komunika 20 2006

24

Upload: komunika-tabloid

Post on 24-Mar-2016

248 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Sekretaris Redaksi: Richard Tampubolon Editor/Penyunting: Illa Kartila, MT Hidayat, Dimas Aditya Nugraha Redaksi menerima sumbangan tulisan, artikel dan foto yang sesuai dengan misi penerbitan. mungkin hanya dapat diharapkan kesadarannya. Sebagai masyarakat, saya meminta kepada pemerintah agar turut membantu meningkatkan standar literasi atau melek media. Depkominfo mungkin dapat berperan lebih banyak dalam mendidik masyarakat agar melek media. Dengan kampanye penyadaran publik, misalnya. 2

TRANSCRIPT

Page 1: komunika 20 2006
Page 2: komunika 20 2006

2 Edisi 19/Tahun II/Desember 2006

KOMUNIKA

Diterbitkan oleh:

DEPARTEMENKOMUNIKASI DAN

INFORMATIKA

Pengarah:Menteri

Komunikasi dan Informatika

Penanggungjawab:Kepala Badan Informasi Publik

Pemimpin Redaksi:Kepala Pusat

Pengelolaan Pendapat Umum

Wakil Pemimpin Redaksi:Sekretaris BIP

dan Para Kepala Pusat di BIP

Sekretaris Redaksi:Richard Tampubolon

Redaktur Pelaksana:Nursodik Gunarjo

Redaksi:Selamatta Sembiring, Tahsinul

Manaf, Soemarno Partodihardjo,Sri Munadi, Effendy Djal, Ridwan

Editor/Penyunting:Illa Kartila, MT Hidayat,Dimas Aditya Nugraha

Pracetak:Farida Dewi Maharani

DesainD Ananta Hari Soedibyo

Riset dan DokumentasiMaykada Harjono K.

Alamat Redaksi:Jl Medan Merdeka Barat No. 9

JakartaTelp/Faks. (021) 3521538,

3840841e-mail:

[email protected]

Redaksi menerima sumbangan tulisan,artikel dan foto yang sesuai dengan

misi penerbitan.

Redaksi berhak mengubah isi tulisantanpa mengubah maksud dan substansi

dari tulisan tersebut.

Isi KomunikA dapat diperbanyak, dikutipdan disebarluaskan, sepanjangmenyebutkan sumber aslinya.

Editorial

BERANDA

desa

in co

ver:

ahas

. foto

: goe

n

Tata Tertib Pendirian Tower

Dunia teknologi komunikasi akhir-akhir iniberkembangnya sangat cepat. Pun termasukdalam teknologi telepon seluler. Saat inisedikitnya ada tiga perusahaan seluler yangterbilang dominan menguasai pasar di bidangteknologi komunikasi. Mereka dengangencarnya melakukan berbagai terobosanterbaru.

Pendirian tower merupakan salah satumanuver yang dilakukan oleh perusahaanseluler tersebut dengan tujuan untukmemberikan daya tangkap sinyal yang lebihkuat.

Namun, apa jadinya jika pendirian towertersebut tidak diawasi oleh pemerintah. Yangada adalah banyak pemandangan tower yangberdiri tidak pada tempatnya. Masing-masingprovider telekomunikasi akan berlomba-lombamembangun tower untuk menambahpangsa pasar mereka.

Dan tentu saja yang paling merasakanakibat pendirian tower liar tersebut salahsatunya adalah tempat-tempat pariwisata,seperti Candi Borobudur atau tempat-tempatlain yang kental dengan pemandangan alam.

Dan terkadang ditemukan pendirian towerliar menggunakan booster, penggunaanbooster ini sangat mengganggu penggunafrekuensi lainnya. Harusnya penggunaanbooster tanpa ijin ini harus ditertibkan.

Semoga dari pihak pemerintah dapatmenyikapi serta mengawasi dan bahkandibuatkan Undang-undang tentang adanyapendirian tower-tower yang dilakukan olehperusahaan teknologi komunikasi tersebut.

Radjab [email protected]

Pendidikan Melek Media UntukMasyarakat

Saya bingung dengan penyiaran diIndonesia. Dari tiga pihak yangbersinggungan langsung – pemerintah,pengelola televisi, dan masyarakat – tak adayang bisa dimintai pertanggungjawabannyatentang buruknya kualitas penyiaranIndonesia.

Pemerintah tampak masih kebingungandalam mencari solusi penyelesaian. Masihtakut membuat aturan yang tegas dalammengakomodir semua kepentingan. Terbukti“hanya“ menyerahkan semua perihalpenyiaran pada Komisi Penyiaran Indonesia(KPI).

Sementara KPI masih mengandalkansemuanya pada laporan masyarakat. Baru bisa”bergerak” setelah mendapat aduanketidakpuasan dari para penonton. Padahalmasyarakat Indonesia, menurut saya, masihbanyak yang belum melek media. Masihgampang terbawa arus tayangan yangdisajikan matang oleh para pengelola teve.Belum mampu untuk menyeleksi tayanganyang layak untuk ditonton.

Pihak pengelola teve sebagai sebuahindustri tentu saja lebih berorientasi profitdalam membuat tayangan. Rating –sayangnya, hanya merupakan hasil karyasebuah lembaga survey yang tentu sajamasih bisa diperdebatkan- seakan menjadi”tuhan” yang menjadi patokan dalammembuat program. Dalihnya tentu saja,banyak penonton yang suka dengantayangan tersebut, terbukti dengan ratingacara.

Dengan alasan-alasan yang dibuat, baikoleh pemerintah, masyarakat, dan pengelolateve, tampak tak ada yang bisa dimintaipertanggunganjawab tentang rusaknyasiaran televisi Indonesia. Masing-masingdengan argumennya.

Sebagai solusi yang paling mungkin, bagisaya, ada di dua pihak, pemerintah denganmemperkuat aturan penyiaran atau palingtidak lebih mendetilkan aturan yang ada. Danmasyarakat dengan meningkatkan literasinya.Pengelola teve sebagai sebuah industri

Tak gampang memerangi pengangguran dan kemiskinan. Di samping permasalahannyasangat kompleks karena saling berkaitan satu sama lain, dua masalah ini juga nyarismenjadi masalah “abadi” yang sulit dipecahkan, bukan hanya di Indonesia namun juga diseluruh negara berkembang di dunia.

Di Indonesia, pengangguran dan kemiskinan selalu menjadi “PR” bagi presiden terpilih,sejak pemerintahan Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Setiap presidenmengeluarkan jurus dan strategi untuk memberantas dua masalah ini. Dalam beberapasegi, berbagai strategi yang dikeluarkan memang mampu mengurangi jumlah parapenganggur dan jumlah orang miskin. Akan tetapi belum mampu memberantaspengangguran dan kemiskinan secara tuntas hingga ke akar permasalahannya.

Sejak mendapat mandat dari rakyat, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskankepeduliannya untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Tekad tersebut kemudiandirumuskan dengan strategi baru dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Ringkasandari strategi baru tersebut tertuang dalam prinsip strategi tiga jalur (triple track) yakni:pro-pertumbuhan (pro-growth), pro-lapangan pekerjaan I(pro-job), dan pro-masyarakatmiskin (pro-poor).

Jalur pertama, pro-growth, dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomidengan mengutamakan ekspor dan investasi. Penjualan produk Indonesia ke luar negeridigenjot dengan mempermudah prosedur dan regulasi ekspor. Pemerintah juga berupayamenghapus berbagai hambatan (barrier) yang selama ini menjadi batu sandungan bagipara eksportir, baik di dalam negeri maupun di negara tujuan. Di samping itu, pemerintahterus berupaya mengundang para investor dari dalam dan luar negeri untuk menanamkanmodal di Indonesia. Salah satunya yang baru saja dilakukan adalah mengundang investordi bidang infrastruktur melalui Indonesia Infrastructure Conference and Exhibition (IICE)di Jakarta Convention Center November 2006 lalu. Melalui jalur ini, pertumbuhan ekonomiIndonesia diharapkan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Jalur kedua, pro-job, dilaksanakan dengan menggerakkan sektor riil untuk menciptakanlapangan kerja. Geliat sektor riil diharapkan akan menimbulkan efek domino (multipliereffect) berupa meningkatnya kebutuhan tenaga kerja, sehingga angkatan kerja yangada dapat terserap. Aktivitas sektor riil juga dapat menjadi lokomotif yang dapat menyeretgerbong pergerakan barang dan jasa sehingga membutuhkan lebih banyak tenaga kerjauntuk terl ibat di dalamnya. Dengan meningkatnya aktivi tas sektor ri il, jumlahpengangguran secara otomatis dapat dikurangi.

Adapun jalur yang ketiga, yakni pro-poor, diwujudkan dalam berbagai strategi yanglangsung berhubungan dengan peningkatan pendapatan masyarakat akar rumput (grassroot) yang rata-rata hidup miskin. Strategi tersebut dilaksanakan dengan merevitalisasipertanian, kehutanan, kelautan dan ekonomi perdesaan.

Sebagai negara agraris, revitalisasi pertanian merupakan hal yang sangat penting danmendesak untuk dilaksanakan. Jika selama ini sektor pertanian belum mampu menjadiandalan, maka ke depan sektor ini harus diubah menjadi tulang punggung ekonomi diperdesaan. Kehutanan perlu direvitalisasi sehingga mampu menjadi sumber penghasilanbagi masyarakat di sekitar hutan tanpa harus mengorbankan kelestarian lingkungan.Sedangkan di sektor kelautan sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang sangat besar,bahkan boleh dikatakan terbesar di Asia, namun belum didayagunakan secara maksimal.Ke depan, sektor ini diharapkan dapat terus ditumbuhkembangkan menjadi penyangga(buffer) ekonomi nasional.

Pemerintah terus melakukan dan mencari langkah untuk meningkatkan pertumbuhanekonomi sebagai senjata memerangi pengangguran dan kemisknan. Anggaran yangdialokasikan untuk mengurangi kemiskinan jumlahnya terus meningkat. Tahun 2004berjumlah Rp18 triliun, tahun 2005 meningkat menjadi Rp23 triliun, tahun 2006 Rp42triliun dan tahun 2007 mendatang meningkat lagi menjadi Rp 51 triliun.

Dalam setahun terakhir, terdapat penurunan pengangguran hampir 1 juta, dari total11 juta menjadi 10 juta. Sayangnya, laju pertumbuhan angkatan kerja per tahun barumencapai 1,5 juta orang.

Maka, seperti disampaikan presiden usai rakor khusus membahas langkah-langkahbersama mengatasi pengangguran dan menciptakan lapangan kerja bersama 12 menteribidang ekonomi dan 6 gubernur se-Jawa di Gedung Agung Yogyakarta, Kamis (14/12),kita harus melakukan langkah-langkah sangat gigih, sistematis, dan sangat terarah untuksekali lagi menciptakan lapangan kerja tersebut.

Sejumlah langkah nyata telah, sedang, dan terus diupayakan. Pengalaman banyaknegara, juga pengalaman bangsa Indonesia, mengurangi kemiskinan dan pengangguranmemang bukan langkah mudah. Dalam Kongres ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia)XVI di Manado, 18 Juni lalu, Presiden SBY menegaskan, fokus mengurangi penganggurandan kemiskinan ini semata bukan persoalan moral obligation, akan tapi juga persoalankeadilan. Karena itu pemerintah terus mengupayakannya secara gigih.

Strategi Triple Track GempurPengangguran dan Kemiskinan

mungkin hanya dapat diharapkankesadarannya.

Sebagai masyarakat, saya memintakepada pemerintah agar turut membantumeningkatkan standar literasi atau melekmedia. Depkominfo mungkin dapat berperanlebih banyak dalam mendidik masyarakat agarmelek media. Dengan kampanye penyadaranpublik, misalnya.

[email protected]

Segenap Pimpinan, Staf dan KaryawanDepartemen Komunikasi dan Informatika

Mengucapkan Turut Berduka CitaAtas Meninggalnya

Bp. Mayjen TNI (Purn.) M. Idris GassingInspektur Jenderal Depkominfo

Semoga Arwah Beliau Diterimadi Sisi Tuhan Yang Maha Esa

dan Keluarga yang DitinggalkanDiberi Kekuatan dan Ketabahan

Page 3: komunika 20 2006

3

KOMUNIKA

Edisi 19/Tahun II/Desember 2006

KESRA

Tesa 129Fasilitas Curhat dan

Perlindungan Hak Anak

Anita (10), yangseharusnya ceria bermaindengan teman-temannya,

hari itu terlihat sedih,menangis tak berdayadalam pelukan ibunya.Bocah kecil itu tampak

kuyu. Sekujur tubuhnya birulebam akibat pukulan sapu

lidi ayah angkatnya.

Setiap hari pukulan sapu lidi tidakpernah absen tertoreh ditubuhnya. Kesulitan Anita untukmenghafal dan belajarmembuat ayah angkatnya

naik pitam. Setiap kali Anita salahdalam menghafal pelajaran, selaluditimbali dengan pukulan.

Apa yang terjadi kemudian? Bukankemudahan menelaah dan menghafalpelajaran yang didapat Anita, sebaliknyadia justru semakin sulit menghafal.Ketakutannya pada sanksi fisikyang diterapkan ayahnya, mem-buatnya semakin sering ber-buat kesalahan. Ironisnya, halini membuat dia mendapatsemakin banyak pukulan.Rini, sang ibu yang sudah ber-usaha melindungi, tidak ber-d a y a ,t i d a kmampuberbuatapa-apa.

Sangat tidak logis, kesalahankecil harus dibayar dengan luka.Bukan hanya luka fisik, na-mun juga luka psikolo-gis, trauma berke-panjangan yangberdampak pa-da perkem-bangan jiwaanak kelak.

Mengapa Terjadi?Mengapa kekerasan

terhadap anak masih terusterjadi? Hal ini terkait de-ngan kultur sebagian ma-syarakat yang masih meng-anggap bahwa kekerasan me-rupakan bagian dari proses pendi-dikan yang dibutuhkan untuk men-disiplinkan anak. Anak yang nakal dansusah diatur kadang dijadikan alasan pem-benaran bagi orangtua untuk melakukan tin-dakan kekerasan terhadap anak (child abu-se). Hal ini diperparah dengan masih adanyaanggapan di tengah masyarakat bahwa masa-lah mendidik anak adalah masalah internalkeluarga. Kasarnya, mau dibikin apa seoranganak, itu hak prerogatif orangtua. Anggapansemacam ini bukan saja membuat orangtuamenjadi "superbody" bagi anak, namun se-cara tidak langsung juga mengu-

rangi hak anak un- tuk tumbuhdan berkembang secara wajar.

Persoalananak yang ma-

sih dianggap se-bagai masalah in-

tern keluarga perludiwacanakan dalam

ruang publik, sehing-ga intervensi komunitas

terhadap persoalan inimenjadi lebih terbuka.

Mengapa hal ituperlu dilakukan? Karenapelaku chi ld abusebukan orang asing. Se-bagian besar justrudari keluarga sendiri.

Seperti diung-kapkan Elly Yulian-dari, konselor SavyAmira, sekitar 80persen tindak ke-kerasan yang me-nimpa anak-anakternyata dilaku-kan oleh pihakkeluarga sendiri,10 persen ter-jadi di l ing-kungan pen-didikan, dan10 persen la-innya di la-kukan olehorang yangt i d a km e r e k akenal.

Angka 80 persen tersebut menunjukkankekerasan dalam keluarga menjadi

dominan, permasalahanekonomi, disfungsi ke-

luarga, dan pan-dangan salah me-

ngenai posisianak menjadipenyebab tim-bulnya keke-rasan terha-dap anak.

"Se l amaini banyak ter-jadi kekerasan

pada anak aki-bat anak diang-

gap sebagai hakmil ik. Akibatnya,

orangtua maupunorang dewasa lainnya me-

rasa berhak memperlakukan anak-anak mereka sesuka hatinya," ungkap SekjenKomnas Perlindungan Anak, Arist MerdekaSirait.

Ironisnya, jumlah kasus pelanggaran ter-hadap hak anak ini terus meningkat dari ta-hun ke tahun. Arist mengungkapkan, diper-kirakan jumlah kasus pelanggaran hak anaktahun ini mencapai angka 13,5 juta, pelang-garan ini terdiri atas tindak kekerasan, tidakdipenuhinya hak atas kesehatan, pendidikan,ekonomi, dan juga hak-hak sosial lainnya.

Telepon Sahabat AnakTelepon Sahabat Anak (Tesa) 129 meru-

pakan wujud kerja sama antar departemendi antaranya Kementerian PemberdayaanPerempuan, Departemen Sosial, Departe-men Komunikasi dan Informatika, lembagapemerintahan terkait dan beberapa NGOyang berkonsentrasi di bidang perlindunganhak anak. Sebagai media pelayanan publik,Tesa 129 berupaya memberikan perlindung-an yang terkonsentrasi pada perlindungananak dari tindakan fisik, psikis dan seksual,perlakuan diskriminatif baik gender, suku, ras,agama, maupun sosial-ekonomi.

Layanan tersebut kini baru diluncurkandi dua kota, yakni Jakarta dan Banda Aceh.Selanjutnya akan dibangun pula di Makassardan Surabaya. Layanan bebas pulsa lokal Tesa129 yang beroperasi 24 jam ini merupakanjawaban atas rekomendasi PBB bahwa se-mua anak harus memperoleh layanan yangmengakomodasi kebutuhan dunia mereka.Praktiknya mirip layanan call center. Di ujungtelepon tersedia puluhan tenaga sukarelayang terdiri atas beragam profesi, yangmemberikan konsultasi gratis masalah anak.

Mengapa Tesa diperlukan? Karena padabanyak kasus, terdapat kecenderungan kor-ban atau saksi mata enggan menceritakanhal yang dialami secara terbuka. Beberapakasus, jika diungkap secara terbuka, akanmencemarkan nama baiknya atau keluarga-nya.

Dalam kasus lain, pelapor takut bila men-ceritakan akan mendapat ancaman. Olehkarena itu, terobosan melapor melalui tele-pon secara anonim (tanpa memperlihatkan

"Saya harusbagaimana, anak saya seringmenjadi sasaran kemarahan

ayahnya, apa yang harus sayalakukan? saya tidak tega melihat

memar di sekujur tubuh anak saya,tapi saya tidak bisa

mencegahnya", ucap Rini (32tahun) melalui telepon diikuti

suara isak tangis, melaluiTESA 129 Jakarta.

identitas) diharapkan akan membuat merekayang secara langsung maupun tidak langsungmelihat tindak kekerasan terhadap anak me-rasa aman dan nyaman untuk menceritakanpermasalahan tersebut.

Selain sebagai media pengaduan dan kon-seling, Tesa juga memberikan informasi ke-pada masyarakat sebagai upaya preventifdalam mencegah terjadinya kasus-kasus tin-dak kekerasan dan pelanggaran hak-hak anaklainnya. Melalui jaringan kerja sama lintas in-stansi, Tesa 129 diharapkan dapat memberi-kan informasi tentang instansi terkait yangdapat dijadikan rujukan.

Di Banda Aceh, Tesa lebih ditekankan un-tuk membantu anak korban kekerasan, pele-cehan, trauma, perceraian dan konflik politik."Isu seperti penelantaran, kekerasan, eks-ploitasi dan perdagangan anak, pemisahananak dari keluarga dan pelanggaran hukummemerlukan perhatian besar pasca bencanatsunami. Tesa merupakan salah satu jalan ke-luar agar anak mudah mendapatkan dukung-an dan pertolongan," kata Richard Sandisondari Plan International.

Saat Tesa diluncurkan di Banda Aceh 23Juli 2006, tanggapan dari masyarakat masihsepi karena adanya kendala aksesibilitas se-perti belum pulihnya sarana telekomunikasi.Namun sejak November 2006, setelah sosial-isasi dilaksanakan secara intensif dan diikutidengan perbaikan jaringan telepon, berbagaipengaduan mulai masuk. Kendati demikian,hingga saat ini belum ada kasus besar yangdilaporkan, kebanyakan berupa 'curhat' sepu-tar masalah trauma anak pasca bencana tsu-nami.

Sedangkan di Jakarta, sejak diluncurkanTesa langsung mendapat respon dari masya-rakat. Seperti kasus Rini (bukan nama sebe-narnya) di atas, kebingungan dan ketakutanyang dihadapi Rini, membawa ibunya untukmengkonsultasikan masalah tersebut ke Te-sa 129. Ia menceritakan semua kejadian yangmenimpa anaknya. Perlakuan ayah angkatyang membawa luka psikis mendalam bagiibu dan anak ini akhirnya dapat dihentikanberkat Tesa 129.

Satu lagi yang telah memanfaatkan Tesaadalah Ratno (15 thn, juga bukan nama se-benarnya), remaja yang terperangkap dalamlingkaran kemiskinan. Kehidupan keluarganyayang fakir miskin, membuat dia tidak bisamelanjutkan keinginan dia untuk bisa terusbelajar dan mencapai cita-citanya. Dia harusbekerja sebagai pengamen jalanan untukmembantu menyekolahkan adik-adiknya. Diamencoba mencari teman bicara yang se-kaligus dapat memberikan solusi dari perma-salahan yang dihadapi. Melalui Tesa 129,Ratno dirujuk ke dinas pendidikan setempatuntuk dapat melanjutkan sekolah melaluipaket B.

Dalam kehidupan berbangsa di mana anakcucu merupakan penerus, permasalahan tin-dak kekerasan terhadap anak harus dijadikanpermasalahan bersama, menjadi tanggungja-wab bersama. Mulailah dari keluarga sendiriuntuk mendidik anak secara proporsional danmenjauhkan kekerasan apapun bentuknya.(dw)

TesaFo

to:id

esFo

to:d

an

Page 4: komunika 20 2006

4 Edisi 19/Tahun II/Desember 2006

KOMUNIKA KESRA

Perjuangan Mencari Kesetaraan

MENJADI PRT memang pilihan palingrasional bagi Anik. Bekal ijazah SD membuatibu satu anak ini tidak memiliki pilihan lainyang lebih baik. Di desanya, di kawasan Lom-bok Timur, bekerja ngerampek (panen padi-red) hanya diganjar upah Rp8.000 sehari.Kalau ditotal sebulan, upahnya hanya men-capai Rp240.000,00. Itu pun tak selamanyaada peluang, karena mesti berebut denganbeberapa sejawatnya yang mencoba men-cari penghasilan sampingan.

Tentu saja, upah tersebut tidak cukupsekadar untuk makan. Kalau jadi PRT, Aniktak perlu lagi memikirkan masalah makan,bahkan penghasilan sebesar Rp250.000 bisalangsung ditabung.

Apa yang dilakukan Anik merupakan gam-baran kemandirian perempuan di tengahhimpitan ekonomi yang kurang bersahabat.Ia sendiri mengaku tidak harus menunggukiriman penghasilan suaminya sebulan sekali,karena ada bekal hidup hasil keringatnya.

Anik hanyalah satu contoh dari sekianribu perempuan di Nusa Tenggara Barat(NTB) yang berusaha bertahan hidup. Na-mun, sayangnya upaya Anik ini, dalam bebe-rapa kesempatan justru dijadikan "pembe-naran" sang suami untuk tidak memberikannafkah, lantaran gaji sang suami dikirimkanlangsung ke rekening kakak iparnya. Ituartinya Anik hanya mengandalkan pekerjaansebagai PRT untuk menyambung hidup,sembari menunggu kedatangan suaminyadua tahun lagi.

Masih TerpinggirkanData statistik tahun 2004 menunjukkan

bahwa perempuan merupakan mayoritaspenduduk di NTB, 52 persen dari sekitar4,2 juta total penduduk. Namun, jumlahbesar tak serta merta menunjukkan perha-tian yang cukup besar pula dari masyarakat.Kerap kali dalam setiap aspek kehidupan per-empuan cenderung terpinggirkan.

Permasalahan gender bisa dikatakan me-rupakan permasalahan yang sensitif di NTB.Sebagian masyarakat, termasuk kalangan elitdan terpelajar melihat konsep gender seba-gai produk kebudayaan barat yang berten-tangan dengan budaya setempat. Cara pan-dang inilah yang kemudian tercermin dalamsemua segmen kehidupan.

Perempuan dalam adat dan tradisi Sasak,suku asli di Lombok, berada pada keduduk-an yang lemah. Dalam naskah Kotaragamayang menjadi referensi masyarakat Sasak,ada tiga hal yang patut digarisbawahi, yaitupertama, perempuan tidak punya hak men-jadi pejabat, kedua, perempuan tidak punyahak menjadi saksi dan ketiga, perempuanSasak, tidak memiliki hak untuk terlibat da-lam musyawarah-musyawarah adat.

‘’Saya harus tunggu dulu suami saya bekerja di Malaysia, barusaya bisa bekerja lagi,’’ ujar Anik (23). Setelah Seni (27),suaminya, diangkut pesawat udara beberapa pekan lalu, ia punmasih gelisah. Belakangan, SMS sang suami yang menyebutkanpekerjaan sudah diperolehnya, barulah Anik lega. Ia pun bisabekerja kembali jadi pembantu rumah tangga (PRT).

Ketiga hal ini berarti perempuan tidak bisamenjadi pengambil dan penentu kebijakanserta tidak terl ibat dalam pengambilankebijakan. Semua ini menempatkan perem-puan dalam posisi yang termarginalkan.

HL Agus Faturrahman, seorang BudayawanSasak mengatakan, garis keturunan Suku Sa-sak menganut sistem patrimonial yangmenempatkan laki-laki sebagai penerusketurunan. Masalah penerus keturunan iniberkaitan erat dengan hak waris, dimanaperempuan tidak berhak menerima wariskarena tidak menjadi garis penerus keturunan.

Dalam peraturan pemerintahan Sasak se-belum masuknya Agama Islam, perempuanSasak mendapat warisan seisi rumah sedang-kan laki-laki mendapat rumah, sehingga jikaterjadi perceraian perempuan harus mening-galkan rumah. "Tapi setelah masuknya Islam,justru terjadi penafsiran ajaran agama secarasalah sehingga perempuan setelah berceraimalah tidak mendapatkan apa-apa," jelas Fatur-rahman.

Ketika terjadi perceraian, perempuan tidakmendapatkan hak secara ekonomi, padahalkeluarnya perempuan dari rumah kerapkalimembawa serta anaknya, dan akhirnya me-nanggung beban hidup keluarga.

Menurut Agus Patria dari Biro Hukum Set-da Pemprop NTB, laki-laki di Lombok seringkalimeninggalkan tanggung jawab untuk membe-rikan nafkah bagi keluarganya.

Penafsiran budaya juga membawa dampakbesar terhadap lahirnya praktek ketidakadilanlainnya. Budaya Pesaji, misalnya, menurut bu-dayawan Sasak, M Yamin, dikenal di Lombokuntuk menegaskan bahwa seorang istri dananak perempuan tidak boleh makan sebelumsuami atau anak laki-laki makan terlebih dahulu.Anak perempuan mendapat sisa ayah dan sau-dara laki-lakinya, sedangkan istri menunggu sisadari anak.

Begitupun dalam hal pendidikan. Orangtuamerasa anak perempuan tidak perlu pendidik-an tinggi, karena, toh, setelah menikah men-jadi milik laki-laki. Akibatnya tingkat partisipasiperempuan dalam bidang pendidikan sangatrendah dan angka putus sekolah perempuanterhitung tinggi.

Tindak KekerasanTermarginalkannya posisi perempuan da-

lam adat dan budaya menimbulkkan diskrimi-nasi terhadap perempuan itu sendiri. Minimnyakesempatan perempuan untuk berpartisipasiaktif di ranah publik menyebabkan kehidupanperempuan seperti jalan ditempat.

Keyakinan orang tua, bahwa tugas perem-puan adalah menikah, mengurus rumah tang-

ga dan melahirkan penerus keturunanmenye-babkan perempuan su litmendapat kesempatan mengenyampendidikan.

Satu akibat yang pasti, minimnyapendidikan perempuan menyebabkanmayoritas perempuan tergantung penuhkepada laki-laki sepanjang hidupnya.

Sekalipun mampu “berdaya” pada sek-tor ekonomi non formal dan menjadi tu-lang punggung keluarga, namun belengguadat dan tradisi tetap menyulitkan perem-puan untuk memperjuangkan hak-haknyasecara mandiri. Pada gilirannya, semuaini turut mendorong munculnya beragamkekerasan terhadap perempuan.

Data angka kekerasan terhadap per-empuan dari tahun ke tahun terus me-ningkat, bahkan mencapai puncaknya pa-da tahun 2004, sebanyak 1280 kasus.

Peningkatan ini bisa dimaknai secarapositif atas mulai munculnya kesadaranperempuan untuk melaporkan kasus ke-kerasan yang dialaminya semakin tinggi.

Padahal, banyak perempuan NTB sejakdini dicekoki pemahaman agama bahwamelawan suami apalagi membuka aibnyaadalah dosa besar, sehingga mereka me-milih untuk merahasiakan tindak kekerasanyang dialaminya.

Selain itu, angka ini juga dapat dimak-nai adanya respon positif atas kebijakanperlindungan terhadap perempuan de-ngan kegiatan utama advokasi kasus ke-kerasan terhadap perempuan.

Memberdayakan PerempuanPemerintah bukannya menutup mata

terhadap semua permasalahan perem-puan yang ada di Lombok. Di bidang kese-hatan, pemerintah telah mengalokasikananggaran sebanyak 45 miliar, yang seba-gian besar digunakan untuk peningkatanpelayanan kesehatan demi menurunnyaAKI dan Angka Kematian Balita (AKB) ser-ta penanganan gizi buruk.

“Untuk anggaran kesehatan, NTB jugamendapat dana hibah dari lembaga-lem-baga donor untuk peningkatan derajat ke-sehatan masyarakat pada umumnya, ke-sehatan ibu dan bayi, khususnya,” kataKepala Bagian Kesehatan Biro Kesejahte-raan Sosial Setda Propinsi NTB, RohmiKhoiriyati SKM Msi.

