skenario dua blok hematologi
TRANSCRIPT
7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 1/13
LI I. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN HEMOGLOBIN
LO I.1 MEMAHAMI AN MENJELASKAN STRUKTUR
Struktur Hemoglobin
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam selmerah dalam darah
mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin adalah suatu protein dalam seldarah merah yang mengantarkan oksigen
dari paru-paru ke jaringan di seluruh tubuh danmengambil karbondioksida dari jaringan tersebut dibawa ke paru
untuk dibuang ke udara bebas.Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme,
suatumolekul organik dengan satu atom besi. Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkansuatu golongan
penyakit menurun yang disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling seringditemui adalah anemia sel sabit dan
talasemia.Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein (globulin chain) yang terhubung satusama lain.
Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2beta-globulin chains, sedangkan
pada bayi yang masih dalam kandungan atau yang sudah lahirterdiri dari beberapa rantai beta dan molekul
hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai HbF. Pada manusia dewasa,
hemoglobin berupa tetramer(mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan
beta yangterikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampirsama. Tiapsubunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekultotal tetramernya menjadi sekitar
64,000 Dalton.Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yangmenahan satu atom
besi; atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen. Porfirin yangmengandung besi disebut heme Tiap subunit
hemoglobin mengandung satu heme, sehinggasecara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul
oksigen. Pada molekul hemeinilah zat besi melekat dan menghantarkan oksigen serta karbondioksida melalui darah,
zat inipula yang menjadikan darah kita berwarna merah.Hemoglobin juga berperan penting dalam mempertahankan
bentuk sel darah yangbikonkaf, jika terjadi gangguan pada bentuk sel darah ini, maka keluwesan sel darah
merahdalam melewati kapiler jadi kurang maksimal. Hal inilah yang menjadi alasan mengapakekurangan zat besi
bisa mengakibatkan anemia. Nilai normal hemoglobin adalah sebagaiberikut :
Anak-anak 11 – 13 gr/dl
Lelaki dewasa 14 – 18 gr/dlWanita dewasa 12 – 16 gr/dl
Jika nilainya kurang dari nilai diatas bisa dikatakan anemia, dan apabila nilainya kelebihan akan mengakibatkan
polinemis
LO I.2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN METABOLISME
Heme sebagai metaloporfirin
Heme adalah kompleks senyawa protoporfirin IX dengan logam besi yang merupakan
gugus prostetik berbagai protein seperti hemoglobin, mioglobin, katalase, peroksidase,
sitokrom c dan triptophan pirolase. Kemampuan hemoglobin dan mioglobin mengikat
oksigen tergantung pada gugus prostetik ini yang sekaligus memberi warna khas pada keduahemeprotein tersebut.
Heme terdiri atas bagian organik dan suatu atom besi. Bagian organik protoporfirin
tersusun dari empat cincin pirol. Keempat nya terikat satu sama lain melalui jembatan
metenil, membentuk cincin tetrapirol. Empat rantai samping metil, dua rantai samping vinil
dan dua rantai samping propionil terikat kecincin tetrapirol tersebut .
Atom besi didalam heme mengikat keempat atom nitrogen dipusat cincin protoporfirin. Atom
besi dapat berbentuk fero (Fe2+
) atau feri (Fe3+
) sehingga untuk hemoglobin yang
bersangkutan disebut juga sebagai ferohemoglobin dan ferihemoglobin atau methemoglobin.
Hanya bila besi dalam bentuk fero, senyawa tersebut dapat mengikat oksigen . Biosintesa
porfirin dan heme
7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 2/13
Langkah awal biosintesa porfirin pada mamalia ialah kondensasi suksinil ko-A yang
berasal dari siklus asam sitrat dalam mitokondria dengan asam amino glisin membentuk asam
α amino β ketoadipat, dikatalisis oleh χ amino levulenat sintase dan memerlukan piridoksal
phosfat untuk mengaktifkan glisin. Asam diatas segera mengalami dekarboksilasi membentuk
χ amino levulenat atau sering disingkat ALA. Enzym ALA sintase merupakan enzym
pengendali kecepatan reaksi .Didalam sitosol 2 molekul ALA berkondensasi dan mengalami reaksi dehidrasi
membentuk porfobilinogen/PBG yang dikatalisis oleh ALA dehidratase.
4 molekul PBG berkondensasi membentuk hidroksi metil bilana, suatu tetrapirol linier
oleh enzym uroporfirinogen I sintase atau disebut juga PBG deaminase kemudian terjadi
reaksi siklisasi spontan membentuk uroporfirinogen, suatu tetrapirol siklik. Pada keadaan
normal uroporfirinogen I sintase adalah kompleks enzym dengan uroporfirinogen III
kosintase sehingga kerja kedua kompleks enzym tersebut akan membentuk uroporfirinogen
III, yang mempunyai susunan rantai samping asimetris. Bila kompleks enzym abnormal atau
hanya terdapat enzym sintase saja, di bentuk uroporfirinogen I yaitu suatu bentuk isomer
simetris yang tidak fisiologis.
Rangka porfirin sekarang telah terbentuk, uroporfirinogen I atau III mengalamidekarboksilasi membentuk koproporfirinogen I atau III dengan melepas 4 molekul CO
2
hingga rantai samping asetat pada uroporfinogen menjadi metil, reaksi ini dikatalisis oleh
uroporfirinogen dekarboksilase. Hanya koproporfirinogen III yang dapat kembali masuk
kemitokondria, mengalami dekarboksilasi dan oksidasi membentuk protoporfirinogen III oleh
enzym koproporfirinogen oksidase, dimana dua rantai samping propionat koproporfirinogen
menjadi vinil.
Protoporfirinogen III dioksidasi menjadi protoporfirin III oleh protoporfirinogen
oksidase yang memerlukan oksigen. Protoporfirin III diidentifikasi sebagai isomer porfirin
seri IX dan disebut juga dengan protoporfirin IX. Porfirin tipe I dan III dibedakan berdasar
simetris tidaknya gugus substituen seperti asetat, propionat dan metil pada cincin pirol ke IV.Penggabungan besi (Fe
2+) ke protoporfirin IX yang dikatalisa oleh Heme sintase atau
Ferro katalase dalam mitokondria akan membentuk heme.
