tugas mandiri

19
NAMA :DWI BUDI P.S NIM : 123100023 TUGAS MANDIRI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS TRISAKTI BUSINESS PROCESS PADA UNIT INSPEKTORAT KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK 1. Ringkasan Eksekutif Unit Inspektorat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP dan PA) merupakan unit pengawasan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Tujuan dibentuknya Unit Inspektorat adalah agar terciptanya lembaga pengawasan yang profesional, berdaya tangkal tinggi, efektif, efisien dan berwibawa serta mampu mendeteksi secara dini atas penyimpangan yang terjadi dalam rangka meningkatkan kualitas dan kinerja setiap unsur di lingkungan KPP dan PA. Untuk mencapai tujuan tersebut telah dilakukan berbagai macam kegiatan, contohnya: melakukan evaluasi laporan akuntabilitas dan kinerja kementerian (LAKIP), melakukan audit operasional dan kinerja, melakukan audit dengan tujuan tertentu, dll. Ruang lingkup pengawasan Unit Inspektorat meliputi setiap unsur di lingkungan KPP dan PA, yaitu lima kedeputian dengan tujuh satuan kerja. Berbagai macam cara

Upload: dwi-budi-modip

Post on 26-Jun-2015

106 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas mandiri

NAMA :DWI BUDI P.S

NIM : 123100023

TUGAS MANDIRI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS TRISAKTI

BUSINESS PROCESS PADA UNIT INSPEKTORAT

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

1. Ringkasan Eksekutif

Unit Inspektorat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP

dan PA) merupakan unit pengawasan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Tujuan dibentuknya

Unit Inspektorat adalah agar terciptanya lembaga pengawasan yang profesional, berdaya

tangkal tinggi, efektif, efisien dan berwibawa serta mampu mendeteksi secara dini atas

penyimpangan yang terjadi dalam rangka meningkatkan kualitas dan kinerja setiap unsur di

lingkungan KPP dan PA. Untuk mencapai tujuan tersebut telah dilakukan berbagai macam

kegiatan, contohnya: melakukan evaluasi laporan akuntabilitas dan kinerja kementerian

(LAKIP), melakukan audit operasional dan kinerja, melakukan audit dengan tujuan tertentu,

dll. Ruang lingkup pengawasan Unit Inspektorat meliputi setiap unsur di lingkungan KPP

dan PA, yaitu lima kedeputian dengan tujuh satuan kerja. Berbagai macam cara telah

dilakukan Unit Inspektorat agar dalam melaksanakan segala kewajibannya dapat bertindak

secara profesional, akuntabel dan transparan, yaitu: pengembangan kapasitas sumber daya

manusia dengan cara diklat teknis pengawasan, penetapan indikator kinerja yang lebih

terukur yang disepakati oleh berbagai pemangku kepentingan dan penambahan dukungan

kerja baik berupa sistem aplikasi informasi pengawasan yang berbasis komputer maupun

perangkat keras lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa selama menjalankan tugas sebagai

unit pengawas memang tidak selamanya dapat berjalan mulus, terdapat kendala dan

hambatan yang setiap saat muncul, seperti: rendahnya serapan anggaran di beberapa

Page 2: Tugas mandiri

satuan kerja, perubahan struktur dan organisasi yang mengakibatkan tertundanya kegiatan,

masih terdapatnya penggunaan anggaran yang tidak mematuhi peraturan perundang-

undangan, dll. Semua itu diharapkan sebagai pemacu semangat bagi Unit Inspektorat agar

terus menerus dapat bekerja lebih baik dan lebih baik lagi.

2. Business Process

a. Latar Belakang Informasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia

Nomor: P.01/Meneg PP/V/2005 pasal 373 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemen-

terian Negara Pemberdayaan Perempuan, maka dibentuklah Unit Inspektorat sebagai

unit organisasi eselon dua di jajaran Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak (KPP dan PA).