Masih menurut Rohmi, pemerintahsendiri, khususnya Biro Kesos banyak mela-kukan kerjasama dengan Pusat Studi Wa-nita untuk melakukan berbagai penelitian

dan kajian terkait kondisi perempuan Lom-bok. “Misalnya penelitian tentang gizi bu-ruk yang dikaitkan dengan perilaku ibu,seperti posisi tawar ibu dalam keluarga,jumlah anak dan pola asuh yang baru-baruini dilakukan,” katanya.

Untuk program pemberdayaan perem-puan sendiri, Pemerintah Provinsi NTBtermasuk dalam sejumlah provinsi yangmendapat dana stimulan dari pemerintahpusat, yaitu melalu i Kementer ianPemberdayaan Perempuan.

Setiap tahun, sejak tahun 2001, Peme-rintah Provinsi NTB mendapat kucuran danakurang lebih sebesar Rp. 812 juta, yang dike-lola oleh Bagian Pemberdayaan Perempuan,Tenaga Kerja dan Keluarga Berencana, BiroKesos Setda NTB.

Dari informasi yang berhasil dikumpulkanKomunikA, sebagian besar dana tersebutdigunakan untuk sosialisasi tentang programPengarusutamaan Gender bagi stake holder,tokoh agama, dan tokoh masyarakat.

Untuk program pemberdayaan perem-puan sendiri, pemerintah memposisikan dirisebagai koordinator yang menjalin kemitraandengan berbagai lembaga seperti LBH Apik,LPA NTB, dan LSM lainnya yang lebih banyakbertindak sebagai eksekutor program pem-berdayaan perempuan di masyarakat.

Perubahan Pola PikirBeberapa waktu lalu saat Puncak Peri-

ngatan Hari Ibu ke 78 di Taman Mini Indo-nesia Indah, Presiden SBY menyerukan agarperempuan mensejajarkan dirinya denganpria, karena pada dasarnya perempuan jugamemiliki potensi sebagai aset pembangunandan berhak untuk menikmati hasil pemba-ngunan.

Bahkan, Menteri Negara PemberdayaanPerempuan, Meutia Hatta Swasono menga-jak semua untuk membudayakan kesetaraandan keadilan gender sebagai misi dari ke-menterian Pemberdayaan Perempuan dalammemberdayakan perempuan Indonesia disegala bidang.

Tapi pada prakteknya membudayakankesetaraan dan keadilan gender membutuh-kan proses panjang karena merupakan pro-ses perubahan pola pikir.

Pola pikir harus diubah agar perempuanbisa mendapatkan haknya untuk menikmatipembangunan. Seperti seorang Anik. Mung-kin Anik tidak mengerti apa itu gender, diahanya berpikir untuk tidak terlalu tergantungdengan suami.

Dan dia yakin dia mampu berdikari. Ber-beda dengan sang suami, yang justru menilaimampunya Anik menghidupi diri menyatakanbahwa dia tidak perlu memberinya nafkahlagi, sehingga dia bisa mengirimkan hasil ker-janya pada keluarga besarnya.

Karena itu, perubahan pola pikir seorangperempuan juga harus mendapat dukungandari laki-laki. Laki-laki harus mengerti bahwadengan berdikari bukannya perempuan tidakmembutuhkan laki-laki.

Seperti juga laki-laki, perempuan memilikikebutuhan akan aktualisasi diri, tanpa melu-pakan keluarga. Jika perubahan pola pikir se-orang perempuan untuk memperjuangkandan mendapatkan hak-haknya mendapat du-kungan penuh dari pria, barulah bisa di-katakan terwujudnya kesetaraan dan kea-dilan gender, seperti yang selalu didengung-dengungkan selama ini. (Ids/dari berbagai sumber)

Potret Perempuan di Pulau LombokFo

to: i

mag

eban

k

Page 5: komunika 20 2006

5

KOMUNIKA

Edisi 19/Tahun II/Desember 2006

PEREKONOMIAN

dhoyono, pembalakan liar (illegal logging)marak di wilayah Kapuas Hulu, bukan hanyadi Badau tapi juga di kecamatan-kecamatanlain. “Bapak lihat sendiri, hutan di sini samasekali habis,” tuturnya sambil menuding bu-kit-bukit gundul sekeliling desanya.

Saat itu, urainya, ekonomi Badau me-ningkat dengan sangat pesat. Banyaknyawarga setempat yang bekerja di sektorperkayuan, baik itu menjadi pengusaha,pengepul maupun penebang, membuatpendapatan warga melonjak. “Banyakwarga bisa membeli kendaraan roda empatdan barang-barang elektronik mahal lainnya.Sekarang bekasnya pun masih ada. Bapaklihat sendiri di Badau ini banyak sekali mobilsekelas Pajero dibiarkan teronggok rusak.Itu mobil-mobil peninggalan jaman illegallogging dulu,” tuturnya.

Sekarang, keadaannya berbalik 180 de-rajat. Begitu illegal logging diberantas olehpemerintahan Presiden Yudhoyono, cu-kong-cukong kayu yang kebanyakan war-ganegara Malaysia kabur. Warga setempatmenghentikan aktivitas pembalakan liar,namun yang terjadi banyak di antara merekayang kemudian menjadi penganggur. Akti-vitas perekonomian yang semula sangat ter-gantung pada bisnis kayu ilegal, secara dras-tis melambat dan kemudian berhenti total.“Sekarang jangankan toko, warung nasipun jarang yang buka karena yang beli tidakada,” kata Florensius.

Maka jadilah Badau sebagai desa mati,kembali seperti jaman baheula. Adapun ke-hidupan perekonomian masih dapat ber-denyut karena masih ada ringgit yang di-bawa pulang para pelintas batas dari kebun-kebun sawit negeri tetangga.

Tergantung Negara TetanggaKepala Sub-Bidang Perencanaan dan

Pemberdayaan Daerah, Badan PerencanaanPembangunan Daerah (Bappeda) Kaliman-tan Barat Sahat Sinaga, dalam WorkshopPembangunan Daerah Perbatasan di Ponti-anak beberapa waktu lalu menyatakan,kondisi masyarakat di perbatasan KalimantanBarat dengan Sarawak, Malaysia jauh ter-tinggal. Perekonomian di daerah sepanjangsekitar 800 kilometer kini nyaris semuanyadikuasai pengusaha-pengusaha Malaysia,sementara perekonomian warga setempattak berkembang.

"Penguasaan" bukan berarti para pe-ngusaha Malaysia melakukan ekspansi kewilayah Indonesia, akan tetapi berupa ke-tidakmampuan warga setempat untuk me-ngelola ekonomi mereka sendiri secara swa-karsa dan swasembada, yang pada akhirnyamembuat ketergantungan mereka terha-dap barang dan jasa asal negeri jiran sangattinggi. Jangankan bahan pokok, sekadar bu-tuh korek api pun mereka harus membelidari Malaysia.

“Tidak berkembangnya ekonomi daerahperbatasan di Kalbar karena beberapa wak-tu lalu pendekatan yang dilakukan hanyadari aspek keamanan. Pendekatan ini mem-

Siang terik yangberdebu, Desa Nanga

Badau tampak sepertidesa mati. Senyap. Tak

tampak kendaraan berlalu-lalang. Di rumah-rumah

panggung yang bertebarandi kanan-kiri jalan hanya

tampak beberapaperempuan dan anak-anak

sedang duduk sambilmencari kutu. Mengapa

suasana begitu sepi?

Pertanyaan itu segera menyergap,saat KomunikA menyusuri NangaBadau, Kec Badau, Kab KapuasHulu, Kalbar, bulan September lalu.Maklum, dua tahun lalu suasana

desa di perbatasan RI-Malaysia itu begitumarak oleh aktivitas manusia. Dulu warung-warung nasi berjubel pembeli, pasar ramai,kendaraan baik roda empat maupun rodadua hilir mudik di jalanan. Tapi kini suasa-nanya begitu berbeda. Selain sunyi, jugatak tampak laki-laki nongkrong atau berak-tivitas. Ke mana para lelaki pergi?

“Bapak sedang bekerja di kebun sawit,”kata seorang ibu yang sedang mencari kuturambut anaknya, saat KomunikA menanya-kan apakah suaminya ada di rumah.

Tuntas sudah pertanyaan mengapa sua-sana Nanga Badau di siang hari tampak se-perti “desa janda.” Rupanya hampir semualelaki di desa itu bekerja di kebun kelapasawit. Tapi jangan salah, mereka bekerjabukan di wilayah Indonesia melainkan diSerawak, Malaysia.

Pertanyaan lain segera menyergap: Me-ngapa harus ke Malaysia, apakah di Badautidak cukup tersedia lapangan kerja se-hingga mereka berbondong-bondong me-lintas batas?

Napsih (25), ibu yang sedang mencarikutu itu, menggelengkan kepala saat Ko-munikA mencoba menanyakan perihal ke-tersediaan lapangan pekerjaan di desanya.

“Tidak ada lapangan kerja di sini. Se-menjak para tauke kayu meninggalkan desaini setahun lalu, ekonomi Badau seperti ter-henti. Warung-warung tutup, pasar sepi.Uang sangat sulit didapat, sehingga ketikakebun kelapa sawit di sebelah (maksudnyanegara tetangga Malaysia—Red) membukalowongan pekerjaan, hampir seluruh lelakidi desa ini mendaftarkan diri dan diterima,”ujar perempuan asli Jawa Tengah ini.

Banyaknya warga yang bekerja di kebunkelapa sawit di Serawak Malaysia itu dibe-narkan Sekretaris Kecamatan Badau, Flo-rensius Kanyan.

"Setelah pembalakan liar di KecamatanBadau berhenti, banyak warga yang alih pro-fesi menjadi buruh harian di kebun kelapasawit Malaysia," ujarnya.

Ia bercerita, beberapa tahun sebelumpemerintahan Presiden Susilo Bambang Yu-

buat aspek kesejahteraan masyarakat men-jadi terabaikan,” katanya.

Diakui Sahat, pendekatan keamanan me-mang sudah berakhir seiring dengan tum-bangnya rezim Orde Baru, namun kegiatanperekonomian di daerah perbatasan justrusemakin memprihatinkan. Perdagangan ilegalmerajalela tanpa bisa dicegah. Begitu punpenyelundupan mengalir deras dari Malaysia,yaitu berupa barang kebutuhan sehari-harimaupun dari Indonesia berupa hasil hutandan pertanian. Ketergantungan masyarakatperbatasan Kalbar kepada Malaysia menjaditinggi, karena mereka mendapatkan suplaibarang-barang kebutuhan dari sana.

“Pihak yang paling dirugikan adalah Kalbar,karena hampir semua kekayaan hutan di dae-rah ini diperdagangkan secara ilegal. Dari Ke-camatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu sa-ja, dulu setiap hari ada sekitar 130 truk ber-muatan kayu dan melalui Entikong, Kabupa-ten Sanggau, ada sekitar 100 truk bermu-atan kayu yang diselundupkan ke Malaysia.Sementara nyaris seluruh kebutuhan pokokdisuplai melalui 'jalan-jalan tikus' dari Malaysia,”ujarnya.

Kendati sekarang illegal logging sudahberhenti, toh bukan berarti ketergantungankepada negara tetangga Malaysia ikut ber-henti. Justru kekosongan aktivitas perda-gangan telah membuat masyarakat setem-pat makin tergantung kepada Malaysia. Ba-yangkan, untuk mendapatkan bahan ma-kanan pokok seperti beras, gula, BBM danbarang konsumsi lainnya, masyarakat Badaumembeli dari Lubok Antu, Serawak.

“Jaraknya lebih dekat dan transporta-sinya lebih lancar,” kata Kutjai Apin, wargaBadau. “Jika membawa dari ibukota kabupa-ten Kapuas Hulu, Putussibau, selain jaraknyalebih jauh, harganya juga lebih mahal.”

Tak pelak, di sektor ekonomi ini negaratetangga lebih dilirik daripada negara sendiri.Lebih-lebih setelah belakangan ini makin ba-nyak warga Badau bekerja di perkebunan-perkebunan kelapa sawit Malaysia, secaraekonomis ketergantungan mereka terhadapnegara tetangga juga semakin tinggi.

“Kebanyakan ketertarikan warga Indo-nesia untuk bekerja di Malaysia adalah karenagaji yang lebih besar. Sebenarnya hanya se-kitar 200-500 ringgit sebulan, tapi kalau diru-piahkan jumlahnya menjadi besar,” kata Wija-yakusuma, peneliti senior di Universitas

Mengharap Hujan Emasdi Negeri Sendiri

Tanjungpura, Pontianak di sela-sela SeminarPenge-lolaan Isu Publik Daerah Perbatasandi Hotel Red Top Pecenongan Jakartapertengahan Desember lalu.

Hal yang sama terjadi di Nunukan danMalinau, Kaltim. Di dua kabupaten yang ber-batasan dengan Sabah Malaysia ini, keter-gantungan warga RI secara ekonomis ter-hadap negara tetangga terlihat dengan ba-nyaknya mata uang Ringgit Malaysia (RM)yang beredar di pasaran. Karena transaksilebih sering terjadi dengan pihak Malaysia,maka konsekuensinya RM lebih banyak diper-gunakan daripada rupiah.

"Saya kira, semua tak akan terjadi jikapemerintah terus membangun wilayah per-batasan, sehingga kondisinya bisa seimbangdengan negara tetangga," kata Wijaya.

Benar apa yang disampaikan PresidenYudhoyono, bahwa kawasan perbatasanmestinya tidak lagi dilihat sebagai bagianbelakang negara Indonesia, tetapi sebagaiwajah Indonesia. Oleh karena itu, tak adacara lain, pemerintah memang harus mem-berikan perhatian yang sungguh-sungguhagar ketimpangan sosial ekonomi dengandaerah lain dapat diatasi.

Memang ada pepatah lebih baik hujanbatu di negeri sendiri, daripada hujan emasdi negeri orang. Akan tetapi yang menjadiharapan semua orang tentu hujan emas dinegeri sendiri. Betul nggak, friend? (g)

Ekonomi Perbatasan

Lain lubuk, lain ikannya. Lain ladanglain pula belalangnya. Demikian pulakeadaan di Badau, Nunukan danMalinau, sangat berbeda jika diban-

dingkan dengan yang terjadi di Belu danAtambua, Nusa Tenggara Timur. Jika di Ba-dau ketergantungan warga Indonesia ter-hadap produk barang dan jasa dari negaratetangga sangat tinggi, maka di Belu danAtambua justru terbalik, warganegara te-tangga (Timor Leste) yang secara ekonomisangat tergantung kepada RI.

"Bahkan pejabat Timor Leste dalam se-buah forum pernah meminta warga NTTuntuk membantu ekonomi Timor Leste,"kata Prof. Dr. Alo Liliweri,MS, staf pengajarUniversitas Nusa Cendana, Kupang dalamSeminar Pengelolaan Isu Publik DaerahPerbatasan di Hotel Red Top PecenonganJakarta.

Menurut Prof Alo, aktivitas perdagang-an terutama jual-beli bahan kebutuhanpokok di perbatasan RI - Timor Leste me-mang 'dikuasai' oleh pedagang-pedagangIndonesia. "Hanya sayangnya, aktivitas pa-sar legal lintas negara kalah ramai dibanding-kan dengan pasar gelap," imbuh Alo.

Salah satu sebab mengapa aktivitas per-dagangan lintas negara marak terjadi di Belu

Lain Badau, Lain Belu

Kondisi warga perbatasan Kalbar-Malaysia diKec Entikong, butuh perhatian serius.

Stasiun pengisian BBM Lubok Antu, Serawak, Malaysia. Sebagian warga Kec Badau KabKapuas Hulu Prov Kalbar lebih suka membeli BBM dari sini.

dan Atambua adalah karena adanya persa-maan suku, bahasa, budaya dan hubungankekerabatan antara warga Timor Leste de-ngan warga NTT.

Pantauan Tim Pengelolaan Isu AktualDaerah Perbatasan BIP di lapangan,Departemen Komunikasi dan Informatikahampir seluruh barang yangdiperdagangkan di wilayah Timor Lesteberasal dari NTT. Pedagang antusias me-masukkan barang ke Timor Leste karenabisa menangguk keuntungan besar. Mak-lum harga barang-barang di Timor Lestesangat mahal. Bahkan untuk komoditasseperti BBM dan bahan kebutuhan pokok,harganya bisa naik tiga kali lipat dibanding-kan dengan harga di Belu atau Atambua.

"Imbasnya, aktivitas perdagangan ge-lap BBM dan bahan pokok banyak terjadi.Upaya pemberantasan penyelundupansudah sering dilakukan, namun sejauh inibelum menunjukkan hasil maksimal," kataKepala Badan Informasi dan KomunikasiProv NTT, Drs Umbu Saga Anakaka MM.

Tak pelak, tindakan tegas pemerintahuntuk mengatur daerah perbatasan mut-lak diperlukan. Jika tidak, perbatasan bisamenjadi pintu keluar-masuk barang ilegal,termasuk senjata api dan narkoba. (g)

Foto

: G

un

Foto

: G

un

Page 6: komunika 20 2006

Edisi 20/Tahun II/Desember 206

LAPORAN UTAMA

Kawasan perbatasan sebagai bataskedaulatan suatu negara secara

universal memiliki peran strategisdalam penentuan kebijakan

pemerintah baik untuk kepentingannasional maupun hubungan antar

negara (internasional). Secarageografis, posisi RI yang diapit oleh

dua benua dan dua samudera,mempunyai batas wilayah

internasional dengan 10 negaratetangga.

Perbatasan langsung atau darat terdiri dari tiganegara yaitu Malaysia, Timor Leste, dan Papua NewGuinea (PNG). Sedangkan batas laut wilayah(teritorial), landas kontinen dan Zone Ekonomi Eks-

klusif (ZEE) meliputi 10 negara yaitu India, Thailand, Ma-laysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, PNG, Timor Lestedan Australia.

Sejauh ini, situasi perbatasan sangatlah kompleks, ba-

nyak permasalahan batas wilayah antar negara baik batasdi darat maupun di laut yang membutuhkan perhatian lebihbaik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.Berbagai kebi jakan dan pendekatan, be lum b isamenuntaskan permasalahan yang ada.

Mulai kasus penyelundupan barang dan hasil bumi sam-pai penyelundupan manusia; dari suap menyuap sampaipelanggaran kekerasan fisik yang serius; perampasan tanahsampai konflik komunal; dari aktivitas ekonomi terbuka ataupasar untuk menjual komoditas yang dibutuhkan dalamkehidupan sehari-hari, sampai aktivitas yang sifatnya ter-tutup seperti transaksi seks, perjudian, bahkan sampai per-dagangan manusia serta gangguan keamanan.

Tentunya banyak faktor yang menjadi penyebabnya,selain faktor geografis yang membuat kawasan perbatasanumumnya relatif terpencil serta kurang memiliki dukunganfasilitas publik yang kurang optimal, lantaran secara demo-grafi jumlah penduduk yang mendiami kawasan tersebutrelatif minim.

Selain itu bisa jadi pelayanan publik yang wajib dise-diakan pemerintah seperti bidang kesehatan dan pendi-dikan pun acapkali belum dapat diterima secara optimaloleh warga negara di kawasan perbatasan lantaran keter-batasan sumber daya manusia dan keterbatasan penda-naan. Bayangkan, untuk menjangkau Kecamatan Badau,Kab Kapuas Hulu, Kalbar, membutuhkan waktu hampir 20jam perjalanan darat dari Pontianak. Sementara jika melaluijalan udara melalui ibukota kabupaten, Putussibau, dibu-tuhkan biaya sekitar Rp700 ribu, dan tidak setiap hari adajadwal penerbangan.

Padahal sejatinya, kawasan perbatasan memiliki potensibesar dan memiliki prospek yang menguntungkan untukdikembangkan bagi kepentingan pertahanan keamanan,pengembangan perekonomian dan berbagai kasus khususterkait dengan permasalahan hubungan antar warga ne-gara. Hal terakhir inilah yang menjadi krusial di kawasanperbatasan darat langsung. Berikut ini kisah dari empatkawasan perbatasan langsung darat yang menjadi lokasiPengelolaan Isu Aktual Daerah Perbatasan oleh Pusat Pe-ngelolaan Pendapat Umum, Badan Informasi Publik Depar-temen Komunikasi dan Informatika.

Dari Patok Batas NasionalismeHingga Layanan Publik

Kawasan perbatasan di Kalimantan Barat mendapatsorotan pemerintah terutama di bidang pembangunan sa-rana telekomunikasi. Tahun ini, pemerintah mengalokasikan

26 juta Euro untuk pembangunan stasiuntelevisi dan program komputer sekolah

perbatasan, serta 8 ribu desa-desa pe-dalaman yang tersebar di nusantara.

Ketertinggalan kawasan per-batasan antar negara diakui

Menteri Komunikasi dan Infor-matika (Menkominfo), SofyanA Djali l. Dicontohkannya,kondisi perbatasan Kalbar-Sa-rawak sangat kontras. “Siarantelevisi Indonesia sangat sulitdidapatkan di Kawasan per-batasan. Pada sisi lain, siarantelevisi Malaysia justrumasuk dan menguasai si-aran sepanjang per-batasan,” jelas Men-kominfo.

Kasus-kasus laindi kawasan per-batasan selamaini menyangkutpe langgaran

p r o s e d u r

keimigrasian (pelintas batas secara ilegal), penyelundupan barang/orang, pencurian sumber daya alam, terutama di kawasan yang sulit/jauh dari jangkauan pengawasan. Hal ini bisa jadi diakibatkan pulaoleh adanya kenyataan masih sederhananya tanda-tanda (patok)batas daerah, sehingga dengan mudahnya orang-orang yang tidakbertanggung jawab memindahkan posisi atau merusaknya karenasemata-mata mereka ingin mencari keuntungan dengan mengabaikanrisiko melanggar kedaulatan suatu negara.

“Secara khusus, dari aspek komunikasi selama ini masyarakat per-batasan memang jauh lebih mengenal pemerintah dan kebijakannegara tetangga, sebagaimana terjadi di Kalimantan Barat,” kataDrs Wijaya Kusuma MA, peneliti senior di Universitas Tanjungpura,Pontianak.

Mulai 2006, Pemerintah Kabupaten Sintang terus meningkatkanpembangunan infrastruktur pendidikan di kawasan perbatasan,seperti pembangunan SMPN Jasa dan SMPN Nanga Bayan KetungauHulu. “Upaya ini jelas akan mempengaruhi keterikatan warga kawasanperbatasan terhadap NKRI pula,” cetus Wijaya.

Secara umum, lanjut Wijaya, perhatian pemerintah kepada ka-wasan perbatasan terkesan dengan pendekatan keamanan (securityapproach) dalam arti sempit. Belum sepenuhnya mempertimbangkanaspek kesejahteraan masyarakat,” ungkap pengajar FISIP Untan ini.

Sejalan dengan logika ini, Wijaya menyarankan adanya pende-katan prosperity/development approach pada tingkat nasional, atau-pun regional development approach pada tingkat kawasan agar lebihmeningkatkan kualitas sumber daya manusia di kawasan perbatasan.

“Tokoh acuan seperti ketua adat, selama ini masih sangatdihormati dan memegang peranan sentral di lingkungan masyarakatperbatasan Kalbar,” kata Wijaya. Potensi ini merupakan hal besaryang bisa diberdayakan oleh pemerintah daerah maupun pusat gunamengembangkan berbagai kebijakan pengelolaan kawasanperbatasan.

Menurut Ir Sukaliman, dari Badan Komunikasi dan Informasi Pro-vinsi Kalimantan Barat, paradigma penanganan kawasan perbatasansudah diubah dari pendekatan keamanan ke kesejahteraan.

“Kita telah mengembangkan empat wilayah pembangunan. Kamimenyebutnya dengan BDC (Border Development Centre). Kita akanbangun sekolah-sekolah unggulan, membangun rumah susun di ka-wasan perbatasan, dan mengembangkan KIM (Kelompok InformasiMasyarakat--red) di 5 kabupaten,” terang Sukaliman.

Saat ini ada 28 KIM di wilayah perbatasan yang diharapkan menjadisarana akses pemerintah untuk kegiatan sosialisasi kebijakan maupunpenyerapan isu publik. “Sampai saat ini, kami sudah memberikanbantuan kepada tiga radio komunitas di tiga kabupaten kawasanperbatasan,” imbuh Sukaliman.

Belajar dari Pengalaman Sipadan-LigitanKawasan perbatasan di Kalimantan Timur merupakan kawasan

yang terletak di sepanjang kawasan perbatasan antara Negara Repu-blik Indonesia dengan Negara Malaysia Bagian Timur (Sabah danSerawak).

“Ketertinggalan dengan negara tetangga secara sosial maupunekonomi dikhawatirkan dapat berkembang menjadi kerawan yangbersifat politis secara jangka panjang. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah percepatan pembangunan melalui pengelolaan kawasanperbatasan untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara te-tangga,” kata Bernardus Saragih PhD, dari Lembaga Penelitian Univer-sitas Mulawarman. Memang permasalahan perekonomian sangat me-ngedepan di kawasan perbatasan di Kalimantan Timur ini, lantarantingginya harga kebutuhan sehari-hari dan keterbatasan peluangkerja.

Hal ini diakui juga oleh Nurdin Ar MSi, Kepala Biro Umum SekretariatDaerah Provinsi Kalimantan Timur, yang menggambarkan bahwapusat-pusat pertumbuhan ekonomi realatif jauh dari pemukiman ma-syarakat di perbatasan. “Sehingga migrasi penduduk ke daerah yangberpotensi ekonomi tak terhindarkan dan pada gilirannya menga-kibatkan kawasan perbatasan tidak semakin terjaga oleh masyarakat.Terutama dengan telah terbentuknya Kabupaten Malinau me-ngakibatkan perpindahan pejabat dan pendidik dari kawasan per-batasan atau terpencil ke daerah kota, seperti Malinau," jelasnya.

Pemerintah daerah pun tengah mengupayakan cara untukmengu-rangi perpindahan penduduk tersebut dengan membangunpusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru seperti pembukaan isolasiper-hubungan dan komunikasi. ”Namun, kendala utama pemerintahada-lah panjang wilayah perbatasan. Sementara itu, beberapakawasan perbatasan adalah daerah pemekaran. Tentu saja memilikiketer-batasan sarana prasarana pelayanan publik,” imbuh Nurdin.

Hal senada ditegaskan Saragih, “Lebih dari 80 persen kawasanperbatasan berupa taman nasional, hasil kesepakatan internasionaltempat tersebut merupakan plasma hijau dunia. Tentu akan banyakyang protes jika dijadikan wilayah kelapa sawit,” kata dosen FakultasKehutanan ini.

Pengembangan kawasan perbatasan memerlukan suatu pola ataukerangka penanganan yang menyeluruh, meliputi berbagai sektordan kegiatan pembangunan serta koordinasi dan kerjasama yang

Foto

: Ric

h

Page 7: komunika 20 2006

Edisi 20/Tahun II/Desember 2006 7

efektif dari mulai Pemerintah Pusat sampai ke Kabupaten/Kota.

Cerita dari Tetangga Negara TermudaPermasalahan pembangunan di kawasan perbatasan

dengan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) tidaksaja menjadi masalah lokal namun juga oleh pemerintahpusat. Sebab, kawasan perbatasan ini relatif belum lamatercipta. Secara garis besar, upaya pembangunan danpengembangan kawasan perbatasan NKRI-RDTL di Kabu-paten Belu terbagi dalam tiga fase, yaitu pertama FaseTanggap Darurat, kedua Fase Peralihan dan ketiga FasePengembangan.

Fase pertama dan kedua telah dilewati, dan sejak ta-hun 2002 hingga kini telah masuk fase ketiga yang ditandaidengan upaya percepatan pembangunan kawasan per-batasan.

Permasalahan pelintas batas dan perdagangan illegalsangat mengedepan di kawasan perbatasan Indonesiadengan negara termuda di dunia, Timor Leste. Secaraumum persepsi masyarakat terhadap kawasan perbatasancukup baik karena mereka mengetahui dan memahamisecara benar eksistensi kawasan perbatasan yang merekadiami, apalagi didukung oleh faktor kesamaan etnis antarawarga di perbatasan.

“Ada prinsip yang berkembang diantara orang Timor,kami bukan pelanggar perbatasan, tapi perbatasanlahyang melanggar kami. Karena sejak dahulu kami tidakmengenal perbatasan,” kata Profesor Dr. Alo Lilweri dariUniversitas Nusa Cendana, Kupang.

Persoalan kultural memang salah satu hambatan besardalam penanganan masalah perbatasan, namun demikianmelihat pada kenyataan dan permasalahan yang ada dikawasan perbatasan yang cukup beragam dan memilikikarakteristik tersendiri, maka kehadiran dan peranan pe-merintah sangat urgen dan memiliki nilai tersendiri. Sebagaibagian dari komunitas masyarakat Indonesia, masyarakatdi kawasan perbatasan.

Tidak bisa diingkari bahwa untuk membuat kebijakanpemerintah yang berbasis kebutuhan masyarakat, mutlakdiperlukan informasi yang memadai tentang dinamika ke-hidupan masyarakat perbatasan itu sendiri.

Apa saja yang diperbincangkan masyarakat dalam pola-pola komunikasi interpersonal mereka (terutama me-nyangkut masalah-masalah ekonomi, sosial dan budaya),bagaimana mereka bersentuhan dengan media massa,bagaimana tingkat keterbukaan masyarakat terhadap hal-hal baru dan sebagainya, merupakan informasi dasar yangharus diketahui oleh pemerintah sebelum membuatkebijakan.

Suatu kebijakan dibuat karena adanya masalah yangdirasakan dan dialami oleh masyarakat secara luas. Kejelianpemerintah menangkap gejolak yang menjadi masalahmasyarakat luas itulah yang merupakan prasyarat untukmembuat kebijakan yang tepat sasaran. Satu hal pentingyang tidak dapat diabaikan yaitu partisipasi masyarakat.

Tanpa adanya partisipasi masyarakat maka kebijakanatau program kerja pemerintah menjadi tidak bermakna.“Dukungan dari masyarakat hanya bisa didapat jika pe-merintah (sebagai pembuat kebijakan) mengetahui secarapasti bagaimana masyarakat memperlakukan informasiyang ada serta komponen-komponen sistem sosial apasaja yang akan mempengaruhi keterlibatan mereka,” kataProf. Dr. Alo Liliweri.

