tugas mandiri rhinitis

31
Fadhila Ayu Safirina 1102013101 SASARAN BELAJAR 1. Anatomi saluran pernafasan atas 1.1. Makroskopis Saluran Nafas Bagian Atas, pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disarung dan dilembabkan. Saluran Nafas Bagian Bawah, bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke alveoli. 1. Hidung Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagian dari atas ke bawah : pangkal hidung, (bridge), dorsumnasi, puncak hidung, ala nasi, kolumela, dan lubang hidung. Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari tulang hidung (os nasalis), prosesus frontalis os maksila dan prosesus nasalis os frontal, sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah

Upload: dhilasafirina

Post on 25-Dec-2015

255 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

dryhery

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Mandiri Rhinitis

Fadhila Ayu Safirina

1102013101

SASARAN BELAJAR

1. Anatomi saluran pernafasan atas

1.1. Makroskopis

Saluran Nafas Bagian Atas, pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disarung dan dilembabkan.

Saluran Nafas Bagian Bawah, bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke alveoli.

1. HidungHidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagian dari atas ke bawah : pangkal

hidung, (bridge), dorsumnasi, puncak hidung, ala nasi, kolumela, dan lubang hidung.Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh

kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari tulang hidung (os nasalis), prosesus frontalis os maksila dan prosesus nasalis os frontal, sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung,yaitu sepasang kartilago nasalis lateralis superior, sepasang kartilago nasalis inferior yang disebut juga sebagai kartilago ala mayor, beberapa pasang kartilago ala minor dan tepi anterior kartilago septum.

 

Page 2: Tugas Mandiri Rhinitis

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang,dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri.

Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang nares anterior, disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrase.

Ada 3 tonjolan di dalam hidung yaitu :a. Konka Nasalis Superior.b. Konka Nasalis Media.c. Konka Nasalis Inferior terdapat pleksus pembuluh darah.

Rongga hidung dihubungkan dengan rongga tengkorak melalui sinus paranasal yang terdiri :

a. sinus maksilarisb. sinus frontalisc. sinus etmoidalisd. sinus sphenoidalis

Fungsi hidung yaitu :a. Menyalurkan udara b. Menyaring udara dari benda asing c.Menghangatkan udara pernafasan d. Melembabkan udara pernafasan e.Alat pembau

Page 3: Tugas Mandiri Rhinitis

2. FaringFaring merupakan suatu tempat diantara rongga mulut dan esofagus.Bagian bawah

faring berfungsi sebagai saluran udara dan makanan. Faring terbagi menjadi 3 yaitu :o Nasofaringo Orofaringo Laringofaring

3. LaringLaring Merupakan saluran yang menghubungkan faring dengan trakea. Peranan

penting dalam pembentukkan suara.

1.2. Mikroskopis

Hidung Merupakan organ berongga yang terdiri atas tulang, tulang rawan hyalin otot

bercorak dan jaringan ikat Bagian luar terdapat epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk dengan

bagian bawahnya banyak kelenjar Sebacea Cavum nasi dipisahkan oleh septum nasi, yang berhubungan dengan nasofaring

melalui choana (nares posterior)

Cavum Nasi Memiliki bagian terlebar yang disebut dengan vestibulum nasi Terdapat kelenjar Keringat, kelenjar Sebacea, folikel rambut dan vibrissae Epitel vestibulum merupakan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang

mana sebelum masuk fossa nasalis menjadi epitel bertingkat torak bersilia dengan sel goblet

Fossa Nasalis

Page 4: Tugas Mandiri Rhinitis

Pada dinding lateral ada 3 tonjolan disebut chonca Chonca nasalis superior (dilapisi epitel olfaktorius atau pembau) Chonca nasalis media Chonca nasalis inferior (epitel bertingkat torak bersilia)

Fungsi chonca : Meningkatkan luas permukaan epitel respirasi Turbulensi udara dimana udara lebih banyak kontak dengan permukaan

mukosa

Epitel RespirasiTerdiri atas :

Sel torak bersilia Sel goblet Sel torak dengan mikrovili Sel basal Sel sekretorik

Page 5: Tugas Mandiri Rhinitis

Silia berfungsi untuk mendorong lendir ke arah nasofaring untuk tertelan atau dikeluarkan (batuk)

Sel goblet dan kelenjar campur di lamina propria mnghasilkan sekret, untuk menjaga kelembaban hidung dan menangkap partikel debu halus

Di bawah epitel chonca inferior terdapat swell bodies, merupakan fleksus vonosus untuk menghangatkan udara inspirasi

Epitel Olfaktorius

a. Kemoreseptor penghidung terletak di epitel olfaktorius, terdapat pada pertengahan atap cavum nasi, septum nasi dan permukaan chonca superior

b. Epitel olfaktorius terdiri dari : Sel penyokong Sel basal Sel olfaktorius atau sel penghidung yang mana merupakan neuron bipolar

c. Silia olfaktorius mirip reseptor sangat sensitif terhadap rangsang kimia d. Di lamina propria epitel olfaktorius terdapat kelenjar Bowman, sekretnya untuk

melarutkan zat kimia dalam bentuk bau e. Akson dari sel olfaktorius (fila olfaktoria) menembus lamina cribrosa os

ethmoid untuk masuk ke bulbus olfaktorius di otak

Sinus Paranasalis Ruangan dalam tulang : os frontal, os maxilla, os ethmoid, os sphenoid

