lap. resmi biofar p1 (1) sama

31
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA Percobaan I OPTIMASI METODE ANALISA OBAT Disusun oleh: 1. Rachmatika Retno Saecaria (1041111122) 2. Sasriya Puspaningrum (1041111141) 3. Sinta Fitriyani (1041111146) 4. Sopian Dzulhijjah (1041111151) PROGRAM S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI YAYASAN PHARMASI SEMARANG

Upload: diana-sandra-d

Post on 05-Feb-2016

463 views

Category:

Documents


50 download

DESCRIPTION

biofarmasi

TRANSCRIPT

Page 1: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

BIOFARMASETIKA

Percobaan I

OPTIMASI METODE ANALISA OBAT

Disusun oleh:

1. Rachmatika Retno Saecaria (1041111122)

2. Sasriya Puspaningrum (1041111141)

3. Sinta Fitriyani (1041111146)

4. Sopian Dzulhijjah (1041111151)

PROGRAM S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI YAYASAN PHARMASI

SEMARANG

2013

Page 2: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

PERCOBAAN I

OPTIMASI METODE ANALISA OBAT

I. TUJUAN

Memahami langkah-langkah analisa obat di dalam darah

Mampu melakukan validasi metode analisis obat di dalam darah

II. DASAR TEORI

Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap

parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya.

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi

metode analisis diuraikan dan didefinisikan sebagaimana cara penentuannya.

1. Kecermatan (accuracy)

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil

analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai

persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil

analis sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam keseluruhan

tahapan analisis. Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya

dapat dilakukan dengan cara mengurangi galat sistematik tersebut seperti

menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut

yang baik, pengontrolan suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai

prosedur.

Cara penentuan: Kecermatan ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi

(spiked-placebo recovery) atau metode penambahan baku (standard addition

method).

2. Keseksamaan (precision)

Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara

hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika

prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari

campuran yang homogen.

Cara penentuan: Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan

Page 3: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

baku relatif (koefisien variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai,

Keterulangan (repeatability): keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek.

Ketertiruan (reproducibility): keseksamaan metode jika dikerjakan pada kondisi yang berbeda.3. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang

hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya

komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali

dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang

dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa

cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan

terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang

ditambahkan.

Cara penentuan: Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan hasil

analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa

asing lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa

penambahan bahan-bahan tadi.

4. Linearitas dan Rentang

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang

secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,

proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah

pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat

ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima.

Cara penentuan: Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar

arah garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang

diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit.

Sebagai parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada

analisis regresi linier Y = a + bX. (Harmita, 2004 ; 128)

Page 4: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

Sulfamethoxazolum ( BM = 253,28 )

NH2 SO2NH

NO CH3

Sulfamethoxazol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih

dari 101,0% C10H11N2O3S dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian : serbuk hablur, putih sampai hampir putih, praktis tidak berbau.

Kelarutan : tidak larut dalam air, dalam eter dan dalam aseton dan dalam larutan

NaOH, agak sukar larut dalam etanol. (DepKes RI. 1995. hal:769)

Plasma t1/2 nya 10 jam dan ekskresinya via kemih, 25% dalam keadaan

utuh dan 60% sebagai metabolit asetilnya.

(TjayTanHoan.2007.hal: 143)

Acetaminophen (BM:151,16)

O

NH

OH

acetaminophen

Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari

101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat.

Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.

Kelarutan : larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N; mudah larut

dalam etanol.(FI ed IV, 1995)

Resorpsinya, dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rectal lebih lambat.

PP-nya 25%, plasma t 1/2 nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada

hubungan. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metaboli-metabolit toksis yang

diekskresi dengan kemih sebagai konjugat glukuronida dan sulfat.

Page 5: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

Efek samping tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan

kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan

hati dan pada dosis di atas 6 g mengakibatkan necrosis hati yang tidak reversible.