Tapal Batas Bumi CenderawasihPerbatasan wilayah negara Indonesia dan PNG yang

membentang dari Pantai Utara sampai Selatan Papua (Ja-yapura-Merauke) berjarak kurang lebih 780 Km melintasikota dan kabupaten-kabupaten: Jayapura, Keerom, Pegu-nungan Bintang, Boven Digoel dan Merauke. Kota Jaya-pura dan kabupaten Merauke lebih terbuka akses hu-bungan antara PNG dan Indonesia karena telah terhubungdengan jalan darat yang cukup memadai serta melaluitransportasi laut dengan menggunakan motor tempel.

Masalah kawasan perbatasan yang dihadapi di In-donesia bagian Barat berbeda dengan di wilayah Indonesiatimur. Di Indonesia bagian Barat, masalahnya lebih kepadaperubahan ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Merekalebih banyak mencari nafkah di negara tetangga (Kali-mantan dengan Malaysia, Brunai Darusalam), yang me-mang lebih banyak menyediakan lapangan pekerjaan danmemberi jaminan kesejahteraan ekonomi lebih baik.

Sebaliknya di bagian Timur Indonesia, khususnya pro-vinsi Papua dan PNG lebih banyak mengenai faktor kea-manan. “Masyarakat perbatasan pergi ke PNG karena fak-

tor hubungan keke-rabatan (keluarga) danmasalah hak atas tanah(hak ulayat). Jika diban-dingkan dengan kondisi dinegara tetangga, dalamaspek ekonomi, kenya-manan, pendidikan, kese-hatan, jelas lebih baik diIndonesia,” kataJohannes Krey,SH Ketua Lem-baga Pengab-dian Kepada Ma-syarakat Univer-sitas Cenderawasih, Jaya-

pura.Pemerintah se jatinya sudah dan terus mela-kukan

pembangunan d i segala b idang, sa lah satunya ada lahpembangunan Jalan Trans Irian yang dibangun sejajar dengankawasan perbatasan sehingga masyarakat di sepanjangperbatasan mulai kembali untuk mendiami kampung-kampungyang ditinggalkan sebelumnya.

Selain itu pemerintah menempatkan transmigran di sepanjangJalan Trans Irian yaitu di Arso, Sota dan Muting.Penaman modal juga telah membuka agrobisnis (kelapasawit) dan pabrik tripleks di Asiki Kabupaten BovenDigoel yang membuka isolasi di wilayah perbatasan.

Usaha-usaha pemerintah maupun pengusaha disepanjang perbatasan Merauke mendapat sambutandari masyarakat untuk turut serta dalam pembangunan dalambentuk pemukiman sukarela d i daerah-daerah proyekpembangunan sekaligus bekerja di proyek pem-bangunantersebut. Sebab nampaknya di PNG tidak memberi akseskehidupan yang baik sehingga masyarakat perbatasan lebihcenderung untuk ke Indonesia.

Pekerjaan BersamaSementara itu Riwanto Tirtosudarmo PhD dari Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengingatkan kembalipenanganan masalah kawasan perbatasan. “Secaraumum, mungkin masalah yang muncul di Kalimantanadalah masalah ekonomi. Papua adalah masalahkeamanan dan politik. Karena itu, karakteristik masalahperbatasan harus dilihat dulu, lantas bisa dipe-cahkan. Namunyang penting adalah pengelolaan opini publik di kawasanperbatasan,” tegas peneliti kawasan perbatasan ini.

Berlainan dengan Negara Jepang dan Korea yang masyarakat-nya homogen, Indonesia merupakan negara multietnis. Karenakeberadaan kelompok masyarakat berperan cukup penting se-bagai benteng hidup keutuhan negara, maka kurangnya perhatiannegara terhadap mereka, dapat menimbulkan masalah tersendiri.

Bagaimanapun, permasalahan yang ada di kawasan perbatasansangatlah beragam. Tak urung, Presiden Yudhoyono pernah me-negaskan bahwa kawasan perbatasan harus dilihatsebagai bagian depan bangsa Indonesia,sehingga mestidikelola secara baik untuk mengantisipasi tindakkejahatan lintas negara dan mengejar ketertinggalandengan negara lain.

”Dalam persoalan kawasan perbatasan ada dua konsep besar,yakni political geography dan human teritoriarity, ” kata ProfesorSjafri Sairin PhD dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Persoalannya kemudian, me-nurut Sjafri adalah bagaimanamembuat secara jelas agar political tidak mengganggu human.Ia lantas mencontohkan bagaimana perkembangan di Uni Eropaitu sangat menarik, ketika orang bi-sa melintas batas sedemikianmudah agar terbangun human relation yang bagus. ”Ini pekerjaanrumah yang perlu dipikirkan pemerintah,” tegas Sjafri.

Di sisi lain, kawasan perbatasan darat merupakan jalan yangmudah diakses penduduk kedua pihak. Sebagai contoh, kawasanIndonesia berbatasan dengan Malaysia di Kalimantan, Papuadengan Papua Niugini, dan sekarang dengan Timor Timur di TimorTengah Utara, Timor Barat, NTT. Masyarakat yang berdiam dikawasan perbatasan dapat berhubungan langsung dengan ne-gara tetangga tanpa melalui prosedur yang ketat, karena melewatijalur darat langsung dan sebelumnya telah ada lalu lintasperdagangan tradisional yang sudah lama berlangsung danmempengaruhi dinamika kehidupan sosial-budaya di kawasan

perbatasan.Karenanya perlu disusun upaya yang strategis dan sis-

tematis untuk penanganan dan antisipasi potensi separatismedan potensi gangguan keamanan di kawasan perbatasan.Pada tahapan awal, upaya ini dapat dilakukan denganmengkaji isu-isu apa sajakah yang menjadi perhatian publikatau masyarakat kawasan perbatasan terkait dengan kebi-jakan pembangunan nasional dan kebijakan pembangunandaerah. Dua hal ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuanmemberikan kerangka dasar dan acuan pengambilan kebijakanuntuk pengelolaan kawasan perbatasan.

Untuk mengelola isu publik di kawasan maka menurut DrSutarto MA dari Universitas Jember, hal yang paling berperanadalah kebudayaan. “Lihat saja gasing dari local identity men-jadi sebuah kebudayaan nasional. Tanpa adanya perekat bu-daya maka akan kacau. Untuk mengkaji dan memahami masa-lah yang ada di sekitar maka harus ada perkembangan budaya,”kata Sutarto. Pendekatan budaya dalam pandangannya salahsatu cara penyelesaian dari masalah-masalah yang ada dimasyarakat agar tidak ada kesenjangan di masyarakat dalamapresiasi terhadap peradaban. (mth)

Drs Wijaya Kusuma MA

Ir B Saragih MSc PhD

Prof Dr Alo Liliweri MS

Johannes Krey SH

Foto

: Joh

anne

s Kr

eyFo

to: M

th

Page 8: komunika 20 2006

8 Edisi 19/Tahun II/Desember 2006

KOMUNIKA WAWANCARA

Foto

: D

anDulu, diakui atau tidak, kawasan perbatasan kerapdianggap sebagai ruang belakang alias mendapatperhatian paling bontot dari pemerintah. Kiniparadigma tersebut telah banyak berubah, banyak

program Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yangtelah berjalan di wilayah yang berbatasan daratan langsungantara Indonesia dan negara-negara tetangga.

Sebut saja program teve perbatasan yang sudah ber-langsung sejak tahun 70-an. Dulu, dengan perangkat se-derhana semisal antena penerima frekuensi, kesadaran men-jaga kawasan perbatasan dari terpaan informasi negeritetangga telah terbangun.

“Apapun programnya, tujuan utama adalah mendekatkanmasyarakat kawasan perbatasan kepada NKRI (NegaraKesatuan Republik Indonesia – red),” jelas Rustini S Kayatmo,peneliti yang bertugas di Pusat Penelitian Elektronika danTelekomunikasi (PPET) LIPI, Bandung.

Alumni Teknik Elektro ITB ini bersama beberapa orangpeneliti PPET lain telah menggagas teve dan radio perbatasanber-budget minim. Reporter KomunikA berkesempatan me-wawancarai peneliti senior LIPI ini di kantornya di kawasanCisitu, Bandung. Berikut adalah petikan wawancaranya :

Teve perbatasan, sebenarnya program seperti apa?Jadi LIPI punya program kompetitif. Program-program

unggulan hasil penelitian yang sudah siap diimplementasikan.Pengujiannya sudah lama dan siap digunakan di masyarakat.Nah, salah satu subprogramnya adalah wilayah perbatasan.Di bawah subprogram ini ada bermacam-macam kegiatanpene-litian. Ada penelitian sosial politik, kajian rekayasateknologi, rancang bangun, macam-macam lah. Kalau yangkami ta-ngani di Pusat Penelitian Elektro dan Telekomunikasi,untuk perbatasan hanya ada dua, teve dan telepon radio.Kalau untuk daerah perbatasan sendiri, sebenarnyaprogramnya banyak. Ada solar cell (pembangkit listrik tenagamatahari--red) dan lainnya.

Di daerah perbatasan, apa yang LIPI lakukan?Kami baru menjamah Kalimantan dan NTT. Papua mungkin

2008. Secara garis besar kami melakukannya dengan berta-hap. Pertama, masuk dengan Teknologi Tepat Guna (TTG)di bidang pertanian, perikanan dan semisalnya. Kemudianakan terdeteksi kebutuhan masyarakat lainnya semisal, pene-rangan, transportasi, pengolahan es dan lainnya.

Sejak kapan program ini berjalan?Sebenarnya program teve perbatasan sudah ada sejak

zamannya LEN (Lembaga Elektroteknika Nasional-red), badansebelum ada LIPI. Kalau tidak salah sekitar tahun 1976-an.Tapi frekuensi yang digunakan masih VHF (very high fre-quency). Kemudian sejak LIPI lepas dari LEN, penelitian itudibawa mereka, jadi PT LEN Industri, perusahaan BUMN.

LIPI masih ikut meneliti juga?Kami yang tetap di LIPI mulai meneliti pemancar UHF

(Ultra High Frekuency). Penelitian dilakukan sejak tahun2000, tapi implementasinya baru mulai 2003.

Dari tahun 1976 sudah berapa banyak yang ter-pasang?

Wah tidak tahu, sejak LEN masuk BPIS (Badan Penge-lolaan Industri Strategis), kami tidak tahu lagi. Seingat saya,kurun 1976-1980 lebih dari 300 unit pemancar teve VHFyang terpasang. Tapi bukan di daerah perbatasan.

Lantas?Pemasangannya bisa dipakai di mana saja. Tapi kemudian

penerapannya kami ikutkan di program perbatasan. Tapiperangkatnya sendiri tidak menutup kemungkinan dapat di-gunakan di tempat lain. Di daerah blank spot, desa terpencildan lainnya.

Pemancar UHF LIPI, berapa banyak yang telahterpasang?

Pada tahun anggaran 2003 dan 2004 relay pemancardipasang di Belu NTT, 50 watt; Rote Ndao, 100 watt. JugaTahun 2005 di Timor Tengah Utara (TTU) NTT tepatnya dikota Kefamenanu dengan kemampuan daya pancarnya se-besar 100 Watt dua kanal. Di Bangka Induk – Babel, 100dan 300 watt, Bontang – Kaltim, 300 watt. Pada 2006 ini,kami pasang di Nunukan – Kaltim dan Aikesak – NTT.

Bagaimana proses pemasangannya?Pada tahap perencanaan, kami lakukan survei lapangan

untuk mengetahui perambatan gelombang radio, propagasidan perencanaan pemancar televisi. Survei itu untuk men-dapat data tentang lokasi pemancar, ketinggian lokasi, kondisitanah untuk grounding, frekuensi komunikasi yang ada, co-verage daerah dan mendata sarana dan prasarana yang ada.

Kemudian?Setelah itu kami tentukan berapa kuat daya pancar yang

dibutuhkan untuk meng-cover area tersebut. Ada tiga pilih-an, 50, 100 dan 300 watt. Dicari yang paling ekonomis.

Makin besar, makin luas daya pancarnya?Bisa semakin luas, jika daerahnya datar. Kalau daerahnya

bergunung-gunung, ada faktor lain yang mempengaruhi.Luas daya pancar tergantung pada tinggi tower dan kuatwatt pemancar. Sama kondisi geografis daerah. Alangkahbaiknya pendirian itu berdasarkan geografis yang ada,kemudian kita perhitungkan. Kalau daerahnya tinggi danbergelombang, maka dibutuhkan antena dengan penguatanyang besar. Untuk pemancar pun demikian. Jika 100 watt

dan dipancarkan dengan 4 panel antena, daya yangkeluar akan lebih besar dibanding hanya satu antena.Kalau daerah cakupannya kecil, mungkin satu saja sudahcukup.

Jika diambil rata-rata, berapa luas pancarannya?Mungkin sekitar radius 5-10 km. Radius ya, r (jari-

jari–red) bukan d (diameter-red). Kemampuan meng-cover penduduk dihitung saja berapa populasinya.

Bagaimana prosedurnya jika daerah ingin me-masang alat ini?

Kami tidak mengurus software-nya. LIPI hanyahardware-nya, alat pemancar dan antena saja. Daerahharus menyiapkan menara dan bangunan pengendali.Singkatnya, harus ada infrastruktur yang disiapkan olehpemerintah daerah setempat.

Apa saja?Ruangan, ukuran bebas; menara standar TVRI,

tinggi terserah, tapi biasanya rata-rata 65 meter. Listrikminimal 20 KVA.

Berapa harga untuk satu alat pemancar?Satu paket, pemancar dan antena, harganya kira-

kira Rp200 juta. Itu antenanya hanya 4 buah. Beda

harganya kalau 16 antena. Bisa menangkap dua saluran teve.

Tentang telepon radio?Tujuan sebenarnya memang agar masyarakat perbatasan

bisa bertelekomunikasi. Hanya saja juga diberdayakan sebagaiwartel. Kita pasang di sana, mereka sangat puas. Karena di-berdayakan sebagai wartel jadi pemasukan buat pemda se-tempat juga cukup lumayan. Di sana kan transaksi pakaidolar. Sebulan bisa Rp3 juta.

Telepon radio, barang baru?Ini masuknya telekomunikasi perdesaan atau rural com-

munication. Di luar negeri, memang sudah masuk teknologisa-telit. Jadi telepon satelit, komunikasi satelit untuk daerahperdesaan. Kalau di kita, untuk mengadopsi teknologi satelitdi wilayah pedesaan atau perbatasan dari segi teknis memangsangat memungkinkan. Hanya saja biasanya masyarakat didaerah tersebut tingkat ekonominya masih rendah. Sedang-kan untuk charging satelit kan harganya masih sangat mahal.Ini masalahnya. Dulu sebelum kami masuk ke sana, sebenarnyasudah dibangun wartel berbasis satelit. Tapi karena charging-nya sangat mahal. Tidak digunakan. Makanya beralih ke tele-pon radio. Kalau teknologi telepon radio sendiri bukan barangbaru. Teknologi lama, baik di Indonesia maupun internasional.

Murah, memang harganya berapa?Kira-kira bisa 100 jutaan.

Apa efek yang timbul di daerah perbatasan denganadanya program tersebut?

Oo luar biasa, dapat mengendurkan ketegangan. Misalnyasaat piala dunia beberapa waktu lalu, daerah perbatasanramai karena konflik di Timor Leste. Kita setel saluran terse-but, mereka bisa berkumpul bersama dan melupakan sejenakpermasalahan yang ada. Mereka bisa marah kalau saluran itudiganti. Teve itu bisa menjadi hiburan yang menggembirakansekaligus menyatukan.

Hanya untuk informasi pemerintah?Tidak semata informasi, juga hiburan. Memang kami

mengakui, sama seperti efek teve pada segi lainya. Adaefek negatif yang muncul dan ada pula efek positif. Untukmasalah ini, Pemda yang memilih dan menimbang saluranapa yang mau ditayangkan kepada masyarakatnya. Merekayang lebih tahu tentang kebutuhan dan program yang hen-dak dijalankan di daerah perbatasan. Bagi kami tidak masalahsaluran apa yang mereka pilih. Karena sasaran yang kitainginkan agar masyarakat perbatasan merasa dan lebih dekatdengan Indonesia, negerinya. Asupan informasi yang masukdari negeri tetangga itu sangat besar.

Masih ada kontak dengan pemerintah daerah?Tentunya, kalau ada kerusakan, kami yang perbaiki ke

sana. Kami berupaya agar pada 2007 ini, maintenance bisakita alihkan ke pemda setempat. Agar biayanya lebih murah.Jadi kami coba mendidik mereka untuk melakukan sekadarperbaikan. Karena kalau kami (orang pusat-red) yang turun,selain mahal, akan banyak membuang waktu.

Sampai saat ini, ada kerusakan berarti?Sampai saat ini belum banyak terima laporan. Paling ada

kejadian satu tersambar petir. Agak fatal juga, tapi sudahkami perbaiki. Ada lagi masyarakat sendiri yang merusak,gara-gara hal sepele. Alatnya mati, salurannya tidak sesuaidan sebagainya.

Harapan ke depan untuk program perbatasan?Kami berharap informasi sejenis dapat diinformasikan

kepada instansi yang terkait agar programnya lebihterkoordinasi. ***(dan)

Telepon Radio dan Teve Perbatasan LIPI:

Dekatkan Masyarakat PerbatasanDengan NKRIRustini S KayatmoPeneliti Pusat Peneliti Elektronika dan Telekomunikasi LIPI, Bandung

Rustini beserta salah seorang rekan kerja dan perangkat teveperbatasan hasil karya tim peneliti LIPI.

Foto

: D

an

Page 9: komunika 20 2006

9

KOMUNIKA

Edisi 19/Tahun II/Desember 2006

e-gov kilas

RAGAM

Ruang ini disediakan sebagai wadah tukar informasi antar pengelola situs atau portal lembaga pemerintah baik di tingkat pusat atau daerah.Pengelola dapat mengirimkan profil situs yang dikelolanya melalui e-mail: [email protected]

www.balikpapan.go.idMembangun Kreatifitas Bisnis

Untuk membangun Kabupaten Balikpapan denganmemajukan perekonomian adalah dengan memberdayakansemua elemen masyarakat. Mengikut sertakan semua

lapisan masyarakat dalam pembangunan, pemerintah daerahmenyediakan media untuk berpromosi, dan menyediakandata yang dibutuhkan masyarakat umum dan yangterpenting adalah data tersebut dapat di akses denganmudah. Untuk itu dalam situs Pemda Balikpapan, berusahaikut men-support informasi melalui beberapa menu yangdisediakannya.

Beriklan GratisAnda punya usaha dan ingin dipasarkan? Kenapa tidak

mencoba pasang iklan di situs ini. Situs Pemda ini sangatkreatif menghidupkan dinamisasi situs dan membuat interaksipositif. Melalui Bursa Iklan ini selain dapat memasang iklangratis dapat juga melakukan pemesanan barang langsungby online. Untuk bisa memasang iklan harus terdaftar dalamkeanggotaan Bursa Iklan tersebut. Pengiklanan digolongkanberdasarkan beberapa kategori. Selain iklan baris, gambarproduk pun bisa ikut ditampilkan disini. Tapi sayang fasilitasini hanya untuk masyarakat Balikpapan saja, jadi sekiranyapunya usaha di Balikpapan kenapa tidak mencoba memasangiklan gratisan?

Daftar PerusahaanJangan lupa untuk mendaftarkan nama perusahaan Anda

di Pemda Balikpapan. Situs ini membuat beberapa kategori

perusahaan yang ada di Balikpapan. Untuk melihat daftarPerusahaan Komoditi dan perusahaan bergerak dalambidang jasa dapat dilihat disini, yang sudah di-publish dalamsitus ini ada 332 perusahaan. Selain itu jumlah perusahaankontraktor ada 75 perusahaan, 14 daftar hotel, 47 peru-sahaan di bidang lain-lain, 5 BUMN, 102 supplier, dan 4perusahaan surveyor.

Melalui daftar ini sangat memudahkan bagi yangmembutuhkan alamat perusahan yang dituju, selaintercantum alamat juga nomor telepon serta contactperson yang dapat dihubungi.

Koperasi dan UMKMMenu ini akan langsung terhubung ke link http://

kumkm.balikpapan.go.id/ yang menyediakan databaseKoperasi dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)yang berada di Balikpapan.

URL tersebut merupakan kerjasama Pemkab Balikpapandengan Kantor Bank Indonesia Balikpapan sebagai wujudkepedulian Bank Indonesia terhadap perkembanganKoperasi dan UMKM yang berada di Kabupaten Balikpapandan sebagai bantuan teknis untuk Pemkab Balikpapan.

Secara keseluruhan situs ini cukup bagus dan inovatif,dari hasil polling-nya pun terbilang keren. Dukunganinformasi dan fasilitas menu yang disediakan sangat menarik.

(dw)

Namanya sepintas aneh, “Alek Gadang”, pesta adatpernikahan yang hanya ada di Ranah Minangkabau.Tak banyak yang bisa menggelar “resepsi”perkawinan ala Minang ini. Bukan karena status

sosial ataupun semisalnya, melainkan hanya masalahketersediaan biaya.

Untuk menggelar prosesi ini, selain harus melalui prosesyang panjang, jamuan yang disajikan pun tak sembarangan.Ada menu khusus yang harus disajikan kepada para tamuundangan, ya.. minimal sapi dan kerbau harus tersedia.

Tak hanya itu, “Alek Gadang” tak bisa hanya dilakukansehari saja. Sedikitnya butuh 2-3 hari untuk menuntaskansyarat prosesi adatnya. Mulai dari malam bainai, babako,pernikahan, kemudian dilanjutkan dengan pesta. Soalhiburannya pun tak main-main, made in Minang, keseniantradisional seperti Saluang, Talempong, Rabab, Randai danlainnya siap menghibur para tamu selama beberapa hari.

Gelaran DimulaiSebelas pasang pengantin yang berasal dari beberapa

kecamatan di Padang ini termasuk yang beruntung dapatikut ambil bagian dalam pesta adat ini. Terlebih WalikotaPadang Drs H Fauzi Bahar MSi tampil menjadi "orang tua’"dari 11 anak daro (pengantin wanita) dan Wakil WalikotaPadang Drs. H. Yusman Kasim menjadi “orang tua” dari 11Marapulai (pengantin pria) yang mengakhiri masa lajangnya.“Senang, juga tegang,” ucap salah seorang pesertamengungkapkan perasaannya.

“Alek Gadang” yang baru dilakukan serentak dan beramai-ramai serta pertama kali dilakukan dengan biaya Peme-rintahKota Padang ini dimulai sehari sebelum pesta digelar, yaitudengan pesta malam bainai di tempat pengantin wa-nita.Sedangkan para pengantin pria mengikuti prosesi batagakgala di kediaman resmi Wakil Walikota.

Dua ekor sapi berhiaskan umbul-umbul permintaan anakdaro serta tanda bawaan juga diantarkan dengan iring-iringan rombongan pengantin pria menuju rumah “orangtua” anak daro, di kediaman Walikota Padang.

Dalam prosesi adat babako ini juga, disiarkan kaba (kabar)kepada paman dan sanak famili tentang acara pernikahantersebut. Isi dari kaba tersebut, ponakan gadis mereka akanmenikah dengan seorang lelaki yang dicintainya. Dalamprosesi itu juga sanak famili dapat memberikan bantuan baikkerbau, sapi, kambing atau lainnya untuk perhelatan perni-kahan. Tergantung dari kemampuan masing-masing.

Esoknya, acara dimulai dengan nasehat perkawinan dariangku kali yang dilanjutkan dengan pembacaan ijab kabuldan mohon doa restu dari kedua orang tua penganten.

Tak ayal su-ara sedu ta-ngisan danderaian airmata me-warnai pro-sesi ini.

“Merekaselama ini dibawah na-ungan orangtua. Setelahpernikahan,masing-ma-sing memulailembaran ba-ru, hidupmandiri, be-rumah tang-ga.

Padang Baralek Gadang,Pesta Pun Digelar

Hari itu, Rabu, 20Desember, ada keramaian

yang tak biasa di halaman kantorDinas Pariwisata dan Budaya Kota

Padang. Masyarakat tampakmemadati area pelataran parkir.

Sementara di pojok-pojok halaman,tampak pedagang asongan yang sibukmenangguk rizki, memanfaatkan situasi

yang ada. Sebuah perhelatan akbaryang lama tak digelar, membuat

semua mata tertuju ke sana.

"Tak terpikir pernikahan dilangsungkan di rumah walikota,pemimpin kota ini. Pun biaya pernikahan ditanggung PemkoPadang,” tutur salah satu orang tua pengantin.

Acara dilanjutkan dengan nasehat dari Walikota Padang.Ia menasihatkan kepada para penganten agar memper-hatikan lima hal dalam hidup, yaitu melaksanakan perintahAllah, membina rumah tangga, melanjutkan keturunan,menjaga hawa nafsu, dan mempererat hubungan silaturahmidengan manusia. Kelimanya harus dipedomani dengan baik.

Pelestarian BudayaSebenarnya upaya pelestarian adat budaya sudah di-

lakukan dengan memberikan muatan lokal bermateri BudayaAlam Minangkabau (BAM) di Sekolah Dasar (SD). Hanya saja,pengajarannya, diakui, Walikota Padang, Fauzi Bahar, masihsebatas teori.

“Jadi melalui Baralek Gadang, semua prosesi dilaksanakan,mulai dari malam ba inai, babako, pernikahan dan pestapernikahannya. Kita lestarikan adat budaya, pernikahanMinang. Kita akan jadikan kegiatan ini sebagai kalendertahunan Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Padang. Kapanperlu kita selenggarakan dua kali setahun,” ujarnya.

Semoga kelestarian budaya bangsa seperti “Alek Gadang”ini dapat terwujud di tengah globalisasi yang terus mengalirderas.

Foto

: Irw

an R

ais

Oleh : Irwan Rais

*) staf Humas Pemko Padang

Page 10: komunika 20 2006

10 Edisi 19/Tahun II/Desember 2006

KOMUNIKA LINTAS DAERAH

Nangroe Aceh Darussalam

Pemprov NAD Pasang EWS GunaDeteksi Tsunami

Untuk meningkatkan kewaspadaanterhadap ancaman bahaya bencanatsunami, Pemerintah Provinsi NanggroeAceh Darussalam (NAD) telah memasangsejumlah sirine pendeteksi dini (earlywarning system/EWS) di lima wilayah.

“Alat itu telah dipasang di lima titik diBanda Aceh dan Kabupaten Aceh Besarsejak beberapa hari lalu,” kata Kepala BagianHumas Sekretariat Daerah Provinsi NAD,Nurdin A. Joe di Banda Aceh, Selasa (19/12).

Menurut Nurdin, kelima titik yangdipasangi EWS tersebut yaitu di BandaAceh antara lain di kantor gubernur NAD,

Desa Blang Oi dan Lampulo Kecamatan KutaAlam. Sedangkan sisanya di lingkungan masjidLhok Nga Desa Lam Awe Kecamatan PeukanBada dan di halaman masjid Kahju KecamatanBaitussalam.

Nurdin menjelaskan, alat pendeteksi itunantinya akan berfungsi untuk memberikanperingatan dini bagi warga Aceh jika terjadiancaman tsunami. “Setelah terjadi gempa,alat itu akan mendeteksi apakah gempatersebut berpotensi menimbulkangelombang tsunami atau tidak.”

Menanggapi tudingan yang menilaibahwa Pemda NAD lamban memasangperalatan deteksi tersebut sebab bencanatsunami sendiri telah dua tahun berlalu,secara diplomatis Nurdin menampiknya.“Lebih baik terlambat daripada tidakterpasang sama sekali,” ujarnya.

Dia juga menjelaskan, EWS tersebut

Kalimantan TimurPenetapan UMK Rp.795 ribu

Kalau Upah Minimum Kota (UMK)Balikpapan yang diajukan Kantor Tenaga Kerja(Kanaker) Balikpapan resmi diberlakukan,yaitu sebesar Rp 795 ribu dari UMKsebelumnya sebesar Rp 720 ribu, maka parapengusaha atau perusahaan tidak bisamengakal i peraturan tersebut denganmembayar pekerjanya di bawak UMK.

Sebab menurut Kepala Kanaker HAchmad Ilhamsyah, keputusan penetapanUMK yang baru ini, merupakan hasi lkesepakatan Dewan Pengupahan Kota(DPK), yang anggotanya terdiri dari berbagaikalangan seperti serikat pekerja, pengusaha,perguruan tinggi dan pemerintah.“Keputusan UMK yang baru ini, merupakanhasil keputusan dari DPK,” kata AchmadIlhamsyah menjawab di kantornya, Rabu (6/12) kemarin.

Dalam merumuskan UMK baru ini,menurut Ilhamsyah telah dilakukan berbagaisurvey dan study kelayakan dari berbagaipermasalahan, seperti berkenaan denganharga barang dan biaya hidup yang ada diBalikpapan. (www.balikpapan.go.id)

RiauKOW Riau Bertekad WujudkanKesetaraan Gender

Menindaklanjuti hasi l pertemuankoordinasi regional I Sumatera tentangpemberdayaan lembaga masyarakat, BidangPemberdayaan Perempuan (PP) BPPM Riaubekerjasama dengan Badan KerjasamaOrganisasi Wanita (BKOW) Riau terusberusaha untuk mewujudkan kesetaraankeadilan gender (KKG).

Ketua BKOW Riau, Hj Iwa Zulkifli Salehdisela sosialisi pemberdayaan lembagamasyarakat di Gedung Wanita, Senin (4/12)mengatakan bidang PP BPPM dan BKOW

akan terus meningkatkan peranan wanitadalam semua lini kehidupan sehingga akhirnyatercapai KKG di Riau. (www.riau.go.id)

Kalimantan BaratKetapang cocok Untuk Perkebunan danHTI

"Kabupaten Ketapang potensial untukpengembangan tanaman perkebunan danhutan tanaman industri, karena potensi lahanyang luas dan agrokilmat yang mendukunguntuk pengembangan beberapa komodititersebut". ungkap Ir. Syarifudin Syaid. Ms.Dosen Fakultas kehutanan Universi tasTanjungpura saat mengadakan surveikegiatan pengembangan perkebunan diKabupaten Ketapang baru baru ini. Beberapakomoditi seperti Sawit, karet , kelapa dalambeberapa perkebunan karet rakyat sertahutan tanaman industri masih layakdikembangkan.