Page 6: Tugas Mandiri Rhinitis

Dilapisi epitel bertingkat torak dengan sedikit sel goblet Lamina propria tipis , melekat erat pada periostium Lendir yang dihasilkan dialirkan ke cavum nasi oleh silia

Pharynx1. Ruangan yang menghubungkan tractus Digestivus dengan tractus

Respiratorius 2. Terdiri dari :

Nasofaring (epitel bertingkat torak bersilia, dengan sel goblet)

Orofaring (epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk)

Laringofaring (epitel bervariasi)

Larynxa. Menghubungkan faring dengan trachea b. Tulang rawan yang lebih besar (tulang rawan hyalin):

Thyroid Cricoid Arytenoid

c. Tulang rawan yang kecil (tulang rawan elastis): Epiglottis Cuneiform Corniculata Ujung arytenoid

2. Menjelaskan dan memahami fungsi dan mekanisme pernafasan

Respirasi eksternal adalahpertukaran gas antara darah dan atmosfer sedangkan

respirasi internaladalah pertukaran gas antara darah sirkulasi dengan sel jaringan.

Empat proses pertukaran gas :

a. Ventilasi

b. Distribusi

Udara yang telah memasuki saluran pernapasan didistribusikan ke paru-paru.

Kemudian masuk ke dalam alveoli. Udara pertama yang terhirup, masuk ke puncak

paru kemudian disusul oleh udara di belakangnya, masuk ke basis paru. Nilai

ventilasi di puncak paru lebih besar dibandingkan nilai ventilasi di basis paru.

c. Perfusi

Page 7: Tugas Mandiri Rhinitis

Perfusi paru adalah distribusi darah di dalam pembuluh kapiler paru. Tekanan

aliran darah di dalam paru lebih rendah di bandingkan tekanan darah sistemik.

Sirkulasi darah dalam paru mendapat tahanan, terutama tahanan pada jala-kapiler

paru (capillary bed). Karena rendahnya tekanan aliran darah di kapiler paru, aliran

darah di paru sangat terpengaruh oleh gravitasi bumi sehingga perfusi di bagian

basal paru lebih besar dibandingkan dengan perfusi di bagian apex.

d. Difusi gas

Perpindahan molekul O2 dari rongga alveoli melewati membrana kapiler alveolar,

melintasi pembuluh darah, menembus dinding eritrosit dan akhirnya masuk ke

dalam sel eritrosit sampai berikatan dengan hemoglobin. Peristiwa yang lain di

dalam paru yaitu perpindahan CO2 dari darah ke alveolar.

Pernafasan bagian atas, meliputi hidung, faring,dan laring. Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membrane mukosa bersilia.

Ketika masuk ronga hidung, udara disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet. Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mucus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar mukosa. Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mucus. Gerakan silia mendorong lapisan mucus ke posterior didalam rongga hidung, dan ke superior didalam sistem pernafasan bagian bawah menuju ke faring. Dari sini partikel halus akan tertelan atau dibatukkan keluar. Lapisan mucus memberikan air untuk kelembaban, dan banyaknya jaringan pembuluh darah dibawahnya akan menyuplai panas ke udara inspirasi. Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sedemikian rupa, sehingga udara yang mencapai faring hampir bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh dan kelembabannya mencapai 100%.

Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara. Laring terdiri dari satu tulang dan rangkaian tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara. Ruang berbentuk segitiga diantara pita suara (yaitu glotis) bermuara kedalam trachea dan membentuk bagian antara saluran pernafasan atas dan bawah.

Mekanisme Batuk

Seluruh saluran nafas dari hidung sampai bronkiolus terminalis, dipertahankan agar tetap lembab oleh selapis mukosa yang melapisi seluruh permukaan. Mukus ini disekresikan sebagian oleh sel goblet dalam epitel saluran nafas, dan sebagian lagi

Page 8: Tugas Mandiri Rhinitis

oleh kelenjar submukosa yang kecil. Batuk yang tidak efektif dapat menimbulkan penumpukan sekret yang berlebihan, atelektasis, gangguan pertukaran gas dan lain-lain.

