skenario 1 blok hematologi
Embed Size (px)
DESCRIPTION
wrap upTRANSCRIPT
SKENARIO 1 BLOK HEMATOLOGILEKAS LELAH BILA BEKERJA
Kelompok B-2KETUA: Mauren Anastasya P P (1102013164)SEKRETARSIS: Marlita Adelina Pratiwi (1102013163)ANGGOTA: Marisa (1102013161) Mazaya Indah B A (1102013165) Meidika Wulandari (1102013166) Miftahudin Alif Sugeng (1102013168) Miftahurrahma Galuh M S (1102013169) M.Hafiz.Ash.S (1102012175) Pungky Dio A (1102012213)
SKENARIO 1LEKAS LELAH BILA BEKERJAYani 19 tahun, memeriksakan diri ke dokter dengan keluhan sering merasa lekas lelah setelah melakukan aktivitas. Keluhan ini sudah di alami 3 bulan terakhir. Sebelumnya tidak pernah mengalami hal seperti ini.Pada anamnesis tambahan di dapatkan keterangan bahwa sejak usia kanak-kanak pola makan yani tidak teratur, jarang makan sayur, ikan, maupun daging, hanya tahu/tempe dan kerupuk. Tidak di jumpai riwayat penyakit yang di derita sebelumnya dan riwayat pengobatan tidak jelas.Pada pemeriksaan fisik di dapatkan : Wajah terlihat lelah, TD 110/60 mmHg, frekuensi nadi 88 x/menit, frekuensi pernafasan 20 x/menit, suhu tubuh 36,80c, TB = 160cm, BB=60 kg, konjungtiva palpebra inferior pucat Pemeriksaan jantung paru dan abdomen dalam batas normal Hasil pemeriksaan darah rutin di jumpai :
PemeriksaanKadarNilai Normal
Hemoglobin (Hb)10,5 g/dl12-14 g/dl
Hematokrit (Ht)37%37-42 %
Eritrosit4,75 x 106 /3,9 5,3 x 106 /
MCV70 fL82-92 fL
MCH20 pg27-31 pg
MCHC22 %32-36 %
Leukosit650005000 -10.000
Trombosit300.000 /150.000 - 400.000 /
KATA-KATA SULIT1. Konjungtiva palpebral inferiorMerupakan kelopak mata bagian bawah2. HematocritKadar volume eritrosit dalam volume plasma darah dalam bentuk persentase3. MVC, MCH dan MCHCMCV (Mean Corpuscular volume), volume rata-rata eritrositMCH (Mean Corpuscular hemoglobin), banyaknya hemoglobin per eritrosit MCHC ( Mean Corpuscular Hemoglobin), kadar hemoglobin yang didapat per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%).4. HemoglobinKomponen eritrosit yang berfungsi mengikat oksigen
PERTANYAAN1. Apa hubungan pola makan dengan kadar Hb,MCV,MCV,MCHC?2. Mengapa konjungtiva palpebral inferior pucat?3. Mengapa penderita cepat lelah saat bekerja dan keluhan baru terjadi saat 3 bulan terakhir?4. Apa diagnosis dan diagnosis banding pasien tersebut?5. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi Hb dan hematocrit?6. Mengapa pada pasien ini dilakukan pemeriksaan darah rutin?7. Bagaimana cara menghitung MCH,MCV dan MCHC?8. Bagaimana pola makan yang baik?9. Apa penanganan dalam kasus ini?10. Apa akibat terburuk jika tidak ditangani dengan cepat?JAWABAN1. Besi heme terdapat dalam daging dan ikan, proporsi absorpsinya tinggiBesi nonheme berasal dari sumber tumbu-tumbuhan, proporsi absorpsinya rendah2. Hemoglobin turun > Anemia > Konjungtiva Palpebra inferior pucat3. Karena intake Fe kurang, masa eritrosit 120 hari jadi baru ada keluhan saat 3bulan terakhir4. Diagnosis, Anemia Defisiensi BesiDiagnosis Banding, Thalasemia, Anemia Penyakit kronik , Anemi Sideroblastik5. Umur, jenis kelamin, jumlah sel darah merah dan aktivitas dan keadaan patologis6. Karena pemeriksaan darah rutin lengkap dan untuk menegakkan diagnosis pasien7. MCH: 10 x Hb : E pikogram(pg)MCV: 10 x Ht : E femtoliter (fl)MCHC : 100 x Hb : Ht present (%)8. Makan-makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna9. Intake besi secara oral, parenteral & menyembuhkan penyakit kausal 10. Infark organ, semakin cepat lelah
