skenario dua blok hematologi

13
LI I. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN HEMOGLOBIN LO I.1 MEMAHAMI AN MENJELASKAN STRUKTUR Struktur Hemoglobin Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam selmerah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin adalah suatu protein dalam seldarah merah yang mengantarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan di seluruh tubuh danmengambil karbondioksida dari jaringan tersebut dibawa ke paru untuk dibuang ke udara bebas.Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatumolekul organik dengan satu atom besi. Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkansuatu golongan  p e n y a k i t men u r u n y a n g d i se b u t h e m o g l o b i n o p a t i , d i a n t a r a n y a y an g p a l i n g se r i n g d i t e m u i a d a l a h a n e m i a s e l s a b i t d a n talasemia.Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein (globulin chain) yang terhubung satusama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2beta-globulin chains, sedangkan  p a d a b a y i y a n g ma s i h d a l a m k a n d u n g a n a t a u y a n g su d a h l a h i r t e r d i r i d a r i b e b e r a p a r a n t a i b e t a d a n m o l e k u l hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai HbF. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer(mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan  b e t a y a n g t e r i k a t s e c a r a n on k o v a l e n . S u b u n i t -s u b u n i t n y a m i r i p s e c a r a s t r u k t u r a l d a n b e r u k u r a n h a m p i r s a m a . T i a p subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekultotal tetramernya menjadi sekitar  64,000 Dalton.Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yangmenahan satu atom  b e s i ; a t o m b e s i i n i m e r u p a k a n s i t u s / l o k a i k a t a n o k s i ge n . P o r f i r i n ya n g m e n g a n d u n g b e s i d i s e b u t h e m e T i a p s u b u n i t hemoglobin mengandung satu heme, sehinggasecara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen. Pada molekul hemeinilah zat besi melekat dan menghantarkan oksigen serta karbondioksida melalui darah, zat inipula yang menjadikan darah kita berwarna merah.Hemoglobin juga berperan penting dalam mempertahankan  b e n t u k se l d a r a h y a n g b i k o n k a f , j i k a t e r j a d i g a n g g u a n p a d a b e n t u k s e l d a r a h i n i , m a k a k e l u w e s a n s e l d a r a h merahdalam melewati kapiler jadi kurang maksimal. Hal inilah yang menjadi alasan mengapakekurangan zat besi  b i sa m e n g a k i b a t k a n a n e m i a . N il a i n o r m a l h e m og l ob i n a da l a h s e b ag a i b e r i k u t : Anak-anak 11   13 gr/dl Lelaki dewasa 14   18 gr/dl Wanita dewasa 12   16 gr/dl Jika nilainya kurang dari nilai diatas bisa dikatakan anemia, dan apabila nilainya kelebihan akan mengakibatkan  po l i n e m i s LO I.2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN METABOLISME Heme sebagai metaloporfirin Heme adalah kompleks senyawa protoporfirin IX dengan logam besi yang merupakan gugus prostetik berbagai protein seperti hemoglobin, mioglobin, katalase, peroksidase, sitokrom c dan triptophan pirolase. Kemampuan hemoglobin dan mioglobin mengikat oksigen tergantung pada gugus prostetik ini yang sekaligus memberi warna khas pada kedua hemeprotein tersebut. Heme terdiri atas bagian organik dan suatu atom besi. Bagian organik protoporfirin tersusun dari empat cincin pirol. Keempat nya terikat satu sama lain melalui jembatan metenil, membentuk cincin tetrapirol. Empat rantai samping metil, dua rantai samping vinil dan dua rantai samping propionil terikat kecincin tetrapirol tersebut . Atom besi didalam heme mengikat keempat atom nitrogen dipusat cincin protoporfirin. Atom  besi dapat berbentuk fero (Fe 2+ ) atau feri (Fe 3+ ) sehingga untuk hemoglobin yang  bersangkutan disebut juga seba gai ferohemoglobin dan ferihemoglobin atau methemoglobin. Hanya bila besi dalam bentuk fero, senyawa tersebut dapat mengikat oksigen . Biosintesa  porfirin dan heme

Upload: miamuhpian

Post on 14-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario Dua Blok Hematologi

7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 1/13

LI I. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN HEMOGLOBIN

LO I.1 MEMAHAMI AN MENJELASKAN STRUKTUR 

Struktur Hemoglobin

Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam selmerah dalam darah

mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin adalah suatu protein dalam seldarah merah yang mengantarkan oksigen

dari paru-paru ke jaringan di seluruh tubuh danmengambil karbondioksida dari jaringan tersebut dibawa ke paru

untuk dibuang ke udara bebas.Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme,

suatumolekul organik dengan satu atom besi. Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkansuatu golongan

 penyakit menurun yang disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling seringditemui adalah anemia sel sabit dan

talasemia.Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein (globulin chain) yang terhubung satusama lain.

Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2beta-globulin chains, sedangkan

 pada bayi yang masih dalam kandungan atau yang sudah lahirterdiri dari beberapa rantai beta dan molekul

hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai HbF. Pada manusia dewasa,

hemoglobin berupa tetramer(mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan

 beta yangterikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampirsama. Tiapsubunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekultotal tetramernya menjadi sekitar 

64,000 Dalton.Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yangmenahan satu atom

 besi; atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen. Porfirin yangmengandung besi disebut heme Tiap subunit

hemoglobin mengandung satu heme, sehinggasecara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul

oksigen. Pada molekul hemeinilah zat besi melekat dan menghantarkan oksigen serta karbondioksida melalui darah,

zat inipula yang menjadikan darah kita berwarna merah.Hemoglobin juga berperan penting dalam mempertahankan

 bentuk sel darah yangbikonkaf, jika terjadi gangguan pada bentuk sel darah ini, maka keluwesan sel darah

merahdalam melewati kapiler jadi kurang maksimal. Hal inilah yang menjadi alasan mengapakekurangan zat besi

 bisa mengakibatkan anemia. Nilai normal hemoglobin adalah sebagaiberikut :

Anak-anak 11 – 13 gr/dl

Lelaki dewasa 14 – 18 gr/dlWanita dewasa 12 – 16 gr/dl

Jika nilainya kurang dari nilai diatas bisa dikatakan anemia, dan apabila nilainya kelebihan akan mengakibatkan

 polinemis

LO I.2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN METABOLISME

Heme sebagai metaloporfirin

Heme adalah kompleks senyawa protoporfirin IX dengan logam besi yang merupakan

gugus prostetik berbagai protein seperti hemoglobin, mioglobin, katalase, peroksidase,

sitokrom c dan triptophan pirolase. Kemampuan hemoglobin dan mioglobin mengikat

oksigen tergantung pada gugus prostetik ini yang sekaligus memberi warna khas pada keduahemeprotein tersebut.

