skenario d blok 25 kel 9 2014

21
A. Skenario Kasus Skenario biostatistik dan epidemiologi blok 25 Di puskesmas maju dengan penduduk 30.000 jiwa, dr. bagus bersama tim nya tidak melakukakn survey epidemiologi secara rutin, sehingga mereka tidak memahami riwayat alamiah penyakit dan tahap perjalanan penyakit yang berpotensi KLB. Pada bulan januari sampai dengan maret 2013, terjadi peningkatan kasus DBD yang baru disadari setelah terjadi peningkatan jumlah pasien yang dikirim ke RSU daerah, karena perawatan darurat yang disiapkan dipuskesmas tidak bisa lagi menampung pasien yang indikasi dirawat. Puskesmas maju sebenernya belum memiliki fasilitas untuk pasien rawat inap. Setelah mengalami peristiwa tersebut, dr.Bagus melakukan evaluasi dan menyadari bahwa staf nya belum memiliki pemahaman dan keterampilan mengenai surveilans. Dr. bagus mulai menyusun perencanaan supaya kegiatan survailens bisa dilakukan secara rutin, dan melatih tenaga perawat dan bidannya memahami keterampilan penyelidikan wabah, studi epidemiologi, dan kegiatan statistika yang terkait dengan survailens dan penyelidikan wabah.

Upload: icamelisa

Post on 28-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tutor

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario D Blok 25 Kel 9 2014

A. Skenario Kasus

Skenario biostatistik dan epidemiologi blok 25

Di puskesmas maju dengan penduduk 30.000 jiwa, dr. bagus bersama tim nya tidak melakukakn survey epidemiologi secara rutin, sehingga mereka tidak memahami riwayat alamiah penyakit dan tahap perjalanan penyakit yang berpotensi KLB. Pada bulan januari sampai dengan maret 2013, terjadi peningkatan kasus DBD yang baru disadari setelah terjadi peningkatan jumlah pasien yang dikirim ke RSU daerah, karena perawatan darurat yang disiapkan dipuskesmas tidak bisa lagi menampung pasien yang indikasi dirawat. Puskesmas maju sebenernya belum memiliki fasilitas untuk pasien rawat inap. Setelah mengalami peristiwa tersebut, dr.Bagus melakukan evaluasi dan menyadari bahwa staf nya belum memiliki pemahaman dan keterampilan mengenai surveilans. Dr. bagus mulai menyusun perencanaan supaya kegiatan survailens bisa dilakukan secara rutin, dan melatih tenaga perawat dan bidannya memahami keterampilan penyelidikan wabah, studi epidemiologi, dan kegiatan statistika yang terkait dengan survailens dan penyelidikan wabah.

Page 2: Skenario D Blok 25 Kel 9 2014

Klarifikasi Istilah

1. Surveilan : suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan sistematis dalam bentuk pengumpulan data , analisis data, interpretasi data dan diseminasi informasi bagi yang membutuhkan.

2. Epidemiologi : ilmu yang mempelajari dstribusi(yang bersifat dinamis), dan determinan dari masalah kesehatan dan penyakit2 dalam populasi manusia atau suatu komunitas.

3. KLB : salah satu status untuk menyatakan peristiwa merebahnya suatu penyakit

4. DBD : demam berdarah akibat virus Dengue

5. Puskesmas : UPTD kabupaten kota

6. Evaluasi : penilaian Hasil

7. Wabah : kejadian yang melebihi keadaan biasa pada suatu kelompok masyarakat tertentu atau lebih sederhana nya peningkatan frekuensi penderita penyakt pada populasi tertentu pada tempat dan musim pada tahun yang sama

8. Investigasi : upaya penelitian, pengusutan, pencarian dan pemeriksaan serta pengumpulan data, informasi dan temuan lainnya untuk mengetahui dan membuktikan kebenaran atau bahkan kesalahan sebuah fakta yang kemudian menyajikan kesimpulan atas rangkaian temuan dan susunan kejadian.

9. Indikasi : tanda2 yang menarik perhatian atau petunjuk

10. Bidan : seorang perempuan yang lulus pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah NKRI serta memiliki kompetensi dan secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktek kebidanan.