Mekanisme batuk dibagi menjadi 3 fase:

o Fase 1 (Inspirasi)

Paru2 memasukan kurang lebih 2,5 liter udara, oesofagus dan pita suara menutup, sehingga udara terjerat dalam paru2

o Fase 2 (Kompresi)

Otot perut berkontraksi, diafragma naik dan menekan paru2, diikuti pula dengan kontraksi intercosta internus. Pada akhirnya akan menyebabkan tekanan pada paru2 meningkat hingga 100mm/hg.

o Fase 3 (Ekspirasi)

Spontan oesofagus dan pita suara terbuka dan udara meledak keluar dari paru

Mekanisme Bersin

Reflek bersin mirip dengan reflek batuk kecuali bahwa refleks ini berlangsung pada saluran hidung, bukan pada saluran pernapasan bagian bawah. Rangsangan awal menimbulkan refleks bersin adalah iritasi dalam saluran hidung, impuls saraf aferen berjalan dalam nervus ke lima menuju medulla tempat refleks ini dicetuskan. Terjadi serangkaian reaksi yang mirip dengan refleks batuk tetapi uvula ditekan, sehingga sejumlah besar udara dengan cepat melalui hidung, dengan demikian membantu membersihkan saluran hidung dari benda asing.

Mekanisme pertahanan tubuh

Pada keadaan normal, mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular

tergantung pada aktivasi sel B dan sel T. Aktivasi berlebihan oleh antigen atau

gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologik yang

disebut reaksi hipersensitivitas.

Menurut Gell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu

tipe I hipersensitif anafilaktik, tipe II hipersensitif sitotoksik yang bergantung antibodi,

tipe III hipersensitif yang diperani kompleks imun, dan tipe IV hipersensitif cell-

Page 9: Tugas Mandiri Rhinitis

mediated (hipersensitif tipe lambat). Selain itu masih ada satu tipe lagi yang disebut

sentivitas tipe V atau stimulatory hipersensitivity.

Pembagian reaksi hipersensitivitas oleh Gell dan Coombs adalah usaha untuk

mempermudah evaluasi imunopatologi suatu penyakit. Dalam keadaan sebenarnya

seringkali keempat mekanisme ini saling mempengaruhi. Aktivasi suatu mekanisme

akan mengaktifkan mekanisme yang lainnya

3. Menjelaskan dan memahami rhinitis alergi

3.1. Definisi

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (von Pirquet, 1986). Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001, rinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE

3.2. Etiologi

Rinitis alergi melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi genetik dalam perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi (Adams, Boies, Higler, 1997). Penyebab rinitis alergi tersering adalah alergen inhalan pada dewasa dan ingestan pada anakanak. Pada anak-anak sering disertai gejala alergi lain, seperti urtikaria dan gangguan pencernaan. Penyebab rinitis alergi dapat berbeda tergantung dari klasifikasi. Beberapa pasien sensitif terhadap beberapa alergen. Alergen yang menyebabkan rinitis alergi musiman biasanya berupa serbuk sari atau jamur. Rinitis alergi perenial (sepanjang tahun) diantaranya debu tungau, terdapat dua spesies utama tungau yaitu Dermatophagoides farinae dan Dermatophagoides pteronyssinus, jamur, binatang peliharaan seperti kecoa dan binatang pengerat. Faktor resiko untuk terpaparnya debu tungau biasanya karpet serta sprai tempat tidur, suhu yang tinggi, dan faktor kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi merupakan faktor resiko untuk untuk tumbuhnya jamur. Berbagai pemicu yang bisa berperan dan memperberat adalah beberapa faktor nonspesifik diantaranya asap rokok, polusi udara, bau aroma yang kuat atau merangsang dan perubahan cuaca (Becker, 1994)

Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:

Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.

Page 10: Tugas Mandiri Rhinitis

Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang

Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah.

Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan (Kaplan, 2003).

3.3. Klasifikasi

Pada awalnya rhinitis alergi diklasifikasikan menjadi seasonal allergic rhinitis dan perennial allergic rhinitis. Namus penggolongan ini tidak dapat diandalkan karena tidak semua rhinitis alergi pada pasien dapat dimasukkan ke dalam salah satu golongan tersebut. Sebagai contoh, pollen penyebab allergic rhinitis pada seorang pasien mungkin muncul secara musiman pada wilayah dengan iklim yang dingin, namun mungkin muncul sepanjang tahun pada daerah beriklim hangat. Atau mungkin seorang pasien memiliki lebih dari satu pemicu alergi yang muncul pada lebih dari satu musim sehingga alergi bisa terlihat seperti alergi perennial (berlangsung sepanjang tahun)

Karena itu, sekarang dibuat beberapa klasifikasi baru

Berdasarkan durasi gejala

A. Intermittent: Jika total durasi inflamasi kurang dari 6 minggu

B. Persistent: Jika gejala berlangsung sepanjang tahun

Keparahan gejala

A. Mild: jika tidur pasien tidak terganggu dan aktivitas sehari-hari tidak terganggu. Gejala biasanya muncul secara intermittent

B. Severe: Mengganggu aktivitas pasien

3.4. Epidemiologi

Perkiraan yang tepat tentang prevalensi rhinitis alergi agak sulit berkisar 4 - 40%, ada kecenderungan peningkatan prevalesi rhinitis alergi di AS dan seluruh dunia, penyebabnya belum bisa dipastikan, tetapi nampaknya ada kaitan dengan meningkatannya populasi udara, populasi dust mite, kurangnya ventilasi di kantor atau rumah.

