intoksikasi opiat
Post on 14-Apr-2018
349 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
1/35
INTOKSIKASI OPIAT
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
2/35
O P I A T
Umum digunakan untuk mengatasi nyerimelalui efek depresi pada otak
Salah satunya morfin : digunakan untuk medis(chest pain, edema paru, analgesik)
2
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
3/35
Opioid Opioid atau opiat berasal dari kata opium , jus dari
bunga opium, Papaver somniverum, yang mengandungkira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. NamaOpioid juga digunakan untuk opiat , yaitu suatu
preparat atau derivat dari opium dan narkotik sintetikyang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidakdidapatkan dari opium.
opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiatalami adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3-methoxymorphine), dan hydromorphone (Dilaudid).
3
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
4/35
Penyalahgunaan obat :
New York (1970) : 1200 meninggal karenaoverdosis
USA: 10.000 meninggal karena overdosis Golongan opiat : morfin, petidin, heroin,
kodein termasuk narkotika, barbiturat,meprebamat, benzodiazepin, etanol danputau
4
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
5/35
Farmakologi opiat :
Setelah pemberian dosis tunggal tunggalheroin (putaw), dalam 6-10 menit akandihidrolisis oleh hati menjadi 6-monosetil
morfin setelah itu diubah menjadi morfin Selanjutnya diubah menjadi Mo-3-
monoglukoronid dan Mo-6 monoglukoronidyang larut dalam air (dapat dires dalam urine)
Karena heroin larut dalam lemak : dapatmelalui sawar otak dalam waktu yang cepat
5
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
6/35
Diagnosis keracunan opiat : Gejala klinis khas (pin point, depresi nafas,
membaik setelah pemberian nalokson) Kadang ditemukan bekas untikan (needle
track sign) Laboratorium : tidak selalu seiring dengan
gejala klinis Pemeriksaan kualitatif urine : cukup efektif
untuk memastikan diagnosis
6
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
7/35
Gambaran klinis Intoksikasi Opiat :
Umumnya cenderung terjadi penurunankesadaran (sampai koma)
Dosis toksik :
-Selalu menyebabkan penurunan kesadaranmengantuk sampai koma, bicara cadel-Pin poin pupil, dilatasi pupil terjadi pada anoksiayang berat
-Pernafasan pelan (depresi pernafasan), sianosis,nadi lemah, hipotensi, spasme saluran cerna danbilier. Edema paru dan kejang
7
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
8/35
KEADAAN PUTUS OPIAT
A. Salah satu keadaan berikut :-Penghentian atau penurunan dosis opiat-Pemberian antagonis opiat
B. Tiga (atau lebih) berikut ini yg berkembang beberapahari setelah A.1). Mood disforik, 2). Mual muntah, 3)nyeri otot4)lakrimasi/rinorea, 5)dilatasi pupil, piloereksi,keringat,
6)diare, 7)menguap, 8)demam, 9)insomniaC. Gejala B menyebabkan gangguan fungsi sosial,
pekerjaan atau fungsi lain
8
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
9/35
Kematian :
2-4 jam setelah pemakaian oral/subkutan IV : gejala lebih berat : Hipertemia, aritmia
jantung, hipertensi, bronkospasme Akut Tubular Nekrosis (ATN) karena
rabdomiolisis dan mioglobulinuria dan gagalginjal
Kulit warna kemerahan Lekositosis dan hipoglikemia
9
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
10/35
Prinsip penatalaksanaan :
1. Penatalaksanaan kegawatan 2. Penilaian klinis
3. Dekontaminasi racun 4. Pemberian antidotum 5. Terapi suportif 6. Observasi dan konsultasi 7. rehabilitasi
10
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
11/35
1. Penatalaksanaan kegawatan : Nilai tanda vital seperti jalan nafas, sirkulasi,
kesadaran Tindakan resusitasi yang umum seperti: airways
(A), Breathing (B), Circulation (C)2. Penilaian klinis :
Perhatikan adanya koma, kejang, henti jantung,henti nafas dan syok3.Anamnesis :
11
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
12/35
2. Penilaian klinis (LANJUTAN): Pemeriksaan fisis : Cari tanda atau kelainan fungsi otonom
seperti tekanan darah, nadi, pupil, keringat, airliur dan peristaltic usus
Misal pada gejala simpatis (simpatomimetik) :
ditemukan delirium, paranoid, takikardi,hipertensi, hiperpireksia, diaforesis, midriasis,aritmia dan kejang
12
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
13/35
3. Dekontaminasi : Kulit: untuk bahan yg cepat diserap melalui kulit Sal. Cerna; agar bahan sedikit diabsorpsi biasanya
diberi arang aktif, pencahar, perangsang muntahdan kumbah lambung
4. Pemberian antidot Tidak semua keracunan ada penawarnya, apalagi
antidot belum tentu tersedia Atasi sesuai dengan besar masalah5. suportif, konsultasi dan rehabilitasi Cost effectiveness disesuaikan dengan masing-
masing pelayanan kesehatan
13