Dasar-dasar pemikiran dibentuknya Unit Inspektorat adalah:

1) Adanya paradigma pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean government),

yaitu pemerintahan yang mendorong partisipasi masyarakat, taat hukum, tertib

administrasi, transparan, responsif terhadap aspirasi masyarakat, penetapan

kebijakan publik berdasarkan konsensus dengan masyarakat dan pihak-pihak

terkait, kesetaraan, efektif dan efisiensi, akuntabel, visioner dan bebas KKN.

2) Agar terciptanya suatu sistem pengawasan dan sistem informasi pengawasan yang

akurat dan aktual; dan

3) Agar meningkatnya profesionalisme aparatur pengawasan fungsional yang didukung

oleh sarana dan prasarana yang memadai.

Pengawasan yang dilakukan oleh Unit Inspektorat merupakan fungsi pelayanan kepada

manajemen yang bertujuan untuk menyediakan informasi bagi manajemen untuk

digunakan dalam pengambilan keputusan. Melalui pengawasan intern diharapkan dapat

diperoleh informasi yang tepat yang dibutuhkan oleh Menteri Negara Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak (Meneg PP dan PA), sehingga ketidakpastian dalam

pengambilan keputusan dapat dikurangi dan kualitas keputusan bisa ditingkatkan.

Pengawasan yang dilakukan oleh Unit Inspektorat dapat dipandang sebagai upaya untuk

membantu mengarahkan seluruh kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang ada

Page 3: Tugas mandiri

guna mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, semua sumber daya

dimanfaatkan dan dilindungi, data dan laporan dapat dipercaya dan disajikan secara

wajar, serta ditaatinya kebijakan dan ketentuan yang berlaku.

Dengan demikian, pengawasan fungsional yang dilakukan oleh Unit Inspektorat

merupakan salah satu unsur penting untuk mendorong tercapainya ketaatan terhadap

ketentuan yang berlaku, kehematan, efisiensi, dan efektivitas penyelenggaraan

pemerintahan, dalam rangka terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih

dan bebas dari praktik-praktik KKN.

Unit Inspektorat dapat membantu Meneg PP dan PA sebagai pimpinan tertinggi pada

KPP dan PA dalam rangka pengendalian atas kegiatan yang menjadi tugas dan fungsi

KPP dan PA agar sejalan dengan kebijakan yang telah digariskan Meneg PP dan PA dan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Unit Inspektorat juga dapat membantu pimpinan

dalam menilai akuntabilitas unit kerja yang berada di lingkungan KPP dan PA.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara umum bahwa tujuan dibentuknya Unit

Inspektorat adalah agar terciptanya lembaga pengawasan yang profesional, berdaya

tangkal tinggi, efektif, efisien dan berwibawa serta mampu mendeteksi secara dini

atas penyimpangan yang terjadi dalam rangka meningkatkan kualitas dan kinerja

setiap unsur di lingkungan KPP dan PA.

b. SWOT: kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di

lingkungan KPP dan PA dukungan kekuatan aparatur sumber daya manusia Unit

Inspektorat saat ini adalah sejumlah 9 orang dengan rincian eselon II sebanyak 1 orang,

eselon IV sebanyak 1 orang dan auditor sebanyak 7 orang. Dari sisi pendidikan atas

personil tersebut terbagi dalam S2 sebanyak 2 orang dan S1 sebanyak 7 orang.

Dari kekuatan jumlah SDM tersebut, merupakan suatu kelemahan dikarenakan dari

sejumlah 9 orang yang benar-benar mengerti atau berbasis pendidikan bidang audit

masih relatif kecil, dibandingkan dengan kebutuhan untuk pengawasan ke seluruh

Satuan Kerja (yang berjumlah 7 unit) dan pemeriksaan atas bantuan dana stimulan yang

diberikan kepada seluruh provinsi/kab./kota di wilayah Indonesia.

Page 4: Tugas mandiri

Namun demikian untuk memaksimalkan keunggulan SDM yang ada, Unit Isnpektorat

selalu berusaha mengalokasikan anggaran untuk melatih dan mendidik SDM-nya dengan

cara mengikuti berbagai macam diklat substansi pengawasan agar dapat bertindak

secara profesional terkait tugas-tugas di bidang pengawasan/audit.

