bahan tutor kel b skenario 2
DESCRIPTION
iuhuTRANSCRIPT
1. Sindroma yang khas pada kehilangan gigi
1.1. Definisi Sindrom Kombinasi
Sindrom kombinasi merupakan suatu perubahan kerusakan oral
yang spesifik yang sering terlihat pada pasien yang menggunakan gigi tiruan
lengkap rahang atas dan gigi tiruan sebagian rahang bawah dengan perluasan
distal.1 Sindrom kombinasi pertama kali diidentifikasiSinkan oleh Ellsworth
Kelly pada tahun 1972. Kondisi ini dibenarkan oleh beberapa ahli
prostodonsia yang juga mendefinisikan sindrom kombinasi sebagai gejala
khas yang terjadi ketika rahang atas yang ompong berlawanan dengan gigi-
gigi anterior rahang bawah yang asli.
Adapun sindrom kombinasi klasik mencakup:2
1. Kehilangan seluruh gigi rahang atas
2. Kehilangan tulang yang parah pada premaksila dengan disertai
penggantian jaringan lunak
3. Terdapat enam atau lebih gigi-gigi anterior rahang bawah, kelas 1
Kennedy, dan kehilangan tulang posterior mandibula yang parah
4. Dimensi vertikal yang sangat jauh dari ideal, terdapat pengurangan
sekitar 15 mm
5. Gangguan pada estetik wajah
Gambar 1. Pasien dengan kehilangan seluruh gigi rahang atas dan hanya terdapat
gigi-gigi anterior pada rahang bawah
1.2. Gejala Klinis Sindrom Kombinasi
Secara umum, terdapat tujuh karakteristik yang khas berhubungan
dengan sindrom ini, yaitu:2
1. Kehilangan tulang pada bagian anterior dari linggir maksila
2. Tuberositas yang menonjol
3. Hiperplasia papila dari mukosa palatum keras
4. Ekstrusi dari gigi-gigi anterior rahang bawah
5. Kehilangan tulang alveolar dan ketinggian linggir di bawah landasan
gigi tiruan lepasan rahang bawah
6. Gangguan estetik
7. Penurunan tinggi dimensi vertikal
Dilihat dari karakteristik tersebut, sindrom kombinasi ini juga
disebut sindrom hiperfungsi anterior.
Ellsworth Kelly, sebagai orang yang pertama kali menggunakan
istilah sindrom kombinasi menjelaskan terdapat lima tanda atau gejala yang
umum terjadi pada sindrom ini, yaitu:1
1. Kehilangan tulang dari linggir maksila anterior
2. Pertumbuhan yang berlebih dari tuberositas
3. Hiperplasia papila pada palatum keras
4. Ekstrusi gigi-gigi anterior rahang bawah
5. Kehilangan tulang di bawah landasan gigi tiruan sebagian
Gambar 2. Lima tanda klinis sindrom kombinasi
Sedangkan, Saunders et al menjelaskan terdapat enam tanda atau
gejala klinis yang berhubungan dengan sindrom ini, yaitu:
1. Kehilangan dimensi vertikal dari oklusi
2. Perubahan dataran oklusal
3. Reposisi mandibula ke anterior
4. Adaptasi yang buruk dari gigi tiruan
5. Epulis fissuratum
6. Perubahan periodontal
Gambar 3. Enam tanda klinis yang sering ditemukan pada pasien dengan
kehilangan seluruh gigi rahang atas dan kehilangan sebagian gigi
rahang bawah
1.3. PATOGENESIS SINDROM KOMBINASI
Sindrom kombinasi meningkat sejalan dengan kebiasaan yang
berturut-turut. Menurut Kelly, awal dari kehilangan tulang bagian anterior
atas merupakan kunci dari perubahan yang lain dari sindrom kombinasi.1
Perubahan bentuk dan kesehatan jaringan lunak pada sindrom ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Karena hanya gigi-gigi asli anterior rahang
bawah yang masih tersisa, pasien cenderung memakai gigi-gigi ini lebih
sering sebab lebih dapat menghasilkan daya yang maksimum. Fungsi
anterior yang berlebih dan gerakan yang menyimpang ini terlalu menekan
linggir anterior rahang atas sehingga resorpsi tulang alveolar terjadi. Dengan
hilangnya tulang di bagian anterior, jaringan ikat hiperplastik yang flabby
terbentuk pada linggir anterior. Jaringan hiperSindrom plastik ini tidak dapat
mendukung landasan gigi tiruan dan dapat tergulung menjadi epulis
fissuratum pada sulkus labial rahang atas.3
Gambar 4. Hiperplasia pada palatum keras dan linggir
Gambar 5. Epulis fissuratum pada sulkus labial rahang atas
Ketika ketinggian tulang dan linggir di bagian anterior berkurang,
tuberositas di bagian posterior turun ke bawah. Ada teori yang menyebutkan
bahwa tekanan negatif dari gigi tiruan lengkap rahang atas menarik
tuberositas ke bawah seiring dengan naiknya linggir anterior karena oklusi
di bagian anterior. Linggir bagian posterior rahang atas akan menjadi lebih
lebar sesuai dengan perkembangan tuberositas fibrous yang membesar.
Menurunnya tuberositas menghasilkan tekanan berlebih pada linggir
posterior rahang bawah dan menyebabkan resorpsi pada linggir posterior
rahang bawah. Dengan adanya perubahan ini, dataran oklusal berpindah
lebih ke atas pada regio anterior dan ke bawah pada regio posterior.3
Gambar 6. Pertumbuhan berlebih pada tuberositas maksila
Gambar 7. Model diagnostik yang memperlihatkan penurunan linggir
pada regio anterior rahang atas dan regio posterior rahang
bawah, serta membesarnya tuberositas maksila
Gambar 8. Gambaran radiografis pasien sindrom kombinasi
Gerakan tipping pada bagian anterior gigi tiruan lengkap rahang
atas dan gerakan yang lebih menurun pada bagian posterior akan
mengurangi kontak pada gigi-gigi anterior rahang bawah, sehingga setelah
beberapa lama gigi-gigi anterior rahang bawah akan ekstrusi. Kemudian
terjadi ketidaksesuaian dataran oklusal dan pasien dapat mengalami
kehilangan dimensi vertikal yang sesuai. Estetik menjadi buruk karena pada
pasien tidak tampak gigi-gigi anterior rahang atas, akan tetapi gigi-gigi
anterior rahang bawah justru lebih banyak terlihat dan dataran oklusal turun
untuk membebaskan gigi-gigi posterior rahang bawah.1
Gambar 9. Ekstrusi pada gigi anterior rahang bawah
Gambar 10. Gigi tiruan anterior rahang atas tidak terlihat di bawah bibir
atas pasien
1.4. PREVALENSI PASIEN DENGAN SINDROM KOMBINASI
Shen dan Gongloff pada tahun 1989 melaporkan terdapat 150
pasien tidak bergigi pada rahang atasnya. Di antara pasien yang
menggunakan gigi tiruan lengkap rahang atas dengan gigi-gigi asli anterior
rahang bawah yang masih ada, satu dari empat pasien menunjukkan
perubahan yang sesuai dengan tanda klinis sindrom kombinasi.
Sumber lain menjelaskan prevalensi dari gejala yang berhubungan
dengan sindrom kombinasi terjadi pada 150 pasien pengguna gigi tiruan
lengkap rahang atas. Perubahan pada linggir alveolar merupakan
konsekuensi yang paling sering terjadi akibat dari penggunaan gigi tiruan
dan paling sulit untuk diperbaiki secara bedah, ditemukan pada 7% populasi
penelitian. Bahkan perubahan-perubahan ini ditemukan pada 24% pasien
dengan gigi-gigi asli anterior rahang bawah yang berkontak dengan gigi
tiruan lengkap rahang atas. Nilai ini tidak berbeda secara signifikan antara
pasien-pasien yang menggunakan dan tidak menggunakan gigi tiruan
sebagian lepasan rahang bawah.