(TjayTanHoan.2007.hal:318)

III. ALAT DAN BAHAN

Alat :

Labu takar

Mikropipet

Tabung reaksi

Tabung penampang darah

Vortex-mixer

Sentrifuge

Spektrofotometer

Bahan :

Sulfametoxazol

Paracetamol

Asam trikloroasetat (TCA) 5%

Asam trikloroasetat (TCA) 20%

Natrium nitrit 0,1%

Natrium nitrit 10%

Asam sulfamat 0,5%

Asam sulfamat 15%

N(1-naftil)etilendiamin 0,1%

HCl 6N

Heparin

NaOH 0,1%

NaOH 10%

IV. SKEMA KERJA

Page 6: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

Ditimbang 50,0 mg Sulfametoxazol, dimasukkan labutakar 50 ml

Dilarutkan dalam NaOH 0,1 N

Kadar yang diperoleh 1 mg/ml

Diencerkan dengan aq.dest ad 50 ml

250 µL darah yang mengandung heparin

Diambil beningan 1,50 ml

Diukur absorbansinya

Ditambah 2,0 ml aq.destDitambah 0,2 ml NaNO2 0,1 %, didiamkan 3 menitDitambah 0,2 ml Asam sulfamat 0,5 %, didiamkan 2 menitDitambah 0,2 ml NED 0,1 %, didiamkan 5 menit ditempat gelapDitambah 4,0 ml aq.dest

Ditambah larutan stok Sulfametoksazol

Dicampur sampai homogen

Larutan baku dengan kadar 0, 10, 20, 40, 60, 80, 100, 120 µg/ml

Larutan disentrifuge 5-10 menit (2500 rpm)

Ditambah 2,0 ml TCA 5 %

Dibuat kurva hubungan antara absorbansi vs kadar

Diukur resapannya pada λ 540 nm

Dibuat kurva hubungan antara absorbansi vs waktu

Digunakan larutan Sulfametoksazol dengan kadar 40 dan 80 μg/ml

SULFAMETOXAZOL

1. Pembuatan larutan stock sulfametoxazol

2. Pembuatan kurva baku internal dan penetapan kadar sampel

3. Menentukan operating time

Page 7: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

Diulangi pengukuran menggunakan panjang gelombang 400-600 nm

Digunakan larutan Sulfametoksazol dengan kadar 40 dan 80 μg/ml

Disediakan larutan SMZ dalam darah 40,60, dan 100 µg/ml

Dihitung kadar rata-rata dan simpangan bakunya

Ditambah 0,2 ml TCA 5%, divortex

Ditetapkan kadar masing-masing

Dibuat replikasi 3 kali

4. Menetapkan panjang gelombang sulfametoxazol

5. Menentukan perolehan kembali, kesalahan acak, dan kesalahan sistemik

V. DATA PENGAMATAN

Sulfametoksazol Penimbangan Bahan

Berat kertas + zat = 0,5390 gram

Berat kertas + sisa = 0,4885 gram

Berat zat = 0,0505 gram

Kadar sebenarnya = 1010 µg/ml

Pembuatan kurva baku

NO. DERET BAKU KOREKSI KADAR1. 0µg/ml (blanko)

V1.C1 = V2.C2 V1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.0 µg/mlV1 = 0 µl

0 µl.1010 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 0 µg/ml

Page 8: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

250µl darah2. 10µg/ml

V1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.10 µg/mlV1 = 2,5µl 247,5µl darah + 2,5µl SMZ

V1.C1 = V2.C22,5 µl.1010 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 10,1µg/ml

3. 20µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.20 µg/mlV1 = 5µl 245 µl darah + 5µl SMZ

V1.C1 = V2.C25 µl.1010 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 20,2µg/ml

4. 40µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.40 µg/mlV1 = 10µl 240µl darah + 10µl SMZ

V1.C1 = V2.C210 µl.1010 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 40,4µg/ml

5. 60µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.60 µg/mlV1 = 15µl 235µl darah + 15µl SMZ

V1.C1 = V2.C215 µl.1010 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 60,6 µg/ml

6. 80µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.80 µg/mlV1 = 20µl 230µl darah + 20µl SMZ

V1.C1 = V2.C220 µl.1010 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 80,8µg/ml

7.2.

100µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.100 µg/mlV1 = 25µl 225µl darah + 25µl SMZ

V1.C1 = V2.C225 µl.1010 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 101µg/ml

8. 120µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.120 µg/mlV1 = 30µl 220µl darah + 30µl SMZ

V1.C1 = V2.C230 µl.1010 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 121.2µg/ml

Total darah yang diperlukan = 1892,5 µl

Pengukuran kurva baku Sulfametoksazol α max 543 nm OT = 3 menit

Konsentrasi Absorbansi10,1 0,00120,2 0,04440,4 0,064101 0,087121,2 0,125

Page 9: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

a = 0,0130

b = 8,7267 . 10-4

r = 0,9340

y = bx + a

y = 8,7267. 10-4 + 0,0130

Pembuatan Larutan Sulfametoksazol untuk Recovery ( Replikasi 2X )

1. 40µg/ml

Page 10: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

V1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.40 µg/mlV1 = 10µl 240µl darah + 10µl SMZ

V1.C1 = V2.C210 µl.1010 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 40,4µg/ml

2. 60µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.60 µg/mlV1 = 15µl 235µl darah + 15µl SMZ

V1.C1 = V2.C215 µl.1010 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 60,6 µg/ml

3.1.

100µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.100 µg/mlV1 = 25µl 225µl darah + 25µl SMZ

V1.C1 = V2.C225 µl.1010 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 101µg/ml

Konsentrasi Recovery 1 Recovery 240,4 0,056 x^ (43,4438) 0,036 x^ (41,2062)60,6 0,082 x^ (56,0342) 0,065 x^ (59,3907)101 0,178 x^ (102,5219) 0,132 x^ (101,4031)

PERHITUNGAN

Recovery 1

Perolehan Kembali =kadar terukur/kadar dik x 100%

a. Perolehan kembali =43,4438/40,4 x 100%=107,53%

b. Perolehan kembali =56,0342/60,6 x 100%=92,47%

c. Perolehan kembali =102,5219/101 x 100%=101,51%

Kesalahan Sistematis = 100 – P %

a. Kesalahan Sistematis = 100 – 107,53% = -7,53%

b. Kesalahan Sistematis = 100 – 92,47% = 7,53%

c. Kesalahan Sistematis = 100 – 101,51% = -1,51%

Recovery 2

Perolehan Kembali =kadar terukur/kadar dik x 100%

a. Perolehan kembali =41,2062/40,4 x 100%=102,00%

Page 11: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

b. Perolehan kembali =59,3907/60,6 x 100%=98,00%

c. Perolehan kembali =101,4031/101 x 100%=100,40%

Kesalahan Sistematis = 100 – P %

a. Kesalahan Sistematis = 100 – 102,00% = -2,00%

b. Kesalahan Sistematis = 100 – 98,00% = 2,00%

c. Kesalahan Sistematis = 100 – 100,40% = -0,40%

Kesalahan Acak Recovery I dan Recovery II

Parasetamol Penimbangan Bahan

Berat kertas + zat =

Berat kertas + sisa =

Berat zat = 0,1006 gram

Kadar sebenarnya = 1006 µg/ml

Pembuatan kurva baku

NO. DERET BAKU KOREKSI KADAR1. 0µg/ml (blanko)

V1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml = 250 µl.0 µg/mlV1 = 0 µl 250µl darah

V1.C1 = V2.C20 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 0 µg/ml

2. 100µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml = 250µl.100 µg/ml

V1.C1 = V2.C225 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2

Kesalahan Acak

No.Konsentrasi

(µg/ml)Perhitungan Hasil

1. 40,4 1,5822/42,325 x100% 3,74%

2. 60,6 2,373/57,71 x100% 4,11%

3. 101 0,7911/101,96 x100% 0,78%

2,88%

Page 12: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

V1 = 25µl 225µl darah + 25µl PCT

C2 = 100,6µg/ml

3. 200µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml = 250µl.200µg/mlV1 = 50µl 200 µl darah + 50µl PCT

V1.C1 = V2.C250 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 201,2µg/ml

4. 300µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250µl.300 µg/mlV1 = 75µl 175µl darah + 75µl PCT

V1.C1 = V2.C275 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 301,8µg/ml

5. 400µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250µl.400 µg/mlV1 = 100µl 150µl darah + 100µl PCT

V1.C1 = V2.C2100 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 402,4 µg/ml

6. 500µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250µl.500 µg/mlV1 = 125µl 125µl darah + 125µl PCT

V1.C1 = V2.C2125 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 503µg/ml

7.2.

600µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250µl.600 µg/mlV1 = 150µl

V1.C1 = V2.C2150 µl.1006 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 603,6µg/ml

100µl darah + 150µl PCT8. 700µg/ml

V1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250µl.700 µg/mlV1 = 175µl 75µl darah + 175µl SMZ

V1.C1 = V2.C2175 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 704,2µg/ml

Total darah yang diperlukan = 2600 µl

Pengukuran Kurva baku Paracetamol α max 440,5 nm OT = 11 menit

Konsentrasi absorbansi100 0,070200 0,072300 0,087400 0,103500 0,117600 0,138700 0,224

Page 13: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

a = 0,0267

b = 2,2285.10-4

r = 0,8988

y =2,2285. 10 -4x +0,0267

Pembuatan Larutan Paracetamol untuk Recovery ( Replikasi 2X )1. 100µg/ml

V1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml = 250µl.100 µg/mlV1 = 25µl 225µl darah + 25µl PCT

V1.C1 = V2.C225 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 100,6µg/ml

2. 300µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250µl.300 µg/mlV1 = 75µl 175µl darah + 75µl PCT

V1.C1 = V2.C275 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 301,8µg/ml

3. 500µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250µl.500 µg/mlV1 = 125µl 125µl darah + 125µl PCT

V1.C1 = V2.C2125 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 503µg/ml

Total darah yang diperlukan = 1050 µl

Konsentrasi Recovery 1 Recovery 2

Page 14: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

100,6 0,027 x^ (1,3543) 0,038 x^ (51,0112)301,8 0,028 x^ (5,8685) 0,050x^ (105,1823)503 0,221 x^ (877,1217) 0,382 x^ (1603,9183)

PERHITUNGAN

Recovery 1

Perolehan Kembali = kadar terukur/kadar dik x 100%a. Perolehan kembali =1,3543/100,6 x 100% =1,35%

b. Perolehan kembali =5,8685/301,8 x 100%=1,94%

c. Perolehan kembali =877,1217/503 x 100%=174,39%

Kesalahan Sistematis = 100 – P %

a. Kesalahan Sistematis = 100 – 1,35% = 98,66%

b. Kesalahan Sistematis = 100 – 1,94% = 98,06%

c. Kesalahan Sistematis = 100 – 174,39% = -73,37%

Recovery 2

Perolehan Kembali = kadar terukur/kadar dik x 100%

a. Perolehan kembali =51,0112/100,6 x 100%=50,70%

b. Perolehan kembali =105,1823/301,8 x 100%=34,85%

c. Perolehan kembali =1603,9183/503 x 100%=318,87%

Kesalahan Sistematis = 100 – P %

a. Kesalahan Sistematis = 100 – 50,70%= 49,30%

b. Kesalahan Sistematis = 100 – 34,85%= 65,15%

c. Kesalahan Sistematis = 100 –318,87 %= -218,87%

Kesalahan Acak Recovery I dan Recovery II

Kesalahan Acak

Page 15: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

VI. PEMBAHASAN

Pada percobaan 1 ( Optimasi Metode Analisa Obat ) tujuan akhir dari

validasi metode yang dilakukan adalah untuk menjamin bahwa tiap pengukuran di

masa yang akan datang dalam suatu analisis rutin harus cukup dekat dengan nilai

kandungan analit sebenarnya, dalam suatu sampel. Dengan demikian, tujuan suatu

metde analisis adalah tidak hanya disederhanakan dengan menentukan estimasi

kebenaran (nilai sebenarnya) atau bias dan presisi, akan tetapi juga mengevaluasi

resiko-resiko yang dapat diekspresikan dengan ketidakpastian pengukuran yang

terkait dengan hal analisis. Ketergunaan suatu metode harus konsisten dengan

“aturan emas” untuk metode analisis yang diusulkan yaitu prosedur harus

divalidasi secara keseluruhan, langkah yang penting dalam percobaan ini yaitu

perlakuan sampel sebelum analisis.

Preparasi sampel yang dilakukan mulai dari penggunaan alat dan bahan,

No. Konsentrasi (µg/ml) Perhitungan Hasil

1. 100,6 35,1127/26,1827 x100% 134,11%

2. 301,8 70,2254/55,5254 x100% 126,47%

3. 503 513,9228/1240,52 x100% 41,43%

100,67%

Page 16: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

seperti pengkalibrasian dan pembuatan reagen berpengaruh juga terhadap validasi

metode analisis ini. Preparasi sampel yang dilakukan adalah:

Sulfamethoxazole

1. Pembuatan larutan stokes sulfametoxazolum

Sulfametoxazolum dilarutkan menggunakan NaOH 0,1N,

pemilihan penggunaan pelarut NaOH 0,1N ini karena NaOH

memiliki daya melarutkan SMZ paling tinggi dibandingkan

senyawa lain.

