kata pengantar skenario 1 hematologi
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillah, puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan
kasus ke-1 ini yang berjudul “Dokter Marwan....maafin Mawar ya”
Selanjutnya, laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Blok Reproduksi.
Kepada dosen-dosen yang terlibat dalam Blok Reproduksi ini, kami ucapkan terima kasih
atas segala pengarahannya sehingga laporan ini dapat kami susun dengan cukup baik.
Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan laporan
ini, baik dari segi isi, bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh karena itu, kami ingin meminta
maaf atas segala kekurangan tersebut, hal ini disebabkan karena masih terbatasnya
pengetahuan, wawasan, dan keterampilan kami. Selain itu, kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan, guna untuk kesempurnaan laporan ini dan perbaikan untuk kita semua.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan berupa ilmu
pengetahuan untuk kita semua.
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Bandar Lampung, 3 April 2012
Tim Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………….… 1
Daftar Isi…………………………………………………………….. 2
Skenario …………………………………………………………….. 3
Step 1………………………………………………………………... 4
Step 2………………………………………………………………... 5
Step 3………………………………………………………………... 6
Step 4…................................................................................................ 12
Step 5………………………………………………………………... 33
Step 6………………………………………………………………... 34
Step 7………………………………………………………………... 35
Kesimpulan …………………………………………………….… 81
Daftar Pustaka………………………………………………………. 82

Skenario
“Lemah dan Lesu”
Ny.Riyana umur 36 tahun datang ke dokter dengan keluhan badan semakin lemah. 1 bulan sebelum periksa ke dokter dia merasa badannya lemah, sering lemas, dan lesu. Nafsu makan berkurang. Ny. Riyana merupakan penderita batuk kronik berulang. Pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva palpebra pucat. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 9,5 gr/dL, MCV 75 fl, MCH 26 pg, besi serum 28 mg/dL (nilai rujukan 37-145mg/dL), TIBC 180 mg/dL (nilai rujukan 228-428 mg/dL), dan feritin serum 300 mg/L (nilai rujukan 30-150mg/dL).

STEP 1
1. Feritin serum
2. TIBC

STEP 2
1. Proses pembentukan sel darah merah (hemopoesis)2. Apa yang diderita ny.Riyana? patofisiologi dan penegakan diagnosisnya3. Pemeriksaan lab dan pemeriksaan penunjang terkait penyakit ny. Riyana 4. Penatalaksanaan atau terapi untuk ny. Riyana 5. Hub penyakit batuk kronik dengan keluhan yang diderita?

STEP 3
1. Proses pembentukan sel darah merah (hemopoesis)
Skema dari patrick
2. Apa yang diderita ny.Riyana? patofisiologi dan penegakan diagnosisnya?
3. Pemeriksaan lab dan pemeriksaan penunjang terkait penyakit ny. Riyana 4. Penatalaksanaan atau terapi untuk ny. Riyana 5. Hub penyakit batuk kronik dengan keluhan yang diderita?

STEP 4
1. Proses pembentukan sel darah merah (hemopoesis)
Sintesis Hemoglobin
Sintesis hemoglobin dimulai sejak stadium pronormoblas, namun hanya
sedikit sekali rantai hemoglobin yang terbentuk. Begitu pula pada stadium normoblas
basofil. Baru pada stadium normoblas polikromatofil sitoplasma sel mulai dipenuhi
dengan hemoglobin (± 34%). Sintesa ini terus berlangsung hingga retikulosit
dilepaskan ke peredaran darah.
Pada tahap pertama pembentukan hemoglobin, 2 suksinil Ko-A yang
berasal dari siklus krebs berikatan dengan 2 molekul glisin membentuk molekul
pirol. Empat pirol bergabung membentuk protoporfin IX, yang selanjutnya akan
bergabung dengan besi membentuk senyawa heme. Akhirnya setiap senyawa
heme akan bergabung dengan rantai polipeptida panjang (globin) sehingga
terbentuk rantai hemoglobin. Rantai hemoglobin memiliki beberapa sub unit
tergantung susunan asam amino pada polipeptidanya. Bentuk hemoglobin yang
paling banyak terdapat pada orang dewasa adalah hemoglobin A (kombinasi 2
rantai α dan 2 rantai β). Tiap sub unit mempunyai molekul heme, oleh karena
itu dalam 1 rantai hemoglobin memerlukan 4 atom besi. Setiap atom besi akan
berikatan dengan 1 molekul oksigen (2 atom O2).