11. Statitiska : kumpulan data numeris, disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengumpulan, analisis dan interpretasi data numeric menggunakan numeric probabilitas

Page 3: Skenario D Blok 25 Kel 9 2014

Identifikasi Masalah

1. Di puskesmas maju dengan penduduk 30.000 jiwa, dr. bagus bersama tim nya tidak melakukakn survey epidemiologi secara rutin, sehingga mereka tidak memahami riwayat alamiah penyakit dan tahap perjalanan penyakit yang berpotensi KLB.

2. Pada bulan januari sampai dengan maret 2013, terjadi peningkatan kasus DBD yang baru disadari setelah terjadi peningkatan jumlah pasien yang dikirim ke RSU daerah, karena perawatan darurat yang disiapkan dipuskesmas tidak bisa lagi menampung pasien yang indikasi dirawat.

3. Puskesmas maju sebenernya belum memiliki fasilitas untuk pasien rawat inap. Setelah mengalami peristiwa tersebut, dr.Bagus melakukan evaluasi dan menyadari bahwa staf nya belum memiliki pemahaman dan keterampilan mengenai surveilans.

4. Dr. bagus mulai menyusun perencanaan supaya kegiatan survailens bisa dilakukan secara rutin, dan melatih tenaga perawat dan bidannya memahami keterampilan penyelidikan wabah, studi epidemiologi, dan kegiatan statistika yang terkait dengan survailens dan penyelidikan wabah.

Page 4: Skenario D Blok 25 Kel 9 2014

Analisis Masalah

1. Di puskesmas maju dengan penduduk 30.000 jiwa, dr. bagus bersama tim nya tidak melakukakn survey epidemiologi secara rutin, sehingga mereka tidak memahami riwayat alamiah penyakit dan tahap perjalanan penyakit yang berpotensi KLB. a. Bagaimana cara melakukan survailens epidemiologi yang baik? 1

b. apa pengertian, fungsi dan ciri dari surveilans epidemiologi? 2

Surveilans (WHO) adalah : Pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara sistematis dan terus menerus, serta desiminasi informasi tepat waktu kepada pihak – pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.

Surveilans epidemiologi adalah pengumpulan dan pengamatan secara sistematik berkesinambungan, analisa dan interprestasi data kesehatan dalam proses menjelaskan dan memonitoring kesehatan dengan kata lain surveilans epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek kejadian penyakit dan kematian akibat penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan

MANFAAT UMUM:perencanaan,implementasi,evaluasi kegiatan kesehatan masyarakat.

MANFAAT KHUSUS:

Memperkirakan kuantitas masalah

Menggambarkan riwayat alamiah penyakit

Mendeteksi wabah/KLB

Menggambarkan distribusi masalah kesehatan

Memfasilitasi penelitian dan epidemiologis dan laboratoris

Membuktikan hipotesis

Menilai kegiatan pencegahan dan penanggulangan

Page 5: Skenario D Blok 25 Kel 9 2014

Memonitor perubahan agen infeksius

Memonitor upaya isolasi

Mendeteksi perubahan kegiatan

Merencanakan kegiatan

tujuan dari surveilan ?

Untuk memantau kecenderungan penyakit  Untuk deteksi dan prediksi terjadinya KLB (Kejadian Luar Biasa) dari

sebuah penyakit Memantau kemajuan suatu program pemberantasan  Menyediakan informasi untuk perencanaan pembangunan pelayanan

kesehatan  Memperkirakan besarnya suatu kesakitan atau kematian yang

berhubungan dengan masalah yang sedang diamati. Bisa digunakan sebagai dasar penelitian untuk menentukan suatu tindakan

penanggulangan atau pencegahan penyakit Mengidentifikasikan faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian

suatu penyakit Memungkinkan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap tindakan

penanggulangan Mengawali upaya untuk meningkatkan tindakan-tindakan praktek klinis

oleh petugas kesehatan yang terlibat dalam sistim surveilans. Pembuatan policy dan kebijakan pemberantasan penyakit

c. Bagaimana aturan kegiatan surveilans? 3

Kegiatan Pokok Surveilans EpidemiologiAda 5 komponen utama dari kegiatan Surveilans Epidemiologi

1. Pengumpulan/pencatatan kejadian (data) yang dapat dipercaya. 2. Pengelola data untuk dapat memberikan keterangan yang berarti. 3. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan. 4. Perencanaan penanggulangan khusus dan program

pelaksanaannya. 5. Evaluasi/penilaian hasil kegiatan.

