skenario 2 kel b 15

Upload: fadjarkurniawa

Post on 08-Feb-2018

355 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    1/93

    RESUME BLOK 15

    SKENARIO 1

    Oleh :

    Kelompok B

    1. Garinda Chaesaria P. H. 1120101010052. Fajar Kurniawan 1120101010083. Renno Dhany Saputra 1120101010234. Billy Jordan Wrahatnala 1120101010265. Ardiansyah Putra P. 1120101010306. Nuriayu Primita Sani 1120101010327. Meita Astuti 1120101010388. Fajrina Muflihah Ahmad 1120101010549. Siti Fatimah 11201010105710.M. Izat Fuadi 11201010105911.Cynthia Damayanti 11201010106212.Hilwa Alfi Fauziyah 11201010106313.Zhara Vida Zhubika 11201010106514.

    Dian Muflikhy Putri 112010101076

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2013

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    2/93

    Skenario 2

    Ny.Zulaikha, 65 tahun datang ke tempat praktek dokter dengan keluhan

    mata nyeri dan pandangan kabur. Kelopak mata bengkak dan kemerahan sejak 6

    hari yang lalu. Ia juga merasakan nyeri di sekitar bola mata, cekot-cekot, seperti

    melihat pelangi.

    Pada pemeriksaan mata kanan didapkan visus 2/60, TIO mata kanan 45

    mmHg, pupil middilatasi.

    Pada pemeriksaan mata kiri didapatkan visus 6/30 , TIO 19 mmHg,

    didapatkan siliar injeksi dan defek berupa ulkus di region inferior kornea, padapemeriksaan pupil didapatkan pupil miosis dengan sinekia posterior. Penderita

    sudah berobat ke puskesmas tetapi belum ada perbaikan. Riwayat DM positif

    sudah 5 tahun ini, berobat ke dokter tidak teratur.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    3/93

    MIND MAP

    MATA TENANG, VISUS MENURUN

    I. KELAINAN REFRAKSI DAN AKOMODASIa. HIPERTROPIA

    b. MYOPIAc. ASTIGMATd. PRESBIOPIAe. HEMIANOPIAf. DIPLOPIAg. AMBLIOPIAh. SKOTOMAi. ANISOMETRIA

    j. SUPRESI

    II. MATA TENANG, VISUS MENURUN PERLAHANa. KATARAK

    b. GLAUKOMA KRONIKc. RETINOPATI

    i. RETINOPATI DIABETIKii. RETINOPATI HIPERTENSI

    d. DEGENERASI MAKULA SENILIS

    III. MATA TENANG VISUS MENURUN MENDADAKa. NEURITIS OPTIK

    b. ABLASI RETINAc. OKLUSI PEMBULUH DARAH SENTRAL RETINA

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    4/93

    HIPERMETROPI

    A. PENGERTIAN

    Rabun dekat adalah cacat mata yang mengakibatkan seseorang tidak dapat

    melihat benda pada jarak dekat. Titik dekat penderita rabun dekat akan bertambah,

    tidak lagi sebesar 25 cm tapi mencapai jarak tertentu yang lebih jauh. Penderita

    rabun dekat hanya dapat melihat benda pada jarak yang jauh.

    Mata hipermetropi disebabkan oleh keadaan fisik lensa mata yang terlalu

    pipih atau tidak dapat mencembung dengan optimal, oleh sebab itu bayangan yang

    dibentuk lensa mata jatuh di belakang retina. Rabun dekat dapat tolong

    menggunakan kaca mata lensa cembung, yang berfungsi untuk mengumpulkan

    sinar sebelum masuk mata, sehingga terbentuk bayangan yang tepat jatuh di

    retina.

    B. ETIOLOGI

    Penyebab dari hipermetropi adalah sebagai berikut :

    1. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek

    Biasanya terjadi karena Mikropthalmia, renitis sentralis, arau ablasio

    retina(lapisan retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat

    dibiaskan).

    2. Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah

    Terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa dan vitreus

    humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropi adalah perubahan pada

    komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksi menurun dan perubahan

    pada komposisi aqueus humor dan viterus humor. Misal pada penderita DiabetesMelitus terjadi hipermetopi jika kadar gula darah di bawah normal.

    3. Kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat

    Kelengkungan kornea ataupun lensa berkkurang sehingga bayangan difokuskn di

    belakang retina.

    4. Perubahan posisi lensa

    Dalam hal ini, posisi lensa menjadi lebih posterior.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    5/93

    C. TANDA GEJALA

    Tanda dan gejala orang yang terkena penyakit rabun dekat secara

    obyektif klien susah melihat jarak dekat atau penglihatan klien akan rabun dan

    tidak jelas. Sakit kepala frontal. Semakin memburuk pada waktu mulai timbul

    gejala hipermetropi dan sepanjang penggunaan mata dekat.

    1. Penglihatan tidak nyaman (asthenopia)

    Terjadi ketika harus fokus pada suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama.

    2. Akomodasi akan lebih cepat lelah terpaku pada suatu level tertentu dari

    ketegangan.

    3. Bila 3 dioptri atau lebih, atau pada usia tua, pasien mengeluh penglihatan jauh

    kabur.

    4. Penglihatan dekat lebih cepat buram, akan lebih terasa lagi pada keadaan

    kelelahan, atau penerangan yang kurang.

    5. Sakit kepala biasanya pada daerah frontal dan dipacu oleh kegiatan melihat

    dekat jangka panjang. Jarang terjadi pada pagi hari, cenderung terjadi setelah

    siang hari dan bisa membaik spontan kegiatan melihat dekat dihentikan.

    6. Eyestrain

    7. Sensitive terhadap cahaya

    8. Spasme akomodasi, yaitu terjadinya cramp m. ciliaris diikuti penglihatan buram

    intermiten

    D. PATOFISIOLOGI

    Diameter anterior posterior bola mata yang lebih pendek, kurvatura kornea

    dan lensa yang lebih lemah, dan perubahan indeks refraktif menyebabkan sinar

    sejajar yang dating dari objek terletak jauh tak terhingga di biaskan di belakang

    retina.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    6/93

    E. DIAGNOSA

    Kelainan refraksi hipermetropi dapat di periksa dengan melakukan pemeriksaan

    Okuler

    a. Visual Acuity.

    Mempergunakan beberapa alat untuk mengetahui kemampuan membaca

    pasien hipermetropi dalam jarak dekat. Seperti Jaeger Notation, Snellen metric

    distance dan Lebehnson.

    b. Refraksi.

    Retinoskopi merupakan prosedur yang digunakan secara luas untuk menilai

    hipermetropia secara objektif. Prosedur yang dilakukan meliputi static

    retinoscopy, subjective refraction dan autorefraction.

    c. Pergerakan Okuler, Pandangan Binokuler dan Akomodasi.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    7/93

    Pemeriksaan ini diperlukan karena gangguan pada fungsi visual diatas dapat

    menyebabkan terganggunya visus dan performa visual yang menurun.

    d. Assesmen kesehatan okuler dan Skreening Kesehatan sistemik.

    Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa hipermetropia dapat

    berupa respon pupil, uji konfrontasi lapangan pandang, uji penglihatan warna,

    pengukuran tekanan intraokuler dan pemeriksaan posterior bola mata dan adnexa.

    e. Kesehatan segmen anterior

    Pada pasien dengan daya akomodasi yang masih sangat kuat atau pada anak-

    anak, sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan pemberian siklopegik atau

    melumpuhkan otot akomodasi.

    F. DIAGNOSA BANDING

    Diagnosis Banding hipermetropi adalah Presbiopi.

    G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis hipermetropi

    adalah ophtalmoscope.

    H. PROGNOSIS

    Prognosis tergantung onset kelainan, waktu pemberian peengobatan,

    pengobatan yang diberikan dan penyakit penyerta. Pada anak-anak, jika koreksi

    diberikan sebelum saraf optiknya matang (biasanya pada umur 8-10 tahun), maka

    prognosisnya lebih baik.

    I. KOMPLIKASI

    Komplikasi yang dapat terjadi adalah esotropia dan glaucoma. Esotropia

    atau juling ke dalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan akomodasi.

    Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang akanmempersempit sudut bilik mata.

    J. KLASIFIKASI

    1. Hipermetropia manifest

    Adalah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif

    maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri

    atas hipermetropia absolut ditambah dengan hipermetropia fakultatif.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    8/93

    Hipermetropia manifes didapatkan tanpa siklopegik dan hipermetropia yang dapat

    dilihat dengan koreksi kacamata yang maksimal.

    2. Hipermetropia Absolut

    Dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan

    memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten

    yang ada berakhir dengan hipermetropia absolut ini. Hipermetropia manifes yang

    tidak memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai hipermetropia

    absolut, sehingga jumlah hipermatropia fakultatif dengan hipermetropia absolut

    adalah hipermetropia manifes.

    3. Hipermetropia Fakultatif

    Dimana kelainan hipermatropia dapat diimbangi dengan akomodasi

    ataupun dengan kaca mata positif. Pasien yang hanya mempunyai hipermetropia

    fakultatif akan melihat normal tanpa kaca mata yang bila diberikan kaca mata

    positif yang memberikan penglihatan normal maka otot akomodasinya akan

    mendapatkan istrahat. Hipermetropia manifes yang masih memakai tenaga

    akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif.

    4. Hipermetropia Laten

    Dimana kelainan hipermetropia tanpa siklopegi ( atau dengan obat yang

    melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia

    laten hanya dapat diukur bila siklopegia. Makin muda makin besar komponen

    hipermetropi laten seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan

    akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif dankemudian akan menjadi hipermetropia absolut. Hipermetropia laten sehari-hari

    diatasi pasien dengan akomodasi terus menerus, teritama bila pasien masih muda

    dan daya akomodasinya masih kuat.

    5. Hipermetropia Total

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    9/93

    Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan siklopegia.

    Selain klasifikasi diatas ada juga yang membagi hipermetropia secara klinis

    menjadi tiga kategori, yaitu:

    1. Simple Hipermetropia, diakibatkan variasi biologis normal seperti etiologi axial

    atau refraksi.