1.5. PENCEGAHAN DAN PERAWATAN SINDROM KOMBINASI
1. Pencegahan Sindrom Kombinasi
Sindrom kombinasi dapat dicegah dengan cara:1
1. Menghindari kombinasi dari gigi tiruan lengkap rahang atas yang
berkontak dengan gigi rahang bawah kelas 1 Kennedy
2. Mempertahankan gigi-gigi posterior yang lemah sebagai penyangga
dengan rekomendasi perawatan endodontik dan periodontik
3. Membuat overdenture pada rahang bawah
2. Perawatan Sindrom Kombinasi
Adapun hal-hal yang berkaitan dengan munculnya sindrom
kombinasi antara lain:1
1. Riwayat kesehatan umum dan kesehatan gigi
2. Evaluasi klinis dan radiografis baik jaringan keras maupun lunak
yang berhubungan dengan penggunaan gigi tiruan
3. Gambaran dari beberapa tanda-tanda inflamasi, jika ada
4. Pemeriksaan kemungkinan dari karies pada pasien-pasien pengguna
gigi tiruan, status periodontal, dan kebersihan mulutnya
5. Faktor-faktor yang diperlukan gigi sebagai penyangga (vitalitas gigi,
perubahan morfologi gigi, jumlah akar, dukungan tulang,
kegoyangan gigi, perbandingan mahkota-akar, ada/tidak dan posisi
restorasi, posisi gigi di dalam lengkung, kemampuan retensi dan
guide plane)
Perawatan konvensional sindrom kombinasi dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu hanya dengan perawatan prostodontik saja, atau
dengan kombinasi perawatan prostodontik dan bedah pra-prostetik.
Perawatan Dasar dari Sindrom Kombinasi
Saunders et al tahun 1979 menyatakan bahwa perawatan dasar
yang objektif dalam merawat pasien-pasien sindrom kombinasi adalah
untuk mendapatkan dataran oklusal yang lebih baik yang mana terjadi
penekanan oklusal pada regio anterior rahang atas, baik pada posisi
sentrik maupun eksentrik.1 Beberapa perawatan objektif khusus yang
disebutkan antara lain:
1. Gigi tiruan sebagian lepasan rahang bawah harus memberikan
dukungan oklusal yang positif dari gigi-gigi asli dan memiliki
penutupan maksimal pada landasan yang diperluas ke arah distal.
Hal ini sebanding dengan pendapat Kelly, yaitu landasan gigi tiruan
sebagian rahang bawah sebaiknya diperluas seluruhnya dan harus
menutupi retromolar pad dan area buccal shelf
2. Desain gigi tiruan harus kaku dan menghasilkan stabilitas yang
maksimal
3. Dataran oklusalnya harus berada tepat saat posisi relasi sentrik dan
sesuai dengan dimensi vertikal
4. Gigi-gigi anterior sebaiknya hanya digunakan untuk kebutuhan
fonetik dan estetik saja
5. Gigi-gigi posterior sebaiknya dalam oklusi yang berimbang
Pada tahun 1985, Stephen M. Schmitt menjelaskan pendekatan
perawatan yang dapat meminimalkan perubahan atau kerusakan, dengan
menggunakan perawatan objektif yang dikemukakan Saunders et al,
yaitu:
1. Gigi tiruan dibuat dalam 2 tahap
2. Gigi tiruan sebagian rahang bawah dibuat terlebih dahulu
3. Gigi resin akrilik digunakan untuk menggantikan gigi anterior
rahang atas
4. Melapisi permukaan oklusal gigi artifisial posterior dengan cast gold
Agar pasien dapat melakukan gerakan “menggiling” dengan baik,
inklinasi cuspal tidak mungkin sama dengan pasien-pasien lainnya, dan
diperlukan teknik pembuatan khusus untuk bagian oklusal gigi tiruan
rahang atas. Lapisan cast gold pada bagian oklusal dapat digunakan,
tetapi harganya mahal dan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
pembuatannya. Pendekatan lain, yang telah berhasil dilakukan, adalah
mengubah anatomi oklusal gigi tiruan rahang atas dengan menggunakan
light-cured resin komposit, atau amalgam.1
Gambar 11. Gigi tiruan lengkap rahang atas dengan amalgam pada permukaan
oklusal gigi artifisial posterior
Kombinasi Bedah Pra Prostetik dan Prostodontik
Kelly berpendapat bahwa sebelum dilakukan perawatan dengan
menggunakan gigi tiruan, perubahan-perubahan besar yang sudah ada
sebaiknya dilakukan perawatan bedah terlebih dahulu. Kondisi ini
termasuk jaringan flabby (hiperplastik), hiperplasia papila, dan
tuberositas yang membesar.1
Gigi tiruan lengkap rahang bawah menghasilkan prognosis yang
lebih baik pada pasien sindrom kombinasi dan gigi-gigi asli anterior
rahang bawah ada keterlibatan periodontal. Gigi tiruan dengan
penyangga implant menghasilkan retensi, stabilisasi, fungsi, dan
kenyamanan bagi pasien serta lebih stabil saat oklusi. Untuk melakukan
prosedur ini prostodontis harus berkonsultasi dengan ahli bedah mulut.
Tahun 2001, Wennerberg et al melaporkan keberhasilan jangka panjang
penggunaan implant di rahang bawah sebagai penyangga protesa fixed
yang berlawanan dengan gigi tiruan lengkap lepasan rahang atas.
Gambar 12. Penggunaan implant sebagai penyangga gigi tiruan lengkap fixed
Stabilisasi pada rahang atas dapat diperoleh dengan beberapa cara:
1. Retensi dari penyangga
2. Penanaman implant
3. Regenerasi jaringan lunak dengan menggunakan resorbable
hydroxyapatite dan vestibuloplasti
Gambar 13. Post pembedahan graft jaringan lunak dengan menggunakan
resorbable hydroxyapatite
2. Prosedur perawatan prostodonsia (GTSL)
1.1. Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi :
a. Hilangnya satu atau lebih sebagian gigi
b. Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat
sebagai gigi pegangan
c. keadaan processus alveolaris masih baik
d. Kesehatan umum dan kebersihan mulut pasien baik
e. Pasien mau dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan
f. Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat:
- Usia :
Usia pasien masih muda, ruang pulpa masih nesar, panjang
mahkota klinis kurang. Pasien usia lanjut dengan kesehatan
umum yang buruk, karena perawatannya memerlukan waktu
yang lama.
- Panjang daerah edentoulus tidk memenuhi syarat Hukum Ante
- Kehilangan tulang yang banyak pada daerah edentulous
g. Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous (free and
saddle)
h. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat
i. Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan
j. bila embutuhkan estetik yang lebih baik
k. Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut
Kontraindikasi GTSL:
a. Penderita yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai perawatan
gigi tiruan
b. Umur lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita
sebaiknya dibuatkan GT temporer
c. Penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol)
d. OH jelek
1.2. Jenis
Berdasarkan bahan yang dipakai untuk membuat
- Vulcanite denture
- Acrylic denture
- Frame denture
Dilepas/ tidak dapat dilepas
- Removable partial denture (GTSL)
- Fixed denture (GTC)
Saat pemasangan
- convensional- ipasang setelah gigi hilang
- immediate- dipasang segera setelah gigi hilang
Jaringan pendukung
- tooth borne – didukung oleh gigi
- mucosa / tissue borne – didukung mukosa
- mucosa and tooth - didukung gigi dan mukosa
Letak daerah tak bergigi / sadel
- anterior tooth suported case
- all tooth suported case
- free and suported case
Memakai wing bagian bukal/ labial atau tidak
a. Open face : GTS yang dibuat tanpa gusi tiruan labial, apabia :
- keadaan prosesus alveolaris masih baik
- biasa pada gigi anterior
- pasie mempunyai lebar mulut terlalu lebar
b. Close face : GTS yang dibuat gusi tiruan bagian labial, apabila :
- Prosessus alveolaris mengalami absorbsi
- perbaikan profil
1.3. Tahapan
PENDAHULUAN
Proses pembuatan geligi tiruan sebagian lepasan mengenal beberapa macam
pencetakan rahang, tetapi pada dasarnya ada dua tahapan pencetakan. Pada
awalnya, biasanya dilakukan pencetakan pendahuluan (prelimirary impression).