Sektor perkebuanan ini mampumenyerap tenaga kerja yang besar, demikianjuga multi pleyer effect lainnya terhadappertumbuhan ekonomi di pedesaan. Apalagibila didukung oleh kegiatan industri hilirseperti pengolahan karet, crumb rubber,industri minyak goreng dll, ungkap SyarifudinSyaid. Namun ia mengingatkan untukpengembangan skala besar, analisis dampaklingkungan sangat diperlukan, agar sesuaidengan daya dukung lahan danperuntukkannya. Kita berharap dampaknegatip seperti kebanjiran atau kekeringandapat diatasi dengan anal isis dampaklingkungan yang tepat. (www.ketapang.go.id

Kalimantan BaratPemda Kalbar Manfaatkan GambutUntuk Pembuatan Tenaga Listrik

Pemerintah daerah Kalimantan Barat(Kalbar) akan mengembangkan kapasitas

Budidaya MutiaraProvinsi Irian Jaya Barat merupakan

provinsi baru hasil pemekaran Provinsi Papua,dengan ibukota provinsi terletak diManokwari. Provinsi Irian Jaya Barat terdiridari 8 kabupaten, dan 1 kota. Letaknyaterletak di ujung provinsi Papua, tepatdiatas kepala pulau yang berbentuk burungtersebut. Potensi kekayaan alamnyameliputi berbagai sektor cukup untukmenunjang kehidupan masyarakatsetempat, belum lagi sektor pariwisata yangsangat potensial.

Kabupaten Raja Aampat, yang memilikiluas wilayah 46.296 km2 ini terkenaldengan hasi l rumput laut danmutiara.Pembudidayaan mutiara inidi lakukan dengan membangun rumahterapung di sekitar daerah selatan PulauWaigeo. Rumah terapung ini dijadikantempat penakaran tiram mutiara.Pengusaha pembudidayaan mutiara inimasih didominasi pengusaha dari luar,

terutama Jepang. Pengusaha pribumi masihkalah dalam segi teknologi pembudidayaanmutiara ini, apalagi dana yang dibutuhkanuntuk membuka usaha pembudidayaanmutiara masih tergolong mahal.

Hasil panen mutiara dapat dirasakan pertiga bulanan, kualitas mutiara pun sangattergantung pada kadar asin air laut, dan kadargangguan yang dapat menghambat prosespembentukan mutiara ini. Hasil mutiara ini diekspor ke beberapa negara, antara lainJepang, Singapura dan Thailand, selain itujuga di pasarkan ke daerah Makassar,Surabaya, Jakarta dan Medan. Untuk hargaper butir mutiara sangat tergantung padabesar dan kualitas mutiara.

PariwisataIrian Jaya Barat yang merupakan provinsi

paling bungsu ini memiliki prospek pariwisatayang relatif baik, hanya perlu dukungan darikual if ikasi SDM pendukungnya. TamanNasional Teluk Cenderawasih yang berlokasi

di Kabupaten Teluk Wondama menjadi salahsatu tempat rekreasi andalan. Taman inisangat luas dengan pemandangan yangcukup indah, luas daratan mencapai68.200ha, 80.000 ha kawasan terumbukarang, dan 12.400 ha lautan.

Selain daerah pantai, kawasanpegunungan di Irian Jaya Barat yang masihbelum tersentuh manusia ini menyimpanbanyak misteri kekayaan alam. Di KabupatenManokwari terdapat sebuah gua yang di klaimsebagai gua terdalam di dunia, kedalamannyamencapai 2000 meter.

Hingga saat ini pengembangan sektorpariwisata masih terkendala keterbatasansumber daya manusia setempat. Sepertidiungkapkan oleh Kepala Dinas PariwisataPovinsi Papua, Abner J Kambuaya,"Meskipun sumberdaya alam dan budayamemiliki potensi besar untuk menarikwisatawan, namun kurangnya tenagaprofesional di bidang pariwisatamengakibatkan potensi tersebut kurang

merupakan sumbangandari BMG Pusat sehinggamemang memerlukanperencanaan dan ang-garan yang ditetapkan diJakarta. “Ada pro-sedurnya, ini lah yangmembuat pemasanganEWS menjadi sedikittertunda.”

Sementara itu,mengenai agenda acaraperingatan dua tahunbencana tsunami yangmeluluh-lantakkan NAD dan sebagian Niasyang jatuh pada tanggal 26 Desembermendatang, Nurdin mengatakan, Pemprovberencana untuk mengadakan doa bersamaoleh seluruh lapisan dan masyarakat NAD.

Pemprov sendiri ujarnya, juga telah

daya listriknya selain dengan energi batubarajuga dengan memanfaatkan potensigambut.

Gubernur Kalbar Usman Jafar usaibertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalladi Istana Wapres, Jakarta, Rabu (20/12),mengatakan, Pemda Kalbar yang mengalamikritis listrik karena saat ini hanya memiliki 40MM, merencanakan untuk meningkatkankapasitas daya listriknya sebesar 220 MWpada tahun 2008.

Peningkatan kapasitas tenaga listrik itumeliputi 2X55 MW dengan bahan bakarbatubara yang akan dibangun oleh PT. PLNdengan investasi dari Cina, 2X25 MW denganbahan bakar batubara dibangun oleh swasta,dan 2X30 MW dengan bahan bakar gambutoleh sebuah perusahaan swasta bernama PTSebukit Power.

Gubernur Kalbar mengatakan, materialgambut yang akan menjadi bahan bakarpembuatan tenaga listrik itu akan diambil darienam desa yang ada di KotamadyaPontianak, yaitu desa Galang, Rasau Jaya,Terentang, Kubu, Sungai Raya danBengkorek.

Menurutnya, pembuatan tenaga listrikdari material gambut itu akan memanfaatkanlahan-lahan gambut yang kedalamannyamencapai sekitar 6-8 meter denganmengambil separuhnya.

“Dalam jangka panjang nanti lahangambut yang telah diambil gambutnya ituakan ditimbun dengan tanah dan kemudianakan ditanam kelapa sawit, dan sawit itunantinya juga akan dijadikan bahan bakaruntuk pembuatan bio-fuel,” katanya. (Kus)

Kalimantan Timur160.000 Bibit Sawit Siap Tanam diBulungan

PT Bulungan Citra Agro Persada (BCAP)telah menyiapkan 160.000 bibit kelapa sawityang siap tanam pada tahap pertama di lahanseribu hektare di Desa Tanah Kuning,

Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur.“Bibit yang berasal dari PTKS Medan itu,

selanjutnya akan ditambah sesuai denganluasan land clearing (pembukaan lahan).Rencananya, 2.000 hektare areal kami bukatahun ini, namun penanaman tahap pertamahanya seribu hektare untuk 160.000 bibititu,” kata Direktur PT BCAP H. Adhi ChandraP S.IP M.M, beberapa waktu lalu.

Dikatakannya, untuk penanaman tahappertama ini, pihaknya masih menunggurealisasi land clearing. Jadi kemungkinan bisadilakukan dua atau tiga bulan ke depan.

“Jika telah di lakukan penanaman,diperkirakan dalam jangka waktu 30 bulanbibit kelapa sawit tersebut telah siapberbuah. Hanya saja tanaman buahmenghasilkan (TBM)-nya masih kecil, jadibelum maksimal. Kemungkinan tahun ketigaTBM satunya baru bisa dipanen,” tambahnya.

Untuk mengolah hasil panen kelapa sawit,untuk sementara akan dicarikan pabrik disekitar Kabupaten Bulungan, karena PTBCAP baru akan membangun pabrik setelahtanaman kelapa sawit mencapai 4-5 ribupohon.

Chandra mengatakan pihaknya akanmenginvestasikan dana sekitar 10 juta dolarAS untuk pabrik dengan kapasitas 40 tonper jam. Pihaknya sendiri tidakmempermasalahkan pemasaran Crude PalmOil (CPO) pihak PT BCAP, karena pasar CPOdi Indonesia termasuk banyak.

Terkait dengan investasi perkebunansawit PT BCAP, Bupati Bulungan Drs. H.Budiman Arifin M.Si yang ditemui saatmelakukan kunjungan ke pembibitan PTBCAP, menaruh harapan besar terhadapperkebunan sawit tersebut.

“Karena perkebunan sawit di Desa TanahKuning bisa menggerakkan ekonomi daerah,termasuk masyarakat Tanah Kuning yangmasuk dalam plasma, sehingga nantinya bisamemperoleh pendapatan,” ujarnya.(www.bulungan.go.id)

Dari Sabang Sampai Merauke Irian Jaya Barat tergarap dengan baik."

Durian di Musim PenghujanJika Anda sempat jalan-jalan ke Irian jaya

Barat di saat musim hujan, sempatkan untukjalan-jalan disepanjang ruas jalan Pahlawandan kompleks pertokoan di Sanggeng,kabupaten Monakwari. Di sepanjang jalanberjejer pedagang buah durian danrambutan.

Kebanyakan buah-buahan ini di bawadari daerah dataran Prafi, karena di dataranini sebagian besar masarakatnya mempunyaikebun rambutan dan durian. (dw)

Foto

: http

/hom

e.uc

hica

go.e

du

Potensi Provinsi Terbungsu

menghimbau agar pada 26 hingga 28Desember 2006 nanti seluruh lapisan danmasyarakat NAD mengibarkan benderasetengah tiang untuk memperingatitragedi tersebut.

(tr/ed)

Seorang wisatawan asing sedang asyikmembelah durian Manokwari.

Foto

: Dan

Page 11: komunika 20 2006

11

KOMUNIKA

Edisi 19/Tahun II/Desember 2006

Wajah Kita

Panggung Depan,Panggung BelakangKonon, menurut sosiolog Irving Goffman, hidup

seperti dramaturgi. Ada panggung depan (front stage)dan ada panggung belakang (back stage). Panggungdepan adalah kehidupan yang selalu dipertontonkankepada publik. Orang melihat atau mendapatkan citratentang orang lain melalui panggung depan ini. Sedang-kan panggung belakang selalu tersembunyi atau disem-bunyikan, sehingga luput dari perhatian publik. Di pang-gung inilah fakta sebenarnya tentang kehidupan privatmanusia berada.

Menarik, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyonomengkaitkan masalah perbatasan dengan "panggungdepan" dan "panggung belakang." Menurut beliau, sudahsaatnya bangsa Indonesia menganggap daerah perbatas-an RI dengan negara tetangga sebagai bagian depan,bukan bagian belakang Indonesia. Dengan kata lain,daerah perbatasan harus maju, sukses dan gemerlap se-hingga bisa dianggap sebagai "panggung" yang layak di-perlihatkan kepada dunia, bukan sebaliknya tersembunyidan menjadi daerah terbelakang dengan segala keku-muhannya.

Ibarat tubuh, daerah perbatasan adalah wajah. Orangpertama kali mengenal negara lain melalui perbatasannya.Oleh sebab itu, kesan terhadap suatu negara, positifatau negatif, baik atau buruk, langsung tertanam begituseseorang melihat suasana di perbatasan. Kemajuan,keteraturan, keindahan, sudah tentu akan memunculkankesan baik. Sebaliknya keterbelakangan, kekumuhan,ketidakteraturan, akan memunculkan kesan buruk.

Perbatasan, yang kumuh maupun yang gemerlap,akan membuat orang bergumam, "Jika perbatasannya

saja seperti ini, bagaimana dengan ibukota negaranya?"Yang kumuh akan membawa pada kesimpulan bahwaibukota negaranya pasti lebih kumuh. Sedangkan yanggemerlap tentu akan memunculkan kesimpulan bahwakeadaan di pusat pemerintahan pasti lebih hebat.

Keadaan di daerah perbatasan memang tidak oto-matis mewakili keadaan suatu negara secara keseluruhan.Akan tetapi, sebagai bagian wilayah yang bersentuhandengan teritorial negara lain, perbatasan akan selaludianggap sebagai cermin suatu negara. Mau menjadi cer-min cembung, cermin cekung, atau cermin retak, ter-gantung bagaimana negara memelihara wilayah per-batasannya. Dan semua itu akan membawa dampak yangsangat besar terhadap citra bangsa di mata dunia.

Tak heran jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyonomenginginkan kondisi daerah perbatasan di-upgradehabis-habisan agar tampak bercahaya di mata dunia. Untukitu, ke depan pemerintah akan terus mengutamakanpembangunan daerah perbatasan agar kondisinya tidaktertinggal, atau paling tidak sejajar, dengan daerah lain.

Pandangan awam tentang daerah perbatasan selamaini adalah daerah yang kumuh, terbelakang, miskin, trans-portasi dan komunikasi sulit, dan seabreg predikat negatiflainnya. Pandangan semacam itu tidak salah, karenahampir semua daerah perbatasan di Indonesia memilikikarakteristik demikian. Akibatnya, orang asing (termasukpara investor) yang mau berkunjung ke Indonesia lebihsuka naik pesawat terbang dan langsung turun di Jakarta.

Padahal, potensi sumber daya alam yang belum dieks-ploitasi semua berada di daerah pedalaman yang sebagiandi antaranya berada di dekat perbatasan. Tapi karenasulitnya akses transportasi dan komunikasi, orang-orangdari luar negeri lebih suka langsung menuju ibukota.

Ke depan keadaan ini harus diperbaiki. Infrastruktur,sarana dan prasarana, harus dibangun di daerah perba-tasan. Akses transportasi informasi dan telekomunikasidipermudah. Seiring dengan naiknya perekonomian dae-rah setempat, secara perlahan tapi pasti daerah perba-tasan dengan sendirinya akan tumbuh dan berkembangmenjadi "panggung" yang gemerlap dan layak diperton-tonkan kepada dunia. (gun)

Foto

: Mth

LINTAS LEMBAGA

Departemen Komunikasi dan Informatika

Perlu Kejelasan Format Komunikasi PublikPemerintah melalui Departemen Komunikasi dan

Informatika, sampai saat ini pun masih terus mencari formatkomunikasi publik yang efektif. Hal ini mengemuka dalamSemiloka dan Temu Pakar Komunikasi bertajuk “PenyerapanPendapat Publik untuk mengembangkan Komunikasi Publikyang Efektif”, 9 Desember lalu di Malang.

Menurut Kepala Badan Informasi Pubik Depkominfo,Soeprawoto, kemajemukan masyarakat Indonesia menjadifaktor utama berbedanya pemahaman metoda komunikasipublik. Sehingga tingkat keefektivitannya sesuai dengankepentingan yang ada di daerah.

Sementara itu, Prof. Dr. Alo Liliweri, MS, guru besar diUniversitas Nusa Cendana, NTT, menyatakab bahwa aktivtaskomunikasi publik mencakup banyak hal. Tak sekadar publicrelations, komunikasi politik, pemasaran sosial, hinggamembangun koalisi dan strategi penelitian. ”Intinya semuayang berada dalam konteks publik affairs,” kata Prof Alo.

Lain lagi dengan Heru Puji Winarso, dosen UniversitasBrawijaya, Malang, yang menyoroti pentingnya penyediaanruang publik. “Keberadaan ruang publik akan sangat efektifdalam mencari informasi layanan masyarakat yang dibutuhkan.Tak hanya itu, informasi tersebut pun dapat menjadi awaldari penyediaan dan pelayanan informasi publik daripemerintah,” jelasnya.

(YULIARSO)

Departemen Pertanian

Prioritas Utama Mengembangkan Industri BenihMenteri Pertanian Anton Apriyantono mengemukakan

bahwa pemerintah memprioritaskan pengembangan industribenih untuk mendorong ketersediaan dan kualitas benihunggul pertanian di Indonesia.

"Prioritas utama pengembangan industri benih ini untukmemenuhi ketersediaan jumlah dan kualitas benih unggulsesuai dari revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutananyang telah dicanangkan Presiden awal tahun 2006," katamenteri.

Untuk itu, kata Mentan, dalam jangka pendek impor benihtidak dapat dihindari lagi, karena ketersediaan benih daridalam negeri baik jumlah maupun mutu tidak mungkinmencukupi.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama Kepala PusatPerlindungan Varietas Tanaman Deptan, Hindarwatimengatakan sekitar 14 varietas baru telah terdaftar diDepartemen Pertanian. Ke-14 varietas itu diproduksi dariprodusen benih swasta yang skalanya besar, kemudian dariBalai Penelitian. Namun demikian varietasnya itu harus betul-betul memenuhi persyaratan kebaruan, keunikan,keseragaman, dan kestabilan sehingga kepemilikannya itujelas milik mereka yang dapat didaftarkan dan nantinya sudahmencukupi persyaratan untuk diproses.

Sekarang ini ada kecenderungan banyak penangkar yangmampu menghasi lkan varietas unggul baru denganmenggunakan teknologi yang seadanya. Dalam hal ini

Membangun Daerah Melalui Otonomi

pemerintah melalui Badan Litbang Deptan sudahmemprogramkan yaitu melalui pemuliaan partisivatis, denganmembina para penangkar yang saat ini sudah mulaimelakukan pengawinan bibit yang dapat menghasilkan bibitunggul sesuai dengan iptek pemuliaan itu dilakukan.(Bhr/ Yr)

Badan Tenaga Nuklir Nasional

Membangun PLTN Tahan Gempa di IndonesiaPembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

yang tahan gempa seperti halnya di Jepang dapat dilakukandi Indonesia.

Hal ini dikatakan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional(BATAN), Prof. Dr. Soedyartomo Soentono di sela-sela acarakunjungan Direktur Jenderal Badan Tenaga AtomInternasional (IAEA) ke Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi (BPPT) di Jakarta, Jum’at (8/12).

Pembangunan PLTN di negara rawan gempa sepertihalnya di Indonesia dan Jepang, Soedyartomo mengatakanpemilihan tapak bakal Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir(PLTN) di Semenanjung Muria, Jawa Tengah sudah dilakukansejak tahun 1970-an.

“Kami juga sudah tahu persis kondisi ground accelerationyang dipergunakan untuk disain sipilnya,” kata Soedyartomo.

Menurut Soedyartomo kondisi ground acceleration lokasiberada jauh dibawah jika dibandingkan dengan negara yangsangat rawan gempa yaitu Jepang.

Soedyartomo menjelaskan, di Jepang groundacceleration biasanya lebih dari 300 g sedangkan di Indonesialebih rendah dari itu.

“Bahkan di Jepang ada PLTN yang dibangun pada groundacceleration diatas 500 g, tetapi pada waktu terjadi gempayang sangat hebat pada sekitar tahun 1995 di Kobe PLTNtersebut masih dapat beroperasi,” katanya.

Dia menambahkan pemilihan lokasi PLTN tidak hanyamempertimbangkan masalah-masalah keamanan tetapi jugamemperhatikan berbagai pertimbangan keamanan lainnya.

(Hbk)

Departemen Tenaga Kerja dan TransmigrasiPemerintah Akan Terapkan Sistem Asuransi BagiTenaga Kerja

Pemerintah berencana menerapkan sistem asuransi bagitenaga kerja (naker) di Indonesia yang meliputi jaminan haritua, kecelakaan, PHK, pensiun, kesehatan, kematian, hamildan melahirkan.

“Program sekarang yang sudah ada semuanya itu akandimasukan dalam sistem asuransi,” kata Menteri Tenaga Kerjadan Transmigrasi Erman Soeparno usai melaporkan hasil studibanding delegasi tripartit ke RRC pada 26 November hingga2 Desember lalu kepada Wapres Jusuf Kalla di Kantor Wapres,Jakarta, Senin (11/12).

Menakertrans mengatakan dengan adanya sistemjaminan sosial bagi buruh ini berarti ada kepastianpembayaran untuk mereka, sedangkan bagi perusahaan adakepastian iuran dengan sistem asuransi tersebut.

(mul)

Departemen Dalam Negeri

Depdagri bersama dengan rakyat bertanggung jawabbersama dalam terbentuknya sistem politik yang sesuaidengan karakter bangsa kita. Sistem politik Indonesiadewasa ini dalam proses perubahan sistem politik sentralistikmenuju sistem politik desentralisasi, dimana seluruhmasyarakat dapat berperan dalam membangun daerahnyamasing-masing. Mengusung permasalahan tersebutDepartemen Dalam Negeri menetapkan 8 program Utama,antara lain "Program Fasilitasi dan Pemantapan ImplementasiKebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah". Selain ituke-8 program utama Depdagri, kesemuanya bermuara padatujuan kesejahteraan rakyat dan terbentuknya integrasinasional yang kuat.

Pemberlakuan Otonomi DaerahSudah saatnya daerah diberikan kepercayaan untuk

dapat mengelola sumber daya alamnya. Pengelolaansumber daya alam ini harus mampu memberdayakan seluruhmasyarakat setempat. Melalui UU No. 32 tahun 2004penjelasan mengenai pemberlakuan otonomi daerahsemakin diperjelas.

Melalui pemberlakuan otonomi tersebut adalahterjadinya berbagai perubahan dalam tatanan kehidupanpolitik di daerah. Departemen Dalam Negeri berperansebagai katalisator dalam pengembangan otonomi daerah,sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh masing-masingpemerintahan daerah bersama masyarakat setempat.

Tidak serta merta dengan otonomi daerah, hubunganpemerintah pusat dan daerah berjalan masing-masing.Departemen Dalam negeri berwenang dalam pengaturanhubungan pusat dan daerah, dan memfasilitasi programotonomi daerah ini. Hubungan ini di atur sedemikian rupa,

sehingga untuk daerah dengan kekayaan alamnya yangmelimpah mampu untuk mensubsidi daerah yang tidakmempunyai kekayaan alam.

Fungsi FasilitasiBentuk fasilitasi yang diberikan departemen ini antara

lain; melakukan evaluasi kinerja daerah serta pejabat negara,perumusan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedurdalam urusan pemerintahan daerah, penataan daerah danotonomi khusus, fasilitasi Dewan Pertimbangan OtonomiDaerah dan hubungan antar lembaga. Selain melaluipenetapan kebijakan-kebijakan tersebut, DepartemenDalam Negeri juga melakukan bimbingan teknis dalampengembangan dan pembangunan daerah otonomi.

Belajar PolitikBergulat dengan politik itu sudah menjadi keharusan

dalam mengelola suatu pemerintahan. Demikian juga,otonomi daerah memaksa masyarakat setempat untukbelajar politik. Untuk itu Departemen Dalam Negeribertanggung jawab meningkatkan pendidikan politik secaraintensif dan komperehensif kepada masyarakat untukmengembangkan budaya pol itik yang demokratis,menghormati keragaman aspirasi dan menjunjung tinggisupremasi hukum dan hak asasi manusia berdasarkanPancasila dan Undang - Undang Dasar 1945.

Serta mengembangkan pola rekruitmen baik di lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta dan masyarakatdengan mengutamakan kualitas SDM.

Membangun Pemerintahan yang baik (goodgovernance) dan melaksanakan pelayanan prima.

(dw)

Page 12: komunika 20 2006

Anekdot berdasar kisah nyatapernah terlontar dari Prof Dr Alo

Liliweri, guru besar Ilmu Komunikasidi Universitas Nusa Cendana, Kupang,

tentang pemuda warga daerahperbatasan di NTT. Konon, seorang

pemuda baru mendapat hadiahseperangkat telepon genggam lengkap

dengan pulsanya, dalam acaraperesmian menara transmitter layanan

seluler di kota. Sesampai di desatempat tinggalnya, sang pemuda

akhirnya menelepon sepuas-puasnya.Entah siapa yang ditelepon, tapi yang

pasti ia tampak nikmat berbincang.Tak sadar, mungkin saking lamanya

menelepon, baterai ponselnya punhabis. Tapi apa lacur, di desanyabelum ada jaringan listrik. Untuk

penerangan biasanya cumamengandalkan accu yang harus di-

charge di kota saban dua hari sekali.Terpaksa, demi ponsel baru, jadilah

sang pemuda berjalan kaki kembali kekota selama dua jam , sekadar mengisibaterai ponselnya dengan listrik yang

hanya ada di kota.

Lain NTT, lain pula cerita dari Kabupaten Keerom,salah satu dari lima kabupaten di Papua yang berbatasanlangsung dengan Papua Niugini. Penduduk di daerahtersebut memang telah terbiasa dengan hidup nomadenalias hidup berpindah-pindah dan pola primitif.

“Pakaian saja dari kulit kayu. Walau sebagian sudahmengenal pakaian, tetapi persediaan pakaian terbatas,satu potong pakaian sampai hancur di badan,” jelasBupati Keerom, Drs Celsius Watae, menggambarkandaerahnya.

Tak hanya itu, komunikasi yang dilakukan pun hanyabahasa daerah setempat. Bayangkan di Papua sendiritercatat 255 kelompok suku dengan ratusan ragambahasa dan dialek yang berbeda-beda. Terbayangbagaimana sulitnya penerapan program pemerintah disana.

Berbagai cara dan alternatif dicoba. Hingga akhirnyapemerintah daerah setempat mulai menggunakanmedia televisi lengkap dengan parabolanya untukmemperkenalkan berbagai informasi kepada masyarakat.

“Reaksi yang muncul beragam, mulai dari tertawa,heran, ada yang coba berbicara dengan televisi,memberi makan televisi dan bertanya kepada televisi.

Bahkan ada yang melihat televisi sebagai wujud pengawasanarwah nenek moyang,” kata Watae tersenyum.

Kendati begitu, cara sederhana tersebut terbukti ampuhdalam memicu perkembangan sosial masyarakat. Setiap hari,tak kurang 200-300 penduduk setempat berkumpul untukmelihat berita dan acara di televisi.

Tak hanya itu, pola hidup berpindah pun mulaiditinggalkan. Penduduk mulai betah berdiam di satu tempat.Bahkan, televisi mampu mengundang masyarakat yangtadinya tinggal di hutan untuk bergabung di salah satupermukiman di perbatasan.

Dan tentu saja, kesempatan tersebut akan dimanfaatkanoleh pemerintah daerah Keerom untuk mulai membanguninfrastruktur yang ada, mulai permukiman penduduk, gedungsekolah, puskesmas, air bersih, listrik dari generator, hinggapasar tradisional.

Pemerintah akan membangun enam titik pembangunanterpadu di daerah perbatasan. Dana yang digelontorkanpuntak sedikit, Rp 600 miliar untuk setiap pusat pemukiman.

Berbagai Kondisi PerbatasanCerita Prof Alo dan kisah dari Keerom, Papua hanyalah

beberapa diantara sekian banyak cerita tentang kawasanperbatasan. Namun, hal tersebut ternyata diamini oleh Prof.Sjafrie Sairin, Antropolog Universitas Gajah Mada (UGM).Menurutnya, ada tiga kondisi yang terjadi di wilayahperbatasan Indonesia. Pertama, negara luar yang lebih majudari Indonesia, semisal di wilayah perbatasan Kalimantan.Kemudian kondisi yang relatif sama, seperti di perbatasanPapua dan terakhir, kondisi Indonesia lebih baik dari negaratetangga laiknya di perbatasan NTT.

“Kondisi ini masing-masing dengan kelebihan dankekurangannya,” jelas guru besar Antropologi Fakultas IlmuBudaya UGM ini dalam diskusi terbatas dengan instansi-instansipemerintah pemangku kebijakan perbatasan yang digelarPusat Pengelolaan Pendapat Umum (P3U), Badan InformasiPublik (BIP), Departemen Komunikasi dan Informatika, diJakarta beberapa waktu lalu.

Tentang kawasan perbatasan, menurut Sjafrie, adaempat masalah besar yang selalu terjadi di kawasanperbatasan. Pertama, lokasi yang relatif terisolir (terpencil)dengan tingkat aksesibilitas rendah. Kedua, masalah padatingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat. Kemudiankesejahteraan ekonomi yang juga harus serius dipikirkan.Dan tidak ketinggalan asupan informasi tentang pemerintahserta pembangunan masyarakat.

Semuanya menuntut untuk segera diselesaikan. Namunadalah kebijakan pemerintah daerah untuk membuatprogram prioritas penyelesaiannya.

Mengurangi KesenjanganSaat ini banyak program pemerintah yang tengah

berjalan di kawasan perbatasan. Berbagai pendekatan pundilakukan guna membangun kawasan tersebut. Misal sajatentang masalah keamanan perbatasan Indonesia-Malaysia.

Tak lama lagi, desa-desa yang belum memiliki jaringankomunikasi, baik berupa sambungan telepon, PSTN (publicswitched telephone network), bisa sedikit tersenyum.Sebabnya, pemerintah akan mulai memasang perangkattelekomunikasi. Tak tanggung-tanggung, generasi terbaruyang multifungsi. Namanya, teknologi Broadband Powerline(BPL) yang menggunakan jaringan listrik sebagai mediatransmisi data.

Dengan jaringan tersebut, pemerintah tak perlu repot-repot membangun jaringan telepon. Dan tentu sajaimbasnya, perangkat telekomunikasi ini akan cepat “kring”dan yang pasti, murah meriah.

“Target 2010 semua desa sudah kring,” kata MenteriPembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Saifulah Yusufbeberapa waktu lalu.

Ternyata tak hanya kebutuhan telekomunikasi yangterpenuhi. Prinsip sekali dayung, dua tiga pulau terlampauipun diterapkan dalam misi kali ini. Jaringan yang akandipasang pertama di dua kawasan Indonesia Timur, satudikawasan Jawa, dan satu lagi dikawasan Sumatera ini,juga dapat digunakan sebagai jaringan internet.

Jaringan ini konon pernah diuji coba di Jawa Tengah.Dan hasilnya, “Selain ekonomis, kualitas suara juga lebihjernih daripada PSTN,” jelas Direktur Mitra Kerja Proyek,PT Power Telecom (Powertel), Dicky Tjokrosaputro.