Gambar 6: pembentukan hemoglobin
2. Apa yang diderita ny.Riyana? patofisiologi dan penegakan diagnosisnya
ANEMIA
Definisi
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer.
Kriteria
Parameter yang paling umum untuk menunjukkan penurunan massa eritrosit
adalah kadar hemoglobin, disusul oleh hematokrit dan hitung eritrosit. Harga normal
hemoglobin sangat bervariasi secara fisiologis tergantung jenis kelamin, usia,
kehamilan dan ketinggian tempat tinggal.
Kriteria anemia menurut WHO adalah:
NO KELOMPOK KRITERIA ANEMIA
1. Laki-laki dewasa < 13 g/dl
2. Wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl

3. Wanita hamil < 11 g/dl
Klasifikasi
Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi dan etiologi. Klasifikasi
morfologi didasarkan pada ukuran dan kandungan hemoglobin.
No Morfologi Sel Keterangan Jenis Anemia
1. Anemia makrositik
- normokromik
Bentuk eritrosit yang
besar dengan konsentrasi
hemoglobin yang normal
- Anemia Pernisiosa
- Anemia defisiensi folat
2. Anemia mikrositik
- hipokromik
Bentuk eritrosit yang
kecil dengan konsentrasi
hemoglobin yang
menurun
- Anemia defisiensi besi
- Anemia sideroblastik
- Thalasemia
3. Anemia normositik
- normokromik
Penghancuran atau
penurunan jumlah
eritrosit tanpa disertai
kelainan bentuk dan
konsentrasi hemoglobin
- Anemia aplastik
- Anemia posthemoragik
- Anemia hemolitik
- Anemia Sickle Cell
- Anemia pada penyakit
kronis
Menurut etiologinya, anemia dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu
gangguan produksi sel darah merah pada sumsum tulang (hipoproliferasi), gangguan
pematangan sel darah merah (eritropoiesis yang tidak efektif), dan penurunan waktu
hidup sel darah merah (kehilangan darah atau hemolisis).
Hipoproliferatif
Hipoproliferatif merupakan penyebab anemia yang terbanyak. Anemia
hipoproliferatif ini dapat disebabkan karena:

a. Kerusakan sumsum tulang
Keadaan ini dapat disebabkan oleh obat-obatan, penyakit infiltratif
(contohnya: leukemia, limfoma), dan aplasia sumsum tulang.
b. Defisiensi besi
c. Stimulasi eritropoietin (EPO) yang inadekuat
Keadaan ini terjadi pada gangguan fungsi ginjal
d. Supresi produksi EPO yang disebabkan oleh sitokin inflamasi (misalnya:
interleukin 1)
e. Penurunan kebutuhan jaringan terhadap oksigen (misalnya pada keadaan
hipotiroid) Pada jenis ini biasanya ditemukan eritrosit yang normokrom
normositer, namun dapat pula ditemukan gambaran eritrosit yang hipokrom
mikrositer, yaitu pada defisiensi besi ringan hingga sedang dan penyakit
inflamasi. Kedua keadaan tersebut dapat dibedakan melalui pemeriksaan
persediaan dan penyimpanan zat besi.
Defisiensi besi Inflamasi
Fe serum Rendah Rendah
TIBC Tinggi Normal atau rendah
Saturasi transferin Rendah Rendah
Feritin serum Rendah Normal atau tinggi
Gangguan pematangan
Pada keadaan anemia jenis ini biasanya ditemukan kadar retikulosit yang
“rendah”, gangguan morfologi sel (makrositik atau mikrositik), dan indeks eritrosit
yang abnormal. Gangguan pematangan dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu:
- Gangguan pematangan inti
Pada keadaan ini biasanya ditmukan kelainan morfologi berupa makrositik.
Penyebab dari gangguan pematangan inti adalah defisiensi asam folat, defisiensi
vitamin B12, obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme DNA (seperti
metotreksat, alkylating agent), dan myelodisplasia. Alkohol juga dapat