Porfiria
Penyakit turunan atau bisa berupa penyakit yang didapat yang disebabkan oleh
defisiensi salah satu enzym pada jalur biosintesa heme dan mengakibatkan penumpukan dan
peningkatan porfirin atau prazatnya dijaringan atau didalam urine. Kelainan ini jarang
dijumpai tapi perlu dipikirkan dalam keadaan tertentu misalnya sebagai diagnosa banding
pada penyakit dengan keluhan nyeri abdomen, fotosensitivitas dan gangguan psikiatri .
Porfiria dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu :
1. Porfiria eritropoetik
2. Porfiria hepatik 3. Protoporfiria (gabungan)
Porfiria eritropoetik, merupakan kelainan kongenital. Terjadi karena ketidak seimbangan
enzym kompleks uroporfirinogen sintase dan kosintase. Pada jenis porfiria ini dibentuk
uroporfirinogen I yang tidak diperlukan dalam jumlah besar. Juga terjadi penumpukan
uroporfirin I, koproporfirin I dan derivat simetris lainnya. Penyakit ini diturunkan secara
otosomal resesif dan memunculkan fenomena berupa eritrosit yang berumur pendek, urine
pasien merah karena ekskresi uroporfirin I dalam jumlah besar, gigi yang berfluoresensi
merah karena deposisi porfirin dan kulit yang hipersensitif terhadap sinar karena porfirin
yang diaktifkan cahaya bersifat sangat reaktif .
Porfiria hepatik dibagi menjadi beberapa jenis antara lain :- Intermitten acute porfiria ( IAP )
7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 3/13
- Koproporfiria herediter
- Porfiria variegata
- Porfiria cutanea tarda
- Porfiria toksik
IAP terjadi karena defisiensi partial uroporfirinogen I sintase, diturunkan secara
otosomal dominan. Pada penyakit ini dijumpai ekskresi porfobilinogen dan asam aminolevulenat yang meningkat menyebabkan urine berwarna gelap.
Koproporfiria herediter terjadi karena defisiensi partial koproporfirinogen oksidase,
diturunkan secara otosomal dominan. Terdapat peningkatan ekskresi koproporfirinogen dan
menyebabkan urine berwarna merah.
Porfiria variegata terjadi karena defisiensi partial protoporfirinogen oksidase,
diturunkan secara otosomal dominan. Terdapat peningkatan ekskresi hampir seluruh zat-zat
antara sintesa heme.
Porfiria cutanea tarda terjadi karena defisiensi partial uroporfirinogen dekarboksilasi,
diturunkan secara otosomal dominan. Terdapat peningkatan ekskresi uroporfirin yang bila
terpapar cahaya menyebabkan urine berwarna merah. Porfiria ini paling sering dijumpai
dibanding yang lainnya .Porfiria toksik atau akuisita disebabkan oleh obat atau zat toksik seperti griseofulvin,
barbiturat, heksachlorobenzene, Pb dan sebagainya.
Protoporfiria atau protoporfiria gabungan dikarenakan terjadinya defisiensi partial
ferrokatalase, diturunkan secara autosomal dominan. Terdapat peningkatan ekskresi
protoporfirin dalam urine.
Gejala klinis yang dapat muncul dapat dikelompokkan dalam dua patogenesa yaitu bila
kelainan enzym sintesa heme menyebabkan penumpukan asam amino levulenat dan
porfobilinogen disel atau cairan tubuh akan menghambat kerja ATP ase dan meracuni neuron
sehingga menimbulkan gejala-gejala neuro-psikiatri sedangkan bila kelainan enzym sintesa
heme menyebabkan penumpukan porfirinogen dikulit dan dijaringan lain akan teroksidasi
spontan membentuk porfirin yang apabila terpapar dengan cahaya, porfirin akan bereaksi
dengan O2
molekuler membentuk suatu radikal bebas yang sangat reaktif dan merusak
jaringan atau kulit dimana porfirin terdeposisi, peristiwa ini memunculkan gejala-gejala
fotosensitivitas.
Therapi yang dapat diberikan hanyalah bersifat symptomatik karena therapi kausal
yang bersifat genetik masih sulit dikerjakan. Obat yang dapat dipakai dan beberapa tindakan
yang dianjurkan seperti misalnya hindari preparat atau obat yang merangsang aktifitas
sitokrom P- 450 seperti obat anestesia, alkohol, steroid dan lain-lain. Hindari zat-zat toksik
penyebab porfiria. Pemberian zat-zat seperti glukosa dan hematin yang menekan kerja ALA
sintase untuk menghambat pembentukan pra zat porfirin. Pemberian anti oksidan seperti
karoten, vitamin E dan C juga dapat dianjurkan pemakaian tabir surya guna menggurangi pemaparan terhadap cahaya.
Katabolisme heme
Dalam keadaan fisiologis, masa hidup erytrosit manusia sekitar 120 hari, eritrosit
mengalami lisis 1-2×108
setiap jamnya pada seorang dewasa dengan berat badan 70 kg,
dimana diperhitungkan hemoglobin yang turut lisis sekitar 6 gr per hari. Sel-sel eritrosit tua
dikeluarkan dari sirkulasi dan dihancurkan oleh limpa. Apoprotein dari hemoglobin
dihidrolisis menjadi komponen asam-asam aminonya.
Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel
oleh sistem enzym yang kompleks yaitu heme oksigenase yang merupakan enzym dari
keluarga besar sitokrom P450. Langkah awal pemecahan gugus heme ialah pemutusan
jembatan α metena membentuk biliverdin, suatu tetrapirol linier. Besi mengalami beberapakali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini memerlukan oksigen dan NADPH. Pada
7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 4/13
akhir reaksi dibebaskan Fe3+
yang dapat digunakan kembali, karbon monoksida yang berasal
dari atom karbon jembatan metena dan biliverdin. Biliverdin, suatu pigmen berwarna hijau
akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang menggunakan NADPH sehingga rantai metenil
menjadi rantai metilen antara cincin pirol III – IV dan membentuk pigmen berwarna kuning
yaitu bilirubin. Perubahan warna pada memar merupakan petunjuk reaksi degradasi ini.