Heme terdiri atas bagian organik dan suatu atom besi. Bagian organik protoporfirin

tersusun dari empat cincin pirol. Keempat nya terikat satu sama lain melalui jembatan

metenil, membentuk cincin tetrapirol. Empat rantai samping metil, dua rantai samping vinil

dan dua rantai samping propionil terikat kecincin tetrapirol tersebut .

Atom besi didalam heme mengikat keempat atom nitrogen dipusat cincin protoporfirin. Atom

 besi dapat berbentuk fero (Fe2+

) atau feri (Fe3+

) sehingga untuk hemoglobin yang

 bersangkutan disebut juga sebagai ferohemoglobin dan ferihemoglobin atau methemoglobin.

Hanya bila besi dalam bentuk fero, senyawa tersebut dapat mengikat oksigen . Biosintesa

 porfirin dan heme

Page 2: Skenario Dua Blok Hematologi

7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 2/13

Langkah awal biosintesa porfirin pada mamalia ialah kondensasi suksinil ko-A yang

 berasal dari siklus asam sitrat dalam mitokondria dengan asam amino glisin membentuk asam

α amino β ketoadipat, dikatalisis oleh χ amino levulenat sintase dan memerlukan piridoksal

 phosfat untuk mengaktifkan glisin. Asam diatas segera mengalami dekarboksilasi membentuk 

χ amino levulenat atau sering disingkat ALA. Enzym ALA sintase merupakan enzym

 pengendali kecepatan reaksi .Didalam sitosol 2 molekul ALA berkondensasi dan mengalami reaksi dehidrasi

membentuk porfobilinogen/PBG yang dikatalisis oleh ALA dehidratase.

4 molekul PBG berkondensasi membentuk hidroksi metil bilana, suatu tetrapirol linier 

oleh enzym uroporfirinogen I sintase atau disebut juga PBG deaminase kemudian terjadi

reaksi siklisasi spontan membentuk uroporfirinogen, suatu tetrapirol siklik. Pada keadaan

normal uroporfirinogen I sintase adalah kompleks enzym dengan uroporfirinogen III

kosintase sehingga kerja kedua kompleks enzym tersebut akan membentuk uroporfirinogen

III, yang mempunyai susunan rantai samping asimetris. Bila kompleks enzym abnormal atau

hanya terdapat enzym sintase saja, di bentuk uroporfirinogen I yaitu suatu bentuk isomer 

simetris yang tidak fisiologis.

Rangka porfirin sekarang telah terbentuk, uroporfirinogen I atau III mengalamidekarboksilasi membentuk koproporfirinogen I atau III dengan melepas 4 molekul CO

2

hingga rantai samping asetat pada uroporfinogen menjadi metil, reaksi ini dikatalisis oleh

uroporfirinogen dekarboksilase. Hanya koproporfirinogen III yang dapat kembali masuk 

kemitokondria, mengalami dekarboksilasi dan oksidasi membentuk protoporfirinogen III oleh

enzym koproporfirinogen oksidase, dimana dua rantai samping propionat koproporfirinogen

menjadi vinil.

Protoporfirinogen III dioksidasi menjadi protoporfirin III oleh protoporfirinogen

oksidase yang memerlukan oksigen. Protoporfirin III diidentifikasi sebagai isomer porfirin

seri IX dan disebut juga dengan protoporfirin IX. Porfirin tipe I dan III dibedakan berdasar 

simetris tidaknya gugus substituen seperti asetat, propionat dan metil pada cincin pirol ke IV.Penggabungan besi (Fe

2+) ke protoporfirin IX yang dikatalisa oleh Heme sintase atau

Ferro katalase dalam mitokondria akan membentuk heme.

Porfiria

Penyakit turunan atau bisa berupa penyakit yang didapat yang disebabkan oleh

defisiensi salah satu enzym pada jalur biosintesa heme dan mengakibatkan penumpukan dan

 peningkatan porfirin atau prazatnya dijaringan atau didalam urine. Kelainan ini jarang

dijumpai tapi perlu dipikirkan dalam keadaan tertentu misalnya sebagai diagnosa banding

 pada penyakit dengan keluhan nyeri abdomen, fotosensitivitas dan gangguan psikiatri .

Porfiria dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu :

1. Porfiria eritropoetik 

2. Porfiria hepatik 3. Protoporfiria (gabungan)

Porfiria eritropoetik, merupakan kelainan kongenital. Terjadi karena ketidak seimbangan

enzym kompleks uroporfirinogen sintase dan kosintase. Pada jenis porfiria ini dibentuk 

uroporfirinogen I yang tidak diperlukan dalam jumlah besar. Juga terjadi penumpukan

uroporfirin I, koproporfirin I dan derivat simetris lainnya. Penyakit ini diturunkan secara

otosomal resesif dan memunculkan fenomena berupa eritrosit yang berumur pendek, urine

 pasien merah karena ekskresi uroporfirin I dalam jumlah besar, gigi yang berfluoresensi

merah karena deposisi porfirin dan kulit yang hipersensitif terhadap sinar karena porfirin

yang diaktifkan cahaya bersifat sangat reaktif .

Porfiria hepatik dibagi menjadi beberapa jenis antara lain :- Intermitten acute porfiria ( IAP )

Page 3: Skenario Dua Blok Hematologi

7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 3/13

- Koproporfiria herediter 

- Porfiria variegata

- Porfiria cutanea tarda

- Porfiria toksik 

IAP terjadi karena defisiensi partial uroporfirinogen I sintase, diturunkan secara

otosomal dominan. Pada penyakit ini dijumpai ekskresi porfobilinogen dan asam aminolevulenat yang meningkat menyebabkan urine berwarna gelap.

Koproporfiria herediter terjadi karena defisiensi partial koproporfirinogen oksidase,

diturunkan secara otosomal dominan. Terdapat peningkatan ekskresi koproporfirinogen dan

menyebabkan urine berwarna merah.

Porfiria variegata terjadi karena defisiensi partial protoporfirinogen oksidase,

diturunkan secara otosomal dominan. Terdapat peningkatan ekskresi hampir seluruh zat-zat

antara sintesa heme.

Porfiria cutanea tarda terjadi karena defisiensi partial uroporfirinogen dekarboksilasi,

diturunkan secara otosomal dominan. Terdapat peningkatan ekskresi uroporfirin yang bila

terpapar cahaya menyebabkan urine berwarna merah. Porfiria ini paling sering dijumpai

dibanding yang lainnya .Porfiria toksik atau akuisita disebabkan oleh obat atau zat toksik seperti griseofulvin,

 barbiturat, heksachlorobenzene, Pb dan sebagainya.

Protoporfiria atau protoporfiria gabungan dikarenakan terjadinya defisiensi partial

ferrokatalase, diturunkan secara autosomal dominan. Terdapat peningkatan ekskresi

 protoporfirin dalam urine.