    2. Patological Hipermetropia, diakibatkan anatomi okuler yang berbeda yang

    disebabkan

    3. Fungsional Hipermetropia, merupakan akibat dari paralisis akomodasi.

    Klasifikasi berdasar berat ringan gangguan

    1. Hipermetropia ringan: gangguan refraksi dibawah +2D

    2. Hipermetropia sedang: gangguan refraksinya +2.25- +5 D

    3. Hipermetropia berat: gangguan refraksinya diatas 5D

    K. PENATALAKSANAAN

    1. Koreksi Optikal

    Hipermetropia dikoreksi dengan kacamata berlensa plus (konveks) atau

    dengan lensakontak. Pada anak kecil dengan kelainan berderajat rendah yang

    tidak menunjukan gejala sakit kepala dan keluhan lainnya, tidak perlu diberi

    kacamata. Hanya orang-orang yang derajat hipermetropianya berat dengan atau

    tanpa disertai mata juling dianjurkan menggunakan kacamata. Pada anak-anak

    dengan mata juling ke dalam (crossed eye) yang disertai hipermetropia,

    diharuskan memakai kacamata berlensa positif. Karena kacamata berlensa plus iniamat bermanfaat untuk menurunkan rangsangan pada otot-otot yang menarik

    bolamata juling ke dalam.

    Biasanya sangat memuaskan apabila power yang lebih tipis (1 D) daripada

    total fakultatif dan absolute hyperopia yang diberikan kepada pasien dengan tidak

    ada ketidak seimbangan otot ekstraokular. Jika ada akomodatif esotrophia

    (convergence), koreksi penuh harus diberikan. Pada exophoria, hyperopianya

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    10/93

    harus dikoreksi dengan 1-2D. Jika keseluruhan refraksi manifest kecil, misalnya 1

    D atau kurang, koreksi diberikan apabila pasien memiliki gejala-gejala.

    2. Terapi Penglihatan.

    Terapi ini efektif pada pengobatan gangguan akomodasi dan disfungsi

    binokuler akibat dari hipermetropia. Respon akomodasi habitual pasien dengan

    hipermetropia tidak akan memberi respon terhadap koreksi dengan lensa,

    sehingga membutuhkan terapi penglihatan untuk mengurangi gangguan

    akomodasi tersebut.

    3. Terapi Medis.

    Agen Antikolinesterase seperti diisophropylfluorophospate(DFP) dan

    echothiopate iodide (Phospholine Iodide,PI) telah digunakan pada pasien dengan

    akomodasi eksotropia dan hipermetropia untuk mengurangi rasio konvergensi

    akomodasi dan akomodasi(AC/A).

    3. Merubah Kebiasaan Pasien.

    Modifikasi yang dapat dilakukan adalah pengunaan cahaya yang cukup dalam

    aktivitas, menjaga kualitas kebersihan mata dan apabila pasien adalah pengguna

    komputer sebaiknya menggunakan komputer dengan kondisi ergonomis.

    5. Bedah Refraksi.

    Terapi pembedahan refraksi saat ini sedang dalam perkembangan Terapi

    pembedahan yang mungkin dilakukan adalah HOLIUM:YAG laser thermal

    keratoplasty, Automated Lamellar Keratoplasty, Spiral Hexagonal Keratotomy,

    Excimer Laser dan ekstraksi lensa diganti dengan Intra Oculer Lens. Akan tetapi

    pembedahan masih jarang digunakan sebagai terapi terhadap hipermetropia.

    L. PENCEGAHAN

    1. duduk dengan posisi tegak ketika menulis.

    2. Istirahatkan mata setiap 30-60 menit setelahmenonton TV, komputer atau

    setelah membaca.

    3. Aturlah jarak baca yang tepat (> 30 cm).

    4. Gunakan penerangan yang cukup

    5. Jangan membaca dengan posisi tidur

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    11/93

    .

    MIOPIA

    Definisi

    Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan

    sinar yang berlebihan atau kerusakan refraksi mata sehingga sinar sejajar yang

    datang dibiaskan di depan retina atau bintik kuning, dimana sistem akomodasi

    berkurang. Pasien dengan miopia akan menyatakan lebih jelas bila melihat dekat,

    sedangkan kabur bila melihat jauh atau rabun jauh. Derajat miopia dapat

    dikategorikan, yaitu :

    Miopia ringan (0,253,00D) Miopia sedang (3,006,00D) Miopia berat / tinggi (>6,00D) 3

    Epidemiologi

    Miopia memiliki insiden 2,1% di Amerika Serikat dan peringkat ke tujuh

    yang menyebabkan kebutaan, serta tampak memiliki predileksi tinggi pada

    keturunan Cina, Yahudi, dan Jepang. Angka kejadiannya lebih sering 2 kali lipat

    pada perempuan dibanding laki-laki. Keturunan kulit hitam biasanya bebas dari

    kelainan ini.2

    Menurut National Eye Institute Study, miopia merupakan penyebabkelima tersering yang mengganggu penglihatan dan merupakan penyebab kutujuh

    yang tersering kebutaan di Amerika Serikat, sedangkan di Inggris merupakan

    penyebab kebutaan tersering .2

    Etiologi

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    12/93

    Miopia tinggi dapat diturunkan, baik secara autosomal dominan maupun

    autosomal resesif. Penurunan secara sex linked sangat jarang terjadi, biasanya

    terjadi pada miopia yang berhubungan dengan penyakit mata lain atau penyakit

    sistemik. Pada ras oriental, kebanyakan miopia tinggi diturunkan secara autosomal

    resesif.1,2,3,5

    2.4 Patogenesis

    Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada miopia patologi masih

    belum diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi

    penyakit ini, seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma.

    Columbre dan rekannya, tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di

    dalam pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular meluas ke rongga mata

    dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. Jika kekuatan yang berlawanan ini

    merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada mata manusia, dan tidak

    ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme

    patogenesis terhadap elongasi berlebihan pada miopia.1,2,3

    Menurut tahanan sklera

    Mesadermal

    Abnormalitas mesodermal sklera secara kualitas maupun kuantitas dapat

    mengakibatkan elongasi sumbu mata. Percobaan Columbre dapat membuktikanhal ini, dimana pembuangan sebahagian masenkhim sklera dari perkembangan

    ayam menyebabkan ektasia daerah ini, karena perubahan tekanan dinding okular.

    Dalam keadaan normal sklera posterior merupakan jaringan terakhir yang

    berkembang. Keterlambatan pertumbuhan strategis ini menyebabkan kongenital

    ektasia pada area ini. Sklera normal terdiri dari pita luas padat dari bundle serat

    kolagen, hal ini terintegrasi baik, terjalin bebas, ukuran bervariasi tergantung pada

    lokasinya. Bundle serat terkecil terlihat menuju sklera bagian dalam dan pada

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    13/93

    zona ora equatorial. Bidang sklera anterior merupakan area crosectional yang

    kurang dapat diperluas perunitnya dari pada bidang lain. Pada test bidang ini

    ditekan sampai 7,5 g/mm2. Tekanan intraokular equivalen 100 mmHg, pada batas

    terendah dari stress ekstensi pada sklera posterior ditemukan 4 x dari pada bidang

    anterior dan equator. Pada batas lebih tinggi sklera posterior kirakira 2 x lebih

    diperluas. Perbedaan tekanan diantara bidang sklera normal tampak berhubungan

    dengan hilangnya luasnya bundle serat sudut jala yang terlihat pada sklera

    posterior. Struktur serat kolagen abnormal terlihat pada kulit pasien dengan

    Ehlers-Danlos yang merupakan penyakit kalogen sistematik yang berhubungan

    dengan miopia.1

    EktodermalMesodermal

    Vogt awalnya memperluasnya konsep bahwa miopia adalah hasil ketidak

    harmonisan pertumbuhan jaringan mata dimana pertumbuhan retina yang

    berlebihan dengan bersamaan ketinggian perkembangan baik koroid maupun

    sklera menghasilkan peregangan pasif jaringan. Meski alasan Vogt pada

    umumnya tidak dapat diterima, telah diteliti ulang dalam hubungannya dengan

    miopia bahwa pertumbuhan koroid dan pembentukan sklera dibawah pengaruh

    epitel pigmen retina. Pandangan baru ini menyatakan bahwa epitel pigmen

    abnormal menginduksi pembentukan koroid dan sklera subnormal. Hal ini yang

    mungkin menimbulkan defek ektodermal mesodermal umum pada segmen

    posterior terutama zona oraequatorial atau satu yang terlokalisir pada daerah

    tertentu dari pole posterior mata, dimana dapat dilihat pada miopia patologik (tipe

    stafiloma posterior).

    1

    Meningkatnya suatu kekuatan yang luas

    Tekanan intraokular basal

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    14/93

    Contoh klasik miopia sekunder terhadap peningkatan tekanan basal terlihat pada

    glaucoma juvenil dimana bahwa peningkatan tekanan berperan besar pada

    peningkatan pemanjangan sumbu bola mata.1

    Susunan peningkatan tekanan

    Secara anatomis dan fisiologis sklera memberikan berbagai respon terhadap

    induksi deformasi. Secara konstan sklera mengalami perubahan pada stress.

    Kedipan kelopak mata yang sederhana dapat meningkatkan tekanan intraokular 10

    mmHg, sama juga seperti konvergensi kuat dan pandangan ke lateral. Pada

    valsava manuver dapat meningkatkan tekanan intraokular 60 mmHg.Juga pada

    penutupan paksa kelopak mata meningkat sampai 70 mmHg -110 mmHg.

    Gosokan paksa pada mata merupakan kebiasaan jelek yang sangat sering diantara

    mata miopia, sehingga dapat meningkatkan tekanan intraokular.1

    Jenis-Jenis Miopia

    Miopia Axial

    Dalam hal ini, terjadinya miopia akibat panjang sumbu bola mata (diameter

    Antero-posterior), dengan kelengkungan kornea dan lensa normal, refraktif power

    normal dan tipe mata ini lebih besar dari normal.

