skenario 1 blok 17 kel. 2

25
LAPORAN TUTORIAL BLOK 17 SKENARIO I “Visum “Perkosaan”” Tutor : dr. Ekowati Disusun oleh : Kelompok 2 Moderator : 1. Hafiz Aria Pratama (H2A012023) 2. Syahrizon Thomas (H2A012067) Sekretaris : 1. Risfal Laksana A (H2A012031) 2. Siti Ainun Nurjannah (H2A012045) Anggota : 1. Shinta Dewi Wulandari (H2A012001) 2. Hera Vinandika P (H2A012014) 3. Lila Apriliana (H2A012023) 4. Takul Usman (H2A012029) 5. Dewinta Summadhanty(H2A012015) 6. Tiara Perdana P (H2A012075) 1

Upload: risfal-laksana-amanullah

Post on 25-Sep-2015

29 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

visum "perkosaan"

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIAL BLOK 17SKENARIO I Visum PerkosaanTutor : dr. Ekowati

Disusun oleh :Kelompok 2Moderator :1. Hafiz Aria Pratama(H2A012023)2. Syahrizon Thomas(H2A012067)Sekretaris :1. Risfal Laksana A(H2A012031)2. Siti Ainun Nurjannah(H2A012045)Anggota :1. Shinta Dewi Wulandari(H2A012001)2. Hera Vinandika P(H2A012014)3. Lila Apriliana(H2A012023)4. Takul Usman(H2A012029)5. Dewinta Summadhanty(H2A012015)6. Tiara Perdana P(H2A012075)7. Siti Khotijah(H2A012012)FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2012

Skenario 1Visum PerkosaanSeorang wanita 25 tahun mengeluh diperkosa 5 jam yang lalu oleh teman dekatnya, kemudian pergi ke dokter untuk meminta visum, tetapi ditolak oleh dokter. Wanita tersebut segera lapor ke Polsek dan ditindaklanjuti oleh kepolisian dengan meminta Visum et Repertum pada dokter. Oleh dokter dilakukan pemeriksaan terhadap korban perkosaan, terhadap tersangka dan terhadap barang bukti.STEP 11. Visum et RepertumVisum et Repertumadalahlaporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter berdasarkan sumpah/janji yang diucapkan pada waktu menerima jabatan dokter, memuat berita tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti berupa tubuh manusia/benda yang berasal dari tubuh manusia yang diperiksa sesuai pengetahuan dengan sebaik-baiknya atas permintaan penyidik untuk kepentingan peradilan 12. PerkosaanDefinisi perkosaan di negara Indonesia adalah persetubuhan yang dilakukan seorang laki-laki kepada seorang perempuan yang bukan isterinya dengan kekerasan atau ancaman kekerasan23. TersangkaDefinisitersangkamenurutPasal 1 angka 14Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana(KUHAP) adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana34. Barang buktiMenurut Pasal 39 ayat (1) KUHAPa. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;c. Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyelidikan tindak pidana;d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan3

STEP 21. Bagaimana status tindak pidana pemerkosaan di Indonesia?2. Bolehkah seseorang meminta visum kepada dokter?3. Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan oleh dokter?4. Manfaat Visum et Repertum5. Pembagian Visum et Repertum6. Format Visum et RepertumSTEP 31. Bagaimana status tindak pidana pemerkosaan di Indonesia?Tindak pidana perkosaan di Indonesia harus memenuhi unsur-unsur berikut, yaitu:a. Unsur pelaku. Yaitu orang laki-laki yang mampu melakukan persetubuhanb. Unsur korban. Yaitu harus seorang perempuan bukan istri dari pelakuc. Unsur perbuatan. Terdiri atas persetubuhan dengan paksa dan menggunakan kekeraasan fisik atau ancaman kekerasan2