Gejala klinis yang dapat muncul dapat dikelompokkan dalam dua patogenesa yaitu bila

kelainan enzym sintesa heme menyebabkan penumpukan asam amino levulenat dan

 porfobilinogen disel atau cairan tubuh akan menghambat kerja ATP ase dan meracuni neuron

sehingga menimbulkan gejala-gejala neuro-psikiatri sedangkan bila kelainan enzym sintesa

heme menyebabkan penumpukan porfirinogen dikulit dan dijaringan lain akan teroksidasi

spontan membentuk porfirin yang apabila terpapar dengan cahaya, porfirin akan bereaksi

dengan O2

molekuler membentuk suatu radikal bebas yang sangat reaktif dan merusak 

 jaringan atau kulit dimana porfirin terdeposisi, peristiwa ini memunculkan gejala-gejala

fotosensitivitas.

Therapi yang dapat diberikan hanyalah bersifat symptomatik karena therapi kausal

yang bersifat genetik masih sulit dikerjakan. Obat yang dapat dipakai dan beberapa tindakan

yang dianjurkan seperti misalnya hindari preparat atau obat yang merangsang aktifitas

sitokrom P- 450 seperti obat anestesia, alkohol, steroid dan lain-lain. Hindari zat-zat toksik 

 penyebab porfiria. Pemberian zat-zat seperti glukosa dan hematin yang menekan kerja ALA

sintase untuk menghambat pembentukan pra zat porfirin. Pemberian anti oksidan seperti

karoten, vitamin E dan C juga dapat dianjurkan pemakaian tabir surya guna menggurangi pemaparan terhadap cahaya.

Katabolisme heme

Dalam keadaan fisiologis, masa hidup erytrosit manusia sekitar 120 hari, eritrosit

mengalami lisis 1-2×108

setiap jamnya pada seorang dewasa dengan berat badan 70 kg,

dimana diperhitungkan hemoglobin yang turut lisis sekitar 6 gr per hari. Sel-sel eritrosit tua

dikeluarkan dari sirkulasi dan dihancurkan oleh limpa. Apoprotein dari hemoglobin

dihidrolisis menjadi komponen asam-asam aminonya.

Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel

oleh sistem enzym yang kompleks yaitu heme oksigenase yang merupakan enzym dari

keluarga besar sitokrom P450. Langkah awal pemecahan gugus heme ialah pemutusan

 jembatan α metena membentuk biliverdin, suatu tetrapirol linier. Besi mengalami beberapakali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini memerlukan oksigen dan NADPH. Pada

Page 4: Skenario Dua Blok Hematologi

7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 4/13

akhir reaksi dibebaskan Fe3+

yang dapat digunakan kembali, karbon monoksida yang berasal

dari atom karbon jembatan metena dan biliverdin. Biliverdin, suatu pigmen berwarna hijau

akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang menggunakan NADPH sehingga rantai metenil

menjadi rantai metilen antara cincin pirol III – IV dan membentuk pigmen berwarna kuning

yaitu bilirubin. Perubahan warna pada memar merupakan petunjuk reaksi degradasi ini.

Bilirubin bersifat lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan biliverdin. Pada reptil,

amfibi dan unggas hasil akhir metabolisme heme ialah biliverdin dan bukan bilirubin seperti

 pada mamalia. Keuntungannya adalah ternyata bilirubin merupakan suatu anti oksidan yang

sangat efektif, sedangkan biliverdin tidak. Efektivitas bilirubin yang terikat pada albumin

kira-kira 1/10 kali dibandingkan asam askorbat dalam perlindungan terhadap peroksida yang

larut dalam air. Lebih bermakna lagi, bilirubin merupakan anti oksidan yang kuat dalam

membran, bersaing dengan vitamin E.

Bilirubin dirubah menjadi bentuk larut

Dalam setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin. Perhari

 bilirubin dibentuk sekitar 250 – 350 mg pada seorang dewasa, berasal dari pemecahanhemoglobin, proses erytropoetik yang tidak efekif dan pemecahan hemprotein lainnya.

Bilirubin dari jaringan retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit larut dalam plasma dan air.

Bilirubin ini akan diikat nonkovalen dan diangkut oleh albumin ke hepar. Dalam 100 ml plasma hanya lebih kurang 25 mg bilirubin yang dapat diikat kuat pada albumin. Bilirubin

yang melebihi jumlah ini hanya terikat longgar hingga mudah lepas dan berdiffusi kejaringan.

Bilirubin yang sampai dihati akan dilepas dari albumin dan diambil pada permukaan sinusoid

hepatosit oleh suatu protein pembawa yaitu ligandin. Sistem transport difasilitasi ini

mempunyai kapasitas yang sangat besar tetapi penggambilan bilirubin akan tergantung pada

kelancaran proses yang akan dilewati bilirubin berikutnya.

Bilirubin nonpolar akan menetap dalam sel jika tidak diubah menjadi bentuk larut. Hepatositakan mengubah bilirubin menjadi bentuk larut yang dapat diekskresikan dengan mudah

kedalam kandung empedu. Proses perubahan tersebut melibatkan asam glukoronat yang

dikonjugasikan dengan bilirubin, dikatalisis oleh enzym bilirubin glukoronosiltransferase.

Hati mengandung sedikitnya dua isoform enzym glukoronosiltransferase yang terdapat

terutama pada retikulum endoplasma. Reaksi konjugasi ini berlangsung dua tahap,

memerlukan UDP asam glukoronat sebagai donor glukoronat. Tahap pertama akan

membentuk bilirubin monoglukoronida sebagai senyawa antara yang kemudian dikonversi

menjadi bilirubin diglukoronida yang larut pada tahap kedua.

Ekskresi bilirubin larut kedalam saluran dan kandung empedu berlangsung dengan

mekanisme transport aktif yang melawan gradien konsentrasi. Dalam keadaan fisiologis,seluruh bilirubin yang diekskresikan ke kandung empedu berada dalam bentuk terkonjugasi.

Pembentukan urobilin

Bilirubin terkonjugasi yang mencapai ileum terminal dan kolon dihidrolisa oleh enzym

 bakteri β glukoronidase dan pigmen yang bebas dari glukoronida direduksi oleh bakteri usus

menjadi urobilinogen, suatu senyawa tetrapirol tak berwarna. Sejumlah urobilinogen

diabsorbsi kembali dari usus ke perdarahan portal dan dibawa keginjal kemudian dioksidasi

menjadi urobilin yang memberi warna kuning pada urine. Sebagian besar urobilinogen berada

 pada feces akan dioksidasi oleh bakteri usus membentuk sterkobilin yang berwarna kuning

kecoklatan. Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana konsentrasi bilirubin darah melebihi 1 mg/dl.

Pada konsentrasi lebih dari 2 mg/dl, hiperbilirubinemia akan menyebabkan gejala ikterik atau

Page 5: Skenario Dua Blok Hematologi

7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 5/13

 jaundice. Ikterik atau jaundice adalah keadaan dimana jaringan terutama kulit dan sklera mata

menjadi kuning akibat deposisi bilirubin yang berdiffusi dari konsentrasinya yang tinggi

didalam darah.