    Miopia Kurvatura

    Dalam hal ini terjadinya miopia diakibatkan oleh perubahan darikelengkungan kornea atau perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti yang

    terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga

    pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata normal.

    Perubahan Index Refraksi

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    15/93

    Perubahan indeks refraksi atau miopia refraktif, bertambahnya indeks bias

    media penglihatan seperti yang terjadi pada penderita Diabetes Melitus sehingga

    pembiasan lebih kuat.

    Perubahan Posisi Lensa

    Pergerakan lensa yang lebih ke anterior setelah operasi glaukoma

    berhubungan dengan terjadinya miopia.

    Gejala Klinik

    Gejala umum miopia antara lain:

    o Mata kabur bila melihat jauho Sering sakit kepalao Menyipitkan mata bila melihat jauh (squinting / narrowing lids)o Lebih menyukai pekerjaan yang membutuhkan penglihatan

    dekat dibanding pekerjaan yang memerlukan penglihatan jauh

    Pada mata didapatkan:

    o Kamera Okuli Anterior lebih dalamo Pupil biasanya lebih besaro Sklera tipiso Vitreus lebih cairo Fundus tigroido

    Miopi crescent pada pemeriksaan funduskopi

    Diagnosis

    Gejala-gejala yang dapat ditemukan pada penderita miopia antara lain

    adalah :

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    16/93

    Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu

    objek dengan jarak jauh (anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan

    tulis, tetapi dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku).

    Kelelahan mata

    Sakit kepala

    Pengujian atau test yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan mata secara

    umum atau standar pemeriksaan mata, terdiri dari

    o Uji ketajaman penglihatan pada kedua mata dari jarak jauh (Snellen) danjarak dekat (Jaeger).

    o Uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam pemakaiankaca mata.

    o Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk meembuktikankemungkinan ada atau tidaknya kebutaan.

    o Uji gerakan otot-otot matao Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di retinao Mengukur tekanan cairan di dalam matao Pemeriksaan retina

    Gejala-gejala miopia juga terdiri dari gejala subjektif dan objektif.

    Gejala subjektif :

    o Kabur bila melihat jauho Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekato

    Mata cepat lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuaidengan akomodasi)

    o Astenovergens

    Gejala objektif :

    o Miopia simplekso Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam da pupil yang

    relatif lebar. Biasanya ditemukan bola mata yang agak menonjol.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    17/93

    o Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal, ataudapat diserta kresen miopia (miopic cresent) yang ringan di sekitar papil

    saraf optik.

    o Miopia patologiko Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simplekso Gambaran yang ditemukan pada semen posterior berupa kelainan-kelainan

    pada :

    o Badan kaca, dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan ataudegenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang

    mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasio badan

    kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia.

    Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, cresent miopia, papil terlihat

    labih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Cresent miopia dapat ke

    seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang

    atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.

    Makula berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan

    perdarahan subretina pada daerah makula.

    Retina bagian perifer berupa degenerasi kista retina bagian perifer.

    2.8 Terapi

    Koreksi terhadap miopia dapat dilakukan diantaranya dengan :

    KacamataKacamata masih merupakan metode paling aman untuk memperbaiki

    refraksi.

    Lensa kontakLensa kontak yang biasanya digunakan ada 2 jenis yaitu, lensa kontak

    keras yang terbuat dari bahan plastik polimetilmetacrilat (PMMA) dan lensa

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    18/93

    kontak lunak terbuat dari bermacam-macam plastik hidrogen. Lensa kontak keras

    secara spesifik diindikasikan untuk koreksi astigmatisma ireguler, sedangkan

    lensa kontak lunak digunakan untuk mengobati gangguan permukaan kornea.

    Salah satu indikasi penggunaan lensa kontak adalah untuk koreksi miopia

    tinggi, dimana lensa ini menghasilkan kualitas bayangan lebih baik dari kacamata.

    Namun komplikasi dari penggunaan lensa kontak dapat mengakibatkan iritasi

    kornea, pembentukan pembuluh darah kornea atau melengkungkan permukaan

    kornea. Oleh karena itu, harus dilakukan pemeriksaan berkala pada pemakai lensa

    kontak.

    Bedah keratoretraktifBedah keratoretraktifmencakup serangkaian metode untuk mengubah

    kelengkungan permukaan anterior bola mata diantaranya adalah keratotomy

    radial, keratomileusis, keratofakia, epikeratofakia.

    Lensa intraoculerPenanaman lensa intraokuler merupakan metode pilihan untk koreksi

    kesalahan refraksi pada afakia.

    Ekstraksi lensa jernihEkstraksi lensa bening telah banyak dicobakan oleh ahli bedah di dunia

    pada pasien dengan miopia berat karena resiko tindakan yang minimal.

    Intervensi Pencegahan Miopi

    Kebanyakan anak-anak miopia hanya dengan miopia tingkat rendah

    hingga menengah, tapi beberapa akan tumbuh secara progresif menjadi miopia

    tinggi. Faktor resiko terjadinya hal tersebut antara lain faktor etnik, refraksi

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    19/93

    orangtua, dan tingkat progresi miopia. Pada anak-anak tersebut, intervensi harus

    diperhitungkan.

    Pengontrolan miopia antara lain dengan:

    o Zat SikloplegikBerdasarkan laporan penelitian, pemberian harian atropin dan

    cyclopentolate mengurangi tingkat progresi miopia pada anak-anak. Meskipun

    demikian, hal ini tidak sebanding dengan ketidaknyamanan, toksisitas dan resiko

    yang berkaitan dengan sikloplegia kronis. Selain itu, penambahan lensa plus

    ukuran tinggi (contoh: 2,50 D) diperlukan untuk melihat dekat karena inaktivasi

    otot silier. Meskipun progresi melambat selama terapi, efek jangka panjang tidak

    lebih dari 1-2 D.

    o Lensa plus untuk melihat dekatEfektivitas pemakaian lensa bifokus untuk mengontrol miopia pada anak-

    anak masih kontroversial, beberapa penelitian tidak menunjukkan reduksi progresi

    miopia yang bermakna namun ada juga penelitian yang menemukan bahwa

    pemakaian lensa bifokus dapat mengontrol miopia. Ukuran adisi dekat yang

    efektif masih diperdebatkan.

    o Lensa Kontak RigidLensa kontak Rigid gas-permeable (RGP) dilaporkan efektif

    memperlambat tingkat progresi miopia pada anak-anak. Pengontrolan miopia

    diyakini disebabkan karena perataan kornea. Selama 3 tahun pemberian lensakontak, ruang vitreus masih lanjut memanjang, hingga kontrol miopia dengan

    RGP tidak mengurangi resiko berkembangnya sekuele miopia segmen posterior.

    Bila pemakaian lensa kontak dihentikan muncul efek rebound seperti curamnya

    kembali korenea (resteepening of the cornea)

    Orthokeratology adalah fitting terprogram dengan sejumlah seri lensa

    kontak selama periode beberapa minggu hingga beberapa bulan, guna meratakan

    kornea dan mengurangi miopia. Kebanyakan pengurangan ini terjadi dalam 4-6

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    20/93

    bulan. Namun, perubahan kelainan refraksi menuju keadaan awal terjadi bila

    pasien berhenti memakai lensa kontak. Mekanisme pasti pemakaian RGP untuk

    tujuan ini masih belum jelas.

    o Bila membaca atau melakukan kerja jarak dekat secara intensif,istirahatlah tiap 30 menit. Selama istirahat, berdirilah dan

    memandang ke luar jendela.

    o Bila membaca, pertahankan jarak baca yang cukup dari buku.o Pencahayaan yang cukup untuk membaca.o Batasi waktu bila menonton televisi dan video game. Duduk 5-6

    kaki dari televisi.

    o Jenis-jenis intervensi lain seperti pemakaian vitamin, bedahsklera, obat penurun tekanan bola mata, teknik relaksasi mata,

    akupunktur. Namun, efektivitasnya belum teruji dalam

    penelitian.

    Komplikasi

    Komplikasi miopia adalah :

    o Abalasio retina

    Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0D (- 4,75) D sekitar 1/6662.

    Sedangkan pada (- 5)D (-9,75) D resiko meningkat menjadi 1/1335. Lebih dari

    (-10) D resiko ini menjadi 1/148. Dengan kata lain penambahan factor resiko padamiopia rendah tiga kali sedangkan miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali.

    o Vitreal Liquefaction dan Detachment

    Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98% air dan

    2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara perlahan-

    lahan, namun proses ini akan meningkat pada penderita miopia tinggi. Hal ini

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    21/93

    berhubungan denga hilangnya struktur normal kolagen. Pada tahap awal,

    penderita akan melihat bayangan-bayangan kecil (floaters). Pada keadaan lanjut,

    dapat terjadi kolaps badan viterus sehingga kehilangan kontak dengan retina.

    Keadaan ini nantinya akan beresiko untuk terlepasnya retina dan menyebabkan

    kerusakan retina. Vitreus detachment pada miopia tinggi terjadi karena luasnya

    volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola mata.

    o Miopic makulopaty

    Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah

    kapiler pada mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapanagn pandang

    berkurang. Dapat juga terjadi perdarahan retina dan koroid yang bisa

    menyebabkan kurangnya lapangan pandang. Miop vaskular koroid/degenerasi

    makular miopic juga merupakan konsekuensi dari degenerasi makular normal, dan

    ini disebabkan oleh pembuluh darah yang abnormal yang tumbuh di bawah sentral

    retina.

    o GlaukomaResiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia

    sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi

    dikarenakan stress akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan

    ikat penyambung pada trabekula.

    oKatarak

    Lensa pada miopia kehilangan transparansi. Dilaporkan bahwa pada orang

    dengan miopia onset katarak muncul lebih cepat.

    Prognosis

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    22/93

    Diagnosis awal pada penderita miopia adalah sangat penting karena

    seorang anak yang sudah positif miopia tidak mungkin dapat melihat dengan baik

    dalam jarak jauh.

