lap. resmi biofar p1 (1) sama
DESCRIPTION
biofarmasiTRANSCRIPT
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
BIOFARMASETIKA
Percobaan I
OPTIMASI METODE ANALISA OBAT
Disusun oleh:
1. Rachmatika Retno Saecaria (1041111122)
2. Sasriya Puspaningrum (1041111141)
3. Sinta Fitriyani (1041111146)
4. Sopian Dzulhijjah (1041111151)
PROGRAM S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI YAYASAN PHARMASI
SEMARANG
2013
PERCOBAAN I
OPTIMASI METODE ANALISA OBAT
I. TUJUAN
Memahami langkah-langkah analisa obat di dalam darah
Mampu melakukan validasi metode analisis obat di dalam darah
II. DASAR TEORI
Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya.
Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi
metode analisis diuraikan dan didefinisikan sebagaimana cara penentuannya.
1. Kecermatan (accuracy)
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil
analis sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam keseluruhan
tahapan analisis. Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya
dapat dilakukan dengan cara mengurangi galat sistematik tersebut seperti
menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut
yang baik, pengontrolan suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai
prosedur.
Cara penentuan: Kecermatan ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi
(spiked-placebo recovery) atau metode penambahan baku (standard addition
method).
2. Keseksamaan (precision)
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara
hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika
prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari
campuran yang homogen.
Cara penentuan: Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan
baku relatif (koefisien variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai,
Keterulangan (repeatability): keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek.
Ketertiruan (reproducibility): keseksamaan metode jika dikerjakan pada kondisi yang berbeda.3. Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang
hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya
komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali
dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang
dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa
cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan
terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang
ditambahkan.
Cara penentuan: Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan hasil
analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa
asing lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa
penambahan bahan-bahan tadi.
4. Linearitas dan Rentang
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang
secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah
pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat
ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima.
Cara penentuan: Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar
arah garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang
diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit.
Sebagai parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada
analisis regresi linier Y = a + bX. (Harmita, 2004 ; 128)
Sulfamethoxazolum ( BM = 253,28 )
NH2 SO2NH
NO CH3
Sulfamethoxazol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih
dari 101,0% C10H11N2O3S dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : serbuk hablur, putih sampai hampir putih, praktis tidak berbau.
Kelarutan : tidak larut dalam air, dalam eter dan dalam aseton dan dalam larutan
NaOH, agak sukar larut dalam etanol. (DepKes RI. 1995. hal:769)
Plasma t1/2 nya 10 jam dan ekskresinya via kemih, 25% dalam keadaan
utuh dan 60% sebagai metabolit asetilnya.
(TjayTanHoan.2007.hal: 143)
Acetaminophen (BM:151,16)
O
NH
OH
acetaminophen
Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Kelarutan : larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N; mudah larut
dalam etanol.(FI ed IV, 1995)
Resorpsinya, dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rectal lebih lambat.
PP-nya 25%, plasma t 1/2 nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada
hubungan. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metaboli-metabolit toksis yang
diekskresi dengan kemih sebagai konjugat glukuronida dan sulfat.
Efek samping tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan
kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan
hati dan pada dosis di atas 6 g mengakibatkan necrosis hati yang tidak reversible.
(TjayTanHoan.2007.hal:318)
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Labu takar
Mikropipet
Tabung reaksi
Tabung penampang darah
Vortex-mixer
Sentrifuge
Spektrofotometer
Bahan :
Sulfametoxazol
Paracetamol
Asam trikloroasetat (TCA) 5%
Asam trikloroasetat (TCA) 20%
Natrium nitrit 0,1%
Natrium nitrit 10%
Asam sulfamat 0,5%
Asam sulfamat 15%
N(1-naftil)etilendiamin 0,1%
HCl 6N
Heparin
NaOH 0,1%
NaOH 10%
IV. SKEMA KERJA
Ditimbang 50,0 mg Sulfametoxazol, dimasukkan labutakar 50 ml
Dilarutkan dalam NaOH 0,1 N
Kadar yang diperoleh 1 mg/ml
Diencerkan dengan aq.dest ad 50 ml
