biofar

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang teknologi farmasi terus mengembangkan berbagai bentuk sediaan baru untuk mengatasi keterbatasan sediaan yang terdahulu. Salah satu bentuk sediaan yang terus dikembangkan karena memiliki keuntungan terapeutik yang baik adalah sediaan oral lepas terkendali. Bentuk sediaan ini masih memiliki keterbatasan terutama untuk obat yang memiliki segmen absorpsi yang sempit pada gastrointestinal bagian atas. Hal ini disebabkan karena waktu transit obat yang relatif singkat pada gastrointestinal bagian atas sehingga dalam waktu kurang dari enam jam sediaan lepas terkendali telah meninggalkan gastrointestinal bagian atas. Untuk mengatasi hal ini, maka dikembangkan suaatu sistem penghantar obat tertahan di lambung (Gastroretentive Drug Delivery System). Sistem penghantaran di lambung merupakan suatu sistem penghantar obat dengan menggunakan polimer dimana setelah pemberiaan secara oral, obat akan tertahan lebih lama dalam lambung dan melepaskan obat secara terkendali dan kontinyu. Salah satu pendekatan sistem penghantaran obat tertehan di lambung adalah sistem penghantaran obat mengapung (floating drug delivery system). Mekanisme keterapungan terjadi karena densitas sediaan lebih rendah dibandingkan densitas cairan 1

Upload: kristin

Post on 01-Feb-2016

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

floating gastrointestinal

TRANSCRIPT

Page 1: biofar

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bidang teknologi farmasi terus mengembangkan berbagai bentuk sediaan baru

untuk mengatasi keterbatasan sediaan yang terdahulu. Salah satu bentuk sediaan yang

terus dikembangkan karena memiliki keuntungan terapeutik yang baik adalah sediaan oral

lepas terkendali. Bentuk sediaan ini masih memiliki keterbatasan terutama untuk obat

yang memiliki segmen absorpsi yang sempit pada gastrointestinal bagian atas. Hal ini

disebabkan karena waktu transit obat yang relatif singkat pada gastrointestinal bagian atas

sehingga dalam waktu kurang dari enam jam sediaan lepas terkendali telah meninggalkan

gastrointestinal bagian atas. Untuk mengatasi hal ini, maka dikembangkan suaatu sistem

penghantar obat tertahan di lambung (Gastroretentive Drug Delivery System). Sistem

penghantaran di lambung merupakan suatu sistem penghantar obat dengan menggunakan

polimer dimana setelah pemberiaan secara oral, obat akan tertahan lebih lama dalam

lambung dan melepaskan obat secara terkendali dan kontinyu.

Salah satu pendekatan sistem penghantaran obat tertehan di lambung adalah

sistem penghantaran obat mengapung (floating drug delivery system). Mekanisme

keterapungan terjadi karena densitas sediaan lebih rendah dibandingkan densitas cairan

lambung. Baik sediaan tunggal maupun multiunit, seperti granul dan pellet, telah

dikembangkan dengan sistem mengapung. Sediaan multiunit memiliki kelebihan daripada

sediaan tunggal, yaitu tidak berlaku sistem all or nothing pada saat terjadi pengosongan

lambung.

Pada sistem mengapung, obat akan diperpanjang waktu tinggalnya di lambung

melalui mekanisme keterapungan yang disebabkan oleh matriks. Matriks pada sistem

mengapung terdiri dari polimer yang dapat mengembang, seperti hidroksipropil

metilselulosa, dan kandungan zat effervescent, seperti natrium bikarbonat, asam tartrat

dan asam sitrat. Ketika kontak dengan asam lambung, karbondioksida akan dilepaskan

dan terperangkap di polimer hidrokoloid yang mengembang, sehingga menyebabkan

sediaan mengapung.