    ASTIGMATISME

    Definisi

    Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan

    garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi

    lebih dari satu titik.3

    Etiologi

    Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut:4

    1. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur.Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar

    adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus,

    sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan

    pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan tanpa

    pemendekan atau pemanjangan diameter antero-posterior bola mata.

    Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan

    kongenital, kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea serta

    akibat pembedahan kornea.

    2. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. Semakinbertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga

    semakin berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami

    kekeruhan yang dapat menyebabkan astigmatismus.

    3. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty4. Trauma pada kornea5. Tumor

    Klasifikasi

    Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai

    berikut:

    1. Astigmatisme Reguler

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    23/93

    Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya

    dua bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada

    salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang

    yang lain. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris

    yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya

    jika tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang lain.

    Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme

    regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

    a. Astigmatisme With the RuleBila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari

    pada bidang horizontal.

    b. Astigmatisme Against the RuleBila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari

    pada bidang vertikal.

    2. Astigmatisme IrregulerDimana titik bias didapatkan tidak teratur.

    Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme

    dibagi sebagai berikut:

    1. Astigmatisme Miopia SimpleksAstigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B

    berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias

    terkuat sedangkan titik B adalah titik fokus dari daya bias terlemah). Pola

    ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau

    Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    24/93

    Gambar 3. Astigmatisme Miopia Simpleks

    2. Astigmatisme Hiperopia SimpleksAstigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B

    berada di belakang retina.

    Gambar 4. Astigmatisme Hiperopia Simpleks

    3. Astigmatisme Miopia KompositusAstigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B

    berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme

    jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    25/93

    Gambar 5. Astigmatisme Miopia Kompositus

    4. Astigmatisme Hiperopia KompositusAstigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A

    berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme

    jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.

    Gambar 6.Astigmatisme Hiperopia Kompositus

    5. Astigmatisme MixtusAstigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B

    berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini

    adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak

    dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y

    menjadi sama - sama + atau -.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    26/93

    Gambar 7.Astigmatisme Mixtus

    Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :

    1. Astigmatismus RendahAstigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya

    astigmatis-mus rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan

    tetapi jika timbul keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat

    perlu diberikan.

    2. Astigmatismus SedangAstigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75

    Dioptri. Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata

    koreksi.

    3. Astigmatismus TinggiAstigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini

    sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.

    Tanda Dan Gejala

    Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi

    menyebabkan gejala-gejala sebagai berikut :

    1. Memiringkan kepala atau disebut dengan titling his head, pada umunyakeluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang

    tinggi.2. Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.3. Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan

    untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita

    astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti

    membaca.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    27/93

    4. Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaanmendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk

    memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.

    Sedang pada penderita astigmatismusrendah, biasa ditandai dengan gejala

    gejala sebagai berikut :

    5. Sakit kepala pada bagian frontal.6. Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya

    penderita akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau

    mengucek-ucek mata.

    Diagnosis

    1. Pemeriksaan pin holeUji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya

    tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada

    media penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman

    penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien

    tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila

    ketajaman penglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan

    media penglihatan atau pun retina yang menggangu penglihatan.5

    2. Uji refraksia. Subjektif

    Optotipe dari Snellen & Trial lens

    Metode yang digunakan adalah dengan Metoda trial and error Jarakpemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang

    diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu

    dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam

    penglihatan masing-masing mata. Bila visus tidak 6/6 dikoreksi

    dengan lensa sferis positif, bila dengan lensa sferis positif tajam

    penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien

    dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    28/93

    sferis positif menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan

    lensa sferis negatif memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20

    maka pasien menderita miopia. Bila setelah pemeriksaan tersebut

    diatas tetap tidak tercapai tajam penglihatan maksimal mungkin pasien

    mempunyai kelainan refraksi astigmat. Pada keadaan ini lakukan uji

    pengaburan (fogging technique).5,6

    b. Objektif Autorefraktometer

    Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan

    menggunakan komputer. Penderita duduk di depan autorefractor,

    cahaya dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya

    diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi yang

    harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu

    beberapa detik.

    KeratometriAdalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius

    kelengkungan kornea.11 Keratometer dipakai klinis secara luas dan

    sangat berharga namun mempunyai keterbatasan.

    c. Uji pengaburanSetelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam

    penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam

    penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya denganmenambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi

    juring astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas

    terlihat. Bila garis juring pada 90 yang jelas, maka tegak lurus

    padanya ditentukan sumbu lensa silinder, atau lensa silinder

    ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan kekuatan lensa

    silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmat

    vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    29/93

    semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder

    ditentukan yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat

    kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai

    pasien melihat jelas.7

    Gambar 8. Kipas Astigmat.

    d. KeratoskopKeratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan

    astigmatisme. Pemeriksa memerhatikan imej ring pada kornea

    pasien. Pada astigmatisme regular, ring tersebut berbentuk oval.

    Pada astigmatisme irregular, imej tersebut tidak terbentuk

    sempurna.7,8

    e. Javal ophtalmometerBoleh digunakan untuk mengukur kelengkungan sentral dari kornea,

    diaman akan menentukan kekuatan refraktif dari kornea.7,8

    Terapi

    1.Koreksi lensaAstigmatismusdapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder.

    Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismusakan dapat

    membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan

    bertambah jelas.

    2. Orthokeratology

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    30/93

    Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak,

    lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar

    dan menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai

    dengan standar. Pada astigmatismus irregular dimana terjadi pemantulan

    dan pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan

    kornea maka dapat dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan

    memakai lensa kontak maka permukaan depan kornea tertutup rata dan

    terisi oleh film air mata.

    3. Bedah refraksiMethode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:8,9

    a. Radial keratotomy (RK)Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral.

    Bagian yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata.

    Jumlah hasil perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan

    kedalaman dari insisi.

    b. Photorefractive keratectomy (PRK)Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser

    pada pusat kornea. Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa

    terjadi setelah photorefractive keratectomy dan setelah beberapa bulan

    akan kembali jernih. Pasien tanpa bantuan koreksi kadang-kadang

    menyatakan penglihatannya lebih baik pada waktu sebelum operasi.

    PRESBIOPIA

    Definisi :

    Gangguan akomodasi pada usia lanjut

    Etiologi :

    - Kelemahan otot akomodasi- Lensa mata tidak kenyal / berkurang elastisitasnyasklerosis lensa

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    31/93

    Gejala :

    - Pasien setelah membaca merasa mata lelah, berair dan sering terasa pedasPatofisiologi

    Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata

    karenaadanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul

    sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa

    menjadi lebih keras (sklerosis)dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi

    cembung. Dengan demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang.

    Klasifikasi

    a. Presbiopi Insipien tahap awal perkembangan presbiopi, dari anamnesa

    didapati pasien memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak tampak

    kelainan bila dilakukan tes, dan pasien biasanya akan menolak preskripsi kaca

    mata baca

    b. Presbiopi FungsionalAmplitud akomodasi yang semakin menurun dan akan

    didapatkan kelainan ketika diperiksa

    c. Presbiopi Absolut Peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi fungsional,

    dimana proses akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali

    d. Presbiopi Prematur Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun dan

    biasanya berhungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau obat-obatan

    e. Presbiopi NokturnalKesulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi gelap

    disebabkan oleh peningkatan diameter pupil

    Diagnosis Presbiopi

    1. Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda presbiopi

    2. Pemeriksaan Oftalmologi

    a. VisusPemeriksaan dasar untuk mengevaluasi presbiopi dengan menggunakan

    Snellen Chart

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    32/93

    b. RefraksiPeriksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan. Pasien diminta

    untuk memperhatikan kartu Jaeger dan menentukan kalimat terkecil yang bisa

    dibaca pada kartu. Target koreksi pada huruf sebesar 20/30.

    c. Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi termasuk

    pemeriksaan duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes Hirschberg,

    amplitud dan fasilitas akomodasi, dan steoreopsis

    d. Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum untuk mendiagnosa

    penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan presbiopia.

    e. Pemeriksaan ini termasuk reflek cahaya pupil, tes konfrontasi, penglihatan

    warna, tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang kesehatan

    segmen anterior dan posterior dari mata dan adnexanya. Biasanya pemeriksaan

    dengan ophthalmoskopi indirect diperlukan untuk mengevaluasi segmen media

    dan posterior

    Penatalaksanaan Presbiopi

    1. Digunakan lensa positif untuk koreksi presbiopi. Tujuan koreksi adalah untuk

    mengkompensasi

    ketidakmampuan mata untuk memfokuskan objek-objek yang dekat

    2. Kekuatan lensa mata yang berkurang ditambahan dengan lensa positif sesuai

    usia dan hasil pemeriksaan subjektif sehingga pasien mampu membaca tulisan

    pada kartu Jaeger 20/30

    3. Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi +3.00 D adalah lensa positif

    terkuat yang dapat diberikan pada pasien. Pada kekuatan ini, mata tidak

    melakukan akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena tulisan yang dibaca

    terletak pada titik fokus lensa

    USIA

    (TAHUN)

    KEKUATAN LENSA POSITIF YANG

    DIPERLUKAN

    40 + 1.00 D

    45 + 1.50 D

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    33/93

    50 + 2.00 D

    55 + 2.50 D

    60 + 3.00 D

    4. Selain kaca mata untuk kelainan presbiopi saja, ada beberapa jenis lensa lain

    yang digunakan untuk mengkoreksi berbagai kelainan refraksi yang ada

    bersamaan dengan presbiopia. Ini termasuk:

    a. Bifokal untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa yang

    mempunyai garis horizontal atau yang progresif

    b. Trifokal untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh. Bisa yang

    mempunyai garis horizontal atau yang progresif

    c. Bifokal kontak - untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bagian bawah

    adalah untuj membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan hasil koreksinya

    d. Monovision kontak lensa kontak untuk melihat jauh di mata dominan, dan

    lensa kontak untuk melihat dekat pada mata non-dominan. Mata yang dominan

    umumnya adalah mata yang digunakan untuk fokus pada kamera untuk

    mengambil foto

    e. Monovision modifiedlensa kontak bifokal pada mata non-dominan, dan lensa

    kontak untuk melihat jauh pada mata dominan. Kedua mata digunakan untuk

    melihat jauh dan satu mata digunakan untuk membaca.