HIPOTESISPada eritropoesis, kadar Fe dalam tubuh menurun akan menyebabkan pembentukkan Heme menurun, begitu juga jumlah Eritrosit akan menurun, selanjutnya dapat menyebabkan anemia yang disebabkan karena defisiensi besi. Gejalanya seperti konjungtiva palpebral inferior pucat,cepat lelah. Untuk menentukan diagnosis dapat dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan lab. Setelah mendapatkan diagnosis dilanjutkan penanganannya berupa diet makanan tinggi kandungan besi yang bioavabilitas nya tinggi seperti daging,ikan. Tapi jika tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan prognosis yang buruk
SASARAN BELAJARLI.1Memahami dan menjelaskan EritrositLO.1.1 Definisi EritrositLO.1.2 Mekanisme EritropoesisLO.1.3 Fungsi Eritrosit, Morfologi, Sifat FisikLI.2Memahami dan menjelaskan HemoglobinLO.2.1 Definisi HemoglobinLO.2.2 Biosintesis dan Fungsi HemoglobinLO.2.3 Peranan zat besi terhadap tubuhLO.2.4 Kurva disosiasi oksigenLI.3Memahami dan menjelaskan AnemiaLO.3.1 Definisi AnemiaLO.3.2 Etiologi AnemiaLO.3.3 Klasifikasi AnemiaLI.4Memahami dan menjelaskan Anemia defisiensi besiLO.4.1 Definisi Anemia defisiensi besiLO.4.2 Etiologi Anemia defisiensi besiLO.4.3 Patofiologi Anemia defisiensi besiLO.4.4 Manifestasi Klinis Anemia defisiensi besiLO.4.5 Pemeriksaan Laboratorium Anemia defisiensi besiLO.4.6 Penatalaksaan Anemia defisiensi besiLO.4.7 Diagnosis Banding Anemia defisiensi besiLO.4.8 Pencegahan Anemia defisiensi besiLO.4.9 Prognosis Anemia defisiensi besiLI.1 Memahami dan menjelaskan EritrositLO.1.1 Definisi EritrositEritrosit adalah sel darah merah;korpus sel, salah satu unsur yang dibentuk pada darah tepiLO.1.2 Mekanisme Eritropoesisa. Selama perkembangan intrauterus, eritrosit mula-mula dibentuk oleh yolk sac dan kemudian oleh hati dan limpa sampai sumsum tulang terbentuk dan mengambil alih produksi eritrosit secara ekslusif.b. Pada anak, sebagian tulang terisi oleh sumsum tulang merah yang mampu memproduksi sel darah. Namun, seiring dengan pertambahan usia, sumsum tulanh kuning yang tidak mampu melakukan eritropoiesis secara perlahan menggantikan sumsum merah, yang tersisa hanya di beberapa tempat, misalnya sternum, iga dan ujung-ujungg atas tulang oanjang ekstremitas.Sumsum tulang tidak hanya memproduksi SDM tetapi juga merupakan sumber leukosit dan trombosit.Di sumsum tulang terdapat sel punca pluripotent tak berdiferensiasi yang secara terus menerus membelah diri dan berdiferensiasi untuk menghasilkan semua jenis sel darah.Ginjal mendeteksi penurunan/ kapasitas daraah yang mengakngkut oksigen.Jika O2 yang disalurkan ke ginjal berkurang, maka ginjal mengeluarkan hormone eritropoietin dalam darah yang berfungsi merangsang eritropoiesis (produksi eritrosit) dalam sumsum tulang.Tambahan eritrosit di sirkulasi meningkatkan kemampuan darah mrngangkut O2.Peningkatan kemampuan darah mengangkut O2 menghilangkan rangsangan awal yang memicu sekresi eritropoietin.
Rubriblast Rubriblast disebut juga pronormoblast atau proeritrosit, merupakan sel termuda dalam sel eritrosit. Sel ini berinti bulat dengan beberapa anak inti dan kromatin yang halus. Dengan pulasan Romanowsky inti berwarna biru kemerah-merahan sitoplasmanya berwarna biru. Ukuran sel rubriblast bervariasi 18-25 mikron. Dalam keadaan normal jumlah rubriblast dalam sumsum tulang adalah kurang dari 1 % dari seluruh jumlah sel berinti.