1

Page 2: biofar

Keuntungan dari bentuk floating system adalah dapat mengontrol frekuensi

pemberian obat karena obat memiliki kemampuan mengambang kemudian mengapung di

dalam lambung untuk beberapa waktu. Sedangkan kerugian dari bentuk floating system

adalah tidak bisa untuk obat-obat yang absorbsinya jelek di lambung.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu :

1. Mengetahui pengertian gastroretentive drug delivery system

2. Lebih memahami tentang floating system dalam sediaan farmasi

3. Lebih mengetahui fungsi sediaan dalam kehidupan sehari-hari

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini, yaitu :

1. Bagaimana Anatomi lambung ?

2. Bagaimana karakteristik, keuntungan dan kekurangan sediaan lepas lambat?

3. Bagaimana sistem tertahan dilambung (gastroretentive) ?

4. Bagaimana sediaan Floating System ?

2

Page 3: biofar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Lambung

Lambung merupakan organ muskular yang berbentuk menyerupai huruf J yang

berfungsi menerima dan mencampur makanan dari esofagus dengan cairan lambung dan

mendorong makanan ke usus kecil. Makanan memasuki lambung dari esofagus dengan melewati otot

berbentuk cincin yang disebut sfingter yang dapat membuka dan menutup sehingga berfungsi

mencegah makanan kembali keesofagus (Lestari, 2008).

Lambung memiliki panjang sekitar 25 cm dan 10 cm pada saat kosong, volume 1-1,5

liter pada dewasa normal. Terletak persis di bawah diafragma, terdiri dari kardia, fundus,

korpus, antrum dan pylorus (Aiache,et al, 1993).

Sel-sel yang melapisi lambung mensekresikan tiga komponen penting,yaitu mukus, HCl,

dan prekursor pepsin. Mukus yang dihasilkan oleh sel mucus menyelaputi sel-sel yang melapisi

lambung sebagai perlindungan terhadapkerusakan oleh enzim dan asam.

3

Page 4: biofar

Histologi Lambung

Lambung adalah reservoar untuk menampung makanan dan pengolahannya oleh

kelenjar-kelenjar dalam mukosa. Pada keadaan kosongvolume lumennya hanya 50-75 mL,

namun pada saat makan kapasitasnya dapatmencapai lebih dari 1,2 liter. Volume sekret yang

dihasilkan seharinya berkisar antara 500 sampai 1000 mL, paling banyak saat mencerna

makanan. Getah lambung yang bening tanpa warna mengandung mukus, air, HCl, dan

enzim pepsin. Sekresi asam mempertahankan lingkungan intern yang optimal

untuk  proteolisis oleh pepsin yang paling aktif pada pH 2 (Fawcett, 2002). Lambung secara

histologis terdiri atas empat lapisan yang tersusun daridalam ke luar yakni lapisan mukosa,

lapisan submukosa, lapisan muskularis, dan lapisan serosa (Price dan Wilson, 2006)

Gambar 2. Gambaran histologis lambung normal

(Sumber: Junqueira and Carneiro, Basic Histology, a text and atlas)

2.2 Sediaan lepas lambat

Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan

obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahanatau bertahap supaya pelepasannya lebih lama

dan memperpanjang aksi obat (Lordi, 1994; Ansel, dkk, 2005).

Keuntungan bentuk sediaan lepas lambat dibandingkan bentuk sediaan konvensional

adalah sebagai berikut (Ansel et al, 1999):

Mengurangi fluktuasi kadar obat dalam darah

Mengurangi frekuensi pemberian

4

Page 5: biofar

Meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien

Mengurangi efek samping yang merugikan

Mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan.

Sedangkan kekurangan sediaan lepas lambat diantaranya adalah (Ballard, 1978):

Biaya produksi lebih mahal dibanding sediaan konvensional

Adanya dose dumping yaitu sejumlah besar obat dari sediaan obat dapat lepas

secara cepat

Sering mempunyai korelasi in vitro – in vivo yang jelek

Mengurangi fleksibilitas pemberian dosis

Efektifitas pelepasan obat dipengaruhi dan dibatasi oleh lama tinggal di saluran

cerna

Jika penderita mendapat reaksi samping obat atau secra tiba-tiba mengalami

keracunan, maka untuk menghentikan obat dari sistem tubuh akan lebih sulit

dibanding sediaan konvensional

Tidak dapat digunakan untuk obat yang memiliki dosis besar (500 mg)

Karakteristik obat yang dapat diproduksi sebagai sediaan lepas terkendali, yaitu :

1. Memiliki absorpsi danekskresi yang sangat lambatatau sangat cepat, dan tidak

memiliki waktu paruh terlalu cepat (kurang dari dua jam).

2. Dapat diabsorbsi dengan baik pada jalur gastrointestinal, memiliki kelarutan yang

baik, tidak boleh terlalu larut atau terlalu tidak larut.