Setalah cetakan diisi bahan gypsum, diperoleh model rahang. Model rahang ini
setelah disurvei merupakan alat bantu yang amat berharga bagi seorang dokter
gigi. Model ini memungkinkan si dokter merencenakan preparasi mulut yang
harus dilakukan sebelum pasien benar-benar siap menerima protesa. Karena
itulah, walaupun Cuma suatu langkah awal, cetakan pendahuluan ini tetap harus
kuat. Bila tidak, sulit sekali bagi seorang klinikus menetapkan langkah-langkah
perawatan selanjutnya dengan tepat. Hendaknya selalu ingat, pada hakikatna
cetakan rahang yang dihasilkan dari suatu pencetakan, adalah bentuk negatif
lengkung gigi dan jaringan lunak di sekitarnya yang dicetak, dan dari mana dapat
dibuat suatau reproduksi positif berupa model. Dengan demikian model ini dapat
mewakili keadaan mulut pasien selama analisa dilakukan oleh si dokter, tanpa
kehadiran si pasien.
Setelah tindakan preparasi mulut selesai dilakukan, pasien kembali untuk
pencetakan utama atau kedua (master or secondary impression). Pencetakan ini hanya
dilakukan bila pasien sudah betul-betul siap menerima geligi tiruan. Dengan kata
lain, penderita sudah menjalani pembersihan karang gigi, program kebersihan dan
kesehatan mulut, semua jaringan mulut keras maupun lunak, secara klinis maupun
radiografis sudah sehat atau pulih dari keadaan patologik yang terjadi sebelumnya.
Pencetakan rahang akan sangat menentukan hasil tahap-tahap pekerjaan
berikutnya. Mengingat hal ini, beberapa faktor penting hendaknya diperhatikan
supaya didapat hasil optimal. Faktor- faktor ini antara lain, persiapan penderita,
bahan cetak, sendok cetak teknik pencetakan dan pemeriksaan serta pemeliharaan
cetakan. Dalam bab ini akan dibahas pencetakan rahang bergigi sebagian.
A.METODE DAN PROSEDUR PENCETAKAN
Pencetakan untuk pembuatan geligi tiruan sebagian lepasan berbeda dari cetakan
untuk geligi tiruan lengkap. Pada kasus geligi tiruan sebagian ada dua jenis
jaringan yang harus dicetak. Pertama mukosa yang merupakan jaringan lunak, lalu
gigi-gigi yang merupakan jaringan keras. Prosedur ini jadi lebih kompleks,
karena sering kali posisi geligi yang masih tinggal tidak beraturan. bahan cetak
yang digunakan harus mampu masuk kesemua detil gigi dan jaringan, tetapi
setelah cetakan dilepas mampu pula kembali ke bentuk semula seperti ketika
berada dalam mulut. Selama ini dikenal beberapa cara pencetakan yang dapat
digolongkan atas dasar beberapa pertimbangan. Dari cara yang digunakan, dikenal
;
metode mulut terbuka, dimana sendok yang sudah berisibahan cetak
dimasukkan kedalam mulut pasien dan dibiarkan sampai bahan mengeras.
metode mulut tertutup, digunakan sendok cetak perorangan yang diberikan
gelengan gigit atau geligi tiruan lama(lengkap). Setelah sendok masuk ke
dalam mulut, pasien diminta menahannya sambil mengoklusikan gigi,
sampai bahan mengeras. Cara ini biasanya dipakai untuk pelapisan dan
penggantian basis. Ditinjau dari tekanan yang diberikan pada saat
pencetakan, dikenal Pencetakan Tanpa Tekanan atau Mukostatik,
yang menunjukan linggir dalam keadaan statis. Bentuk linggir akan
didapat dalam bentuk anatomik, karena pada saat pencetakan bagian ini
tidak mendapat tekanan. Cetakan dengan alginate dan rubber base jenis
leight bodied adalah contoh kelompok ini.cetakan ini dipakai untuk
Pencetakan Pendahuluan untuk pembuatan model studi atau cetakan untuk
pembuatan geligi tiruan dukungan gigi. Dilain pihak linggir bias pula
dicetak dengan tekanan yang menghasilkan Pencetakan dengan Tekanan
atau Mukokompresi. Tekanan jari tangan dan konsistensi bahan cetak
pada saat pencetakan dianggap sesuai dengan tekanan yang akan didapat
pada saat fungsi. Itulah sebabnya cara ini disebut pula pencetakan
fungsional . Contoh pencetakan mukokompresi adalah cetakan dengan
Impression Compound, atau Rubber Base jenis Heavy Bodied.
METODE PENCETAKAN KHUSUS
untuk kasus-kasus tertentu dikenal pula metode pencetakan khusus, antara lain
pencetakan :
Pencetakan dua tahap . Pencetakan yang dikenal juga dengan sebutan pencetakn
komposit ini menggunakan dua bahan cetak berbeda dalam dua tingkat atau tahap
kerja terpisah. Cara ini biasanya diterapkan untuk rahangatas dengan sisa enam
buah gigi depan.
Prosedur pencetakan dua tahap
Cetakan pertama dibuat dengan sendok cetak perorangan dari resin akrilik.
Bagian tak bergigi dicetak dangan pasta Zn Oxyde atau Rubber Base
setelah sebelum bagian ini diberi batas pada sendok cetak dengan kompon.
Cetakan kedua untuk gigi-gigi yang masih ada, dibuat dengan bahan
Hidrokoloid.
Cara pencetakan ini sering digunakan untuk pembuatan geligi tiruan lengkap
imidiat atau kadang-kadang untuk kasus GTS kelas I Kennedy pada rahang atas.
Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat mencetak bagian yang akan
ditempati protesa, termasuk daerah post dam, dengan cermat.
Pencetakan Seksional
Prosedur pencetakan seksional ini memerlukan sendok cetak perorangan dari
shellac base plate, yang terbagi dalam tiga atau empat bagian. Pencetakan
dilakukan seksi demi seksi, karena bahan cetak yang digunakan disini tidak
mampu melewati gerong jaringan maupun gigi, tanpa menyebabkan distorsi.
Bahan cetak yang dipakai biasanya impresioan compound atau pasta Zn Oxyde
Eugenol. Cara ini sudah tidak digunakan lagi setelah golongan Hidrokoloid
ditemukan.
PROSEDUR PENCETAKAN
Pencetakan pendahuluan dengan alginat
Pemilihan sendok
Sendok cetak perforasi yang dipilih harus sesuai dengan ukuran rahang (lebih
besar 4-5mm untuk memberi tempat bagi bahan cetak) dan mencapai batas
palatum lunak dank eras serta hamular noth, untuk rahang atas dan retromolar pad
untuk rahang bawah. Padea pasien dengan palatum tinggi, sendok hendaknya
dimodifikasi dengan komponen cetak atau malam, sehingga permukaan sendok
padan dengan palatum.hal ini akan mencegah bahan mengalir keluar dari
permukaan palatum, sehingga terjadi distorsi cetakan pada gambar dibawah.
Untuk rahang bawah, mungkin perlu penambahan sayap lingual pada daerah
retromilohioid dan sayap disto-lingual untuk pencengahan jaringan lunak dasar
mulut masuk sendok cetak.