Ya, memang program ini semua hanya contoh kecildari program lainnya. Sekadar tau, kawasan perbatasanakan tidak seperti dulu lagi. Tidak percaya? Tunggu saja.***(dan)

Pembangunan kawasan perbatasan terus digalakkan.Tak sekadar mengejar ketinggalan, namun telah mengubah

paradigma. Masyarakat lokal jadi perhatian utama.

Prof. Sjafri Sairin, PhD

Foto

: Ric

h

Foto

: Mth

Page 13: komunika 20 2006
Page 14: komunika 20 2006

2 Edisi 19/Tahun II/Desember 2006

KOMUNIKA

Diterbitkan oleh:

DEPARTEMENKOMUNIKASI DAN

INFORMATIKA

Pengarah:Menteri

Komunikasi dan Informatika

Penanggungjawab:Kepala Badan Informasi Publik

Pemimpin Redaksi:Kepala Pusat

Pengelolaan Pendapat Umum

Wakil Pemimpin Redaksi:Sekretaris BIP

dan Para Kepala Pusat di BIP

Sekretaris Redaksi:Richard Tampubolon

Redaktur Pelaksana:Nursodik Gunarjo

Redaksi:Selamatta Sembiring, Tahsinul

Manaf, Soemarno Partodihardjo,Sri Munadi, Effendy Djal, Ridwan

Editor/Penyunting:Illa Kartila, MT Hidayat,Dimas Aditya Nugraha

Pracetak:Farida Dewi Maharani

DesainD Ananta Hari Soedibyo

Riset dan DokumentasiMaykada Harjono K.

Alamat Redaksi:Jl Medan Merdeka Barat No. 9

JakartaTelp/Faks. (021) 3521538,

3840841e-mail:

[email protected]

Redaksi menerima sumbangan tulisan,artikel dan foto yang sesuai dengan

misi penerbitan.

Redaksi berhak mengubah isi tulisantanpa mengubah maksud dan substansi

dari tulisan tersebut.

Isi KomunikA dapat diperbanyak, dikutipdan disebarluaskan, sepanjangmenyebutkan sumber aslinya.

Editorial

BERANDA

desa

in co

ver:

ahas

. foto

: goe

n

Tata Tertib Pendirian Tower

Dunia teknologi komunikasi akhir-akhir iniberkembangnya sangat cepat. Pun termasukdalam teknologi telepon seluler. Saat inisedikitnya ada tiga perusahaan seluler yangterbilang dominan menguasai pasar di bidangteknologi komunikasi. Mereka dengangencarnya melakukan berbagai terobosanterbaru.

Pendirian tower merupakan salah satumanuver yang dilakukan oleh perusahaanseluler tersebut dengan tujuan untukmemberikan daya tangkap sinyal yang lebihkuat.

Namun, apa jadinya jika pendirian towertersebut tidak diawasi oleh pemerintah. Yangada adalah banyak pemandangan tower yangberdiri tidak pada tempatnya. Masing-masingprovider telekomunikasi akan berlomba-lombamembangun tower untuk menambahpangsa pasar mereka.

Dan tentu saja yang paling merasakanakibat pendirian tower liar tersebut salahsatunya adalah tempat-tempat pariwisata,seperti Candi Borobudur atau tempat-tempatlain yang kental dengan pemandangan alam.

Dan terkadang ditemukan pendirian towerliar menggunakan booster, penggunaanbooster ini sangat mengganggu penggunafrekuensi lainnya. Harusnya penggunaanbooster tanpa ijin ini harus ditertibkan.

Semoga dari pihak pemerintah dapatmenyikapi serta mengawasi dan bahkandibuatkan Undang-undang tentang adanyapendirian tower-tower yang dilakukan olehperusahaan teknologi komunikasi tersebut.

Radjab [email protected]

Pendidikan Melek Media UntukMasyarakat

Saya bingung dengan penyiaran diIndonesia. Dari tiga pihak yangbersinggungan langsung – pemerintah,pengelola televisi, dan masyarakat – tak adayang bisa dimintai pertanggungjawabannyatentang buruknya kualitas penyiaranIndonesia.

Pemerintah tampak masih kebingungandalam mencari solusi penyelesaian. Masihtakut membuat aturan yang tegas dalammengakomodir semua kepentingan. Terbukti“hanya“ menyerahkan semua perihalpenyiaran pada Komisi Penyiaran Indonesia(KPI).

Sementara KPI masih mengandalkansemuanya pada laporan masyarakat. Baru bisa”bergerak” setelah mendapat aduanketidakpuasan dari para penonton. Padahalmasyarakat Indonesia, menurut saya, masihbanyak yang belum melek media. Masihgampang terbawa arus tayangan yangdisajikan matang oleh para pengelola teve.Belum mampu untuk menyeleksi tayanganyang layak untuk ditonton.

Pihak pengelola teve sebagai sebuahindustri tentu saja lebih berorientasi profitdalam membuat tayangan. Rating –sayangnya, hanya merupakan hasil karyasebuah lembaga survey yang tentu sajamasih bisa diperdebatkan- seakan menjadi”tuhan” yang menjadi patokan dalammembuat program. Dalihnya tentu saja,banyak penonton yang suka dengantayangan tersebut, terbukti dengan ratingacara.

Dengan alasan-alasan yang dibuat, baikoleh pemerintah, masyarakat, dan pengelolateve, tampak tak ada yang bisa dimintaipertanggunganjawab tentang rusaknyasiaran televisi Indonesia. Masing-masingdengan argumennya.

Sebagai solusi yang paling mungkin, bagisaya, ada di dua pihak, pemerintah denganmemperkuat aturan penyiaran atau palingtidak lebih mendetilkan aturan yang ada. Danmasyarakat dengan meningkatkan literasinya.Pengelola teve sebagai sebuah industri

Tak gampang memerangi pengangguran dan kemiskinan. Di samping permasalahannyasangat kompleks karena saling berkaitan satu sama lain, dua masalah ini juga nyarismenjadi masalah “abadi” yang sulit dipecahkan, bukan hanya di Indonesia namun juga diseluruh negara berkembang di dunia.

Di Indonesia, pengangguran dan kemiskinan selalu menjadi “PR” bagi presiden terpilih,sejak pemerintahan Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Setiap presidenmengeluarkan jurus dan strategi untuk memberantas dua masalah ini. Dalam beberapasegi, berbagai strategi yang dikeluarkan memang mampu mengurangi jumlah parapenganggur dan jumlah orang miskin. Akan tetapi belum mampu memberantaspengangguran dan kemiskinan secara tuntas hingga ke akar permasalahannya.

Sejak mendapat mandat dari rakyat, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskankepeduliannya untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Tekad tersebut kemudiandirumuskan dengan strategi baru dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Ringkasandari strategi baru tersebut tertuang dalam prinsip strategi tiga jalur (triple track) yakni:pro-pertumbuhan (pro-growth), pro-lapangan pekerjaan I(pro-job), dan pro-masyarakatmiskin (pro-poor).

Jalur pertama, pro-growth, dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomidengan mengutamakan ekspor dan investasi. Penjualan produk Indonesia ke luar negeridigenjot dengan mempermudah prosedur dan regulasi ekspor. Pemerintah juga berupayamenghapus berbagai hambatan (barrier) yang selama ini menjadi batu sandungan bagipara eksportir, baik di dalam negeri maupun di negara tujuan. Di samping itu, pemerintahterus berupaya mengundang para investor dari dalam dan luar negeri untuk menanamkanmodal di Indonesia. Salah satunya yang baru saja dilakukan adalah mengundang investordi bidang infrastruktur melalui Indonesia Infrastructure Conference and Exhibition (IICE)di Jakarta Convention Center November 2006 lalu. Melalui jalur ini, pertumbuhan ekonomiIndonesia diharapkan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Jalur kedua, pro-job, dilaksanakan dengan menggerakkan sektor riil untuk menciptakanlapangan kerja. Geliat sektor riil diharapkan akan menimbulkan efek domino (multipliereffect) berupa meningkatnya kebutuhan tenaga kerja, sehingga angkatan kerja yangada dapat terserap. Aktivitas sektor riil juga dapat menjadi lokomotif yang dapat menyeretgerbong pergerakan barang dan jasa sehingga membutuhkan lebih banyak tenaga kerjauntuk terl ibat di dalamnya. Dengan meningkatnya aktivi tas sektor ri il, jumlahpengangguran secara otomatis dapat dikurangi.

Adapun jalur yang ketiga, yakni pro-poor, diwujudkan dalam berbagai strategi yanglangsung berhubungan dengan peningkatan pendapatan masyarakat akar rumput (grassroot) yang rata-rata hidup miskin. Strategi tersebut dilaksanakan dengan merevitalisasipertanian, kehutanan, kelautan dan ekonomi perdesaan.

Sebagai negara agraris, revitalisasi pertanian merupakan hal yang sangat penting danmendesak untuk dilaksanakan. Jika selama ini sektor pertanian belum mampu menjadiandalan, maka ke depan sektor ini harus diubah menjadi tulang punggung ekonomi diperdesaan. Kehutanan perlu direvitalisasi sehingga mampu menjadi sumber penghasilanbagi masyarakat di sekitar hutan tanpa harus mengorbankan kelestarian lingkungan.Sedangkan di sektor kelautan sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang sangat besar,bahkan boleh dikatakan terbesar di Asia, namun belum didayagunakan secara maksimal.Ke depan, sektor ini diharapkan dapat terus ditumbuhkembangkan menjadi penyangga(buffer) ekonomi nasional.

Pemerintah terus melakukan dan mencari langkah untuk meningkatkan pertumbuhanekonomi sebagai senjata memerangi pengangguran dan kemisknan. Anggaran yangdialokasikan untuk mengurangi kemiskinan jumlahnya terus meningkat. Tahun 2004berjumlah Rp18 triliun, tahun 2005 meningkat menjadi Rp23 triliun, tahun 2006 Rp42triliun dan tahun 2007 mendatang meningkat lagi menjadi Rp 51 triliun.

Dalam setahun terakhir, terdapat penurunan pengangguran hampir 1 juta, dari total11 juta menjadi 10 juta. Sayangnya, laju pertumbuhan angkatan kerja per tahun barumencapai 1,5 juta orang.

Maka, seperti disampaikan presiden usai rakor khusus membahas langkah-langkahbersama mengatasi pengangguran dan menciptakan lapangan kerja bersama 12 menteribidang ekonomi dan 6 gubernur se-Jawa di Gedung Agung Yogyakarta, Kamis (14/12),kita harus melakukan langkah-langkah sangat gigih, sistematis, dan sangat terarah untuksekali lagi menciptakan lapangan kerja tersebut.

Sejumlah langkah nyata telah, sedang, dan terus diupayakan. Pengalaman banyaknegara, juga pengalaman bangsa Indonesia, mengurangi kemiskinan dan pengangguranmemang bukan langkah mudah. Dalam Kongres ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia)XVI di Manado, 18 Juni lalu, Presiden SBY menegaskan, fokus mengurangi penganggurandan kemiskinan ini semata bukan persoalan moral obligation, akan tapi juga persoalankeadilan. Karena itu pemerintah terus mengupayakannya secara gigih.

Strategi Triple Track GempurPengangguran dan Kemiskinan

mungkin hanya dapat diharapkankesadarannya.

Sebagai masyarakat, saya memintakepada pemerintah agar turut membantumeningkatkan standar literasi atau melekmedia. Depkominfo mungkin dapat berperanlebih banyak dalam mendidik masyarakat agarmelek media. Dengan kampanye penyadaranpublik, misalnya.

[email protected]

Segenap Pimpinan, Staf dan KaryawanDepartemen Komunikasi dan Informatika

Mengucapkan Turut Berduka CitaAtas Meninggalnya

Bp. Mayjen TNI (Purn.) M. Idris GassingInspektur Jenderal Depkominfo

Semoga Arwah Beliau Diterimadi Sisi Tuhan Yang Maha Esa

dan Keluarga yang DitinggalkanDiberi Kekuatan dan Ketabahan

Page 15: komunika 20 2006

3

KOMUNIKA

Edisi 19/Tahun II/Desember 2006

KESRA

Tesa 129Fasilitas Curhat dan

Perlindungan Hak Anak

Anita (10), yangseharusnya ceria bermaindengan teman-temannya,

hari itu terlihat sedih,menangis tak berdayadalam pelukan ibunya.Bocah kecil itu tampak

kuyu. Sekujur tubuhnya birulebam akibat pukulan sapu

lidi ayah angkatnya.

Setiap hari pukulan sapu lidi tidakpernah absen tertoreh ditubuhnya. Kesulitan Anita untukmenghafal dan belajarmembuat ayah angkatnya

naik pitam. Setiap kali Anita salahdalam menghafal pelajaran, selaluditimbali dengan pukulan.

Apa yang terjadi kemudian? Bukankemudahan menelaah dan menghafalpelajaran yang didapat Anita, sebaliknyadia justru semakin sulit menghafal.Ketakutannya pada sanksi fisikyang diterapkan ayahnya, mem-buatnya semakin sering ber-buat kesalahan. Ironisnya, halini membuat dia mendapatsemakin banyak pukulan.Rini, sang ibu yang sudah ber-usaha melindungi, tidak ber-d a y a ,t i d a kmampuberbuatapa-apa.

Sangat tidak logis, kesalahankecil harus dibayar dengan luka.Bukan hanya luka fisik, na-mun juga luka psikolo-gis, trauma berke-panjangan yangberdampak pa-da perkem-bangan jiwaanak kelak.

Mengapa Terjadi?Mengapa kekerasan

terhadap anak masih terusterjadi? Hal ini terkait de-ngan kultur sebagian ma-syarakat yang masih meng-anggap bahwa kekerasan me-rupakan bagian dari proses pendi-dikan yang dibutuhkan untuk men-disiplinkan anak. Anak yang nakal dansusah diatur kadang dijadikan alasan pem-benaran bagi orangtua untuk melakukan tin-dakan kekerasan terhadap anak (child abu-se). Hal ini diperparah dengan masih adanyaanggapan di tengah masyarakat bahwa masa-lah mendidik anak adalah masalah internalkeluarga. Kasarnya, mau dibikin apa seoranganak, itu hak prerogatif orangtua. Anggapansemacam ini bukan saja membuat orangtuamenjadi "superbody" bagi anak, namun se-cara tidak langsung juga mengu-

rangi hak anak un- tuk tumbuhdan berkembang secara wajar.

Persoalananak yang ma-

sih dianggap se-bagai masalah in-

tern keluarga perludiwacanakan dalam

ruang publik, sehing-ga intervensi komunitas

terhadap persoalan inimenjadi lebih terbuka.

Mengapa hal ituperlu dilakukan? Karenapelaku chi ld abusebukan orang asing. Se-bagian besar justrudari keluarga sendiri.

Seperti diung-kapkan Elly Yulian-dari, konselor SavyAmira, sekitar 80persen tindak ke-kerasan yang me-nimpa anak-anakternyata dilaku-kan oleh pihakkeluarga sendiri,10 persen ter-jadi di l ing-kungan pen-didikan, dan10 persen la-innya di la-kukan olehorang yangt i d a km e r e k akenal.

Angka 80 persen tersebut menunjukkankekerasan dalam keluarga menjadi

dominan, permasalahanekonomi, disfungsi ke-

luarga, dan pan-dangan salah me-

ngenai posisianak menjadipenyebab tim-bulnya keke-rasan terha-dap anak.

"Se l amaini banyak ter-jadi kekerasan

pada anak aki-bat anak diang-

gap sebagai hakmil ik. Akibatnya,

orangtua maupunorang dewasa lainnya me-

rasa berhak memperlakukan anak-anak mereka sesuka hatinya," ungkap SekjenKomnas Perlindungan Anak, Arist MerdekaSirait.

Ironisnya, jumlah kasus pelanggaran ter-hadap hak anak ini terus meningkat dari ta-hun ke tahun. Arist mengungkapkan, diper-kirakan jumlah kasus pelanggaran hak anaktahun ini mencapai angka 13,5 juta, pelang-garan ini terdiri atas tindak kekerasan, tidakdipenuhinya hak atas kesehatan, pendidikan,ekonomi, dan juga hak-hak sosial lainnya.

Telepon Sahabat AnakTelepon Sahabat Anak (Tesa) 129 meru-

pakan wujud kerja sama antar departemendi antaranya Kementerian PemberdayaanPerempuan, Departemen Sosial, Departe-men Komunikasi dan Informatika, lembagapemerintahan terkait dan beberapa NGOyang berkonsentrasi di bidang perlindunganhak anak. Sebagai media pelayanan publik,Tesa 129 berupaya memberikan perlindung-an yang terkonsentrasi pada perlindungananak dari tindakan fisik, psikis dan seksual,perlakuan diskriminatif baik gender, suku, ras,agama, maupun sosial-ekonomi.

Layanan tersebut kini baru diluncurkandi dua kota, yakni Jakarta dan Banda Aceh.Selanjutnya akan dibangun pula di Makassardan Surabaya. Layanan bebas pulsa lokal Tesa129 yang beroperasi 24 jam ini merupakanjawaban atas rekomendasi PBB bahwa se-mua anak harus memperoleh layanan yangmengakomodasi kebutuhan dunia mereka.Praktiknya mirip layanan call center. Di ujungtelepon tersedia puluhan tenaga sukarelayang terdiri atas beragam profesi, yangmemberikan konsultasi gratis masalah anak.

Mengapa Tesa diperlukan? Karena padabanyak kasus, terdapat kecenderungan kor-ban atau saksi mata enggan menceritakanhal yang dialami secara terbuka. Beberapakasus, jika diungkap secara terbuka, akanmencemarkan nama baiknya atau keluarga-nya.

Dalam kasus lain, pelapor takut bila men-ceritakan akan mendapat ancaman. Olehkarena itu, terobosan melapor melalui tele-pon secara anonim (tanpa memperlihatkan

"Saya harusbagaimana, anak saya seringmenjadi sasaran kemarahan

ayahnya, apa yang harus sayalakukan? saya tidak tega melihat

memar di sekujur tubuh anak saya,tapi saya tidak bisa

mencegahnya", ucap Rini (32tahun) melalui telepon diikuti

suara isak tangis, melaluiTESA 129 Jakarta.

identitas) diharapkan akan membuat merekayang secara langsung maupun tidak langsungmelihat tindak kekerasan terhadap anak me-rasa aman dan nyaman untuk menceritakanpermasalahan tersebut.

Selain sebagai media pengaduan dan kon-seling, Tesa juga memberikan informasi ke-pada masyarakat sebagai upaya preventifdalam mencegah terjadinya kasus-kasus tin-dak kekerasan dan pelanggaran hak-hak anaklainnya. Melalui jaringan kerja sama lintas in-stansi, Tesa 129 diharapkan dapat memberi-kan informasi tentang instansi terkait yangdapat dijadikan rujukan.

Di Banda Aceh, Tesa lebih ditekankan un-tuk membantu anak korban kekerasan, pele-cehan, trauma, perceraian dan konflik politik."Isu seperti penelantaran, kekerasan, eks-ploitasi dan perdagangan anak, pemisahananak dari keluarga dan pelanggaran hukummemerlukan perhatian besar pasca bencanatsunami. Tesa merupakan salah satu jalan ke-luar agar anak mudah mendapatkan dukung-an dan pertolongan," kata Richard Sandisondari Plan International.

Saat Tesa diluncurkan di Banda Aceh 23Juli 2006, tanggapan dari masyarakat masihsepi karena adanya kendala aksesibilitas se-perti belum pulihnya sarana telekomunikasi.Namun sejak November 2006, setelah sosial-isasi dilaksanakan secara intensif dan diikutidengan perbaikan jaringan telepon, berbagaipengaduan mulai masuk. Kendati demikian,hingga saat ini belum ada kasus besar yangdilaporkan, kebanyakan berupa 'curhat' sepu-tar masalah trauma anak pasca bencana tsu-nami.

Sedangkan di Jakarta, sejak diluncurkanTesa langsung mendapat respon dari masya-rakat. Seperti kasus Rini (bukan nama sebe-narnya) di atas, kebingungan dan ketakutanyang dihadapi Rini, membawa ibunya untukmengkonsultasikan masalah tersebut ke Te-sa 129. Ia menceritakan semua kejadian yangmenimpa anaknya. Perlakuan ayah angkatyang membawa luka psikis mendalam bagiibu dan anak ini akhirnya dapat dihentikanberkat Tesa 129.

Satu lagi yang telah memanfaatkan Tesaadalah Ratno (15 thn, juga bukan nama se-benarnya), remaja yang terperangkap dalamlingkaran kemiskinan. Kehidupan keluarganyayang fakir miskin, membuat dia tidak bisamelanjutkan keinginan dia untuk bisa terusbelajar dan mencapai cita-citanya. Dia harusbekerja sebagai pengamen jalanan untukmembantu menyekolahkan adik-adiknya. Diamencoba mencari teman bicara yang se-kaligus dapat memberikan solusi dari perma-salahan yang dihadapi. Melalui Tesa 129,Ratno dirujuk ke dinas pendidikan setempatuntuk dapat melanjutkan sekolah melaluipaket B.

Dalam kehidupan berbangsa di mana anakcucu merupakan penerus, permasalahan tin-dak kekerasan terhadap anak harus dijadikanpermasalahan bersama, menjadi tanggungja-wab bersama. Mulailah dari keluarga sendiriuntuk mendidik anak secara proporsional danmenjauhkan kekerasan apapun bentuknya.(dw)

TesaFo

to:id

esFo

to:d

an

Page 16: komunika 20 2006

4 Edisi 19/Tahun II/Desember 2006

KOMUNIKA KESRA

Perjuangan Mencari Kesetaraan

MENJADI PRT memang pilihan palingrasional bagi Anik. Bekal ijazah SD membuatibu satu anak ini tidak memiliki pilihan lainyang lebih baik. Di desanya, di kawasan Lom-bok Timur, bekerja ngerampek (panen padi-red) hanya diganjar upah Rp8.000 sehari.Kalau ditotal sebulan, upahnya hanya men-capai Rp240.000,00. Itu pun tak selamanyaada peluang, karena mesti berebut denganbeberapa sejawatnya yang mencoba men-cari penghasilan sampingan.

Tentu saja, upah tersebut tidak cukupsekadar untuk makan. Kalau jadi PRT, Aniktak perlu lagi memikirkan masalah makan,bahkan penghasilan sebesar Rp250.000 bisalangsung ditabung.

Apa yang dilakukan Anik merupakan gam-baran kemandirian perempuan di tengahhimpitan ekonomi yang kurang bersahabat.Ia sendiri mengaku tidak harus menunggukiriman penghasilan suaminya sebulan sekali,karena ada bekal hidup hasil keringatnya.

Anik hanyalah satu contoh dari sekianribu perempuan di Nusa Tenggara Barat(NTB) yang berusaha bertahan hidup. Na-mun, sayangnya upaya Anik ini, dalam bebe-rapa kesempatan justru dijadikan "pembe-naran" sang suami untuk tidak memberikannafkah, lantaran gaji sang suami dikirimkanlangsung ke rekening kakak iparnya. Ituartinya Anik hanya mengandalkan pekerjaansebagai PRT untuk menyambung hidup,sembari menunggu kedatangan suaminyadua tahun lagi.

Masih TerpinggirkanData statistik tahun 2004 menunjukkan

bahwa perempuan merupakan mayoritaspenduduk di NTB, 52 persen dari sekitar4,2 juta total penduduk. Namun, jumlahbesar tak serta merta menunjukkan perha-tian yang cukup besar pula dari masyarakat.Kerap kali dalam setiap aspek kehidupan per-empuan cenderung terpinggirkan.

Permasalahan gender bisa dikatakan me-rupakan permasalahan yang sensitif di NTB.Sebagian masyarakat, termasuk kalangan elitdan terpelajar melihat konsep gender seba-gai produk kebudayaan barat yang berten-tangan dengan budaya setempat. Cara pan-dang inilah yang kemudian tercermin dalamsemua segmen kehidupan.

Perempuan dalam adat dan tradisi Sasak,suku asli di Lombok, berada pada keduduk-an yang lemah. Dalam naskah Kotaragamayang menjadi referensi masyarakat Sasak,ada tiga hal yang patut digarisbawahi, yaitupertama, perempuan tidak punya hak men-jadi pejabat, kedua, perempuan tidak punyahak menjadi saksi dan ketiga, perempuanSasak, tidak memiliki hak untuk terlibat da-lam musyawarah-musyawarah adat.

‘’Saya harus tunggu dulu suami saya bekerja di Malaysia, barusaya bisa bekerja lagi,’’ ujar Anik (23). Setelah Seni (27),suaminya, diangkut pesawat udara beberapa pekan lalu, ia punmasih gelisah. Belakangan, SMS sang suami yang menyebutkanpekerjaan sudah diperolehnya, barulah Anik lega. Ia pun bisabekerja kembali jadi pembantu rumah tangga (PRT).

Ketiga hal ini berarti perempuan tidak bisamenjadi pengambil dan penentu kebijakanserta tidak terl ibat dalam pengambilankebijakan. Semua ini menempatkan perem-puan dalam posisi yang termarginalkan.

HL Agus Faturrahman, seorang BudayawanSasak mengatakan, garis keturunan Suku Sa-sak menganut sistem patrimonial yangmenempatkan laki-laki sebagai penerusketurunan. Masalah penerus keturunan iniberkaitan erat dengan hak waris, dimanaperempuan tidak berhak menerima wariskarena tidak menjadi garis penerus keturunan.

Dalam peraturan pemerintahan Sasak se-belum masuknya Agama Islam, perempuanSasak mendapat warisan seisi rumah sedang-kan laki-laki mendapat rumah, sehingga jikaterjadi perceraian perempuan harus mening-galkan rumah. "Tapi setelah masuknya Islam,justru terjadi penafsiran ajaran agama secarasalah sehingga perempuan setelah berceraimalah tidak mendapatkan apa-apa," jelas Fatur-rahman.

Ketika terjadi perceraian, perempuan tidakmendapatkan hak secara ekonomi, padahalkeluarnya perempuan dari rumah kerapkalimembawa serta anaknya, dan akhirnya me-nanggung beban hidup keluarga.

Menurut Agus Patria dari Biro Hukum Set-da Pemprop NTB, laki-laki di Lombok seringkalimeninggalkan tanggung jawab untuk membe-rikan nafkah bagi keluarganya.

Penafsiran budaya juga membawa dampakbesar terhadap lahirnya praktek ketidakadilanlainnya. Budaya Pesaji, misalnya, menurut bu-dayawan Sasak, M Yamin, dikenal di Lombokuntuk menegaskan bahwa seorang istri dananak perempuan tidak boleh makan sebelumsuami atau anak laki-laki makan terlebih dahulu.Anak perempuan mendapat sisa ayah dan sau-dara laki-lakinya, sedangkan istri menunggu sisadari anak.

Begitupun dalam hal pendidikan. Orangtuamerasa anak perempuan tidak perlu pendidik-an tinggi, karena, toh, setelah menikah men-jadi milik laki-laki. Akibatnya tingkat partisipasiperempuan dalam bidang pendidikan sangatrendah dan angka putus sekolah perempuanterhitung tinggi.

Tindak KekerasanTermarginalkannya posisi perempuan da-

lam adat dan budaya menimbulkkan diskrimi-nasi terhadap perempuan itu sendiri. Minimnyakesempatan perempuan untuk berpartisipasiaktif di ranah publik menyebabkan kehidupanperempuan seperti jalan ditempat.

Keyakinan orang tua, bahwa tugas perem-puan adalah menikah, mengurus rumah tang-

ga dan melahirkan penerus keturunanmenye-babkan perempuan su litmendapat kesempatan mengenyampendidikan.

Satu akibat yang pasti, minimnyapendidikan perempuan menyebabkanmayoritas perempuan tergantung penuhkepada laki-laki sepanjang hidupnya.

Sekalipun mampu “berdaya” pada sek-tor ekonomi non formal dan menjadi tu-lang punggung keluarga, namun belengguadat dan tradisi tetap menyulitkan perem-puan untuk memperjuangkan hak-haknyasecara mandiri. Pada gilirannya, semuaini turut mendorong munculnya beragamkekerasan terhadap perempuan.

Data angka kekerasan terhadap per-empuan dari tahun ke tahun terus me-ningkat, bahkan mencapai puncaknya pa-da tahun 2004, sebanyak 1280 kasus.

Peningkatan ini bisa dimaknai secarapositif atas mulai munculnya kesadaranperempuan untuk melaporkan kasus ke-kerasan yang dialaminya semakin tinggi.

Padahal, banyak perempuan NTB sejakdini dicekoki pemahaman agama bahwamelawan suami apalagi membuka aibnyaadalah dosa besar, sehingga mereka me-milih untuk merahasiakan tindak kekerasanyang dialaminya.

Selain itu, angka ini juga dapat dimak-nai adanya respon positif atas kebijakanperlindungan terhadap perempuan de-ngan kegiatan utama advokasi kasus ke-kerasan terhadap perempuan.

Memberdayakan PerempuanPemerintah bukannya menutup mata

terhadap semua permasalahan perem-puan yang ada di Lombok. Di bidang kese-hatan, pemerintah telah mengalokasikananggaran sebanyak 45 miliar, yang seba-gian besar digunakan untuk peningkatanpelayanan kesehatan demi menurunnyaAKI dan Angka Kematian Balita (AKB) ser-ta penanganan gizi buruk.

“Untuk anggaran kesehatan, NTB jugamendapat dana hibah dari lembaga-lem-baga donor untuk peningkatan derajat ke-sehatan masyarakat pada umumnya, ke-sehatan ibu dan bayi, khususnya,” kataKepala Bagian Kesehatan Biro Kesejahte-raan Sosial Setda Propinsi NTB, RohmiKhoiriyati SKM Msi.

Masih menurut Rohmi, pemerintahsendiri, khususnya Biro Kesos banyak mela-kukan kerjasama dengan Pusat Studi Wa-nita untuk melakukan berbagai penelitian

dan kajian terkait kondisi perempuan Lom-bok. “Misalnya penelitian tentang gizi bu-ruk yang dikaitkan dengan perilaku ibu,seperti posisi tawar ibu dalam keluarga,jumlah anak dan pola asuh yang baru-baruini dilakukan,” katanya.

