intoksikasi
DESCRIPTION
IntoksikasiTRANSCRIPT
sangat jarang ditemukan. Perhitungan dari osmolaldan anion gapdapat digunakan untuk
memperkirakan kadar metanol dan untuk memprediksi keparahan berdasarkan dari zat yang
diminum.
a. Manifestasi klinik
Onset dan beratnya abnormalitas klinis dan laboratorium bergantung pada banyaknya formic
acidyang terbentuk. Periode laten dari mulai terminumnya metanol sampai terjadi manifestasi
toksisitas adalah 12-24 jam.
Gangguan penglihatan seperti berkurangnya ketajaman visual, fotofobia dan pandangan
kabur merupakan gejala yang paling sering dijumpai intoksikasi alkohol. Pemeriksaan
funduskopi menunjukkan hiperemis disk optik, venousengorgement, atau papiledema.
Nyeri abdomen
Abnormalitas neurologis: bingung, stupor dan koma. Disfungsi neurologis berat
ditemukan pada pasien dengan asidosis metabolikberat.
Nekrosis putaminal, ditandai dengan adanya rigiditas, tremor, masked face, dan
monotonous speech. Hal ini berhubungan berkurangnya aliran ke otak dan/atau
akumulasi formic acidpada putamen
Asidemia (terutama pH ≤7,2) menunjukkan gejala pernafasan kussmaul, gangguan fungsi
jantung dan hipotensi.
Osmolalgapmeningkat, osmolalgap≥10 msom/L konsisten dengan konsentrasi toksik
metanol.
Setelah periode laten sampai 30 jam, terjadi anion gapasidosis metabolik berat, gangguan
penglihatan, kebutaan, kejang, koma, dan kematian mungkin dapat terjadi.
Periode laten menjadi lebih lama apabila metanoldiminum bersamaan dengan etanol.
b. Laboratorium
Kadar metanol dalam darah diukur denganmenggunakan gas kromatografi. Kadar
methanol serum > 20 mg/dL sudah dianggap toksik dan kadar >40 mg/dL dianggap
sangat berbahaya.Kadar methanol yang rendah atau tidak terdeteksi tidak menyingkirkan
intoksikasi.
Apabila tidak tersedia pengukuran metanol,makan dapat digunakan osmolal gapserum
sebagai pengganti.
Osmolalitas darah dapat meningkat atau normal. Konsentrasi metanol 50 mg/dL akan
meningkatkan osmolalitas darah sekitar 15 mOsm/L.
Anion gap tinggi asidosis metabolik (pH darah 6,8 -7,3), sebagaiakibat akumulasi
formate.
Asidosis laktat, sebagai akibat gangguan respirasi sel yang disebabkan oleh formate atau
meningkatnya pembentukan NADH selama metabolisme metanol.
Hiperkloremik asidosis metabolik
Pemeriksaan laboratorium lain yang diperlukan seperti elektrolit, kadar gula darah, BUN,
kreatinin, serum osmolalitas dan osmolar gap, analisa gas darah, kadar etanol dan laktat.
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan emergensi dan suportif
Jaga jalan nafas dan bantuan ventilasi apabila diperlukan
Penatalaksanaan koma dan kejang apabila ditemukan
Atasi asidosis metabolik dengan sodium bikarbonat intravena. Koreksi asidosis harus
berdasarkan analisa gas darah.
b. Obat spesifik dan antidotum
Etanol untuk mensatu rasi enzim alkohol dehidrogenase dan mencegah pembentukan dari
metabolit toksik metanol. Terapi etanol diindikasikan pada pasien dengan: adanya
riwayat meminum metanol, saat kadar metanoldarah tidak bisa didapatkan segera dan
osmolal gap > 5 mOsm/L; asidosis metabolic dan osmolalgap > 5-10 mOsm/Lyang tidak
disebabkan oleh etanol; konsentrasi metanoldarah >20 msosm/L.
Folic acid. Dapat meningkatkan konversi formate menjadi karbondioksida dan air. Dosis
yang dianjurkan 50 mg IVsetiap 4 jam.
