tugas mandiri
TRANSCRIPT
NAMA :DWI BUDI P.S
NIM : 123100023
TUGAS MANDIRI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS TRISAKTI
BUSINESS PROCESS PADA UNIT INSPEKTORAT
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
1. Ringkasan Eksekutif
Unit Inspektorat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP
dan PA) merupakan unit pengawasan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Tujuan dibentuknya
Unit Inspektorat adalah agar terciptanya lembaga pengawasan yang profesional, berdaya
tangkal tinggi, efektif, efisien dan berwibawa serta mampu mendeteksi secara dini atas
penyimpangan yang terjadi dalam rangka meningkatkan kualitas dan kinerja setiap unsur di
lingkungan KPP dan PA. Untuk mencapai tujuan tersebut telah dilakukan berbagai macam
kegiatan, contohnya: melakukan evaluasi laporan akuntabilitas dan kinerja kementerian
(LAKIP), melakukan audit operasional dan kinerja, melakukan audit dengan tujuan tertentu,
dll. Ruang lingkup pengawasan Unit Inspektorat meliputi setiap unsur di lingkungan KPP
dan PA, yaitu lima kedeputian dengan tujuh satuan kerja. Berbagai macam cara telah
dilakukan Unit Inspektorat agar dalam melaksanakan segala kewajibannya dapat bertindak
secara profesional, akuntabel dan transparan, yaitu: pengembangan kapasitas sumber daya
manusia dengan cara diklat teknis pengawasan, penetapan indikator kinerja yang lebih
terukur yang disepakati oleh berbagai pemangku kepentingan dan penambahan dukungan
kerja baik berupa sistem aplikasi informasi pengawasan yang berbasis komputer maupun
perangkat keras lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa selama menjalankan tugas sebagai
unit pengawas memang tidak selamanya dapat berjalan mulus, terdapat kendala dan
hambatan yang setiap saat muncul, seperti: rendahnya serapan anggaran di beberapa
satuan kerja, perubahan struktur dan organisasi yang mengakibatkan tertundanya kegiatan,
masih terdapatnya penggunaan anggaran yang tidak mematuhi peraturan perundang-
undangan, dll. Semua itu diharapkan sebagai pemacu semangat bagi Unit Inspektorat agar
terus menerus dapat bekerja lebih baik dan lebih baik lagi.
2. Business Process
a. Latar Belakang Informasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia
Nomor: P.01/Meneg PP/V/2005 pasal 373 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemen-
terian Negara Pemberdayaan Perempuan, maka dibentuklah Unit Inspektorat sebagai
unit organisasi eselon dua di jajaran Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (KPP dan PA).
Dasar-dasar pemikiran dibentuknya Unit Inspektorat adalah:
1) Adanya paradigma pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean government),
yaitu pemerintahan yang mendorong partisipasi masyarakat, taat hukum, tertib
administrasi, transparan, responsif terhadap aspirasi masyarakat, penetapan
kebijakan publik berdasarkan konsensus dengan masyarakat dan pihak-pihak
terkait, kesetaraan, efektif dan efisiensi, akuntabel, visioner dan bebas KKN.
2) Agar terciptanya suatu sistem pengawasan dan sistem informasi pengawasan yang
akurat dan aktual; dan
3) Agar meningkatnya profesionalisme aparatur pengawasan fungsional yang didukung
oleh sarana dan prasarana yang memadai.
Pengawasan yang dilakukan oleh Unit Inspektorat merupakan fungsi pelayanan kepada
manajemen yang bertujuan untuk menyediakan informasi bagi manajemen untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan. Melalui pengawasan intern diharapkan dapat
diperoleh informasi yang tepat yang dibutuhkan oleh Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (Meneg PP dan PA), sehingga ketidakpastian dalam
pengambilan keputusan dapat dikurangi dan kualitas keputusan bisa ditingkatkan.
Pengawasan yang dilakukan oleh Unit Inspektorat dapat dipandang sebagai upaya untuk
membantu mengarahkan seluruh kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang ada
guna mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, semua sumber daya
dimanfaatkan dan dilindungi, data dan laporan dapat dipercaya dan disajikan secara
wajar, serta ditaatinya kebijakan dan ketentuan yang berlaku.
Dengan demikian, pengawasan fungsional yang dilakukan oleh Unit Inspektorat
merupakan salah satu unsur penting untuk mendorong tercapainya ketaatan terhadap
ketentuan yang berlaku, kehematan, efisiensi, dan efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan, dalam rangka terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih
dan bebas dari praktik-praktik KKN.
