mengenai lembaga Dewan Energi Nasional yang diketuai olehPresiden. Selain itu ada pula aturan cadangan penyangga energi, serta kondisi krisisdan darurat energi.

Memang, kebijakan nasional yang strategis dalam mendukung pengelolaan energisangat dibutuhkan. Namun demikian, yang juga lebih penting lagi adalah memastikanbahwa kebijakan yang ada tepat sasaran dan melibatkan masyarakat secara aktif.

Sebagaimana dinyatakan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pidato pencananganKampus Agrokomplek dan Pusat Pengembangan Energi Terbarukan di Malang, JawaTimur bulan Juni lalu. "Selama bertahun-tahun kita boroskan penggunaan bahan bakar(energi) yang kita miliki dengan cara menjual murah ke negara-negara pengimpor,"kata Wapres.

Saat ini era harga energi murah memang sudah berakhir, karena harga minyakmentah dunia juga cukup mahal dan diperkirakan beberapa tahun mendatang (tidaksampai 15 tahun) harga minyak mentah sudah mencapai 100 sampai 200 dollar AS perbarel. "Semua harus mulai hemat energi, kita harus berpikir dan bersama menggunakanenergi alternatif. Seperti penggunaan minyak tanah juga harus mulai dikonversikan keelpiji yang lebih murah, aman dan bersih," tegas Wapres.

(h/[email protected])

Krisis bahan bakar “memaksa” pemerintah melirik ke sumber energi lain, sepertibatu bara dan energi alternatif yang lebih berkelanjutan sebagai substitusi energifosil yang akan habis. Diversifikasi energi, yang pernah dilontarkan beberapa

tahun sebelumnya, kembali dikampanyekan.Kebijakan energi memang diarahkan untuk mengurangi pemakaian energi yang tak

terbarukan dengan meningkatkan penggunaan energi yang terbarukan serta ramahlingkungan. Sebelumnya, secara tradisional pertimbangan terhadap penggunaan energiumumnya dilakukan dengan melihat harga yang termurah.

Namun, setelah munculnya kesadaran masyarakat dunia untuk suatu bentuk duniayang bersih lingkungan dan terciptanya pembangunan yang berkelanjutan (sustainabledevelopment) maka faktor harga murah saja sudah tidak menjadi populer lagi. Tentunyadengan modal kebijakan pemerintah yang mendukung dan penerapan strategi yangtepat diharapkan akan dapat meningkatkan pengembangan energi alternatif di Indonesia.

Lumbung EnergiSalah satu daerah yang diandalkan untuk mengembangkan energi alternatif adalah

Lampung. Bumi Ruwa Jurai ini memiliki kekayaan sumber daya energi alternatif danterbarukan yang berlimpah sebagai pengganti energi fosil terutama bioetanol.

Dalam suatu kesempatan Gubernur Lampung, Drs Sjachroedin ZP, SH mengatakankeinginan Lampung menjadi pemasok utama kebutuhan bioetanol di Indonesia. “Selainitu saya juga ingin Lampung sebagai lumbung energi terbarukan sekaligus mengembang-kan masyarakat dengan biofuel,” imbuhnya.

Menurut dia pemerintah hendaknya membentuk forum energi daerah untuk mensosi-alisasikan penggunaan biofuel. Hal ini dilakukan misalnya dengan membentuk Desa MandiriEnergi dan Pelatihan Teknologi Biofuel. "Karena pengembangan biofuel juga dapatmenciptakan lapangan kerja baru sehingga turut andil dalam mengatasi kemiskinan,"cetus Sjahroedin.

Dalam kaitan pengembangan energi terbarukan, Jefry, Kasi Pengujian Energi danKelistrikan, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung menjelaskan, ProvinsiLampung memerlukan suatu kebijakan energi terbarukan dan konservasi energi sebagaiacuan terhadap pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi. "Lampungmemiliki beberapa komoditas potensial untuk dijadikan bahan baku bioenergi. Mulai ke-lapa sawit, singkong, tebu, jagung, dan jarak pagar. Komoditas-komoditas ini bisa menjadibahan baku pembuatan energi alternatif pengganti BBM fosil," jelasnya.

Lebih lanjut menurut dia, kebijakan energi terbarukan yang dilaksanakan di ProvinsiLampung diantaranya melakukan diversifikasi dan intensifikasi energi terbarukan yangsesuai dengan potensi Lampung, peningkatan infrastruktur yang mendukung pengem-bangan dan pembangunan energi terbarukan, menciptakan iklim yang kondusif bagiusaha bidang energi terbarukan serta peningkatan kualitas sumber daya manusia bagiaparatur dan masyarakat setempat.

Kembangkan Strategi KemitraanPotensi sumber daya energi terbarukan di Provinsi Lampung memang menggiurkan.

Panas bumi sebesar 2.855 MWe, tenaga air 2.697 MW, biogas bisa berkembang dengandasar 23.386 ekor ternak. Sementara itu ada pula potensi biodiesel dari 150.990 tanamankelapa sawit, jarak pagar, ubi kayu dan tebu. "Potensi bahan baku BBN di Lampungadalah 367.840 ton minyak sawit, 120.557 ton kopra, 570.165 gula habrur dan4.673.091 tapioka yang berpotensi sebagai biofuel yaitu biodiesel dan bioetanol," kataJefry.

Secara khusus, Jefri menjelaskan strategi Pemprov Lampung dalam mendorongpengembangan dan pemanfaatan energi alternatif yang terbarukan, “Salah satunyaadalah dengan menjalin kemitraan dan kerjasama dengan para investor di bidangini,” katanya. Menurut dia berdasarkan data terakhir saat ini paling tidakada 12 perusahaan yang bergerak dalam bidang ini.

Beberapa diantaranya seperti Medco Etanol Lampung,GreenFuel yang merupakan PMA dari India, IndonesiaEthanol Industri, Bio Energi Indonesia dan CSM Corporationyang merupakan PMA asal Korea. Jenis produksi nya jugaberagam mulai dari biodiesel dan bioetanol dengan nilaiinvestasi mencapai milyaran rupiah.

Strategi lain yang dikembangkan adalah denganpencanangan Lampung sebagai lumbung sumberenergi alternatif, membentuk forum energi daerah,membentuk percontohan desa mandiri energi sertadengan melibatkan masyarakat secara langsungdalam pengembangan energi alternatif.

([email protected])

Mencipta Lumbung Energi Alternatif

Page 8: komunika khusus energi alternatif 2007

8

www.bipnewsroom.info/komunikaemail: [email protected]

Edisi Khusus

Ketika Musim Jarak Tiba

Mencari Jejak Sang JarakRimbunan daun menghijau terlihat kontras dengan warnacoklat tanah kering di sekitarnya. Itulah gugusan tanamanjarak pagar milik PT Enhil yang berada di desaTanjungharjo, Kecamatan Ngaringan, KabupatenGrobogan, Jateng. KomunikA menarik napas panjang,karena berhasil menemukan apa yang dicari sejak pagi,yakni tanaman jarak, di desa yang baru-baru ini diresmikansebagai Desa Mandiri Energi (DME) oleh Presiden SusiloBambang Yudhoyono.

Dalam benak KomunikA, jarak pagar bisa di-jumpai di mana saja di Tanjungharjo. Tapi ternyatatidak demikian kenyataan di lapangan. “Di desa initanaman jarak yang sudah besar dan berproduksiya hanya ada di sekitar lokasi pabrik minyak jarakPT Enhil. Kalau di ke-bun-kebun rakyat ti-dak ada. Beberapa ke-lompok tani memangsedang melakukanpembibitan dan me-nyiapkan lokasi pena-naman, namun belumterlaksana karena ma-sih ada kendala tek-nis,” kata Kepala DesaTanjungharjo, Sugi-yono.