Fomepizole (4-methylpyrazole), menginhibisi alkohol dehidrogenase dan mencegah
metabolisme metanol.
c. Dekontaminasi
Dilakukan kumbah lambung. Arang aktif tidak menunjukkan adsorbs methanol secara efesien.
Arang dapat memperlambat absorbsi apabila intoksasi secara oral.
d.Meningkatkan eliminasi. Hemodialisis secara cepat dapat membersihkan methanol (waktu
paruh berkurang menjadi 3-6 jam) dan formate. Indikasi untuk dialysis apabila dicurigai
keracunan methanol dengan asidosis metabolik, osmolalgap > 10 mOsm/L, pengukuran
konsentrasi metanoldarah > 40 mg/dL. Dialisis harus diteruskan sampai konsentrasi methanol
<20 mg/dL. Infus etanol harus ditingkatkan selama dialisis
The American Academy Toxicology merekomendasikan penggunaan etanol atau
fomepizole untuk terapi intoksikasi metanol berdasarkan kriteria berikut:
Konsentrasi metanol plasma > 20 mg/dL-
Riwayat baru meminum metanol dengan osmolal gapserum > 10 mg/dL
Kecurigaan klinis kuat dari keracunan metanol dengan sedikitnya dua dari berikut: pH
arteri <7,3, HCO3-< 20 mEq/L, dan osmolal gap >20 mOsm/L.
The American Academy Toxicology merekomendasikan hemodialisis dapat dilakukan
apabila dijumpai asidosis metabolik (pH darah 7,25-7,30), abnormalitas visual, gagal ginjal,
gangguan elektrolit yang tidak respons terhadap terapi konvensional dan/atau konsentrasi
metanol serum > 50 mg/dL. Hemodialisis dapat membersihakan metanol secara cepat, mungkin
dengan meningkatkan pembersihan formate, dan dapat menghasilkan basa untuk mengkoreksi
asidosis. Pemberian basa direkomendasikan untuk mengobati asidosis metabolikdan
meningkatkan pembersihan formate melalui ginjal.
ETILEN GLIKOL
Etilen glikol digunakan secara luas pada produk industrial dan ditemukan padaautomobile
coolants, heat transfer fluid, pembersih es. Etilen glikol tidak berwarna dan tidak berbau, dan
mempunyai rasa yang manis. Etilen glikol merupakan komposisi utama (hampir 95%) antifreeze.
Terkadang sengaja dikonsumsi oleh alkoholik sebagai pengganti alkoho ldan sering menarik
perhatian anak anak karena rasanya yang manis. Intoksikasi oleh etilen gilkol menyebakan
mabuk dan gastritis, produk metaboliknya dapat menyebabkanasidosis metabolik, gagal ginjal
dan kematian.
Mekanisme tosksisitas
Etilen glikol dimetabolisme oleh alkohol dehidrogenase menjadi glikoaldehid, yang
kemudian dimetabolisme menjadi glikolik, glioksilik, dan asam oksalat. Asam tersebut
berhubungan dengan penumpukan asam laktat dan bertanggung jawab untuk anion gapasidosis
metabolik. Oksalat diendapkan dengan kalsium untuk membentuk Kristal kalsiumoksalat yang
tidak larut. Kerusakan jaringan disebabkan oleh deposisi luas dari kristal oksalat dan efek toksik
dari glikolik dan asam glioksilik.Asidosis metabolikdan disfungsiorgan sebagai akibat utama
pembentukan glikolik dan asam oksalat dari metabolisme etilen glikol. Akumulasi dari asam
glikolik merupakan penyebab utama asidosis metabolik, tetapi glikolat juga mengganggu
resspirasi sel dan efek ini dapat mempermudah terjadinya asidosis laktat pada beberapa pasien.
Gagal ginjal akut, disfungsi miokard, fungsi neurologis dan disfungsi pulmonal sebagai akibat
deposisi oksalat dan kalsiumpada jantung, ginjal, otak dan paru paru. Deposisi dari kalsium
oksalat pada jaringan juga dapat menyebabkan hipokalsemia yang akan mendepresi fungsi
jantung dan tekanan darah.