menyebabkan gangguan pematangan inti, namun keadaan ini lebih disebabkan
oleh defisiensi asam folat.
- Gangguan pematangan sitoplasma
Pada keadaan ini biasanya ditmukan kelainan morfologi berupa mikrositik dan
hipokromik. Penyebab dari gangguan pematangan sitoplasma adalah defisiensi
besi yang berat, gangguan sintesa globin (misalnya pada thalasemia), dan
gangguan sintesa heme (misalnya pada anemia sideroblastik)
Penurunan waktu hidup sel darah merah
Anemia jenis ini dapat disebabkan oleh kehilangan darah atau hemolisis. Pada
kedua keadan ini akan didapatkan peningkatan jumlah retikulosit. Kehilangan darah
dapat terjadi secara akut maupun kronis. Pada fase akut, belum ditemukan
peningkatan retikulosit yang bermakna karena diperlukan waktu untuk terjadinya
peningkatan eritropoietin dan proliferasi sel dari sumsum tulang. Sedangkan pada fase
kronis gambarannya akan menyerupai anemia defisiensi besi.
Gambaran dari anemia hemolitik dapat bermacam-macam, dapat akut maupun
kronis. Pada anemia hemolisis kronis, seperti pada sferositosis herediter, pasien
datang bukan karena keadaan anemia itu sendiri, melainkan karena komplikasi yang
ditimbulkan oleh pemecahan sel darah merah dalam jangka waktu lama, seperti
splenomegali, krisis aplastik, dan batu empedu. Pada keadaan yang disebabkan karena
autoimun, hemolisis dapat terjadi secara episodik (self limiting).

Gambar 1: klasifikasi anemia berdasarkan indeks eritrosit
3. Pemeriksaan lab dan pemeriksaan penunjang terkait penyakit ny. Riyana
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium yang digunakan untuk menegakkan diagnosis anemia adalah:
Complete Blood Count (CBC)
- Eritrosit
a. Hemoglobin (N ♀: 12-16 gr/dl ; ♂: 14-18 gr/dl)
b. Hematokrit (N ♀: 37-47% ; ♂: 42-52%)
Indeks eritrosit
c. Mean Cell Volume (MCV) = hematokrit x 10
Jumlah eritrosit x 10 6
(N: 90 + 8 fl)
d. Mean Cell Hemoglobin (MCH) = hemoglobin x 10
Jumlah eritrosit x 10 6

(N: 30 + 3 pg)
e. Mean Cell Hemoglobin Concentration (MCHC) = hemoglobin x 10
Hematokrit
(N: 33 + 2%)
- Leukosit (N : 4500 – 11.000/mm3)
- Trombosit (N : 150.000 – 450.000/mm3)
Sediaan Apus Darah Tepi
Ukuran sel
Anisositosis
Poikolisitosis
Polikromasia
Hitung Retikulosit ( N: 1-2%)
Persediaan Zat Besi
Kadar Fe serum ( N: 9-27µmol/liter )
Total Iron Binding Capacity ( N: 54-64 µmol/liter)
Feritin Serum ( N ♀: 30 µmol/liter ; ♂: 100 µmol/liter)
Pemeriksaan Sumsum Tulang
Aspirasi
- E/G ratio
- Morfologi sel
- Pewarnaan Fe
Biopsi
- Selularitas
- Morfologi
Pemeriksaan Complete Blood Count (CBC)
Kriteria apakah seseorang menderita anemia dapat dilihat dari kadar hemoglobin dan
hematokritnya. Selain itu, indeks eritrosit dapat digunakan untuk menilai abnormalitas
ukuran eritrosit dan defek sintesa hemoglobin.