Wah, layak sajaKomunikA sampaipusing mencari keber-adaan ‘emas hijau’ ini,karena memang masih agak langka. Ini kondisinyata di DME yang konon basisnya jarak pagar lo.Bagaimana di desa-desa non DME, mungkin jauhlebih sulit menemukan tanaman yang bernama latinJatropha curcas L ini.

Sebelumnya, Kabag Humas Setda Grobogan,Drs Ayong, memang sudah menyampaikan bahwasejatinya keberadaan tanaman jarak di KecamatanNgaringan tak sebanyak yang ditulis di media mas-

sa. “Kami memang sedang mulai menanam, namunkalau mencari lahan yang sudah berproduksi yabelum ada. Jadi tidak benar kalau ada media yangmenyatakan di Tanjungharjo sehari-hari orang su-dah memasak dengan minyak jarak,” katanya.

Ayong menambahkan, kalaupun Presiden SusiloBambang Yudhoyono pernah mencoba memasakdengan minyak jarak di Tanjungharjo, acara itusekadar simulasi. “Harapannya, kelak setelah DMEberjalan, orang benar-benar bisa mengganti mi-nyak bumi dengan minyak jarak.”

Sementara itu, Kepala Bidang Sosial EkonomiBappeda Grobogan, Drs Nurkholes MM menegas-kan, saat ini tanaman jarak di Kabupaten Groboganmemang masih dalam tahap pengembangan.“Sudah ada 12 kelompok tani yang mempersiap-kan lahan masing masing 250 hektare untuk dita-

nami jarak pagar. Na-mun pelaksanaan pe-nanamannya masihmenunggu bantuandana dari pusat,” ka-tanya.

KesulitanBahan Baku

Pihak PT Enhilyang mengklaim telahmemproduksi minyakjarak dalam bentukcrude oil alias minyakmentah mengakukesulitan mendapat-kan bahan baku.

“Produksi belum bisa kontinyu, karena biji jarakyang akan kami olah belum ada,” kata Sumarsono,Kepala Pemasaran PT Enhil.

Menurut Sumarsono, saat ini pabriknya mem-pekerjakan 8 orang pekerja dengan jam kerja pukul8 – 16. Mesin pengolah biji jarak ada dua unit, de-ngan kapasitas produksi mencapai 2,5 ton permesin. “Namun untuk sementara kami masih libur,karena kesulitan mencari bahan baku,” imbuhnya.

Bagaimana dengan antusiasme masyarakat me-nanam jarak? Kades Tanjungharjo yang meng-antarkan KomunikA ke pabrik menyatakan, se-benarnya masyarakat bisa diarahkan, asal ada ker-jasama dengan pabrik dalam hal pemasaran danperawatannya.

“Namun sayang sosialisasi tentang teknispenanaman jarak dan pemasarannya masih sangatkurang. Banyak yang belum tahu mengenai pros-pek keuntungan tanaman jarak ini,” kata pria yangsudah menjabat Kades selama 2 tahun ini.

Padahal harga buah jarak sejatinya cukup‘mengundang selera’ lo. Rp 1.500 per kilo untukbuah jarak segar dan Rp 2.000 untuk biji jarak.“Lumayan tinggi lah untuk ukuran Kabupaten Gro-bogan,” kata Sugiyono setengah berpromosi.

Ia berharap, dengan harga setinggi itu,masyarakat akan beramai-ramai menanam jarak.Saat ini, ia bersama pihak pabrik terus berupayamengadakan pendekatan kepada masyarakat.“Berbagai jalan kami tempuh untuk mensosialisa-sikan jarak misalnya lewat pengajian atau musya-warah desa,” imbuhnya.

Tidak hanya itu, ia juga aktif memfasilitasi dialogantara warga dengan pabrik. “Agar masyarakatmendengar sendiri dari pihak pabrik bahwa hasiltanaman jarak mereka dihargai layak. Kalau men-dengar langsung dari pabriknya mereka akanpercaya.”

Sementara Pemerintah Kabupaten Groboganjuga sering melakukan penyuluhan ke desa-desauntuk mempromosikan jarak. “Kami juga mem-berikan bantuan bibit kepada kelompok-kelompoktani yan lahannya sudah siap,” kata Nurkholes.

Yah, semoga kelak KomunikA tak harusmenjelajah desa menghitung pintu rumah untuksekadar ingin melihat tanaman yang bernama jarakpagar ini. Bahkan juga tak menunggu lama lagiuntuk melihat dapur yang memasak menggunakanminyak dari pohon jarak. Yang lebih penting, kedepan minyak jarak benar-benar bisa energi alter-natif pengganti minyak bumi, bukan sekadar wa-cana. ([email protected])

Arifin, seorang dosen di perguruan tingginegeri di Kawasan Timur Indonesia setengahberkelakar menyebut progam pemerintah

mengenai energi alternatif sebagai sebuah mimpi."Belum ada kenyataan, lihat saja pabrik pengolahjarak yang dibangun dua tahun yang lalu diGorontalo. Kini sudah tidak beroperasi lagi," cetus-nya. Kenyataannya pabrik pengolahan biji jarakmenjadi minyak memang sudah tidak beroperasihampir setahun lebih.

Sinisme Arifin tidak ditanggapi serius oleh KepalaSub Dinas Energi Dinas Pertambangan dan EnergiProvinsi Gorontalo Ir. Sulistjono Dalman. BahkanSulis, tidak menampik ketika dikatakan Pabrik peng-olahan minyak jarak yang diunggulkan PemerintahProvinsi Gorontalo tidak beroperasi lagi. "Semuaitu karena alasan teknis semata. Mana mungkinsebuah pabrik bisa beroperasi tanpa adanya bahanyang diolah. Kan, buah jarak itu memerlukan waktutumbuh agar bisa layak diolah menjadi minyakjarak," terang Sulis.

Bisnis Masa DepanBudidaya jarak memang memiliki sasaran jelas

yaitu untuk mengganti bahan bakar minyak yangakan semakin langka dan mahal. Di tengah per-mintaan energi yang makin tinggi bukan tidakmungkin pengolahan jarak pagar akan menjadi bis-nis yang sangat besar dan terus langgeng.

Bahan bakar alternatif dari biodiesel, diprediksibanyak pihak bakal menjadi primadona penggantiminyak bumi yang kian hari semakin menipis. Bahanbakar nabati ini pun dianjurkan penggunaannyauntuk mengatasi krisis BBM dan menekanterjadinya polusi udara yang membahayakankesehatan masyarakat.

Di Indonesia, bahan bakar biodiesel makin men-jadi prioritas pemerintah dengan kehadiranInstruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 pada tanggal25 Januari 2006. Inpres ini menekankan perlunyapenyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati(BBN). Sebab melalui biodiesel lambat laun akanmenguntungkan masyarakat petani sebagai pro-

dusen utama bahan baku bio-diesel.

Selain menjawab masalahkrisis minyak bumi, biodiesel ber-bahan baku buah jarak jugamembuka peluang sumber per-ekonomian baru bagi masya-rakat. Bahan bakunya dipro-duksi secara lokal dengan me-libatkan petani sebagai pro-dusen utama yang ikut menen-tukan ketersediaan bahan ba-ku, bahkan masyarakat bisamengolah biji jarak menjadiminyak siap pakai. Proses peng-olahannya mudah dengan tek-nologi relatif sederhana.