Page 6: Skenario D Blok 25 Kel 9 2014

d. Apa saja penyakit yang masuk kedalam KLB dan pada kondisi apa dinyatakan KLB? 4

e. Apa pengertian riwayat alamiah dan apa fungsi nya terhadap survei epidemiologi? 5

f. Bagaimana tahap perjalanan penyakit terhadap kejadian KLB (randi)? 6 Tahapan Riwayat alamiah perjalanan penyakit :a. Tahap Pre-Patogenesa

Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk kedalam tubuh pejamu. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda – tanda penyakit dan daya tahan tubuh pejamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.

b. Tahap Patogenesa

1) Tahap Inkubasi

Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh pejamu, tetapi gejala- gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang bersifat seperti influenza, penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1- 2 hari, penyakit Polio mempunyai masa inkubasi 7 – 14 hari, tetapi ada juga yang bersifat menahun misalnya kanker paru-paru, AIDS dan sebagainya.Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh. Pada suatu saat penyakit makin bertambah hebat, sehingga timbul gejalanya. Garis yang membatasi antara tampak dan tidak tampaknya gejala penyakit disebut dengan horison klinik.

2) Tahap Penyakit Dini

Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini pejamu sudah jatuh sakit tetapi sifatnya masih ringan. Umumnya penderita masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan karena itu sering tidak berobat. Selanjutnya, bagi yang datang berobat

Page 7: Skenario D Blok 25 Kel 9 2014

umumnya tidak memerlukan perawatan, karena penyakit masih dapat diatasi dengan berobat jalan.Tahap penyakit dini ini sering menjadi masalah besar dalam kesehatan masyarakat, terutama jika tingkat pendidikan penduduk rendah, karena tubuh masih kuat mereka tidak datang berobat, yang akan mendatangkan masalah lanjutan, yaitu telah parahnya penyakit yang di derita, sehingga saat datang berobat sering talah terlambat.

3) Tahap Penyakit Lanjut

Apabila penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam tahap penyakit lanjut. Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya telah memerlukan perawatan.

4) Tahap Akhir Penyakit

Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir. Berakhirnya perjalanan penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu :1. Sembuh sempurna : penyakit berakhir karena pejamu sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan sebelum menderita penyakit.2. Sembuh tetapi cacat : penyakit yang diderita berakhir dan penderita sembuh. Sayangnya kesembuhan tersebut tidak sempurna, karena ditemukan cacat pada pejamu. Adapun yang dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental dan cacat sosial.3. Karier : pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena gejala penyakit memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit yang pada suatu saat, misalnya jika daya tahan tubuh berkurang, penyakit akan timbul kembali. Keadaan karier ini tidak hanya membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga masyarakat sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan4. Kronis : perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit tidak berubah, dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah ringan. Keadaan yang seperti tentu saja tidak menggembirakan, karena pada dasarnya pejamu tetap berada dalam keadaan sakit.5. Meninggal dunia : terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena sembuh, tetapi karena pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini bukanlah tujuan dari setiap tindakan kedokteran dan keperawatan.

Page 8: Skenario D Blok 25 Kel 9 2014

2. Pada bulan januari sampai dengan maret 2013, terjadi peningkatan kasus DBD yang baru disadari setelah terjadi peningkatan jumlah pasien yang dikirim ke RSU daerah, karena perawatan darurat yang disiapkan dipuskesmas tidak bisa lagi menampung pasien yang indikasi dirawat.a. Apa Definisi KLB? 7

KLB adalah : suatu episode penyakit dan timbulnya penyakit pada dua atau lebih penderita yang berhubungan satu sama lain. Hubungan ini mungkin pada faktor saat timbulnya gejala (onset of illness), faktor tempat (tempat tinggal, tempat makan bersama, sumber makanan), faktor orang (umur, jenis kelamin, pekerjaan dan lainnya).Uraian tentang batasan Wabah atau KLB tersebut di atas terkandung arti adanya kesamaan pada ciri-ciri orang yang terkena, tempat dan waktunya. Untuk itu dalam mendefinisikan KLB selalu dikaitkan dengan waktu, tempat dan orang. Selain itu terlihat bahwa definisi KLB ini sangat tergantung pada kejadian (insidensi) penyakit tersebut sebelumnya (Barker, 1979; Kelsey, et al., 1986

