laporan pendahuluan edh

17
LAPORAN PENDAHULUAN EPIDURAL HEMATOM A. PENGERTIAN EPIDURAL HEMATOM Beberapa pengertian mengenai epidural hematoma (EDH) sebagai berikut: 1.Epidural hematom adalah salah satu akibat yang ditimbulkan dari sebuah trauma kepala (Greenberg et al, 2002). 2.Epidural hematom adalah hematom/perdarahan yang terletak antara durameter dan tubula interna/lapisan bawah tengkorak, dan sering terjadi pada lobus temporal dan paretal (Smeltzer&Bare, 2001). 3.Epidural hematom sebagai keadaan neurologist yang bersifat emergency dan biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan (Anderson, 2005). B. ETIOLOGI Epidural hematom terjadi karena laserasi atau robekan pembuluh darah yang ada diantara durameter dan tulang tengkorak akibat benturan yang menyebabkan fraktur tengkorak seperti kecelakaan kendaraan dan trauma (Japardi, 2004). Perdarahan biasanya bersumber dari robeknya arteri meningica media (paling sering),

Upload: fariz-akbar

Post on 15-Sep-2015

562 views

Category:

Documents


108 download

DESCRIPTION

edh

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANEPIDURAL HEMATOM

A. PENGERTIAN EPIDURAL HEMATOMBeberapa pengertian mengenai epidural hematoma (EDH) sebagai berikut:

1. Epidural hematom adalah salah satu akibat yang ditimbulkan dari sebuah trauma kepala (Greenberg et al, 2002).2. Epidural hematom adalah hematom/perdarahan yang terletak antara durameter dan tubula interna/lapisan bawah tengkorak, dan sering terjadi pada lobus temporal dan paretal (Smeltzer&Bare, 2001).3. Epidural hematom sebagai keadaan neurologist yang bersifat emergency dan biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan (Anderson, 2005).B. ETIOLOGIEpidural hematom terjadi karena laserasi atau robekan pembuluh darah yang ada diantara durameter dan tulang tengkorak akibat benturan yang menyebabkan fraktur tengkorak seperti kecelakaan kendaraan dan trauma (Japardi, 2004). Perdarahan biasanya bersumber dari robeknya arteri meningica media (paling sering), vena diploica (karena fraktur kalvaria), vena emmisaria, dan sinus venosus duralis (Bajamal, 1999).C. TANDA DAN GEJALATanda dan gejala yang biasanya dijumpai pada orang yang menderita epidural hematom diantaranya adalah mengalami penurunan kesadaran sampai koma secara mendadak dalam kurun waktu beberapa jam hingga 1-2 hari, adanya suatu keadaan lucid interval yaitu diantara waktu terjadinya trauma kepala dan waktu terjadinya koma terdapat waktu dimana kesadaran penderita adalah baik, tekanan darah yang semakin bertambah tinggi, nadi semakin bertambah lambat, sakit kepala yang hebat, hemiparesis, dilatasi pupil yang ipsilateral, keluarnya darah yang bercampur CSS dari hidung (rinorea) dan telinga (othorea), susah bicara, mual, pernafasan dangkal dan cepat kemudian irregular, suhu meningka, funduskopi dapat memperlihatkan papil edema (setelah 6 jam kejadian), dan foto rontgen menunjukan garis fraktur yang jalannya melintang dengan jalan arteri meningea media atau salah satu cabangnya (Greenberg et al, 2002).D. PATOFISIOLOGIEpidural hematom secara khas timbul sebagai akibat dari sebuah luka atau trauma atau fraktur pada kepala yang menyebabkan laserasi pada pembuluh darah arteri, khususnya arteri meningea media dimana arteri ini berada diantara durameter dan tengkorak daerah temporal. Rusaknya arteri menyebabkan perdarahan yang memenuhi epidural. Apabila perdarahan terus mendesak durameter, maka darah akan memotong atau menjauhkan daerah durameter dengan tengkorak, hal ini akan memperluas hematoma. Perluasan hematom akan menekan hemisfer otak dibawahanya yaitu lobus temporal ke dalam dan ke bawah. Seiring terbentuknya hematom maka akan memberikan efek yang cukup berat yakni isi otak akan mengalami herniasi. Herniasi menyebabkan penekanan saraf yang ada dibawahnya seperti medulla oblongata yang menyebabkan terjadinya penurunan hingga hilangnya kesadaran. Pada bagian ini terdapat nervus okulomotor yang menekan saraf sehingga menyebabkan peningkatan TIK, akibatnya terjadi penekanan saraf yang ada diotak (Japardi, 2004 dan Mcphee et al, 2006).E. PATHWAY