Sudah DimulaiJarak pagar, bagi masyarakat kawasan timur

Indonesia, merupakan salah satu jenis tanamanyang tak asing lagi. Namun belum banyak yangmenyaksikan langsung ketika salah satu diantara60 jenis tanaman penghasil minyak biodiesel peng-ganti solar ini diolah dan digunakan.

Yoel Pasae, peneliti pada jurusan Teknik KimiaUniversitas Kristen Indonesia Paulus (UKIP) Makas-sar menyatakan kelemahan pengembangan energialternatif lebih selama ini karena seringkali tidakada keterpaduan antara produsen (budidaya), in-dustri pengolahan dan pasar.

"Ketiga hal ini tidak bisa dipisahkan untuk men-jamin keberlanjutan sebuah industri, apalagi bio-diesel. Ada tiga komponen utama kami gerakkansecara serentak- Universitas, berperan pada aspekriset dan pembuatan mesin produksi, pemasaranhasil produksi berada di bawah payung perusahaan,dan Forum Biodiesel untuk membantu proses so-sialisasi informasi," kata Yoel Pasae.

Pasae mencontohkan salah satu perusahaantelah bekerja sama dengan Forum Biodiesel Su-lawesi Selatan dan Sulawesi Barat untuk mem-produksi kompor yang sesuai untuk minyak jarak.

Atasi Kemiskinan Tanpa Masalah?Program pengembangan bioenergi di Indonesia

yang direncanakan pemerintah --termasuk bio-energi berbasis jarak pagar--- diarahkan dapatmengatasi tiga masalah besar yaitu kemiskinan de-ngan memberikan lapangan kerja baru dan penda-patan bagi petani, menekan penggunaan BBM diIndonesia yang sudah sangat tinggi, dan mengatasiproblem lingkungan di lahan kritis.

Namun masalahnya ternyata mendorong budi-daya jarak pagar di kalangan petani bukan hal yangmudah. Belum lagi nantinya mengubah kebiasaanuntuk menggunakan minyak jarak guna berbagaikebutuhan.

Untuk mencegah kasus produksi seperti terjadidi Gorontalo perlu kerangka kebijakan yang jelasdan terang. Pasalnya lokasi pabrik minyak jarak diGorontalo tempatnya relatif terpencil, tidak adasupply jaringan listrik. "Akhirnya mesin pengolahbiji jarak dialihkan menjadi mesin diesel. Kemudianuntuk menghasilkan satu liter minyak jarak dibutuh-kan tiga liter solar," ujar Arifin sambil menceritakanironi kebijakan yang tidak mempertimbangkanpotensi lokal.

(berbagai sumber: mth)

>>Bioetanol adalah etanol yangdiproduksi dari sumber dayahayati. Bioetanol dapat dibuatdari nira bergula dari tebu,aren, siwalan dan nipah; bahanberpati dari singkong, ubi jalardan sagu; serta bahanberselulosa dari kayu, batangpisang, jerami dan bagas.Bioethanol telah berhasildikembangkan Brazil denganmemanfaatkan tetes tebudan dapat menggantikanfungsi bensin.

foto

:ban

kdat

a,bf

foto

:pr,r

epro

Page 9: komunika khusus energi alternatif 2007

9

www.bipnewsroom.info/komunikaemail: [email protected]

Edisi Khusus

Setahun lalu, Bupati Pacitan getol melakukansosialisasi penanaman ubi kayu. Bukan untuk ke-butuhan pangan melainkan mempersiapkan bahanbaku bagi industri bioethanol dari bahan sari patiubi kayu yang direncanakan dibangun di daerahkelahiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.

Harapan Bupati dan masyarakat setempatpembangunan pabrik ethanol akan menyerap te-naga kerja dan memanfaatkan potensi alam Pa-citan. “Tujuan awalnya sih, biar pabrik ini bisa me-nyerap banyak tenagakerja, di sini banyak tenagakerja, tapi tidak ada pabrik yang digarap sehinggabanyak yang keluar untuk merantau”, kisah Zakir,fotografer Pemerintah Kabupaten Pacitan, JawaTimur.

“Selain itu, masyarakat juga dapat menambahpendapatannya dengan menanam ubi kayu, karenarencananya bahan baku akan di-supply ma-syarakat,” imbuh Ir. Pamuji, MP, Kasubdin SaranaPrasarana Dinas Pertanian dan Ketahanan PanganKabupaten Pacitan.

Tahun 2007 ini, Pemkab Pacitan terusmelakukan sosialisasi dan peningkatan produktivitasbahan baku. "Rencana pembangunan pabrikinsyallah dilakukan akhir 2008”, tambah Pamudji.

Tak Sulit Ajak WargaProgram yang berjalan saat ini mengajak ma-

syarakat melakukan penanaman ubi kayu, dan telahberhasil mengajak warga di 12 kecamatan dengantarget produksi minimal 800.000 ton per tahun.”Ubi kayu merupakan tanaman tradisi, sangat mu-dah menanamnya, tidak perlu perawatan khusus”,tandas Pamuji.

Memang ubi kayu mudah beradaptasi dan tum-buh di mana saja saat tanaman lain tidak bisa ber-tahan hidup. Namun, menurut Pamudji target iniharus digenjot serius. "Untuk satu pabrik kita harusmen-supply minimal 400.000 ton per tahun. Kalaudua pabrik berarti minimal 800.000 ton per tahun.Tapi kita menargetkan minimal 1 juta ton per ta-hun, selain untuk suplai bahan baku juga untukkebutuhan pangan masyarakat sendiri,” jelasnya.

Kelapa Sawit jadi bahan bakar? Pertanyaanini mungkin relatif terlambat ketika melihatteknologi pengolahan kelapa sawit sudah

berkembang pesat. "Kita juga sedang melakukanriset bagaimana dengan mudah menggunakantempurung kelapa sawit menjadi salah satu solusibagi penyediaan energi alternatif," kata ProfesorCiptadi dari Universitas Palangkaraya, KalimantanTengah kepada KomunikA.

Minyak mentah dari bahan kelapa sawit sebe-narnya telah digunakan untuk berbagai keperluan.Bahkan di pasaran internasional saat ini harga mi-nyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) me-lambung tinggi karena permintaan yang cukup be-sar untuk berbagai keperluan.

Secara ekonomis, ketika harga pasaran interna-sional CPO sangat tinggi lantas diolah menjadi ba-han bakar bisa diperkirakan berapa uang yang haruskeluar untuk menebus seliter solar dari kelapa sa-wit?

Butuh Teknologi BaruSelain bersifat renewable alias dapat diperba-

harui sehingga menjamin kelanjutan produksi, jugamenekan pembiayaan keuangan negara. AplikasiB10 yang dicampur solar diperkirakan dapat me-nurunkan subsidi solar pemerintah sekitar Rp2,56Triliun. Belum lagi bila dicampur minyak tanah akanmenurunkan subsidi minyak tanah sampai Rp1,66Triliun per tahun.

Pengembangan industri ini juga dapat meng-amankan fluktuasi harga minyak sawit. Denganmenggunakannya sebagai bahan biodiesel saatharga CPO dunia rendah, dan sebaliknya saat hargating-gi. Tak hanya itu, produksinya pun lebih ramahlingkungan, dan tak beracun. Di samping dari sisiteknis, biodiesel memiliki beberapa keunggulanseperti melindungi mesin dan meningkatkanefisiensi pembakaran.

Secara mendasar, Prof. Ciptadi menggaris-bawahi bahwa dari pengolahan CPO masih banyaklimbah yang dihasilkan. Salah satunya tempurungkelapa yang kadang cuma dibakar saja untuk me-

Belahan Sawit pun Jadi Biodieselmasak, "Saya dan teman-teman berkeyakinan bah-wa limbah kelapa sawit ini bisa lebih bermanfaat.Karena dari pengamatan awal kandungan yangada dalam daging kelapa sebenarnya juga terdapatdi bagian lainnya yang selama ini dibuang. Inilahyang akan kita kaji lebih lanjut," tegasnya.