Bukti-bukti adanya persetubuhan:a. Tanda langsung1) Robeknya selaput dara akibat penetrasi penis2) Lecet atau memear akibat gesekan-gesekan penis3) Adanya sperma akibat ejakulasib. Tanda tidak langsung1) Terjadinya kehamilan2) Terjadinya penularan penyakit kelamin22. Bolehkah seseorang meminta Visum kepada dokter?Tidak dibolehkan, yang berhak meminta VeRa. Penyidik b. Hakim Pidanac. Hakim Perdatad. Hakim AgamaYang berhak membuat Visum et Repertum (KUHAP pasal 133 ayat 1):a. Ahli Kedokteran Kehakimanb. Dokter atau Ahli lainnya43. Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan oleh dokter?Pada hakekatnya bantuan seorang dokter pada tingkat penyidikan adalah memberikan keterangan tentang suatu obyek yang diajukan kepadanya untuk diperiksa:a. Obyek tersangka/terdakwaTersangka/terdakwa tindak pidana seksual yang mengaku menderita impotensi, untuk membuktikan kebenaran. Sebab orang yang menderita impotensi tidak akan mampu melakukan persetubuhan yang menjadi unsur esensial dari tindak pidana seksual tertentu sehingga ia tidak bisa didakwa melakukan yindak pidan tersebutb. Objek korbanKorban tindak pidana seksual, bantuan dokter melakukan pemeriksaan atas korban tindak pidana seksual adalah mengetahui:1) Ada tanda-tanda persetubuhan atau tidak2) Identitas laki-laki yang menyetubuhi3) Ada tanda-tanda kekerasan atau tidak44. Manfaat Visum et RepertumManfaat dari Visum et Repertumini adalah untuk menjernihkan suatu perkara pidana, bagi proses penyidikan dapat bermanfaat untuk pengungkapan kasus kejahatan yang terhambat dan belum mungkin diselesaikan secara tuntas5Visum et Repertumjuga berguna untuk membantu pihak tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi ahli dan atau seseorang yang memiliki keahlian khusus untuk memberikan keterangn yang meringankan atau menguatkan bagi dirinya yaitu saksi ahli5Visum et Repertumini juga dapat bermanfaat sebagai petunjuk, dimana petunjuk itu adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaianya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya65. Pembagian Visum et RepertumUntuk Orang HidupYakni visum yang diberikanuntuk korbanluka-luka karena kekerasan, keracunan, perkosaan, psikiatri. Dibedakan atas:a. VeR sementara :1) VeR yg diberikan pd korban yg msh dirawat2) VeR yg diterbitkan belum ada kesimpulan karena menunggu observasi lebih lanjut.Ada 5 manfaat dibuatnya VeR sementara, yaitu1) Menentukan apakah ada tindak pidana atau tidak.2) Mengarahkan penyelidikan.3) Berpengaruh terhadap putusan untuk melakukan penahanan sementara terhadap terdakwa.4) Menentukan tuntutan jaksa.5) Medical record.b. VeR lanjutan :1) Merupakan lanjutan dari VR sementara, dibuat setelah korban sembuh/meninggal.2) Tgl & No. VeR sementara dicantumkan.3) Telah ada kesimpulannya setelah diobservasi.c. Visum Langsung1) Langsung diberikan setelah pemeriksaan Korban.2) VeR yang dibuat seketika, dimana korban tidak memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga tidak menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi luka yang ditulis pada bagian kesimpulan yaitu luka derajat I atau luka golongan C.d. Visum JenasahTujuan pembuatan VeR ini adalah untuk menentukan sebab, cara, dan mekanisme kematian.1) Visum dengan pemeriksaan luar2) Visum dengan pemeriksaan luar& dalame. Ekspertise1) VeR khusus yang melaporkan keadaan benda atau bagian tubuh korban, misalnya darah, mani, liur, jaringan tubuh, tulang, rambut, dan lain-lain.2) Ada sebagian pihak yang menyatakan bahwa ekspertise bukan merupakan VeR 46. Format Visum et RepertumUmumnya bentuk Visum et Repertum terdiri atas 5 bagian yaitu :1. Pro justitia1. PendahuluanPada bagian ini ditulis :1. Identitas peminta1. Identitas dokter yang melakukan pemeriksaan1. Identitas objek yang diperiksa1. Alasan dimintakannya visum et repertum1. Kapan dilakukan pemeriksaan1. Dimana dilakukan pemeriksaan1. Pemberitaan (hasil pemeriksaan)Diisi fakta fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat Visum et Repertum1. KesimpulanDiisi hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat Visum et Repertum, dikaitkan dengan maksud dan tujuan dimintakannya Visum et Repertum tersebut. 1. Penutup0. Diisi peryataan bahwa keteranan tertulis dokter tersebut dibuat dengan mengingat sumpah atau janji ketika menerima jabatan atu dibuat dengan mengucapkan sumpah atau janji lebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan.0. Dibubuhi tanda tangan dokter pembuat Visum et Repertum7