Dosis toksik
Rata rata dosis letal apabila diminum secara oral etilen glikol 95% adalah 1,5 mL/kg,
tetapi ada yang melaporkan pasien yang dapat bertahan hidup setelah meminum 2L dan
mendapatkan penatalaksanaan yang baik dalam satu jam setelah meminum zat tersebut.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat meminum/ tertelan antifreeze, gejala
khas, meningkatnya dan anion gap.Oksalat atau kristal hippurate dapat dijumpai pada urine.
Diagnosis intoksikasi etilen glikol tegak apabila terderteksi atau peningkatan kadar etilen
glikol yang ditentukan dengan gas kromatografi.
a. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala etilen glikol terdiri dari3 tahap: Abnormalitas neurologis (tahap SSP)
yang terjadi 30 menit 12 jam setelah meminum etilen glikol; tahap kardiopulmonal yang
terjadi 12-24 jam; tahap 3 terjadi 24-72 jam setelah meminum.
Tanda dan gejala metabolikasidosis: pernafasan kussmaul, presdiposisi menjadi penyakit
jantung kongestif atauhipotensi sering ditemukan pada semua tahap dan biasanya terlihat
pada pasien dengan pH darah < 7,1-7,2
Dalam 3-4 jam pertama setelah terminum, pasien terlihat intoksikasi sama seperti etanol.
Osmolar gap meningkat, tetapi tidak dijumpai asidosis. Gastritis dengan muntah dapat
terjadi.
Setelah 4-12 jam, tampak gejala intoksikasi yang disebabkan produk metabolik, dengan
anion gapasidosis, hiperventilasi, kejang, koma, gangguan konduksi jantung dan aritmia.
Gagal ginjal dapat terjadi tetapi biasanya reversibel. Edema paru dan edema otak sering
terjadi. Hipokalsemi dengan tetani pernah dilaporkan
b. Laboratorium
Kadar etilen glikol dalam darah > 50 mg/dL biasanya berhubungan dengan intoksikasi
serius, walaupun kadarnya yang rendah tidak dapat menyingkirkan intoksikasi.
Perhitungan dari osmolar gap dapat digunakan untuk memperkirakan kadar etilen glikol.
Serum osmolalitas dapat normal atau meningkat dalam beberapa jam pertama setelah
terminum. Konsentrasi 50 mg/dL dalam serum akan meningkatkan osmolalitas serum 9
mOsm/L.
Apabila etilen glikol dimetabolisme menjadi asam glikolik, asidosis metabolikdengan
anion gaptinggi akan terjadi.
4-8 jam setelah terminum etilen glikol, kristal kalsium oksalat dapat dijumpai pada urine.
Hipokalsemia
Laboratorium lain yang perlu diperiksa adalah elektrolit, kadar gula darah, BUN,
kreatinin, kalsium, fungsi hati, urinalisa, osmolalitas,analisa gas darah, EKG
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan emergensi dan suportif
Pertahankan jalan nafas dan bantuan ventilasi apabila dibutuhkan. Berikan oksigen yang
cukup
Atasi koma, kejang, aritmia jantung, dan asidosis metabolik apabila terjadi. Observasi
pasien beberapa jam untuk memonitor berkembangnya menjadi asidosis metabolik,
terutama bila simtomatis atau diketahui meminum bersamaan dengan etanol.
Atasi hipokalsemia dengan kalsium glukonat intravena atau kalsium klorida
b. Obat spesifik dan antidotum
Pemberian etanol. Untuk mensaturasi enzim alkoholdehidrogenase dan mencegah
metabolisme dari etilen glikol menjadi metabolit toksik. Indikasi untuk terapi etanol
adalah: kadar etilen glikol > 20 mg/dL, riwayat terminum etilen glikol yang disertai
dengan osmolal gap > 5 mOsm/L, tidak ada laporan oleh etanol atau produk
alkohollainnya.Anion gap asidosis disertai dengan adanya riwayat tertelan glikol atau
adanya kristaluri oksalat atau Wood’s lamp positif pada pemeriksaan urine.
Pemberian piridoksin, folat, tiamin, diperlukan kofaktor untuk memetabolisme etilen
glikol yang dapat mengurangi toksisitas dengan meningkatkan metabolisme dari asam
glikoxilik menjadi metabolit nontoksik.