Hiperbilirubinemia dikelompokkan dalam dua bentuk berdasarkan penyebabnya yaitu

hiperbilirubinemia retensi yang disebabkan oleh produksi yang berlebih dan

hiperbilirubinemia regurgitasi yang disebabkan refluks bilirubin kedalam darah karenaadanya obstruksi bilier.

Hiperbilirubinemia retensi dapat terjadi pada kasus-kasus haemolisis berat dan gangguan

konjugasi. Hati mempunyai kapasitas mengkonjugasikan dan mengekskresikan lebih dari

3000 mg bilirubin perharinya sedangkan produksi normal bilirubin hanya 300 mg perhari.

Hal ini menunjukkan kapasitas hati yang sangat besar dimana bila pemecahan heme

meningkat, hati masih akan mampu meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin larut.

Akan tetapi lisisnya eritrosit secara massive misalnya pada kasus sickle cell anemia ataupun

malaria akan menyebabkan produksi bilirubin lebih cepat dari kemampuan hati

mengkonjugasinya sehingga akan terdapat peningkatan bilirubin tak larut didalam darah.

Peninggian kadar bilirubin tak larut dalam darah tidak terdeteksi didalam urine sehingga

disebut juga dengan ikterik acholuria.Pada neonatus terutama yang lahir premature peningkatan bilirubin tak larut terjadi

 biasanya fisiologis dan sementara, dikarenakan haemolisis cepat dalam proses penggantian

hemoglobin fetal ke hemoglobin dewasa dan juga oleh karena hepar belum matur, dimana

aktivitas glukoronosiltransferase masih rendah. Apabila peningkatan bilirubin tak larut ini

melampaui kemampuan albumin mengikat kuat, bilirubin akan berdiffusi ke basal ganglia

 pada otak dan menyebabkan ensephalopaty toksik yang disebut sebagai kern ikterus.

Beberapa kelainan penyebab hiperbilirubinemia retensi diantaranya seperti Syndroma

Crigler Najjar I yang merupakan gangguan konjugasi karena glukoronil transferase tidak 

aktif, diturunkan secara autosomal resesif, merupakan kasus yang jarang, dimana didapati

konsentrasi bilirubin mencapai lebih dari 20 mg/dl.

Syndroma Crigler Najjar II, merupakan kasus yang lebih ringan dari tipe I, karena

kerusakan pada isoform glukoronil transferase II, didapati bilirubin monoglukoronida

terdapat dalam getah empedu.

Syndroma Gilbert, terjadi karena haemolisis bersama dengan penurunan uptake

 bilirubin oleh hepatosit dan penurunan aktivitas enzym konjugasi dan diturunkan secara

autosomal dominan.

Hiperbilirubinemia regurgitasi paling sering terjadi karena terdapatnya obstruksi pada

saluran empedu, misalnya karena tumor, batu, proses peradangan dan sikatrik. Sumbatan

 pada duktus hepatikus dan duktus koledokus akan menghalangi masuknya bilirubin keusus

dan peninggian konsentrasinya pada hati menyebabkan refluks bilirubin larut ke vena

hepatika dan pembuluh limfe. Bentuknya yang larut menyebabkan bilirubin ini dapatterdeteksi dalam urine dan disebut sebagai ikterik choluria. Karena terjadinya akibat

sumbatan pada saluran empedu disebut juga sebagai ikterus kolestatik. Bilirubin terkonjugasi

dapat terikat secara kovalen pada albumin dan membentuk θ bilirubin yang memiliki waktu

 paruh.

Page 6: Skenario Dua Blok Hematologi

7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 6/13

(T1/2

) yang panjang mengakibatkan gejala ikterik dapat berlangsung lebih lama dan

masih dijumpai pada masa pemulihan.

Beberapa kelainan lain yang menyebabkan hiperbilirubinemia regurgitasi adalah

Syndroma Dubin Johnson, diturunkan secara autosomal resesif, terjadi karena adanya defek 

 pada sekresi bilirubin terkonjugasi dan estrogen ke sistem empedu yang penyebab pastinya

 belum diketahui.Syndroma Rotor, terjadi karena adanya defek pada transport anion an organik 

termasuk bilirubin, dengan gambaran histologi hati normal, penyebab pastinya juga belum

dapat diketahui.

Hiperbilirubinemia toksik adalah gangguan fungsi hati karena toksin seperti chloroform,

arsfenamin, asetaminofen, carbon tetrachlorida, virus, jamur dan juga akibat cirhosis.

Kelainan ini sering terjadi bersama dengan terdapatnya obstruksi. Gangguan konjugasi

muncul besama dengan gangguan ekskresi bilirubin dan menyebabkan peningkatan kedua

 jenis bilirubin baik yang larut maupun yang tidak larut.

Terapi phenobarbital dapat menginduksi proses konjugasi dan ekskresi bilirubin dan menjadi

 preparat yang menolong pada kasus ikterik neonatus tapi tidak pada sindroma Crigler najjar.

Phototerapi dengan cahaya dapat merubah bilirubin menjadi lebih polar dan merubahnya

menjadi beberapa isomer yang larut dalam air meskipun tampa konjugasi dengan asam

glukoronida sehingga dapat diekskresikan keempedu. Kasus obstruksi umumnya ditangani

dengan tindakan bedah.

LI II. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN THALASEMIA

LI II.1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN DEFINISI

Thalassemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang dimaksuddengan laut tersebut ialah Laut

Tengah, oleh karena penyakit ini pertama kali dikenal di daerahsekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama sekaliditemukan oleh seorang dokter di Detroit USAyang bernama Thomas B. Cooley pada tahun 1925. Thalassemia

adalah suatu kelompok anemiahemolitik kongenital herediter yang diturunkan secara autosomal, disebabkan oleh

kekurangansintesis rantai polipeptid yang menyusun molekul globin dalam hemoglobin,Thalassemia adalah

 penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesif menuruthukum Mendel dari orang tua kepada anak-

anaknya. Penyakit thalassemia meliputi suatukeadaan penyakit dari gelaja klinis yang paling ringan (bentuk 

heterozigot) yang disebutthalassemia minor atau thalassemia trait (carrier = pengemban sifat) hingga yang paling

 berat(bentuk homozigot) yang disebut thalassemia mayor. Bentuk heterozigot diturunkan oleh salahsatu orang tuanya

yang mengidap penyakit thalassemia, sedangkan bentuk homozigot diturunkanoleh kedua orang tuanya yang

mengidap penyakit thalassemia.