Disamping menjadi tugas Unit Inspektorat, sebagian tugas-tugas pengawasan juga

menjadi tupoksi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP), sehingga secara langsung maupun tidak langsung hal

tersebut mempengaruhi hubungan antara Unit Inspektorat dengan objek audit, yaitu

para satuan kerja di lingkungan KPP dan PA dan antara BPK dan BPKP dengan satuan

kerja, yang pada kenyataannya seolah-oleh pengawasan yang dilakukan oleh BPK dan

BPKP lebih penting peranannya bagi satuan kerja dibanding dengan pengawasan yang

dilakukan oleh Unit Inspektorat.

Terkait dengan isu-isu di bidang pengawasan berbagai upaya dilakukan oleh Unit

Inspektorat, antara lain:

1) Penyiapan rumusan kebijakan pengawasan;

2) Pelaksanaan pengawasan kinerja, keuangan, dan pengawasan untuk tujuan tertentu

atas petunjuk menteri;

3) Pelaksanaan urusan administrasi Unit Inspektorat;

4) Penyusunan berbagai macam petunjuk pelaksanaan maupun petunjuk teknis di

bidang pengawasan;

5) Pelaksanaan reviu Laporan Keuangan dan Laporan Akuntabilitas Instansi

Pemerintah (LAKIP) KPP dan PA;

6) Pemantauan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di lingkungan KPP dan

PA;

7) Pemantauan pelaporan Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) para

pejabat di lingkungan KPP dan PA; dan

8) Penyusunan Laporan Hasil Audit (LHA).

Page 5: Tugas mandiri

c. Tujuan

Untuk mewujudkan terciptanya lembaga pengawasan yang profesional, berdaya tangkal

tinggi, efektif, efisien dan berwibawa serta mampu mendeteksi secara dini atas

penyimpangan yang terjadi dalam rangka meningkatkan kualitas dan kinerja setiap

unsur di lingkungan KPP dan PA, maka tujuan pemasaran dari Unit Inspektorat adalah:

1) Meningkatnya kinerja organisasi KPP dan PA;

2) Mendeteksi penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan;

3) Membantu Satuan Kerja agar dalam melaksanakan setiap kegiatannya berada di

dalam track yang benar (sesuai dengan rencana, kebijakan dan peraturan yang

berlaku);

4) Memberikan gambaran mengenai kehematan, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan

kegiatan; dan

5) Sebagai sistem peringatan dini (early warning system) kepada Meneg PP dan PA agar

dapat melakukan tindakan koreksi terhadap masalah-masalah yang terjadi dalam

pencapaian kinerja dan terhadap penyimpangan yang terjadi.

d. Sasaran

1) Melakukan evaluasi terhadap LAKIP KPP dan PA serta berkoordinasi dengan Biro

Perencanaan dalam rangka peningkatan nilai akuntabilitas kinerja di setiap unsur

lingkup KPP dan PA;

2) Membuat berbagai macam pedoman pertanggungjawaban keuangan dan kegiatan,

rambu-rambu dan aturan terkait dengan pelaksanaan anggaran pendapatan dan

belanja negara setiap tahunnya dengan berkoordinasi dengan Bagian Keuangan KPP

dan PA;

3) Melakukan audit operasional dan kinerja secara berkala;

4) Melakukan audit dengan tujuan tertentu sesuai perintah menteri apabila terjadi

pelanggaran yang bersifat khusus;

5) Membentuk Tim Kelompok Kerja (Pokja) Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi

dengan perwakilan berbagai macam unsur di lingkungan KPP dan PA serta

mengadakan pertemuan (rapat) tim sebulan sekali dengan membahas isu-isu aktual;

dan

Page 6: Tugas mandiri

6) Memberikan Laporan Hasil Audit (LHA) dari audit operasional dan kinerja kepada

Meneg PP dan PA sebagai bahan evaluasi atas pelaksanaan kinerja kementerian

secara keseluruhan.

e. Profil

KPP dan PA adalah unsur pelaksana pemerintah yang dipimpin oleh Meneg PP dan PA

di bawah dan bertanggungjawab kepada presiden. Kementerian ini mempunyai tugas

membantu presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang pemberda-

yaan perempuan, kesejahteraan dan perlindungan anak.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, KPP dan PA menyelenggarakan fungsi:

1) Perumusan kebijakan nasional di bidang pemberdayaan perempuan, peningkatan

kesejahteraan dan perlindungan anak;

2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan perempuan, peningka-

tan kesejahteraan dan perlindungan anak;

3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab KPP dan

PA;

4) Pengawasan atas pelaksanaan tugas KPP dan PA; dan

5) Penyampaian Laporan Hasil Evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang pember-

dayaan perempuan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak kepada

presiden.