Kelarutan NaOH : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 50

bagian etanol (95%) P; dalam 3 bagian aseton P; mudah larut

dalam larutan natrium hidroksida ( FI.ed III:586 )

Setelah SMZ larut, dibuat larutan sebanyak 50,0 ml dan diperoleh

konsentrasi larutan 1 mg/ml.

2. Pembuatan kurva baku internal

Proses pengambilan darah pada tetesan darah pertama dibuang atau

tidak digunakan, karena menghindari adanya darah yang

menggumpal yang dapat mengganggu sistem analisis.

Penambahan heparin pada sampel darah yaitu agar darah tidak

menggumpal dan tidak mengganggu pembacaan alat

spektrofotometri, sehingga data yang dihasilkan akan mendekati

akurat.

Lalu dibuat pengenceran sesuai dengan konsentrasi yang

ditentukan 0, 10, 20, 40, 60, 80, 100 µg/ml.

Ditambahkan 2,0 ml TCA 5% sesuai dengan metode jaffe reaction

yang berfungsi sebagai pengendap protein dalam sampel darah

(precipitating agent ). (Human Diagnostik.Creatinin;

ST.Reagensia. Creatinin).

Fungsi pem-vortexan yaitu menghomogenkan reagen antara sampel

darah dengan TCA 5%.

3. Pemrosesan sampel darah in vivo (sebagai blanko)

Page 17: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

Sampel darah + TCA 5% di vortex. Lalu disentrifuge 5-10’ 2500

Rpm, berfungsi untuk memisahkan serum dengan protein yang

diendapkan. Pengendapan protein ini berdasarkan sifatnya yang

amfoter dan memiliki 2 muatan yang berlainan atau biasa disebut

zwitter ion.

Penambahan NaNO2 0,1% fungsinya untuk membentuk reaksi

diazotasi.

Penambahan asam sulfamat berfungsi untuk mencegah Nitrogen

dan Hidrogen tidak menguap.

Fungsi penambahan N(1-naftil)etilendiamin yaitu pembentukan

reaksi pengkopling sehingga menghasilkan derivat garam

diazonium yang berwarna(reaksi diazotasi).

Paracetamol

Paracetamol dengan adanya penambahan asam akan mengalami

hidrolisis membentuk amina primer yaitu para-aminofenol, karena

reaksi diazotasi sifatnya tidak stabil, sehingga perlu pengaturan

suhu yaitu mengkondisikan sampel pada suhu 15ᵒC. Pengaturan

suhu ini juga berfungsi untuk mencegah degradasi senyawa fenol

dan gas nitrogen yang terjadi akibat reaksi diazotasi.( Higuchi :

1968)

Page 18: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

Pada pengukuran sampel atau analisis, sebelumnya ditentukan

panjang gelombang maksimal untuk SMZ pada 400-600 nm, hal ini

bertujuan untuk mengetahui resapan maksimal pada sampel sulfametxazole.

Sedangkan perlakuan Operating Time bertujuan untuk mengetahui pada

menit keberapa sampel memberikan resapan tetap. Resapan tetap ini sendiri

menunjukan reaksi yang terjadi bersifat optimal dan konstan atau stabil.

Sehingga bila pengukuran sampel dilakukan pada waktu operating time ini

Page 19: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

hasil yang diberikan oleh output spektrofotometer akan sangat optimal.

Tahap akhir yang dilakukan adalah perhitungan nilai perolehan kembali,

kesalahan acak, dan kesalahan sistematik. Recovery merupakan perbandingan

antara kadar yang terukur dengan kadar yang sesungguhnya. Recovery

menunjukkan akurasi dari metode analisis. Persyaratan yang dituntut oleh nilai

recovery adalah 75 – 90 % atau lebih. Pada hasil percobaan diperoleh nilai

recovery untuk sulfametoxazol kadar 40,4 g/ml adalah 107,53 %, untuk kadar

60,6 g/ml adalah 92,47% dan untuk kadar 101 g/ml adalah 101,51%. Hasil

recovery ini tidak memenuhi syarat. Sedangkan pada hasil percobaan diperoleh

recovery untuk parasetamol kadar 100,6 g/ml adalah 1,35 %, untuk kadar 301,8

g/ml adalah 1,94% dan untuk kadar 503 g/ml adalah 174,39%.