Posisi Penderita
Penderita duduk dengan posisi tegak dan bidang oklusal sejajar lantai. Posisi
mulunya setinggi siku, untuk pencetakan rahang bawah dan setinggi bahu
operator untuk pencetakan rahang atas.
Bahan Cetak
Bowl karet yang sudah disiapkan, diisi air dengan suhu kamar (20 derajat
Celsius) sesuai takaran. Lalu bubuk alginate dituangkan dengan takaran sesuai petunjuk
pabrik. Pengadukan dilaksankan selama 1 menit dengan cepat dan spatula ditekan ke
dinding bowl, sampai didapat adonan yang halus dan mengkilat. Selama
pengadukan tangan kiri memegang dan memutar bowl, sedangkan spatulasi oleh
tangan kanan. Pada penuangan alginat kedalam sendok diusahakan jangan sampai
udara terjebak dengan semua bagian sendok terisi dengan baik. Bila tidak, alginate
dapat terlepas pada saat sendok dikeluarkan dari mulut.
Penempatan Sendok ke dalam Mulut
Setelah bahan cetak ditempatkan pada sendok, bagian-bagian kritis seperti
preparasi sandaran, retromilohioid, tuber maksilaris dan bagian tengah palatum
boleh diulasi alginate dengan jari tangan. Posisi Operator Waktu Mencetak
Operator berdiri pada sisi kanan agak kebelakang untuk pencetakan rahang atas
dan sisi kanan agak ke depan untuk rahang bawah. Seperti pada gambar.
Gelasi alginate yang normal akan tercapai dalam tiga menit. Selama itu sendok
dipegang dengan tekanan jari ringan pada daerah gigi premolar kiri dan kanan.
Jangan sampai terjadi gerakan pada waktu gelasi berlangsung, supaya tidak terjadi
internal stress. Sendok cetak dikeluarkan dari mulut dengan gerakan sejajar sumbu
panjang gigi. Kadang-kadang sendok harus dikeluarkan dengan cara melepas
penutupan tepi (seal) pada sisi kiri atau kanan, tetapi hendaknya hal ini dilakukan
dengan sangat hati-hati untuk mencegah terjadinya distorsi. Keluar dari mulut,
sendok langsung dicuci dengan air yang mengalir intuk membersihkan saliva dari
permukaannya. Setelah bersih cetakan diperiksa dengan seksama untuk mengecek
apakah semua detil tercetak. Pengisian cetakan dengan bahan gypsum harus
dilakukan secepatnya,selambat-lambatnya 15 menit. Bila karena suatu sebab,
pengisian ini tak dapat dilakukan segera, cetakan harus disimpan dalam humidor
atau dibungkus kain basah.
B. MATERIAL BAHAN CETAK GTSL
Material cetak yang digunakan pada beberapa tahapan pembuatan gigi tiruan
sebagian lepasan dapat diklasifikasikan menjadi material cetak kaku, material
cetak termoplastik, dan material cetak elastik. Material cetak kaku adalah bahan
cetak yang setelah mengeras maka konsistensinya akan kaku. Material cetak
termoplastik akan bersifat plastis pada suhu tinggi dan akan kembali ke sifat
aslinya ketika didinginkan. Material cetak elastik adalah bahan cetak yang tetap
bersifat elastic setelah setting dan setelah dikeluarkan dari dalam mulut.
A. Bahan Cetak Kaku
1. Plaster of Paris Salah satu tipe material cetak kaku adalah plaster of paris, yang
telah digunakan di kedokteran gigi selama lebih dari 200 tahun. Dulu, plaster of
paris merupakan satu-satunya material yang digunakan sebagai material cetak gigi
tiruan sebagian lepasan, namun sekarang material elastic telah menggantikan
pemakaian material ini. Plaster of paris modifikasi digunakan oleh banyak dokter
gigi untuk mencatat hubungan maksilomandibula.
2. Metallic Oxide Paste Metallic oxide paste biasanya merupakan beberapa bentuk
kombinasi zinc oxide-eugenol. Material ini tidak digunakan untuk cetakan
pertama dan sebaiknya tidak pernah digunakan untuk mencetak rahang yang
masih memiliki gigi asli. Material cetak ini juga tidak digunakan pada sendok
cetak persediaan. Metallic oxide paste ini dapat digunakan untuk material cetak
kedua untuk gigi tiruan penuh dan untuk perluasan basis area edentulous ridge
dari gigi tiruan sebagian lepasan, jika telah dibuatkan sendok cetak perseorangan.
B. Bahan Cetak Termoplastik
1. Modeling Plastic Sama seperti plaster of paris, modeling plasting merupakan
salah satu material cetak yang tertua. Material ini paling sering digunakan untuk
border molding dari sendok cetak perseorangan untuk gigi tiruan sebagian lepasan
Klas I dan Klas II Kennedy. Modeling plastic dikemas dalam beberapa warna,
dimana setiap warna mengindikasikan berapa temperature yang diperlukan agar
material ini menjadi plastis dan dapat digunakan. Beberapa dokter gigi masih
memilih modeling plastic sebagai material cetak kedua untuk mencatat edentulous
ridge pada pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan.
2. Impression Wax and Natural Resins Impression wax dikenal juga dengan nama
wax temperatur-mulut. Contoh dari impression wax adalah Iowa wax dan Korecta
wax. Iowa dipakai untuk mencatat bentuk fungsional dari edentulous ridge, dapat
juga dipakai untuk material cetak kedua atau sebagai material cetak untuk relining
gigi tiruan sebagian lepasan untuk mendapatkan support dari jaringan
dibawahnya.
C. Bahan Cetak Elastis
1. Reversible Hydrocolloid Reversible hydrocolloid adalah material cetak yang
menjadi cair pada temperature tinggi dan menjadi gel pada penurunan
temperature. Material ini digunakan sebagai material cetak restorasi cekat.
Keuntungannya lebih sedikit daripada alginate ketika digunakan untuk material
cetak gigi tiruan sebagian lepasan. Sekarang material ini digunakan untuk
pembuatan master cast gigi tiruan sebagian lepasan.
2. Irreversible Hydrocolloid Irreversible hydrocolloid dipakai untuk membuat
cetakan diagnosa, cetakan perawatan ortodonti, dan master cast gigi tiruan
sebagian lepasan. Material ini tidak bisa disimpan lama. Keuntungannya bisa
dipakai jika ada saliva, hidrofilik, memiliki bau dan rasa yang enak, nontoxic,
nonstaining, dan tidak mahal.
3. Mercaptan Rubber-base Material ini digunakan untuk cetakan kedua. Untuk
mendapatkan hasil cetakan yang akurat, cetakan ini harus memiliki ketebalan
seragam yang tidak melebihi 3 mm. Kekurangannya adalah bau yang tidak enak,
dan dapat mewarnai baju. Kelebihannya adalah tidak mahal dan waktu kerja dan
setting yang lama, serta keakuratan yang baik.
4. Polyether Keuntungan dari material cetak ini adalah mendapatkan keakuratan
yang baik, serta detail permukaan yang baik. Kekurangannya adalah waktu kerja
dan settingnya yang pendek, beberapa jenis memiliki rasa yang tidak enak, dan
karena menyerap cairan, tidak bisa direndam pada cairan disinfektan. Material ini
biasanya digunakan untuk material border molding.
5. Silicone
Material silicone adalah material yang lebih akurat dan mudah dipakai dari
bahan cetak elastic lain. Material ini terbagi menjadi dua, yaitu silikon kondensasi
dan silikon adisi. Silikon kondensasi memiliki bau yang enak dan waktu setting 5-
7 menit, dan bersifat hidrofobik. Silikon adisi merupakan material yang paling
akurat. Tingkat distorsinya rendah, dengan waktu kerja dan setting 3-5 menit.