Bila MCV < 80, maka disebut mikrositosis dan bila > 100 dapat disebut sebagai
makrositosis. Sedangkan MCH dan MCHC dapat menilai adanya defek dalam sintesa
hemoglobin (hipokromia)
Sediaan Apus Darah Tepi (SADT)
SADT akan memberikan informasi yang penting apakah ada gangguan atau defek
pada produksi sel darah merah. Istilah anisositosis menunjukkan ukuran eritrosit yang
bervariasi, sedangkan poikilositosis menunjukkan adanya bentuk dari eritrosit yang
beraneka ragam.
Hitung Retikulosit
Pemeriksaan ini merupakan skrining awal untuk membedakan etiologi anemia.
Normalnya, retikulosit adalah sel darah merah yang baru dilepas dari sumsum tulang.
Retikulosit mengandung residual RNA yang akan dimetabolisme dalam waktu 24-36 jam
(waktu hidup retikulosit dalam sirkulasi). Kadar normal retikulosit 1-2% yang
menunjukkan penggantian harian sekitar 0,8-1% dari jumlah sel darah merah di sirkulasi.
Indeks retikulosit merupakan perhitungan dari produksi sel darah merah. Nilai
retikulosit akan disesuaikan dengan kadar hemoglobin dan hematokrit pasien berdasarkan
usia, gender, sarta koreksi lain bila ditemukan pelepasan retikulosit prematur
(polikromasia). Hal ini disebabkan karena waktu hidup dari retikulosit prematur lebih
panjang sehingga dapat menghasilkan nilai retikulosit yang seolah-olah tinggi.
RI = (% retikulosit x kadar hematokrit/45%) x (1/ faktor koreksi)
Faktor koreksi untuk:
Ht 35% : 1,5
Ht 25% : 2,0
Ht 15% : 2,5

Keterangan: RI < 2-2,5% : produksi atau pematangan eritrosit yang tidak adekuat
RI > 2,5% : penghancuran eritrosit yang berlebihan
Persediaan dan Penyimpanan Zat Besi
Saturasi transferin didapatkan dari pembagian kadar Fe serum dengan TIBC dikali
100 (N: 25-50%). Pada pengukuran kadar Fe plasma dan persen saturasi transferin,
terdapat suatu variasi diurnal dengan puncaknya pada pk 09.00 dan pk. 10.00.
Serum feritin digunakan untuk menilai cadangan total besi tubuh. Namun, feritin juga
merupakan suatu reaktan fase akut, dan pada keadaan inflamasi baik akut maupun kronis,
kadarnya dapat meningkat.
Pemeriksaan Sumsum Tulang
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menilai apakah ada gangguan pada sumsum
tulang misalnya myelofibrosis, gangguan pematangan, atau penyakit infiltratif.
Peningkatan atau penurunan perbandingan dari suatu kelompok sel (myeloid atau eritroid)
dapat ditemukan dari hitung jenis sel-sel berinti pada suumsum tulang (ratio eritroid dan
granuloid).
4. Penatalaksanaan atau terapi untuk ny. Riyana
Terapi
1. Terapi kausal, untuk mencari penyebab kekurangan besi yang diderita. Bila tidak dapat
menyebabkan kekambuhan.
2. Pemberian preparat besi:
Oral: merupakan pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman, terutama
sulfas ferosus. Dosis anjuran 3x200mg/hari yang dapat meningkatkan
eritropoiesis hingga 2-3 kali dari normal. Pemberian dilakukan sebaiknya saat