Unit Inspektorat dapat membantu Meneg PP dan PA sebagai pimpinan tertinggi pada
KPP dan PA dalam rangka pengendalian atas kegiatan yang menjadi tugas dan fungsi
KPP dan PA agar sejalan dengan kebijakan yang telah digariskan Meneg PP dan PA dan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Unit Inspektorat juga dapat membantu pimpinan
dalam menilai akuntabilitas unit kerja yang berada di lingkungan KPP dan PA.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara umum bahwa tujuan dibentuknya Unit
Inspektorat adalah agar terciptanya lembaga pengawasan yang profesional, berdaya
tangkal tinggi, efektif, efisien dan berwibawa serta mampu mendeteksi secara dini
atas penyimpangan yang terjadi dalam rangka meningkatkan kualitas dan kinerja
setiap unsur di lingkungan KPP dan PA.
b. SWOT: kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di
lingkungan KPP dan PA dukungan kekuatan aparatur sumber daya manusia Unit
Inspektorat saat ini adalah sejumlah 9 orang dengan rincian eselon II sebanyak 1 orang,
eselon IV sebanyak 1 orang dan auditor sebanyak 7 orang. Dari sisi pendidikan atas
personil tersebut terbagi dalam S2 sebanyak 2 orang dan S1 sebanyak 7 orang.
Dari kekuatan jumlah SDM tersebut, merupakan suatu kelemahan dikarenakan dari
sejumlah 9 orang yang benar-benar mengerti atau berbasis pendidikan bidang audit
masih relatif kecil, dibandingkan dengan kebutuhan untuk pengawasan ke seluruh
Satuan Kerja (yang berjumlah 7 unit) dan pemeriksaan atas bantuan dana stimulan yang
diberikan kepada seluruh provinsi/kab./kota di wilayah Indonesia.
Namun demikian untuk memaksimalkan keunggulan SDM yang ada, Unit Isnpektorat
selalu berusaha mengalokasikan anggaran untuk melatih dan mendidik SDM-nya dengan
cara mengikuti berbagai macam diklat substansi pengawasan agar dapat bertindak
secara profesional terkait tugas-tugas di bidang pengawasan/audit.
Disamping menjadi tugas Unit Inspektorat, sebagian tugas-tugas pengawasan juga
menjadi tupoksi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP), sehingga secara langsung maupun tidak langsung hal
tersebut mempengaruhi hubungan antara Unit Inspektorat dengan objek audit, yaitu
para satuan kerja di lingkungan KPP dan PA dan antara BPK dan BPKP dengan satuan
kerja, yang pada kenyataannya seolah-oleh pengawasan yang dilakukan oleh BPK dan
BPKP lebih penting peranannya bagi satuan kerja dibanding dengan pengawasan yang
dilakukan oleh Unit Inspektorat.
Terkait dengan isu-isu di bidang pengawasan berbagai upaya dilakukan oleh Unit
Inspektorat, antara lain:
1) Penyiapan rumusan kebijakan pengawasan;
2) Pelaksanaan pengawasan kinerja, keuangan, dan pengawasan untuk tujuan tertentu
atas petunjuk menteri;
3) Pelaksanaan urusan administrasi Unit Inspektorat;
4) Penyusunan berbagai macam petunjuk pelaksanaan maupun petunjuk teknis di
bidang pengawasan;
5) Pelaksanaan reviu Laporan Keuangan dan Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP) KPP dan PA;
6) Pemantauan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di lingkungan KPP dan
PA;
7) Pemantauan pelaporan Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) para
pejabat di lingkungan KPP dan PA; dan
8) Penyusunan Laporan Hasil Audit (LHA).
c. Tujuan
Untuk mewujudkan terciptanya lembaga pengawasan yang profesional, berdaya tangkal
tinggi, efektif, efisien dan berwibawa serta mampu mendeteksi secara dini atas
penyimpangan yang terjadi dalam rangka meningkatkan kualitas dan kinerja setiap
unsur di lingkungan KPP dan PA, maka tujuan pemasaran dari Unit Inspektorat adalah:
1) Meningkatnya kinerja organisasi KPP dan PA;
2) Mendeteksi penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan;
3) Membantu Satuan Kerja agar dalam melaksanakan setiap kegiatannya berada di
dalam track yang benar (sesuai dengan rencana, kebijakan dan peraturan yang
berlaku);
4) Memberikan gambaran mengenai kehematan, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
kegiatan; dan
5) Sebagai sistem peringatan dini (early warning system) kepada Meneg PP dan PA agar
dapat melakukan tindakan koreksi terhadap masalah-masalah yang terjadi dalam
pencapaian kinerja dan terhadap penyimpangan yang terjadi.