Fomepizole, dapat menurunkan kadar glikolat serum dan terjadi perbaikan parameter
asam basa.
Pemberian basa untuk asidosis metabolik dan mungkin dapat meningkatkan ekskresi urin
atau anion asam organik
c. Dekontaminasi
Dilakukan kumbah lambung secepatnya apabila memungkinkan. Arang aktif tidak efesien
untuk mengadsorbsi glikol.
d. Meningkatkan eliminasi
Volume distribusi etilen glikol adalah 0,7-0,8 L/kg, hal ini membuat dengan mudah
meingkatkan prosedur eliminasi. Hemodialisis efesien untuk membersihkan etilen glikol dan
toksik metaboliknya, dan secara cepat mengkoreksi asidosis dan abnormalitas cairan dan
elektrolit.Indikasi untuk hemodialisis apabila dicurigai keraculnan etilen glikol dengan
osmolalgap > 10 msom/L tidak ada laporan yang disebabkan oleh etanol atau alkohol
lainnya, intoksikasi etilen glikol yang disertai dengan gagal ginjal, konsentrasi etilen glikol
dalam darah 20-50 mg/dL.
The American Academy of Clnical Toxicology merekomendasikan etanol atau fomepizol
dapat diberikan apabila dijumpai kadar etilen glikol > 20 mg/dL atau adanya riwayat
meminum sejumlah etilen glikol yang berpotensial toksik dan osmolal serum > 10 mOsm/L
atau riwayat atauu kecurigaan klinis kuat dari keracunan etilen glikol dan dua dari
abnormalitas berikut: pH arteri <7,3, konsentrasi bikarbonat serum < 20 mEq/L, osmolal
gap> 10 mOsm/L, dan dijumpainya kristal oksalat.
ISOPROPANOL
Isopropanol digunakan secara luas sebagai pelarut, antiseptik, disinfektan dan sering
ditemukan di rumah sebagai larutan 70% (rubbing alkohol). Zat ini sering diminum oleh
alkoholik sebagi pengganti
alkoholyang murah. Tidak seperti bahan pengganti alkohollainnyaseperti metanol, etilen glikol,
isopropanol tidak dimetabolisme menjadi asam organiktoksisitas tinggi.
Mekanisme toksisitas
Isopropanol merupakan depresan sistem saraf pusat yang poten, dan intoksikasi secara tertelan
atau inhalasi dapat menyebabkan koma dan respiratory arrest. Isopropanol dimetabolisme
menjadi aseton (dimetilketon), yang dapat menambah dan memperpanjang depresi dari sistem
saraf pusat. Dosis yang sangat besar dapat menyebabkan hipotensi sekunder akibat vasodilatasi
dan kemungkinan depresi miokard. Isopropanol juga mengiritasi saluran pencernaan dan sering
menimbulkan gastritis.
Dosis toksik
Oral. Dosis toksik oral berkisar 05-1 mL/kg dari rubbing alkohol(70% isopropanol) tetapi
berdasarkan dari toleransi individual dan adanya deperesan lain yang ikut diminum.
Kejadian fatal dapat terjadi apaabila meminum 240 mL, tetapi pasien yang meminum
sampai 1 L dapat sembuh dengan perawatan suportif.
Inhalasi. Rekomendasi workplace limit(ACGIH TLH-TWA) untuk uap isopropanol
adalah 400 ppm (980 mg/m) dalam waktu 8 jam.Kadar udara yang dianggap berbahaya
untuk hidup atau kesehatan adalah 20.000 ppm.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa konsentrasi isopropanol > 150 mg/dL
dapat menyebabkan koma dan hipotensi dan kadar > 200 mg/dLdapat membahayakan
kehidupan.Hipotensi berat dengan koma dijumpai dengan kadar isopropanol serum > 400
mg/dL
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat meminum dan meningkatnya osmolar
gap, tidak dijumpai asidosis yang berat dan adanya bau yang khas dari isopropanol dan atau
aseton. Trias dari parameter asam basa normal, hiperosmolalitas dan reaksi nitroprusside positif
pada urine atau dan/atau darah dapat menegakkan diagnosis.
a. Manifestasi klinik
Temuan klinik terjadi dalam waktu 30-60 menit setelah tertelan.