Untuk program pemberdayaan perem-puan sendiri, Pemerintah Provinsi NTBtermasuk dalam sejumlah provinsi yangmendapat dana stimulan dari pemerintahpusat, yaitu melalu i Kementer ianPemberdayaan Perempuan.

Setiap tahun, sejak tahun 2001, Peme-rintah Provinsi NTB mendapat kucuran danakurang lebih sebesar Rp. 812 juta, yang dike-lola oleh Bagian Pemberdayaan Perempuan,Tenaga Kerja dan Keluarga Berencana, BiroKesos Setda NTB.

Dari informasi yang berhasil dikumpulkanKomunikA, sebagian besar dana tersebutdigunakan untuk sosialisasi tentang programPengarusutamaan Gender bagi stake holder,tokoh agama, dan tokoh masyarakat.

Untuk program pemberdayaan perem-puan sendiri, pemerintah memposisikan dirisebagai koordinator yang menjalin kemitraandengan berbagai lembaga seperti LBH Apik,LPA NTB, dan LSM lainnya yang lebih banyakbertindak sebagai eksekutor program pem-berdayaan perempuan di masyarakat.

Perubahan Pola PikirBeberapa waktu lalu saat Puncak Peri-

ngatan Hari Ibu ke 78 di Taman Mini Indo-nesia Indah, Presiden SBY menyerukan agarperempuan mensejajarkan dirinya denganpria, karena pada dasarnya perempuan jugamemiliki potensi sebagai aset pembangunandan berhak untuk menikmati hasil pemba-ngunan.

Bahkan, Menteri Negara PemberdayaanPerempuan, Meutia Hatta Swasono menga-jak semua untuk membudayakan kesetaraandan keadilan gender sebagai misi dari ke-menterian Pemberdayaan Perempuan dalammemberdayakan perempuan Indonesia disegala bidang.

Tapi pada prakteknya membudayakankesetaraan dan keadilan gender membutuh-kan proses panjang karena merupakan pro-ses perubahan pola pikir.

Pola pikir harus diubah agar perempuanbisa mendapatkan haknya untuk menikmatipembangunan. Seperti seorang Anik. Mung-kin Anik tidak mengerti apa itu gender, diahanya berpikir untuk tidak terlalu tergantungdengan suami.

Dan dia yakin dia mampu berdikari. Ber-beda dengan sang suami, yang justru menilaimampunya Anik menghidupi diri menyatakanbahwa dia tidak perlu memberinya nafkahlagi, sehingga dia bisa mengirimkan hasil ker-janya pada keluarga besarnya.

Karena itu, perubahan pola pikir seorangperempuan juga harus mendapat dukungandari laki-laki. Laki-laki harus mengerti bahwadengan berdikari bukannya perempuan tidakmembutuhkan laki-laki.

Seperti juga laki-laki, perempuan memilikikebutuhan akan aktualisasi diri, tanpa melu-pakan keluarga. Jika perubahan pola pikir se-orang perempuan untuk memperjuangkandan mendapatkan hak-haknya mendapat du-kungan penuh dari pria, barulah bisa di-katakan terwujudnya kesetaraan dan kea-dilan gender, seperti yang selalu didengung-dengungkan selama ini. (Ids/dari berbagai sumber)

Potret Perempuan di Pulau LombokFo

to: i

mag

eban

k

Page 17: komunika 20 2006

5

KOMUNIKA

Edisi 19/Tahun II/Desember 2006

PEREKONOMIAN

dhoyono, pembalakan liar (illegal logging)marak di wilayah Kapuas Hulu, bukan hanyadi Badau tapi juga di kecamatan-kecamatanlain. “Bapak lihat sendiri, hutan di sini samasekali habis,” tuturnya sambil menuding bu-kit-bukit gundul sekeliling desanya.

Saat itu, urainya, ekonomi Badau me-ningkat dengan sangat pesat. Banyaknyawarga setempat yang bekerja di sektorperkayuan, baik itu menjadi pengusaha,pengepul maupun penebang, membuatpendapatan warga melonjak. “Banyakwarga bisa membeli kendaraan roda empatdan barang-barang elektronik mahal lainnya.Sekarang bekasnya pun masih ada. Bapaklihat sendiri di Badau ini banyak sekali mobilsekelas Pajero dibiarkan teronggok rusak.Itu mobil-mobil peninggalan jaman illegallogging dulu,” tuturnya.

Sekarang, keadaannya berbalik 180 de-rajat. Begitu illegal logging diberantas olehpemerintahan Presiden Yudhoyono, cu-kong-cukong kayu yang kebanyakan war-ganegara Malaysia kabur. Warga setempatmenghentikan aktivitas pembalakan liar,namun yang terjadi banyak di antara merekayang kemudian menjadi penganggur. Akti-vitas perekonomian yang semula sangat ter-gantung pada bisnis kayu ilegal, secara dras-tis melambat dan kemudian berhenti total.“Sekarang jangankan toko, warung nasipun jarang yang buka karena yang beli tidakada,” kata Florensius.

Maka jadilah Badau sebagai desa mati,kembali seperti jaman baheula. Adapun ke-hidupan perekonomian masih dapat ber-denyut karena masih ada ringgit yang di-bawa pulang para pelintas batas dari kebun-kebun sawit negeri tetangga.

Tergantung Negara TetanggaKepala Sub-Bidang Perencanaan dan

Pemberdayaan Daerah, Badan PerencanaanPembangunan Daerah (Bappeda) Kaliman-tan Barat Sahat Sinaga, dalam WorkshopPembangunan Daerah Perbatasan di Ponti-anak beberapa waktu lalu menyatakan,kondisi masyarakat di perbatasan KalimantanBarat dengan Sarawak, Malaysia jauh ter-tinggal. Perekonomian di daerah sepanjangsekitar 800 kilometer kini nyaris semuanyadikuasai pengusaha-pengusaha Malaysia,sementara perekonomian warga setempattak berkembang.

"Penguasaan" bukan berarti para pe-ngusaha Malaysia melakukan ekspansi kewilayah Indonesia, akan tetapi berupa ke-tidakmampuan warga setempat untuk me-ngelola ekonomi mereka sendiri secara swa-karsa dan swasembada, yang pada akhirnyamembuat ketergantungan mereka terha-dap barang dan jasa asal negeri jiran sangattinggi. Jangankan bahan pokok, sekadar bu-tuh korek api pun mereka harus membelidari Malaysia.

“Tidak berkembangnya ekonomi daerahperbatasan di Kalbar karena beberapa wak-tu lalu pendekatan yang dilakukan hanyadari aspek keamanan. Pendekatan ini mem-

Siang terik yangberdebu, Desa Nanga

Badau tampak sepertidesa mati. Senyap. Tak

tampak kendaraan berlalu-lalang. Di rumah-rumah

panggung yang bertebarandi kanan-kiri jalan hanya

tampak beberapaperempuan dan anak-anak

sedang duduk sambilmencari kutu. Mengapa

suasana begitu sepi?

Pertanyaan itu segera menyergap,saat KomunikA menyusuri NangaBadau, Kec Badau, Kab KapuasHulu, Kalbar, bulan September lalu.Maklum, dua tahun lalu suasana

desa di perbatasan RI-Malaysia itu begitumarak oleh aktivitas manusia. Dulu warung-warung nasi berjubel pembeli, pasar ramai,kendaraan baik roda empat maupun rodadua hilir mudik di jalanan. Tapi kini suasa-nanya begitu berbeda. Selain sunyi, jugatak tampak laki-laki nongkrong atau berak-tivitas. Ke mana para lelaki pergi?

“Bapak sedang bekerja di kebun sawit,”kata seorang ibu yang sedang mencari kuturambut anaknya, saat KomunikA menanya-kan apakah suaminya ada di rumah.

Tuntas sudah pertanyaan mengapa sua-sana Nanga Badau di siang hari tampak se-perti “desa janda.” Rupanya hampir semualelaki di desa itu bekerja di kebun kelapasawit. Tapi jangan salah, mereka bekerjabukan di wilayah Indonesia melainkan diSerawak, Malaysia.

Pertanyaan lain segera menyergap: Me-ngapa harus ke Malaysia, apakah di Badautidak cukup tersedia lapangan kerja se-hingga mereka berbondong-bondong me-lintas batas?

Napsih (25), ibu yang sedang mencarikutu itu, menggelengkan kepala saat Ko-munikA mencoba menanyakan perihal ke-tersediaan lapangan pekerjaan di desanya.

“Tidak ada lapangan kerja di sini. Se-menjak para tauke kayu meninggalkan desaini setahun lalu, ekonomi Badau seperti ter-henti. Warung-warung tutup, pasar sepi.Uang sangat sulit didapat, sehingga ketikakebun kelapa sawit di sebelah (maksudnyanegara tetangga Malaysia—Red) membukalowongan pekerjaan, hampir seluruh lelakidi desa ini mendaftarkan diri dan diterima,”ujar perempuan asli Jawa Tengah ini.

Banyaknya warga yang bekerja di kebunkelapa sawit di Serawak Malaysia itu dibe-narkan Sekretaris Kecamatan Badau, Flo-rensius Kanyan.

"Setelah pembalakan liar di KecamatanBadau berhenti, banyak warga yang alih pro-fesi menjadi buruh harian di kebun kelapasawit Malaysia," ujarnya.

Ia bercerita, beberapa tahun sebelumpemerintahan Presiden Susilo Bambang Yu-

buat aspek kesejahteraan masyarakat men-jadi terabaikan,” katanya.

Diakui Sahat, pendekatan keamanan me-mang sudah berakhir seiring dengan tum-bangnya rezim Orde Baru, namun kegiatanperekonomian di daerah perbatasan justrusemakin memprihatinkan. Perdagangan ilegalmerajalela tanpa bisa dicegah. Begitu punpenyelundupan mengalir deras dari Malaysia,yaitu berupa barang kebutuhan sehari-harimaupun dari Indonesia berupa hasil hutandan pertanian. Ketergantungan masyarakatperbatasan Kalbar kepada Malaysia menjaditinggi, karena mereka mendapatkan suplaibarang-barang kebutuhan dari sana.

“Pihak yang paling dirugikan adalah Kalbar,karena hampir semua kekayaan hutan di dae-rah ini diperdagangkan secara ilegal. Dari Ke-camatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu sa-ja, dulu setiap hari ada sekitar 130 truk ber-muatan kayu dan melalui Entikong, Kabupa-ten Sanggau, ada sekitar 100 truk bermu-atan kayu yang diselundupkan ke Malaysia.Sementara nyaris seluruh kebutuhan pokokdisuplai melalui 'jalan-jalan tikus' dari Malaysia,”ujarnya.

Kendati sekarang illegal logging sudahberhenti, toh bukan berarti ketergantungankepada negara tetangga Malaysia ikut ber-henti. Justru kekosongan aktivitas perda-gangan telah membuat masyarakat setem-pat makin tergantung kepada Malaysia. Ba-yangkan, untuk mendapatkan bahan ma-kanan pokok seperti beras, gula, BBM danbarang konsumsi lainnya, masyarakat Badaumembeli dari Lubok Antu, Serawak.

“Jaraknya lebih dekat dan transporta-sinya lebih lancar,” kata Kutjai Apin, wargaBadau. “Jika membawa dari ibukota kabupa-ten Kapuas Hulu, Putussibau, selain jaraknyalebih jauh, harganya juga lebih mahal.”

Tak pelak, di sektor ekonomi ini negaratetangga lebih dilirik daripada negara sendiri.Lebih-lebih setelah belakangan ini makin ba-nyak warga Badau bekerja di perkebunan-perkebunan kelapa sawit Malaysia, secaraekonomis ketergantungan mereka terhadapnegara tetangga juga semakin tinggi.

“Kebanyakan ketertarikan warga Indo-nesia untuk bekerja di Malaysia adalah karenagaji yang lebih besar. Sebenarnya hanya se-kitar 200-500 ringgit sebulan, tapi kalau diru-piahkan jumlahnya menjadi besar,” kata Wija-yakusuma, peneliti senior di Universitas

Mengharap Hujan Emasdi Negeri Sendiri

Tanjungpura, Pontianak di sela-sela SeminarPenge-lolaan Isu Publik Daerah Perbatasandi Hotel Red Top Pecenongan Jakartapertengahan Desember lalu.

Hal yang sama terjadi di Nunukan danMalinau, Kaltim. Di dua kabupaten yang ber-batasan dengan Sabah Malaysia ini, keter-gantungan warga RI secara ekonomis ter-hadap negara tetangga terlihat dengan ba-nyaknya mata uang Ringgit Malaysia (RM)yang beredar di pasaran. Karena transaksilebih sering terjadi dengan pihak Malaysia,maka konsekuensinya RM lebih banyak diper-gunakan daripada rupiah.

"Saya kira, semua tak akan terjadi jikapemerintah terus membangun wilayah per-batasan, sehingga kondisinya bisa seimbangdengan negara tetangga," kata Wijaya.

Benar apa yang disampaikan PresidenYudhoyono, bahwa kawasan perbatasanmestinya tidak lagi dilihat sebagai bagianbelakang negara Indonesia, tetapi sebagaiwajah Indonesia. Oleh karena itu, tak adacara lain, pemerintah memang harus mem-berikan perhatian yang sungguh-sungguhagar ketimpangan sosial ekonomi dengandaerah lain dapat diatasi.

Memang ada pepatah lebih baik hujanbatu di negeri sendiri, daripada hujan emasdi negeri orang. Akan tetapi yang menjadiharapan semua orang tentu hujan emas dinegeri sendiri. Betul nggak, friend? (g)

Ekonomi Perbatasan

Lain lubuk, lain ikannya. Lain ladanglain pula belalangnya. Demikian pulakeadaan di Badau, Nunukan danMalinau, sangat berbeda jika diban-

dingkan dengan yang terjadi di Belu danAtambua, Nusa Tenggara Timur. Jika di Ba-dau ketergantungan warga Indonesia ter-hadap produk barang dan jasa dari negaratetangga sangat tinggi, maka di Belu danAtambua justru terbalik, warganegara te-tangga (Timor Leste) yang secara ekonomisangat tergantung kepada RI.

"Bahkan pejabat Timor Leste dalam se-buah forum pernah meminta warga NTTuntuk membantu ekonomi Timor Leste,"kata Prof. Dr. Alo Liliweri,MS, staf pengajarUniversitas Nusa Cendana, Kupang dalamSeminar Pengelolaan Isu Publik DaerahPerbatasan di Hotel Red Top PecenonganJakarta.

Menurut Prof Alo, aktivitas perdagang-an terutama jual-beli bahan kebutuhanpokok di perbatasan RI - Timor Leste me-mang 'dikuasai' oleh pedagang-pedagangIndonesia. "Hanya sayangnya, aktivitas pa-sar legal lintas negara kalah ramai dibanding-kan dengan pasar gelap," imbuh Alo.

Salah satu sebab mengapa aktivitas per-dagangan lintas negara marak terjadi di Belu

Lain Badau, Lain Belu

Kondisi warga perbatasan Kalbar-Malaysia diKec Entikong, butuh perhatian serius.

Stasiun pengisian BBM Lubok Antu, Serawak, Malaysia. Sebagian warga Kec Badau KabKapuas Hulu Prov Kalbar lebih suka membeli BBM dari sini.

dan Atambua adalah karena adanya persa-maan suku, bahasa, budaya dan hubungankekerabatan antara warga Timor Leste de-ngan warga NTT.

Pantauan Tim Pengelolaan Isu AktualDaerah Perbatasan BIP di lapangan,Departemen Komunikasi dan Informatikahampir seluruh barang yangdiperdagangkan di wilayah Timor Lesteberasal dari NTT. Pedagang antusias me-masukkan barang ke Timor Leste karenabisa menangguk keuntungan besar. Mak-lum harga barang-barang di Timor Lestesangat mahal. Bahkan untuk komoditasseperti BBM dan bahan kebutuhan pokok,harganya bisa naik tiga kali lipat dibanding-kan dengan harga di Belu atau Atambua.

"Imbasnya, aktivitas perdagangan ge-lap BBM dan bahan pokok banyak terjadi.Upaya pemberantasan penyelundupansudah sering dilakukan, namun sejauh inibelum menunjukkan hasil maksimal," kataKepala Badan Informasi dan KomunikasiProv NTT, Drs Umbu Saga Anakaka MM.

Tak pelak, tindakan tegas pemerintahuntuk mengatur daerah perbatasan mut-lak diperlukan. Jika tidak, perbatasan bisamenjadi pintu keluar-masuk barang ilegal,termasuk senjata api dan narkoba. (g)

Foto

: G

un

Foto

: G

un

Page 18: komunika 20 2006

Edisi 20/Tahun II/Desember 206

LAPORAN UTAMA

Kawasan perbatasan sebagai bataskedaulatan suatu negara secara

universal memiliki peran strategisdalam penentuan kebijakan

pemerintah baik untuk kepentingannasional maupun hubungan antar

negara (internasional). Secarageografis, posisi RI yang diapit oleh

dua benua dan dua samudera,mempunyai batas wilayah

internasional dengan 10 negaratetangga.

Perbatasan langsung atau darat terdiri dari tiganegara yaitu Malaysia, Timor Leste, dan Papua NewGuinea (PNG). Sedangkan batas laut wilayah(teritorial), landas kontinen dan Zone Ekonomi Eks-

klusif (ZEE) meliputi 10 negara yaitu India, Thailand, Ma-laysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, PNG, Timor Lestedan Australia.

Sejauh ini, situasi perbatasan sangatlah kompleks, ba-

nyak permasalahan batas wilayah antar negara baik batasdi darat maupun di laut yang membutuhkan perhatian lebihbaik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.Berbagai kebi jakan dan pendekatan, be lum b isamenuntaskan permasalahan yang ada.

Mulai kasus penyelundupan barang dan hasil bumi sam-pai penyelundupan manusia; dari suap menyuap sampaipelanggaran kekerasan fisik yang serius; perampasan tanahsampai konflik komunal; dari aktivitas ekonomi terbuka ataupasar untuk menjual komoditas yang dibutuhkan dalamkehidupan sehari-hari, sampai aktivitas yang sifatnya ter-tutup seperti transaksi seks, perjudian, bahkan sampai per-dagangan manusia serta gangguan keamanan.

Tentunya banyak faktor yang menjadi penyebabnya,selain faktor geografis yang membuat kawasan perbatasanumumnya relatif terpencil serta kurang memiliki dukunganfasilitas publik yang kurang optimal, lantaran secara demo-grafi jumlah penduduk yang mendiami kawasan tersebutrelatif minim.

Selain itu bisa jadi pelayanan publik yang wajib dise-diakan pemerintah seperti bidang kesehatan dan pendi-dikan pun acapkali belum dapat diterima secara optimaloleh warga negara di kawasan perbatasan lantaran keter-batasan sumber daya manusia dan keterbatasan penda-naan. Bayangkan, untuk menjangkau Kecamatan Badau,Kab Kapuas Hulu, Kalbar, membutuhkan waktu hampir 20jam perjalanan darat dari Pontianak. Sementara jika melaluijalan udara melalui ibukota kabupaten, Putussibau, dibu-tuhkan biaya sekitar Rp700 ribu, dan tidak setiap hari adajadwal penerbangan.

Padahal sejatinya, kawasan perbatasan memiliki potensibesar dan memiliki prospek yang menguntungkan untukdikembangkan bagi kepentingan pertahanan keamanan,pengembangan perekonomian dan berbagai kasus khususterkait dengan permasalahan hubungan antar warga ne-gara. Hal terakhir inilah yang menjadi krusial di kawasanperbatasan darat langsung. Berikut ini kisah dari empatkawasan perbatasan langsung darat yang menjadi lokasiPengelolaan Isu Aktual Daerah Perbatasan oleh Pusat Pe-ngelolaan Pendapat Umum, Badan Informasi Publik Depar-temen Komunikasi dan Informatika.

Dari Patok Batas NasionalismeHingga Layanan Publik

Kawasan perbatasan di Kalimantan Barat mendapatsorotan pemerintah terutama di bidang pembangunan sa-rana telekomunikasi. Tahun ini, pemerintah mengalokasikan

26 juta Euro untuk pembangunan stasiuntelevisi dan program komputer sekolah

perbatasan, serta 8 ribu desa-desa pe-dalaman yang tersebar di nusantara.

Ketertinggalan kawasan per-batasan antar negara diakui

Menteri Komunikasi dan Infor-matika (Menkominfo), SofyanA Djali l. Dicontohkannya,kondisi perbatasan Kalbar-Sa-rawak sangat kontras. “Siarantelevisi Indonesia sangat sulitdidapatkan di Kawasan per-batasan. Pada sisi lain, siarantelevisi Malaysia justrumasuk dan menguasai si-aran sepanjang per-batasan,” jelas Men-kominfo.

Kasus-kasus laindi kawasan per-batasan selamaini menyangkutpe langgaran

p r o s e d u r

keimigrasian (pelintas batas secara ilegal), penyelundupan barang/orang, pencurian sumber daya alam, terutama di kawasan yang sulit/jauh dari jangkauan pengawasan. Hal ini bisa jadi diakibatkan pulaoleh adanya kenyataan masih sederhananya tanda-tanda (patok)batas daerah, sehingga dengan mudahnya orang-orang yang tidakbertanggung jawab memindahkan posisi atau merusaknya karenasemata-mata mereka ingin mencari keuntungan dengan mengabaikanrisiko melanggar kedaulatan suatu negara.

“Secara khusus, dari aspek komunikasi selama ini masyarakat per-batasan memang jauh lebih mengenal pemerintah dan kebijakannegara tetangga, sebagaimana terjadi di Kalimantan Barat,” kataDrs Wijaya Kusuma MA, peneliti senior di Universitas Tanjungpura,Pontianak.

Mulai 2006, Pemerintah Kabupaten Sintang terus meningkatkanpembangunan infrastruktur pendidikan di kawasan perbatasan,seperti pembangunan SMPN Jasa dan SMPN Nanga Bayan KetungauHulu. “Upaya ini jelas akan mempengaruhi keterikatan warga kawasanperbatasan terhadap NKRI pula,” cetus Wijaya.

Secara umum, lanjut Wijaya, perhatian pemerintah kepada ka-wasan perbatasan terkesan dengan pendekatan keamanan (securityapproach) dalam arti sempit. Belum sepenuhnya mempertimbangkanaspek kesejahteraan masyarakat,” ungkap pengajar FISIP Untan ini.

Sejalan dengan logika ini, Wijaya menyarankan adanya pende-katan prosperity/development approach pada tingkat nasional, atau-pun regional development approach pada tingkat kawasan agar lebihmeningkatkan kualitas sumber daya manusia di kawasan perbatasan.

“Tokoh acuan seperti ketua adat, selama ini masih sangatdihormati dan memegang peranan sentral di lingkungan masyarakatperbatasan Kalbar,” kata Wijaya. Potensi ini merupakan hal besaryang bisa diberdayakan oleh pemerintah daerah maupun pusat gunamengembangkan berbagai kebijakan pengelolaan kawasanperbatasan.

Menurut Ir Sukaliman, dari Badan Komunikasi dan Informasi Pro-vinsi Kalimantan Barat, paradigma penanganan kawasan perbatasansudah diubah dari pendekatan keamanan ke kesejahteraan.

“Kita telah mengembangkan empat wilayah pembangunan. Kamimenyebutnya dengan BDC (Border Development Centre). Kita akanbangun sekolah-sekolah unggulan, membangun rumah susun di ka-wasan perbatasan, dan mengembangkan KIM (Kelompok InformasiMasyarakat--red) di 5 kabupaten,” terang Sukaliman.

Saat ini ada 28 KIM di wilayah perbatasan yang diharapkan menjadisarana akses pemerintah untuk kegiatan sosialisasi kebijakan maupunpenyerapan isu publik. “Sampai saat ini, kami sudah memberikanbantuan kepada tiga radio komunitas di tiga kabupaten kawasanperbatasan,” imbuh Sukaliman.

Belajar dari Pengalaman Sipadan-LigitanKawasan perbatasan di Kalimantan Timur merupakan kawasan

yang terletak di sepanjang kawasan perbatasan antara Negara Repu-blik Indonesia dengan Negara Malaysia Bagian Timur (Sabah danSerawak).

“Ketertinggalan dengan negara tetangga secara sosial maupunekonomi dikhawatirkan dapat berkembang menjadi kerawan yangbersifat politis secara jangka panjang. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah percepatan pembangunan melalui pengelolaan kawasanperbatasan untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara te-tangga,” kata Bernardus Saragih PhD, dari Lembaga Penelitian Univer-sitas Mulawarman. Memang permasalahan perekonomian sangat me-ngedepan di kawasan perbatasan di Kalimantan Timur ini, lantarantingginya harga kebutuhan sehari-hari dan keterbatasan peluangkerja.

Hal ini diakui juga oleh Nurdin Ar MSi, Kepala Biro Umum SekretariatDaerah Provinsi Kalimantan Timur, yang menggambarkan bahwapusat-pusat pertumbuhan ekonomi realatif jauh dari pemukiman ma-syarakat di perbatasan. “Sehingga migrasi penduduk ke daerah yangberpotensi ekonomi tak terhindarkan dan pada gilirannya menga-kibatkan kawasan perbatasan tidak semakin terjaga oleh masyarakat.Terutama dengan telah terbentuknya Kabupaten Malinau me-ngakibatkan perpindahan pejabat dan pendidik dari kawasan per-batasan atau terpencil ke daerah kota, seperti Malinau," jelasnya.

Pemerintah daerah pun tengah mengupayakan cara untukmengu-rangi perpindahan penduduk tersebut dengan membangunpusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru seperti pembukaan isolasiper-hubungan dan komunikasi. ”Namun, kendala utama pemerintahada-lah panjang wilayah perbatasan. Sementara itu, beberapakawasan perbatasan adalah daerah pemekaran. Tentu saja memilikiketer-batasan sarana prasarana pelayanan publik,” imbuh Nurdin.

Hal senada ditegaskan Saragih, “Lebih dari 80 persen kawasanperbatasan berupa taman nasional, hasil kesepakatan internasionaltempat tersebut merupakan plasma hijau dunia. Tentu akan banyakyang protes jika dijadikan wilayah kelapa sawit,” kata dosen FakultasKehutanan ini.

Pengembangan kawasan perbatasan memerlukan suatu pola ataukerangka penanganan yang menyeluruh, meliputi berbagai sektordan kegiatan pembangunan serta koordinasi dan kerjasama yang

Foto

: Ric

h

Page 19: komunika 20 2006

Edisi 20/Tahun II/Desember 2006 7

efektif dari mulai Pemerintah Pusat sampai ke Kabupaten/Kota.

Cerita dari Tetangga Negara TermudaPermasalahan pembangunan di kawasan perbatasan

dengan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) tidaksaja menjadi masalah lokal namun juga oleh pemerintahpusat. Sebab, kawasan perbatasan ini relatif belum lamatercipta. Secara garis besar, upaya pembangunan danpengembangan kawasan perbatasan NKRI-RDTL di Kabu-paten Belu terbagi dalam tiga fase, yaitu pertama FaseTanggap Darurat, kedua Fase Peralihan dan ketiga FasePengembangan.

Fase pertama dan kedua telah dilewati, dan sejak ta-hun 2002 hingga kini telah masuk fase ketiga yang ditandaidengan upaya percepatan pembangunan kawasan per-batasan.

Permasalahan pelintas batas dan perdagangan illegalsangat mengedepan di kawasan perbatasan Indonesiadengan negara termuda di dunia, Timor Leste. Secaraumum persepsi masyarakat terhadap kawasan perbatasancukup baik karena mereka mengetahui dan memahamisecara benar eksistensi kawasan perbatasan yang merekadiami, apalagi didukung oleh faktor kesamaan etnis antarawarga di perbatasan.

“Ada prinsip yang berkembang diantara orang Timor,kami bukan pelanggar perbatasan, tapi perbatasanlahyang melanggar kami. Karena sejak dahulu kami tidakmengenal perbatasan,” kata Profesor Dr. Alo Lilweri dariUniversitas Nusa Cendana, Kupang.

Persoalan kultural memang salah satu hambatan besardalam penanganan masalah perbatasan, namun demikianmelihat pada kenyataan dan permasalahan yang ada dikawasan perbatasan yang cukup beragam dan memilikikarakteristik tersendiri, maka kehadiran dan peranan pe-merintah sangat urgen dan memiliki nilai tersendiri. Sebagaibagian dari komunitas masyarakat Indonesia, masyarakatdi kawasan perbatasan.

Tidak bisa diingkari bahwa untuk membuat kebijakanpemerintah yang berbasis kebutuhan masyarakat, mutlakdiperlukan informasi yang memadai tentang dinamika ke-hidupan masyarakat perbatasan itu sendiri.

Apa saja yang diperbincangkan masyarakat dalam pola-pola komunikasi interpersonal mereka (terutama me-nyangkut masalah-masalah ekonomi, sosial dan budaya),bagaimana mereka bersentuhan dengan media massa,bagaimana tingkat keterbukaan masyarakat terhadap hal-hal baru dan sebagainya, merupakan informasi dasar yangharus diketahui oleh pemerintah sebelum membuatkebijakan.

Suatu kebijakan dibuat karena adanya masalah yangdirasakan dan dialami oleh masyarakat secara luas. Kejelianpemerintah menangkap gejolak yang menjadi masalahmasyarakat luas itulah yang merupakan prasyarat untukmembuat kebijakan yang tepat sasaran. Satu hal pentingyang tidak dapat diabaikan yaitu partisipasi masyarakat.

Tanpa adanya partisipasi masyarakat maka kebijakanatau program kerja pemerintah menjadi tidak bermakna.“Dukungan dari masyarakat hanya bisa didapat jika pe-merintah (sebagai pembuat kebijakan) mengetahui secarapasti bagaimana masyarakat memperlakukan informasiyang ada serta komponen-komponen sistem sosial apasaja yang akan mempengaruhi keterlibatan mereka,” kataProf. Dr. Alo Liliweri.