3.5. Patofisiologi

Page 11: Tugas Mandiri Rhinitis

Saat allergen masuk ke saluran pernafasan, allergen tersebut akan merangsang respon imun. Alergen yang masuk akan merangsang terjadinya infiltrasi sel-sel inflamasi seperti CD-4 T-cell, Bcell, makrofag, mast cell, dan eosinophilia. T cell yang menginfiltrasi adalah sel T helper (TH)2 dan T cell tersebut mensekresikan sitokin. Sitokin mendorong sel plasma untuk memproduksi IgE. Produksi IgE memicu pelepasan mediator. Mediator-mediator yang dilepaskan segera termasuk histamin, triptase, kimase, kinin dan heparin. Sel mast dengan cepat mensitesis mediator-mediator lain, termasuk leukotrien dan prostaglandin D2. Mediator menyebabkan vasodilatasi yang menyebabkan kongesti dan tekanan, permebilitas pembuluh darah yang meningkat menimbulkan eksudasi plasma, rasa gatal, rhinorrhea, sekresi mucus, dan kontraksi otot polos. Persarafan sensoris terangsang yang menyebabkan bersin dan gatal

Mediator dan sitokin dilepakan pada fase awal respon imun terhadap allergen. Respon awal imun akan memicu respon lanjutan 4-8 jam kemudian yang akhirnya menyebabkan recurrent symptoms.

1. Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya. Munculnya segera dalam 5-30 menit, setelah terpapar dengan alergen spesifik dan gejalanya terdiri dari bersin-bersin, rinore karena hambatan hidung dan atau bronkospasme. Hal ini berhubungan dengan pelepasan amin vasoaktif seperti histamin.

2. Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktifitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai 24-48 jam. Muncul dalam 2-8 jam setelah terpapar alergen tanpa pemaparan tambahan. Hal ini berhubungan dengan infiltrasi sel-sel peradangan, eosinofil, neutrofil, basofil, monosit dan CD4 + sel T pada tempat deposisi antigen yang menyebabkan pembengkakan, kongesti dan sekret kental.

Page 12: Tugas Mandiri Rhinitis

3.6. Manifestasi klinis

Gejala klinik rinitis alergi, yaitu :1. Bersin patologis. Bersin yang berulang lebih 5 kali setiap serangan bersin.2. Rinore. Ingus yang keluar.3. Gangguan hidung. Hidung gatal dan rasa tersumbat. Hidung rasa tersumbat

merupakan gejala rinitis alergi yang paling sering kita temukan pada pasien anak-anak.

4. Gangguan mata. Mata gatal dan mengeluarkan air mata (lakrimasi).5. Allergic shiner yaitu bayangan gelap di daerah bawah mata akibat stasis vena

sekunder. Stasis vena ini disebabkan obstruksi hidung6. Allergic salute. Perilaku anak yang suka menggosok-gosok hidungnya akibat rasa

gatal.

7. Allergic crease. Tanda garis melintang di dorsum nasi pada 1/3 bagian bawah akibat kebiasaan menggosok hidung.

8. Tanda pada telinga termasuk retraksi membran timpani atau otitis media serosa sebagai hasil dari hambatan tuba eustachii.

9. Tanda faringeal termasuk faringitis granuler akibat hiperplasia submukosa jaringan limfoid. Seorang anak dengan rinitis alergi perenial dapat memperlihatkan semua ciri-ciri bernafas mellaui mulut yang lama yang terlihat sebagai hiperplasia adenoid. Tanda laringeal termasuk suara serak dan edema pita suara.

Gejala lain yang tidak khas dapat berupa: batuk, sakit kepala, masalah penciuman, mengi, penekanan pada sinus dan nyeri wajah, post nasal drip (cairan yang mengalir di

Page 13: Tugas Mandiri Rhinitis

bagian belakang mulut). Beberapa orang juga mengalami lemah dan lesu, mudah marah, kehilangan nafsu makan dan sulit tidur.

Dr Jennifer Shu dari Children’s Medical Group mengungkapkan perbedaan ingus biasa dan ingus yang terinfeksi yaitu:

1. Jika ingus yang muncul akibat alergi, trauma (benturan), iritasi atau terpapar polusi udara, penggunaan obat semprot atau masalah anatomi hidung, maka tidak mengandung infeksi bakteri, virus atau mikroorganisme lainnya.

2. Ingus yang muncul tidak berwarna atau bening adalah bukan jenis ingus infeksi.3. Jika lendir di hidung berwarna kuning, hijau atau cokelat, hal ini bisa menjadi

tanda adanya infeksi di saluran pernapasan bagian atas.4. Debit atau volume ingus yang keluar bisa menjadi tanda infeksi sinus yang

disebabkan oleh bakteri. Kalau jumlahnya banyak dan sering itu pertanada ada infeksi.

5. Ingus yang mengandung bakteri biasanya disertai dengan sakit kepala, nyeri di bagian wajah terutama ketika sedang membungkuk, demam, bau mulut, tidak bisa mencium bau-bauan, gangguan telinga atau batuk yang terus menerus.