Bangun InfrastrukturMemang banyak yang harus dilakukan sebelum

pemanfaatan penuh kelapa sawit untuk biodiesel.Termasuk juga pengembangan industri biofuel ini.Seolah mengejar tenggat proyeksi keterbatasanminyak bumi yang tinggal beberapa puluh tahunlagi, beberapa pihak menggeber rencana pengem-bangan pemanfaatan kelapa sawit. Mulai merunutalur distribusi atau pemasaran hingga pembangun-an pabrik biodiesel yang terintegrasi dengan pabrikpengolahan CPO.

Pemerintah sendiri, mulai tahun ini akan mem-bangun sedikitnya 19 pabrik biodiesel berkapasitas1.747.500 ton untuk memenuhi permintaan dalamdan luar negeri. ”Di tempat kami baru mulai di-bangun 6 Agustus ini. Lokasinya menyatu dengantempat pembibitan, PKS (Pabrik Kelapa Sawit-Red.), dan perkebunan warga. Luasnya 2 hektar.Di Kecamatan Tambusai sendiri, saat ini sudah ada3 PKS swasta dan sebuah PKS milik pemda yang

sudah berjalan,” tutur Kasi Perijinan, Dinas Pertam-bangan dan Energi Kabupaten Rokan Hulu, Riau,Wardono ketika ditemui KomunikA.

Penempatan pabrik yang terintegrasi, menurutWardono, memiliki keuntungan tersendiri. Bisa me-ringkas proses alias tak perlu menunggu keluarnyakebijakan pemerintah tentang tataniaga biodiesel,sampai memotong arus distribusi barang, dari peng-guna ke pengguna. Sehingga optimasi sumber-daya di pabrik CPO antara lain lahan untuk pabrik,air, uap, dan listrik, dapat dilakukan agar prosesproduksi menjadi lebih efisien.

Dan tentu saja yang terpenting adalah mening-katkan ketahanan energi di pedesaan. ”Yang pakaikan dari situ ke situ, jumlahnya jadi memadai, hargaterkendali dan yang pasti bisa jalan terus,” jelasWardono.

Namun, masalah terbesarnya, lanjut Wardono,minyak biodiesel ini belum dapat digunakan saatini. Pasalnya, harga produksi biodiesel masih tinggi,Rp5.600,00 per liter. Jauh dari harga solar yangharga jualnya hanya Rp4.300,00 per liter.

Tapi melihat pasar yang demikian terbuka dankemampuan sumber daya alam Indonesia, minyakkelapa sawit tetap bisa menjadi pilihan energi masadepan.

([email protected]/mth)

Target satu juta ton per tahun kata Pamudjimerupakan perhitungan realistis. Ini bisa dicapaidengan asumsi produksi 50 ton per hektar, "Secaramatematis lahan yang dibutuhkan sekitar 20.000hektar padahal lahan yang tersedia di Pacitanhampir 35.000 hektar," jelas Pamudji.

Ubi Kayu PilihanSebagai bahan dasar ethanol adalah saripati ubi

kayu. Karena itu, di Pacitan, penanaman jugamemperhitungkan kualitas ubi yang ditanam, "Kitagunakan varietas unggul ubi kayu mukibat. Untukmeningkatkan saripati ubi kayu tersebut juga di-lakukan stek antara ubi kayu karet yang mampumenghasilkan umbi kecil tapi daun-nya lebat pada bagian atas dan ubikayu "jinten" yang mampu mengha-silkan umbi besar dan berdaun tidakbanyak pada bagian bawah," jelasPamudji.

Struktur umbi mukibat ini bisatumbuh tinggi dengan dedaunan le-bat dan besar, dan umbinya punbesar-besar. ”Hasil yang kita perolehdi kebun ubi kayu pilot project kita,di lahan Kodim Pacitan melampauitarget kita”, jelas Pamudji serayamenambahkan bahwa saat panenawal oleh Bupati bisa menghasilkan30 kg per umbi.

Ditunggu InvestorPaling tidak saat ini tercatat dua

investor yang akan masuk ke Pacitanterkait dengan pengolahan bioethanol. "Secaramakro Kabupaten Pacitan terbagi 2 kelompok. Ke-lompok 1, terdiri dari 5 kecamatan akan menjadiarea pengembangan oleh PT. Sampoerna Bio-energi, sedang yang 7 kecamatan akan di kon-sentrasikan untuk pengembangan area pabrik PT.Melindoraya. Tapi kita tidak menutup kemungkinanpenyuplaian bahan baku keluar dari area yang telahditetapkan. Semua tergantung investor saat

Bangunnya Ubi Kayumemberikan harga yang terbaik untuk petani ubikayu”, jelas Pamudji.

Memang baru satu tahun penanaman ubi kayuberjalan. Jika waktu panen di tahun 2008 nantibisa memenuhi kebutuhan investor, maka duapabrik ethanol akan dibangun di Pacitan.

Pemerintah Pacitan berharap kelak dengan pa-brik ini dapat meningkatkan pendapatan penduduksetempat. Sehingga tak ada lagi yang keluar men-cari nafkah di wilayah lain. "Selain itu kita ingin Pa-citan mampu memberikan kontribusi dalam penye-diaan bahan bakar nasional dalam bentuk bioenergietanol," pungkas Pamudji.

([email protected])

>>Biodiesel merupakan bahanbakar dari minyak lemaknabati, seperti kelapa, kelapasawit, jarak pagar dan karet.Biodiesel yang diperoleh darireaksi minyak nabati denganmethanol dan ethanol dapatmenggantikan fungsi solar.

foto

:ban

kdat

a,bf

foto

:ddt

Page 10: komunika khusus energi alternatif 2007

10

www.bipnewsroom.info/komunikaemail: [email protected]

Edisi Khusus

Dulu Warga Kecamatan Jabung, Kabupaten Ma-lang Jawa Timur hanya tahu kotoran ternak dapatdigunakan sebagai pupuk. Pupuk kandang yangsangat murah dan tetap bisa menyuburkan tanah.Tapi kini masyarakat setempat pun bisa memasakdengan memanfaatkan limbah ternak ini.

”Ide mengembangkan biogas ini tercetus ka-rena semakin mahalnya harga bahan bakar minyakdan gas yang digunakan masyarakat setempat,”ungkap Santosa, Sekretaris Koperasi Agro NiagaJabung, Kabupaten Malang.

Pilot project pertamakali di Desa Kemiri, bulanMaret 2006. Hingga saat ini sudah 36 instalansi di11 desa (Kemiri, Selampar, Wonorejo, Argosari,Sidomulyo, Pandansari, Sukopuro, Depok, Matrek,Gunung Jati, Jabung). “Untuk satu instalasi bisamemenuhi kebutuhan gas tiga rumah tangga,maka dengan 33 instalansi saat ini bisa memenuhikebutuhan gas sekitar 108 rumah tangga,” jelasSantosa.

Sangat EkonomisJika ingin berhitung ekonomis, biogas jelas

sangat menguntungkan. Bayangkan saja, dulumasyarakat harus mengeluarkan dana untukmembeli minyak tanah untuk membakar kayu ditungku, kini masyarkat dapat memenuhi denganbiogas, dengan biaya nol alias gratis.