3. Memiliki dosis terapi yang relatif kecil atau haus lebih kecil dari 0,5 gram.

4. Memiliki indeks terapeutik yang lebar antara dosis efektif dan dosis toksik,

sehingga obat dapat dikatagorikan aman dan tidak menimbulkan dose dumping,

yaitu lepasnya sejumlah besar obat dalam sediaan secara secara serentak.

5. Digunakan lebih baik untuk pengobatan penyakit kronik daripada penyakit akut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan sediaan

a. Dosis

Produk oral yang mempunyai dosis lebih besar dari 0,6 gram sangat sulit untuk

sediaan lepas lambat karena dengan dosis yang besar akan dihasilan volume

sediaan yang besar dan tidak dapat diterima sebagai produk oral.

b. Kelarutan

5

Page 6: biofar

Obat dengan kelarutan dalam air yang rendah atau tinggi, tidak cocok untuk

sediaan lepas lambat. Batas terendah untuk kelarutan pada sediaan lepas lambat

adalah 0,1 mg/ml. Obat yang kelarutannya tergantung pH, fisiologis akan

menimbulkan masalah yang lain karena variasi pH pada saluran cerna (GIT) yang

dapat mempengaruhi kecepatan disolusi.

c. Koefisien partisi

Obat yang mudah larut dalam air kemungkinan tidak mampu menembus membran

biologis sehingga obat tidak sampai ke tahap aksi. Sebaliknyauntuk obat tidak

mencapai sel target. Kedua kasus di atas tidak diinginkan untuk sediaan lepas

lambat.

d. Stabilitas obat

Bahan aktif yang tidak stabil terhadap lingkungan yang bervariasi di sepanjang

saluran cerna (enzim, variasi pH, flora usus) tidak dapat diformulasikan menjadi

sediaan lepas lambat.

e. Ukuran molekul

Molekul obat yang besar menunjukkan koefisien difusi yang kecil dan

kemungkinan sulit dibuat sediaan lepas lambat. Beberapa sifat biologis yang perlu

diperhatikan dalam pembuatan sediaan lepas lambat (Lee dan Robinson, 1978)

f. Absorpsi

Obat yang lambat diabsorpsi atau memiliki kecepatan absorpsi yang bervariasi

sulit untuk dibuat sediaan lepas lambat.

g. Volume distribusi

Obat dengan volume distribusi yang tinggi dapat mempengaruhi kecepatan

eliminasinya sehingga obat tersebut tidak cocok untuk sediaan lepas lambat.

h. Durasi

Obet dengan waktu paro pendek dan dosis besar tidak cocok untuk sediaan lepas

lambat. Obat dengan waktu paro yang panjang dengan sendirinya akan dapat

mempertahankan kadar obat pada indeks terapeutiknya sehingga tidak perlu

dibuat sediaan lepas lambat.

i. Indeks terapeutik

Obat dengan indeks terapeutik yang sempit memerlukan konterol yang teliti

terhadap kadar obat yang dilepaskan dalam darah. Sediaan lepas lambat berperan

dalam mengontrol pelepasan obat agar tetap dalam indeks terapeutiknya.

j. Metabolisme

6

Page 7: biofar

Sediaan lepas lambat dapat digunakan pada obat yang metabolisme secara luas

asalkan kecepatan metabolismenya tidak terlalu tinggi.

2.3 Sistem Tertahan Di Lambung (GASTRORETENTIVE)

Salah satu bentuk sediaan lepas terkendali oral yang memungkinkan obat untuk

tinggal lebih lama di saluran gastrointestinal bagiaan atas adalah sediaan dengan sistem

penghantaran obat tertahan di lambung (Gastroretentive). Pada sistem penghantaran lepas

terkendali tertahan di lambung, zat aktif yang cocok digunakan adalah obat yang memiliki

lokasi absorpsi utama di lambung atau usus bagiaan atas, tidak stabil pada lingkungan usus

halus atau kolon dan memiliki kelarutan yang rendah pada pH yang tinggi. Bentuk sediaan

tertahan di lambung dapat mengatur pelepasan obat yang memiliki indeks terapeutik yang

sempit dan absorpsi yang baik di lambung.

Secara umum, sistem penghantaran obat tertahan di lambung terdiri dari sistem

mengembang (swelling system), sistem bioadhesif (bioadhesive system) dan sistem

mengapung (floating system).