3.7. Diagnosa dan DD

Diagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan:

1. Anamnesis

Anamnesis sangat penting, karena sering kali serangan tidak terjadi dihadapan pemeriksa. Hampir 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja. Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Gejala lain ialah keluar hingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Kadang-kadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala yang diutarakan oleh pasien (Irawati, Kasakayan, Rusmono, 2008). Perlu ditanyakan pola gejala (hilang timbul, menetap) beserta onset dan keparahannya, identifikasi faktor predisposisi karena faktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi, respon terhadap pengobatan, kondisi lingkungan dan pekerjaan. Rinitis alergi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, bila terdapat 2 atau lebih gejala seperti bersin-bersin lebih 5 kali setiap serangan, hidung dan mata gatal, ingus encer lebih dari satu jam, hidung tersumbat, dan mata merah serta berair maka dinyatakan positif (Rusmono, Kasakayan, 1990)

Yang harus ditanyakan pada pasien saat anamnesis:

a. Keluhan pasien

Nasal itch

Rhinorrhea

Page 14: Tugas Mandiri Rhinitis

Sneezing

Eye involvement

Seasonality

Pemicu

b. Riwayat keluarga

Alergi

Asma: karena berdasarkan penelitian 95 persen penderita rhinitis adalah pasien dengan asma atau riwayat asma

c. Lingkungan sekitar

Binatang peliharaan

Tobacco exposure: rokok dapat mengakibatkan gangguan pernafasan

Humidity

Mould

Flooring/upholstery

Pollens

d. Medication/Drug use

Beta-blocker

ASA

NSAIDs

ACE Inhibitor

Hormone therapy

Recreational cocaine use

e. Kualitas hidup: memberikan pasien kuisioner seputar rhinitis alergi

f. Comorbidities

Asma

Mouth breathing

Page 15: Tugas Mandiri Rhinitis

Snoring

Sinus involvement

Otitis media

Nasal polyps

Conjunctivitis

g. Response to previous medication

Second generation antihistamines

Intranasal corticosteroids

2. Pemeriksaan Fisik

Pada muka biasanya didapatkan garis Dennie-Morgan dan allergic shinner, yaitu bayangan gelap di daerah bawah mata karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung (Irawati, 2002). Selain itu, dapat ditemukan juga allergic crease yaitu berupa garis melintang pada dorsum nasi bagian sepertiga bawah. Garis ini timbul akibat hidung yang sering digosok-gosok oleh punggung tangan (allergic salute). Pada pemeriksaan rinoskopi ditemukan mukosa hidung basah, berwarna pucat atau livid dengan konka edema dan sekret yang encer dan banyak. Perlu juga dilihat adanya kelainan septum atau polip hidung yang dapat memperberat gejala hidung tersumbat. Selain itu, dapat pula ditemukan konjungtivis bilateral atau penyakit yang berhubungan lainnya seperti sinusitis dan otitis media (Irawati, 2002)

3. Pemeriksaan Penunjang

A. In vitro

Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Demikian pula pemeriksaan IgE total (prist-paper radio imunosorbent test) sering kali menunjukkan nilai normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial atau urtikaria. Lebih bermakna adalah dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test) atau ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay Test). Pemeriksaan sitologi hidung, walaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan kemungkinan alergi inhalan. Jika basofil (5 sel/lap) mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan sel PMN menunjukkan adanya infeksi bakteri (Irawati, 2002).

B. In vivo

Page 16: Tugas Mandiri Rhinitis

Alergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-point Titration/SET). SET dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat kepekatannya. Keuntungan SET, selain alergen penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui (Sumarman, 2000). Untuk alergi makanan, uji kulit seperti tersebut diatas kurang dapat diandalkan. Diagnosis biasanya ditegakkan dengan diet eliminasi dan provokasi (“Challenge Test”). Alergen ingestan secara untas lenyap dari tubuh dalam waktu lima hari. Karena itu pada Challenge Test, makanan yang dicurigai diberikan pada pasien setelah berpantang selama 5 hari, selanjutnya diamati reaksinya. Pada diet eliminasi, jenis makanan setiap kali dihilangkan dari menu makanan sampai suatu ketika gejala menghilang dengan meniadakan suatu jenis makanan (Irawati, 2002).

Diagnosis bandingRinitis alergika harus dibedakan dengan :1. Rhinitis vasomotorik2. Rhinitis medikamentosa3. Rhinitis virus4. Rhinitis iritan ( Irritant Contact Rhinitis)

1. Rhinitis vasomotorikPasien-pasien dengan rhintis vasomotorik datang dengan gejala sumbatan hidung dan sekret nasal yang jernih.gejala-gejalanya sering berhubungan dengan temperatur, makan, paparan terhadap bau dan zat-zat kimia atau konsumsi alkohol. Beberapa klinisi mengusulkan bahwa regulasi otonom yang abnormal dari fungsi hidung adalah penyebabnya.Pada rhinitis vasomotor tidak ditemukan adanya skin tes yang(+) dan tes alergen yang (+), sedangkan pada yang alergika murni mempunyai skin tes yang (+) dan laergen yang jelas.Rinitis alergika sering ditemukan pada pasien dengan usia < 20 tahun,sedangkan pada rinitis vasomotor lebih banyak dijumpai pada usia > 20 tahun danpaling sering diderita oleh perempuan.  