Selain itu, lingkungan kandang hewan ternakmenjadi bersih, bebas lalat dan bau. “Dulu sebelumada instalansi, kotoran ternak berantakan di mana-mana, sekarang semua kotoran ternak di alirkanmenjadi satu dalam inlet, jelas tidak ada lalat lagisekitar kandang,” celetuk Santosa.

Biogas merupakan teknologi energi alternatiframah lingkungan, semua limbahnya bisa di gunakandan tidak merusak lingkungan. "Feses yangterambil gas methan-nya menjadi tidak berbau lagi,dan bisa digunakan untuk pangan ternak sapi danlele juga digunakan sebagai pupuk. Pada musimkemarau limbah feses dijemur dan dijadikan pupukkering untuk pupuk tanaman tebu, pakan ternakberupa rumput gajah, dan tanaman kopi. Yang

masih basah pun sebenarnya bisa langsungdigunakan,” terang Santosa.

Namun, ingat Santosa perlu dipastikanbahwa gas methan yang terdapat padafeses benar-benar sudah terbuang, "ka-rena gas methan ini dapat mematikan ta-naman."

Bukan Tanpa KendalaUntuk permulaan memang diperlukan

biaya untuk membangun pembangkit(digester) biogas yang relatif besar bagipenduduk pedesaan. Namun sekali berdiri,alat tersebut dapat dipergunakan danmenghasilkan biogas selama bertahun-tahun.

Ukuran 8 meter kubik tipe kubahreaktor digester, cocok bagi petani yangmemiliki 3 ekor sapi atau 8 ekor kambingatau 100 ekor ayam di samping jugamempunyai sumber air yang cukup danlimbah tanaman sebagai pelengkap biomassa.

Setiap unit yang diisi sebanyak 80 kilogramkotoran sapi yang dicampur 80 liter air danpotongan limbah lainnya dapat menghasilkan 1meter kubik biogas yang dapat dipergunakan untukmemasak dan penerangan.

Namun, menurut Santosa kendala yang diha-dapi saat ini adalah masalah desain packing dandana sehingga biogas saat ini masih digunakan da-lam skala rumah tangga. “Selama ini yang bisa me-nikmati biogas hanya yang memiliki ternak, sedangwarga yang tidak punya belum bisa menggunakan,masih bingung untuk packingnya,” tandas KepalaDesa Jabung, Sutarno.

Memang, agar bisa menggunakan biogas ru-mah warga harus disambungkan dengan pipa gasdari digester. Namun secara kreatif beberapa pe-ternak di kawasan Jawa Barat telah menggunakanplastik yang besar dan bisa didapat di pasar untukmenghimpun gas yang bisa digunakan memasakselama dua hingga 4 jam. Sebagaimana ditampilkandalam Pameran Ritech 2007 di Jakarta beberapa

Salah satu bentuk energi biomasa yang dapatdikembangkan dan relatif murah adalah bio-gas. Sumber energi ini sebenarnya sudah mu-

lai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an, te-tapi pemanfaatannya baru di awal tahun 1990.Itupun dalam skala kecil, hanya untuk keperluanmemasak di dapur. Padahal, biogas bisa digunakansebagai lampu penerangan ataupun untukkeperluan rumah tangga lainnya.

H. Encur, merupakan salah seorang warga ma-syarakat yang sudah merasakan manfaat peng-gunaan biogas. Warga Desa Cisurupan, KabupatenGarut ini sudah sejak dua tahun lalu menggunakankompor berbahan bakar biogas untuk keperluankeluarga sehari-hari.

Tinggal di Cisurupan, memberi kemudahan bagiH. Encur untuk mengumpulkan kotoran sapi yangmerupakan bahan utama pembangkit energi bio-gas. Lelaki paruh baya ini juga merupakan ketuakelompok peternak sapi perah di Cisurupan yangberanggota sekitar 86 orang. ''Kotoran sapi yangdulunya tidak berharga dan hanya digunakan men-jadi pupuk sekarang adalah sesuatu yang sangatberharga bagi kami,'' kata H. Encur.

Bermula dari TawaranKisah H. Encur memanfaatkan kotoran sapi

menjadi biogas bermula dari tawaran LembagaSwadaya Masyarakat (LSM) Pemberdayaan Masya-rakat Desa (Persada). ”Semula saya tidak tertarik,saya bosan berurusan dengan LSM, janjinya banyaktapi tak pernah terwujud,” akunya.

Untuk meyakinkan H. Encur, LSM Persada be-kerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Teknologi Energi Ketenagalistrikan (P3TEK)BPPT membuat reaktor pembangkit energi biogasdi pekarangan H. Encur. Reaktor tersebut berben-tuk kotak yang terbuat dari semen berukuran pan-jang 5 meter, lebar 1,1 meter dan mempunyaikedalaman di satu sisi 80 cm dan sisi lain 1 meter.

Untuk awalnya, menurut H. Encur, dibutuhkankotoran sapi sebanyak 2,5 ton yang dicampurdengan 2,5 ton air sebagai pembangkit energi

biogas. ”Yang membangun reaktor Bapak AndriasWiji, saya hanya menyediakan lahan dan bahanbaku kotoran sapi,” ujarnya.

Bisa Berhemat dan Tak BerasapEnergi biogas dari reaktor mini di pekarangan

H. Encur sangat membantu keluarganya. Bahkansaat ini, usaha pembuatan tahu miliknya juga bisamenghemat pengeluaran untuk membeli minyaktanah setiap bulannya. ”Saya bisa hemat sampaiRp150.000,00 setiap bulan setelah menggunakanbiogas, selain itu memasak dengan gas ini lebihcepat, bersih karena tidak berasap, dan tidak adabaunya,” ungkapnya.

Penggunaan biogas sebenarnya tidak meng-hasilkan polusi dan bau seperti ditakutkan banyakpihak selama ini. "Sekalipun dibuat dari kotoranternak, saya tak pernah merasakan bau dalam ma-kanan yang dimasak dengan biogas," kata H. Encur.

Bahkan, secara nyata penggu-naan biogas bisa menyehatkan ling-kungan karena pengolahan limbahdari sapi ternak mencegah penum-pukan limbah yang menjadi sumberpenyakit, bakteri, dan polusi udara.

Kotoran sapi yang selama ini bau-nya menggangu lingkungan sekitartempat tinggal mereka dan hanyamenjadi pupuk kandang, dapatdimanfaatkan lebih. Selain kompos,para kelompok tani H. Encur bisamemperoleh kompos dan menghe-mat pengeluaran keluarga untukmembeli bahan bakar.

Kini tidak hanya H. Encur yangmenikmati energi biogas di Cisurupan.Terdapat sembilan keluarga lain yangjuga memiliki reaktor pembangkitbiogas. Mereka adalah sebagian ang-gota kelompok peternak dibawahpimpinan H. Encur.

Pembangkit biogas juga cocok di-bangun untuk peternakan sapi perah

Sederhana Nan Ramah Lingkungan

Dibuang Sayang, Diolah Menguntungkan

>>Biogas yang berupa metanadan karbon dioksida dapatdiperoleh dari kotoran sapi,kotoran kuda, batang dandaun jagung, jerami dansekam padi, rumput gajah daneceng gondok.Biogas yangdiperoleh dari bahanbiomassa hasil peragian olehmikroorganisme tanpaoksigen. Biogas dapatmemberikan energi, baikdengan dibakar langsung,maupun setelah diubahmenjadi bahan lain yangpembakarannya lebih mudah.

atau peternakan ayam dengan mendesain peng-aliran tinja ternak ke dalam digester.

Di kompleks perumahan juga dapat dirancangbangun reaktor dengan menyalurkan tinja ketempat pengolahan biogas bersama. Negara-ne-gara maju banyak yang menerapkan sistem ini se-bagai bagian usaha untuk daur ulang dan mengu-rangi polusi dan biaya pengelolaan limbah.