    5. Pembedahan refraktif seperti keratoplasti konduktif, LASIK, LASEK, dan

    keratektomi fotorefraktif

    GANGGUAN LAPANG PANDANG

    Beberapa dasar jalur penglihatan dan lapang pandang mata seperti:

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    34/93

    1. Retina bagian nasal dari macula diproyeksikan ke arah temporal lapangpandang.

    2. Serabut saraf bagian nasal retina menyilang chiasma optic3. Serabut saraf bagian temporal retina berjalan tidak menyilang chiasma optic4. Lapang pandang normal pada satu mata terletak 90 temporal, 60 medial,

    60atas, 75bawah.

    Pengujian lapang pandang

    Uji konfrontasi

    Tes konfrontasi

    Tes konfrontasi menggunakan jari sebagai obyek yang harus dilihat di

    dalam batas medan penglihatan. Pemeriksa berdiri berhadapan dengan

    pasien yang duduk di atas tempat tidur periksa. Jarak antara mata

    pasien dengan pemeriksa harus sejauh 30-40 cm. Untuk pemeriksaan

    medan penglihatan mata kanan pasien, mata kiri pasien dan mata

    kanan pemeriksa harus ditutup. Begitu juga sebaliknya untuk

    pemeriksaan medan penglihatan mata kiri pasien. Dengan dua jarinya

    yang digoyang-goyangkan tangan pemeriksa memasuki penglihatan

    ini, jari-jari pemeriksa harus tetap berada di bidang yang sama

    jauhnya antara mata pasien dengan mata pemeriksa. Pasien harus

    memberitahukan terlihatnya jari itu dengan kata ia. Medan

    penglihatan pemeriksa digunakan sebagai patokan medan penglihatan

    yang normal. Maka dari itu, baik pasien maupun pemeriksa harus

    dapat melihat jari-jari yang bergerak itu pada jarak yang sama.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    35/93

    Apabila medan penglihatan pasien normal, dengan metode ini

    diperoleh medan penglihatan secara kasar. Lesi-lesi yang besar dapat

    diungkapkan dengan metode konfrontasi ini, tetapi lesi yang kecil

    akan luput dari diagnosa.

    Uji Perimeter atau kampimeter

    Perimeter

    Dengan kampimeter dan perimeter dapat diperoleh hasil yang

    terperinci.Perimeterialah alat diagnostic yang berbentuk lengkungan

    seperti gambar di atas. Kampimeteradalah papan tulis hitam dimana

    tergambar bundaran dengan garis-garis radial berikut dengan bintik

    buta.

    Dengan perimeter didapat hasil yang lebih akurat oleh karena

    lengkungan perimeter sesuai dengan lengkungan retina. Perimeter

    dilengkapi dengan tempat untuk meletakkan dagu, sehingga pasien

    dapat menjalani tes dengan posisi kepala yang tepat tanpa letih. Tes

    dengan perimeter dilakukan secara monocular. Dengan kepala yang

    terfiksasi dengan dagunya diletakkan pada tempat, salah satu matanya

    pada titik fiksasi di pusat perimeter itu. Obyek yang harus dilihat oleh

    pasien dapat berwarna, berukuran kecil atau besar tergantung dari sifat

    informasi yang hendak diungkapkan oleh tes perimeter ini. Obyek

    tersebut dimasukkan di dalam batas medan penglihatan menurut setiap

    meridian. Dengan memutar lengkungan perimeter itu setiap meridian

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    36/93

    dapat diadakan. Batas medan penglihatan itu ialah titik fiksasi dimana

    obyek tes masih dapat terlihat. Tes dengan kampimeter adalah serupa

    dengan tes perimeter, hanya obyek tesnya digerakkan pada bidang

    datar.

    A. HEMIANOPSIADefinisi

    Hemianopsia adalah sebuah gangguan dengan karakteristik berkurangnya

    setengah lapangan pandang pada mata bisa hanya terkena pada satu mata atau

    kedua-duanya.

    Deskripsi

    Hemianopsia mencegah seseorang untuk melihat obyek dengan setengah lapangan

    pandang pada mata tertentu. Sebagai akibatnya, seseorang yang terkena

    hemianopsia tidak akan dapat melihat obyek yang berada pada lapangan pandang

    yang terkena.

    Macam-macam

    Hemianopsia bitemporalHilangnya setengah lapangan pandang temporal kedua mata.Merupakan

    tanda khusus kelainan chiasma optic.

    Hemianopsia binasalDefek lapangan pandang setengah nasal dapat terjadi akibat tekanan

    bagian temporal chiasma optic kedua mata atau atrofi papil saraf optic

    sekunder akibat tekanan intracranial yang meninggi.

    Hemianopsia heteronymHemianopsia bersilang yang dapat binasal atau bitemporal

    Hemianopsia homonymHilangnya lapang pandang pada sisi yang sama pada kedua mata yang

    dapat terlihat pada lesi temporal.

    Hemianopia altitudinal

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    37/93

    Hilangnya lapang pandang sebagian atas atau bawah.

    Penyebab dan Gejala

    Kondisi atau jejas yang mengenai nervus opticus dapat menyebabkan

    hemianopsia.Bisa juga merupakan salah satu gejala pada stroke, aneurisma otak,

    oklusi dari arteri optikus, tumor otak, atau trauma pada kepala.Selain itu,

    seseorang yang menderita migraine juga mungkin mengalami hemianopsia selama

    episode migraine atau pada fase prodromal dari sakit kepala.Hemianopsia tipe ini

    merupakan resolusi dari sakit kepala.Transient hemianopsia dapat merupakan

    akibat peninggian tekanan darah secara tiba-tiba atau setelah terjadi kejang. Yang

    lebih jarang lagi infeksi dapat menyebabkan hemianopsia seperti encephalitis,

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    38/93

    abses otak, progressive multifocal leukoencephalopathy , and Creutzfeldt-Jakob

    disease .

    Gejala dari hemianopsia adalah kesulitan untuk melihat obyek pada lapanganpandang yang terkena bisa salah satu mata atau kedua-duanya, yang

    bermanifestasi dengan kesulitan membaca, berjalan melewati area yang ramai,

    menabrak benda atau terkejut dengan barang atau orang yang berada di lapangan

    pandang yang terkena.

    Diagnosis

    Diagnosis ditegakkan dengan melakukan tes-tes guna melihat area buta pada

    setengah lapangan padang pada satu mata atau kedua-duanya. Pemeriksaan yang

    lebih jauh lagi mungkin diperlukan untuk penyakit penyerta yang menyebabkan

    hemianopsia. CT scan dan MRI berguna untuk melihat ada tidaknya stroke,

    anuerisma atau pun brain tumor

    Penatalaksaan

    Penatalaksanaan salah satunya dengan terapi konservatif yang berguna untuk

    mengatasi gejala-gejalanya. Sebagai contoh merubah tehnik membaca (melihat

    pada bagian terakhir dari kata daripada melihat permulaan kata terlebih dahulu)

    diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan dan menikmati membaca.Special

    scanning tehnik mungkin bisa dipikirkan, dengan menggunakan sebuah mesin

    yang bernama Dynavision yang akan menolong penderita menggerakkan kepala

    dengan cara-cara tertentu untuk mengamati lingkungan dan mengkompensasi

    hilangnya lapangan pandang.

    Bisa dengan pemberian kacamata dengan lensa gabung dapat memperluas area

    lapangan pandang.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    39/93

    B. DIPLOPIA

    Diplopia atau penglihatan ganda adalah suatu gangguan penglihatan yang mana

    obyek terlihat dobel atau ganda. Diplopia berasal dari bahasa Yunani, diplo =

    dobel atau ganda, opia = penglihatan.

    Klasifikasi

    Diplopia binokular yaitu penglihatan ganda terjadi apabila si pasien melihatdengan kedua mata dan menghilang bila salah satu mata ditutup. Kondisi ini

    disebabkan antara lain oleh gangguan pergerakan otot bola mata sehingga

    sudut kedua mata tidak sinkron (tahap awal seseorang yang akan menjadi

    juling atau strabismus). Penyebab lainnya adalah kerusakan saraf yang

    melayani otot otot bola mata. Kerusakan saraf ini disebabkan oleh stroke,

    cidera kepala, tumor otak dan infeksi otak. Diplopia binokular juga bisa terjadi

    pada pasien diabetes, miastenia gravis, penyakit graves, trauma atau cidera

    pada otot mata dan kerusakan pada tulang penyangga bola mata.

    Diplopia monokular yaitu diplopia yang hanya terjadi pada satu mata.Penglihatan ganda muncul saat salah satu mata ditutup. Gangguan ini dapat

    terjadi pada pasien dengan astigmatisma, gangguan lengkung kornea,

    pterigium, katarak, dislokasi lensa mata, gangguan produksi air mata dan

    beberapa gangguan pada retina.Karena bukan merupakan penyakit secara

    khusus atau dengan kata lain diplopia merupakan gejala yang bisa terjadi pada

    beberapa penyakit yang saya sebutkan diatas maka pengobatan diplopia

    terggantung dari penyakit dasar yang menyebabkan terjadinya diplopia.

    Macam-macam bentuk diplopia:

    Diplopia homonymKeadaan pada mata dengan juling ke dalam, dimana bayangan pada mata

    juling terletak di bagian luar sisi yang sama pada benda aslinya

    Diplopia heteronym

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    40/93

    Keadaan pada mata dengan juling ke luar, dimana benda yang dilihatmata kanan terletak di sebelah kiri sedang benda yang dilihat oleh mata

    kiri seakan-akan terletak di sebelah kanan.

    Diplopia monocularDiplopia bila melihat benda dengan satu mata.

    UJI DIPLOPIA

    Pasien memakai kacamata dengan filter merah pada mata kanan dan filter

    hijau pada mata kiri.