1. Sistem mengembang (swelling system)

Pada sistem mengembang obat dipertahankan berada di lambung dengan cara

meningkatkan ukuran sediaan lebih besar dari pilorus, sehingga obat dapat bertahan

lebih lama di lambung. Pada sistem mengembang sediaan akan mengambang setelah

berada dalam lambung dalam waktu cepat dan sediaan tidak terbawa bersama gerakan

lambung melewati pylorus. Sediaan ini membutuhkan polimer yang akan

mengembang dalam waktu tertentu ketika kontak dengan cairan lambung, kemudiaan

selanjutnya akan tererosi menjadi ukuran yang lebih kecil. Contoh polimer yang dapat

digunakan adalah senyawa selulosa, poliakrilat, poliamida, poliuretan.

2. Sistem bioadhesif (bioadhesive system)

Pada sistem bioadhesif sediaan akan teradhesi pada segmen tertentu pada

saluran cerna. Sediaan akan tinggal dalam waktu yang lebih lama sampai proses

adhesi berakhir selama beberapa jam (lebih dari 7-8 jam) berada pada segmen saluran

cerna. Sistem bio/mukoadhesif merupakan suatu sistem yang menyebabkan sediaan

dapat terikat pada permukaan sel epitel lambung atau mucin. Daya lekat epitel dari

musin diperoleh dengan menggunakan polimer bio/mukoadhesif. Perlekatan sistem

penghantaran pada dinding lambung akan meningkatkan waktu tinggal di tempat aksi.

7

Page 8: biofar

2.4 Floating System (Gastric Floating Drug Delivery Systems)

Floating sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1968,

merupakan suatu sistem dengan densitas yang kecil, memiliki kemampuan mengambang

kemudian mengapung dan tinggal di dalam lambung, obat dilepaskan perlahan pada

kecepatan yang dapat ditentukan. Hasil yang diperoleh adalah peningkatan GRT dan

pengurangan fluktuasi konsentrasi obat di dalam plasma (Chawla, et.al). Sistem mengapung

pada lambung berisi obat yang pelepasannya perlahan-lahan dari sediaan yang memiliki

densitas yang rendah/Floating Drug Delivery System (FDDS) juga biasa disebut

Hydrodynamically Balanced System (HBS). FDDS/ HBS memiliki densitas bulk yang lebih

rendah daripada cairan lambung. FDDS tetap mengapung di dalam lambung tanpa

mempengaruhi motilitas dan keadaan dari lambung. Sehingga obat dapat dilepaskan pada

kecepatan yang diinginkan dari suatu sistem.

Bentuk floating system banyak diformulasi dengan menggunakan matriks-matriks

hidrofilik dan dikenal dengan sebutan hydrodynamically balanced system (HBS), karena saat

polimer berhidrasi intensitasnya menurun akibat matriknya mengembang, dan dapat menjadi

gel penghalang dipermukaan bagian luar. Bentuk ini diharapkan tetap dalam keadaan

mengapung selama tiga atau empat jam dalam lambung tanpa dipengaruhi oleh laju

pengosongan lambung karena densitasnya lebih rendah dari kandungan gastrik. Hidrokoloid

yang direkomendasikan untuk formulasi bentuk floating adalah cellulose ether polymer,

khususnya hydroxypropyl methylcellulose (Moes, 2003).

8

Page 9: biofar

Gambar 3. Mekanisme floating system (Garg and Sharma, 2003).

2.4.1 Klasifikasi Sistem Mengapung

Penghantaran obat dengan sistem mengapung diklasifikasikan berdasarkan

jenis formulasinya,yaitu :

1. Sistem effervescent

Pada sistem effervescent digunakan dua jenis pembawa, yaitu bahan

pembentuk gel, yaitu polimer yang dapat mengembang atau golongan

polisakarida; dan bahan pembentuk gas, yaitu sodium bikarbonat, asam tartrat,

dan asam sitrat.ketika obat kontak dengan asam lambung, asam lambung akan

menembus polimer dan masuk kedalam obat dan terjadi reaksi yang menghasilkan

gas CO2. Gas CO2 ini tidak dapat keluar karena tertahan oleh lapisan gel polimer

hidrokoloid, sehingga menyebabkan sediaan dapat langsung mengapung dan

tertahan di lambung. Lapisan gel polimer memegang peranan penting dalam

mempertahankan keterapungan untuk melepaskan obat secara terkendali. Jumlah

dan jenis bahan pembentuk gas memiliki efek yang besar terhadap ukuran

partikel, kemampuan mengapung, struktur pori, morfologi, kecepatan pelepasan,

dan kekuatan sediaan tersebut.