Intoksikasi dapat menyebabkan mabuk, ataksia, stupor dan apabila jumlah yg diminum
cukup banyak dapat menyebabkan koma, hipotensi dan henti nafas.
Karena terjadi iritasi lambung, nyeri perut dan muntah sering dijumpai dan hematemesis.
Asidosis metabolikdapat terjadi,tapi biasanya ringan.
Osmolalgap meningkat.
Isoprapanol dimetabolisme menjadi aseton yang dapat menyebabkan depresi susunan
saraf pusat dan memberikan bau yang khas dari pernafasan
b. Laboratorium
Kadardalam darah dapat diperkirakan dengan menghitung osmolalgap.
Kadar isopropanol > 150 mg/dL biasanya dapat menyebabkan koma, tapi pasien dengan
kadar 560 mg/dL dapat bertahan hidup dengan perawatan suportif dan dialisis.
Konsentrasi aseton serumdapat meningkat.
Karena salah satu metabolit utama dari isopropanol adalah aseton, reaksi nitroprusside
dapat positif.
Kreatinin serumdapat meningkat dengan adanya gagal ginjal.
Laboratorium lain yang perlu diperiksa adalah alektrolit, kadar gula darah, BUN,
kreatinin, osmolalitas serum dan osmolar gap, analisa gas darah atau oksimetri
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan emergensi dan suportif
-Pertahankan jalan nafas dan bantuan ventilasi apabila dibutuhkan. Berikan oksigen yang cukup
-Atasi koma, hipotensi, hipoglikemia apabila terjadi.
-Pantau pasien simtomatik sekurangnya 6-12 jam
b. Obat spesifik dan antidotum.
Tidak ada antidotum spesifik. Terapi etanol tidak diindikasikan karena isopropanol tidak
memproduksi metabolit asam organik toksik.
c. Dekontaminasi
Karena isopropanol tidak diabsorbsi secara cepat setelah terminum, prosedur pengosongan
lambung dianggap tidak begitu berguna apabila jumlah yang terminum sedikit atau lebih dari 30
menit. Untuk meminum dalam jumlah besar: pemberian arang aktifdan obat pencahar, jangan
merangsang terjadinya muntah karena risiko terjadinya koma akan lebih cepat. Walaupun
adsorpsi isopropanol oleh arang aktif tidak begitu baik, tetapi 1 g arang dapat mengikat 1 mL
alkohol70%. Kumbah lambung dapat dilakukan apabila meminum dengan jumlah yang sangat
banyak.
d. Meningkatkan eliminasi
Hemodialisis efektif untuk membersihkan isopropanol dan aseton tapi jarang dilakukan karena
sebagian besar pasien dapat ditatalaksana dengann perawatan suportif saja. Dialisisdiindikasikan
apabila kadar isopropanol sangat tinggi (>500-600 mg/dL) atau apabila hipotensi tidak respons
terhadap cairan atau vasopressor.
KETOASIDOSIS ALKOHOLIK
Sindroma ketoasidosis alkoholik (AKA) jarang ditemukan pada pasien dengan
intoksikasi etanol akut, ditemukan < 10% pasien. Ketoasidosis alkoholik lebih sering dijumpai
pada pasien yang meminum alkohol
jangka panjang dan penyakit hat, sindroma ini berkembang setelah meminum dalam jumlah
sangat besar,berhubungan dengan menurunnya asupan makanan danepisode muntah, yang
akhirnya dapat menjelaskan terjadinya alkalosis metabolikpada beberapa pasien.Walaupun AKA
sering terjadi pada pasien dengan kondisi komorbid tertentu, tetapi mortalitasnya rendah. Pada
suatu studi dari 74 pasien dengan AKA, hanya 1% yang meninggal.
Patofisiologi
Walaupun oksidasi etanol pada hati menghasilkan aldehid, yang dikonversi menjadi
asetat dan asetil CoA, suatu prekusor dari badan keton, ketogenesis terutama diakibatkan
stimulasi dari lipolisis dan pembetukan asam lemak bebas dari kadar insulin yang rendah dan
meningkatnya kadar hormonkontraregulator seperti epinefrin,kortisol dan glukagon. Produksi
yang berlebihan dari asam asetoasetat dan asam β-hidroksibutirat mendasari terjadinya asidosis
metabolic dengan meningkatkan pembentukan NADH dari β-hidroksibutirat dibandingkan
dengan asetoasetat. Peningkatan NADH juga meningkatkan produksi asam laktat.