STEP 4

Wanita 25 th mengeluh diperkosaKepolisian

Penyelelidik dan penyidikanDokter ahli saksi

Pengadilan

Visum/datang sebagai saksi

Dibebaskan/dipenjara

STEP 5Sasaran Belajar :0. Bagaimana prosedur Visum et Repertum ?0. Bagaimana peran dokter di pengadilan ?0. Apasaja syarat Visum et Repertum ?0. Apa saja isi dari Visum et Repertum ?0. Bagaimana etika dalam pemeriksaan pemerkosaan ?0. Bagaimana AIK dalam hal zina dan kejujuran ?

STEP 7 1. Prosedur permintaan visum et repertum8a. Korban datang ke rumah sakit yang diantar oleg penyidik kepolisian dan membawa permintaan visum et repertum.b. Dilakukan pemeriksaan dan pencatatan terhadap temuan klinis dan didokumentasikan dengan label yang berisi nomor visum et repertum, nama, umur, pemeriksa, tanggal dan waktu.c. Korban yang memerlukan perawatan dan pengobatan dilayani petugas yang bertugas seperti, luka-luka dan obat-obatan sesuai dengan standar pelayanan medis di rumah sakit.d. Hasil/data yang didapatkan dari korban dicatat di buku visum yang telah disiapkan.e. Hasil visum yang dibuat oleh dokter diserahkan kebagian DOKPOL rumah sakit untuk pencatatan hasil dengan cara komputerisasi, hasil yang sudah dibuat ditanda tangani oleh dokter yang membuat dan diketahui oleh kepala rumah sakit.f. Petugas rumah sakit menjaga kerahasiaan data korban.

2. Bantuan yang diberikan oleh seorang dokter mempunyai fungsi dan kedudukan yang penting dalam sistem peradilan pidana di Indonesia khususnya dalam hal pembuktian mengenai ada tidaknya suatu tindak pidana dan mengenai bersalah tidaknya orang yang diduga sebagai pelaku perbuatan tersebut. Bantuan yang diberikan dapat berupa kesaksian secara tertulis ataupun secara lisan. Kesaksian yang diberikan secara tertulis dapat berupa alat bukti surat. Sedangkan kesaksian yang diberikan secara lisan dapat berupa alat bukti keterangan ahli dapat pula sebagai alat bukti keterangan saksi.9 Dalam kasus tindakan pidana seorang dokter mungkin dapat bertindak sebagai seorang ahli atau mungkin pula dapat bertindak sebagai seorang saksi atau mungkin pula bertindak sekaligus sebagai seorang ahli dan seorang saksi. Kewajiban dokter sebagai saksi adalah sama halnya dengan kewajiban orang biasa sebagai saksi.9

Saksi biasa Saksi ahli

Dasar pemberian keterangan dalam memberikan keterangan tidak mendasarkan pada ilmu pengetahuan yang dimiliki.Dasar pemberian keterangan : dalam memberikan keterangan harus mendasarkan pada ilmu pengetahuan yang dimiliknya.