Bilirubin bersifat lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan biliverdin. Pada reptil,
amfibi dan unggas hasil akhir metabolisme heme ialah biliverdin dan bukan bilirubin seperti
pada mamalia. Keuntungannya adalah ternyata bilirubin merupakan suatu anti oksidan yang
sangat efektif, sedangkan biliverdin tidak. Efektivitas bilirubin yang terikat pada albumin
kira-kira 1/10 kali dibandingkan asam askorbat dalam perlindungan terhadap peroksida yang
larut dalam air. Lebih bermakna lagi, bilirubin merupakan anti oksidan yang kuat dalam
membran, bersaing dengan vitamin E.
Bilirubin dirubah menjadi bentuk larut
Dalam setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin. Perhari
bilirubin dibentuk sekitar 250 – 350 mg pada seorang dewasa, berasal dari pemecahanhemoglobin, proses erytropoetik yang tidak efekif dan pemecahan hemprotein lainnya.
Bilirubin dari jaringan retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit larut dalam plasma dan air.
Bilirubin ini akan diikat nonkovalen dan diangkut oleh albumin ke hepar. Dalam 100 ml plasma hanya lebih kurang 25 mg bilirubin yang dapat diikat kuat pada albumin. Bilirubin
yang melebihi jumlah ini hanya terikat longgar hingga mudah lepas dan berdiffusi kejaringan.
Bilirubin yang sampai dihati akan dilepas dari albumin dan diambil pada permukaan sinusoid
hepatosit oleh suatu protein pembawa yaitu ligandin. Sistem transport difasilitasi ini
mempunyai kapasitas yang sangat besar tetapi penggambilan bilirubin akan tergantung pada
kelancaran proses yang akan dilewati bilirubin berikutnya.
Bilirubin nonpolar akan menetap dalam sel jika tidak diubah menjadi bentuk larut. Hepatositakan mengubah bilirubin menjadi bentuk larut yang dapat diekskresikan dengan mudah
kedalam kandung empedu. Proses perubahan tersebut melibatkan asam glukoronat yang
dikonjugasikan dengan bilirubin, dikatalisis oleh enzym bilirubin glukoronosiltransferase.
Hati mengandung sedikitnya dua isoform enzym glukoronosiltransferase yang terdapat
terutama pada retikulum endoplasma. Reaksi konjugasi ini berlangsung dua tahap,
memerlukan UDP asam glukoronat sebagai donor glukoronat. Tahap pertama akan
membentuk bilirubin monoglukoronida sebagai senyawa antara yang kemudian dikonversi
menjadi bilirubin diglukoronida yang larut pada tahap kedua.
Ekskresi bilirubin larut kedalam saluran dan kandung empedu berlangsung dengan
mekanisme transport aktif yang melawan gradien konsentrasi. Dalam keadaan fisiologis,seluruh bilirubin yang diekskresikan ke kandung empedu berada dalam bentuk terkonjugasi.
Pembentukan urobilin
Bilirubin terkonjugasi yang mencapai ileum terminal dan kolon dihidrolisa oleh enzym
bakteri β glukoronidase dan pigmen yang bebas dari glukoronida direduksi oleh bakteri usus
menjadi urobilinogen, suatu senyawa tetrapirol tak berwarna. Sejumlah urobilinogen
diabsorbsi kembali dari usus ke perdarahan portal dan dibawa keginjal kemudian dioksidasi
menjadi urobilin yang memberi warna kuning pada urine. Sebagian besar urobilinogen berada
pada feces akan dioksidasi oleh bakteri usus membentuk sterkobilin yang berwarna kuning
kecoklatan. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana konsentrasi bilirubin darah melebihi 1 mg/dl.
Pada konsentrasi lebih dari 2 mg/dl, hiperbilirubinemia akan menyebabkan gejala ikterik atau
7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 5/13
jaundice. Ikterik atau jaundice adalah keadaan dimana jaringan terutama kulit dan sklera mata
menjadi kuning akibat deposisi bilirubin yang berdiffusi dari konsentrasinya yang tinggi
didalam darah.
Hiperbilirubinemia dikelompokkan dalam dua bentuk berdasarkan penyebabnya yaitu
hiperbilirubinemia retensi yang disebabkan oleh produksi yang berlebih dan
hiperbilirubinemia regurgitasi yang disebabkan refluks bilirubin kedalam darah karenaadanya obstruksi bilier.
Hiperbilirubinemia retensi dapat terjadi pada kasus-kasus haemolisis berat dan gangguan
konjugasi. Hati mempunyai kapasitas mengkonjugasikan dan mengekskresikan lebih dari
3000 mg bilirubin perharinya sedangkan produksi normal bilirubin hanya 300 mg perhari.
Hal ini menunjukkan kapasitas hati yang sangat besar dimana bila pemecahan heme
meningkat, hati masih akan mampu meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin larut.
Akan tetapi lisisnya eritrosit secara massive misalnya pada kasus sickle cell anemia ataupun
malaria akan menyebabkan produksi bilirubin lebih cepat dari kemampuan hati
mengkonjugasinya sehingga akan terdapat peningkatan bilirubin tak larut didalam darah.
Peninggian kadar bilirubin tak larut dalam darah tidak terdeteksi didalam urine sehingga
disebut juga dengan ikterik acholuria.Pada neonatus terutama yang lahir premature peningkatan bilirubin tak larut terjadi
biasanya fisiologis dan sementara, dikarenakan haemolisis cepat dalam proses penggantian
hemoglobin fetal ke hemoglobin dewasa dan juga oleh karena hepar belum matur, dimana
aktivitas glukoronosiltransferase masih rendah. Apabila peningkatan bilirubin tak larut ini
melampaui kemampuan albumin mengikat kuat, bilirubin akan berdiffusi ke basal ganglia
pada otak dan menyebabkan ensephalopaty toksik yang disebut sebagai kern ikterus.
Beberapa kelainan penyebab hiperbilirubinemia retensi diantaranya seperti Syndroma
Crigler Najjar I yang merupakan gangguan konjugasi karena glukoronil transferase tidak
aktif, diturunkan secara autosomal resesif, merupakan kasus yang jarang, dimana didapati
konsentrasi bilirubin mencapai lebih dari 20 mg/dl.
Syndroma Crigler Najjar II, merupakan kasus yang lebih ringan dari tipe I, karena
kerusakan pada isoform glukoronil transferase II, didapati bilirubin monoglukoronida
terdapat dalam getah empedu.