    Pasien diminta melihat satu sumber cahaya dan menyatakan letak lampu

    merah dan hijau yang terlihat.

    Normal lampu terlihat satu.

    Diplopia heteronym letak bayangan lampu merah di sebelah kiri bayangan

    biru.

    Diplopia homonym letak lampu merah di sebelah kanan lampu hijau.

    C. AMBLIOPIA

    Definisi

    Adalah suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapaioptimal sesuai dengan usianya walaupun sudah dikoreksi kelainanrefraksinya. Pada ambliopia yang terjadi adalah penurunan ketajaman

    penglihatan unilateral atau bilateral karena kehilangan pengenalan bentuk,

    interaksi binocular abnormal, atau keduanya, dimana tidak ditemukan

    kausa organicpada pemeriksaan fisik mata.

    Ambliopia dapat tanpa kelainan organic dan dapat juga dengan kelainan organic

    yang tidak sebanding dengan visus yang ada.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    41/93

    Bila ditemukan pada anak di bawah usia 6 tahun, maka masih dapat dilakukan

    latihan untuk perbaikan penglihatannya.

    Etiologi

    Kurangnya rangsang untuk meningkatkan perkembangan penglihatan. Kausa ekstraneural yang menyebabkan turunnya tajam penglihatan (ex:

    katarak, astigmatism, strabismus, atau kelainan refraksi yang tidak dikoreksi)

    mekanismenya adalah memicu penurunan fungsi visual pada orang yang

    sensitif.

    Anisometropia, juling, oklusi, katarak, dan kekeruhan media penglihatanlainnya.

    Secara umum terdapat 2 faktor yang menjadi penyebab terjadinya ambliopia,

    yaitu:

    1. Supresi merupakan proses kortikal yang mengakibatkanterdapatnya skotoma absolute pada penglihatan binocular (untuk

    mencegah terjadinya diplopia pada mata yang juling), atau sebagaihambatan binocular (monocular kortikal inhibisi) pada bayangan

    retina yang kabur.

    Supresi tidak berkaitan dengan perkembangan penglihatan.

    2. Nirpakai (non use) akibat tidak dipergunakannya elemen visualretino kortikal pada saat kritis perkembangannya terutama pada

    usia sebelum 9 tahun.

    Manifestasi klinis

    Terdapat beberapa tanda pada mata dengan ambliopia, yaitu:

    Berkurangnya penglihatan 1 mata Menurunnya tajam penglihatan terutama pada fenomena crowding. Hilangnya sensitivitas kontras

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    42/93

    Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik Adanya anisokoria Tidak mempengaruhi penglihatan warna Biasanya daya akomodasi menurun ERG dan EEG normal tidak terdapat kelainan organic maupun korteks

    serebri.

    Pemeriksaan Ambliopia

    Pemeriksaan untuk mengetahui perkembangan tajam penglihatan sejak bayi

    sampai usia 9 tahun mengetahui kelainan secara dini mencegah

    keterlambatan perawatan.

    Pemeriksaan kedudukan mata dan adanya reaksi pupil selain pemeriksaan fundus.

    Uji yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan ambliopia adalah:

    1. Uji Crowding PhenomaDengan membaca huruf pada kartu Snellen yang dibuka satu persatu huruf atau

    dengan kata lain diisolasi, kemudian dilanjutkan dengan membaca sebaris huruf

    yang sama.

    Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari huruf yang diisolasi ke huruf dalam

    satu barisfenomena crowding ambliopia +.

    2. Uji Densiti Filter NetralPrinsipnya, mata yang ambliopia secara fisiologik barada dalam keadaan

    beradaptasi gelap, sehingga jika pada mata ambliopia dilakukan uji penglihatan

    dengan intensitas sinar yang diturunkan (memakai filter densiti netral) maka tidak

    akan terjadi penurunan tajam penglihatan.

    Hasil:

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    43/93

    Ambliopia fungsional paling banyak tajam penglihatan akanberkurang satu baris atau tidak terganggu sama sekali.

    Ambliopia organic tajam penglihatan akan sangat menurun denganpemakaian filter tersebut.

    3. Uji Worths Four DotUji untuk melihat penglihatan binocular, adanya fusi, korespondensi retina

    abnormal, supresi pada satu mata, dan juling.

    Penderita dipakaikan kacamata dengan filter merah di mata kanan dan filter biru

    di mata kiri dan melihat pada objek 4 titik dimana 1 berwarna merah, 2 hijau, dan

    1 putih.

    Visuskop

    Alat untuk menentukan letak fiksasi. Dengan melakukan visuskopi dapat

    ditentukan bentuk fiksasi monookular pada ambliopia.

    Penanganan Ambliopia

    a. Ambliopia adalah kelainan yang reversible dan akibatnya tergantung darisaat mulai dan lama berlangsungnya. Saat rentan adalah bayi umur 6 bulan

    dan ambliopia tidak akan terjadi setelah usia > 5 tahun.

    b. Ambliopia jika diketahui sejak dini akan dapat dicegah agar menjadi tidakpermanen. Perbaikan adalah dengan melakukan latihan penglihatan

    (idealnya jika usia masih di bawah 6 tahun) dan dapat dilakukan bila

    penglihatan masih dalam perkembangannya.

    c. Pengobatan dapat dengan:d. Imunosupresi aktif untuk menyingkirkan faktor ambliopiagenik.e. Oklusi mata yang sehatf. Penalisasi dekat mata ambliopia dibiasakan melihat dekat dengan lensa

    + 2,5 D, sedangkan mata yang baik diberi atropine

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    44/93

    g. Penalisasi jauh mata ambliopia dipaksa melihat jauh dengan memberiatropine pada mata yang baik serta diberi lensa + 2,5 D

    h. Latihan ortoptik bila julingi. Pencegahan pada usia< 5 tahun periksa tajam penglihatan terutama bila

    ada tanda-tanda juling.

    Jenis- jenis Ambliopia

    Ambliopia fungsionalDapat terjadi congenital atau didapat dan terjadi pada satu mata dengan

    tajam penglihatan yang kurang tanpa kelainan organic, yang tidak dapat

    diperbaiki dengan kacamata.Sering pada anak-anak.

    Pengobatan: oklusi mata (komplit, inkomplit, konstan, maupun intermiten),

    penalisasi (jauh, dekat, atau keduanya), dan pleoptik.

    Ambliopia strabismikAmbliopia yang terjadi akibat juling lama (biasanya juling ke dalam

    atau esotropia yang paling sering) pada anak sebelum penglihatan

    tetap.Pada keadaan ini terjadi supresi pada mata tersebut untuk mencegah

    gangguan penglihatan.Kelainan ini disebut ambliopia strabismik dimana

    kedudukan bola mata tidak sejajar sehingga hanya 1 mata yang diarahkan

    pada benda yang dilihat.

    Pengobatan: menutup total mata yang sehat.

    Ambliopia refraktifMerupakan ambliopia yang terjadi pada mata dengan kelainan refraksi

    yang tidak dikoreksi atau terdapatnya kelainan refraksi antara kedua

    mata.Penglihatan dapat membaik setelah beberapa bulan memakai kaca

    mata koreksi.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    45/93

    Pengobatan: menutup mata yang sehat setelah mata yang ambliopia

    mendapatkan kacamata yang sesuai.

    Ambliopia anisometropikTerjadi akibat terdapatnya kelainan refraksi kedua mata yang berbeda

    jauh, beda refraksi yang besar antara kedua mata tersebut menyebabkan

    terbetuknya bayangan kabur pada satu mata.

    Pengobatan: memberikan kaca mata hasil pemeriksaan secara objektif disertai

    penutupan mata yang sehat.

    Ambliopia ametropikAmbliopia ametropik, menurunnya tajam penglihatan mata dengan

    kelainan refraksi berat yang tidak dikoreksi (biasanya hipermetropi atau

    astigmatism).

    Pengobatan: dengan menggunakan kaca mata hasil pemeriksaan refraksisecara objektif.

    Ambliopia eksanopsiaAmbliopia akibat penglihatan terganggu pada saat perkembangan

    penglihatan bayi. Ambliopia eksanopsia disebabkan oleh supresi atau

    suatu proses aktif dari otak untuk menekan kesadaran melihat.

    Menurunnya penglihatan pada suatu mata akibat hilangnya kemampuan

    bentuk setelah fiksasi sentral.

    Dapat terjadi pada mata bayi dengan katarak, ptosis, ataupun

    kekeruhan kornea sejak lahir atau terlambat diatasi.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    46/93

    Pengobatan: menutup mata yang sehat dilakukan setelah mata yang sakit

    dibersihkan kekeruhan media penglihatannya.

    Ambliopia hysteriaAmbliopia yang terjadi akibat adanya hysteria yang dapat mengenai

    satu mata maupun kedua mata (lebih sering).

    Pada pemeriksaan didapat lapang pandang yang menciut konsentris &

    terdapat gambaran spiral selama dilakukan pemeriksaan lapang pandang.

    Ambliopia organicAmbliopia dengan kelainan organic yang dapat menerangkan sebab

    tajam penglihatan berkurang (tidak memenuhi criteria ambliopia secara

    murni).Ambliopia terjadi akibat kerusakan fovea congenital dan bersifat tidak

    reversible.

    D. SKOTOMA

    Skotoma adalah suatu kelaiana dimana terdapat daerah penglihatan buram atau

    hilang dalam lapang pandang , dikelilingi daerah penglihatan yang lebih jernih

    atau normal.

    Klasifikasi:

    Terdapat 2 jenis skotoma, yaitu:

    1. Skotoma SentralisEtiologi:

    terdapat 2 penyebab tersering skotoma sentralis, yaitu :

    Degenerasi makula atrofi.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    47/93

    Eksudatif (hemoragik) yang terkait usia.Penyebab lain dari skotoma sentralis adalah cedera makula, degenerasi makula

    miopik, penyakit saraf optikus dan gangguan makula kongenital.