Silikon adisi tersedia dalam bentuk hidrofilik dan hidrofobik, tidak berasa, dan
tidak berbau. Material cetak untuk GTSL Bahan cetak untuk rahang yang
edentulous sebagian harus dapat mencatat bentuk anatomi gigi dan jaringan
pendukung secara akurat. Material yang dapat deformasi permanen saat
dikeluarkan dari undercut jaringan dan gigi tidak dapat dipakai, karenanya bahan
cetak termoplastik dan metallic oxide paste tidak dipakai. Rubber-base sebaiknya
tidak dipakai ketika terdapat beberapa undercut karena material ini akan
mengalami distorsi saat penarikan. Plaster of paris dan modeling plastic dapat
digunakan untuk mencatat detail jaringan secara akurat, namun harus dipisah saat
penarikannya. Bahan cetak hidrokoloid dapat mencetak area undercut dan cukup
elastic untuk ditarik dari undercut tersebut tanpa distorsi permanen. Material
hidrokoloid yang reversible memiliki kekurangan yaitu ketika dipakai harus
cukup panas untuk mencair dan berubah menjadi gel elastis saat pendinginan.
Bisa saja, jika operator tidak berhati-hati saat penggunaan material ini terjadi
bahaya berupa membakar jaringan mulut pasien. Selain itu, material hidrokoloid
reversible juga dibutuhkan alat untuk pendinginnya. Semua hidrokoloid stabil
dimensinya hanya pada periode singkat setelah pengeluaran dari mulut. Jika
terpapar udara, secara cepat bahan cetak ini akan kehilangan cairannya dengan
hasil pengerutan dan perubahan dimensi lainnya. Jika direndam dalam air, akan
mengalami imbibisi, dengan berakibat pembengkakan cetakan dan perubahan
dimensi. Karena aplikasi material cetak hidrokoloid irreversible tidak memerlukan
panas, maka tidak akan menimbulkan bahaya membakar jaringan pasien.
Karenanya, pasien bisa relax saat proses pencetakan berlangsung
SENDOK CETAK PERORANGAN
Kasus yang seluruh tepi jaringan mulutnya harus tercetak dengan tepat atau yang
ukurannya tidak biasa, memerlukan sendok cetak khusus, berupa sendok cetak
perorangan. Dengan penggunaannya sendok jenis ini, ketebalan bahan dapat di
kontrol, dukungan pada bahan cetak lebih baik karena bentuknya sesuai dengan
rahang yang akan dicetak. Sendok ini dirasakan kurang praktis karena pasien
harus dicetak dua kali; pertama untuk membuat model yang jadi basis pembuatan
sendok perorangan dan kedua untuk pencetakan yang sebenarnya. Sendok cetak
perorangan dapat dibuat dari resin akrilik,gutta-percha atau shellac base
plate.gambar:
SENDOK CETAK MODIFIKASI
sesuai namanya sendok jenis ini dimodifikasi dengan menempelkan modeling
compound atau malam sesuai bentuk yang diinginkan. Sendok ini dipakai untuk
pencetakan rahang yang bentuknya tidak beraturan, sehingga tak dapat dicetak
dengan sendok cetak siap pakai biasa. Disbanding sendok perorangan, dengan
sendok modifikasi hanya perlu dilakukan satu kali pencetakan saja. Dengan
sendirinya bagian tepi tak dapat di cetak secermat seperti pada sendok perorangan.
Gambar:
KESIMPULAN
Teknik pencetakan pada GTSL ada 2 yaitu
Secara mukostatis→untuk tahanan jaringan rendah dan Secara
mukokompresi/mukofungsional→untuk tahanan jaringan yang tinggi. Pada
tahanan jaringan tinggi, keadaan mukosa bila tertekan bergerak, bila dicetak
secara muko statis, akan didapat model dengan bentuk mukosa yang pasif/tidak
tertekan secara fungsional. Pada kasus GTSL, bila mencetak dengan tekanan
fungsional, akan menghasilkan protesa yang stabil waktu berfungsi. Dalam
keadaan istirahat, protesa tersebut tetap akan stabil/tak bergerak, karena ada
cengkeram yang menahan sebagai retensi protesa. Selama ini hanya dikenal 3
sendok cetak diantaranya sendok cetak siap pakai, sendok cetak perorangan dan
sendok cetak siap pakai modifikasi. Bahan cetak dalam GTSL adea beberapa
macam biasa dipilih sesuai kasus dan keadaan pasiannya sendiri. Cetakan yang
baik dapat didapat dari pemilihan sendok cetak dan bahan yang tepat serta proses
pencetakan yang baik.
1.4. Pertimbangan perawatan
1. Desain GTSL
Fungsi desain GTSL:
a. Sebagai penuntun dari gigi tiruan sebagian lepas (GTSKL) yang
akan dibuat
b. Sebagai sarana komunikasi antara dokter gigi dengan tekniker gigi
dalam hal pendelegasian pembuatan gigi tiruan di laboratorium
Tujuan desain GTSL adalah untuk mendapatkan suatu gigi tiruan
dengan :
- Retensi yang baik
- Stabilisasi yang baik
- Pembagian beban kunyah lebih merata antara gigi
penjangkaran dengan jaringan pendukung lainnya
Prinsip dasar desain GTSL adalah memelihara/ mempertahankan
kesehatan jaringan pendukung gigi tiruan sebagian lepas dengan
memperhatikan:
- Tekanan yang luas (melalui cengkram)
- Mempersamakan tekanan (keseimbangan kiri dan kanan)
- Physiologic basing (tekanan fisiologis pada mukosa di bawah
basis)
3.1 Klasifikasi
KLASIFIKASI GIGI TIRUAN
a. Klasifikasi kennedy
Kelas I Kennedy : daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi
yang masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral).
Gambar Klas I Kennedy
Kelas II Kennedy : daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi
yang masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu rahang saja (unilateral).
Gambar Klas II Kennedy
Kelas III Kennedy : daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari
gigi yang masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu rahang saja (unilateral).
Gambar Klas III Kennedy
Kelas IV Kennedy : darah tak bergigi terletak dibagian anterior dari gigi-
gigi yang masih ada dan melewati garis tengah rahang.
Gambar Klas IV Kennedy
b. Klasifikasi applegate
Kelas I : daerah tak bergigi sama dengan kelas I kennedy. Keadaan ini
sering dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan
gigi.
Kelas II : daerah tak bergigi sama seperti kelas II kennedy.
Kelas III : keadaan tak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangganya
tidak lagi mampu memberi dukungan kepada protesa secara keseluruhan.
Kelas IV : daerah tak bergigi sama dengan kelas IV kennedy.
Kelas V : daerah tak bergigi paradental dimana gigi asli anterior tidak
dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tidak mampu menahan gayah kunyah.
Kelas VI : daerah tak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga asli
dapat dipakai sebagai penahan.
c. Klasifikasi Cummer
Klasifikasi pertama yang diakui secara professional. Dirancang tahun 1920
oleh Cummer gigi tiruan diklasifikasikan berdasarkan pada posisi dari penahan
langsung (direct retainer).
Diagonal : Dua penahan langsung (direct retainer) secara diagonal
berlawanan dengan penahan lainnya.
Diametrik : Dua penahan langsung secara diametrik bersebrangan
dengan penahan lainnya.
Gambar GTSL diametrik
Unilateral : Dua atau lebih penahan langsung terhadap sisi yang sama
Gambar GTSl Unilateral
Multilateral : 3 terkadang 4 penahan langsung dalam hubungan
triangular (kadang – kadang guadrangular)
Gambar GTSL multilateral triangular
Gambar GTSL Multilateral Quadrangular
d. Klasifikasi Meuk
Dirancang pada tahun 1942, berdasarkan pada jumlah, panjang, dan posisi
dari edentulous dan jumlah serta posisi dari gigi yang masih ada.