d. Sasaran
1) Melakukan evaluasi terhadap LAKIP KPP dan PA serta berkoordinasi dengan Biro
Perencanaan dalam rangka peningkatan nilai akuntabilitas kinerja di setiap unsur
lingkup KPP dan PA;
2) Membuat berbagai macam pedoman pertanggungjawaban keuangan dan kegiatan,
rambu-rambu dan aturan terkait dengan pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara setiap tahunnya dengan berkoordinasi dengan Bagian Keuangan KPP
dan PA;
3) Melakukan audit operasional dan kinerja secara berkala;
4) Melakukan audit dengan tujuan tertentu sesuai perintah menteri apabila terjadi
pelanggaran yang bersifat khusus;
5) Membentuk Tim Kelompok Kerja (Pokja) Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi
dengan perwakilan berbagai macam unsur di lingkungan KPP dan PA serta
mengadakan pertemuan (rapat) tim sebulan sekali dengan membahas isu-isu aktual;
dan
6) Memberikan Laporan Hasil Audit (LHA) dari audit operasional dan kinerja kepada
Meneg PP dan PA sebagai bahan evaluasi atas pelaksanaan kinerja kementerian
secara keseluruhan.
e. Profil
KPP dan PA adalah unsur pelaksana pemerintah yang dipimpin oleh Meneg PP dan PA
di bawah dan bertanggungjawab kepada presiden. Kementerian ini mempunyai tugas
membantu presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang pemberda-
yaan perempuan, kesejahteraan dan perlindungan anak.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, KPP dan PA menyelenggarakan fungsi:
1) Perumusan kebijakan nasional di bidang pemberdayaan perempuan, peningkatan
kesejahteraan dan perlindungan anak;
2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan perempuan, peningka-
tan kesejahteraan dan perlindungan anak;
3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab KPP dan
PA;
4) Pengawasan atas pelaksanaan tugas KPP dan PA; dan
5) Penyampaian Laporan Hasil Evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang pember-
dayaan perempuan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak kepada
presiden.
Struktur organisasi KPP dan PA terdiri atas tujuh unit eselon I dan satu unit Inspektorat
sebagai bagian pengawasan. Adapun rinciannya sebagai berikut:
1) Sekretaris Kementerian;
2) Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender;
3) Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan;
4) Deputi Bidang Perlindungan Perempuan;
5) Deputi Bidang Perlindungan Anak;
6) Deputi Bidang Pemberdayaan Lembaga Masyarakat;
7) Staf Ahli; dan
8) Inspektorat.
Dalam rangka mengantisipasi tuntutan kebutuhan pelayanan, masing-masing unit kerja
yang terdapat di dalamnya terspesialisasi ke dalam tugas-tugas sebagai berikut:
1) Sekretaris Kementerian mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan
tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan administrasi KPP dan PA.
Sekretaris Kementerian terdiri atas:
a) Biro Umum dan Hubungan Masyarakat; dan
b) Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri.
2) Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender mempunyai tugas menyiapkan perumusan
kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengarusutamaan
gender. Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender terdiri atas:
a) Asisten Deputi Urusan Pengarusutamaan Gender I;
b) Asisten Deputi Urusan Pengarusutamaan Gender II;
c) Asisten Deputi Urusan Pengarusutamaan Gender III;
d) Asisten Deputi Urusan Pengarusutamaan Gender IV; dan
e) Asisten Deputi Urusan Pengarusutamaan Gender V.
3) Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan mempunyai tugas
melaksanakan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di
bidang peningkatan kualitas hidup perempuan. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas
Hidup Perempuan terdiri atas:
a) Asisten Deputi Urusan Pendidikan Perempuan;
b) Asisten Deputi Urusan Kesehatan Perempuan;
c) Asisten Deputi Urusan Ekonomi Perempuan;
d) Asisten Deputi Urusan Partisipasi Politik Perempuan; dan
e) Asisten Deputi Urusan Sosial Budaya dan Lingkungan.