2. Rinitis medikamentosa ( Drug induced rhinitis) Karena penggunaan tetes hidung dalam jangkalama, reserpin, klonidin, alfa metildopa, guanetidin, klorpromasin, dan fenotiasin yang lain.

3. RhinitisV irusRhinitis virus sangat umum terjadi dan sering berhubungan denganmanifestasi lain dari penyakit virus seperti sakit kepala, malaise, tubuh pegal, danbatuk. Sekret nasal yang dihasilkan pada

Page 17: Tugas Mandiri Rhinitis

rhinitis viral seringnya jernih atauberwarna putih dan bisa disertai dengan kongesti hidung dan bersin-bersin.

4. Rhinitis iritan (irritant contact rhinitis)Karena merokok, iritasi gas, bahan kimia, debu pabrik, bahan kimia pada makanan. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis yang cermat,pemeriksaan alergi yang negatif.

Faktor yg berhubungan dengan diagnosis rinusitisMayor : Muka nyeri ,Rasa tersumbat, Secret purulen, Hiposmia, DemamMinor :Sakit kepala, demam, lesu, batuk, sakit gigi, telinga sakit.

3.8. Tata laksana

Menghindari allergen

Untuk menghindari allergen yang berasal dari tungau debu, menghindari allergen bisa dengan cara membuang karpet, boneka, atau benda lain yang bisa menjadi sarang tungau, menggunakan bedcover yang impermeable terhadap allergen, menggunakan vacuum cleaner dengan HEPA filter, dan mencuci seprai kasue dengan air panas (60 C) ⁰

Untuk menghindari allergen yang berasal dari binatang, maka binatang peliharaan harus dibuang, Berdasarkan penelitian, meletakkan hewan diluar rumah saja tidak mengurangi resiko rhinitis alergi. Kucing dan anjing memiliki zat allergen mayor yang sering ditemukan di rumah yang disebut Fel d1 dan Can f 1. Meletakkan kucing diluar rumah tidak mengurangi kadar Fel d 1, sedangkan anehnya untuk anjing kadar Can f 1 di bisa berkurang.

Untuk membasmi kecoa bisa dilakukan denga menggunakan pestisida atau tidak meninggalkan makanan sisa sembarangan. Untuk kecoa dapat memakan waktu pembersihan hingga 6 bulan sampai residu nya benar-benar hilang.

Antihistamin

Antihistamin bekerja menghambat efek histamine dengan cara memblok receptor histamine. Ada beberapa jenis antihistamin, yaitu antihistamin klasik/generasi pertama, antihistamin non-sedatif/generasi kedua, dan antihistamin topical

Indikasi o AH1 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi

dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan. o Penyakit alergi. AH1 berguna untuk mengobati alergi tipe eksudatif

akut misalnya pada polinosis dan urtikaria. Efeknya bersifat paliatif,

Page 18: Tugas Mandiri Rhinitis

membatasi dan menghambat efek histamin yang dilepaskan sewaktu reaksi alergen-antibodi terjadi. AH1 dapat juga menghilangkan bersin,rinore, dan gatal pada mata,hidung dan tenggorokan pada pasien seasonal hay fever.

Mabuk perjalan dan keadaan lain. AH1 efektif untuk dua pertiga kasus vertigo,mual dan muntah. AH1 efektif sebagai antimuntah, pascabedah, mual dan muntah waktu hamil dan setelah radiasi. AH1 juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit Meniere dan gangguan Vestibular lain

Antihistamin Generasi Pertama/Klasik

Cara kerja: memblok reseptor H1, kurang selektif, dapat menembus blood-brain barrier dan berpengaruh juga pada resptor muscarinic sehingga menimbulkan efek samping yang cukup parah. Memiliki waktu paruh 4-12 jam

ES: gangguan SSP seperti rasa kantuk, depresi, dan cadiotoxicity. Karena dapat mempengaruhi reseptor muscarinic, obat ini meniimbulkan efek samping kolinergik seperti mulut kering, retensi urin, konstipasi, dan takikardi,.

Contoh: diphenhydramine, chlorpheniramine, brompheniramine, hydroxizybe

Antihistamin Generasi Kedua/Non-sedatif

Cara kerja sama dengan AH1 tapi selektivitas resptor histaminnya lebih baik dan waktu paruh nya lebih panjang (12-24 jam). Onset lebih cepat dan durasi kerja lebih lama. Karena selektivitasnya yang bagus obat ini tidak menimbulkan rasa kantuk. Namun pada dosis yang tinggi selektivitas bisa hilang sehingga dapat menimbulkan efek samping yang sama seperti AH1 generasi pertama

Antihistamin generasi kedua efektif untuk mengatasi semua symtopms rhinitis alergi keculai obstruksi

Contoh: Fexofenadine (pengecualian, tidak ada efek sedative sama sekali), Loratidin, Desloratidin, Cetirizine, Levocetirizine.