2. Sistem noneffervescent

Pada sistem noneffervescent hanya digunakan bahan pembentuk gel yang

memiliki daya pengembangan tinggi, seperti polimer pembentuk matriks

(polikarbonat, poliakrilat, polimetakrilat, dan polistiren). Formulanya merupakan

campuran antara obat dengan bahan pembentuk gel hidrokoloid. Ketika kontak

9

Page 10: biofar

dengan cairan lambung, sediaan akan mengembang dan memiliki bulk density

kurang dari satu. Udara akan terperangkap didalam matriks sehingga sediaan

dapat mengapung. Bahan pembentuk gel memiliki struktur yang bertindak sebagai

reservoir dan membuat pelepasan obat menjadi terkendali.

2.4.2 Pengaruh Beragam Formulasi Pada Sifat Floating

Banyak hal yang mempengaruhi sifat mengapungnya sediaan FDDS ( Sistem

mengapung pada lambung berisi obat yang pelepasannya perlahan-lahan dari sediaan

yang memiliki densitas yang rendah/Floating Drug Delivery System) karena adanya

variasi bahan tambahan yang digunakan. Variasi rasio HPMC / carbopol dan

penambahan Mg Stearat menentukan sifat floating. Penambahan Mg Stearat dapat

meningkatkan sifat floating secara signfikan. Namun jumlah hidroksi propil

metilselulosa yang tinggi tidak mempengaruhi kemampuan mengapung secara

signifikan. Rasio HPMC : Carbopol lebih tinggi menunjukkan sifat floating lebih

baik. Formulasi floating menggunakan polimer yang mengembang seperti HPMC dan

HPC tidak menunjukkan reprodusibiltas pada pelepasan dan waktu tinggal karena

pembengkakan sangat bergantung pada isi lambung dan osmolaritas medium dan

formulasi tertentu diamati akan tenggelam pada medium disolusi setelah waktu

tertentu. Lag time floating pada formulasi tersebut = 9 – 30 menit. Kemampuan

pembentukan gel dan kekuatan gel polisakarida bervariasi dari batch ke batch karena

variasi pada panjang rantai dan tingkat substitusi dan situasi ini diperburuk pada

formulasi effervescent dengan gangguan dari struktur gel melalui evolusi CO2.

Pembentuk gel bereaksi sangat sensitif terhadap perbedaan osmolaritas media

pelepasan, dengan peningkatan pelepasan.

2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Floating Drug Delivery System

Aspek Mekanis dari GRDFs

Berbagai percobaan telah dilakukan untuk mempertahankan bentuk dosis pada

lambung agar meningkatkan waktu tinggal. Percobaan tersebut termasuk

memperkenalkan bentuk Floating system ( sistem effervesent-noneffervesent dan

swelling atau sistem mengembang), sistem mucoadhesive, sistem berat jenis tinggi ,

sistem modifikasi bentuk, gastric-emptying delaying devices and co-administration of

gastric-emptying delaying drugs. Dari beberapa jenis diatas, sistem Floating

10

Page 11: biofar

(mengapung) merupakan bentuk yang sering digunakan. Namun, kebanyakan dari

pendekatan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang mempengaruhi keberhasilannya

sebagai sistem gastroretentive Floating system:

a) Berat jenis

GRT merupakan fungsi dari bentuk sediaan apung yang tergantung pada berat

jenis.

b) Ukuran

Unit bentuk sediaan dengan diameter lebih dari 7,5 mm dilaporkan mengalami

peningkatan GRT dibandingkan dengan mereka dengan diameter 9,9 mm.

c) Bentuk Bentuk Sediaan

Tetrahedron dan bentuk cincin dengan modulus lentur dari 48 dan 22,5 kilopounds

per inci persegi (KSI) dilaporkan memiliki hasil GRT lebih baik ≈ 90% sampai

100% yang mampu brtahan pada 24 jam dibandingkan dengan bentuk yang lain.