4) Deputi Bidang Perlindungan Perempuan mempunyai tugas melaksanakan
perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan
perempuan. Deputi Bidang Perlindungan Perempuan terdiri atas:
a) Asisten Deputi Urusan Perlindungan Tindak Kekerasan Perempuan;
b) Asisten Deputi Urusan Daerah Rawan Konflik dan Bencana;
c) Asisten Deputi Urusan Perlindungan Tenaga Kerja Perempuan;
d) Asisten Deputi Urusan Perlindungan Perempuan Lanjut Usia dan Penyandang
Cacat; dan
e) Asisten Deputi Urusan Masalah Sosial Perempuan.
5) Deputi Bidang Perlindungan Anak mempunyai tugas melaksanakan perumusan
kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan anak.
Deputi Bidang Perlindungan Anak terdiri atas:
a) Asisten Deputi Urusan Anak Bermasalah Hukum;
b) Asisten Deputi Urusan Masalah Sosial Anak;
c) Asisten Deputi Urusan Tindak Kekerasan Anak;
d) Asisten Deputi Urusan Pendidikan dan Kesehatan Anak; dan
e) Asisten Deputi Urusan Hak Sipil dan Partisipasi Anak.
6) Deputi Bidang Pemberdayaan Lembaga Masyarakat mempunyai tugas
melaksanakan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di
bidang pemberdayaan lembaga masyarakat. Deputi Bidang Pemberdayaan Lembaga
Masyarakat terdiri atas:
a) Asisten Deputi Urusan Organisasi Keagamaan;
b) Asisten Deputi Urusan Lembaga Swadaya Masyarakat;
c) Asisten Deputi Urusan Organisasi Profesi dan Swasta;
d) Asisten Deputi Urusan Organisasi Sosial dan Politik; dan
e) Asisten Deputi Urusan Media Massa.
7) Staf Ahli Menteri sebagai unsur pembantu pimpinan yang membantu Meneg PP dan
PA di bidang keahlian tertentu yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Meneg PP dan PA. Staf Ahli Menteri terdiri atas:
a) Staf Ahli Bidang Hukum dan Politik;
b) Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Ketenagakerjaan;
c) Staf Ahli Bidang Agama; dan
d) Staf Ahli Bidang Sosial Budaya.
8) Unit inspektorat adalah unsur pengawasan KPP dan PA, dipimpin oleh seorang
Inspektur yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Meneg PP dan PA
dan secara administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Kementerian. Unit
Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas seluruh unit kerja di lingkungan KPP dan PA. Unit Inspektorat terdiri atas:
a) Subbagian Tata Usaha; dan
b) Kelompok Fungsional Auditor
Berbagai kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Unit Inspektorat kepada seluruh
unit kerja di lingkungan KPP dan PA didasari oleh berbagai isu-isu aktual berkaitan
dengan pengawasan antara lain:
1) Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen. Pengawasan harus dilakukan
untuk menjaga agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Melalui pengawasan dapat dilakukan
penilaian apakah suatu entitas telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas
dan fungsinya secara hemat, efisien dan efektif, serta sesuai dengan rencana,
kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan yang berlaku. Dengan demikian,
melalui pengawasan dapat diperoleh informasi mengenai kehematan, efisiensi, dan
efektivitas pelaksanaan kegiatan. Informasi tersebut dapat digunakan untuk
penyempurnaan kegiatan dan pengambilan keputusan oleh pimpinan.
2) Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan diperlukan untuk menjamin agar
pelaksanaan kegiatan pemerintahan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, dalam rangka
mewujudkan good governance dan clean government, pengawasan juga diperlukan
untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien,
transparan, akuntabel serta bersih dan bebas dari praktik-praktik KKN.
3) Pengawasan terhadap penyelenggaran pemerintahan tersebut dapat dilakukan
melalui: (1) pengawasan melekat, (2) pengawasan masyarakat dan (3) pengawasan
fungsional.
4) Pengawasan melekat atau built in control merupakan pengawasan yang diwujudkan
dalam berbagai upaya yang terjalin dalam tata laksana kegiatan yang dilakukan
organisasi. Pengawasan ini secara keseluruhan menyatu dengan sistem manajemen
dalam suatu organisasi. Pengawasan melekat telah diatur secara khusus dalam
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem
Pengawasan Melekat. Pengawasan melekat dapat dilakukan melalui pengawasan
atasan langsung terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh unit kerja yang berada di
bawahnya.