Struktur organisasi KPP dan PA terdiri atas tujuh unit eselon I dan satu unit Inspektorat

sebagai bagian pengawasan. Adapun rinciannya sebagai berikut:

1) Sekretaris Kementerian;

2) Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender;

3) Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan;

4) Deputi Bidang Perlindungan Perempuan;

5) Deputi Bidang Perlindungan Anak;

6) Deputi Bidang Pemberdayaan Lembaga Masyarakat;

7) Staf Ahli; dan

8) Inspektorat.

Page 7: Tugas mandiri

Dalam rangka mengantisipasi tuntutan kebutuhan pelayanan, masing-masing unit kerja

yang terdapat di dalamnya terspesialisasi ke dalam tugas-tugas sebagai berikut:

1) Sekretaris Kementerian mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan

tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan administrasi KPP dan PA.

Sekretaris Kementerian terdiri atas:

a) Biro Umum dan Hubungan Masyarakat; dan

b) Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri.

2) Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender mempunyai tugas menyiapkan perumusan

kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengarusutamaan

gender. Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender terdiri atas:

a) Asisten Deputi Urusan Pengarusutamaan Gender I;

b) Asisten Deputi Urusan Pengarusutamaan Gender II;

c) Asisten Deputi Urusan Pengarusutamaan Gender III;

d) Asisten Deputi Urusan Pengarusutamaan Gender IV; dan

e) Asisten Deputi Urusan Pengarusutamaan Gender V.

3) Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan mempunyai tugas

melaksanakan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di

bidang peningkatan kualitas hidup perempuan. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas

Hidup Perempuan terdiri atas:

a) Asisten Deputi Urusan Pendidikan Perempuan;

b) Asisten Deputi Urusan Kesehatan Perempuan;

c) Asisten Deputi Urusan Ekonomi Perempuan;

d) Asisten Deputi Urusan Partisipasi Politik Perempuan; dan

e) Asisten Deputi Urusan Sosial Budaya dan Lingkungan.

4) Deputi Bidang Perlindungan Perempuan mempunyai tugas melaksanakan

perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan

perempuan. Deputi Bidang Perlindungan Perempuan terdiri atas:

a) Asisten Deputi Urusan Perlindungan Tindak Kekerasan Perempuan;

b) Asisten Deputi Urusan Daerah Rawan Konflik dan Bencana;

c) Asisten Deputi Urusan Perlindungan Tenaga Kerja Perempuan;

d) Asisten Deputi Urusan Perlindungan Perempuan Lanjut Usia dan Penyandang

Cacat; dan

e) Asisten Deputi Urusan Masalah Sosial Perempuan.

Page 8: Tugas mandiri

5) Deputi Bidang Perlindungan Anak mempunyai tugas melaksanakan perumusan

kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan anak.

Deputi Bidang Perlindungan Anak terdiri atas:

a) Asisten Deputi Urusan Anak Bermasalah Hukum;

b) Asisten Deputi Urusan Masalah Sosial Anak;

c) Asisten Deputi Urusan Tindak Kekerasan Anak;

d) Asisten Deputi Urusan Pendidikan dan Kesehatan Anak; dan

e) Asisten Deputi Urusan Hak Sipil dan Partisipasi Anak.