ETIOLOGI-FAKTOR RISIKOFactor genetic yaitu factor perkawinan antara dua heterozigot (carier) yang menghasilkanketurunan Thalasemia

(homozigot). Faktor Risiko :

-  Anak dengan orang tua yang memiliki gen thalassemia

-  Anak dengan salah satu/kedua orang tua thalasemia minor 

-  Anak dengan salah satu orang tua thalasemia

-  Resiko laki-laki atau perempuan untuk terkena sama

- Thalassemia Beta mengenai orang asli dari Mediterania atau ancestry (Yunani, Italia,Ketimuran Pertengahan) dan

orang dari Asia dan Afrika Pendaratan

- Alfa thalassemia kebanyakan mengenai orang tenggara Asia, Orang India, Cina, atauorang Philipina.

LI II.2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN EPIDEMIOLOGI

Page 7: Skenario Dua Blok Hematologi

7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 7/13

Di seluruh dunia, thalassemia adalah suatu penyakit yang umum terdapat pada manusia.

Thalassemia mengenai seluruh kelompok etnik di kebanyakan negara di seluruh dunia.

Sebagai contoh, di Siprus, satu dari tujuh individu adalah sebagai pembawa genetik 

thalassemia, yang akan menyebabkan 49 pernikahan diantara pembawagenetik thalassemia

menghasilkan 158 kasus thalassemia mayor yang baru.15 Sebuah studi longitudinal jangka

 panjang di German yang dijalankan oleh Elisabeth Konne dan Enno Kleihauer dari 1971sampai dengan 2007 telah mendapati daripada 34.228 orang, 34% dari mereka yang diteliti

ditemukan memiliki sebuah hemoglobinopati.Sebagian besar kasus melibatkan thalassemia

(25798 kasus, 25,6%) dan kelainan struktural hemoglobin (8.430 kasus, 8,4%).39 Dari

sebuah studi yang dilakukan oleh M. Sengupta pada penduduk desa di India, daripada 4635

komunitas etnis, lima mutasi umum dan 12 mutasi langka telah dilaporkan.45 Dari sebuah

studi survei skala besar di Cina yang dilakukan oleh Yi-Tao Zeng dan Shu-Zhen Huang,

dalam dua dekade terakhir ini, dari satu juta orang di 28 provinsi, kasus α-thalassemia yang

dilaporkan adalah 2,64% dan untuk β-thalassemia adalah 0,66%.46Dalam satu studi yang

dilakukan di Inggris oleh Hickman Met al, sekitar 3000 bayi yang lahir (0,47%) membawa

sifat sickle cell dan 2800 (0,44%) membawa sifat thalassemia pertahun. Sekitar 178 (0,28 per 

1000 kelahiran) mempunyai penyakit sickle cell(SCD) dan 43 (0,07 per 1000 kelahiran)mempunyai kelainan thalassemia beta mayor / intermedia.47

Perubahan tengkorak lebih konsisten berat pada pasien dengan thalassemia mayor 

dibandingkan pada mereka dengan kondisi lainnya yang menghasilkan hiperplasia sumsum

tulang. Dalam sebuah penelitian terhadap 60 pasien (usia 11-16 tahun) dengan thalassemia,

Wisetsin mengamati bahwa lima (8,3%) memiliki penampilan ’hair -on-end’.2-3 Dalam satu

 penelitian yang dijalankan tentang kelainan yang terdapat pada thalassemia, gambaran

radiologi yang dijumpai adalah 83% merupakan perubahan pada trabekular, 65% adalah

 penipisan dari lamina dura, dan 33% adalah penampilan hair-on-end

LI II.3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KLASIFIKASI

Di indonesia talasemia merupakan penyakit terbanyak di antara golongan anemia hemolitik 

dengan penyebab intrakorpuskuler.

Secara molekuler thalasemia dibedakan atas :

1. Thalasemia-α (gangguan pembentuakan rantai α).

2. Thalasemia-β (gangguan pembentukan rantai β).

3. Thalasemia- β-δ (gangguan pembentukan rantai β dan δ yang letak gen nya di duga

 berdekatan ).

4. Thalasemia –δ (gangguan pembentukan rantai δ).Secara Klinis thalasemia dibedakan atas :

Carrier Hematologi normal

Thalassemia Trait anemia ringan dengan mikrositik dan

hipokromik.

(α-thalassemia trait atau β-thalassemia trait)

Hemoglobin H Disease anemia hemolitik menuju ke berat

(α-thalassemia)

Atau

Hemoglobin H – Constant Spring ikterus dan spleenomegali

Thalassemia Major anemia berat, hepatosleenomegali.

Thalassemia Intermedia beberapa jenis thalasemia tanpa terapitranfusi regular.

Page 8: Skenario Dua Blok Hematologi

7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 8/13

 

1.  Thalasemia beta

Merupakan anemia yang sering dijumpai yang diakibatkan oleh defek yang

diturunkan dalam sintesis rantai beta hemoglobin.

Thalasemia beta meliputi:

a.  Thalasemia beta mayor 

Bentuk homozigot merupakan anemia hipokrom mikrositik yang berat

dengan hemolisis di dalam sumsum tulang dimulai pada tahun pertama

kehidupan.Kedua orang tua merupakan pembawa “ciri”. Gejala  – gejala bersifat

sekunder akibat anemia dan meliputi pucat, wajah yang karakteristik akibat

 pelebaran tulang tabular pada tabular pada kranium, ikterus dengan derajat yang

 bervariasi, dan hepatosplenomegali.

 b.  Thalasemia Intermedia dan minor 

Pada bentuk heterozigot, dapat dijumpai tanda  – tanda anemia ringan dansplenomegali. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan kadar Hb bervariasi,

normal agak rendah atau meningkat (polisitemia). Bilirubin dalam serum

meningkat, kadar bilirubin sedikit meningkat.

2.  Thalasemia alpa

Merupakan thalasemia dengan defisiensi pada rantai a

LI II.4 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ETIOLOGI

Thalassemia terjadi akibat adanya perubahan pada gen globin pada kromosom manusia. Gen

globin adalah bagian dari sekelompok gen yang terletak pada kromosom 11. Bentuk daripada

gen beta-globin ini diatur oleh locus control region (LCR). Berbagai mutasi pada gen atau

 pada unsur-unsur dasargen menyebabkan cacat pada inisiasi atau pengakhiran transkripsi,

 pembelahan RNA yang abnormal, substitusi, dan frameshifts. Hasilnya adalah penurunan

atau pemberhentian daripada penghasilan rantai beta-globin, sehingga menimbulkan sindrom

thalassemia beta.1,21-23,37

Mutasi Beta-zero (β0) ditandai dengan tidak adanya produksi beta-globin, yang biasanya

akibat mutasi nonsense, frameshift, atau splicing.Sedangkan mutasi beta-plus(β+) ditandai

dengan adanya produksi beberapa beta-globin tetapi dengan sedikit cacat splicing. Mutasi

yang spesifik memiliki beberapa hubungan dengan faktor etnis atau kelompok berbeda yang

lazim di berbagai belahan dunia. Seringkali, sebagian besar individu yang mewarisi penyakitini mengikuti pola resesif autosomal, dengan individu heterozigot memiliki kelainan gen

tersebut, sedangkan pada individu heterozigot atau individu compound homozigot, kelainan

itu memanifestasi sebagai penyakitbeta-thalassemiamayoratauintermedia. .