5) Pengawasan masyarakat merupakan pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat
yang dilakukan dalam bentuk pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh lem-
baga perwakilan rakyat, lembaga swadaya masyarakat dan organisasi non peme-
rintah, serta pengaduan dan pemberian informasi baik secara langsung maupun
melalui media massa atau opini publik mengenai pelayanan terhadap masyarakat
dan penyelenggaraan pemerintahan. Pengaduan atau pemberian informasi oleh
masyarakat secara langsung telah diakomodir melalui Kotak Pos 10110 serta kotak-
kotak pengaduan dan saran yang disediakan oleh instansi pemerintah.
6) Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh lembaga/aparat
pengawasan yang dibentuk atau ditunjuk khusus untuk melaksanakan fungsi penga-
wasan secara independen terhadap objek yang diawasi. Pengawasan fungsional
tersebut dilakukan oleh lembaga/badan/unit yang mempunyai tugas dan fungsi
melakukan pengawasan fungsional melalui audit, investigasi dan penilaian untuk
menjamin agar penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan rencana dan keten-
tuan perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan fungsional dilakukan baik
oleh pengawas ekstern pemerintah maupun pengawas intern pemerintah.
Pengawasan ekstern pemerintah dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),
sedangkan pengawasan intern pemerintah dilakukan oleh Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dalam hal ini adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) dan Unit Inspektorat.
7) APIP melakukan pengawasan fungsional terhadap pengelolaan keuangan negara
agar berdaya guna dan berhasil guna untuk membantu manajemen pemerintahan
dalam rangka pengendalian terhadap kegiatan unit kerja yang dipimpinnya (fungsi
quality assurance). Pengawasan yang dilaksanakan APIP diharapkan dapat
memberikan masukan kepada pimpinan penyelenggara pemerintahan mengenai
hasil, hambatan, dan penyimpangan yang terjadi atas jalannya pemerintahan dan
pembangunan yang menjadi tanggung jawab para pimpinan penyelenggara
pemerintahan tersebut.
Berkaitan dengan pengawasan fungsional yang dilakukan oleh Inspektorat KPP dan PA,
diharapkan bahwa di dalam penyelenggaraan pemerintahan di lingkungan KPP dan PA
akan:
1) Terselenggaranya pelaksanaan tugas umum KPP dan PA secara lancar dan tepat;
2) Terwujudnya ketertiban administrasi dan ketaatan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan tercapainya efisiensi, efektifitas serta keekonomian
dalam setiap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya;
3) Terwujudnya pengawasan fungsional yang dilandasi oleh rasa tanggung jawab pada
setiap jenjang organisasi sebagai tulang punggung pengawasan;
4) Terselenggaranya sistem pengawasan dan sistem informasi pengawasan yang
berdaya guna serta didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang memadai;
dan
5) Terciptanya aparatur pemerintah yang akuntabel, profesional, kreatif, jujur, bersih,
bebas dari KKN.
f. Strategi
Untuk meningkatkan capaian pelayanan sesuai dengan kebutuhan perlu
dilakukan rencana tindak lanjut ke depan yang meliputi:
1) Pengembangan kapasitas sumber daya manusia di lingkungan Unit Inspektorat KPP
dan PA dengan cara pendidikan dan pelatihan teknis pengawasan dengan instansi
pembina BPKP guna meningkatkan kemampuan dan kecakapan dalam
melaksanakan pengawasan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing auditor;
2) Penyusunan rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan pengawasan yang lebih
terintegrasi;
3) Pendalaman lebih lanjut terhadap sistem pengelolaan keuangan negara;
4) Optimalisasi koordinasi baik vertikal maupun horizontal dengan berbagai unit kerja
dalam pelaksanaan pengawasan program/kegiatan sebagai salah satu alternatif
dalam mewujudkan visi dan misi pengelolaan keuangan negara;
5) Peningkatan kesadaran dan komitmen antara semua pemangku kepentingan/
stakeholder;
6) Penetapan indikator kinerja yang lebih terukur yang disepakati oleh berbagai
pemangku kepentingan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai;
7) Peningkatan akuntabilitas dan transparansi pada setiap unit kerja dalam
pengelolaan keuangan; dan
8) Penambahan dukungan kerja baik berupa aplikasi sistem aplikasi informasi
pengawasan yang berbasis komputer maupun perangkat keras lainnya guna
meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas.