6) Deputi Bidang Pemberdayaan Lembaga Masyarakat mempunyai tugas

melaksanakan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di

bidang pemberdayaan lembaga masyarakat. Deputi Bidang Pemberdayaan Lembaga

Masyarakat terdiri atas:

a) Asisten Deputi Urusan Organisasi Keagamaan;

b) Asisten Deputi Urusan Lembaga Swadaya Masyarakat;

c) Asisten Deputi Urusan Organisasi Profesi dan Swasta;

d) Asisten Deputi Urusan Organisasi Sosial dan Politik; dan

e) Asisten Deputi Urusan Media Massa.

7) Staf Ahli Menteri sebagai unsur pembantu pimpinan yang membantu Meneg PP dan

PA di bidang keahlian tertentu yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada

Meneg PP dan PA. Staf Ahli Menteri terdiri atas:

a) Staf Ahli Bidang Hukum dan Politik;

b) Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Ketenagakerjaan;

c) Staf Ahli Bidang Agama; dan

d) Staf Ahli Bidang Sosial Budaya.

8) Unit inspektorat adalah unsur pengawasan KPP dan PA, dipimpin oleh seorang

Inspektur yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Meneg PP dan PA

dan secara administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Kementerian. Unit

Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan

tugas seluruh unit kerja di lingkungan KPP dan PA. Unit Inspektorat terdiri atas:

a) Subbagian Tata Usaha; dan

b) Kelompok Fungsional Auditor

Page 9: Tugas mandiri

Berbagai kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Unit Inspektorat kepada seluruh

unit kerja di lingkungan KPP dan PA didasari oleh berbagai isu-isu aktual berkaitan

dengan pengawasan antara lain:

1) Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen. Pengawasan harus dilakukan

untuk menjaga agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Melalui pengawasan dapat dilakukan

penilaian apakah suatu entitas telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas

dan fungsinya secara hemat, efisien dan efektif, serta sesuai dengan rencana,

kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan yang berlaku. Dengan demikian,

melalui pengawasan dapat diperoleh informasi mengenai kehematan, efisiensi, dan

efektivitas pelaksanaan kegiatan. Informasi tersebut dapat digunakan untuk

penyempurnaan kegiatan dan pengambilan keputusan oleh pimpinan.

2) Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan diperlukan untuk menjamin agar

pelaksanaan kegiatan pemerintahan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, dalam rangka

mewujudkan good governance dan clean government, pengawasan juga diperlukan

untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien,

transparan, akuntabel serta bersih dan bebas dari praktik-praktik KKN.

3) Pengawasan terhadap penyelenggaran pemerintahan tersebut dapat dilakukan

melalui: (1) pengawasan melekat, (2) pengawasan masyarakat dan (3) pengawasan

fungsional.

4) Pengawasan melekat atau built in control merupakan pengawasan yang diwujudkan

dalam berbagai upaya yang terjalin dalam tata laksana kegiatan yang dilakukan

organisasi. Pengawasan ini secara keseluruhan menyatu dengan sistem manajemen

dalam suatu organisasi. Pengawasan melekat telah diatur secara khusus dalam

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem

Pengawasan Melekat. Pengawasan melekat dapat dilakukan melalui pengawasan

atasan langsung terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh unit kerja yang berada di

bawahnya.

5) Pengawasan masyarakat merupakan pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat

yang dilakukan dalam bentuk pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh lem-

baga perwakilan rakyat, lembaga swadaya masyarakat dan organisasi non peme-

rintah, serta pengaduan dan pemberian informasi baik secara langsung maupun

Page 10: Tugas mandiri

melalui media massa atau opini publik mengenai pelayanan terhadap masyarakat

dan penyelenggaraan pemerintahan. Pengaduan atau pemberian informasi oleh

masyarakat secara langsung telah diakomodir melalui Kotak Pos 10110 serta kotak-

kotak pengaduan dan saran yang disediakan oleh instansi pemerintah.

6) Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh lembaga/aparat

pengawasan yang dibentuk atau ditunjuk khusus untuk melaksanakan fungsi penga-

wasan secara independen terhadap objek yang diawasi. Pengawasan fungsional

tersebut dilakukan oleh lembaga/badan/unit yang mempunyai tugas dan fungsi

melakukan pengawasan fungsional melalui audit, investigasi dan penilaian untuk

menjamin agar penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan rencana dan keten-

tuan perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan fungsional dilakukan baik

oleh pengawas ekstern pemerintah maupun pengawas intern pemerintah.