F. PEMERIKSAAN PENUNJANGMenurut Doengoes (2004), pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan pada kasus epidural hematom yaitu sebagai berikut:1. CT Scan : untuk mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler pergeseran otak. CT Scan merupakan pilihan primer dalam hal mengevaluasi trauma kepala. Sebuah epidural hematom memiliki batas yang kasar dan penampakan yang bikonveks pada CT Scan dan MRI. Tampakan biasanya merupakan lesi bikonveks dengan densitas tinggi yang homogen, tetapi mingkin juga tampok sebagai ndensitas yang heterogen akibat dari pencampuran antara darah yang menggumpal dan tidak menggumpal.2. MRI : memberikan foto berbagai kelainan parenkim otak dengan lebih jelas karena mampu melakukan pencitraan dari berbagai posisi apalagi dalam pencitraan hematom dan cedera batang otak.3. Angiografi serebral : untuk menunjukan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran jaringan otak karena edema dan trauma.4. EEG : untuk memperlihatkan gelombang patologis.

5. Sinar X : untuk mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan/edema), dan adanya fragmen tulang.

6. BAER (brain auditory evoked respons) : untuk menentukan fungsi korteks dan batang otak.

7. PET (positron emmision topography): untuk menunjukan metabolisme otak.

8. Pungsi lumbal : untuk menduga kemungkinan perdarahan subarachnoid.

9. AGD : untuk melihat masalah ventilasi/oksigenasi yang meningkatkan TIK.

G. PENATALAKSANAAN EPIDURAL HEMATOMPenatalaksanaan epidural hematom terdiri dari:

1. Terapi Operatif.

Terapi operatif bisa menjadi penanganan darurat yaitu dengan melakukan kraniotomi. Terapi ini dilakukan jika hasil CT Scan menunjukan volume perdarahan/hematom sudah lebih dari 20 CC atau tebal lebih dari 1 cm atau dengan pergeseran garis tengah (midline shift) lebih dari 5 mm. Operasi yang dilakukan adalah evakuasi hematom untuk menghentikan sumber perdarahan sedangkan tulang kepala dikembalikan. Jika saat operasi tidak didapatkan adanya edema serebri sebaliknya tulang tidak dikembalikan (Bajamal, 1999).2. Terapi Medikamentosa.Terapi medikamentosa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. mengelevasikan kepala pasien 30o setelah memastikan tidak ada cedera spinal atau posisikan trendelenburg terbalik untuk mengurangi TIK. b. Berikan dexametason (pemberian awal dengan dosis 10 mg kemudian dilanjutkan dengan dosis 4 mg setiap 6 jam).

c. Berikan manitol 20% untuk mengatasi edema serebri.

d. Berikan barbiturat untuk mengatasi TIK yang meninggi. .H. PENGKAJIAN1. Aktivitas istirahatLemah, lelah, hilang keseimbangan, kaku, perubahan kesadaran, letargi, hemiparesis, tetraplegi, dan kehilangan tonus otot.2. SirkulasiPerubahan tekanan darah (hipertensi), bradikardi. Takilardi yang diselingi bradikardi.3. Integritas egoPerubahan tingkah laku/kepribadian, cemas, delirium, bingung, dan depresi.4. EliminasiInkontinensia kemih atau usus.5. Neurosensori

Kehilangan kesadaran sementara, amnesia kejadian, vertigo, sinkop, hilang pendengaran, baal ekstremitas, gangguan penglihatan dan pengecapan, penciuman, perubahan pupil, refleks tendon lemah dan tak ada.6. NutrisiMual, muntah (muntah proyektil).7. NyeriSakit kepala, gelisah, tak bisa istirahat, dan merntih.8. PernafasanMengi (+), ronkhi (+), perubahan pola nafas.9. Interaksi sosialAfasia motorik sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang.I. DIAGNOSA Menurut Herdman (2011), diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan epidural hematom sebagai berikut:

1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral.2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskular.4. Pola nafas tidak efektif.

J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (KRITERIA HASIL, INTERVENSI, RASIONAL)DIAGNOSABATASAN KARAKTERISTIKTUJUANINTERVENSIRASIONAL

Risiko gangguan perfusi jaringan otak

Pasien mengalami trauma kepala.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan serebral pasien adekuat dengan kriteria hasil:1. TTV normal 2. Urine output dan intake normal 3. Motorik baik Keterangan:

1: tidak pernah menunjukan

2: jarang menunjukan

3: kadang-kadang menunjukan

4: sering menunjukan

5: konsisten menunjukan1. Monitot TTV klien2. Berikan posisi semi fowler

3. Pertahankan tirah baring

4. Evaluasi keadaan pupil

5. Kaji peningkatan rigiditas, regangan, dan serangan kejang.1. Penurunan tekanan sistolik merupakan tanda-tanda gejala peningkatan TIK.