d) Satu atau Beberapa Satuan Formulasi

Formulasi unit ganda menunjukkan profil rilis yang lebih dapat diprediksi dan

merusak kinerja yang tidak signifikan karena kegagalan unit, memungkinkan unit

pembantu administrasi dengan profil rilis yang berbeda atau yang mengandung zat

kompatibel dan diizinkan margin keamanan yang lebih besar terhadap kegagalan

sediaan dibandingkan dengan bentuk-bentuk satuan dosis tunggal.

e) Tempat Terisi atau Tidak Terisi

Dalam kondisi berpuasa, motilitas GI ditandai dengan periode aktivitas motorik

yang kuat atau peprpindahan myoelectric kompleks (MMC) yang terjadi setiap 1,5

sampai 2 jam. MMC menyapu materi tercerna dari lambung dan, jika waktu

administrasi formulasi bertepatan dengan MMC tersebut, unit GRT dapat

diharapkan menjadi sangat pendek. Namun, dalam keadaan makan, MMC

tertunda dan GRT jauh lebih lama lagi.

f) Makanan Alami

Makanan sulit dicerna atau garam asam lemak dapat mengubah pola motilitas dari

lambung ke tempat pencernaan, sehingga mengurangi nilai waktu pengosongan

lambung dan memperpanjang pelepasan obat

g) Konten Kalori

GRT bisa meningkat empat sampai 10 jam dengan makanan yang tinggi protein

dan lemak.

h) Frekuensi Makan

11

Page 12: biofar

GRT dapat meningkat lebih dari 400 menit ketika makanan berturut-turut

diberikan dibandingkan dengan makanan tunggal karena rendah frekuensi MMC.

i) Jenis kelamin

GRT pada laki-laki yang sedang rawat jalan (3,4 ± 0,6 jam) kurang dengan usia

mereka dan dibandingkan pada perempuan (4,6 ± 1,2 jam), terlepas dari berat

badan, tinggi dan permukaan tubuh).

j) Usia

Orang tua, terutama yang lebih dari 70 tahun,memiliki GRT signifikan lebih

panjang.

k) Postur Tubuh

GRT dapat bervariasi pada pasien rawat inap yang terlentang atau jalan tegak;

l) Pemberian Obat Bersamaan

Antikolinergik seperti atropin dan propantheline, opiat seperti kodein dan agen

prokinetic seperti metoclopramide dan cisapride;

m) Faktor Biologis

Penyakit diabetes.

12

Page 13: biofar

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gastroretentive Folating System

GRDFs menyajikan secara signifikan perode waktu obat rilis yang lebih lama.

Dengan demikian bentuk ini tidak hanya menyajikan interval dosis yang lebih lama

tetapi juga meningkatkan kenyamanan pasien melebihi level bentuk lepas terkontrol.

Aplikasi ini efektif pada panghantaran obat yang terlarut maupun tidak terlarut.

Seperti diketahui, apabila kelarutan obat menurun, maka ketersediaan obat untuk

berdisolusi juga akan menurun, sehingga waktu transit menjadi faktor signifikan yang

mempengaruhi absorpsi obat. Untuk hal ini, administrasi obat oral yang mudah larut

menjadi sering atau bahkan sangat sering per hari.

Gastroretentive yaitu sediaan dengan sistem penghantaran obat tertahan di

lambung dengan bentuk sediaan lepas terkendali oral yang memungkinkan obat untuk

tinggal lebih lama di saluran gastrointestinal bagian atas. Zat aktif yang cocok

digunakan adalah obat yang memiliki lokasi absorpsi utama di lambung atau usus

bagian atas, tidak stabil pada lingkungan usus halus atau kolon dan memiliki

kelarutan yang rendah pada pH yang tinggi. Bentuk sediaan tertahan di lambung dapat

mengatur pelepasan obat yang memiliki indeks terapeutik yang sempit dan absorpsi

yang baik di lambung.

Floating system merupakan sistem dengan densitas yang kecil, yang memiliki

kemampuan mengambang kemudian mengapung dan tinggal dilambung untuk

beberapa waktu lalu obat dilepaskan perlahan pada kecepatan yang dapat ditentukan,

hasil yang diperoleh adalah peningkatan gastric residence time (GRT) dan

pengurangan fluktuasi konsentrasi obat dalam plasma.