Syndroma Gilbert, terjadi karena haemolisis bersama dengan penurunan uptake
bilirubin oleh hepatosit dan penurunan aktivitas enzym konjugasi dan diturunkan secara
autosomal dominan.
Hiperbilirubinemia regurgitasi paling sering terjadi karena terdapatnya obstruksi pada
saluran empedu, misalnya karena tumor, batu, proses peradangan dan sikatrik. Sumbatan
pada duktus hepatikus dan duktus koledokus akan menghalangi masuknya bilirubin keusus
dan peninggian konsentrasinya pada hati menyebabkan refluks bilirubin larut ke vena
hepatika dan pembuluh limfe. Bentuknya yang larut menyebabkan bilirubin ini dapatterdeteksi dalam urine dan disebut sebagai ikterik choluria. Karena terjadinya akibat
sumbatan pada saluran empedu disebut juga sebagai ikterus kolestatik. Bilirubin terkonjugasi
dapat terikat secara kovalen pada albumin dan membentuk θ bilirubin yang memiliki waktu
paruh.
7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 6/13
(T1/2
) yang panjang mengakibatkan gejala ikterik dapat berlangsung lebih lama dan
masih dijumpai pada masa pemulihan.
Beberapa kelainan lain yang menyebabkan hiperbilirubinemia regurgitasi adalah
Syndroma Dubin Johnson, diturunkan secara autosomal resesif, terjadi karena adanya defek
pada sekresi bilirubin terkonjugasi dan estrogen ke sistem empedu yang penyebab pastinya
belum diketahui.Syndroma Rotor, terjadi karena adanya defek pada transport anion an organik
termasuk bilirubin, dengan gambaran histologi hati normal, penyebab pastinya juga belum
dapat diketahui.
Hiperbilirubinemia toksik adalah gangguan fungsi hati karena toksin seperti chloroform,
arsfenamin, asetaminofen, carbon tetrachlorida, virus, jamur dan juga akibat cirhosis.
Kelainan ini sering terjadi bersama dengan terdapatnya obstruksi. Gangguan konjugasi
muncul besama dengan gangguan ekskresi bilirubin dan menyebabkan peningkatan kedua
jenis bilirubin baik yang larut maupun yang tidak larut.
Terapi phenobarbital dapat menginduksi proses konjugasi dan ekskresi bilirubin dan menjadi
preparat yang menolong pada kasus ikterik neonatus tapi tidak pada sindroma Crigler najjar.
Phototerapi dengan cahaya dapat merubah bilirubin menjadi lebih polar dan merubahnya
menjadi beberapa isomer yang larut dalam air meskipun tampa konjugasi dengan asam
glukoronida sehingga dapat diekskresikan keempedu. Kasus obstruksi umumnya ditangani
dengan tindakan bedah.
LI II. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN THALASEMIA
LI II.1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN DEFINISI
Thalassemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang dimaksuddengan laut tersebut ialah Laut
Tengah, oleh karena penyakit ini pertama kali dikenal di daerahsekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama sekaliditemukan oleh seorang dokter di Detroit USAyang bernama Thomas B. Cooley pada tahun 1925. Thalassemia
adalah suatu kelompok anemiahemolitik kongenital herediter yang diturunkan secara autosomal, disebabkan oleh
kekurangansintesis rantai polipeptid yang menyusun molekul globin dalam hemoglobin,Thalassemia adalah
penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesif menuruthukum Mendel dari orang tua kepada anak-
anaknya. Penyakit thalassemia meliputi suatukeadaan penyakit dari gelaja klinis yang paling ringan (bentuk
heterozigot) yang disebutthalassemia minor atau thalassemia trait (carrier = pengemban sifat) hingga yang paling
berat(bentuk homozigot) yang disebut thalassemia mayor. Bentuk heterozigot diturunkan oleh salahsatu orang tuanya
yang mengidap penyakit thalassemia, sedangkan bentuk homozigot diturunkanoleh kedua orang tuanya yang
mengidap penyakit thalassemia.
ETIOLOGI-FAKTOR RISIKOFactor genetic yaitu factor perkawinan antara dua heterozigot (carier) yang menghasilkanketurunan Thalasemia
(homozigot). Faktor Risiko :
- Anak dengan orang tua yang memiliki gen thalassemia
- Anak dengan salah satu/kedua orang tua thalasemia minor
- Anak dengan salah satu orang tua thalasemia
- Resiko laki-laki atau perempuan untuk terkena sama
- Thalassemia Beta mengenai orang asli dari Mediterania atau ancestry (Yunani, Italia,Ketimuran Pertengahan) dan
orang dari Asia dan Afrika Pendaratan
- Alfa thalassemia kebanyakan mengenai orang tenggara Asia, Orang India, Cina, atauorang Philipina.
LI II.2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN EPIDEMIOLOGI
7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 7/13
Di seluruh dunia, thalassemia adalah suatu penyakit yang umum terdapat pada manusia.
Thalassemia mengenai seluruh kelompok etnik di kebanyakan negara di seluruh dunia.