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
14/35
Pengobatan : Nalokson 0,4-2,0 mg. Dosis dapat diulang pada
keracunan yang berat dengan panduan klinis. Efeksekitar 2-3 jam. Bila respon tidak ada setelahdosisntotal 10 mg maka diagnosis intoksikasiopiat dikaji ulang
Edema paru : nalokalion Hipotensi : dopamine 2-5 ug/kgBB/menit Jangan dimuntahkan bila intoksikasi oral Kumbah lambung: segera setelah intoksikasi oral,
awasi jalan nafas Kejang : diazepam iv 5-10 mg. Diulang bila perlu
14
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
15/35
PROTOKOL PENAGANANOVERDOSISOPIAT DI UGD
I. Gejala klinis :Penurunan kesadaran disertai salah satu dari : Respirasi < 12 kali.menit
Pupil miosis (seringkali pin-pint) Ada riwayat memakai morfin/heroin terdapat
needle track signII. Tindakan :A. Penanganan kegawatan : Bebaskan jalan nafas Beri O2 sesuai kebutuhan
IVFD NaCl 0,9% atau D5% emergensi 15
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
16/35
PROTOKOL PENAGANAN OVERDOSISOPIAT DI UGD
II. Tindakan (LANJUTAN):B. Pemberian antidot nalokson : Tanpa hipoventilasi: dosis awal 0,4 mg IV pelan
atau diencerkan Dengan hipoventilasi dosis awal 1-2 mg IV Bila tidak ada respon: beri nalokson 1-2 mg iv
setiap 5-10 menit hingga timbul respon(perbaikan kesadaran, depresi pernafasan hilang,dilatasi pupil) atau telah mencapai dosismaksimal 10 mg
16
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
17/35
PROTOKOL PENANGANANOVERDOSISOPIAT DI UGD
B. Pemberian antidot nalokson (lanjutan): Efek nalokson berkurang setelah 20-40 menit;
sehingga pasien dapat jatuh ke dalam keadaan
overdosis kembali. Bila perlu drips nalokson satuampul dalam D5% 500 cc atau NaCl 0,9%diberikandalam 4-6 jam
Simpan sample urin, lakukan toraks foto Puasakan 6 jam untuk menghindari aspirasi Endotracheal tube (ETT) bila ; pernafasan tidak
adekuat, oksigenasi kurang walau ventilasi cukup,
hipoventilasi menetap setelah 3 jam 17
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
18/35
III. Dalam tindakan: perhatikan prinsip-prinsipkewaspadaan universal karena tingginya angkaprevalensi hepatitis C dan HIV
IV. Bila diperlukan, dapat dipasang NGT untukmencegah aspirasi
V. Penderita dirawat dan dikonsultasikan keTimNarkoba
18
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
19/35
Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candumentah. Morfin merupaakan alkaloida utamadari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanyapahit, berbentuk tepung halus berwarna putihatau dalam bentuk cairan berwarna.Pemakaiannya dengan cara dihisap dan
disuntikkan
19
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
20/35
Struktur dari Morphin
20
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
21/35
Meskipun morfin dapat dibuat secara sintetik,
tetapi secara komersial lebih mudah danmenguntungkan, yang dibuat dari bahan getahpapaver somniferum. Morfin paling mudah larutdalam air dibandingkan golongan opioid lain dan
kerja analgesinya cukup panjang (long acting).Efek kerja dari morfin (dan juga opioid padaumumnya) relatife selektif, yakni tidak begitumempengaharui unsur sensoris lain, yaitu rasa
raba, rasa getar (vibrasi), penglihatan danpendengaran, bahakan persepsi nyeripun tidakselalu hilang setelah pemberian morfin dosisterapi
21
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
22/35
Efek analgesi morfin timbulberdasarkan 3 mekanisme :
1) morfin meninggikan ambang rangsang nyeri2) morfin dapat mempengaharui emosi, artinya
morfin dapat mengubah reaksi yang timbuldikorteks serebri pada waktu persepsi nyeriditerima oleh korteks serebri dari thalamus
3) morfin memudahkan tidur dan pada waktutidur ambang rangsang nyeri meningkat
22
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
23/35
Farmakodinamik
Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusatdan organ yang mengandung otot polos. Efek
morfin pada system syaraf pusat mempunyaidua sifat yaitu depresi dan stimulasi.Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi,perubahan emosi, hipoventilasi alveolar.Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis,miosis, mual muntah, hiper aktif reflek spinal,konvulsi dan sekresi hormone anti diuretika(ADH)
23
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
24/35
Farmakokinetik
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapidapat menembus kulit yang luka. Morfin juga
dapat mmenembus mukosa. Morfin dapatdiabsorsi usus, tetapi efek analgesik setelahpemberian oral jauh lebih rendah daripada efekanalgesik yang timbul setelah pemberian
parenteral dengan dosis yang sama. Morfin dapatmelewati sawar uri dan mempengaharui janin.Ekresi morfin terutama melalui ginjal. Sebagiankecil morfin bebas ditemukan dalam tinja dan
keringat. 24
7/30/2019 INTOKSIKASI OPIAT -
25/35