Kelas I : Bilateral space tanpa adanya gigi posterior pada ruang tersebut.
Kelas II : Bilateral space dengan adanya gigi posterior pada salah satu
ruang
Kelas III : Bilateral space dengan adanya gigi posterior pada kedua ruang
Kelas IV : Unilateral space tanpa adanya gigi posterior pada ruang
tersebut. Lengkung lawan tidak hilang
Kelas V : Anterior space dengan lengkung posterior pada kedua sisi tidak
hilang
Kelas VI : Irregular space pada daerah lengkung gigi yang ada dapat
single atau double group
e. Klasifikasi Gadfrey
Dirancang pada tahun 1951, klasifikasi ini didasarkan pada lokasi dan
ukuran dari daerah edentulous. Kelas utama tidak memiliki modifikasi.
Kelas A : Denture base ditunjang oleh gigi, pada bagian anterior. Dapat
berupa ruang 5 gigi tanpa terputus, ruang 5 gigi terputus atau ruang 4 gigi tanpa
terputus.
Kelas B : Denture base yang ditunjang oleh mukosa pada daerah
anteriornya. Dapat berupa ruang 6 gigi tanpa terputus, ruang 5 gigi tanpa terputus
atau ruang 5 gigi terputus.
Kelas C : Denture base ditunjang oleh gigi pada bagian posterior, dapat
berupa ruang 3 gigi tanpa terputus, ruang 2 gigi tanpa terputus atau ruang 2-3 gigi
yang terputus.
Kelas D : Denture base ditunjang oleh mukosa pada bagian posterior.
Dapat berupa ruang 4 gigi tanpa terputus atau ruang setengah atau 3 gigi tanpa
teputus
f. Klasifikasi Friedman
Friedman memperkenalkan klasifikasi “ABC” pada tahun 1953.
A : Anterior
B : Bounded
C : Cantilever
Gambar Tipe A
Gambar Tipe B
Gambar Tipe C
g. Klasifikasi Beckett dan Wilson (1957)
Tahun 1921 ditemukan, klasifikasi ini untuk mempertimbangkan jumlah
yang sebanding dengan dukungan yang diberikan oleh gigi dan jaringan lunak.
(mukosa dan yang mendasari tulang)
Kualitas dari batasan dukungan (abutment support)
Besarnya dukungan oklusal (occlusal support)
Keharmonisan dari oklusi
Kualitas dari mukosa dan ridge yang masih ada
Mereka percaya bahwa setiap upaya dapat dibuat untuk menghindari
dukungan yang hanya dari jaringan lunak.
Kelas I : Bounded Saddle
Dibatasi oleh gigi yang memiliki syarat untuk mendukung gigi tiruan.
Mukosa tidak digunakan sebagai pendukung.
Kelas II : Free End
Tooth and Tissue Borne : Didukung oleh gigi dan jaringan lunak
Tissue Borne : Didukung oleh jaringan lunak
Kelas III : Bounded Saddle
Dibatasi oleh gigi tetapi tidak memiliki syarat untuk mendukung gigi
tiruan seperti pada kelas I.
h. Klasifikasi Craddock
Dirancang tahun 1954, mengklasifikasikan gigi tiruan sebagian menurut :
Kelas I : Saddle Support pada kedua sisi atau batasan gigi yang
kuat
Kelas II : Kekuatan gigitan vertikal di aplikasikan sebagai penahan
gigi tiruan sebagai jaringan lunak.
Kelas III : Didukung gigi pada satu ujung dari penjangkar
i. Klasifikasi Skinner
Diperkenalkan tahun 1959. Klasifikasinya dipengaruhi oleh klasifikasi
Cummer. Klasifikasi didasarkan pada hubungan antara edentulous arches dengan
abutment teeth.
A. Kelas I
Gigi penjangkar berada pada anterior dan posterior dari ruang edentulous dapat
unilateral maupun bilateral.
B. Kelas II
Semua gigi berada pada bagian posterior dari ruang poster edentubus dapat
unilateral atau bilateral.
C. Kelas III
Semua gigi penjangkar terletak di bagian dari ruang edentulous. Dapat unilateral
atau bilateral.
D. Kelas IV
Basis gigi tiruan berada dibagian anterior dan posterior gigi yang masih ada dan
dapat terjadi unilateral atau bilateral.
E. Kelas V
Gigi penjangkar unilateral dalam hubungan dengan basis gigi tiruan dan dapat
terjadi unilateral atau bilateral.
J. Klasifikasi Austin dan Lidge
Ditemukan tahun 1957. Menyebutkan bahwa ada 65.000 kemungkinan
kombinasi dari gigi dan area edentulous.
Kelas A : Gigi anterior hilang
A2 : Gigi anterior hilang pada kedua sisi tapi masih ada gigi diantara
gigi yang hilang.
AB1 : Gigi anterior hilang pada kedua sisi (bilateral).
A1 : Gigi anterior hilang pada satu sisi
Gambar A1
Gambar A2
Gambar AB1
Kelas P : Gigi Posterior Hilang
P1 : Gigi posterior hilang pada satu sisi (unilateral)
P2 : Gigi posterior hilang pada kedua sisi, tapi masih ada sisi
di antara gigi yang
Hilang
PB1 : Gigi posterior hilang pada kedua sisi (bilateral)
Gambar P1
Gambar P2
Gambar PB 1
Kelas AP : Gigi anterior dan posterior hilang
AP 1 : Gigi anterior dan posterior pada satu sisi
AP2 : Gigi anterior dan posterior pada kedua sisi, tapi masih ada
diantara sisi yang
Hilang
APB1 : Gigi anterior dan posterior pada kedua sisi (bilateral)
Gambar AP1
Gambar AP2
Gambar APB1
3.2 Gambaran desain
Faktor – faktor yang perlu diperhatikan menentukan disain GTSL
adalah sebagai berikut:
1. Retensi
Daya perlawanan terhadap lepasnya protesa atau gigi tiruan.
Faktor pemberi retensi antara lain kualitas klamer, oclusal
rest, contour, landasan denture, oklusi, adhesi, tekanan
atmosfer, dan surface tension.
2. Stabilisasi
Perlawanan atas ketahanan terhadap pemindahan tempat.
Stagnasi ditentukan oleh tiga titik sandaran yang harus
meliputi luas permukaan yang sebesar – besarnya agar beban
yang diterima protesa setiap unit bias sekecil.
3. Estetika
Dalam prostodonsia, yang berhubungan dengan permukaan
GTS adalah:
a. Penempatan klamer harus sedemikian rupa sehingga
tidak terlihat dalam posisi bagaimanapun.
b. Gigi tiruan harus tampak asli dan pantas untuk tiap –
tiap pasien meliputi warna dan inklinasi gigi.
c. Gambaran countering harus sesuai dengan keadaan
pasien.
d. Perlekatan gigi diatas ridge.
Syarat – syarat pemilihan gigi abutmen yang digunakan sebagai
pegangan klamer adalah :
1. Gigi pilar harus cukup kuat.
a. Akarnya panjang
b. Masuk ke dalam prosesus alveolaris dalam dan tidak
longgar
c. Makin banyak akar makin kuat
d. Gigi pilar tidak boleh goyang
e. Tidak ada kelainan jaringan periodontal pada gigi
penyangga.
2. Bentuk mahkota sedapat mungkin sesuai dengan macam
klamer yang digunakan.
3. Kedudukan gigi tersebut hendaknya tegak lurus dengan
prosesus alveolaris, gigi yang letaknya rotasi atau berputar
tidak baik untuk pilar.
4. Gigi tersebut masih vital atau tidak mengalami perawatan.
5. Bila memerlukan dua klamer atau lebih maka hendaknya
dipilihkan gigi yang letaknya
sejajar.