Sebagai contoh, di Siprus, satu dari tujuh individu adalah sebagai pembawa genetik
thalassemia, yang akan menyebabkan 49 pernikahan diantara pembawagenetik thalassemia
menghasilkan 158 kasus thalassemia mayor yang baru.15 Sebuah studi longitudinal jangka
panjang di German yang dijalankan oleh Elisabeth Konne dan Enno Kleihauer dari 1971sampai dengan 2007 telah mendapati daripada 34.228 orang, 34% dari mereka yang diteliti
ditemukan memiliki sebuah hemoglobinopati.Sebagian besar kasus melibatkan thalassemia
(25798 kasus, 25,6%) dan kelainan struktural hemoglobin (8.430 kasus, 8,4%).39 Dari
sebuah studi yang dilakukan oleh M. Sengupta pada penduduk desa di India, daripada 4635
komunitas etnis, lima mutasi umum dan 12 mutasi langka telah dilaporkan.45 Dari sebuah
studi survei skala besar di Cina yang dilakukan oleh Yi-Tao Zeng dan Shu-Zhen Huang,
dalam dua dekade terakhir ini, dari satu juta orang di 28 provinsi, kasus α-thalassemia yang
dilaporkan adalah 2,64% dan untuk β-thalassemia adalah 0,66%.46Dalam satu studi yang
dilakukan di Inggris oleh Hickman Met al, sekitar 3000 bayi yang lahir (0,47%) membawa
sifat sickle cell dan 2800 (0,44%) membawa sifat thalassemia pertahun. Sekitar 178 (0,28 per
1000 kelahiran) mempunyai penyakit sickle cell(SCD) dan 43 (0,07 per 1000 kelahiran)mempunyai kelainan thalassemia beta mayor / intermedia.47
Perubahan tengkorak lebih konsisten berat pada pasien dengan thalassemia mayor
dibandingkan pada mereka dengan kondisi lainnya yang menghasilkan hiperplasia sumsum
tulang. Dalam sebuah penelitian terhadap 60 pasien (usia 11-16 tahun) dengan thalassemia,
Wisetsin mengamati bahwa lima (8,3%) memiliki penampilan ’hair -on-end’.2-3 Dalam satu
penelitian yang dijalankan tentang kelainan yang terdapat pada thalassemia, gambaran
radiologi yang dijumpai adalah 83% merupakan perubahan pada trabekular, 65% adalah
penipisan dari lamina dura, dan 33% adalah penampilan hair-on-end
LI II.3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KLASIFIKASI
Di indonesia talasemia merupakan penyakit terbanyak di antara golongan anemia hemolitik
dengan penyebab intrakorpuskuler.
Secara molekuler thalasemia dibedakan atas :
1. Thalasemia-α (gangguan pembentuakan rantai α).
2. Thalasemia-β (gangguan pembentukan rantai β).
3. Thalasemia- β-δ (gangguan pembentukan rantai β dan δ yang letak gen nya di duga
berdekatan ).
4. Thalasemia –δ (gangguan pembentukan rantai δ).Secara Klinis thalasemia dibedakan atas :
Carrier Hematologi normal
Thalassemia Trait anemia ringan dengan mikrositik dan
hipokromik.
(α-thalassemia trait atau β-thalassemia trait)
Hemoglobin H Disease anemia hemolitik menuju ke berat
(α-thalassemia)
Atau
Hemoglobin H – Constant Spring ikterus dan spleenomegali
Thalassemia Major anemia berat, hepatosleenomegali.
Thalassemia Intermedia beberapa jenis thalasemia tanpa terapitranfusi regular.
7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 8/13
1. Thalasemia beta
Merupakan anemia yang sering dijumpai yang diakibatkan oleh defek yang
diturunkan dalam sintesis rantai beta hemoglobin.
Thalasemia beta meliputi:
a. Thalasemia beta mayor
Bentuk homozigot merupakan anemia hipokrom mikrositik yang berat
dengan hemolisis di dalam sumsum tulang dimulai pada tahun pertama
kehidupan.Kedua orang tua merupakan pembawa “ciri”. Gejala – gejala bersifat
sekunder akibat anemia dan meliputi pucat, wajah yang karakteristik akibat
pelebaran tulang tabular pada tabular pada kranium, ikterus dengan derajat yang
bervariasi, dan hepatosplenomegali.
b. Thalasemia Intermedia dan minor
Pada bentuk heterozigot, dapat dijumpai tanda – tanda anemia ringan dansplenomegali. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan kadar Hb bervariasi,
normal agak rendah atau meningkat (polisitemia). Bilirubin dalam serum
meningkat, kadar bilirubin sedikit meningkat.
2. Thalasemia alpa
Merupakan thalasemia dengan defisiensi pada rantai a
LI II.4 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ETIOLOGI
Thalassemia terjadi akibat adanya perubahan pada gen globin pada kromosom manusia. Gen
globin adalah bagian dari sekelompok gen yang terletak pada kromosom 11. Bentuk daripada
gen beta-globin ini diatur oleh locus control region (LCR). Berbagai mutasi pada gen atau
pada unsur-unsur dasargen menyebabkan cacat pada inisiasi atau pengakhiran transkripsi,
pembelahan RNA yang abnormal, substitusi, dan frameshifts. Hasilnya adalah penurunan
atau pemberhentian daripada penghasilan rantai beta-globin, sehingga menimbulkan sindrom
thalassemia beta.1,21-23,37
Mutasi Beta-zero (β0) ditandai dengan tidak adanya produksi beta-globin, yang biasanya
akibat mutasi nonsense, frameshift, atau splicing.Sedangkan mutasi beta-plus(β+) ditandai
dengan adanya produksi beberapa beta-globin tetapi dengan sedikit cacat splicing. Mutasi
yang spesifik memiliki beberapa hubungan dengan faktor etnis atau kelompok berbeda yang
lazim di berbagai belahan dunia. Seringkali, sebagian besar individu yang mewarisi penyakitini mengikuti pola resesif autosomal, dengan individu heterozigot memiliki kelainan gen
tersebut, sedangkan pada individu heterozigot atau individu compound homozigot, kelainan
itu memanifestasi sebagai penyakitbeta-thalassemiamayoratauintermedia. .
Cara penurunan penyakit Thalassemia adalah :
Apabila kedua orang tua tidak menderita Thalassemia trait/bawaan, maka tidak mungkin
mereka menurunkan Thalassemia trait/bawaan atau Thalassemia mayor kepada anak-anak
meraka. Semua anak-anak mereka akan mempunyai darah yang normal namun jika salah
seorang dari orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan, sedangkan yang lainnya tidak
maka satu dibanding dua (50%) kemungkinannya bahwa setiap anak-anak mereka akanmenderita Thalassemia trait/bawaan, tetapi tidakseseorangiantaraanak-
7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 9/13
anakmerekaThalassemiamayor.
Tetapi dari kedua orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan, maka anak-anak mereka
mungkin akan menderita thalassemia trait/bawaan atau mungkin juga memiliki darah yang
normal, atau mereka mungkin menderita Thalassemia mayor.Dari keterangan diatas dapat
dilihat bahwa kemungkinan anak dari pasangan pembawa sifat thalassemia beta adalah 25%
normal, 50% pembawa sifat thalassemia beta, dan 25% thalassemia beta mayor (anemia berat).