Tapal Batas Bumi CenderawasihPerbatasan wilayah negara Indonesia dan PNG yang

membentang dari Pantai Utara sampai Selatan Papua (Ja-yapura-Merauke) berjarak kurang lebih 780 Km melintasikota dan kabupaten-kabupaten: Jayapura, Keerom, Pegu-nungan Bintang, Boven Digoel dan Merauke. Kota Jaya-pura dan kabupaten Merauke lebih terbuka akses hu-bungan antara PNG dan Indonesia karena telah terhubungdengan jalan darat yang cukup memadai serta melaluitransportasi laut dengan menggunakan motor tempel.

Masalah kawasan perbatasan yang dihadapi di In-donesia bagian Barat berbeda dengan di wilayah Indonesiatimur. Di Indonesia bagian Barat, masalahnya lebih kepadaperubahan ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Merekalebih banyak mencari nafkah di negara tetangga (Kali-mantan dengan Malaysia, Brunai Darusalam), yang me-mang lebih banyak menyediakan lapangan pekerjaan danmemberi jaminan kesejahteraan ekonomi lebih baik.

Sebaliknya di bagian Timur Indonesia, khususnya pro-vinsi Papua dan PNG lebih banyak mengenai faktor kea-manan. “Masyarakat perbatasan pergi ke PNG karena fak-

tor hubungan keke-rabatan (keluarga) danmasalah hak atas tanah(hak ulayat). Jika diban-dingkan dengan kondisi dinegara tetangga, dalamaspek ekonomi, kenya-manan, pendidikan, kese-hatan, jelas lebih baik diIndonesia,” kataJohannes Krey,SH Ketua Lem-baga Pengab-dian Kepada Ma-syarakat Univer-sitas Cenderawasih, Jaya-

pura.Pemerintah se jatinya sudah dan terus mela-kukan

pembangunan d i segala b idang, sa lah satunya ada lahpembangunan Jalan Trans Irian yang dibangun sejajar dengankawasan perbatasan sehingga masyarakat di sepanjangperbatasan mulai kembali untuk mendiami kampung-kampungyang ditinggalkan sebelumnya.

Selain itu pemerintah menempatkan transmigran di sepanjangJalan Trans Irian yaitu di Arso, Sota dan Muting.Penaman modal juga telah membuka agrobisnis (kelapasawit) dan pabrik tripleks di Asiki Kabupaten BovenDigoel yang membuka isolasi di wilayah perbatasan.

Usaha-usaha pemerintah maupun pengusaha disepanjang perbatasan Merauke mendapat sambutandari masyarakat untuk turut serta dalam pembangunan dalambentuk pemukiman sukarela d i daerah-daerah proyekpembangunan sekaligus bekerja di proyek pem-bangunantersebut. Sebab nampaknya di PNG tidak memberi akseskehidupan yang baik sehingga masyarakat perbatasan lebihcenderung untuk ke Indonesia.

Pekerjaan BersamaSementara itu Riwanto Tirtosudarmo PhD dari Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengingatkan kembalipenanganan masalah kawasan perbatasan. “Secaraumum, mungkin masalah yang muncul di Kalimantanadalah masalah ekonomi. Papua adalah masalahkeamanan dan politik. Karena itu, karakteristik masalahperbatasan harus dilihat dulu, lantas bisa dipe-cahkan. Namunyang penting adalah pengelolaan opini publik di kawasanperbatasan,” tegas peneliti kawasan perbatasan ini.

Berlainan dengan Negara Jepang dan Korea yang masyarakat-nya homogen, Indonesia merupakan negara multietnis. Karenakeberadaan kelompok masyarakat berperan cukup penting se-bagai benteng hidup keutuhan negara, maka kurangnya perhatiannegara terhadap mereka, dapat menimbulkan masalah tersendiri.

Bagaimanapun, permasalahan yang ada di kawasan perbatasansangatlah beragam. Tak urung, Presiden Yudhoyono pernah me-negaskan bahwa kawasan perbatasan harus dilihatsebagai bagian depan bangsa Indonesia,sehingga mestidikelola secara baik untuk mengantisipasi tindakkejahatan lintas negara dan mengejar ketertinggalandengan negara lain.

”Dalam persoalan kawasan perbatasan ada dua konsep besar,yakni political geography dan human teritoriarity, ” kata ProfesorSjafri Sairin PhD dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Persoalannya kemudian, me-nurut Sjafri adalah bagaimanamembuat secara jelas agar political tidak mengganggu human.Ia lantas mencontohkan bagaimana perkembangan di Uni Eropaitu sangat menarik, ketika orang bi-sa melintas batas sedemikianmudah agar terbangun human relation yang bagus. ”Ini pekerjaanrumah yang perlu dipikirkan pemerintah,” tegas Sjafri.

Di sisi lain, kawasan perbatasan darat merupakan jalan yangmudah diakses penduduk kedua pihak. Sebagai contoh, kawasanIndonesia berbatasan dengan Malaysia di Kalimantan, Papuadengan Papua Niugini, dan sekarang dengan Timor Timur di TimorTengah Utara, Timor Barat, NTT. Masyarakat yang berdiam dikawasan perbatasan dapat berhubungan langsung dengan ne-gara tetangga tanpa melalui prosedur yang ketat, karena melewatijalur darat langsung dan sebelumnya telah ada lalu lintasperdagangan tradisional yang sudah lama berlangsung danmempengaruhi dinamika kehidupan sosial-budaya di kawasan

perbatasan.Karenanya perlu disusun upaya yang strategis dan sis-

tematis untuk penanganan dan antisipasi potensi separatismedan potensi gangguan keamanan di kawasan perbatasan.Pada tahapan awal, upaya ini dapat dilakukan denganmengkaji isu-isu apa sajakah yang menjadi perhatian publikatau masyarakat kawasan perbatasan terkait dengan kebi-jakan pembangunan nasional dan kebijakan pembangunandaerah. Dua hal ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuanmemberikan kerangka dasar dan acuan pengambilan kebijakanuntuk pengelolaan kawasan perbatasan.

Untuk mengelola isu publik di kawasan maka menurut DrSutarto MA dari Universitas Jember, hal yang paling berperanadalah kebudayaan. “Lihat saja gasing dari local identity men-jadi sebuah kebudayaan nasional. Tanpa adanya perekat bu-daya maka akan kacau. Untuk mengkaji dan memahami masa-lah yang ada di sekitar maka harus ada perkembangan budaya,”kata Sutarto. Pendekatan budaya dalam pandangannya salahsatu cara penyelesaian dari masalah-masalah yang ada dimasyarakat agar tidak ada kesenjangan di masyarakat dalamapresiasi terhadap peradaban. (mth)

Drs Wijaya Kusuma MA

Ir B Saragih MSc PhD

Prof Dr Alo Liliweri MS

Johannes Krey SH

Foto

: Joh

anne

s Kr

eyFo

to: M

th

Page 20: komunika 20 2006

8 Edisi 19/Tahun II/Desember 2006

KOMUNIKA WAWANCARA

Foto

: D

anDulu, diakui atau tidak, kawasan perbatasan kerapdianggap sebagai ruang belakang alias mendapatperhatian paling bontot dari pemerintah. Kiniparadigma tersebut telah banyak berubah, banyak

program Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yangtelah berjalan di wilayah yang berbatasan daratan langsungantara Indonesia dan negara-negara tetangga.

Sebut saja program teve perbatasan yang sudah ber-langsung sejak tahun 70-an. Dulu, dengan perangkat se-derhana semisal antena penerima frekuensi, kesadaran men-jaga kawasan perbatasan dari terpaan informasi negeritetangga telah terbangun.

“Apapun programnya, tujuan utama adalah mendekatkanmasyarakat kawasan perbatasan kepada NKRI (NegaraKesatuan Republik Indonesia – red),” jelas Rustini S Kayatmo,peneliti yang bertugas di Pusat Penelitian Elektronika danTelekomunikasi (PPET) LIPI, Bandung.

Alumni Teknik Elektro ITB ini bersama beberapa orangpeneliti PPET lain telah menggagas teve dan radio perbatasanber-budget minim. Reporter KomunikA berkesempatan me-wawancarai peneliti senior LIPI ini di kantornya di kawasanCisitu, Bandung. Berikut adalah petikan wawancaranya :

Teve perbatasan, sebenarnya program seperti apa?Jadi LIPI punya program kompetitif. Program-program

unggulan hasil penelitian yang sudah siap diimplementasikan.Pengujiannya sudah lama dan siap digunakan di masyarakat.Nah, salah satu subprogramnya adalah wilayah perbatasan.Di bawah subprogram ini ada bermacam-macam kegiatanpene-litian. Ada penelitian sosial politik, kajian rekayasateknologi, rancang bangun, macam-macam lah. Kalau yangkami ta-ngani di Pusat Penelitian Elektro dan Telekomunikasi,untuk perbatasan hanya ada dua, teve dan telepon radio.Kalau untuk daerah perbatasan sendiri, sebenarnyaprogramnya banyak. Ada solar cell (pembangkit listrik tenagamatahari--red) dan lainnya.

Di daerah perbatasan, apa yang LIPI lakukan?Kami baru menjamah Kalimantan dan NTT. Papua mungkin

2008. Secara garis besar kami melakukannya dengan berta-hap. Pertama, masuk dengan Teknologi Tepat Guna (TTG)di bidang pertanian, perikanan dan semisalnya. Kemudianakan terdeteksi kebutuhan masyarakat lainnya semisal, pene-rangan, transportasi, pengolahan es dan lainnya.

Sejak kapan program ini berjalan?Sebenarnya program teve perbatasan sudah ada sejak

zamannya LEN (Lembaga Elektroteknika Nasional-red), badansebelum ada LIPI. Kalau tidak salah sekitar tahun 1976-an.Tapi frekuensi yang digunakan masih VHF (very high fre-quency). Kemudian sejak LIPI lepas dari LEN, penelitian itudibawa mereka, jadi PT LEN Industri, perusahaan BUMN.

LIPI masih ikut meneliti juga?Kami yang tetap di LIPI mulai meneliti pemancar UHF

(Ultra High Frekuency). Penelitian dilakukan sejak tahun2000, tapi implementasinya baru mulai 2003.

Dari tahun 1976 sudah berapa banyak yang ter-pasang?

Wah tidak tahu, sejak LEN masuk BPIS (Badan Penge-lolaan Industri Strategis), kami tidak tahu lagi. Seingat saya,kurun 1976-1980 lebih dari 300 unit pemancar teve VHFyang terpasang. Tapi bukan di daerah perbatasan.

Lantas?Pemasangannya bisa dipakai di mana saja. Tapi kemudian

penerapannya kami ikutkan di program perbatasan. Tapiperangkatnya sendiri tidak menutup kemungkinan dapat di-gunakan di tempat lain. Di daerah blank spot, desa terpencildan lainnya.

Pemancar UHF LIPI, berapa banyak yang telahterpasang?

Pada tahun anggaran 2003 dan 2004 relay pemancardipasang di Belu NTT, 50 watt; Rote Ndao, 100 watt. JugaTahun 2005 di Timor Tengah Utara (TTU) NTT tepatnya dikota Kefamenanu dengan kemampuan daya pancarnya se-besar 100 Watt dua kanal. Di Bangka Induk – Babel, 100dan 300 watt, Bontang – Kaltim, 300 watt. Pada 2006 ini,kami pasang di Nunukan – Kaltim dan Aikesak – NTT.

Bagaimana proses pemasangannya?Pada tahap perencanaan, kami lakukan survei lapangan

untuk mengetahui perambatan gelombang radio, propagasidan perencanaan pemancar televisi. Survei itu untuk men-dapat data tentang lokasi pemancar, ketinggian lokasi, kondisitanah untuk grounding, frekuensi komunikasi yang ada, co-verage daerah dan mendata sarana dan prasarana yang ada.

Kemudian?Setelah itu kami tentukan berapa kuat daya pancar yang

dibutuhkan untuk meng-cover area tersebut. Ada tiga pilih-an, 50, 100 dan 300 watt. Dicari yang paling ekonomis.

Makin besar, makin luas daya pancarnya?Bisa semakin luas, jika daerahnya datar. Kalau daerahnya

bergunung-gunung, ada faktor lain yang mempengaruhi.Luas daya pancar tergantung pada tinggi tower dan kuatwatt pemancar. Sama kondisi geografis daerah. Alangkahbaiknya pendirian itu berdasarkan geografis yang ada,kemudian kita perhitungkan. Kalau daerahnya tinggi danbergelombang, maka dibutuhkan antena dengan penguatanyang besar. Untuk pemancar pun demikian. Jika 100 watt

dan dipancarkan dengan 4 panel antena, daya yangkeluar akan lebih besar dibanding hanya satu antena.Kalau daerah cakupannya kecil, mungkin satu saja sudahcukup.

Jika diambil rata-rata, berapa luas pancarannya?Mungkin sekitar radius 5-10 km. Radius ya, r (jari-

jari–red) bukan d (diameter-red). Kemampuan meng-cover penduduk dihitung saja berapa populasinya.

Bagaimana prosedurnya jika daerah ingin me-masang alat ini?

Kami tidak mengurus software-nya. LIPI hanyahardware-nya, alat pemancar dan antena saja. Daerahharus menyiapkan menara dan bangunan pengendali.Singkatnya, harus ada infrastruktur yang disiapkan olehpemerintah daerah setempat.

Apa saja?Ruangan, ukuran bebas; menara standar TVRI,

tinggi terserah, tapi biasanya rata-rata 65 meter. Listrikminimal 20 KVA.

Berapa harga untuk satu alat pemancar?Satu paket, pemancar dan antena, harganya kira-

kira Rp200 juta. Itu antenanya hanya 4 buah. Beda

harganya kalau 16 antena. Bisa menangkap dua saluran teve.

Tentang telepon radio?Tujuan sebenarnya memang agar masyarakat perbatasan

bisa bertelekomunikasi. Hanya saja juga diberdayakan sebagaiwartel. Kita pasang di sana, mereka sangat puas. Karena di-berdayakan sebagai wartel jadi pemasukan buat pemda se-tempat juga cukup lumayan. Di sana kan transaksi pakaidolar. Sebulan bisa Rp3 juta.

Telepon radio, barang baru?Ini masuknya telekomunikasi perdesaan atau rural com-

munication. Di luar negeri, memang sudah masuk teknologisa-telit. Jadi telepon satelit, komunikasi satelit untuk daerahperdesaan. Kalau di kita, untuk mengadopsi teknologi satelitdi wilayah pedesaan atau perbatasan dari segi teknis memangsangat memungkinkan. Hanya saja biasanya masyarakat didaerah tersebut tingkat ekonominya masih rendah. Sedang-kan untuk charging satelit kan harganya masih sangat mahal.Ini masalahnya. Dulu sebelum kami masuk ke sana, sebenarnyasudah dibangun wartel berbasis satelit. Tapi karena charging-nya sangat mahal. Tidak digunakan. Makanya beralih ke tele-pon radio. Kalau teknologi telepon radio sendiri bukan barangbaru. Teknologi lama, baik di Indonesia maupun internasional.

Murah, memang harganya berapa?Kira-kira bisa 100 jutaan.

Apa efek yang timbul di daerah perbatasan denganadanya program tersebut?

Oo luar biasa, dapat mengendurkan ketegangan. Misalnyasaat piala dunia beberapa waktu lalu, daerah perbatasanramai karena konflik di Timor Leste. Kita setel saluran terse-but, mereka bisa berkumpul bersama dan melupakan sejenakpermasalahan yang ada. Mereka bisa marah kalau saluran itudiganti. Teve itu bisa menjadi hiburan yang menggembirakansekaligus menyatukan.

Hanya untuk informasi pemerintah?Tidak semata informasi, juga hiburan. Memang kami

mengakui, sama seperti efek teve pada segi lainya. Adaefek negatif yang muncul dan ada pula efek positif. Untukmasalah ini, Pemda yang memilih dan menimbang saluranapa yang mau ditayangkan kepada masyarakatnya. Merekayang lebih tahu tentang kebutuhan dan program yang hen-dak dijalankan di daerah perbatasan. Bagi kami tidak masalahsaluran apa yang mereka pilih. Karena sasaran yang kitainginkan agar masyarakat perbatasan merasa dan lebih dekatdengan Indonesia, negerinya. Asupan informasi yang masukdari negeri tetangga itu sangat besar.

Masih ada kontak dengan pemerintah daerah?Tentunya, kalau ada kerusakan, kami yang perbaiki ke

sana. Kami berupaya agar pada 2007 ini, maintenance bisakita alihkan ke pemda setempat. Agar biayanya lebih murah.Jadi kami coba mendidik mereka untuk melakukan sekadarperbaikan. Karena kalau kami (orang pusat-red) yang turun,selain mahal, akan banyak membuang waktu.

Sampai saat ini, ada kerusakan berarti?Sampai saat ini belum banyak terima laporan. Paling ada

kejadian satu tersambar petir. Agak fatal juga, tapi sudahkami perbaiki. Ada lagi masyarakat sendiri yang merusak,gara-gara hal sepele. Alatnya mati, salurannya tidak sesuaidan sebagainya.

Harapan ke depan untuk program perbatasan?Kami berharap informasi sejenis dapat diinformasikan

kepada instansi yang terkait agar programnya lebihterkoordinasi. ***(dan)

Telepon Radio dan Teve Perbatasan LIPI:

Dekatkan Masyarakat PerbatasanDengan NKRIRustini S KayatmoPeneliti Pusat Peneliti Elektronika dan Telekomunikasi LIPI, Bandung

Rustini beserta salah seorang rekan kerja dan perangkat teveperbatasan hasil karya tim peneliti LIPI.

Foto

: D

an

Page 21: komunika 20 2006

9

KOMUNIKA

Edisi 19/Tahun II/Desember 2006

e-gov kilas

RAGAM

Ruang ini disediakan sebagai wadah tukar informasi antar pengelola situs atau portal lembaga pemerintah baik di tingkat pusat atau daerah.Pengelola dapat mengirimkan profil situs yang dikelolanya melalui e-mail: [email protected]

www.balikpapan.go.idMembangun Kreatifitas Bisnis

Untuk membangun Kabupaten Balikpapan denganmemajukan perekonomian adalah dengan memberdayakansemua elemen masyarakat. Mengikut sertakan semua

lapisan masyarakat dalam pembangunan, pemerintah daerahmenyediakan media untuk berpromosi, dan menyediakandata yang dibutuhkan masyarakat umum dan yangterpenting adalah data tersebut dapat di akses denganmudah. Untuk itu dalam situs Pemda Balikpapan, berusahaikut men-support informasi melalui beberapa menu yangdisediakannya.

Beriklan GratisAnda punya usaha dan ingin dipasarkan? Kenapa tidak

mencoba pasang iklan di situs ini. Situs Pemda ini sangatkreatif menghidupkan dinamisasi situs dan membuat interaksipositif. Melalui Bursa Iklan ini selain dapat memasang iklangratis dapat juga melakukan pemesanan barang langsungby online. Untuk bisa memasang iklan harus terdaftar dalamkeanggotaan Bursa Iklan tersebut. Pengiklanan digolongkanberdasarkan beberapa kategori. Selain iklan baris, gambarproduk pun bisa ikut ditampilkan disini. Tapi sayang fasilitasini hanya untuk masyarakat Balikpapan saja, jadi sekiranyapunya usaha di Balikpapan kenapa tidak mencoba memasangiklan gratisan?

Daftar PerusahaanJangan lupa untuk mendaftarkan nama perusahaan Anda

di Pemda Balikpapan. Situs ini membuat beberapa kategori

perusahaan yang ada di Balikpapan. Untuk melihat daftarPerusahaan Komoditi dan perusahaan bergerak dalambidang jasa dapat dilihat disini, yang sudah di-publish dalamsitus ini ada 332 perusahaan. Selain itu jumlah perusahaankontraktor ada 75 perusahaan, 14 daftar hotel, 47 peru-sahaan di bidang lain-lain, 5 BUMN, 102 supplier, dan 4perusahaan surveyor.

Melalui daftar ini sangat memudahkan bagi yangmembutuhkan alamat perusahan yang dituju, selaintercantum alamat juga nomor telepon serta contactperson yang dapat dihubungi.

Koperasi dan UMKMMenu ini akan langsung terhubung ke link http://

kumkm.balikpapan.go.id/ yang menyediakan databaseKoperasi dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)yang berada di Balikpapan.

URL tersebut merupakan kerjasama Pemkab Balikpapandengan Kantor Bank Indonesia Balikpapan sebagai wujudkepedulian Bank Indonesia terhadap perkembanganKoperasi dan UMKM yang berada di Kabupaten Balikpapandan sebagai bantuan teknis untuk Pemkab Balikpapan.

Secara keseluruhan situs ini cukup bagus dan inovatif,dari hasil polling-nya pun terbilang keren. Dukunganinformasi dan fasilitas menu yang disediakan sangat menarik.

(dw)

Namanya sepintas aneh, “Alek Gadang”, pesta adatpernikahan yang hanya ada di Ranah Minangkabau.Tak banyak yang bisa menggelar “resepsi”perkawinan ala Minang ini. Bukan karena status

sosial ataupun semisalnya, melainkan hanya masalahketersediaan biaya.

Untuk menggelar prosesi ini, selain harus melalui prosesyang panjang, jamuan yang disajikan pun tak sembarangan.Ada menu khusus yang harus disajikan kepada para tamuundangan, ya.. minimal sapi dan kerbau harus tersedia.

Tak hanya itu, “Alek Gadang” tak bisa hanya dilakukansehari saja. Sedikitnya butuh 2-3 hari untuk menuntaskansyarat prosesi adatnya. Mulai dari malam bainai, babako,pernikahan, kemudian dilanjutkan dengan pesta. Soalhiburannya pun tak main-main, made in Minang, keseniantradisional seperti Saluang, Talempong, Rabab, Randai danlainnya siap menghibur para tamu selama beberapa hari.

Gelaran DimulaiSebelas pasang pengantin yang berasal dari beberapa

kecamatan di Padang ini termasuk yang beruntung dapatikut ambil bagian dalam pesta adat ini. Terlebih WalikotaPadang Drs H Fauzi Bahar MSi tampil menjadi "orang tua’"dari 11 anak daro (pengantin wanita) dan Wakil WalikotaPadang Drs. H. Yusman Kasim menjadi “orang tua” dari 11Marapulai (pengantin pria) yang mengakhiri masa lajangnya.“Senang, juga tegang,” ucap salah seorang pesertamengungkapkan perasaannya.

“Alek Gadang” yang baru dilakukan serentak dan beramai-ramai serta pertama kali dilakukan dengan biaya Peme-rintahKota Padang ini dimulai sehari sebelum pesta digelar, yaitudengan pesta malam bainai di tempat pengantin wa-nita.Sedangkan para pengantin pria mengikuti prosesi batagakgala di kediaman resmi Wakil Walikota.

Dua ekor sapi berhiaskan umbul-umbul permintaan anakdaro serta tanda bawaan juga diantarkan dengan iring-iringan rombongan pengantin pria menuju rumah “orangtua” anak daro, di kediaman Walikota Padang.

Dalam prosesi adat babako ini juga, disiarkan kaba (kabar)kepada paman dan sanak famili tentang acara pernikahantersebut. Isi dari kaba tersebut, ponakan gadis mereka akanmenikah dengan seorang lelaki yang dicintainya. Dalamprosesi itu juga sanak famili dapat memberikan bantuan baikkerbau, sapi, kambing atau lainnya untuk perhelatan perni-kahan. Tergantung dari kemampuan masing-masing.

Esoknya, acara dimulai dengan nasehat perkawinan dariangku kali yang dilanjutkan dengan pembacaan ijab kabuldan mohon doa restu dari kedua orang tua penganten.

Tak ayal su-ara sedu ta-ngisan danderaian airmata me-warnai pro-sesi ini.

“Merekaselama ini dibawah na-ungan orangtua. Setelahpernikahan,masing-ma-sing memulailembaran ba-ru, hidupmandiri, be-rumah tang-ga.

Padang Baralek Gadang,Pesta Pun Digelar

Hari itu, Rabu, 20Desember, ada keramaian

yang tak biasa di halaman kantorDinas Pariwisata dan Budaya Kota

Padang. Masyarakat tampakmemadati area pelataran parkir.

Sementara di pojok-pojok halaman,tampak pedagang asongan yang sibukmenangguk rizki, memanfaatkan situasi

yang ada. Sebuah perhelatan akbaryang lama tak digelar, membuat

semua mata tertuju ke sana.

"Tak terpikir pernikahan dilangsungkan di rumah walikota,pemimpin kota ini. Pun biaya pernikahan ditanggung PemkoPadang,” tutur salah satu orang tua pengantin.

Acara dilanjutkan dengan nasehat dari Walikota Padang.Ia menasihatkan kepada para penganten agar memper-hatikan lima hal dalam hidup, yaitu melaksanakan perintahAllah, membina rumah tangga, melanjutkan keturunan,menjaga hawa nafsu, dan mempererat hubungan silaturahmidengan manusia. Kelimanya harus dipedomani dengan baik.

Pelestarian BudayaSebenarnya upaya pelestarian adat budaya sudah di-

lakukan dengan memberikan muatan lokal bermateri BudayaAlam Minangkabau (BAM) di Sekolah Dasar (SD). Hanya saja,pengajarannya, diakui, Walikota Padang, Fauzi Bahar, masihsebatas teori.

“Jadi melalui Baralek Gadang, semua prosesi dilaksanakan,mulai dari malam ba inai, babako, pernikahan dan pestapernikahannya. Kita lestarikan adat budaya, pernikahanMinang. Kita akan jadikan kegiatan ini sebagai kalendertahunan Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Padang. Kapanperlu kita selenggarakan dua kali setahun,” ujarnya.

Semoga kelestarian budaya bangsa seperti “Alek Gadang”ini dapat terwujud di tengah globalisasi yang terus mengalirderas.

Foto

: Irw

an R

ais

Oleh : Irwan Rais

*) staf Humas Pemko Padang

Page 22: komunika 20 2006

10 Edisi 19/Tahun II/Desember 2006

KOMUNIKA LINTAS DAERAH

Nangroe Aceh Darussalam

Pemprov NAD Pasang EWS GunaDeteksi Tsunami

Untuk meningkatkan kewaspadaanterhadap ancaman bahaya bencanatsunami, Pemerintah Provinsi NanggroeAceh Darussalam (NAD) telah memasangsejumlah sirine pendeteksi dini (earlywarning system/EWS) di lima wilayah.

“Alat itu telah dipasang di lima titik diBanda Aceh dan Kabupaten Aceh Besarsejak beberapa hari lalu,” kata Kepala BagianHumas Sekretariat Daerah Provinsi NAD,Nurdin A. Joe di Banda Aceh, Selasa (19/12).

Menurut Nurdin, kelima titik yangdipasangi EWS tersebut yaitu di BandaAceh antara lain di kantor gubernur NAD,

Desa Blang Oi dan Lampulo Kecamatan KutaAlam. Sedangkan sisanya di lingkungan masjidLhok Nga Desa Lam Awe Kecamatan PeukanBada dan di halaman masjid Kahju KecamatanBaitussalam.

Nurdin menjelaskan, alat pendeteksi itunantinya akan berfungsi untuk memberikanperingatan dini bagi warga Aceh jika terjadiancaman tsunami. “Setelah terjadi gempa,alat itu akan mendeteksi apakah gempatersebut berpotensi menimbulkangelombang tsunami atau tidak.”

Menanggapi tudingan yang menilaibahwa Pemda NAD lamban memasangperalatan deteksi tersebut sebab bencanatsunami sendiri telah dua tahun berlalu,secara diplomatis Nurdin menampiknya.“Lebih baik terlambat daripada tidakterpasang sama sekali,” ujarnya.

Dia juga menjelaskan, EWS tersebut

Kalimantan TimurPenetapan UMK Rp.795 ribu

Kalau Upah Minimum Kota (UMK)Balikpapan yang diajukan Kantor Tenaga Kerja(Kanaker) Balikpapan resmi diberlakukan,yaitu sebesar Rp 795 ribu dari UMKsebelumnya sebesar Rp 720 ribu, maka parapengusaha atau perusahaan tidak bisamengakal i peraturan tersebut denganmembayar pekerjanya di bawak UMK.

Sebab menurut Kepala Kanaker HAchmad Ilhamsyah, keputusan penetapanUMK yang baru ini, merupakan hasi lkesepakatan Dewan Pengupahan Kota(DPK), yang anggotanya terdiri dari berbagaikalangan seperti serikat pekerja, pengusaha,perguruan tinggi dan pemerintah.“Keputusan UMK yang baru ini, merupakanhasil keputusan dari DPK,” kata AchmadIlhamsyah menjawab di kantornya, Rabu (6/12) kemarin.

Dalam merumuskan UMK baru ini,menurut Ilhamsyah telah dilakukan berbagaisurvey dan study kelayakan dari berbagaipermasalahan, seperti berkenaan denganharga barang dan biaya hidup yang ada diBalikpapan. (www.balikpapan.go.id)

RiauKOW Riau Bertekad WujudkanKesetaraan Gender

Menindaklanjuti hasi l pertemuankoordinasi regional I Sumatera tentangpemberdayaan lembaga masyarakat, BidangPemberdayaan Perempuan (PP) BPPM Riaubekerjasama dengan Badan KerjasamaOrganisasi Wanita (BKOW) Riau terusberusaha untuk mewujudkan kesetaraankeadilan gender (KKG).

Ketua BKOW Riau, Hj Iwa Zulkifli Salehdisela sosialisi pemberdayaan lembagamasyarakat di Gedung Wanita, Senin (4/12)mengatakan bidang PP BPPM dan BKOW

akan terus meningkatkan peranan wanitadalam semua lini kehidupan sehingga akhirnyatercapai KKG di Riau. (www.riau.go.id)

Kalimantan BaratKetapang cocok Untuk Perkebunan danHTI

"Kabupaten Ketapang potensial untukpengembangan tanaman perkebunan danhutan tanaman industri, karena potensi lahanyang luas dan agrokilmat yang mendukunguntuk pengembangan beberapa komodititersebut". ungkap Ir. Syarifudin Syaid. Ms.Dosen Fakultas kehutanan Universi tasTanjungpura saat mengadakan surveikegiatan pengembangan perkebunan diKabupaten Ketapang baru baru ini. Beberapakomoditi seperti Sawit, karet , kelapa dalambeberapa perkebunan karet rakyat sertahutan tanaman industri masih layakdikembangkan.