ProrubrisitProrubrisit disebut juga normoblast basofilik atau eritroblast basofilik. Pada pewarnaan kromatin inti tampak kasar dan anak inti menghilang atau tidak tampak, sitoplasma sedikit mengandung hemoglobin sehingga warna biru dari sitoplasma akan tampak menjadi sedikit kemerah-merahan. Ukuran lebih kecil dari rubriblast. Jumlahnya dalam keadaan normal 1-4 % dari seluruh sel berinti. Rubrisit Rubrisit disebut juga normoblast polikromatik atau eritroblast polikromatik. Inti sel ini mengandung kromatin yang kasar dan menebal secara tidak teratur, di beberapa tempat tampak daerah-daerah piknotik. Pada sel ini sudah tidak terdapat lagi anak inti, inti sel lebih kecil daripada prorubrisit tetapi sitoplasmanya lebih banyak, mengandung warna biru karena kandungan asam ribonukleat (ribonucleic acid-RNA) dan merah karena kandungan hemoglobin, tetapi warna merah biasanya lebih dominan. Jumlah sel ini dalam sumsum tulang orang dewasa normal adalah 10-20 %. Metarubrisit Sel ini disebut juga normoblast ortokromatik atau eritroblast ortokromatik. Inti sel ini kecil padat dengan struktur kromatin yang menggumpal. Sitoplasma telah mengandung lebih banyak hemoglobin sehingga warnanya merah walaupun masih ada sisa-sisa warna biru dari RNA. Jumlahnya dalam keadaan normal adalah 5-10 %. Retikulosit Pada proses maturasi eritrosit, setelah pembentukan hemoglobin dan penglepasan inti sel, masih diperlukan beberapa hari lagi untuk melepaskan sisa-sisa RNA. Sebagian proses ini berlangsung di dalam sumsum tulang dan sebagian lagi dalam darah tepi. Pada saat proses maturasi akhir, eritrosit selain mengandung sisa-sisa RNA juga mengandung berbagai fragmen mitokondria dan organel lainnya. Pada stadium ini eritrosit disebut retikulosit atau eritrosit polikrom. Retikulum yang terdapat di dalam sel ini hanya dapat dilihat dengan pewarnaan supravital. Tetapi sebenarnya retikulum ini juga dapat terlihat segai bintik-bintik abnormal dalam eritrosit pada sediaan apus biasa. Polikromatofilia yang merupakan kelainan warna eritrosit yang kebiru-biruan dan bintik-bintik basofil pada eritrosit sebenarnya disebabkan oleh bahan ribosom ini. Setelah dilepaskan dari sumsum tulang sel normal akan beredar sebagai retikulosit selama 1-2 hari. Kemudian sebagai eritrosit matang selama 120 hari. Dalam darah normal terdapat 0,5-2,5 % retikulosit. Eritrosit Eritrosit normal merupakan sel berbentuk cakram bikonkav dengan ukuran diameter 7-8 um dan tebal 1,5-2,5 um. Bagian tengah sel ini lebih tipis daripada bagian tepi. Dengan pewarnaan Wright, eritrosit akan berwarna kemerah-merahan karena mengandung hemoglobin. Eritrosit sangat lentur dan sangat berubah bentuk selama beredar dalam sirkulasi. Umur eritrosit adalah sekitar 120 hari dan akan dihancurkan bila mencapai umurnya oleh limpa. Banyak dinamika yang terjadi pada eritrosit selama beredar dalam darah, baik mengalami trauma, gangguan metabolisme, infeksi Plasmodium hingga di makan oleh Parasit. Sel Induk Hemopoetik Jalur Sel Induk Mieloid Sel Induk Eritroid ( BFU-E dan CFU-E )Normoblas Polikromatik Normoblas Basofilik Pronormoblas
Normoblas Piknotik
Retikulosit ( Tidak ada inti, masih ada sisa-sisa RNA ) Dilepas ke darah tepi
Eritrosit ( sudah tidak ada sisa-sisa RNA )
Faktor yang di perlukan untuk eritropoiesisKeseimbangan jumlah eritrosit yang beredar di dalam darah mencerminkan adanya keseimbangan antara pembentukan dan destruksi eritrosit. Keseimbangan ini sangat penting, karena ketika jumlah eritrosit turun akan terjadi hipoksia dan ketika terjadi kenaikan jumlah eritrosit akan meningkatkan kekentalan darah. Untuk mempertahankan jumlah eritrosit dalam rentang hemostasis, sel-sel baru diproduksi dalam kecepatan yang sangat cepat yaitu lebih dari 2 juta per detik pada orang yang sehat. Proses ini dikontrol oleh hormone dan tergantung pada pasokan yang memadai dari besi, asam amino dan vitamin B tertentu.