Untuk menuai hasil yang signifikan, memangdiperlukan gerakan secara massal, terarah, dan te-rencana meliputi pengembangan teknologi, pe-nyuluhan, dan pendampingan.

Mengenai pembiayaannya mungkin secara ber-tahap sebagian subsidi BBM dialihkan untuk pem-bangunan unit-unit pembangkit biogas. Melalui ja-lan ini, mungkin imbauan pemerintah mengajakmasyarakat untuk bersama-sama memecahkan ma-salah energi sebagian dapat direalisasikan.

([email protected])

waktu yang lalu.Ke depan Susanto berharap ada investor yang

menanamkan modal untuk mengembangkan tek-nologi biogas ini. "Dengan demikian masyarakatyang tidak punya digester ataupun ternak tetapdapat menggunakan biogas ini. Kami pun berharappada pemerintah, program swadaya biogas bukantanggungjawab masyarakat dan koperasi saja. Jadidiharapkan ada penanganan khusus dari pemerin-tah di sektor ini," harap Santosa.

Akan tetapi, ada catatan penting yang perluditambahkan. Secara tidak langsung teknologi bio-gas dapat mengurangi kegundulan hutan, “Dulumasyarakat memenuhi kebutuhan energinyamenggunakan kayu bakar, dalam sehari merekamembutuhkan dua pikul kayu bakar untuk satukeluarga, bisa dibayangkan berapa banyak kayuyang harus di tebang?” tanya Santosa retoris.

Ketika beralih ke teknologi biogas perlahankebutuhan kayu bakar dengan sendirinya semakinmenurun. Benarkah?

([email protected])

foto

:dew

ifo

to:b

ankd

ata,

bf

Page 11: komunika khusus energi alternatif 2007

11

www.bipnewsroom.info/komunikaemail: [email protected]

Edisi Khusus

Hasil CADES tahun 2005 menunjukkan ke-butuhan energi listrik di Indonesia mencapai 6,08Gwe, sedangkan kapasitas terpasang pada periodeyang sama sebesar 29,083 Mw. Kebutuhan ter-banyak berada di Kawasan Jawa Bali yang setiaptahun makin meningkat kapasitasnya, khususnyauntuk konsumsi industri.

Kecenderungan trend peningkatan ini sebenar-nya sudah mendapatkan perhatian pemerintah.Persoalannya bagaimana sumber energi listrik itubisa didapatkan terus menerus untuk memenuhipermintaan konsumen (pasar) yang semakin me-ningkat dengan meminimalisasi dampak pence-maran lingkungan sekitarnya.

Nilai Sosial ListrikPasalnya, pembangkit tenaga listrik yang ada

sebelumnya banyak yang menggunakan bahan ba-kar dari minyak bumi yang rentan pencemaran ter-hadap lingkungan. Apalagi biaya produksinya cen-derung semakin mahal, disamping keterbatasanbahan baku minyak bumi.

Dewasa ini ketergantungan pembangkit tena-ga listrik pada minyak bumi cukup tinggi, mencapaikisaran 24 %. Guna memastikan pengurangandampak pencemarannya, harus diupayakan peng-gunaan minyak bumi hingga dibawah 20%.

Dalam kalkulasi ekonomis, bisa dihitung, namunpermasalahannya, bisakah energi listrik dihitungmenggunakan logika ekonomi sebagaimana layak-nya sebuah industri. Bukankan listrik termasuk sum-ber daya alam yang penggunaannya diatur Pasal33 UUD 1945. Artinya selain bernilai ekonomis,listrik sejatinya juga bernilai sosial bagi bangsa ini.

Mengapa Harus PLTNRencana pembangunan PLTN di Indonesia se-

benarnya lebih didorong untuk mengantisipasi ke-butuhan energi listrik di masa mendatang. Adamasa nantinya dimana ketika konsumsi energi listrikmakin meningkat sementara kapasitas pembangkittenaga listrik diperkirakan tidak mampu memberi-kan konstribusi kebutuhan konsumen. "Di JawaBali, dua puluh tahun mendatang diperkirakan kon-disi itu akan terjadi," ungkap Dr. Widi Setiawan,Kapus Batan di Yogyakarta (20/7) kepada Komu-nikA.

Pilihan PLTN, sebenarnya pilihan yang realistis.Teknologinya sebenarnya sudah dikembangkan da-lam skala kecil oleh BPPT di Serpong, dan terbuktirelatif aman karena adanya pengawasan dan pro-

Jinak-Jinak Energi Nuklirsedur yang ketat. Bahkan PLTN lebih ramah ling-kungan.

Selain itu, PLTN merupakan pilihan strategis,apalagi selama ini ada kecenderungan konversienergi menjadi persoalan dalam masyarakat. JikaPLTN dibangun sebenarnya teknologinya akan di-kelola oleh negara. Dan sebenarnya, pengembang-an PLTN bukan untuk memenuhi kebutuhaninvestor. "Tetap untuk kebutuhan masyarakat,khususnya Pulau Jawa dan Bali," tegas Widi.

Bijak Sikapi PenolakanRencana lokasi proyek pembangunan PLTN Mu-

ria berada di area perkebunan kakao Ujung LemahAbang, Ujung Watu, dan Ujung Genggrengan.Letaknya di Kecamatan Bangsi dan Kecamatan Ke-ling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Lokasi ter-sebut merupakan tanah milik negara, Ujung LemahAbang adalah merupakan wilayah miliki PT. Per-kebunan XVIII Beji yang bebas hunian. Lokasi pe-mukiman penduduk terdekat terletak 3 km dariUjung Lemah Abang.

Menurut Batan lokasi Ujung Muria dipilih karenadianggap aman dari gempa, gerakan tanah longsor,banjir atau bencana alam lainnya. Namun, sebagianmasyarakat yang dekat dengan rencana pemba-ngunan PLTN Muria membantah hal ini.

Penolakan yang ada sejatinya lebih didorongkisah bahaya radiasi pembangkit tenaga nuklir jikaterjadi kebocoran yang disebarluaskan melaluimedia massa.

Peristiwa Chernobyl, Rusia yang menewaskanribuan orang karena kebocoran radiasi nuklir me-mang menyisakan traumatik bagi seluruh wargadunia. Atau kasus kerusakan salah satu reaktornuklir Tokyo Electric Power Co, Jepang yang meng-haruskan penutupan karena radiasinya dinilai mem-bahayakan masyarakat di kawasan tersebut. Alambisa bicara, namun manusia memiliki teknologi.

Secara faktual, kehadiran sebuah PLTN tentu-nya tak akan dapat dipisahkan dari nuclear industrialcomplex. Keberadaan pembangkit energi deenganteknologi tinggi akan melibatkan banyak kepen-tingan, entah negara maju, produsen, teknokrat,dan investor, yang saling berkait menjelma dalambentuk kelembagaan industrial. Yang menjadi pe-kerjaan rumah besar adalah bagaimana memastikankebijakan pengembangan PLTN bermanfaat bagiseluruh bangsa Indonesia?

Di sinilah perlunya penyikapan secara bijak ada-nya penolakan atas rencana pembangunan PLTN

Muria. Beragam demonstrasi dari skala kecil hinggabesar hendaknya direspon secara cerdas dan te-pat. Hidup di negara demokrasi memang mensya-ratkan pemberian ruang bagi semua pihak untukduduk bersama dan berdialog. Dengan tetap mem-perhatikan setiap opini dan pendapat yang adadan berpihak pada kepentingan seluruh bangsa.