Cara penurunan penyakit Thalassemia adalah :

Apabila kedua orang tua tidak menderita Thalassemia trait/bawaan, maka tidak mungkin

mereka menurunkan Thalassemia trait/bawaan atau Thalassemia mayor kepada anak-anak 

meraka. Semua anak-anak mereka akan mempunyai darah yang normal namun jika salah

seorang dari orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan, sedangkan yang lainnya tidak 

maka satu dibanding dua (50%) kemungkinannya bahwa setiap anak-anak mereka akanmenderita Thalassemia trait/bawaan, tetapi tidakseseorangiantaraanak-

Page 9: Skenario Dua Blok Hematologi

7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 9/13

anakmerekaThalassemiamayor.

Tetapi dari kedua orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan, maka anak-anak mereka

mungkin akan menderita thalassemia trait/bawaan atau mungkin juga memiliki darah yang

normal, atau mereka mungkin menderita Thalassemia mayor.Dari keterangan diatas dapat

dilihat bahwa kemungkinan anak dari pasangan pembawa sifat thalassemia beta adalah 25%

normal, 50% pembawa sifat thalassemia beta, dan 25% thalassemia beta mayor (anemia berat).

LI II.5 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PATOFISIOLOGI

Mutasi pada β-Thalassemia meliputi delegi gen globin, mutasi daerah promotor, penghentian

mutasi dan mutasi lainnya. Terdapat relatif sedikit mutasi pada α -Thalassemia. Penyebab

utama adalah terdapatnya ketidakseimbangan rantai globin. Pada sumsum tulang mutasi

thalasemia mengganggu pematangan sel darah merah, sehingga tidak efektifnya eritropoiesis

akibat hiperaktif sumsum tulang, terdapat pula sedikit Retikulosit dan anemia berat. Pada β -

thalasemia terdapat kelebihan rantai globin α-yang relatif terhadap β- dan γ-globin; tetramers-

globin α (α4) terbentuk, dan ini berinteraksi dengan membran eritrosit sehinggamemperpendek hidup eritrosit, yang mengarah ke anemia dan meningkatkan produksi

erythroid. Rantai globin γ-diproduksi dalam jumlah yang normal, sehingga menyebabkan

 peningkatan Hb F (γ2 α2). Rantai δ-globin juga diproduksi dalam jumlah normal, Hb A2

meningkat (α2 δ2) di β-Thalassemia. Pada α-talasemia terdapat lebih sedikit-globin rantai α

dan β- berlebihan dan rantai γ-globin. Kelebihan rantai ini membentuk  hb Bart (γ4) dalam

kehidupan janin dan Hb H (β4) setelah lahir. Tetramers abnormal ini tidak mematikan tetapi

mengakibatkan hemolisis extravascular.

Thalasemia –α

Seperti telah disebutkan diatas terdapat 2 gen α pada tiap haploid kromosom, sehingga dapat

di duga terjadi 4 macam kelainan pada thalasemia- α. Kelainan dapat terjadi pada 1 atau 2

gen pada satu kromosom atau beberapa gen pada seorang individu sehat. Penelitian akhir akhir ini menunjukkan bahwa pada kelainan α- thalasemia-1 tidak terbentuk rantai- α sama

sekali, sedangkan α –  thalasemia- 2 masih ada sedikit pembentukan rantai- α tersebut. Atas

dasar tersebut, α-thalasemia-1 dan α-thalasemia-2 sekarang disebut α0- dan α-+- thalasemia.

Disamping kelainan pada pembentukan rantai α ini terdapat pu la kelainan struktural pada

rantai α. Yang paling banyak di temukan ialah Hb constant spring. Pada Hb constant spring

terdapat rantai α dengan 172 asam amino, berarti 31 asam amino lebih panjang daripada

rantai α biasa. Kombinasi heterozigot antara α0- thalasemia dengan α-+- thalasemia atau α0-

thalasemia dengan Hb constant spring akan menimbulkan penyakit HbH. Pada thalasemia α

akan terjadi gejala klinis bila terdapat kombinasi gen α0- thalasemia dengan gen- - lainnya.

Homozigot α_+_ thalasemia hanya menim bulkan anemia yang sangan ringan denganhipokromia eritrosit. Bentuk homozigot Hb constant spring juga tidak menimbulkan gejala

yang nyata, hanya anemia ringan dengan kadang kadang disertai spleenomegali ringan. 4

Pada fetus kekurangan rantai  –α menyebabk an rantai-δ yang berlebihan sehingga akan

terbentuk tetramer δ 4 (Hb Bart’s) sedangkan pada anak besar atau dewasa, kekurangan

rantai- α ini menyebabkan rantai–   β yang berlebihan hingga akan terbentuk tetramer β 4

(HbH). Jadi adanya nya Hb bart’s dan HbH pada elektroforesis merupakan petunjuk terhadap

adanya thalasemia α. Yang sulit ialah mengenal bentuk heterozigot α- thalasemia. Bentuk 

heterozigot α0- thalasemia memberikan gambaran darah tepi serupa dengan bentuk 

heterozigot thalasemia seperti mikrositosis dan peninggian resistensi osmotik. 8

Pada Hidrops fetalis, biasanya bayi telah mati pada usia kehamilan 28-40 minggu atau lahir 

hidup untuk beberapa jam kemudian meninggal. Bayi akan tampak anemia dengan kadar Hb6-8 g%, sediaan hapusan darah tepi memperlihatkan hipokromia dengan tanda tanda

Page 10: Skenario Dua Blok Hematologi

7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 10/13

anisositosis, poikilositosis, banyak normoblas dan retikulositosis. Pada pemeriksaan

eritroporesis darah, akan ditemukan Hb bart’s sebanyak kira kira 80%. Tidak ditemukan HbF

Maupun HbA. 4

Pada penyakit HbH, biasanya ditemukan anemia dengan pembesaran limpa. Anemia biasa

nya tidak membutuhkan tranfusi darah. Mudah terjadi serangan hemolisis akut pada serangan

infeksi berat. Kadar Hb biasanya 7-10 g%. Sediaan darah tepi biasanya menunjukkan tandatanda hipokromia. Terdapat pula retikulositosis (5-10%) dan ditemukan inclusion bodies,

 pada sediaan hapus darah tepi yang di inkubasi dengan biru brilian kresil. Pada elektroforesis

ditemukan adanya HbA, H, A2 dan sedikit Hb Bart’s. HbH jumlanya sekitar 5-40%, kadang

kadang kurang atau lebih dari variasi itu. Pada pemeriksaan sintesis rantai globulin (in vitro)

dari retikulosis terdapat ketidak seimbangan antara pembentukan rantai- α / β yaitu antara 0,5

sampai 0,25. Dalam keadaan normal rasio α / β ialah 1. 