Hormonal ControlStimulus langsung untuk pembentukan eritrosit disediakan oleh hormone eritropoetin (EPO)dan hormon glikoprotein.Ginjal memainkan peranan utama dalam produksi EPO. Ketikasel-sel ginjal mengalami hipoksia (kekurangan O2), ginjal akan mempercepat pelepasaneritropoetin. Penurunan kadar O2 yang memicu pembentukan EPO :
1. Kurangnya jumlah sel darah merah atau destruksi eritrosit yang berlebihan 2. Kurang kadar hemoglobin di dalam sel darah merah (seperti yang terjadi pada defisiensi besi) 3. Kurangnya ketersediaan O2 seperti pada daerah dataran tinggi dan pada penderita pneumonia.
Peningkatan aktivitas eritropoesis ini menambah jumlah sel darah merah dalam darah,sehingga terjadi peningkatan kapasitas darah mengangkut O2 dan memulihkan penyaluranO2 ke jaringan ke tingkat normal.Apabila penyaluran O2 ke ginjal telah normal, sekresieritropoetin dihentikan sampai diperlukan kembali. Jadi, hipoksia tidak mengaktifkanlangsung sumsum tulang secara langsung, tapi merangsang ginjal yang nantinya memberikanstimulus hormone yang akan mengaktifkan sumsum tulang.Selain itu, testosterone pada pria juga meningkatkan produksi EPO oleh ginjal.Hormone sexwanita tidak berpengaruh terhadap stimulasi EPO, itulah sebabnya jumlah RBC pada wanitalebih rendah daripada pria.
Eritropoeitin Dihasilkan oleh: sel interstisial peritubular ginjal,hati Stimulus pembentukan eritroprotein: tekanan O2dalam jaringan ginjal. penyaluran O2ke ginjal merangsang ginjal mengeluarkan hormon eritropoetin ke dalamdarah merangsang eritropoiesis di sumsum tulang dengan merangsang proliferasi dan pematangan eritrosit jumlah eritrosit meningkat kapasitas darah mengangkut O2 dan penyaluran O2ke jaringan pulih ke tingkat normal stimulus awal yang mencetuskansekresi eritropoetin hilang sampai diperlukan kembali. Pasokan O2 ke jaringan akibat peningkatan massa eritrosit/Hb dapat lebih mudah melepaskan O2: stimulus eritroprotein turun Fungsi: mempertahankan sel-sel precursor dengan memungkin sel-sel tsb terus berproliferasimenjadi elemen-elemen yg mensintesis Hb. Bekerja pada sel-sel tingkat G1 Hipoksia: rangsang fisiologis dasar untuk eritropoeisis karena suplai O2& kebutuhanmengatur pembentukan eritrosit.
LO.1.3 Fungsi Eritrosit, Morfologi dan Sifat FisikEritrosit normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter 7,8 m, dengan ketebalan pada bagian yang paling tebal 2,5 m dan pada bagian tengah1 m atau kurang. Volume eritrosit adalah 90 - 95 m3.Jumlah eritrosit normal pada pria 4,6 - 6,2 juta/Ldan pada wanita 4,2 - 5,4 juta/L. Kadar normalhemoglobin pada pria 14 - 18 g/dL dan pada wanita12 - 16g/dL.
Fungsi Sel darah MerahSel darah merah berfungsi mengedarkan O2 ke seluruh tubuh. Berfungsi dalam penentuan golongan darah. Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel darah merah akan melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen, serta membunuhnya Eritrosit juga melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin terdeoksigenasi, yang juga berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan melancarkan arus darah supaya darah menuju ke daerah tubuh yang kekurangan oksigen.