Diagnosis
Diagnosis AKA ditegakkan berdasarkan ditemukannya kadar etanol yang meningkat.
Adanya riwayat meminum alkohol dan tidak adanya stigmata dari diabetes dapat membuat
diagnosis AKA
a.Manifestasi klinik
Karena gangguan ini sering terjadi pada pasienakoholikkronik dengan gangguan pancreas
dan liver akut dan kronik, sehingga susah membedakan manifestasi klinis antara AKA
dengan penyakit hati atau pankreas.
Nyeri perut, mual dan muntah, berubahnya status mental merupakansering dijumpai.
Nyeri perut saat palpasi dan pembesaran dari liver dan terkadang limpa menggambarkan
adanya penyakit liver akut atau kronik
b.Laboratorium
Sering dijumpai asidosis metabolik, tapi lebih sering dijumpai gangguan asam basa
campuran,termasuk alkalosis respiratori dan alkalosis metabolik.
Hiponatremia dan/atau hiperkalemia, dan hipofosfatemia.
Serum osmolalitas biasanya normal. Serum osmolalitas dapat meningkat sebagai akibat
meningkatnya konsentrasi etanol atau keton dalam darah.
Keton dalam cairan tubuh dapat dideteksi dengan reaksi nitroprusside, tes ini dapat
mendeteksi asaetoasetat tetapi tidak β hidroksibutirat.
Kadar gula darah dapat rendah atau tinggi. Hipoglikemiaberhubungan dengan kosonnya
cadangan glikogen dan berkurangnya glukoneogenesis.
Penatalaksanaan
Perbaikan dari AKA tejadi setelah pemberian dari dekstrosa dan/atau
saline.Direkomendasikan pemberian dekstrosa dan salinuntuk memperbaiki volume defisit dan
menyediakan glukosa untuk mencegah hipoglikmia
KESIMPULAN
Intoksikasi terkait alkohol, yaitu metanol, etilen glikol, dietilen glikol,propilen glikol dan
alkoholik ketoasidosis (etanol) dapat dijumpai dengan asidosis metabolik anion gap
tinggi dan meningkatnya osmolal gap serum, sedangkan intoksikasi isopropanol hanya
menunjukkan hiperosmolar saja.
Efek dari semua substansi tersebut, kecuali untuk isopropanol dan mungkin ketoasidosis
alkoholik,terjadi akibat metabolitnya, yang dapat menyebabkan asidosis metabolik dan
disfungsi seluler.
Akumulasi alkohol dalam darah dapat menyebabkan peningkatan osmolalitas, dan
akumulasi dari metabolit nya yang dapat menyebabkan peningkatan anion gapdan
berkurangnya konsentrasi bikarbonat darah.
Ditemukannya abnormalitas klinis dan laboratorium yang terjadi secara bersamaan
merupakan petunjuk diagnostik yang penting, walaupun salah satunya dapat dijumpai,
berdasarkanwaktu setelah pemaparan.
Asidosis metabolik, gagal ginjal akut dan penyakit neurologis dapat terjadi pada
intoksikasi alkohol.
Dialisis untuk membersihkan alkohol yang tidak dimetabolisme dan anion asam organik
dapat membantu pengobatan dari beberapa intoksikasi terkait alkohol.
Pemberian fomepizole atau etanol untuk menginhibisi alkohol dehidrogenase, suatu
enzim utama pada metabolisme alkohol, memberikan manfaat dalam pengobatan
intoksikasi metanol dan etilen glikol, juga pada dietilen glikol dan propilen glikol.
Sangat penting bagi seorang dokter untuk mempunyai kecurigaan tinggi terhadap suatu
intoksikasi terkait alkohol, apabila dijumpai asidosis metabolik anion gap tinggi, gagal
ginjal akut, atau penyakit neurologis yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya; sehingga
pengobatan dapat diberikan dini