Thalasemia- β (Thalasemia major, cooley anemia)

Bentuk ini lebih heterogen dibandingkan thalasemia α, tetapi untuk kepentingan klinis

umumnya dibedakan antara thalasemia β0 dan thalasemia β+. Pada β0 thalasemia tidak 

dibentuk rantai globin sama skali, sedangkan β+ thalasemia terdapat pengurangan (10-50%)daripada produksi rantai globin β tersebut. Pembagian selanjutnya adalah kadar HbA2 yang

normal baik pada β0 maupun β+- thalasemia dalam bentuk heterozigotnya. Bentuk 

homozigot dari β0 atau campuran antara β0 dengan β+ -thalasemia yang berat akan

menimbulkan gejala klinis yang berat yang memerlukan tranfusi darah sejak permulaan

kehidupannya. Tapi kadang kadang bentuk campuran ini memberi gejala klinis ringan dan

disebut thalasemia intermedia.4

Bentuk β-Thalasemia sindrom lain nya.8

Sindrom talasemia β- digolongkan menjadi enam kelompok: β-thalasemia, δβ- thalasemia, γ-

thalasemia, δ- thalasemia, εγδβ- thalasemia, dan sindrom HPFH. Sebagian besar thalasemia

relatif langka, hanya beberapa yang ditemukan dalam kelompok keluar ga. β- thalasemia juga

dapat diklasifikasikan secara klinis sebagai sifat talasemia, minimum, ringan, menengah, dan besar dari tingkat anemia. Klasifikasi genetik tidak selalu menentukan fenotipe, dan derajat

anemia tidak selalu memprediksi klasifikasi genetik.

Thalasemia intermedia dapat berupa kombinasi dari mutasi β- thalasemia (β0 / β, β0 /

βvariant, E/β0), yang akan menyebabkan fenotipe anemia mikrositik dengan Hb sekitar 7 g /

dL. Terdapat kontroversi mengenai apakah dilakukan tranfusi pada anak-anak ini. Mereka

 pasti akan mengembangkan derajat hiperplasia meduler, hemosiderosis gizi mungkin

membutuhkan chelation, splenomegali, dan komplikasi lain thalasemia dengan kelebihan zat

 besi. Hematopoiesis Extramedullary dapat terjadi dalam kanalis vertebralis, penekanan saraf 

oleh tulang belakang dan menyebabkan gejala neurologis, kedua adalah darurat medis yang

membutuhkan terapi radiasi langsung lokal untuk menghentikan eritropoiesis. Transfusi akan

meringankan manifestasi thalasemia dan mempercepat kebutuhan chelation. splenektomi

menempatkan anak berisiko terinfeksi dan hipertensi paru.

Thalasemia diklasifikasikan sebagai minimum dan ringan biasanya heterozigot (β0 / β, β / β)

yang memiliki fenotipe yang lebih parah dari sifat tetapi tidak separah intermedia. Anak-anak 

ini harus diselidiki untuk genotipe dan dimonitor untuk akumulasi besi. β- thalasemia

dipengaruhi oleh keberadaan-Thalassemia α: α-thalassemia menyebabkan anemia dengan

sifat kurang parah dan digandakan gen α (ααα / αα (menyebabkan talasemia yang lebih berat.

Orang yang berada dalam kelompok-kelompok ini memerlukan transfusi pada masa remaja

atau dewasa, Beberapa mungkin menjadi kandidat untuk kemoterapi seperti hydroxyurea.

Sifat thalasemia sering misdiagnosis sebagai kekurangan zat besi pada anak-anak. Sebuah

kursus singkat dari besi dan re-evaluasi, semua yang diperlukan untuk memisahkan anak-anak yang perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut. Anak anak yang memiliki sifat β -

Page 11: Skenario Dua Blok Hematologi

7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 11/13

Thalasemia akan memiliki lebar sel darah merah terdistribusi dan pada elektroforesis Hb

memiliki HbF tinggi dan diagnose di tinggikan HbA2. Terdapat istilah "silent" bentuk sifat

thalasemia dan jika sejarah keluarga adalah sugestif, studi lebih lanjut dapat diindikasikan.

LI II.6 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MANIFESTASI KLINIK 

Thalasemia mayor 

Anemia berat menjadi nyata pada umur 3-6 bulan setelah lahir dan tidak dapat hiduyptanpa ditransfuse. Pembesaran

hati dan limfa terjadi karena penghancuran sel darah merahberlebihan, haemopoesis ekstra medular dan kelebihan

 beban besi. Limpa yang membesarmeningkatkan kebutuhan darah dengan menambah penghancuran sel darah

merah danpemusatan (pooling) dan dengan menyebabkan pertambahan volume plasma. Perubahanpada tulang

karena hiperaktivitas sum-sum merah berupa detormitas dan fraktur spontan,terutama kasus yang tidak atau kurang

mendapat tranfuse darah. Deformitas tulang,disamping mengakibatkan muka mongoloid, dapat menyebabkan

 pertumbuhan berlebihantulang frontal dan zigomantion serta maksila. Pertumbuhan gigi biasanya buruk. Gejala

lainyang tampak ialah lemah, pucat, perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur, berat badankurang, perut

membuncit. Jika pasien tidak sering mendapat tranfuse darah kulit menjadikelabu serupa dengan besi akibat

 penimbunan besi dalam jaringan kulit.

Thalasemia Intermedia

Keadaan klinis lebih baik dan gejala lebih ringan daripada thalasemia mayor, anemiasedang (hemoglobin 7 10,09/dl).

Gejala detormitas tulang, hepatomegali dan spienomegali,eritropoesis ekstra medular dan gambaran kelebihan beban

 besi nampak pada masa dewasa.

Thalasemia Minor atau troit (pembawa sifat)

Umumnya tidak dijumpai gejala klinis yang khas, ditandai oleh anemia mikrositin,bentuk heterozigot tetapi tanpa

anemia atau anemia ringan.

LI II.7 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

Anamnesis :Keluhan timbul karena anemia: pucat, gangguan nafsu makan, gangguan tumbuh kembang danperut

membesar karena pembesaran lien dan hati. Pada umumnya keluh kesah ini mulai timbulpada usia 6 bulan.

1.Riwayat keluarga

2.Riwayat transfuse

3.Tempat tinggal

4.Riwayat pertumbuhan

5.Riwayat pengangkatan limpa

Pemeriksaan Fisik :

1.Perawakan pendek 

2.Pigmentasi kulit

3.Pucat

4.Ikterus ringan mungkin ada

5.Hepatosplenomegali

6.Cardiomegali

Pemeriksaan penunjang :

1.Hb : 3-9 g/dl2.Eritrosit : anisositosis, poikilositosis, dan hipokromia berat.