Perlu Pengelolaan OpiniFakta menunjukkan penolakan terjadi karena

adanya informasi melalui media massa. Namun telahsedemikian mempengaruhi para warga di sekitarrencana lokasi untuk tetap menolak rencana yangtelah dibangun di tahun 80-an.

Kuncinya memang satu: rencana kebijakanPLTN ini harus disampaikan secara komunikatif danproporsional. Karena bisa jadi telah terdapat distorsiinformasi dari media massa mengenai apa yang se-benarnya direncanakan pemerintah.

Kebutuhan industri nuklir harus diciptakan mela-lui simulasi media agar muncul permintaan pemba-ngunan PLTN. Dengan demikian akan muncul opinipublik akan kebutuhan energi nuklir, dan hal ituakan memunculkan legitimasi pengambilan kebijak-an pembangunan PLTN oleh pemerintah.

Ada lagi jalan keluar lain: mendayagunakanenergi alternatif misalnya angin, matahari, air danlainnya. Bisa jadi energi alternatif tersebut akanlebih ramah dan mudah diterima oleh masyarakatkita yang konon, lebih akrab dan dekat denganalam.

Memang, kebijakan pembangunan PLTN dima-napun dan kapanpun akan menimbulkan kontro-versi. Tinggal bagaimana mencari jalan keluar yangterbaik tanpa mempertaruhkan kepentingan wargadan bangsa ini di masa mendatang.

([email protected])

Catatan Atas Rencana Pembangunan PLTN Tanjung Muria Jawa Tengah

Rencana pemerintah mendirikan Pembangkit Listrik TenagaNuklir (PLTN) di Semenanjung Muria Jawa Tengah sudah pernah

diwacanakan sekitar tahun 1980-an. Di tahun 2004, MitsubishiHeavy Industries (MHI) Jepang melakukan uji kelayakan. Pernah

juga dilakukan negosiasi antara Batan dengan Korean NuclearPower Co Ltd (Korea Selatan) tetapi tertunda hingga kini.

Bahkan kini muncul aksi penolakan dari beberapa komunitasmengenai rencana pembangunan PLTN ini.

Syahdan, dalam penanganan Kali Code, Yog-yakarta, almarhum Romo Mangun memintapembuat kebijakan mempertimbangkan kem-bali rencana penataan bantaran Kali Code yangakan "mengganti" pemukiman menjadi hutankota. Permintaan ini disampaikan agar penataanKali Code tak hanya dilakukan dengan menghi-jaukan kawasan dengan mengganti rumah yangtelah ada puluhan tahun dengan rimbunan pe-pohonan.

Ada alternatif yang jauh lebih baik, kata Ro-mo Mangun. Jika membuat hutan kota akanmembuka potensi terjadinya kriminalitas. Ia punmencontohkan kasus hutan kota di negara-ne-gara Eropa yang ternyata tak aman dari gang-guan kejahatan dan memaksa pemerintahmengadakan patroli polisi. Dan menambahanggaran pemerintah.

Belum lagi harus menyediakan tenaga untukmengangkut dan membersihkan sampah darisungai yang selama ini dilakukan secara sukarelaoleh warga Code. Bukankah dengan cara demi-kian pemerintah tak perlu keluar biaya lagi untukmenangani kebersihan sungai.

Biarkan penduduk ada disitu dan terus men-jaga keasrian lingkungan bantaran kali, saranRomo Mangun. Jika pun ada alasan untukmengantisipasi banjir, permasalahan banjir bukanlantaran rumah-rumah penduduk semata. Tapijuga karena tangkapan air di hulu tidak sempurnaakibat banyaknya hutan yang ditebang.

Alternatif , itulah yang disampaikan Romo Ma-ngun. Dan sejarah mencatat, alternatif yang dibe-rikan Romo Mangun memang sudah berjalan. Pen-duduk tetap punya tempat tinggal, pemerintahtak perlu keluar biaya ekstra dari APBD.

Kawasan Kali Code tempat tinggal sang Romo,pun tak terhitung menjadi ikon di komunitas inter-nasional. Bahkan buah pikir sang Romo yang arsi-tek ini membuat konsep penataan kawasan KaliCode mendapatkan penghargaan arsitektur ber-gengsi, Agha Khan Award.

Namun perlu disadari, alternatif atau pilihan bisajadi tidak bisa menggantikan sepenuhnya hal yangutama. Sebagaimana ketika kata alternatif me-nempel pada kata jalur. Kata yang akan mudah ki-ta temukan ketika musim lebaran.

Jalur alternatif, seringkali tak seindah yang di-bayangkan dari jalur utama. Perlu sedikit memutar,

naik perbukitan, atau bahkan perlu ekstra hati-hati mengantisipasi lubang dan memacukendaraan di tengah jalan makadam.

Karena itu, tak selamanya orang akan se-nang dan suka dengan alternatif. Sekalipunalternatif bisa membantu pemecahan masalah,namun tak bisa dipastikan apakah sangalternatif itu nantihnya juga akan bermasalah.

Bagaimanapun, hidup itu penuh dengan pi-lihan, kata orang bijak. Penuh dengan alternatifyang bisa kita tentukan mana yang lebih cocokdengan kondisi ke-kita-an. Bisa jadi pilihanseseorang akan berbeda dengan pilihan orangyang lain. Sebab, adanya pilihan itulah yangmembuat hidup jauh lebih berwarna.

Tapi jangan heran jika kemudian banyakorang mencoba setiap pilihan untuk menjajagiyang terbaik. Ada pula yang memilih denganserius dan memegang teguh dengan pilihanpertama. Namun ada yang ragu-ragu memilihsehingga tertinggal dari putaran roda kehidup-an.

Tak jarang pula ada yang sekadar bermain-main dengan pilihan. Atau bahkan ada yangmempertaruhkan pilihannya untuk memperolehpilihan yang -menurutnya- jauh lebih baik.

Persoalannya bagaimana jika kemudian su-atu alternatif harus diikuti? Tentunya kita bisabilang bahwa itu bukan alternatif, sembari ber-hak menelisik dan mempertanyakan apakah al-ternatif itu sesuai dengan ke-kita-an? (m)

WAJAH KITA

Alternatif

ilust

rasi

:my

foto

:ban

kdat

a,bf

Page 12: komunika khusus energi alternatif 2007

Di dunia maya sudah takterhitung lagi puluhan "situs

promosi" mengenai energialternatif yang didukung

pemerintah, ratusan blog jugatersebar memuat ratusan artikel

yang bisa diakses langsung.Belum lagi liputan dari media

massa umum ataupun beragampaket kampanye lain yang

bertajuk sosialisasi.

Siang itu, Set Malelak (45), dosen sebuahperguruan tinggi di Nusa Tenggara Timursibuk mempersiapkan diri dan menata

rumahnya. "Ada rombongan peserta seminardi Kupang, ibukota provinsi yang ingin melihatKampung Uel ini," katanya sekilas dengansenyum khas.

Sudah tak berbilang berapa kali rumahnyayang sederhana kedatangan tamu dari pusatbahkan dari luar negeri. Untuk mengetahui le-bih dalam bagaimana seorang Set, yang lebihsuka disebut Dosen Desa, mengubah kebiasaanmasyarakat sekitar tempat tinggalnya dan mem-buat seluruh warga Kampung Uel bisa meng-hasilkan produk unggulan berbasis jagung.

"Para pengunjung seringkali kagum tentangbagaimana Pak Set bisa menyatukan kami dariberagam latar belakang suku dan kemudianmendorong kami para petani untuk bisa me-ngembangkan potensi jagung di kampungyang cukup tandus ini," kata Om Kos, KetuaKelompok Tani Tirosa Desa Uel.