    Gejala Klinis:

    Manifestasi klinis dari skotoma sentralis adalah terkait pada stadium perjalan

    penyakitnya, dimana:

    Stadium awal1. Pasien dengan skotoma sentralis sering mengeluh penglihatan

    sentral kabur dan terdistorsi,tetapi penglihatan perifer jelas kecuali

    apabila juga terjadi katarak.

    2. Mengalami kesulitan membaca serta mengenali wajah3. Persepsi kontras biasanya tidak terganggu

    Stadium DisiformisTanda khusus dari stadium ini adalah terdapatnya skotoma padat

    Stadium LanjutWalaupun telah terdapat gejala-gejala diatas, namun pada stadium

    lanjut ini penderita masih mempunyai kemampuan untuk bepergian

    relatif normal

    Pemeriksaan Penunjang:

    Untuk memeriksa fungsi penglihatan, dilakukan pemeriksaan ketajaman

    penglihatan dengan kartu Snellen, Amsler grid dan sensitivitas kontras

    bilapada pemeriksaan terdapat penurunan kontras perlu pembesaran yang lebih

    kuat daripada yang diperkirakan dari pemeriksaan ketajaman penglihatan

    dengan kartu Snellen.

    Terapi:

    Menggunakan posisi kepala yang eksentris tujuannya menempatkanbayangan di daerah retina yang sehat.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    48/93

    Mengguanakan lensa pembesar.

    2. Skotoma PeriferWalaupun penglihatan sentral penting untuk ketelitian, lapang pandang perifer

    juga penting untuk menentukan lokasi diri dalam ruangan, untuk berpegian

    secara aman, dan untuk kewaspadaan dari gangguan yang berasal dari arah

    perifer.

    Etiologi:

    Penyebab skotoma perifer adalah penyakit yang menyebabkan penurunan

    lapang pandang perifer,yaitu :

    Galukoma stadium akhir (khas) Retinitis pigmentosa Penyakit retina perifer lainnya Penyakit vascular serebral

    Gejala Klinis:

    Terjadi penurunan lapang pandang perifer, namun pada penyakitretinitis pigmentosa tahap lanjut pasien masih mampu membaca huruf

    berukuran kecil tetapi memerlukan bantuan untuk berjalan-jalan.

    Fotofobia

    Terapi:

    Fotofobia gunakan lensa kuning gading menahan sinar ultravioletdan sinar tampak yang kurang dari 527 nm.

    Jika terjadi penurunan persepsi kontras akibat katarak maka kombinasi ujisensitivitas kontras dan kilau dapat menunjukan saat yang tepat untuk

    bedah katarak.

    Penggunaan kaca pembesar dan closed circuit television bila lapanganpandang sentral kurang dari 7 derajat. Penggunaannya mudah diatur

    sendiri oleh pasien.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    49/93

    Penanaman lensa intraokular di kamera anterior untuk pasien yangmenjalani ekstraksi katarak penting untuk mempertahankan ukuran

    bayangan normal.

    F. ANISOMETROPIA

    BATASAN

    Merupakan kelainan dimana kekuatan refraksi ke dua mata berbeda, dapat saja

    satu mata myopia dan mata yang lainnya hipermetropia. Pada bayi, anisometropia

    dapat mengakibatkan ambliopia (berkurangnya penglihatan pada satu mata). Pada

    keadaan yang berat otak tidak dapat melihat besarnya benda yang berbeda. Pada

    tahap lanjut, mata akan lebih senang menggunakan satu mata untuk melihat dan

    melakukan supresi pada mata yang lain.

    Anisometropia, mata mempunyai kelainan refraksi yang tidak samapada mata kanan, kiri

    Anisometropia akan mengakibatkan perbedaan tajam penglihatananiseikonia dan aniseiforia

    Setiap anisometropia berbeda 1 dioptri akan mengakibatkanperbedaan ukuran besar bayangan benda 1 %

    Bila terdapat Anisometropia 2,5 3 dioptri maka akan dirasakanterjadi perbedaan besar bayangan 5%, yang mengakibatkan :

    o Terganggunya fusio Dapat terjadi supresi penglihatan pada satu matao Sehingga mata tersebut dapat menjadi ambliopia

    Gejala

    Diplopia dan astenopia Ambliopia karena supresi mata dengan penglihatan kurang

    Penyulit

    Ambliopia refraktif

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    50/93

    E. SUPRESI

    Supresi adalah di bawah kondisi binokular, bayangan yang terlihat di matayang lain tidak dipersepsikan. Supresi mengambil bentuk suatu skotoma

    dimata yang berdeviasi hanya dibawah kondisi penglihatan binokular.

    Skotoma supresi pada esotropia biasanya terbentuk hampit elips, berjalan

    di retina dari tempat sebelum temporal fovea ke titik di retina perifer di

    mana benda yang bersangkutan untuk mata yang lain dicitrakan. Pada

    daerah supresi cenderung berukuran lebih besar dan meluas dari fovea ke

    separuh temporal retina. Apabila supresi berpindah ke mata yang lain,

    skotoma supresi juga berpindah ke mata yang baru berdeviasi. Apabila

    tidak terdapat stabismus, bayangan yang kabur pada salah satu mata juga

    dapat menimbulkan supresi.

    1. PENGERTIAN

    Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsullensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih

    dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkK)

    2. ETIOLOGI

    1. Ketuaan ( Katarak Senilis )

    Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau

    bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada

    usia 60 tahun keatas.

    2. TraumaCedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras,

    tusukan benda, terpotong, panas yang tinggi, dan bahan kimia

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    51/93

    dapat merusak lensa mata dan keadaan ini disebut katarak

    traumatik.

    3. Penyakit mata lain ( Uveitis )4. Penyakit sistemik ( Diabetes Mellitus )5. Defek kongenital

    Salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal

    seperti German measles atau rubella. Katarak kongenitalis bisa merupakan

    penyakit keturunan ( diwariskan secara autosomal domonan ) atau bisa

    disebabkan oleh :

    - Infeksi congenital, seperti campak jerman ( german measles )

    - Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia (kadar

    gula yang meningkat).

    Factor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah :

    - Penyakit metabolik yang diturunkan

    - Riwayat katarak dalam keluarga

    - Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.

    Penyebab katarak lainnya meliputi :

    o

    Faktor keturunan.o Cacat bawaan sejak lahir.o Masalah kesehatan, misalnya diabetes.o Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.o gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)o gangguan pertumbuhan,o Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang

    cukup lama.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    52/93

    o Rokok dan Alkoholo Operasi mata sebelumnya.

    2. TANDA DAN GEJALAGejala umum gangguan katarak meliputi :

    o Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.o Peka terhadap sinar atau cahaya.o Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).o Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.o Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

    Gangguan penglihatan bisa berupa :

    - Kesulitan melihat pada malam hari- Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan

    mata

    - Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )

    Gejala lainya adalah :

    - Sering berganti kaca mata

    - Penglihatan sering pada salah satu mata.

    Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan

    tekanan di dalam mata ( glukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.

    3. PATOFISOLOGI

    Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,

    berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa

    mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,

    di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul

    anterior dan posterior. Dengan bertambah usia, nucleus mengalami

    perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat

    densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada

    kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak

    seperti kristal salju pada jendela.Perubahan fisik dan kimia dalam lensa

    mengakibatkan hilangnya transparansi, perubahan pada serabut halus

    multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di

    luar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    53/93

    Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi

    sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya

    ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal

    terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut

    lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan

    bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari

    degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan

    tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.Katarak

    biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda.

    Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM,

    namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang

    normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika

    orang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan

    harus diidentifikasi awal karena bila tidak didiagnosa dapat menyebabkan

    ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling

    sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar

    ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan vitamin

    antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.

    4. PENATALAKSANAAN

    Operasi katarak dilakukan jika penglihatan sudah mengganggu pasien,tidak harus menunggu sampai katarak matang. Katarak tidak dapat diatasi

    dengan laser, akan tetapi harus dengan pembedahan untuk mengeluarkan

    lensa yang keruh tersebut, kemudian diganti dengan lensa tanam buatan.

    Operasi katarak dapat dilakukan dengan mikroskop dan mesin

    fakoemulsifikasi,yang memafaatkan getaran ultrasonik untuk

    menghancurkan katarak. Tindakan laser dapat digunakan setelah operasi

    katarak, apabila kapsul lensa mengalami kekeruhan. Untuk

    penatalaksanaan katarak kongenital sempurna dengan ekstraksi lensa yang

    dilakukan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya ambliiopia.

    Pembedahan ini dilakukan pada bayi berusia 3 minggu, agar periode kritis

    perkembangan visual terlampaui. Penatalaksanaan katarak traumatik yang

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    54/93

    mengakibatkan rusaknya serabt lensa dan berakibatt bengkaka dapat

    diindikasikan ekstraksi katarak. Katarak yang disebbkan oleh diabetes

    melitus harus melakukan pengobatan diabetes secara teratur karena dapat

    memperbaiki metabolisme lensa dan bisa mencegah perkembangan

    katarak diabetes. Tetapi jika sudah menggau pengelihatan dilakukan

    tindakan pembedahan.

    Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat

    sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka

    penanganan biasanya konservatif.

    Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatanakut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi

    tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih

    buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas

    hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk

    mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf optikus,

    seperti diabetes dan glaukoma.Pembedahan katarak terdiri dari

    pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan.

    1) Pengangkatan lensa

    Ada dua macam teknik pembedahan yang biasa digunakan untuk

    mengangkat lensa:

    - Pembedahan ekstrakapsuler : lensa diangkat dengan meninggalkan

    kapsulnya.

    - Pembedahan intrakapsuler : pengangkatan lensa beserta kapsulnya.-

    Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.

    2) Penggantian lensa

    Penderita yang telah menjalani pembedahan katrak biasanya akan

    mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang teleh diangkat.

    Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    55/93

    intraokuler dan biasanya lensa intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul

    lensa di dalam mata.Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan, dan

    mempercepat penyembuhan selama beberapa minggu setelah pembedahan

    di berikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera,

    penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang

    terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.