Antihistamin topical

Page 19: Tugas Mandiri Rhinitis

Cara kerja sama. Memiliki onset paling cepat (15 menit) dan efikasinya pun bagus. Namun Kerja obat jenis ini hanya bersifat lokal dan membutuhkan penggunaan berulang-ulang untuk mempertahankan efeknya. Meskipun begitu, berdasarkan penelitian perbandingan antara Azelastine nasal spray dan cetirizin, azelastine memiliki efek yang lebih signifikan dalam mengatasi bersin-bersin dan kongresti.

Dekongestan

obat ini golongan simpatomimetik yang beraksi pada reseptor alfa-adregenik

pada mukosa hidung untuk menyebabkan vasokonstriksi, menciutkan

mukosa yang membengkak dan memperbaiki pernafasan, contohnya

pseudofedrin, efedrin sulfat dan fenilpropanolamin. Penggunaan agen topikal

yang lama dapat menyebabkan rhinitis medikamentosa, dimana hidung

kembali tersumbat akibat vasodilatasi perifer. Dekongestan oral secara

umum tidak dianjurkan karena efek klinisnya masih meragukan dan memiliki

banyak efek samping. Dari keempat obat dekongestan yang banyak dipakai,

fenilopropanolamin dan efedrin memiliki indeks terapi yang sempit.

Keduanya dapat menyebabkan hipertensi pada dosis mendekati

terapetiknya.

Kortikosteroid Nasal

merupakan obat yang paling efektif untuk mengatasi rhinitis alergi hingga

saat ini. Efek utama steroid topikal pada mukosa hidung antara lain

mengurangi inflamasi dengan memblok pelepasan mediator, menekan

kemotaksis neutrofil, mengurangi edema intrasel, dan menghambat reaksi

fase lambat yang diperantarai sel mast. Sedangkan efek sampingnya meliputi

bersin, perih pada mukosa hidung, sakit kepala dan infeksi Candidia albicans.

Mekanisme kerjao Bekerja mempengaruhi kecepatan sintesis protein, molekul hormon

memasuki sel melewati membran plasma secara difusi pasif, mensintesis protein yg sifatnya menghambat atau toksik terhadap sel limfoid.mempengaruhi metabolisme karbohidrat,protein,dan lemak,dan sebagai antiinflamasi kuat.

Page 20: Tugas Mandiri Rhinitis

o Pemberian glucocorticoid (eg, prednisone, dexamethasone) mengurangi ukuran dan isi lymphoid dari limfonodi dan limpa, tdk memiliki efek toksik pada mieloid yg sdg berproliferasi atau stem sel erythroid dalam sumsum tulang.

o Glucocorticoid menghambat produksi mediator inflamasi, termasuk PAF, leukotrien, prostaglandin, histamin, dan bradikinin

o Toksisitas berat dpt tjd pd penggunaan glukokortikoid dosis tinggi, jangka panjang

Lainnya

Sodium Kromolin, bekerja dengan mencegah degranulasi sel mast dan

pelepasan mediator, termasuk histamin. Efek sampingnya paling sering

adalah iritasi lokal.

Ipratropium Bromida, bermanfaat pada rhintis alergi perennial atau

rhinitis alergi yang persisten, obat ini memiliki sifat antisekretori jika

digunakan secara lokal dan bermanfaat untuk mengurangi hidung berair.

Efek sampingnya tingan, meliputi sakit kepala, epistaksis, dan hidung terasa

kering.

Operatif

Tindakan konkotomi (pemotongan konka inferior) bila konka hipertrofi

berat dan tidak dapat dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai

AgNO325% atau troklor asetat.

Imunoterapi

Desensitasi, hiposensitasi dan netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi

membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya

berat, berlangsung lama dan pengobatan lain belum memuaskan.

3.9. Komplikasi

Komplikasi rinitis alergi yang sering ialah:

a. Polip hidung yang memiliki tanda patognomonis:

inspisited mucous glands,akumulasi sel-sel inflamasi yang luar biasa banyaknya (lebih eosinofil dan limfosit TCD4+), hiperplasia epitel, hiperplasia goblet, dan metaplasia skuamosa. Poliphidung, terdapat tumbuhan benigna yang lembut

Page 21: Tugas Mandiri Rhinitis

terjadi pada lapisan hidung atausinus disebabkan radangan kronik. Polyps yang kecil tidak menyebabkan masalahtetapi yang besar akan menyekat peredaran udara melalui hidung dan susah untukbernafas

b.Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.

c. Sinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus para nasal.Terjadi akibat edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa yangmenyebabkan sumbatan ostia sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekananudara rongga sinus. Hal tersebut akan menyuburkan pertumbuhan bakteri terutamabakteri anaerob dan akan menyebabkan rusaknya fungsi barier epitel antara lainakibat dekstruksi mukosa oleh mediator protein basa yang dilepas sel eosinofil (MBP)dengan akibat sinusitis akan semakin parah (Durham, 2006).

d. Disfungsi tuba, dalam derajat yang bervariasi merupakan komplikasi yang tersering.Disfungsi tuba pada rhinitis alergi disebabkan oleh terjadinya sumbatan tuba.Sumbatan inilah yang menyebabkan proteksi, drainase dan ventilasi/aeresi telingatengah (kavum timpani) terganggu. Gangguan ini akan menimbulkan berbagaibentuk kelainan telinga tengah, baik anatomis maupun fisiologig, dari ringan hinggayang berat, tergantung dari waktu/lama dan beratnya rhinitis alergi serta factor-faktor lain.