Secara bersahaja, Set mengelak jika semuaini atas upaya pribadinya semata,"Kemauan te-man-teman semua di sini untuk berubah jugakuat. Tapi, ya itu, tidak semua bisa langsungseketika, saya perlu waktu sembilan tahun un-tuk bisa menghasilkan seperti yang anda lihatini," jelas bapak dua anak ini sambil memper-lihatkan berbagai produk jagung kepadaKomunikA.

Sosialisasi SebenarnyaDalam kerangka text book di perguruan

tinggi, apa yang dilakukan Set adalah contohnyata sosialisasi yang sesungguhnya. Ketika se-buah pemikiran baru diperkenalkan, diperde-batkan serta disepakati bersama untuk menen-tukan arah perubahan dalam komunitas kam-pung tersebut.

Set, dosen teknik yang merelakan tinggaldi desa ketimbang menikmati fasilitas perumah-an dinas mungkin menjadi salah satu saksi hidupbagaimana melakukan sosialisasi hingga berbuahperubahan kebiasaan masyarakat tani yang hi-dup di Indonesia.

Sekian waktu dibutuhkan, sekian sumberdaya dan bahkan tenaga dikerahkan untukmenjadi teman belajar dan berdiskusi bagi ma-syarakat desa. Selama satu dekade terakhir iabersama keluarganya telah menghabiskan wak-tu untuk mencari potensi dan mengenalkancara serta teknik peng-olahan pertanian

jagung yang berbeda dengan kebiasaanmasyarakat selama ini.

Bahkan dengan mengetahui karakter ta-nah dan mengamati kecenderungan per-ubahan alam tempat tinggalnya, mereka kinibisa mengembangkan mutu hasil panennyaagar memiliki nilai jual lebih tinggi.

Cermin Kampanye EnergiBelajar dari yang dilakukan seorang Set,

sosialisasi tidak bisa dilakukan dalam hitunganjam, namun lebih dari itu, perlu berbulan-bu-lan untuk meyakinkan perubahan dan butuhwaktu tahunan untuk menyaksikan per-ubahan dijalankan secara konsisten olehwarga masyarakat.

Menariknya, ketika hal ini coba dikaitkandengan kegiatan kampanye energi alternatif,laksana bumi dan langit. Sekalipun dalampilihan media dan gebyar promosi, apa yangdilakukan Set kalah, namun dalam aspekkeluaran atau output upaya Set tidak bolehdipandang remeh.

Bukan berarti, aneka tayangan iklan la-yanan masyarakat ataupun kegiatan sosialisasidalam bentuk variety show atau berbagai fo-rum, penggunaan multimedia melalui websiteuntuk kampanye mengenai energi alternatiftidak perlu. Namun ada aspek lain yang hen-daknya menjadi perhatian, yakni keterlibatanwarga secara aktif untuk melakukan dan me-nyaksikan sendiri hasil kerja keras yang merekalakukan.

Ubah Keyakinan, Bukan KebiasaanKampanye energi alternatif sebagaimana

muncul dalam diskusi antara KomunikAdengan Set sejatinya merupakan kegiatanyang akan mengubah keyakinan seseorang."Bukan sekadar mengubah kebiasaan, ba-yangkan kalau dulu anda melihat dan meyakinikotoran sapi itu tidak baik atau bahkan adayang menyebut najis, tetapi sekarang bisadiolah untuk bahan bakar. Untuk memasakmakanan yang akan anda makan, apakah itutidak sangat terkait dengan keyakinan?"cetusnya retoris.

Memang dalam kasus energi alternatif,akan semakin banyak perspektif dan opiniyang berkembang. Belum lagi soal kesalahanpersepsi yang sering menjadi penyebabmunculnya resistensi atas kebijakan energi.Sebut saja adanya bias bahwa kayu bakarmerupakan bahan bakar yang hanya untukorang pedesaaan.

Padahal sebagai salah satu bagian dari evo-lusi konsumsi energi di negara ini sebenarnyakeberadaan kayu bakar masih sangat wajar."Karena banyak warga masyarakat yangmasih tinggal di pedesaan dan lebih mudahmemperoleh kayu bakar ketimbang minyaktanah yang sering terlambat distribusinya,"terang Set.

Kayu bakar yang biasa digunakan orangdesa pun kebanyakan dari ranting bukan daribatang kayu besar yang selama ini dikaitkandengan ketakutan habisnya hutan karena di-

ambil seba-

gai kayu bakar."Jika pun mereka mengambil kayu besar

pasti mereka akan menanam kembali. Hanyaorang kota yang menebang hutan," celetukSam, salah seorang petani di Uel.

Tak Berbasis Kondisi LokalHal kedua yang juga layak dicermati adalah

adanya kesenjangan antara potensi energiyang sebenarnya dan kenyataan krisis energi.Di beberapa kawasan khususnya daerah luarjawa dan kawasan pedalaman, kata-kata krisisenergi belum menjadi common sense ataukesadaran umum. "Hingga detik ini pun untukmendapat minyak tanah juga sulit. Kadangada kadang tidak ada," kata Sam.

Secara kritis Set mengomentari masalahpenanaman jarak sebagai sebuah kebijakansalah kaprah,"Tanam jarak, rumput mati. Ke-mudian ternak kami makan apa? Apa bisa ba-pak, sapi kami, kambing kami disuruh makandaun jarak, terus tanah yang ditanami jarakpasti tidak bisa ditanami yang lain lagi. Apakahnantinya minyak jarak itu untuk kita atau ma-lah diekspor untuk menjalankan mobil-mobilorang kaya di luar negeri?" ungkapan retorikkembali meluncur dari mulut Set.

KomunikA sempat terperangah mende-ngar kata-kata Set. Namun saat ini pun semuaorang berhak untuk menyatakan penda-patnya. Dan memang jika dilihat dari begitubanyaknya promosi yang disajikan dalam kam-panye energi alternatif masih dilakukan di me-dia yang bisa diakses kalangan berada. Bukanwarga petani yang konon merupakan ke-lompok yang diuntungkan dengan kebijakanenergi alternatif.

Belajar Bersama RakyatMenteri Energi dan Sumber Daya Mineral,

Purnomo Yusgiantoro pun pernah menyata-kan kebijakan energi selalu dibuat peraturanlebih dulu baru kemudian bisa “memaksa”BUMN seperti Pertamina untuk mengem-bangkan produksi gas.

Namun dalam tahap berikutnya, kasusStasiun Pengisian Bahan Bakar Gas seharus-nya bisa menjadi cermin. Ketika fasilitas adanamun karena perilaku pemanfaatan energimasyarakat tidak berubah, kebijakan itu padaakhirnya tidak bisa berjalan dengan baik.

Ketika tulisan ini dibuat pun, tengah ber-jalan kampanye penggunaan Bahan Bakar Na-bati. Puluhan mobil bagus membelah kawasanperdesaan. Padahal di sepanjang jalur itu bisadihitung dengan jari berapa yang memiliki mo-bil mengkilap yang menjadi sarana kampanye.Ah!

Satu hal yang pasti, kebijakan energi akanmembawa konsekuensi konversi energi. Dansemoga kita bisa belajar bahwa belajar ber-sama rakyat merupakan solusi untukmemastikan konversi bisa berjalan denganbaik. Karena tidak hanya sekadar mengubahkebiasaan, namun juga mengubah keyakinan,sebagaimana dinyatakan Set. Agar promosiyang ada tidak miskin informasi bagi rakyatkecil! ([email protected])

Set Malelak, organizer KomunitasPetani Jagung Uel Nusa TenggaraTimur