    Adapaun penatalaksanaan pada saat post operasi antara lain :

    1. Pembatasan aktivitas, pasien yang telah melaksanakan pembedahan

    diperbolehkan :

    - Menonton televisi; membaca bila perlu, tapi jangan terlalu lama- Mengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangi

    - Pada awal mandi waslap selanjutnya menggunakan bak mandi atau

    pancuran

    - Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi; condongkan

    sedikit kepala kebelakang saat mencuci rambut

    2. Tidur dengan perisai pelindung mata logam pada malam hari;

    mengenakan kacamata pada siang hari

    3. Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring pada posisi mata yang

    tidak dioperasi, dan tidak boleh telengkup

    4. Aktivitas dengan duduk

    5. Mengenakan kacamata hitam untuk kenyamanan

    6. Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai

    7. Dihindari (paling tidak selama 1 minggu)

    - Tidur pada sisi yang sakit

    - Menggosok mata, menekan kelopak untuk menutup

    - Mengejan saat defekasi

    - Memakai sabun mendekati mata

    - Mengangkat benda yang lebih dari 7 Kg

    - Berhubungan seks

    - Mengendarai kendaraan

    - Batuk, bersin, dan muntah

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    56/93

    - Menundukkan kepala sampai bawah pinggang, melipat lutut saja dan

    punggung tetap lurus untuk mengambil sesuatu dari lantai.

    5. JENIS-JENIS KATARAK1) Katarak perkembangan (

    developmental ) dan degenerative.

    2) Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.

    Trauma bisa dalam bentuk tumpul ataupun tajam. Jika lensa robek cairan

    mata dapat masuk kedalam lensa sehingga dapat mengakibatkan bengkak

    disertai kekeruhan serabut-serabut lensa.

    3) Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit

    seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yangakan menimbulkan katarak komplikata.

    4) Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :

    a. Katarak kongeniatal : katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir

    (sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun)

    b. Katarak juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah

    usia 40 tahun

    c. Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun

    d. Katarak senilis : katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis

    katarak ini merupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling

    sering ditemukan.

    Adapun tahapan katarak senilis adalah :

    a) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata

    masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat

    periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak

    teratur.penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan keluhan atau

    gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung diabaikan.

    b) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih

    c) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus

    berlangsung dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa

    sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita katarak pada

    saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur, dan

    kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari. Selain keluhan tesebut ada

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    57/93

    beberapa gejala yang dialami oleh penderita katarak, seperti :

    1) Penglihatan berkabut atau justru terlalu silau saat melihat cahaya.

    2) Warna terlihat pudar.

    3) Sulit melihat saat malam hari.

    4) Penglihatan ganda saat melihat satu benda dengan satu mata. Gejala ini

    terjadi saat katarak bertambah luas.

    d) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah

    merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada

    struktur mata yang lainya.

    6. PEMERIKSAAN MEDIS

    Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah

    sebagai berikut :

    1) Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan

    kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,

    penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.

    2) Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,

    glukoma.

    3) Pengukuran Tonografi : TIO (1225 mmHg)

    4) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup

    glukoma.

    5) Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma

    6) Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,

    papiledema, perdarahan.

    7) Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.

    8 )EKG, kolesterol serum, lipid

    9) Tes toleransi glukosa : kontrol DM

    10) Keratometri.

    11) Pemeriksaan lampu slit.

    12) A-scan ultrasound (echography).

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    58/93

    13) Penghitungan sel endotel penting u/ fakoemulsifikasi & implantasi.

    14) USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

    7. FARMAKOLOGI KATARAK

    Obatobatkatarakberupa obat tetes mata, vitamin atau anti oksidan

    hanya menghambat proses bertambah matangnya katarak, tetapi tidak

    dapat mengurangi atau menghilangkan katarak. Pencegahan hdiharap kan

    mengonsumsi buah vit C, A dan E.

    8. DIET KATARAKDiit katarak tidak perlu adanya diit khusus bisa diberikan tinggi protein

    dan tinggi karbohidrat. Dan perlu diperhatikan juga untuk klien yang

    terjadi katarak akibat dari diabetes melitus, untuk klien ini memerlukan

    diit tersendiri terkait dengan diabetes melitus. Dan untuk tambahan

    diberikan vitamin seperti vitamin A, C dan E.

    GLAUKOMA KRONIS

    Definisi

    Penyakit mata dengan gejala penngkatan tekanan bola mata sehingga terjadi

    kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.

    Etiologi

    Keturunan dalam keluarga, diabetes mellitus, arteriosklerosis, pemakaian

    kortikosteroid jangka panjang, myopia tinggi dan progresif, dan lain-lain.

    Manifestasi klinis

    Penyakit ini berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola

    mata seperti normal dan sebagian besar tidak mempunyai keluhan pada stadium

    http://obatpropolis.com/katarak-kabut-pada-mata/http://obatpropolis.com/katarak-kabut-pada-mata/
  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    59/93

    dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena

    pandangan lebih gelap, lebih kabur, lapang pandang menjadi sempit, hingga

    kebutaan permanen.

    Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi den tonmetri menunjukksn

    peningkatan. Nilai dianggap muncurigakan bila berkisar antara 21-25 mmHg dan

    dianggap patologik bila berada diatas 25 mmHg.

    Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan

    dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat dan terdapat perdarahan pada

    pupi. Pmeriksaanlapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit,

    depresi bagian nasal, tangga Ronne atau skotoma busur.

    Penatalaksanaan

    Diberikan beta bloker seperti epinefrin, pilokarpin, dan asetazolamid.

    Timolol 0,250,5 % tetes tiap 12 jam kecuali pada pasien dengan gagal jantung

    atau penyakit saluran pernafasan. Betaksolol 0,250,5 % dengan atau tanpa

    epinefrin 0,51 % dapat digunakan sebagai pengganti. Piloksrpin 1-4% diberikan3-4 kali sehari

    Pasien diminta datang secara teratur enam bulan sekali agar dapat dinilai

    perkembangannya. Yang dinilai adalah tekanan tekanan bola mata dan lapang

    pandang. Bila penyempitan lapang pandang tidak bertambah, pengobatan

    dianggap telah sesuai dan diteruskan. Bila lapang pandang semakin memburuk,

    meskipun hasil pengukuran tekanan berada dalam batas normal, terapi harus

    ditingkatkan.

    Bila kepatuhan pasien rendah, dapat dilakukan operasi atau laser sesuai

    penyebabnya, misalnya iridektomi, trabekuloplastis dengan fotokolagulasi laser,

    iridektomi, filtrasi dan lain-lain

    Pencegahan

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    60/93

    Pasien berusia 40 tahun harus diperikasa secara teratur tekanan bola matanya agar

    bisa dideteksi dini dan diobati bila terjadi peningkatan

    RETINOPATI DIABETIK

    A. BATASANRetinopati diabetik merupakan komplikasi kronis diabetes melitus berupa

    mikroangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan mikro vaskular pada retina

    dengan gejala penurunan atau perubahan penglihatan secara perlahan.

    B. GEJALAa. Pandangan kabur

    b. Floaters (benda yang melayang-layang pada penglihatan)

    C. TANDADengan pemeriksaan funduskopi didapatkan :

    Mikroaneurisma

    Edema makula

    Perdarahan retina

    Neovaskularisasi

    Proliferasi jaringan fibrosis retina

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    61/93

    SKE

    MA

    PAT

    OFIS

    IOLO

    GI

    RETI

    NOP

    ATI

    DIAB

    ETIK

    D. PATOFISIOLOGIBeberapa studi menyatakan bahwa hiperglikemi kronis merupakan penyebab

    utama kerusakan multipel organ. Komplikasi hiperglikemia kronis pada retina

    akan menyebabkan perfusi yang kurang adekuat akibat kerusakan jaringan

    pembuluh darah organ, termasuk kerusakan pada retina itu sendiri.

    Terdapat 4

  • 7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15

    62/93

    proses biokimiawi yang terjadi pada hiperglikemia kronis yang diduga

    berhubungan dengan timbulnya retinopati diabetik, antara lain:

    1) Akumulasi SorbitolProduksi berlebihan serta akumulasi dari sorbitol sebagai hasil dari aktivasi jalur

    poliol terjadi karena peningkatan aktivitas enzim aldose reduktase yang terdapat

    pada jaringan saraf, retina, lensa, glomerulus, dan dinding pembuluh darah akibat

    hiperglikemi kronis. Sorbitol merupakan suatu senyawa gula dan alkohol yang

    tidak dapat melewati membrana basalis sehingga akan tertimbun dalam jumlah

    yang banyak dalam sel. Kerusakan sel terjadi akibat akumulasi sorbitol yang

    bersifat hidrofilik sehingga sel menjadi bengkak akibat proses osmotik.

    Selain itu, sorbitol juga meningkatkan rasio NADH/NAD+sehingga menurunkan

    uptake mioinositol. Mioinositol berfungsi sebagai prekursor sintesis

    fosfatidilinositol untuk modulasi enzim Na-K-ATPase yang mengatur konduksi

    syaraf.Secara singkat, akumulasi sorbitol dapat menyebabkan gangguan konduksi

    saraf.

    Percobaan pada binatang menunjukkan inhibitor enzim aldose reduktase(sorbinil)

    yang bekerja menghambat pembentukan sorbitol, dapat mengurangi atau

    memperlambat terjadinya retinopatik diabetik. Namun uji klinik pada manusia

    belum menunjukkan perlambatan dari progresifisitas retinopati.

    2) Pembentukan protein kinase C (PKC)

    Dalam kondisi hiperglikemia, aktivitas PKC di retina dan sel endotel vaskularmeningkat akibat peningkatan sintesis de novodari diasilgliserol, yang merupakan

    suatu regulator PKC dari glukosa. PKC diketahui memiliki pengaruh terhadap

    agregasi trombosit, permeabilitas vaskular, sintesis growth factor dan

    vasokonstriksi. Peningkatan PKC secara relevan meningkatkan komplikasi

    diabetika, dengan mengganggu permeabilitas dan aliran darah vaskular retina.

    Peningkatan permeabilitas vaskular akan menyebabkan