2. Meningkatkan aliran balik vena dari kepala, sehingga mengurangi edema.

3. Tirah baring membuat konsumsi O2 tidak terlalu banyak.

4. Melihat apakah fungsi batang otak masih bai8k.

5. Merupakan indikasi in fewksi meningeal.

Nyeri Akut b.d agen injuri fisikPerubahan tekanan darahPerubahan frekuensi jantung

Perubahan frekuensi pernafasan

Mengekspresikan perilaku (mis.: gelisah, merengek, menangis, waspada, iritabilitas, mendesah).

Fokus menyempit (mis.: gangguang persepsi nyeri, hambatan proses pikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan).

Dilatasi pupil.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien dapat mengontrol nyeri dengan kriteria hasil:

1. Frekuensi nyeri berkurang 2. TTV normal 3. Menggunakan non analgetik4. Menggunakan analgetikKeterangan:

1= konsisten

2= sering

3= kadang-kadang

4= jarang

5= tidak pernah1. Kaji nyeri dengan format PQRST.2. kontrol lingkungan yang dapat berkontribusi terhadap nyeri seperti suhu, suara, dan cahaya.3. Ajarkan pasien teknik non farmakologis seperti nafas dalam.4. Kolaborasikan pemberian farmakologik untuk mengurangi nyeri.

1. Berguna dalam pengawasan keefektifan terapi yang diberikamn.2. Lingkungan yang tidak nyaman dapat meningkatkan nyeri bertambah parah.3. Relaksasi membantu mengurangi nyeri dengan menutup gate receptor.4. Analgetik cepat menurunkan nyeri.

Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuskularPenurunan waktu reaksi.Kesulitan membolak-balikan posisi.

Keterbatasan rentang pergerakan sendi.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien tidak mengalami gangguan mobilitas fisik dengan kriteria sebagai berikut:1. Dapat melakukan mobilisasi sendiri 2. Tidak tergantung 3. Tidak terjadi dekubitus

Keterangan :1 : Tidak pernah dilakukan 2 : jarang dilakukan3 : Kadang-kadang dilakukan4 : sering dilakukan5 : selalu dilakukan1. Ubah posisi klien setiap 2 jam sekali.2. Bantu klien melakukan rentang gerak.3. Berikan masase.4. Periksa kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi.

1. Meningkatkan sirkulasi2. Mempertahankan fungsi sendi, mobilisasi dan menurunkan vena yang statis.3. Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit.4. Identifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKABajamal. A.H. (1999). Epidural Hematom (EDH = Epidural Hematom).

Doengoes, M.E. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.

Japardi. (2002). Cedera Kepala. Jakarta: PT Bhauna Ilmu Populer.

Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2000). Nursing Outcame Clasification. Mosby. Philadelphia.

McCloskey & Gloria M Bulechek. (1996). Nursing Intervention Clasification. Mosby. USA.

Smeltzer & Bare. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol.1. Alih Bahasa : Agung waluyo. Jakarta. EGC.Greenberg, D. A., Michael J. A., dan Roger P. S. (2002). Intracranial Hemorrhage, Clinical Neurology, 5th edition. United States of America: Lange Medical Books, McGraw-Hill,.Price, D.D. (2003). Epidural Hematoma. www.emedicine.comMcPhee, S. J., dan William F.G. (2006). Vascular Territories and Clinical Features in Ischemic Stroke, Pathophysiology of Disease An Introduction to Clinical Medicine, 5th edition. United States of America: Lange Medical Books, McGraw-Hill,.

Luka, trauma/fraktur kepala

Rusaknya pembuluh darah arteri meningeal

Darah memenuhi epidural

Darah keluar dari vaskuler

Darah memenuhi epidural

Hematoma

Syok hipovolemik

Naiknya volume intrakranial

Edema Otak

Hipoksia otak

Peningkatan TIK

Herniasi

Iskemik

Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri

Penekanan N. Batang otak

Risiko gangguan perfusi jaringan otak

Penurunan kesadaran

dan motorik

Gangguan pusat pernafasan

Hiperventilasi

Hambatan Mobilitas Fisik

Pola nafas tidak efektif