Pengawasan ekstern pemerintah dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),

sedangkan pengawasan intern pemerintah dilakukan oleh Aparat Pengawasan

Intern Pemerintah (APIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, dalam hal ini adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

(BPKP) dan Unit Inspektorat.

7) APIP melakukan pengawasan fungsional terhadap pengelolaan keuangan negara

agar berdaya guna dan berhasil guna untuk membantu manajemen pemerintahan

dalam rangka pengendalian terhadap kegiatan unit kerja yang dipimpinnya (fungsi

quality assurance). Pengawasan yang dilaksanakan APIP diharapkan dapat

memberikan masukan kepada pimpinan penyelenggara pemerintahan mengenai

hasil, hambatan, dan penyimpangan yang terjadi atas jalannya pemerintahan dan

pembangunan yang menjadi tanggung jawab para pimpinan penyelenggara

pemerintahan tersebut.

Berkaitan dengan pengawasan fungsional yang dilakukan oleh Inspektorat KPP dan PA,

diharapkan bahwa di dalam penyelenggaraan pemerintahan di lingkungan KPP dan PA

akan:

1) Terselenggaranya pelaksanaan tugas umum KPP dan PA secara lancar dan tepat;

2) Terwujudnya ketertiban administrasi dan ketaatan pada peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan tercapainya efisiensi, efektifitas serta keekonomian

dalam setiap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya;

Page 11: Tugas mandiri

3) Terwujudnya pengawasan fungsional yang dilandasi oleh rasa tanggung jawab pada

setiap jenjang organisasi sebagai tulang punggung pengawasan;

4) Terselenggaranya sistem pengawasan dan sistem informasi pengawasan yang

berdaya guna serta didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang memadai;

dan

5) Terciptanya aparatur pemerintah yang akuntabel, profesional, kreatif, jujur, bersih,

bebas dari KKN.

f. Strategi

Untuk meningkatkan capaian pelayanan sesuai dengan kebutuhan perlu

dilakukan rencana tindak lanjut ke depan yang meliputi:

1) Pengembangan kapasitas sumber daya manusia di lingkungan Unit Inspektorat KPP

dan PA dengan cara pendidikan dan pelatihan teknis pengawasan dengan instansi

pembina BPKP guna meningkatkan kemampuan dan kecakapan dalam

melaksanakan pengawasan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing auditor;

2) Penyusunan rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan pengawasan yang lebih

terintegrasi;

3) Pendalaman lebih lanjut terhadap sistem pengelolaan keuangan negara;

4) Optimalisasi koordinasi baik vertikal maupun horizontal dengan berbagai unit kerja

dalam pelaksanaan pengawasan program/kegiatan sebagai salah satu alternatif

dalam mewujudkan visi dan misi pengelolaan keuangan negara;

5) Peningkatan kesadaran dan komitmen antara semua pemangku kepentingan/

stakeholder;

6) Penetapan indikator kinerja yang lebih terukur yang disepakati oleh berbagai

pemangku kepentingan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai;

7) Peningkatan akuntabilitas dan transparansi pada setiap unit kerja dalam

pengelolaan keuangan; dan

8) Penambahan dukungan kerja baik berupa aplikasi sistem aplikasi informasi

pengawasan yang berbasis komputer maupun perangkat keras lainnya guna

meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas.

Page 12: Tugas mandiri

g. Rencana Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan pengukuran dan laporan akhir terhadap apa yang

terjadi untuk mencapai tujuan pemasaran, sehingga di masa datang dapat diminimalisir

berbagai kekurangan yang membuat ketidakpuasan dari masyarakat. Berbagai

hambatan dan kekurangan yang ada antara lain:

1) Serapan anggaran KPP dan PA yang rendah (80%) dari total anggaran yang tersedia,

mengakibatkan banyaknya kegiatan yang tidak terrealisasi sehingga fungsi KPP dan

PA sebagai perumus dan penetap kebijakan di bidang pemberdayaan perempuan

dan perlindungan anak menjadi tidak optimal;