LI II.5 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PATOFISIOLOGI
Mutasi pada β-Thalassemia meliputi delegi gen globin, mutasi daerah promotor, penghentian
mutasi dan mutasi lainnya. Terdapat relatif sedikit mutasi pada α -Thalassemia. Penyebab
utama adalah terdapatnya ketidakseimbangan rantai globin. Pada sumsum tulang mutasi
thalasemia mengganggu pematangan sel darah merah, sehingga tidak efektifnya eritropoiesis
akibat hiperaktif sumsum tulang, terdapat pula sedikit Retikulosit dan anemia berat. Pada β -
thalasemia terdapat kelebihan rantai globin α-yang relatif terhadap β- dan γ-globin; tetramers-
globin α (α4) terbentuk, dan ini berinteraksi dengan membran eritrosit sehinggamemperpendek hidup eritrosit, yang mengarah ke anemia dan meningkatkan produksi
erythroid. Rantai globin γ-diproduksi dalam jumlah yang normal, sehingga menyebabkan
peningkatan Hb F (γ2 α2). Rantai δ-globin juga diproduksi dalam jumlah normal, Hb A2
meningkat (α2 δ2) di β-Thalassemia. Pada α-talasemia terdapat lebih sedikit-globin rantai α
dan β- berlebihan dan rantai γ-globin. Kelebihan rantai ini membentuk hb Bart (γ4) dalam
kehidupan janin dan Hb H (β4) setelah lahir. Tetramers abnormal ini tidak mematikan tetapi
mengakibatkan hemolisis extravascular.
Thalasemia –α
Seperti telah disebutkan diatas terdapat 2 gen α pada tiap haploid kromosom, sehingga dapat
di duga terjadi 4 macam kelainan pada thalasemia- α. Kelainan dapat terjadi pada 1 atau 2
gen pada satu kromosom atau beberapa gen pada seorang individu sehat. Penelitian akhir akhir ini menunjukkan bahwa pada kelainan α- thalasemia-1 tidak terbentuk rantai- α sama
sekali, sedangkan α – thalasemia- 2 masih ada sedikit pembentukan rantai- α tersebut. Atas
dasar tersebut, α-thalasemia-1 dan α-thalasemia-2 sekarang disebut α0- dan α-+- thalasemia.
Disamping kelainan pada pembentukan rantai α ini terdapat pu la kelainan struktural pada
rantai α. Yang paling banyak di temukan ialah Hb constant spring. Pada Hb constant spring
terdapat rantai α dengan 172 asam amino, berarti 31 asam amino lebih panjang daripada
rantai α biasa. Kombinasi heterozigot antara α0- thalasemia dengan α-+- thalasemia atau α0-
thalasemia dengan Hb constant spring akan menimbulkan penyakit HbH. Pada thalasemia α
akan terjadi gejala klinis bila terdapat kombinasi gen α0- thalasemia dengan gen- - lainnya.
Homozigot α_+_ thalasemia hanya menim bulkan anemia yang sangan ringan denganhipokromia eritrosit. Bentuk homozigot Hb constant spring juga tidak menimbulkan gejala
yang nyata, hanya anemia ringan dengan kadang kadang disertai spleenomegali ringan. 4
Pada fetus kekurangan rantai –α menyebabk an rantai-δ yang berlebihan sehingga akan
terbentuk tetramer δ 4 (Hb Bart’s) sedangkan pada anak besar atau dewasa, kekurangan
rantai- α ini menyebabkan rantai– β yang berlebihan hingga akan terbentuk tetramer β 4
(HbH). Jadi adanya nya Hb bart’s dan HbH pada elektroforesis merupakan petunjuk terhadap
adanya thalasemia α. Yang sulit ialah mengenal bentuk heterozigot α- thalasemia. Bentuk
heterozigot α0- thalasemia memberikan gambaran darah tepi serupa dengan bentuk
heterozigot thalasemia seperti mikrositosis dan peninggian resistensi osmotik. 8
Pada Hidrops fetalis, biasanya bayi telah mati pada usia kehamilan 28-40 minggu atau lahir
hidup untuk beberapa jam kemudian meninggal. Bayi akan tampak anemia dengan kadar Hb6-8 g%, sediaan hapusan darah tepi memperlihatkan hipokromia dengan tanda tanda
7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 10/13
anisositosis, poikilositosis, banyak normoblas dan retikulositosis. Pada pemeriksaan
eritroporesis darah, akan ditemukan Hb bart’s sebanyak kira kira 80%. Tidak ditemukan HbF
Maupun HbA. 4
Pada penyakit HbH, biasanya ditemukan anemia dengan pembesaran limpa. Anemia biasa
nya tidak membutuhkan tranfusi darah. Mudah terjadi serangan hemolisis akut pada serangan
infeksi berat. Kadar Hb biasanya 7-10 g%. Sediaan darah tepi biasanya menunjukkan tandatanda hipokromia. Terdapat pula retikulositosis (5-10%) dan ditemukan inclusion bodies,
pada sediaan hapus darah tepi yang di inkubasi dengan biru brilian kresil. Pada elektroforesis
ditemukan adanya HbA, H, A2 dan sedikit Hb Bart’s. HbH jumlanya sekitar 5-40%, kadang
kadang kurang atau lebih dari variasi itu. Pada pemeriksaan sintesis rantai globulin (in vitro)
dari retikulosis terdapat ketidak seimbangan antara pembentukan rantai- α / β yaitu antara 0,5
sampai 0,25. Dalam keadaan normal rasio α / β ialah 1.
Thalasemia- β (Thalasemia major, cooley anemia)
Bentuk ini lebih heterogen dibandingkan thalasemia α, tetapi untuk kepentingan klinis
umumnya dibedakan antara thalasemia β0 dan thalasemia β+. Pada β0 thalasemia tidak
dibentuk rantai globin sama skali, sedangkan β+ thalasemia terdapat pengurangan (10-50%)daripada produksi rantai globin β tersebut. Pembagian selanjutnya adalah kadar HbA2 yang
normal baik pada β0 maupun β+- thalasemia dalam bentuk heterozigotnya. Bentuk
homozigot dari β0 atau campuran antara β0 dengan β+ -thalasemia yang berat akan
menimbulkan gejala klinis yang berat yang memerlukan tranfusi darah sejak permulaan
kehidupannya. Tapi kadang kadang bentuk campuran ini memberi gejala klinis ringan dan
disebut thalasemia intermedia.4
Bentuk β-Thalasemia sindrom lain nya.8
Sindrom talasemia β- digolongkan menjadi enam kelompok: β-thalasemia, δβ- thalasemia, γ-
thalasemia, δ- thalasemia, εγδβ- thalasemia, dan sindrom HPFH. Sebagian besar thalasemia
relatif langka, hanya beberapa yang ditemukan dalam kelompok keluar ga. β- thalasemia juga
dapat diklasifikasikan secara klinis sebagai sifat talasemia, minimum, ringan, menengah, dan besar dari tingkat anemia. Klasifikasi genetik tidak selalu menentukan fenotipe, dan derajat
anemia tidak selalu memprediksi klasifikasi genetik.