lambung kosong (lebih sering menimbulkan efek samping) paling sedikit
selama 3-12 bulan. Bila terdapat efek samping gastrointestinal (mual, muntah,
konstipasi) pemberian dilakukan setelah makan atau osis dikurangi menjadi
3x100mg. Untuk meningkatkan penyerapan dapat diberikan bersama vitamin C
3x100 mg/hari.
Parenteral,misal preparat ferric gluconate atau iron sucrose (IV pelan atau IM).
Pemberian secara IM menimbulkan nyeri dan warna hitam pada lokasi
suntikan. Indikasi pemberian parenteral:
a. Intoleransi terhadap preparat oral
b. Kepatuhan berobat rendah
c. Gangguan pencernaan, seperti kolitis ulseratif (dapat kambuh dengan
pemberian besi)
d. Penyerapan besi terganggu, seperti gastrektomi
e. Kehilangan darah banyak
f. Kebutuhan besi besar yang harus dipenuhi dalam jangka waktu yang
pendek, misalnya ibu hamil trimester 3 atau pre operasi.
Dosis yang diberikan dihitung menurut formula:
Kebutuhan besi (mg) = {(15 – Hbsekarang ) x BB x 2,4} + (500 atau 1000)
3. Diet, terutama yang tinggi protein hewani dan kaya vitamin C.
4. Transfusi diberikan bila terdapat indikasi yaitu:
Terdapat penyakit jantung anemik dengan ancaman payah jantung
Gejala sangat berat, misalnya pusing sangat menyolok
Pasien memerlukan peningkatan kadar Hb yang cepat, misalnya kehamilan
trimester akhir atau pre operasi
Dalam pengobatan, pasien dinyatakan memberikan respon baik apabila retikulosit
naik pada minggu pertama, mencapai puncak pada hari ke 10, dan kembali normal pada hari
ke 14 pengobatan. Diikuti dengan kenaikan Hb 0,15 gr/dl/hari atau 2 gr/dl setelah 3-4 minggu
pengobatan
5. Hub penyakit batuk kronik dengan keluhan yang diderita?

STEP 5

STEP 6
Belajar Mandiri

STEP 7

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Adamson WJ et al, 2005, Anemia and Polycythemia in Harrison’s Principles of Internal
Medicine 16th edition ; NewYork : McGraw Hill.
Adamson, John W, 2005, Iron Deficiency and Other Hypoproliferative Anemias in
Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th edition ; NewYork : McGraw Hill.
Bakta I Made, dkk, 2006, Anemia Defisiensi Besi dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
jilid II edisi IV ; Jakarta : FKUI.
Cotran et al, 1999, Red Cell and Bleeding Disorders in Robbins Pathologic Basis Of Disease
6th edition ; USA : Saunders.
Guyton and Hall, 1997, Sel-Sel Darah Merah, Anemia dan Polisitemia dalam Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran edisi IX, Jakarta : EGC.
Mansen T J et al, 2006, Alteration of Erythrocyte function in Pathophysiology : The Biologic
Basis for Disease in Adults and Children 5th edition ; USA : Mosby.
Marks, Dawn B. Biokomia Kedokteran Dasar, Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta: EGC;
2000.
Murray, Robert K. Biokimia harper, 24ed. Jakarta: EGC; 1999.
Supandiman I dan Fadjari H, 2006, Anemia Pada Penyakit Kronis dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid II edisi IV ; Jakarta : FKUI.
Supandiman I dkk, 2003, Pedoman Diagnosis dan Terapi Hematologi Onkologi medik ;
Bandung : Q Communication .
Transcellular transport of cobalamin (Cbl; vitamin B12) in an ileal cell : Expert Reviews in
Molecular Medicine, Accession download from http://www.expertreviews.org.
Weiss G and Goodnough, 2005, Anemia of Chronic Disease, download from www.nejm.org
on june 22, 2006.
Widjanarko A dkk, 2006, Anemia Aplastik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi IV ; Jakarta : FKUI