Bentuk pemberian keterangan tidak dapat memberikan keterangan secara tertulis.Bentuk pemberian keterangan : dapat memberikan keterangan secara tertulis dengan mengingat sumpah jabatan.

Pengucapan sumpah/janji : harus mengucapkan sumpah/janji akan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya tidak lain daripada yang sebenarnya.Pengucapan sumpah/janji : harus mengucapkan sumpah/janji akan memberikan keterangan berdasarkan pengetahuan yang sebaik-baiknya.

Konklusi dan interpretasi : hanya boleh menerangkan hal-hal yang dilihat, didengar dan dialami sendiri, meskipun ia memiliki pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk memberikan kesimpulan dan penafsiranKonklusi dan interpretasi boleh memberikan konkluasi (kesimpulan) dan interpretasi (penafsiran).

Dalam hal ini dokter dianggap sebagai orang awam/orang biasa bukan sebagai orang ahli. Menurut pasal 108 ayat (1) KUHAP :setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan laporan atau pengaduan kepada penyelidik dan atau penyelidik baik lisan maupun tertulis.10Sedangkan pada ayat (2) dinyatakan :Setiap orang mengetahui permufakatan jahat untuk melakukan pidana terhadap ketentraman dan keamanan umum atau terhadap jiwa atau terhadap hak milik wajib seketika itu juga melaporkan hal tersebut kepada penyelidik atau menyidik.Kewajiban dokter sebagai ahli dalam memberikan keterangan diatur di dalam pasal 179 ayat (1) KUHAP yang menyatakan, bahwa setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya wajib memberi keterangan ahli demi keadilan.10

3. Syarat visum et repertum11a. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksab. Bernomor dan bertanggalc. Mencantumkan kata pro justitia di bagian atas kirid. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benare. Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu mendeskripsikan temuan pemeriksaan.f. Tidak menggunakan istilah asing.g. Ditandatangani dan diberi nama jelas.h. Berstempel instansi pemeriksa tersebut.i. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan j. Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum, apabila ada lebih dari satu instansi peminta, misanya penyidik POLRI dan penyidik POM dan keduanya berwenang untuk itu, maka kedua isntansi tersebut dapat diberi visum et repertum masing-masing asli.k. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya dan disimpan sebaiknya hingga 20 tahun.4. Visum et repertum terbagi dalam 5 bagian :11a. Pembukaan 1) Kata Pro Justitia artinya untuk peradilan2) Tidak dikenakan materai3) Kerahasiaanb. Pendahuluan : berisi landasan operasional ialah obyektif administrasi :1) Identitas penyidik (peminta visum et repertum, minimal berpangkat pembantu Letnan Dua)2) Identitas korban yang diperiksa, kasus dan barang bukti3) Identitas TKP dan saat/sifat peristiwa4) Identitas pemeriksa (Tim Kedokteran Forensik)5) Identitas saat/waktu dan tempat pemeriksaanc. Hasil pemeriksaan 1) Dasarnya obyektif medis (tanpa disertai pendapat pemeriksa)2) Semuanya pemeriksaan medis segala sesuatu/setiap bentuk kelainan yang terlihat dan diketahui langsung ditulis apa adanya (A-Z)d. Kesimpulan : landasannya subyektif medis (memuat pendapat pemeriksa sesuai dengan (pengetahuannya) dan hasil pemeriksaan medis.1) Ilmu Kedokteran forensik2) Tanggung jawab medise. Penutup : landasannya Undang-Undang/Peraturan yaitu UU No.8 tahun 1981 dan LN no.350 tahun 1937 serta Sumpah Jabatan/Dokter yang berisi kesungguhan dan kejujuran tentang apa yang diuraikan pemeriksa dalam visum et repertum, dalam operasional, penyidik, dapat dilaporkan berbagai penemuan dalam pemeriksaan barang bukti/kasus, diungkapkan dalam :1) Visum et repertum sementara2) Visum et repertum sambungan/lanjutan3) Surat keterangan medisDalam kesimpulan visum et repertum, memuat isi :1) Identitas 2) Jenis kekerasan3) Sifat kekerasan4) Lokasi5) Sebab kematian/kualifikasi luka5. Etika dalam pemeriksaan perkosaan8Setiap pemeriksaan korban perkosaan untuk kepentingan pengadilan harus berdasarkan permintaan tertulis yang berwenang, korban juga harus diantar oleh polisi penyidik sehingga keutuhan dan originalitas barang bukti dapat terjamin. Apabila korban tidak diantar oleh polisi penyidik, dokter harus memastikan identitas korban yang diperiksa dengan mencocokkan antara identitas korban yang tercantum dalam SPV dengan tanda identitas sah yang dimiliki korban seperti KTP, paspor atau akta lahir catat pula dalam RM bahwa korban tidak diantar polisi.Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan korban :a. Lakukan pemeriksaan sedini mungkin setelah kejadian, jangan dibiarkan menunggu terlalu lama.b. Pada saat pemeriksaan dokter harus didampingi perawat yang sama jenis kelamin dengan korban atau bidan.c. Pemeriksaan harus dilakukan secara sistematis dan menyeluruh terhadap seluruh bagian tubuh korban, tidak hanya terdapat daerah kelamin saja.d. Catat dan dokumentasikan seua temuan, termasuk temuan negatif.e. Dilakukan di sebuah ruangan yang tertutupDokter harus memiliki sikap :a. Objektifb. Confidensialc. Profesional6. AIK tentang zina dan peran dokter yang jujur12