3.10. Prognosis

Ada kesan klinis bahwa gejala rhinitis alergika dapat berkurang dengan bertambahnya usia. Sementara penderita polip hidung akan tetap mengalami kekambuhan meskipun telah mendapat terapi bedah maupun obat.

3.11. Pencegahan

Cara terbaik untuk mencegah timbulnya alergi adalah dengan menghindari

alergen. Ada 3 tipe pencegahan:

1. Mencegah terjadinya tahap sensitasi; menghindari paparan terhadap alergen

inhalan selama hamil, menunda pemberian susu formula dan makanan padat

2. Mencegah gejala timbul dengan cara terapi medikamentosa

3. Pencegahan melalui edukasi

Pada dasarnya penyakit alergi dapat dicegah dan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:1. Pencegahan primer untuk mencegah sensitisasi atau proses pengenalan dini

terhadapalergen. Tindakan pertama adalah mengidentifikasi bayi yang mempunyai risiko atopi.Pada ibu hamil diberikan diet restriksi (tanpa susu, ikan laut, dan kacang) mulai trimester 3 dan selama menyusui, dan bayi mendapat ASI eksklusif selama 5-6 bulan. Selain itu kontrol lingkungan dilakukan untuk mencegah pajanan terhadap alergen dan polutan.

Page 22: Tugas Mandiri Rhinitis

2. Pencegahan sekunder untuk mencegah manifestasi klinis alergi pada anak berupaasma dan pilek alergi yang sudah tersensitisasi dengan gejala alergi tahap awal berupaa l e r g i m a k a n a n d a n k u l i t . T i n d a k a n y a n g d i l a k u k a n d e n g a n p e n g h i n d a r a n t e r h a d a p  pajanan alergen inhalan dan makanan yang dapat diketahui dengan uji kulit.

3. Pencegahan tersier untuk mengurangi gejala klinis dan derajat beratnya penyakitalergi dengan penghindaran alergen dan pengobatan

4. Menjelaskan dan memahami pernafasan dalam islam

BersinHadits riwayat Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:“Jika salah seorang dari kalian bersin, hendaklah ia mengucapkan ‘Alhamdulillah (Segala puji bagi ALLOH)’ dan saudaranya atau orang yang bersamanya mengatakan kepadanya ‘Yarhamukallah (Semoga ALLOH memberikan rahmat-Nya kepadamu)’. Jika salah seorang mengucapkan ‘Yarhamukallah’, maka orang yang bersin tersebut hendaklah menjawab ‘Yahdiikumullah wayushlih baalakum (Semoga ALLOH SWT memberikanmu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).”

MenguapMenguap dilakukan karena beberapa penyebab, antara lain: mengantuk, gelisah, butuh tambahan oksigen.Islam juga mengatur bagaimana menguap yg ‘baik’.

Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasululloh SAW bersabda:“Menguap adalah dari setan, jika salah seorang dari kalian menguap, maka hendaknya ditahan semampu dia, sesungguhnya jika salah seorang dari kalian (ketika menguap) mengatakan (keluar bunyi): ‘hah’, maka setan tertawa.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan ini lafazh riwayat Al-Bukhari)

Di hadits lain:“Menguap ketika sholat adalah dari setan, jika salah seorang dari kalian menguap, maka tahanlah semampunya.” (HR Tirmidzi)Dengan kata lain, Islam MENYARANKAN kita untuk menahan (tidak) menguap. Jika tidak kuat, maka hendaknya menguap dengan menutup mulut dan tidak mengeluarkan bunyi.

SendawaSendawa atau teurab (bahasa Sunda) atau gelegekan (bahasa Jawa) atau burp (bahasa Inggris) adalah aktivitas ketika ada angin yg keluar dari tubuh kita. Penyebabnya bermacam-macam. Usai minum minuman bersoda (carbonat), usai makan/minum, atau usai badan kita dikerok (pijat), dan aktivitas2 lain.Untuk sendawa, terus terang saya belum pernah menemukan dalil, entah hadits ataupun sunnah dari Rasululloh SAW mengenai hal ini. Usai bersendawa hendaklah mengucapkan hamdalah (Alhamdulillah).

Page 23: Tugas Mandiri Rhinitis

Alasan yang didapatkan mengapa mesti mengucapkan hamdalah adalah bersendawa itu pada hakikatnya mengeluarkan hal (angin) yg buruk dan akan membuat tubuh kita menjadi lebih sehat. Dengan kian sehatnya tubuh kita, maka kita mesti mensyukuri nikmat sehat yg didapat.