LI.2 Memahami dan menjelaskan HemoglobinLO2.1 Definisi HemoglobinPigmen merah pembawa oksigen pada eritrosit, di bentuk oleh eritrosit yang berkembang dalam sumsum tulang. Merupakan homoprotein yang mengandung empat gugus hem dan globin serta mempunyai kemampuan oksigenasi reversible.Kamus Kedokteran Dorland 31th edition, 2007
LO2.2 Biosintesis dan fungsi hemoglobinSintesis hemoglobin membutuhkan produksi dari heme dan globin yang terkoordinasi. Heme adalah kelompok prostetik yang menjembatani pengikatan oksigen melalui hemoglobin. Globin adalah protein yang mengelilingi dan melindungi molekul heme
Sintesis Heme
Gambar 1 Sintesis hemeSickle.bwh.harvard.edu/hbsynthesis.html
Sintesis heme adalah sebuah proses kompleks yang melibatkan banyak langkah-langkah enzimatik. Proses ini dimulai di mitokondria dengan kondensasi dari suksinil-CoA dan glisin membentuk 5-aminolevulinic acid. Serangkaian langkah-langkah di dalam sitoplasma menghasilkan coproporphrynohen III yang akan masuk kembali ke dalam mitokondria. Langkah-langkah enzimatik akhir menghasilkan heme.Sintesis globinDua rantai globin yang berbeda, alpha dan non-alpha (masing-masing dengan molekul heme sendiri) bergabung membentuk hemoglobin. Dengan pengecualian pada minggu pertama perkembangan embrio, salah satu rantai globin selalu alpha. Sejumlah variabel mempengaruhi sifat dasar dari rantai non-alpha di dalam molekul hemoglobin. Fetus mempunyai sebuah rantai non-alpha yang berbeda yaitu gamma. Setelah lahir, rantai globin non-alpha berbeda dinamakan beta, berpasangan dengan rantai alpha. Gabungan dari dua rantai alpha dan dua rantai non alpha menghasilkan sebuah molekul hemoglobin yang lengkap (total 4 rantai per molekul).Gabungan dari dua rantai alpha dan dua rantai gamma membentuk hemoglobin fetal (janin) yakni Hb F. Dengan pengecualian bahwa 10 hingga 12 minggu pertama setelah pembuahan, Hb F sebagai hemoglobin dasar di dalam perkembangan janin. Gabungan dua rantai alpha dan dua rantai beta membentuk hemoglobin adult (dewasa) yang juga disebut sebagai Hb A. Walaupun Hb A dinamankan dewasa, Hb A menjadi hemoglobin yang menonjol sekitar 18 hingga 24 minggu kelahiran. Sepasang dari satu rantai alpha dan satu rantai non-alpha menghasilkan sebuah dimer (dua rantai) hemoglobin. Dimer hemoglobin tidak efisien membawa oksigen. Dua dimer bergabung membentuk sebuah tetramer hemoglobin yang merupakan bentk fungsional dari hemoglobin. Ciri-ciri biofisika lengkap dari tetramer hemoglobin yakni mengontrol pengambilan oksigen di paru-paru dan melepaskannya di jaringan yang membutuhkan untuk mempertahankan hidup. Gen-gen yang mengkode rantai globin alpha terletak pada kromosom 16, sedangkan gen-gen yang mengkode rantai globin non-alpha terletak pada kromosom 11. Kompleks alpha disebut lokus globin alpha, sedangkan kompleks non-alpha disebut lokus globin beta. Keseimbangan ekspresi gen pada rantai globin dibutukan untuk fungsi normal sel darah merah. Gangguan keseimbangan ekspresi gen pada rantai globin menghasilkan sebuah penyakit yang dinamakan talasemia (Bunn dan Forget, Saunders, 2002)
Gambar 2 Sintesis globinSickle.bwh.harvard.edu/hbsynthesis.html
Embryonic hemoglobinsFetal hemoglobinAdult hemoglobins
gower 1- zeta(2), epsilon(2)gower 2- alpha(2), epsilon (2)Portland- zeta(2), gamma (2)hemoglobin F- alpha(2), gamma(2)hemoglobin A- alpha(2), beta(2)hemoglobin A2- alpha(2), delta(2)
Tabel 1 Hemoglobin manusiaSickle.bwh.harvard.edu/hbsynthesis.html
Biosintesis hemoglobinSintesis hemoglobin di mulai dalam proteoblast dan berlanjut bahkan dalam stadium retikulosit pada pembentukan sel darah merah.Oleh karena itu ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke aliran darah, retikulosit tetap membentuk sejumlah kecil hemoglobin satu hari sesudah dan seterusnya sampai sel tersebut menjadi eritrosit yang matur.