Kejadian Luar Biasa (KLB) : adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu (Undang-undang Wabah, 1984).

b. Apa fungsi dan tujuan dari KLB? 8

Agar KLB penyakit tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat

Tujuan khusus :

Menurunnya frekuensi KLB Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB Menurunnya jumlah kematian pada setiapKLB Memendeknya periode KLB Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB

c. Apa ciri-ciri dari KLB? 9

7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010 adalah :

Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak

dikenal pada suatu daerah

Page 9: Skenario D Blok 25 Kel 9 2014

Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam

jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya

Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode

sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya

Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan

dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam

tahun sebelumnya

Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan

kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian

kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya

Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun

waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih

dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya

dalam kurun waktu yang sama

Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode

menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya

dalam kurun waktu yang sama

d. Langkah-langkah penyelidikan KLB? 10

Metodologi atau langkah-langkah yang harus dilalui pada pada penyelidikan KLB, seperti berikut :

Tabel 1 : langkah-langkah Penyelidikan KLB

NO Langkah-langkah Penyelidikan KLB1 Persiapan penelitian lapangan2 Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB3 Memastikan Diagnose Etiologis4 Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan5 Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat6 Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)7 Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran8 Mengidentikasi keadaan penyebab KLB9 Merencanakan penelitian lain yang sistematis10 Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan11 Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi12 Melaporkan hasil penyelidikan kepada Instansi kesehatan setempat dan kepada sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggiSumber : CDC, 1979; Barker, 1979; Greg, 1985; Mausner and Kramer, 1985;

Page 10: Skenario D Blok 25 Kel 9 2014

Kelsey et al., 1986; Goodman et al., 1990.

Pada pelaksanaan penyelidikan KLB, langkah-langkah tersebut tidak harus dikerjakan secara berurutan, kadang-kadang beberapa langkah dapat dikerjakan secara serentak. Pemastian diagnose dan penetapan KLB merupakan langkah awal yang harus dikerjakan (Mausner and Kramer, 1985; Vaughan and Marrow, 1989).

Sebelum penyelidikan KLB dilaksanakan perlu adanya persiapan dan rencana kerja. Persiapan lapangan sebaiknya dikerjakan secepat mungkin, dalam 24 jam pertama sesudah adanya informasi (Kelsey., 1986), Greg (1985) dan Bres (1986) mengatakan bahwa persiapan penelitian lapangan meliputi :

1. Pemantapan (konfirmasi) informasi.Informasi awal yang didapat kadang-kadang tidak lengkap, sehingga diperlukan pemantapan informasi untuk melengkapi informasi awal, yang dilakukan dengan kontak dengan daerah setempat. Informasi awal yang digunakan sebagai arahan untuk membuat rencana kerja (plan of action), yang meliputi informasi sebagai berikut :a. Asal informasi adanya KLB. Di Indonesia informasi adanya KLB dapat berasal dari fasilitas kesehatan primer (laporan W1), analisis sistem kewaspadaan dini di daerah tersebut (laporan W2), hasil laboratorium, laporan Rumah sakit (Laporan KD-RS) atau masyarakat (Laporan S-0).b. Gambaran tentang penyakit yang sedang berjangkit, meliputi gejala klinis, pemeriksaan yang telah dilakukan untuk menegakan diagnosis dan hasil pemeriksaannya, komplikasi yang terjadi (misal kematian, kecacatan. Kelumpuhan dan lainnya).c. Keadaan geografi dan transportasi yang dapat digunakan di daerah/lokasi KLB.

2. Pembuatan rencana kerjaBerdasar informasi tersebut disusun rencana penyelidikan (proposal), yang minimal berisi :a. Tujuan penyelidikan KLBb. Definisi kasus awalc. Hipotesis awal mengenai agent penyebab (penyakit), cara dan sumber penularand. Macam dan sumber data yang diperlukane. Strategi penemuan kasusf. Sarana dan tenaga yang diperlukan.