Thalasemia intermedia dapat berupa kombinasi dari mutasi β- thalasemia (β0 / β, β0 /
βvariant, E/β0), yang akan menyebabkan fenotipe anemia mikrositik dengan Hb sekitar 7 g /
dL. Terdapat kontroversi mengenai apakah dilakukan tranfusi pada anak-anak ini. Mereka
pasti akan mengembangkan derajat hiperplasia meduler, hemosiderosis gizi mungkin
membutuhkan chelation, splenomegali, dan komplikasi lain thalasemia dengan kelebihan zat
besi. Hematopoiesis Extramedullary dapat terjadi dalam kanalis vertebralis, penekanan saraf
oleh tulang belakang dan menyebabkan gejala neurologis, kedua adalah darurat medis yang
membutuhkan terapi radiasi langsung lokal untuk menghentikan eritropoiesis. Transfusi akan
meringankan manifestasi thalasemia dan mempercepat kebutuhan chelation. splenektomi
menempatkan anak berisiko terinfeksi dan hipertensi paru.
Thalasemia diklasifikasikan sebagai minimum dan ringan biasanya heterozigot (β0 / β, β / β)
yang memiliki fenotipe yang lebih parah dari sifat tetapi tidak separah intermedia. Anak-anak
ini harus diselidiki untuk genotipe dan dimonitor untuk akumulasi besi. β- thalasemia
dipengaruhi oleh keberadaan-Thalassemia α: α-thalassemia menyebabkan anemia dengan
sifat kurang parah dan digandakan gen α (ααα / αα (menyebabkan talasemia yang lebih berat.
Orang yang berada dalam kelompok-kelompok ini memerlukan transfusi pada masa remaja
atau dewasa, Beberapa mungkin menjadi kandidat untuk kemoterapi seperti hydroxyurea.
Sifat thalasemia sering misdiagnosis sebagai kekurangan zat besi pada anak-anak. Sebuah
kursus singkat dari besi dan re-evaluasi, semua yang diperlukan untuk memisahkan anak-anak yang perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut. Anak anak yang memiliki sifat β -
7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 11/13
Thalasemia akan memiliki lebar sel darah merah terdistribusi dan pada elektroforesis Hb
memiliki HbF tinggi dan diagnose di tinggikan HbA2. Terdapat istilah "silent" bentuk sifat
thalasemia dan jika sejarah keluarga adalah sugestif, studi lebih lanjut dapat diindikasikan.
LI II.6 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MANIFESTASI KLINIK
Thalasemia mayor
Anemia berat menjadi nyata pada umur 3-6 bulan setelah lahir dan tidak dapat hiduyptanpa ditransfuse. Pembesaran
hati dan limfa terjadi karena penghancuran sel darah merahberlebihan, haemopoesis ekstra medular dan kelebihan
beban besi. Limpa yang membesarmeningkatkan kebutuhan darah dengan menambah penghancuran sel darah
merah danpemusatan (pooling) dan dengan menyebabkan pertambahan volume plasma. Perubahanpada tulang
karena hiperaktivitas sum-sum merah berupa detormitas dan fraktur spontan,terutama kasus yang tidak atau kurang
mendapat tranfuse darah. Deformitas tulang,disamping mengakibatkan muka mongoloid, dapat menyebabkan
pertumbuhan berlebihantulang frontal dan zigomantion serta maksila. Pertumbuhan gigi biasanya buruk. Gejala
lainyang tampak ialah lemah, pucat, perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur, berat badankurang, perut
membuncit. Jika pasien tidak sering mendapat tranfuse darah kulit menjadikelabu serupa dengan besi akibat
penimbunan besi dalam jaringan kulit.
Thalasemia Intermedia
Keadaan klinis lebih baik dan gejala lebih ringan daripada thalasemia mayor, anemiasedang (hemoglobin 7 10,09/dl).
Gejala detormitas tulang, hepatomegali dan spienomegali,eritropoesis ekstra medular dan gambaran kelebihan beban
besi nampak pada masa dewasa.
Thalasemia Minor atau troit (pembawa sifat)
Umumnya tidak dijumpai gejala klinis yang khas, ditandai oleh anemia mikrositin,bentuk heterozigot tetapi tanpa
anemia atau anemia ringan.
LI II.7 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Anamnesis :Keluhan timbul karena anemia: pucat, gangguan nafsu makan, gangguan tumbuh kembang danperut
membesar karena pembesaran lien dan hati. Pada umumnya keluh kesah ini mulai timbulpada usia 6 bulan.
1.Riwayat keluarga
2.Riwayat transfuse
3.Tempat tinggal
4.Riwayat pertumbuhan
5.Riwayat pengangkatan limpa
Pemeriksaan Fisik :
1.Perawakan pendek
2.Pigmentasi kulit
3.Pucat
4.Ikterus ringan mungkin ada
5.Hepatosplenomegali
6.Cardiomegali
Pemeriksaan penunjang :
1.Hb : 3-9 g/dl2.Eritrosit : anisositosis, poikilositosis, dan hipokromia berat.
7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 12/13
3.Sering dijumpai sel target dan tear drop cell.
4.Normoblas (eritrosit berinti) banyak dijumpai terutama pasca splenektomi
5.Gambaran sumsum tulang memperlihatkan eritropoesis yang hiperaktif.
6.Diagnosis definitif ditegakkan dengan pemeriksaan elektroforesis hemoglobin,
dimanapada talassemia α ditemukan Hb Bart’s dan HbH, sedangkan pada talassemia β kadar H
bF bervariasi antara 10-90%.7.Pemeriksaan khusus : Analisis globin chain synthesis.