Prinsip pembuatan desain geligi tiruan dikenal 4 tahap yaitu:
Tahap1 : menentukan kelas dari masing-masing daerah tak
bergigi (sadel)
Tahap2 : menentukan macam dukungan dari setiap sadel
Tahap3 : menentukan macam penahan
Tahap4 : menentukan macam konektor
3.3 Prinsip biomekanika GTSL
PRINSIP – PRINSIP DASAR BIOMEKANIKA GTSL
a. Prinsip Biomekanik
Biomekanik terdiri dari 2 kata yaitu biologi dan mekanika. Biologi
merupakan ilmu yang mempelajari mengenai kehidupan/ segala sesuatu yang
hidup, sedangkan mekanika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
gerak dan keseimbangan. Jadi, biomekanika adalah hubungan antara sifat-sifat
biologik struktur rongga mulut dan pengaruh fisik dari restorasi dental.
Prinsip Biomekanik
Tipe pengungkit
Gaya-gaya yang bekerja pada
gigi tiruan
Pergerakan rotasi selama
fungsi
1. Tipe Pengungkit
Alat diklasifikasikan ke dalam 2 kategori umum yaitu sederhana dan
kompleks. Alat kompleks terdiri dari kombinasi dari berbagai alat sederhana
yaitu lever, wedge, screw, wheel and axle, pulley, dan inclined plane. Alat
sederhana seperti lever dan inclined plane harus dihindari dalam mendesain
gigi tiruan sebagian lepasan.
Gambar. Terdapat 6 tipe pengungkit sederhana. Fulkrum (titik dukungan
lever), wedge, dan inclined plane harus diperhatikan dalam mendesain GTSL
karena dapat berbahaya bila tidak dikontrol dengan tepat. F. fulkrum
Tipe pengungkit pada GTS diilustrasikan sebagai aksi 2 alat sederhana yaitu :
1. Pengungkit (lever)
Batang kaku didukung beberapa titik sepanjang batang tersebut.
Bila pengungkit menerima beban pada 1 titik perputaran maka terjadi
perputaran sekitar daerah pendukung (Fulkrum).
Terdapat 3 tipe pengungkit yaitu:
a. Pengungkit kelas I (first-class lever), terjadi pada kasus Kennedy
Kelas III
Gambar. Tipe pengungkit kelas I. R (resistence/ tahanan), E (effort/
tekanan), F (fulkrum)
b. Pengungkit kelas II (second-class lever), terjadi pada kasus
Kennedy Kelas I
Gambar. Tipe pengungkit kelas II. R (resistence/ tahanan), E
(effort/ tekanan), F (fulkrum)
c. Pengungkit kelas III (third-class lever), tidak terjadi pada GTS
Gambar. Tipe pengungkit kelas III. R (resistence/ tahanan), E
(effort/ tekanan), F (fulkrum)
2. Inclined plane
Alat yang berpengaruh pada kekuatan terjadi pergerakan pada
inclined plane
2. Gaya-gaya yang Bekerja pada Gigi Tiruan (GT)
Gaya yang terjadi pada GT selama fungsi antara lain:
a. Gaya Oklusal
Gaya oklusal yang sering pula disebut gaya vertikal, merupakan
gaya yang timbul pada waktu bolus makanan berada di permukaan
oklusal GT sebelum dan pada saat berfungsi atau oklusi. Gaya oklusi ini
hendaknya disalurkan kepada gigi asli.
Pada kasus GT yang pada kedua sisinya masih dibatasi gigi asli
(bounded saddle), gaya oklusal akan disangga oleh sandaran oklusal
cengkeram. Dengan cara ini, gaya oklusal tadi akan disalurkan ke akar
gigi lalu ke membran periodontal sampai akhirnya diterima oleh tulang
alveolar.
Gambar. Gaya oklusal disalurkan melalui sandaran ke gigi penyangga
Pada kasus GT free end sebagian gaya oklusal akan diterima oleh
gigi penyangga dan sisanya oleh jaringan mukosa di bawah basis protesa.
Gambar. Gaya oklusal disalurkan ke gigi penyangga dan mukosa
Gaya oklusal yang diterima elemen pada waktu mastikasi akan
diteruskan basis ke jaringan di bawahnya secara kompresif. Upaya untuk
mengurangi gaya oklusal yang diterima jaringan penyangga yaitu:
Pengurangan jumlah atau luas permukaan elemen.
Penyaluran gaya oklusal secara merata pada jaringan pendukung
dengan menggunakan cetakan fungsional atau mukokompresi.
Distribusi gaya seluas mungkin dengan memperbesar basis/ konektor
utama agar besar gaya per satuan luas menjadi lebih kecil. Perluasan
basis rahang bawah sampai retromolar pad dan rahang atas sampai
tuberositas maksila
Penempatan lengan cangkolan sampai ke permukaan mesial, jika
cangkolan berasal dari disal atau harus lebih dari setengah keliling
gigi penyangga.
Gambar. Gaya oklusal dapat disangga secara baik oleh seluruh serat
periodontal. Gaya horizontal (A, B) hanya disangga oleh sebagian serat
periodontal saja. Terlihat serat periodontal (D, G) menegang dan (C, F)
tertekan pada waktu gaya horizontal bekerja. E adalah titik pusat rotasi
gigi
Besar gaya kunyah yang terjadi pada saat mastikasi tergantung
pada usia, jenis kelamin, kekuatan otot mastikasi, macam gigi antagonis,
kebiasaan makan, serta lokasi gigi yang diganti. Pada penderita usia
lanjut, gaya kunyah lebih kecil dibandingkan merka yang masih muda,
begitu pula gaya kunyah laki-laki lebih besar daripada wanita.
Gaya vertical pelepas terjadi selama mengunyah, dimana makanan lengket
akan melekat pada permukaan oklusal dan ketika rahang terbuka maka gigitiruan
akan bergerak terlepas dari posisinya. Pergerakan otot perifer, kekuatan tak
terkontrol seperti batuk, bersin, dan gaya berat untuk gigitiruan rahang atas dalam
kelompok.
Selain efek terhadap gigi penyangga, efek pada jaringan pendukung yang
terletak di bawah basis gigitiruan juga harus dipertimbangkan. Akibat dari
perbedaan kompresibillitas gigi penyangga dan mukosa yang menutupi linggir
sisa menyebabkan tekanan lebih terpusat pada bagian edentulous. Linggir
alveolaris pada bagian edentulous akan terkena rauma yang besar dan terus-
menerus sehingga dapat menyebabkan rasa sakit pada bagian mukosa. Bila hal ini
berlangsung dalam waktu yang lama, resopsi linggir alveolus bagian posterior
akan terjadi dan menimbulkan lingkaran keruasan yang progresif pada gigi
penyangga dan jaringan pendukung yang terjadi saat berfungsi.
Resopsi linggir alveolus pada bagian edentulus juga akan mempengaruhi
gigitiruan. Gigitiruan tidak stabil saat berfungsi sehingga menyebabkan gangguan
oklusi.
b. Gaya Lateral
Kontak oklusi antara gigi-gigi dan aktivitas otot-otot di sekitar
geligi tiruan pada saat pengunyahan akan menimbulkan gaya horizontal.
Berdasarkan arahnya, gaya horizontal dapat dibagi menjadi gaya lateral
dan gaya antero-posterior.
Gambar. Gaya horizontal dan aktivitas otot di sekitar geligi tiruan
Gaya lateral timbul pada saat rahang bawah bergerak dari posisi
kontak oklusi eksentrik ke posisi sentrik, atau sebaliknya. Gaya ini
merupakan gaya yang paling merusak gigi asli maupun tulang alveolar
pada daerah tak bergigi, karena hanya sebagian serat periodontal atau
mukosa saja yang berfungsi menyangganya.