Page 12: Skenario Dua Blok Hematologi

7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 12/13

3.Sering dijumpai sel target dan tear drop cell.

4.Normoblas (eritrosit berinti) banyak dijumpai terutama pasca splenektomi

5.Gambaran sumsum tulang memperlihatkan eritropoesis yang hiperaktif.

6.Diagnosis definitif ditegakkan dengan pemeriksaan elektroforesis hemoglobin,

dimanapada talassemia α ditemukan Hb Bart’s dan HbH, sedangkan pada talassemia β kadar H

 bF bervariasi antara 10-90%.7.Pemeriksaan khusus : Analisis globin chain synthesis.

Diagnosis Banding

Sifat -Thalasemia (dua gen delesi ) harus dibedakan dari anemia ringan tipe mikrositik 

-thalasemia minor. Berbeda pada anak anak dengan defisiensi

-Thalasemia yang memiliki Hb elektroporesis normal setelah usia 4-

6 bulan. Akhirnya, perjalanan dari rendahnya MCV (96 fL) saat lahir atau tampilan Hb bart’s

-Thalasemia.

Anak anak dengan HbH memiliki gejala ikterus dan splenomegali, dan kelainan tersebut

harus disingkirkan dari hemolitik anemia lain nya. Kunci diagnosis adalah meningkatnya-

thalasemia, memiliki kelainan hemolitik berupa normal atau peningkatan MCV dan tidak 

hipokromik.

LI II.8 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.  Darah tepi :

-  Hb rendah dapat sampai 2-3 g%

-  Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis beratdengan

makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi,

 basophilic stippling, bendaHowell-Jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas.-  Retikulosit meningkat.

2.  Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :

-  Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil.

-  Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.

3.Pemeriksaan khusus :

-  Hb F meningkat : 20%-90% Hb total

-  Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.

-  Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakantrait (carrier) dengan Hb

A2meningkat (> 3,5% dari Hb total).

4.Analisis DNAAnalisis DNA digunakan untuk mengetahui adanya mutasi pada gen yang memproduksirantai

alpha dan beta. Pemeriksaan ini merupakan tes yang paling efektif untuk mendiagnosa keadaan karier padatalasemia.5.

Pemeriksaan sitogenetik 

Merupakan pemeriksaan komposisi kromosom sel, fungsi normal, dan setiap deviasi dariyang normal. Analisis

sitogenetik bisa dilakukan pada jaringan yang diambil aspirasi danbiopsi sumsum tulang pada darah tepi jika

 jumlahnya meningkat, dan pada kelenjar getahbening, hati, limpa, serta cairan amnion.6.

Pemeriksaan radiologis

Gambaran radiologis tulang akan memperlihatkan medulla yang lebar, korteks tipis dantrabekula kasar. Tulang

tengkorak memperlihatkan diploe dan pada anak besar kadang-kadang terlihat brush appearance. Sering pula

ditemukan gangguan pneumatisasi ronggasinus paranasalis

Page 13: Skenario Dua Blok Hematologi

7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 13/13

LO II.9 MEMAHAMI AN MENJELASKAN PENATALAKSANAAN

-  Transfusi darah teratur yang perlu dilakukan untuk mempertahankan Hb di atas 10 gr/dltiap saat. Hal ini

 biasanya membutuhkan 2-3 unit tiap 4-6 minggu. Darah segar, yangtelah disaring untuk memisahkan

leukosist, menghasilkan eritrosit dengan ketahananyang terbaik dan reaksi paling sedikit. Pasien harus

diperiksa genotipnya pada permulaanprogram transfuse untuk mengantisipasi bila timbul antibody eritrosit

terhadap eritrosityang ditransfusikan.-  Asam folat diberikan secara teratur (misal 5 mg/hari) jika asupan diet buruk.

-  Terapi khelasi besi digunakan untuk mengatasi kelebihan besi. Desferioksamin dapatdiberikan melalui

kantung infus terpisah sebanyak 1-2 g untuk tiap unit darah yangditransfusikan dan melalui infus subkutan

20-40 mg/kg dalam 8-12 jam, 5-7 hariseminggu. Hal ini dilaksanakan pada bayi setelah pemberian transfusi

10-15 unit darah.Khelasi besi oral suspensi yang digunakan unutk mengurangi konsentrasi besi hati

 padadewasa dan anak yang mendapat transfusi RBC berulang. Mengikat besi dengan afinitas2:1. Telah

disetujui untuk menatalaksana kelebihan besi kronik yang disebabkan transfusidarah yang berlebihan.Dosis

Inisial: 20 mg/kg PO setiap hari 30 min sebelum makan, selanjutnya pertahankandosis 5-10mg/kg/d. Note:

Larutkan suspensi di air, jus jeruk atau jus apel lalu segeradiminum Vitamin C (200 mg perhari)

meningkatkan eksresi besi yang disebabkan olehdesferioksamin.

-  Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapatmemperpanjang umur sel darah merah.-  Splenektomi mungkin perlu untuk mengurangi kebutuhan darah. Splenektomi harusditunda sampai pasien

 berusia > 6 tahun karena tingginya resiko infeksi pascasplenektomi.

-  Transplantasi sum-sum tulang alogenik memberi prospek kesembuhan permanent.Tingkat kesuksesan

adalah lebih dari 80% pada pasien muda yang mendapat khelasisecara baik tanpa disertai adanya fibrosis

hati atau hepatomegali.

LI II.10 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PROGNOSIS

Thalasemia homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang mencapai usia

dekade ke-3, walaupun digunakan antibiotik untuk mencegah infeksi dan pemberianchaleting agents untuk mengurangi hemosiderosis (harganya pun mahal, pada umumnya tidak 

terjangkau oleh penduduk negara berkembang).Thalasemia tumor trait dan Thalasemia beta

HbE yang umumnya mempunyai prognosis baik dan dapat hidup seperti biasa.

LI II.11 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PENCEGAHAN

Pencegahan primer : Penyuluhan sebelum perkawinan (marriagecounselling) untuk mencegah perkawinan

diantara pasien Thalasemia agar tidak mendapatkan keturunan yang homozigot.Perkawinan antara 2 hetarozigot

(carrier)menghasilkan keturunan: 25 % Thalasemia(homozigot), 50 % carrier (heterozigot) dan 25 normal.

Pencegahan sekunder: Diagnosis prenatal melalui pemeriksaan DNA cairan amnionmerupakan suatu

kemajuan dan digunakan untuk mendiagnosis kasus homozigot intra-uterinsehingga dapat dipertimbangkan

tindakan abortus provokotus (Soeparman dkk, 1996).

Edukasi :

-Sampaikan kepada pasien dan keluarga mengenai kondisinya sekarang.

-Beri saran agar sebelum melakukan pernikahan, cek pasangan untuk kemungkinanthalasemia

-Hindari pemakaian obat pencetus hemolitik seperti fenasetin, klorpromazin

(tranquilizer ), penisilin, kina, dan sulfonamid.