g. Rencana Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan pengukuran dan laporan akhir terhadap apa yang
terjadi untuk mencapai tujuan pemasaran, sehingga di masa datang dapat diminimalisir
berbagai kekurangan yang membuat ketidakpuasan dari masyarakat. Berbagai
hambatan dan kekurangan yang ada antara lain:
1) Serapan anggaran KPP dan PA yang rendah (80%) dari total anggaran yang tersedia,
mengakibatkan banyaknya kegiatan yang tidak terrealisasi sehingga fungsi KPP dan
PA sebagai perumus dan penetap kebijakan di bidang pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak menjadi tidak optimal;
2) Perubahan struktur organisasi di lingkungan KPP dan PA mengakibatkan
tertundanya kegiatan dan bahkan tidak dilaksanakan;
3) Masih terdapatnya penggunaan anggaran yang tidak mematuhi peraturan
perundang-undangan, seperti perjalanan dinas fiktif, bukti pertanggungjawaban
fiktif dan lain-lain sehingga fungsi penganggaran sebagai salah satu alat
pengendalian intern belum optimal;
4) Keterbatasan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di lingkungan Unit
Inspektorat KPP dan PA mengakibatkan banyaknya pekerjaan yang tidak dapat
diselesaikan tepat waktu;
5) Banyaknya unit kerja yang melakukan revisi anggaran (DIPA) sehingga memakan
waktu yang cukup lama dalam proses pencairannya;
6) Kurang teliti dan kurang disiplinnya para Pengelola Anggaran sehingga
pertanggungjawaban keuangan yang dibuat masih rendah tingkat kebenarannya;
7) Para Pengelola Anggaran kurang patuh pada prinsip anggaran yang efektif, efisien
dan ekonomis/hemat.
h. Rencana Implementasi
Untuk meningkatkan pelayanan Unit Inspektorat di bidang pengawasan dalam rangka
menciptakan lembaga pengawasan yang profesional, berdaya tangkal tinggi, efektif,
efisien dan berwibawa serta mampu mendeteksi secara dini atas penyimpangan yang
terjadi dilakukan berbagai upaya:
1) Meningkatkan kinerja organisasi KPP dan PA: 1) Di bidang akuntabilitas kinerja
dilakukan dengan cara evaluasi terhadap LAKIP KPP dan PA serta berkoordinasi
dengan Biro Perencanaan dalam rangka peningkatan nilai akuntabilitas kinerja di
setiap unsur lingkup KPP dan PA, 2) di bidang pengeloaan keuangan dilakukan
dengan cara dibuat berbagai macam pedoman pertanggungjawaban keuangan dan
kegiatan, rambu-rambu dan aturan terkait dengan pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja negara setiap tahunnya dengan terlebih dahulu
berkoordinasi dengan Bagian Keuangan KPP dan PA.
2) Deteksi penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan
cara: 1) audit operasional di setiap Satuan Kerja secara berkala pada tahun anggaran
berjalan, 2) melakukan audit dengan tujuan tertentu sesuai petunjuk menteri
apabila terjadi pelanggaran yang bersifat khusus dan 3) menindaklanjuti saran,
masukan dan kritik dari masyarakat yang dikoordinasikan dengan Biro Hukum,
Humas dan TU.
3) Membantu Satuan Kerja agar dalam melaksanakan setiap kegiatannya berada di
dalam track yang benar (sesuai dengan rencana, kebijakan dan peraturan yang
berlaku) maka dilakukannya audit operasional di setiap Satuan Kerja secara berkala
(per triwulan atau per semesteran) pada tahun anggaran berjalan.
4) Memberikan gambaran mengenai kehematan, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
kegiatan dilakukan dengan cara berkoodinasi dengan Bagian Rumah Tangga sebagai
pengelola anggaran kementerian dan Pejabat Pembuat Komitmen di setiap Satuan
Kerja sebagai pengelola anggaran kedeputian. Koordinasi dimaksudkan untuk
melihat sejauh mana daya serapan anggaran, kehematan, efisiensi dan efektivitas
dari setiap kegiatan.
5) Berperan sebagai sistem peringatan dini (early warning system) kepada Meneg PP
dan PA agar dapat melakukan tindakan koreksi terhadap masalah-masalah yang
terjadi dalam pencapaian kinerja dan terhadap penyimpangan yang terjadi. Hal ini
dilakukan dengan cara memberikan Laporan Hasil Audit (LHA) dari audit
operasional dan kinerja kepada Meneg PP dan PA sebagai bahan evaluasi atas
pelaksanaan kinerja kementerian secara keseluruhan.