Gambar. Gaya lateral pada rahang atas (A) dan bawah (B)
Untuk mencegah kerusakan gigi asli dan resorpsi tulang alveolar
berlebih, gaya lateral harus diimbangi dengan kombinasi dari beberapa
cara berikut ini:
Penyaluran gaya lateral sebanyak mungkin pada gigi asli.
Pengurangan sudut tonjol gigi.
Pengurangan luas permukaan bidang oklusal elemen tiruan.
Pemakaian desain cengkeram bilateral.
Penyusunan oklusi dan artikulasi yang harmonis.
c. Gaya Antero-Posterior
Gaya ini terjadi pada pergerakan rahang dimana gigi depan ada
pada posisi edge to edge atau oklusi protrusif ke oklusi sentrik dan
sebaliknya. Pada pergerakan ini ada kecenderungan GT rahang bawah
bergerak ke arah posterior dan GT rahang atas ke anterior.
Gambar. Gaya anteroposterior pada (A) protesa atas dan (B) protesa
bawah
Pergerakan semacam ini pada protesa rahang bawah dapat diatasi
dengan :
Penempatan lengan cengkeram sampai ke permukaan mesial, jika
cengkeram berasal dari sandaran distal.
Penempatan sandaran dan konektor minor di sisi mesial gigi
penyangga.
Perluasan basis sampai retromolar pad.
Pengurangan sudut tonjol gigi.
Penyusunan oklusi dan artikulasi yang harmonis.
Pada rahang atas, pergerakan antero-posterior dapat diatasi
dengan :
Perluasan basis sampai tuber maksilaris.
Penempatan cengkeram pada gigi posterior atau sandaran dan
konektor minor pada permukaan distal.
Perluasan konektor utama sampai gigi anterior.
Pengurangan sudut tonjol gigi.
Penyusunan oklusi dan artikulasi yang harmonis.
d. Gaya Pemindah atau Pelepas (Displacing or Dislodging Forces)
Gaya pemindah timbul karena pada saat mastikasi, makanan
lengket melekat pada permukaan oklusal GT dan pada saat mulut terbuka
protesa akan tertarik ke arah oklusal. Selanjutnya pergerakan otot
perifer, kekuatan tak terkontrol seperti batuk, bersin dan gaya berat untuk
protesa rahang atas, termasuk dalam pergerakan gaya pemindah.
Gambar. Gaya perpindahan karena makanan lengket atau aktivitas otot
Perbedaan antara gaya perpindahan dan rotasi terletak pada ada
tidaknya sumbu rotasi. Pada gaya perpindahan, sandaran akan terangkat
dari kedudukannya, sedangkan pada rotasi masih ada bagian sandaran
yang berkontak dengan gigi dan merupakan tumpuan untuk rotasi.
Gaya perpindahan ini ditahan oleh lengan retentif cengkeram dan
bagian retentif lainnyadari geligi tiruan sebagian lepasan.
Pada GTSL free end akan terjadi pergerakan rotasi pada saat
fungsi. Dalam hal ini, ada 3 kemungkinan pergerakan rotasi, masing-
masing rotasi pada garis fulkrum, pada sumbu longitudinal, dan pada
sumbu imajiner yang tegak lurus sumbu rahang.
3. Pergerakan Rotasi selama Fungsi
a. Pergerakan Rotasi pada Garis Fulkrum
Pergerakan ini terjadi sekeliling sumbu putar yang terbentuk oleh
dua buah sandaran utama. Garis ini disebut Garis Fulkrum atau Garis
Rotasi dan merupakan pusat rotasi geligi tiruan dalam arah vertikal. Bila
ada gaya oklusal yang diterima protesa, maka geligi tiruan akan bergerak
ke arah jaringan mukosa. Besarnya pergerakan ini tergantung pada
besarnya kompresibilitas mukosa yang bersangkutan. Garis fulkrum juga
merupakan pusat rotasi basis protesa menjauhi jaringan mukosa, bila
yang bekerja adalah gaya perpindahan. Kalau lengan cengkeram cukup
retentif dan efektif menahan sandaran oklusal tetap pada kedudukannya,
maka di sini hanya terjadi pergerakan rotasi saja.
Pergerakan ke arah mukosa dapat ditanggulangi dengan cetakan
fungsional, ketepatan basis dan tergantung pada kualitas jaringan
pendukung. Pergerakan ke arah oklusal, sementara itu dapat diimbangi
dengan retensi tak langsung (indirect retention).
Gambar. Pergerakan rotasi sekeliling garis fulkrum
b. Pergerakan Rotasi pada Sumbu Longitudinal
Pergerakan rotasi ini terjadi pada sumbu longitudinal yang
melalui pusat sandaran dan puncak linggir. Pada saat geligi tiruan
berfungsi, basis ujung bebas akan berotasi pada puncak linggir.
Pergerakan rotasi ini dapat ditanggulangi dengan ketegaran konektor
utama dan lengan retentif cengkeram pada sisi rahang lainnya. Jadi
penempatan lengan cengkeram sebaiknya bilateral. Pada desain
unilateral, kedua lengan cengkeram harus retentif.
Gambar. Pergerakan rotasi pada sumbu longitudinal
c. Pergerakan Rotasi pada Sumbu Imajiner
Pergerakan pada sumbu imajiner tegak lurus pusat rahang terjadi
karena gaya kunyah horizontal dan diagonal bekerja pada protesa.
Pergerakan rotasi jenis ini dapat ditanggulangi oleh lengan pengimbang
atau stabilisasi dari geligi tiruan, dan konektor minor yang berkontak
dengan permukaan vertikal gigi asli. Seperti halnya lengan retentif
cengkeram, lengan pengimbang juga sebaiknya bilateral.
Gambar. Pergerakan rotasi pada pusat rahang
4. Penerapan Prinsip Biomekanik Dalam Usaha Mengatasi Permasalahan
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Berujung Bebas
Pada bagian awal telah dijelaskan bahwa pada kasus gigi tiruan sebagian
lepasan berujung bebas akan terjadi ungkitan pada gigi penyangga, responsi
linggir sisa akibat tekanan yang berlebihan yang pada akhirnya menyebabkan
gangguan oklusi pada gigi tiruan saat berfungsi. Ada tiga usaha yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahn tersebut, yaitu : mempertimbangkan
prinsip biomekanik dalam penempatan cangkolan, usaha-usaha untuk mengontrol
beban dan bebrapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan.
Kesenjangan dukungan pada bagian anterior/posterior menimbulkan
adanya resiko kerusakan pada gigi tiruan anterior atau jaringan mukoperiosteum
(atau membrane mukosa) di bawah daerah free-end saddle. Penting untuk
meminimalisir muatan fungsional, terutama ketika basis berlawanan dengan gigi
asli dari rahang lawannya.
Metode yang tersedia adalah:
Penggunaan gigi posterior yang kecil.
Menghilangkan satu atau bahkan dua gigi molar posterior (kecuali
diperlukan untuk menutup jalan dari gigi asli yang berlawanan).
Terkadang, lebih baik menghindari ketentuan dari basis, atau
bahkan melawan saran ketentuan dari gigi tiruan.
Lindungilah lapisan jaringan lunak seluas mungkin untuk mengurangi konsentrasi
muatan dan memperpanjang dasar sampai ke area yang menyediakan dukungan
yang paling besar, contohnya pada bagian bukal dari gigi tiruan mandibula.
REFERENSI
1. Madan N, Datta K. Combination syndrome. The Journal of Indian
Prosthodontic Society. 2006; 6(1): 10-3.
2. Nair KC, Lovely M. Review of complete dentures. India : Jaypee Brothers
Medical Publishers (P) Ltd. 2005; pp. 276.
3. Nallaswamy D. Textbook of Prosthodontics. India : Jaypee Brothers
Medical Publishers (P) Ltd. 2003; pp. 252-4.