Kesalahan sistematik merupakan tolak ukur inakurasi penetapan kadar.

Sedangkan kesalahan acak merupakan tolak ukur imprecision suatu analisis dan

dapat bersifat positif atau negative . persyaratan untuk nilai kesalahan acak dan

sistematik adalah <10%. Dari percobaan ini diperoleh kesalahan sistematik untuk

sulfametoxsazol kadar 40,4 g/ml adalah -7,53%, untuk kadar 60,6 g/ml adalah

7,53%, dan untuk kadar 101 g/ml adalah -1,51 %. Nilai kesalahan acak yang

diperoleh untuk kadar 40,4 g/ml adalah 3,74%, untuk kadar 60,6 g/ml adalah

4,11%, dan untuk kadar 101 g/ml adalah 0,78%.

Sedangkan pada paracetamol, diperoleh kesalahan sistematik untuk kadar

100,6 g/ml adalah 98,66%, untuk kadar 301,8 g/ml adalah 98,06%, dan untuk

kadar 503 g/ml adalah -73,37 %. Nilai kesalahan acak yang diperoleh untuk

kadar 100,6 g/ml adalah 134,11%, untuk kadar 301,8 g/ml adalah 126,47%,

dan untuk kadar 503 g/ml adalah 41,43%. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar

obat yang terukur oleh spektrofotometer sangat kecil sehingga menyebabkan nilai

recovery, kesalahan acak dan kesalahan sistematik jauh dari yang disyaratkan.

Page 20: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

VII. KESIMPULAN

a. Langkah-langkah dalam optimasi analisis obat meliputi penetapan panjang

gelombang maksimal, pembuatan kurva baku, dan perhitungan nilai

recovery, kesalahan acak dan kesalahan sistemik.

b. Pada hasil percobaan diperoleh nilai recovery untuk sulfametoxazol kadar

40,4 g/ml adalah 107,53 %, untuk kadar 60,6 g/ml adalah 92,47% dan

untuk kadar 101 g/ml adalah 101,51%. Hasil recovery ini tidak

memenuhi syarat. Sedangkan pada hasil percobaan diperoleh recovery

untuk parasetamol kadar 100,6 g/ml adalah 1,35 %, untuk kadar 301,8

g/ml adalah 1,94% dan untuk kadar 503 g/ml adalah 174,39%.

c. Dari percobaan ini diperoleh kesalahan sistematik untuk sulfametoxsazol

kadar 40,4 g/ml adalah -7,53%, untuk kadar 60,6 g/ml adalah 7,53%,

dan untuk kadar 101 g/ml adalah -1,51 %. Nilai kesalahan acak yang

diperoleh untuk kadar 40,4 g/ml adalah 3,74%, untuk kadar 60,6 g/ml

adalah 4,11%, dan untuk kadar 101 g/ml adalah 0,78%.

d. Sedangkan pada paracetamol, diperoleh kesalahan sistematik untuk kadar

100,6 g/ml adalah 98,66%, untuk kadar 301,8 g/ml adalah 98,06%, dan

untuk kadar 503 g/ml adalah -73,37 %. Nilai kesalahan acak yang

diperoleh untuk kadar 100,6 g/ml adalah 134,11%, untuk kadar 301,8

g/ml adalah 126,47%, dan untuk kadar 503 g/ml adalah 41,43%.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

David, G.Watson. 2007. Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi Praktisi

Kimia Farmasi edisi III. Jakarta : EGC

Gandjar, Ibnu Ghalib.2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Shargel. Leon dan B.C.Andrew.2005. Biofarmasetika dan

Farmakokinetika Terapan. Surabaya : Airlangga University Press

Page 21: Lap. Resmi Biofar p1 (1) Sama

Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat- Obat Penting. Jakarta: PT ELEX Media

Komputindo

Wasito, Henri. 2006. Riset dan Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Mengetahui, Semarang, 27

September 2013

Dosen Pembimbing Praktikan

I Kadek Bagiana, S.Si., Apt. Rachmatika Retno. S

(1041111122)

Chilmia N.F., S. Farm., Apt.

Sasriya Puspaningrum

(1041111141)

Sinta Fitriyani

(1041111146)

Sopian Dzulhijjah

(1041111151)