2) Perubahan struktur organisasi di lingkungan KPP dan PA mengakibatkan

tertundanya kegiatan dan bahkan tidak dilaksanakan;

3) Masih terdapatnya penggunaan anggaran yang tidak mematuhi peraturan

perundang-undangan, seperti perjalanan dinas fiktif, bukti pertanggungjawaban

fiktif dan lain-lain sehingga fungsi penganggaran sebagai salah satu alat

pengendalian intern belum optimal;

4) Keterbatasan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di lingkungan Unit

Inspektorat KPP dan PA mengakibatkan banyaknya pekerjaan yang tidak dapat

diselesaikan tepat waktu;

5) Banyaknya unit kerja yang melakukan revisi anggaran (DIPA) sehingga memakan

waktu yang cukup lama dalam proses pencairannya;

6) Kurang teliti dan kurang disiplinnya para Pengelola Anggaran sehingga

pertanggungjawaban keuangan yang dibuat masih rendah tingkat kebenarannya;

7) Para Pengelola Anggaran kurang patuh pada prinsip anggaran yang efektif, efisien

dan ekonomis/hemat.

h. Rencana Implementasi

Untuk meningkatkan pelayanan Unit Inspektorat di bidang pengawasan dalam rangka

menciptakan lembaga pengawasan yang profesional, berdaya tangkal tinggi, efektif,

efisien dan berwibawa serta mampu mendeteksi secara dini atas penyimpangan yang

terjadi dilakukan berbagai upaya:

1) Meningkatkan kinerja organisasi KPP dan PA: 1) Di bidang akuntabilitas kinerja

dilakukan dengan cara evaluasi terhadap LAKIP KPP dan PA serta berkoordinasi

dengan Biro Perencanaan dalam rangka peningkatan nilai akuntabilitas kinerja di

Page 13: Tugas mandiri

setiap unsur lingkup KPP dan PA, 2) di bidang pengeloaan keuangan dilakukan

dengan cara dibuat berbagai macam pedoman pertanggungjawaban keuangan dan

kegiatan, rambu-rambu dan aturan terkait dengan pelaksanaan anggaran

pendapatan dan belanja negara setiap tahunnya dengan terlebih dahulu

berkoordinasi dengan Bagian Keuangan KPP dan PA.

2) Deteksi penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan

cara: 1) audit operasional di setiap Satuan Kerja secara berkala pada tahun anggaran

berjalan, 2) melakukan audit dengan tujuan tertentu sesuai petunjuk menteri

apabila terjadi pelanggaran yang bersifat khusus dan 3) menindaklanjuti saran,

masukan dan kritik dari masyarakat yang dikoordinasikan dengan Biro Hukum,

Humas dan TU.

3) Membantu Satuan Kerja agar dalam melaksanakan setiap kegiatannya berada di

dalam track yang benar (sesuai dengan rencana, kebijakan dan peraturan yang

berlaku) maka dilakukannya audit operasional di setiap Satuan Kerja secara berkala

(per triwulan atau per semesteran) pada tahun anggaran berjalan.

4) Memberikan gambaran mengenai kehematan, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan

kegiatan dilakukan dengan cara berkoodinasi dengan Bagian Rumah Tangga sebagai

pengelola anggaran kementerian dan Pejabat Pembuat Komitmen di setiap Satuan

Kerja sebagai pengelola anggaran kedeputian. Koordinasi dimaksudkan untuk

melihat sejauh mana daya serapan anggaran, kehematan, efisiensi dan efektivitas

dari setiap kegiatan.

5) Berperan sebagai sistem peringatan dini (early warning system) kepada Meneg PP

dan PA agar dapat melakukan tindakan koreksi terhadap masalah-masalah yang

terjadi dalam pencapaian kinerja dan terhadap penyimpangan yang terjadi. Hal ini

dilakukan dengan cara memberikan Laporan Hasil Audit (LHA) dari audit

operasional dan kinerja kepada Meneg PP dan PA sebagai bahan evaluasi atas

pelaksanaan kinerja kementerian secara keseluruhan.