Tahap dasar pembentukan secara kimiawi :Suksinil-KoA, di bentuk dalam siklus krebs berikatan dengan glisin membentuk molekul priol.Empat priol bergabung membentuk protoporfirin IX bergabung dengan besi membentuk molekul heme.Setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang yaitu globin yang di sintesis oleh ribosom membentuk sub unit hemoglobin yang di sebut rantai hemoglobin. Fungsi hemoglobinFungsi utama hemoglobin dalam tubuh adalah bergabung dengan oksigen dalam paru kemudian melepaskan oksigen ini di dalam kapiler jaringan perifer yang tertekan gas oksigennya jauh lebih rendah daripada di paru paruGuyton 11th edition, 2006LO2.3 Peranan zat besi terhadap tubuhPenting untuk pembentukan hemoglobin namun juga penting untuk elemen lainnya (contoh : myoglobin, sitokrom, sitokrom oksidase, peroksidase, katalase)Jumlah total besi rata-rata dalam tubuh sebesar 4 sampai 5 gram, kira-kira 65 persen di jumpai dalam bentuk hemoglobin. Sekitar 4 persen dalam bentuk myoglobin, 1 persen dalam bentuk varisasi senyawa heme yang memicu oksidasi intra sel 0,1 persen bergabung dengan protein transferrin dalam plasma darah, 15 sampai 30 persen di simpan untuk penggunaan selanjutnya terutama di system retikuloendotelial dan sel parenkim hati, dalam bentuk ferritin.Guyton 11th edition, 2006
LO.2.4Kurva disosiasi oksigenSifat penting darah dalam transport oksigen adl ikatan yang reversibel oksigen dengan Hb Hb + O2 HbO2 Pd kons. tinggi Hb berkombinasi dgn O2 untuk membentuk Oksihemoglobin (HbO2) dan reaksi bergeser ke kanan. Tiap atom Fe dlm mol. Hb mengikat satu mol. O2. Bila kita plot jml Oksihemoglobin yg ada pada tiap kons. O2 diperoleh kurva disosiasi oksigen - hemoglobin
LI.3 Memahami dan menjelaskan AnemiaLO.3.1 Definisi AnemiaAnemia berarti kurangnya hemoglobin di dalam darah, yang dapat di sebabkan oleh jumlah sel darah merah yang terlalu sedikit atau jumlah hemoglobin dalam sel yang terlalu sedikit.Guyton 11th edition, 2006Ketidak cukupan massa eritrosit di dalam darah yang mengakibatkan tidak adekuatnya hantaran oksigen ke jaringan periferWintrobes clinical hematology 10th edition,1998LO.3.2 Etiologi AnemiaAnemia akibat kehilangan darahSetelah mengalami perdarahan tubuh mengganti cairan plasma dengan cepat 1 hingga 3 hari, yang menyebabkan konsenrasi sel darah merah menjadi rendah.Bila tidak terjadi perdarahan berikutnya kondisi konsentrasi sel darah merah akan kembali ke dalan jumlah normal 3 hingga 6 minggu.
Anemia aplasticAplasia sumsum tulang berarti tidak berfungsinya sumsum tulang, sehingga pembentukan sel darah merah terganggu.Penyebab terjadinya aplasia adalah adanya paparan sinar-x secara berlebihan, zat kimia tertentu pada industry, bahkan obat obatan pada pasien yang sensitifAnemia megaloblastikAnemia hemolitik Berbagai kelainan sel darah merah kebanyakan di dapat secara keturunan. Sel-sel tersebut bersifat rapuh, sehingga mudah pecah sewaktu melewati kapiler, terutama sewaktu melalui limpa. Walaupun sel darah merah yang terbentuk jumlahnya dapat mencapai normal, atau bahkan lebih besar dari normal pada penyakit-penyakit hemolitik, masa hidup sel darah merah sangat singkat sehingga sel ini di hancurkan lebih cepat di bandingkan pembentukannya sehingga mengakibatkan anemia yang parah.
Guyton 11th edition, 2006
1. Kehilangan darah (akut, kronis)2. Gangguan pembentukan eritrosit a. Insuficient eritropoiesis (eritropoiesis tidak cukup) b. Ineffective eritropoiesis (eritropoiesis tidak efektif)
3. Berkurangnya masa hidup eritrosit a. kelainan kongenital : membran, enzim, kelainan Hb b. kelainan didapat : malaria, obat, infeksi, proses imunologisLO.3.3 Klasifikasi AnemiaAnemia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi dan etiologi. Klasifikasi morfologi didasarkan pada ukuran dan kandungan hemoglobinA.Anemia hipokromik mikrositer (MCV