Artinya :Dan janganlah kamu mendekati zina : sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.

Rasulullah bersabda :Tidak ada dosa yang lebih berat sesudah sirik disisi Allah dari seorang laki-laki yang menaruh air mani di rahim wanita yang tidak halal baginya. (H.R.Ibnu Abidunya)

Katakanlah kepada orang laki-laki beriman :Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yangg demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat.

Rasulullah bersabda :Jangalah seorang laki-laki (bedua-duaan) dengan seorang wanita, melainkan yang ketiga dari mereka adalah setan. (H.R. Tarmidzi no. 2165)

Orang kumin yang berzinah itu bukanlah seorang mukmin. (H.R. Bukhori)

Artinya : dan (ingatlah) ketika kalian membunuh seorang manusia, lalu kalian saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kalian sembunyikan. Lalu kami berfirman,-Pukullah mayat itu dengan sebagian anggota sapi betina ! Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan pada kalian tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kalian mengerti.

Surat An-Nisa ayat 153

Artinya :Hai orang-orang yang beriman ! jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terjhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya atau miskin, aka Allah lebih mengetahui kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka (ketahuillah) sesungguhnya Allah maha teliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan. (Q.S An-Nisa[4]:135).

DAFTAR PUSTAKA1. Amir A. Infanticide. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. 19952. Abraham S, Gatot S, dll. Tanya Jawab Ilmu kedokteran Forensik. Badan Penerbit UNDIP. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. 20123. http://www.hukumonline.com/ Diakses pada 10/05/20154. Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 20085. Soeparmono. Keterangan Ahli & Visum Et Repertum Dalam Aspek Hukum Acara Pidana. Semarang : CV Mandar Maju. 20026. Hamzah, Andi. Hukum Acara Pidana Indonesia. Saptha Artha Jaya. Jakarta. 19967. Affandi. Visum et Repertum pada korban hidup. Bagian Ilmu kedokteran Forensik dan Medikolegal: FK UNRI. 20108. Sofwan Dahlan. Pembuatan Visum et Repertum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.20109. Baskoro. Bambang Dwi. Skripsi Peran Dokter Dalam Peradilan di Indonesia. Semarang: Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. 199610. Khair, Abul. Skripsi Peran Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana. Medan: Fakulta Hukum Universitas Sumatera Utara. 200811. Idries. A. M. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina Rupa Aksara. 200012. Al-Quran dan Hadits

1