Definisi kasus : definisi kasus sangat berguna untuk arahan pada pencarian kasus nantinya. Mengingat informasi yang didapat mungkin hanya merupakan persangkaan penyakit tertentu atau gejala klinis yang ditemui, maka definisi

Page 11: Skenario D Blok 25 Kel 9 2014

kasus sebaiknya dibuat longgar, dengan kemungkinan kasus-kasus lain akan masuk. Perbaikan definisi kasus akan dilakukan setelah pemastian diagnose, pada langkah identifikasi kasus dan paparan.

Hipotesis awal, hendaknya meliputi penyakit penyebab KLB, sumber dan cara penularan. Untuk membuat hipotesis awal ini dapat dengan mempelajari gejala klinis, ciri dan pola epidemiologis penyakit tersangka. Hipotesis awal ini dapat berubah atau lebih spesifik dan dibuktikan pada waktu penyelidikan (Bres, 1986).Tujuan penyelidikan KLB selalu dimulai dengan tujuan utama mengadakan penanggulangan dan pengendalian KLB, dengan beberapa tujuan khusus, di antaranya :a. Memastikan diagnosis penyakitb. Menetapkan KLBc. Menentukan sumber dan cara penularand. Mengetahui keadaan penyebab KLB

Pada penyelidikan KLB diperlukan beberapa tujuan tambahan yang berhubungan dengan penggunaan hasil penyelidikan. Misalnya untuk mengetahui pelaksanaan program imunisasi, mengetahui kemampuan sistem surveilans, atau mengetahui pertanda mikrobiologik yang dapat digunakan (Goodman et al., 1990).Strategi penemuan kasus, strategi penemuan kasus ini sangat penting kaitannya dengan pelaksanaan penyelidikan nantinya. Pada penyelidikan KLB pertimbangan penetapan strategi yang tepat tidak hanya didasarkan pada bagaimana memperoleh informasi yang akurat, tetapi juga harus dipertimbangkan beberapa hal yaitu :a. Sumber daya yang ada (dana, sarana, tenaga)b. Luas wilayah KLBc. Asal KLB diketahuid. Sifat penyakitnya.

Beberapa strategi penemuan kasus yang dapat digunakan pada penyelidikan KLB dengan beberapa keuntungan dan kelemahannya (Bres, 1986) :

Tabel 2. Strategi pencarian kasus

No Strategi Keuntungan Kerugian1 Penggunaan data fasilitas kesehatan Cepat Terjadi bias seleksi kasus2 Kunjungan ke RS atau fasilitas kesehatan Lebih mudah untuk mengetahui kasus dan kontak Hanya kasus-kasus yang berat3 Penyebaran kuesioner pada daerah yang terkena Cepat, tidak ada bias

Page 12: Skenario D Blok 25 Kel 9 2014

menaksir populasi Kesalahan interpretasi pertanyaan4 Kunjungan ke tempat yang diduga sebagai sumber penularan Mudah untuk menge-tahui hubungan kasus dan kontak Terjadi bias seleksi dan keadaan sudah spesifik5 Survai masyarakat (survai rumah tanggal, total survai) Dapat dilihat keadaan yang sebenarnya Memerlukan waktu lama, memerlukan organisasi tim dengan baik6 Survai pada penderita Jika diketahui kasus dengan pasti Memerlukan waktu lama, hasil hanya terbatas pada kasus yang diketahui7 Survai agent dengan isolasi atau serologi Kepastian tinggi, di-gunakan pada penya-kit dengan carrier Mahal, hanya dilakukan jika pemerik saan lab dapat dikerjakanSumber : Bres, 1986.

3. Pertemuan dengan pejabat setempat.Pertemuan dimaksudkan untuk membicarakan rencana dan pelaksanaan penyelidikan KLB, kelengkapan sarana dan tenaga di daerah, memperoleh izin dan pengamanan.