Diagnosis Banding
Sifat -Thalasemia (dua gen delesi ) harus dibedakan dari anemia ringan tipe mikrositik
-thalasemia minor. Berbeda pada anak anak dengan defisiensi
-Thalasemia yang memiliki Hb elektroporesis normal setelah usia 4-
6 bulan. Akhirnya, perjalanan dari rendahnya MCV (96 fL) saat lahir atau tampilan Hb bart’s
-Thalasemia.
Anak anak dengan HbH memiliki gejala ikterus dan splenomegali, dan kelainan tersebut
harus disingkirkan dari hemolitik anemia lain nya. Kunci diagnosis adalah meningkatnya-
thalasemia, memiliki kelainan hemolitik berupa normal atau peningkatan MCV dan tidak
hipokromik.
LI II.8 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah tepi :
- Hb rendah dapat sampai 2-3 g%
- Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis beratdengan
makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi,
basophilic stippling, bendaHowell-Jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas.- Retikulosit meningkat.
2. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :
- Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil.
- Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.
3.Pemeriksaan khusus :
- Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
- Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.
- Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakantrait (carrier) dengan Hb
A2meningkat (> 3,5% dari Hb total).
4.Analisis DNAAnalisis DNA digunakan untuk mengetahui adanya mutasi pada gen yang memproduksirantai
alpha dan beta. Pemeriksaan ini merupakan tes yang paling efektif untuk mendiagnosa keadaan karier padatalasemia.5.
Pemeriksaan sitogenetik
Merupakan pemeriksaan komposisi kromosom sel, fungsi normal, dan setiap deviasi dariyang normal. Analisis
sitogenetik bisa dilakukan pada jaringan yang diambil aspirasi danbiopsi sumsum tulang pada darah tepi jika
jumlahnya meningkat, dan pada kelenjar getahbening, hati, limpa, serta cairan amnion.6.
Pemeriksaan radiologis
Gambaran radiologis tulang akan memperlihatkan medulla yang lebar, korteks tipis dantrabekula kasar. Tulang
tengkorak memperlihatkan diploe dan pada anak besar kadang-kadang terlihat brush appearance. Sering pula
ditemukan gangguan pneumatisasi ronggasinus paranasalis
7/30/2019 Skenario Dua Blok Hematologi
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-dua-blok-hematologi 13/13
LO II.9 MEMAHAMI AN MENJELASKAN PENATALAKSANAAN
- Transfusi darah teratur yang perlu dilakukan untuk mempertahankan Hb di atas 10 gr/dltiap saat. Hal ini
biasanya membutuhkan 2-3 unit tiap 4-6 minggu. Darah segar, yangtelah disaring untuk memisahkan
leukosist, menghasilkan eritrosit dengan ketahananyang terbaik dan reaksi paling sedikit. Pasien harus
diperiksa genotipnya pada permulaanprogram transfuse untuk mengantisipasi bila timbul antibody eritrosit
terhadap eritrosityang ditransfusikan.- Asam folat diberikan secara teratur (misal 5 mg/hari) jika asupan diet buruk.
- Terapi khelasi besi digunakan untuk mengatasi kelebihan besi. Desferioksamin dapatdiberikan melalui
kantung infus terpisah sebanyak 1-2 g untuk tiap unit darah yangditransfusikan dan melalui infus subkutan
20-40 mg/kg dalam 8-12 jam, 5-7 hariseminggu. Hal ini dilaksanakan pada bayi setelah pemberian transfusi
10-15 unit darah.Khelasi besi oral suspensi yang digunakan unutk mengurangi konsentrasi besi hati
padadewasa dan anak yang mendapat transfusi RBC berulang. Mengikat besi dengan afinitas2:1. Telah
disetujui untuk menatalaksana kelebihan besi kronik yang disebabkan transfusidarah yang berlebihan.Dosis
Inisial: 20 mg/kg PO setiap hari 30 min sebelum makan, selanjutnya pertahankandosis 5-10mg/kg/d. Note:
Larutkan suspensi di air, jus jeruk atau jus apel lalu segeradiminum Vitamin C (200 mg perhari)
meningkatkan eksresi besi yang disebabkan olehdesferioksamin.
- Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapatmemperpanjang umur sel darah merah.- Splenektomi mungkin perlu untuk mengurangi kebutuhan darah. Splenektomi harusditunda sampai pasien
berusia > 6 tahun karena tingginya resiko infeksi pascasplenektomi.
- Transplantasi sum-sum tulang alogenik memberi prospek kesembuhan permanent.Tingkat kesuksesan
adalah lebih dari 80% pada pasien muda yang mendapat khelasisecara baik tanpa disertai adanya fibrosis
hati atau hepatomegali.
LI II.10 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PROGNOSIS
Thalasemia homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang mencapai usia
dekade ke-3, walaupun digunakan antibiotik untuk mencegah infeksi dan pemberianchaleting agents untuk mengurangi hemosiderosis (harganya pun mahal, pada umumnya tidak
terjangkau oleh penduduk negara berkembang).Thalasemia tumor trait dan Thalasemia beta
HbE yang umumnya mempunyai prognosis baik dan dapat hidup seperti biasa.
LI II.11 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PENCEGAHAN
Pencegahan primer : Penyuluhan sebelum perkawinan (marriagecounselling) untuk mencegah perkawinan
diantara pasien Thalasemia agar tidak mendapatkan keturunan yang homozigot.Perkawinan antara 2 hetarozigot
(carrier)menghasilkan keturunan: 25 % Thalasemia(homozigot), 50 % carrier (heterozigot) dan 25 normal.
Pencegahan sekunder: Diagnosis prenatal melalui pemeriksaan DNA cairan amnionmerupakan suatu
kemajuan dan digunakan untuk mendiagnosis kasus homozigot intra-uterinsehingga dapat dipertimbangkan
tindakan abortus provokotus (Soeparman dkk, 1996).
Edukasi :
-Sampaikan kepada pasien dan keluarga mengenai kondisinya sekarang.
-Beri saran agar sebelum melakukan pernikahan, cek pasangan untuk kemungkinanthalasemia
-Hindari pemakaian obat pencetus hemolitik seperti fenasetin, klorpromazin
(tranquilizer ), penisilin, kina, dan sulfonamid.