Sediaan dengan sistem hidrodinamis yang seimbang (Hydrodynamically

Balance System = HBS) berupa sediaan yang dirancang untuk memperpanjang waktu

tinggal di dalam lambung serta meningkatkan absorpsi maka pada formula sediaan

tersebut perlu ditambahkan 20 – 75% b/b hidrokoloid tunggal atau campuran.

13

Page 14: biofar

Setelah dikonsumsi maka di dalam lambung, hidrokoloid dalam sediaan

kontak dengan cairan lambung kemudian mengembang. Karena jumlah hidrokoloid

yang banyak ( hingga 75%) dan mengembang maka berat jenisnya akan lebih kecil

dari berat jenis cairan lambung. Akibatnya sistem menjadi mengapung di dalam

lambung. Karena mengapung, sistem tersebut akan bertahan di dalam lambung dan

tidak mudah masuk ke dalam pylorus serta tidak diteruskan ke usus. Hidrokoloid yang

mengembang akan menjadi gel penghalang sehingga membatasi masuknya cairan

lambung ke dalam sistem dan kontak dengan bahan aktif obat, sekaligus akan

mengatur pelepasan bahan aktif obat dari sistem terapung itu ke dalam cairan

lambung. Untuk dapat bertahan dalam lambung untuk waktu yang lebih lama maka

bentuk sediaan harus memiliki bobot jenis kurang dari satu.

Pada HBS dapat ditambahkan komponen pembentuk gas, seperti golongan

garam karbonat. Garam karbonat bila kontak dengan cairan lambung yang asam akan

melepaskan gas karbondioksida yang akan terperangkap dalam hidrokoloid yang

mengembang sehingga mempercepat waktu mulai mengapung. Maka komposisi

hidrokoloid dapat dikurangi hingga tinggal 10 – 20%.

14

Page 15: biofar

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Salah satu bentuk sediaan lepas terkendali oral yang memungkinkan obat untuk

tinggal lebih lama di saluran gastrointestinal bagiaan atas adalah sediaan dengan sistem

penghantaran obat tertahan di lambung (Gastroretentive). Bentuk sediaan tertahan di

lambung dapat mengatur pelepasan obat yang memiliki indeks terapeutik yang sempit dan

absorpsi yang baik di lambung. Secara umum, sistem penghantaran obat tertahan di

lambung terdiri dari

a. sistem mengembang (swelling system),

b. sistem bioadhesif (bioadhesive system) dan

c. sistem mengapung (floating system).

Floating sistem merupakan suatu sistem dengan densitas yang kecil, memiliki

kemampuan mengambang kemudian mengapung dan tinggal di dalam lambung, obat

dilepaskan perlahan pada kecepatan yang dapat ditentukan. Hasil yang diperoleh adalah

peningkatan GRT dan pengurangan fluktuasi konsentrasi obat di dalam plasma. Sistem

mengapung pada lambung berisi obat yang pelepasannya perlahan-lahan dari sediaan yang

memiliki densitas yang rendah/Floating Drug Delivery System (FDDS) juga biasa disebut

Hydrodynamically Balanced System (HBS). Penghantaran obat dengan sistem mengapung

diklasifikasikan berdasarkan jenis formulasinya,yaitu :

1. Sistem effervescent

2. Sistem noneffervescent

Faktor-faktor yang mempengaruhi Floating Drug Delivery System (Aspek Mekanis

dari GRDFs ).

a) Berat jenis

b) Ukuran

c) Bentuk bentuk sediaan

d) Satu atau beberapa satuan

formulasi

e) Tempat terisi atau tidak terisi

f) Makanan alami

g) Konten kalori

h) Frekuensi makan

i) Jenis kelamin

15

Page 16: biofar

j) Usia

k) Postur tubuh

l) Pemberian obat bersamaan

m) Faktor biologis

Sediaan dengan sistem hidrodinamis yang seimbang (Hydrodynamically Balance

System = HBS) berupa sediaan yang dirancang untuk memperpanjang waktu tinggal di dalam

lambung serta meningkatkan absorpsi maka pada formula sediaan tersebut perlu ditambahkan

20 – 75% b/b hidrokoloid tunggal atau campuran. Namun apabila ditambahkan komponen

pembentuk gas seperti golongan garam karbonat maka komposisi hidrokoloid dapat dikurangi

hingga tinggal 10 – 20%.

16