Sektor perkebuanan ini mampumenyerap tenaga kerja yang besar, demikianjuga multi pleyer effect lainnya terhadappertumbuhan ekonomi di pedesaan. Apalagibila didukung oleh kegiatan industri hilirseperti pengolahan karet, crumb rubber,industri minyak goreng dll, ungkap SyarifudinSyaid. Namun ia mengingatkan untukpengembangan skala besar, analisis dampaklingkungan sangat diperlukan, agar sesuaidengan daya dukung lahan danperuntukkannya. Kita berharap dampaknegatip seperti kebanjiran atau kekeringandapat diatasi dengan anal isis dampaklingkungan yang tepat. (www.ketapang.go.id

Kalimantan BaratPemda Kalbar Manfaatkan GambutUntuk Pembuatan Tenaga Listrik

Pemerintah daerah Kalimantan Barat(Kalbar) akan mengembangkan kapasitas

Budidaya MutiaraProvinsi Irian Jaya Barat merupakan

provinsi baru hasil pemekaran Provinsi Papua,dengan ibukota provinsi terletak diManokwari. Provinsi Irian Jaya Barat terdiridari 8 kabupaten, dan 1 kota. Letaknyaterletak di ujung provinsi Papua, tepatdiatas kepala pulau yang berbentuk burungtersebut. Potensi kekayaan alamnyameliputi berbagai sektor cukup untukmenunjang kehidupan masyarakatsetempat, belum lagi sektor pariwisata yangsangat potensial.

Kabupaten Raja Aampat, yang memilikiluas wilayah 46.296 km2 ini terkenaldengan hasi l rumput laut danmutiara.Pembudidayaan mutiara inidi lakukan dengan membangun rumahterapung di sekitar daerah selatan PulauWaigeo. Rumah terapung ini dijadikantempat penakaran tiram mutiara.Pengusaha pembudidayaan mutiara inimasih didominasi pengusaha dari luar,

terutama Jepang. Pengusaha pribumi masihkalah dalam segi teknologi pembudidayaanmutiara ini, apalagi dana yang dibutuhkanuntuk membuka usaha pembudidayaanmutiara masih tergolong mahal.

Hasil panen mutiara dapat dirasakan pertiga bulanan, kualitas mutiara pun sangattergantung pada kadar asin air laut, dan kadargangguan yang dapat menghambat prosespembentukan mutiara ini. Hasil mutiara ini diekspor ke beberapa negara, antara lainJepang, Singapura dan Thailand, selain itujuga di pasarkan ke daerah Makassar,Surabaya, Jakarta dan Medan. Untuk hargaper butir mutiara sangat tergantung padabesar dan kualitas mutiara.

PariwisataIrian Jaya Barat yang merupakan provinsi

paling bungsu ini memiliki prospek pariwisatayang relatif baik, hanya perlu dukungan darikual if ikasi SDM pendukungnya. TamanNasional Teluk Cenderawasih yang berlokasi

di Kabupaten Teluk Wondama menjadi salahsatu tempat rekreasi andalan. Taman inisangat luas dengan pemandangan yangcukup indah, luas daratan mencapai68.200ha, 80.000 ha kawasan terumbukarang, dan 12.400 ha lautan.

Selain daerah pantai, kawasanpegunungan di Irian Jaya Barat yang masihbelum tersentuh manusia ini menyimpanbanyak misteri kekayaan alam. Di KabupatenManokwari terdapat sebuah gua yang di klaimsebagai gua terdalam di dunia, kedalamannyamencapai 2000 meter.

Hingga saat ini pengembangan sektorpariwisata masih terkendala keterbatasansumber daya manusia setempat. Sepertidiungkapkan oleh Kepala Dinas PariwisataPovinsi Papua, Abner J Kambuaya,"Meskipun sumberdaya alam dan budayamemiliki potensi besar untuk menarikwisatawan, namun kurangnya tenagaprofesional di bidang pariwisatamengakibatkan potensi tersebut kurang

merupakan sumbangandari BMG Pusat sehinggamemang memerlukanperencanaan dan ang-garan yang ditetapkan diJakarta. “Ada pro-sedurnya, ini lah yangmembuat pemasanganEWS menjadi sedikittertunda.”

Sementara itu,mengenai agenda acaraperingatan dua tahunbencana tsunami yangmeluluh-lantakkan NAD dan sebagian Niasyang jatuh pada tanggal 26 Desembermendatang, Nurdin mengatakan, Pemprovberencana untuk mengadakan doa bersamaoleh seluruh lapisan dan masyarakat NAD.

Pemprov sendiri ujarnya, juga telah

daya listriknya selain dengan energi batubarajuga dengan memanfaatkan potensigambut.

Gubernur Kalbar Usman Jafar usaibertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalladi Istana Wapres, Jakarta, Rabu (20/12),mengatakan, Pemda Kalbar yang mengalamikritis listrik karena saat ini hanya memiliki 40MM, merencanakan untuk meningkatkankapasitas daya listriknya sebesar 220 MWpada tahun 2008.

Peningkatan kapasitas tenaga listrik itumeliputi 2X55 MW dengan bahan bakarbatubara yang akan dibangun oleh PT. PLNdengan investasi dari Cina, 2X25 MW denganbahan bakar batubara dibangun oleh swasta,dan 2X30 MW dengan bahan bakar gambutoleh sebuah perusahaan swasta bernama PTSebukit Power.

Gubernur Kalbar mengatakan, materialgambut yang akan menjadi bahan bakarpembuatan tenaga listrik itu akan diambil darienam desa yang ada di KotamadyaPontianak, yaitu desa Galang, Rasau Jaya,Terentang, Kubu, Sungai Raya danBengkorek.

Menurutnya, pembuatan tenaga listrikdari material gambut itu akan memanfaatkanlahan-lahan gambut yang kedalamannyamencapai sekitar 6-8 meter denganmengambil separuhnya.

“Dalam jangka panjang nanti lahangambut yang telah diambil gambutnya ituakan ditimbun dengan tanah dan kemudianakan ditanam kelapa sawit, dan sawit itunantinya juga akan dijadikan bahan bakaruntuk pembuatan bio-fuel,” katanya. (Kus)

Kalimantan Timur160.000 Bibit Sawit Siap Tanam diBulungan

PT Bulungan Citra Agro Persada (BCAP)telah menyiapkan 160.000 bibit kelapa sawityang siap tanam pada tahap pertama di lahanseribu hektare di Desa Tanah Kuning,

Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur.“Bibit yang berasal dari PTKS Medan itu,

selanjutnya akan ditambah sesuai denganluasan land clearing (pembukaan lahan).Rencananya, 2.000 hektare areal kami bukatahun ini, namun penanaman tahap pertamahanya seribu hektare untuk 160.000 bibititu,” kata Direktur PT BCAP H. Adhi ChandraP S.IP M.M, beberapa waktu lalu.

Dikatakannya, untuk penanaman tahappertama ini, pihaknya masih menunggurealisasi land clearing. Jadi kemungkinan bisadilakukan dua atau tiga bulan ke depan.

“Jika telah di lakukan penanaman,diperkirakan dalam jangka waktu 30 bulanbibit kelapa sawit tersebut telah siapberbuah. Hanya saja tanaman buahmenghasilkan (TBM)-nya masih kecil, jadibelum maksimal. Kemungkinan tahun ketigaTBM satunya baru bisa dipanen,” tambahnya.

Untuk mengolah hasil panen kelapa sawit,untuk sementara akan dicarikan pabrik disekitar Kabupaten Bulungan, karena PTBCAP baru akan membangun pabrik setelahtanaman kelapa sawit mencapai 4-5 ribupohon.

Chandra mengatakan pihaknya akanmenginvestasikan dana sekitar 10 juta dolarAS untuk pabrik dengan kapasitas 40 tonper jam. Pihaknya sendiri tidakmempermasalahkan pemasaran Crude PalmOil (CPO) pihak PT BCAP, karena pasar CPOdi Indonesia termasuk banyak.

Terkait dengan investasi perkebunansawit PT BCAP, Bupati Bulungan Drs. H.Budiman Arifin M.Si yang ditemui saatmelakukan kunjungan ke pembibitan PTBCAP, menaruh harapan besar terhadapperkebunan sawit tersebut.

“Karena perkebunan sawit di Desa TanahKuning bisa menggerakkan ekonomi daerah,termasuk masyarakat Tanah Kuning yangmasuk dalam plasma, sehingga nantinya bisamemperoleh pendapatan,” ujarnya.(www.bulungan.go.id)

Dari Sabang Sampai Merauke Irian Jaya Barat tergarap dengan baik."

Durian di Musim PenghujanJika Anda sempat jalan-jalan ke Irian jaya

Barat di saat musim hujan, sempatkan untukjalan-jalan disepanjang ruas jalan Pahlawandan kompleks pertokoan di Sanggeng,kabupaten Monakwari. Di sepanjang jalanberjejer pedagang buah durian danrambutan.

Kebanyakan buah-buahan ini di bawadari daerah dataran Prafi, karena di dataranini sebagian besar masarakatnya mempunyaikebun rambutan dan durian. (dw)

Foto

: http

/hom

e.uc

hica

go.e

du

Potensi Provinsi Terbungsu

menghimbau agar pada 26 hingga 28Desember 2006 nanti seluruh lapisan danmasyarakat NAD mengibarkan benderasetengah tiang untuk memperingatitragedi tersebut.

(tr/ed)

Seorang wisatawan asing sedang asyikmembelah durian Manokwari.

Foto

: Dan

Page 23: komunika 20 2006

11

KOMUNIKA

Edisi 19/Tahun II/Desember 2006

Wajah Kita

Panggung Depan,Panggung BelakangKonon, menurut sosiolog Irving Goffman, hidup

seperti dramaturgi. Ada panggung depan (front stage)dan ada panggung belakang (back stage). Panggungdepan adalah kehidupan yang selalu dipertontonkankepada publik. Orang melihat atau mendapatkan citratentang orang lain melalui panggung depan ini. Sedang-kan panggung belakang selalu tersembunyi atau disem-bunyikan, sehingga luput dari perhatian publik. Di pang-gung inilah fakta sebenarnya tentang kehidupan privatmanusia berada.

Menarik, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyonomengkaitkan masalah perbatasan dengan "panggungdepan" dan "panggung belakang." Menurut beliau, sudahsaatnya bangsa Indonesia menganggap daerah perbatas-an RI dengan negara tetangga sebagai bagian depan,bukan bagian belakang Indonesia. Dengan kata lain,daerah perbatasan harus maju, sukses dan gemerlap se-hingga bisa dianggap sebagai "panggung" yang layak di-perlihatkan kepada dunia, bukan sebaliknya tersembunyidan menjadi daerah terbelakang dengan segala keku-muhannya.

Ibarat tubuh, daerah perbatasan adalah wajah. Orangpertama kali mengenal negara lain melalui perbatasannya.Oleh sebab itu, kesan terhadap suatu negara, positifatau negatif, baik atau buruk, langsung tertanam begituseseorang melihat suasana di perbatasan. Kemajuan,keteraturan, keindahan, sudah tentu akan memunculkankesan baik. Sebaliknya keterbelakangan, kekumuhan,ketidakteraturan, akan memunculkan kesan buruk.

Perbatasan, yang kumuh maupun yang gemerlap,akan membuat orang bergumam, "Jika perbatasannya

saja seperti ini, bagaimana dengan ibukota negaranya?"Yang kumuh akan membawa pada kesimpulan bahwaibukota negaranya pasti lebih kumuh. Sedangkan yanggemerlap tentu akan memunculkan kesimpulan bahwakeadaan di pusat pemerintahan pasti lebih hebat.

Keadaan di daerah perbatasan memang tidak oto-matis mewakili keadaan suatu negara secara keseluruhan.Akan tetapi, sebagai bagian wilayah yang bersentuhandengan teritorial negara lain, perbatasan akan selaludianggap sebagai cermin suatu negara. Mau menjadi cer-min cembung, cermin cekung, atau cermin retak, ter-gantung bagaimana negara memelihara wilayah per-batasannya. Dan semua itu akan membawa dampak yangsangat besar terhadap citra bangsa di mata dunia.

Tak heran jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyonomenginginkan kondisi daerah perbatasan di-upgradehabis-habisan agar tampak bercahaya di mata dunia. Untukitu, ke depan pemerintah akan terus mengutamakanpembangunan daerah perbatasan agar kondisinya tidaktertinggal, atau paling tidak sejajar, dengan daerah lain.

Pandangan awam tentang daerah perbatasan selamaini adalah daerah yang kumuh, terbelakang, miskin, trans-portasi dan komunikasi sulit, dan seabreg predikat negatiflainnya. Pandangan semacam itu tidak salah, karenahampir semua daerah perbatasan di Indonesia memilikikarakteristik demikian. Akibatnya, orang asing (termasukpara investor) yang mau berkunjung ke Indonesia lebihsuka naik pesawat terbang dan langsung turun di Jakarta.

Padahal, potensi sumber daya alam yang belum dieks-ploitasi semua berada di daerah pedalaman yang sebagiandi antaranya berada di dekat perbatasan. Tapi karenasulitnya akses transportasi dan komunikasi, orang-orangdari luar negeri lebih suka langsung menuju ibukota.

Ke depan keadaan ini harus diperbaiki. Infrastruktur,sarana dan prasarana, harus dibangun di daerah perba-tasan. Akses transportasi informasi dan telekomunikasidipermudah. Seiring dengan naiknya perekonomian dae-rah setempat, secara perlahan tapi pasti daerah perba-tasan dengan sendirinya akan tumbuh dan berkembangmenjadi "panggung" yang gemerlap dan layak diperton-tonkan kepada dunia. (gun)

Foto

: Mth

LINTAS LEMBAGA

Departemen Komunikasi dan Informatika

Perlu Kejelasan Format Komunikasi PublikPemerintah melalui Departemen Komunikasi dan

Informatika, sampai saat ini pun masih terus mencari formatkomunikasi publik yang efektif. Hal ini mengemuka dalamSemiloka dan Temu Pakar Komunikasi bertajuk “PenyerapanPendapat Publik untuk mengembangkan Komunikasi Publikyang Efektif”, 9 Desember lalu di Malang.

Menurut Kepala Badan Informasi Pubik Depkominfo,Soeprawoto, kemajemukan masyarakat Indonesia menjadifaktor utama berbedanya pemahaman metoda komunikasipublik. Sehingga tingkat keefektivitannya sesuai dengankepentingan yang ada di daerah.

Sementara itu, Prof. Dr. Alo Liliweri, MS, guru besar diUniversitas Nusa Cendana, NTT, menyatakab bahwa aktivtaskomunikasi publik mencakup banyak hal. Tak sekadar publicrelations, komunikasi politik, pemasaran sosial, hinggamembangun koalisi dan strategi penelitian. ”Intinya semuayang berada dalam konteks publik affairs,” kata Prof Alo.

Lain lagi dengan Heru Puji Winarso, dosen UniversitasBrawijaya, Malang, yang menyoroti pentingnya penyediaanruang publik. “Keberadaan ruang publik akan sangat efektifdalam mencari informasi layanan masyarakat yang dibutuhkan.Tak hanya itu, informasi tersebut pun dapat menjadi awaldari penyediaan dan pelayanan informasi publik daripemerintah,” jelasnya.

(YULIARSO)

Departemen Pertanian

Prioritas Utama Mengembangkan Industri BenihMenteri Pertanian Anton Apriyantono mengemukakan

bahwa pemerintah memprioritaskan pengembangan industribenih untuk mendorong ketersediaan dan kualitas benihunggul pertanian di Indonesia.

"Prioritas utama pengembangan industri benih ini untukmemenuhi ketersediaan jumlah dan kualitas benih unggulsesuai dari revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutananyang telah dicanangkan Presiden awal tahun 2006," katamenteri.

Untuk itu, kata Mentan, dalam jangka pendek impor benihtidak dapat dihindari lagi, karena ketersediaan benih daridalam negeri baik jumlah maupun mutu tidak mungkinmencukupi.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama Kepala PusatPerlindungan Varietas Tanaman Deptan, Hindarwatimengatakan sekitar 14 varietas baru telah terdaftar diDepartemen Pertanian. Ke-14 varietas itu diproduksi dariprodusen benih swasta yang skalanya besar, kemudian dariBalai Penelitian. Namun demikian varietasnya itu harus betul-betul memenuhi persyaratan kebaruan, keunikan,keseragaman, dan kestabilan sehingga kepemilikannya itujelas milik mereka yang dapat didaftarkan dan nantinya sudahmencukupi persyaratan untuk diproses.

Sekarang ini ada kecenderungan banyak penangkar yangmampu menghasi lkan varietas unggul baru denganmenggunakan teknologi yang seadanya. Dalam hal ini

Membangun Daerah Melalui Otonomi

pemerintah melalui Badan Litbang Deptan sudahmemprogramkan yaitu melalui pemuliaan partisivatis, denganmembina para penangkar yang saat ini sudah mulaimelakukan pengawinan bibit yang dapat menghasilkan bibitunggul sesuai dengan iptek pemuliaan itu dilakukan.(Bhr/ Yr)

Badan Tenaga Nuklir Nasional

Membangun PLTN Tahan Gempa di IndonesiaPembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

yang tahan gempa seperti halnya di Jepang dapat dilakukandi Indonesia.

Hal ini dikatakan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional(BATAN), Prof. Dr. Soedyartomo Soentono di sela-sela acarakunjungan Direktur Jenderal Badan Tenaga AtomInternasional (IAEA) ke Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi (BPPT) di Jakarta, Jum’at (8/12).

Pembangunan PLTN di negara rawan gempa sepertihalnya di Indonesia dan Jepang, Soedyartomo mengatakanpemilihan tapak bakal Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir(PLTN) di Semenanjung Muria, Jawa Tengah sudah dilakukansejak tahun 1970-an.

“Kami juga sudah tahu persis kondisi ground accelerationyang dipergunakan untuk disain sipilnya,” kata Soedyartomo.

Menurut Soedyartomo kondisi ground acceleration lokasiberada jauh dibawah jika dibandingkan dengan negara yangsangat rawan gempa yaitu Jepang.

Soedyartomo menjelaskan, di Jepang groundacceleration biasanya lebih dari 300 g sedangkan di Indonesialebih rendah dari itu.

“Bahkan di Jepang ada PLTN yang dibangun pada groundacceleration diatas 500 g, tetapi pada waktu terjadi gempayang sangat hebat pada sekitar tahun 1995 di Kobe PLTNtersebut masih dapat beroperasi,” katanya.

Dia menambahkan pemilihan lokasi PLTN tidak hanyamempertimbangkan masalah-masalah keamanan tetapi jugamemperhatikan berbagai pertimbangan keamanan lainnya.

(Hbk)

Departemen Tenaga Kerja dan TransmigrasiPemerintah Akan Terapkan Sistem Asuransi BagiTenaga Kerja

Pemerintah berencana menerapkan sistem asuransi bagitenaga kerja (naker) di Indonesia yang meliputi jaminan haritua, kecelakaan, PHK, pensiun, kesehatan, kematian, hamildan melahirkan.

“Program sekarang yang sudah ada semuanya itu akandimasukan dalam sistem asuransi,” kata Menteri Tenaga Kerjadan Transmigrasi Erman Soeparno usai melaporkan hasil studibanding delegasi tripartit ke RRC pada 26 November hingga2 Desember lalu kepada Wapres Jusuf Kalla di Kantor Wapres,Jakarta, Senin (11/12).

Menakertrans mengatakan dengan adanya sistemjaminan sosial bagi buruh ini berarti ada kepastianpembayaran untuk mereka, sedangkan bagi perusahaan adakepastian iuran dengan sistem asuransi tersebut.

(mul)

Departemen Dalam Negeri

Depdagri bersama dengan rakyat bertanggung jawabbersama dalam terbentuknya sistem politik yang sesuaidengan karakter bangsa kita. Sistem politik Indonesiadewasa ini dalam proses perubahan sistem politik sentralistikmenuju sistem politik desentralisasi, dimana seluruhmasyarakat dapat berperan dalam membangun daerahnyamasing-masing. Mengusung permasalahan tersebutDepartemen Dalam Negeri menetapkan 8 program Utama,antara lain "Program Fasilitasi dan Pemantapan ImplementasiKebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah". Selain ituke-8 program utama Depdagri, kesemuanya bermuara padatujuan kesejahteraan rakyat dan terbentuknya integrasinasional yang kuat.

Pemberlakuan Otonomi DaerahSudah saatnya daerah diberikan kepercayaan untuk

dapat mengelola sumber daya alamnya. Pengelolaansumber daya alam ini harus mampu memberdayakan seluruhmasyarakat setempat. Melalui UU No. 32 tahun 2004penjelasan mengenai pemberlakuan otonomi daerahsemakin diperjelas.

Melalui pemberlakuan otonomi tersebut adalahterjadinya berbagai perubahan dalam tatanan kehidupanpolitik di daerah. Departemen Dalam Negeri berperansebagai katalisator dalam pengembangan otonomi daerah,sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh masing-masingpemerintahan daerah bersama masyarakat setempat.

Tidak serta merta dengan otonomi daerah, hubunganpemerintah pusat dan daerah berjalan masing-masing.Departemen Dalam negeri berwenang dalam pengaturanhubungan pusat dan daerah, dan memfasilitasi programotonomi daerah ini. Hubungan ini di atur sedemikian rupa,

sehingga untuk daerah dengan kekayaan alamnya yangmelimpah mampu untuk mensubsidi daerah yang tidakmempunyai kekayaan alam.

Fungsi FasilitasiBentuk fasilitasi yang diberikan departemen ini antara

lain; melakukan evaluasi kinerja daerah serta pejabat negara,perumusan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedurdalam urusan pemerintahan daerah, penataan daerah danotonomi khusus, fasilitasi Dewan Pertimbangan OtonomiDaerah dan hubungan antar lembaga. Selain melaluipenetapan kebijakan-kebijakan tersebut, DepartemenDalam Negeri juga melakukan bimbingan teknis dalampengembangan dan pembangunan daerah otonomi.

Belajar PolitikBergulat dengan politik itu sudah menjadi keharusan

dalam mengelola suatu pemerintahan. Demikian juga,otonomi daerah memaksa masyarakat setempat untukbelajar politik. Untuk itu Departemen Dalam Negeribertanggung jawab meningkatkan pendidikan politik secaraintensif dan komperehensif kepada masyarakat untukmengembangkan budaya pol itik yang demokratis,menghormati keragaman aspirasi dan menjunjung tinggisupremasi hukum dan hak asasi manusia berdasarkanPancasila dan Undang - Undang Dasar 1945.

Serta mengembangkan pola rekruitmen baik di lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta dan masyarakatdengan mengutamakan kualitas SDM.

Membangun Pemerintahan yang baik (goodgovernance) dan melaksanakan pelayanan prima.

(dw)

Page 24: komunika 20 2006

Anekdot berdasar kisah nyatapernah terlontar dari Prof Dr Alo

Liliweri, guru besar Ilmu Komunikasidi Universitas Nusa Cendana, Kupang,

tentang pemuda warga daerahperbatasan di NTT. Konon, seorang

pemuda baru mendapat hadiahseperangkat telepon genggam lengkap

dengan pulsanya, dalam acaraperesmian menara transmitter layanan

seluler di kota. Sesampai di desatempat tinggalnya, sang pemuda

akhirnya menelepon sepuas-puasnya.Entah siapa yang ditelepon, tapi yang

pasti ia tampak nikmat berbincang.Tak sadar, mungkin saking lamanya

menelepon, baterai ponselnya punhabis. Tapi apa lacur, di desanyabelum ada jaringan listrik. Untuk

penerangan biasanya cumamengandalkan accu yang harus di-

charge di kota saban dua hari sekali.Terpaksa, demi ponsel baru, jadilah

sang pemuda berjalan kaki kembali kekota selama dua jam , sekadar mengisibaterai ponselnya dengan listrik yang

hanya ada di kota.

Lain NTT, lain pula cerita dari Kabupaten Keerom,salah satu dari lima kabupaten di Papua yang berbatasanlangsung dengan Papua Niugini. Penduduk di daerahtersebut memang telah terbiasa dengan hidup nomadenalias hidup berpindah-pindah dan pola primitif.

“Pakaian saja dari kulit kayu. Walau sebagian sudahmengenal pakaian, tetapi persediaan pakaian terbatas,satu potong pakaian sampai hancur di badan,” jelasBupati Keerom, Drs Celsius Watae, menggambarkandaerahnya.

Tak hanya itu, komunikasi yang dilakukan pun hanyabahasa daerah setempat. Bayangkan di Papua sendiritercatat 255 kelompok suku dengan ratusan ragambahasa dan dialek yang berbeda-beda. Terbayangbagaimana sulitnya penerapan program pemerintah disana.

Berbagai cara dan alternatif dicoba. Hingga akhirnyapemerintah daerah setempat mulai menggunakanmedia televisi lengkap dengan parabolanya untukmemperkenalkan berbagai informasi kepada masyarakat.

“Reaksi yang muncul beragam, mulai dari tertawa,heran, ada yang coba berbicara dengan televisi,memberi makan televisi dan bertanya kepada televisi.

Bahkan ada yang melihat televisi sebagai wujud pengawasanarwah nenek moyang,” kata Watae tersenyum.

Kendati begitu, cara sederhana tersebut terbukti ampuhdalam memicu perkembangan sosial masyarakat. Setiap hari,tak kurang 200-300 penduduk setempat berkumpul untukmelihat berita dan acara di televisi.

Tak hanya itu, pola hidup berpindah pun mulaiditinggalkan. Penduduk mulai betah berdiam di satu tempat.Bahkan, televisi mampu mengundang masyarakat yangtadinya tinggal di hutan untuk bergabung di salah satupermukiman di perbatasan.

Dan tentu saja, kesempatan tersebut akan dimanfaatkanoleh pemerintah daerah Keerom untuk mulai membanguninfrastruktur yang ada, mulai permukiman penduduk, gedungsekolah, puskesmas, air bersih, listrik dari generator, hinggapasar tradisional.

Pemerintah akan membangun enam titik pembangunanterpadu di daerah perbatasan. Dana yang digelontorkanpuntak sedikit, Rp 600 miliar untuk setiap pusat pemukiman.

Berbagai Kondisi PerbatasanCerita Prof Alo dan kisah dari Keerom, Papua hanyalah

beberapa diantara sekian banyak cerita tentang kawasanperbatasan. Namun, hal tersebut ternyata diamini oleh Prof.Sjafrie Sairin, Antropolog Universitas Gajah Mada (UGM).Menurutnya, ada tiga kondisi yang terjadi di wilayahperbatasan Indonesia. Pertama, negara luar yang lebih majudari Indonesia, semisal di wilayah perbatasan Kalimantan.Kemudian kondisi yang relatif sama, seperti di perbatasanPapua dan terakhir, kondisi Indonesia lebih baik dari negaratetangga laiknya di perbatasan NTT.

“Kondisi ini masing-masing dengan kelebihan dankekurangannya,” jelas guru besar Antropologi Fakultas IlmuBudaya UGM ini dalam diskusi terbatas dengan instansi-instansipemerintah pemangku kebijakan perbatasan yang digelarPusat Pengelolaan Pendapat Umum (P3U), Badan InformasiPublik (BIP), Departemen Komunikasi dan Informatika, diJakarta beberapa waktu lalu.

Tentang kawasan perbatasan, menurut Sjafrie, adaempat masalah besar yang selalu terjadi di kawasanperbatasan. Pertama, lokasi yang relatif terisolir (terpencil)dengan tingkat aksesibilitas rendah. Kedua, masalah padatingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat. Kemudiankesejahteraan ekonomi yang juga harus serius dipikirkan.Dan tidak ketinggalan asupan informasi tentang pemerintahserta pembangunan masyarakat.

Semuanya menuntut untuk segera diselesaikan. Namunadalah kebijakan pemerintah daerah untuk membuatprogram prioritas penyelesaiannya.

Mengurangi KesenjanganSaat ini banyak program pemerintah yang tengah

berjalan di kawasan perbatasan. Berbagai pendekatan pundilakukan guna membangun kawasan tersebut. Misal sajatentang masalah keamanan perbatasan Indonesia-Malaysia.

Tak lama lagi, desa-desa yang belum memiliki jaringankomunikasi, baik berupa sambungan telepon, PSTN (publicswitched telephone network), bisa sedikit tersenyum.Sebabnya, pemerintah akan mulai memasang perangkattelekomunikasi. Tak tanggung-tanggung, generasi terbaruyang multifungsi. Namanya, teknologi Broadband Powerline(BPL) yang menggunakan jaringan listrik sebagai mediatransmisi data.

Dengan jaringan tersebut, pemerintah tak perlu repot-repot membangun jaringan telepon. Dan tentu sajaimbasnya, perangkat telekomunikasi ini akan cepat “kring”dan yang pasti, murah meriah.

“Target 2010 semua desa sudah kring,” kata MenteriPembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Saifulah Yusufbeberapa waktu lalu.

Ternyata tak hanya kebutuhan telekomunikasi yangterpenuhi. Prinsip sekali dayung, dua tiga pulau terlampauipun diterapkan dalam misi kali ini. Jaringan yang akandipasang pertama di dua kawasan Indonesia Timur, satudikawasan Jawa, dan satu lagi dikawasan Sumatera ini,juga dapat digunakan sebagai jaringan internet.

Jaringan ini konon pernah diuji coba di Jawa Tengah.Dan hasilnya, “Selain ekonomis, kualitas suara juga lebihjernih daripada PSTN,” jelas Direktur Mitra Kerja Proyek,PT Power Telecom (Powertel), Dicky Tjokrosaputro.

Ya, memang program ini semua hanya contoh kecildari program lainnya. Sekadar tau, kawasan perbatasanakan tidak seperti dulu lagi. Tidak percaya? Tunggu saja.***(dan)

Pembangunan kawasan perbatasan terus digalakkan.Tak sekadar mengejar ketinggalan, namun telah mengubah

paradigma. Masyarakat lokal jadi perhatian utama.

Prof. Sjafri Sairin, PhD

Foto

: Ric

h

Foto

: Mth