Pemastian Diagnosis Penyakit Dan Penetapan KLBA. Pemastian diagnosis penyakit

Cara diagnosis penyakit pada KLB dapat dilakukan dengan mencocokan gejala/tanda penyakit yang terjadi pada individu, kemudian disusun distribusi frekuensi gejala klinisnya.Cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda-tanda dan gejala-gejala yang ada pada kasus adalah sebagai berikut :1. Buat daftar gejala yang ada pada kasus2. Hitung persen kasus yang mempunyai gejala tersebut3. Susun ke bawah menurut urutan frekuensinya

e. Kriteria kerja untuk penetapan KLB? 11 Kriteria kerja untuk penetapan KLB yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular di suatu kecamatan menunjukkan kenaikan 3 kali atau lebih selama tiga minggu berturut-turut atau lebih.2. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit menular di suatu Kecamatan, menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata sebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit menular yang sama di kecamatan tersebut itu.

Page 13: Skenario D Blok 25 Kel 9 2014

3. Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari penderita-penderita baru dari suatu penyakit menular di suatu kecamatan, menjukkan kenaikan dua kali atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata bulanan dalam tahun sebelumnya dari penyakit yang sama di kecamatan yang sama pula.4. Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit menular tertentu dalam satu bulan di suatu kecamatan, menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, bila dibandingkan CFR penyakit yang sama dalam bulan yang lalu di kecamatan tersebut.5. Proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam waktu satu bulan, dibandingkan dengan proportional rate penderita baru dari penyakit menular yang sama selama periode waktu yang sama dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih.6. Khusus untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS :• Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit tersebut di atas, di suatu daerah endemis yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas.• Terdapatnya satu atau lebih penderita/kematian karena penyakit tersebut di atas. Di suatu kecamatan yang telah bebas dari penyakit-penyakit tersebut, paling sedikit bebas selama 4 minggu berturut-turut.

7. Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di suatu kelompok masyarakat.8. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/dikenal.

f. Bagaimana cara pelaporan dari KLB? 12

g. Bagaimana cara pencegahan KLB? 13

h. Bagaimana cara penanggulangan KLB? 14

Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani penderita, mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB yang sedang terjadi.

Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang

Page 14: Skenario D Blok 25 Kel 9 2014

sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat.

i. Apa perbedaan wabah dan KLB? 15

j. Apa saja macam-macam design study untuk wabah pada kasus? 16

k. Bagaimana usaha dari puskesmas untuk menambah baik fasilitas dibagian gawat darurat? 17

3. Puskesmas maju sebenernya belum memiliki fasilitas untuk pasien rawat inap. Setelah mengalami peristiwa tersebut, dr.Bagus melakukan evaluasi dan menyadari bahwa staf nya belum memiliki pemahaman dan keterampilan mengenai surveilans. Dr. bagus mulai menyusun perencanaan supaya kegiatan survailens bisa dilakukan secara rutin, dan melatih tenaga perawat dan bidannya memahami keterampilan penyelidikan wabah, studi epidemiologi, dan kegiatan statistika yang terkait dengan survailens dan penyelidikan wabah.

a. Apa fungsi dari surveilans? 18

b. Apa saja yang diperlukan tentang pemahaman dan keterampilan mengenai surveilans? 19

c. Bagaimana perencanaan survailens yang baik? 20

d. Bagaimana cara pelatihan keterampilan untuk penyelidikan wabah? 21

Hipotesis :

Dipuskesmas maju terjadi KLB kasus DBD karena Dr.bagus dan tim nya belum memiliki pemahaman dan keteramplan mengenai surveilans epidemiologi yang baik dan benar.

Page 15: Skenario D Blok 25 Kel 9 2014

PEMBAGIAN ANALISIS MASALAH :

Randi : 1 12 2 13 3

Renal :2 13 3 14 4

Lia :3 14 4 15 5

Alif :4 15 5 16 6

Yuda :5 16 6 17 7

Hafizh :6 17 7 18 8

Page 16: Skenario D Blok 25 Kel 9 2014

Reyhan :7 18 8 19 9

Ririn :8 19 9 20 10

Aulia :9 20 10 21 11

Aiman :10 21 11 1 12

Faris :11 1 12 2 13

Times new roman ukuran 12, spasi 1,5, kirim ke email [email protected]

JANGAN LUPA MASUKKAN DAFTAR PUSTAKA

Kalau ada yang mahu nambah soal baru silahkan