250 µL darah yang mengandung heparin
Diambil beningan 1,50 ml
Diukur absorbansinya
Ditambah 2,0 ml aq.destDitambah 0,2 ml NaNO2 0,1 %, didiamkan 3 menitDitambah 0,2 ml Asam sulfamat 0,5 %, didiamkan 2 menitDitambah 0,2 ml NED 0,1 %, didiamkan 5 menit ditempat gelapDitambah 4,0 ml aq.dest
Ditambah larutan stok Sulfametoksazol
Dicampur sampai homogen
Larutan baku dengan kadar 0, 10, 20, 40, 60, 80, 100, 120 µg/ml
Larutan disentrifuge 5-10 menit (2500 rpm)
Ditambah 2,0 ml TCA 5 %
Dibuat kurva hubungan antara absorbansi vs kadar
Diukur resapannya pada λ 540 nm
Dibuat kurva hubungan antara absorbansi vs waktu
Digunakan larutan Sulfametoksazol dengan kadar 40 dan 80 μg/ml
SULFAMETOXAZOL
1. Pembuatan larutan stock sulfametoxazol
2. Pembuatan kurva baku internal dan penetapan kadar sampel
3. Menentukan operating time
Diulangi pengukuran menggunakan panjang gelombang 400-600 nm
Digunakan larutan Sulfametoksazol dengan kadar 40 dan 80 μg/ml
Disediakan larutan SMZ dalam darah 40,60, dan 100 µg/ml
Dihitung kadar rata-rata dan simpangan bakunya
Ditambah 0,2 ml TCA 5%, divortex
Ditetapkan kadar masing-masing
Dibuat replikasi 3 kali
4. Menetapkan panjang gelombang sulfametoxazol
5. Menentukan perolehan kembali, kesalahan acak, dan kesalahan sistemik
V. DATA PENGAMATAN
Sulfametoksazol Penimbangan Bahan
Berat kertas + zat = 0,5390 gram
Berat kertas + sisa = 0,4885 gram
Berat zat = 0,0505 gram
Kadar sebenarnya = 1010 µg/ml
Pembuatan kurva baku
NO. DERET BAKU KOREKSI KADAR1. 0µg/ml (blanko)
V1.C1 = V2.C2 V1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.0 µg/mlV1 = 0 µl
0 µl.1010 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 0 µg/ml
250µl darah2. 10µg/ml
V1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.10 µg/mlV1 = 2,5µl 247,5µl darah + 2,5µl SMZ
V1.C1 = V2.C22,5 µl.1010 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 10,1µg/ml
3. 20µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.20 µg/mlV1 = 5µl 245 µl darah + 5µl SMZ
V1.C1 = V2.C25 µl.1010 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 20,2µg/ml
4. 40µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.40 µg/mlV1 = 10µl 240µl darah + 10µl SMZ
V1.C1 = V2.C210 µl.1010 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 40,4µg/ml
5. 60µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.60 µg/mlV1 = 15µl 235µl darah + 15µl SMZ
V1.C1 = V2.C215 µl.1010 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 60,6 µg/ml
6. 80µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.80 µg/mlV1 = 20µl 230µl darah + 20µl SMZ
V1.C1 = V2.C220 µl.1010 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 80,8µg/ml
7.2.
100µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.100 µg/mlV1 = 25µl 225µl darah + 25µl SMZ
V1.C1 = V2.C225 µl.1010 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 101µg/ml
8. 120µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.120 µg/mlV1 = 30µl 220µl darah + 30µl SMZ
V1.C1 = V2.C230 µl.1010 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 121.2µg/ml
Total darah yang diperlukan = 1892,5 µl
Pengukuran kurva baku Sulfametoksazol α max 543 nm OT = 3 menit
Konsentrasi Absorbansi10,1 0,00120,2 0,04440,4 0,064101 0,087121,2 0,125
a = 0,0130
b = 8,7267 . 10-4
r = 0,9340
y = bx + a
y = 8,7267. 10-4 + 0,0130
Pembuatan Larutan Sulfametoksazol untuk Recovery ( Replikasi 2X )
1. 40µg/ml
V1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.40 µg/mlV1 = 10µl 240µl darah + 10µl SMZ
V1.C1 = V2.C210 µl.1010 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 40,4µg/ml
2. 60µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.60 µg/mlV1 = 15µl 235µl darah + 15µl SMZ
V1.C1 = V2.C215 µl.1010 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 60,6 µg/ml
3.1.
100µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250 µl.100 µg/mlV1 = 25µl 225µl darah + 25µl SMZ
V1.C1 = V2.C225 µl.1010 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 101µg/ml
Konsentrasi Recovery 1 Recovery 240,4 0,056 x^ (43,4438) 0,036 x^ (41,2062)60,6 0,082 x^ (56,0342) 0,065 x^ (59,3907)101 0,178 x^ (102,5219) 0,132 x^ (101,4031)
PERHITUNGAN
Recovery 1
Perolehan Kembali =kadar terukur/kadar dik x 100%
a. Perolehan kembali =43,4438/40,4 x 100%=107,53%
b. Perolehan kembali =56,0342/60,6 x 100%=92,47%
c. Perolehan kembali =102,5219/101 x 100%=101,51%
Kesalahan Sistematis = 100 – P %
a. Kesalahan Sistematis = 100 – 107,53% = -7,53%
b. Kesalahan Sistematis = 100 – 92,47% = 7,53%
c. Kesalahan Sistematis = 100 – 101,51% = -1,51%
Recovery 2
Perolehan Kembali =kadar terukur/kadar dik x 100%
a. Perolehan kembali =41,2062/40,4 x 100%=102,00%
b. Perolehan kembali =59,3907/60,6 x 100%=98,00%
c. Perolehan kembali =101,4031/101 x 100%=100,40%
Kesalahan Sistematis = 100 – P %
a. Kesalahan Sistematis = 100 – 102,00% = -2,00%
b. Kesalahan Sistematis = 100 – 98,00% = 2,00%
c. Kesalahan Sistematis = 100 – 100,40% = -0,40%
Kesalahan Acak Recovery I dan Recovery II
Parasetamol Penimbangan Bahan
Berat kertas + zat =
Berat kertas + sisa =
Berat zat = 0,1006 gram
Kadar sebenarnya = 1006 µg/ml
Pembuatan kurva baku
NO. DERET BAKU KOREKSI KADAR1. 0µg/ml (blanko)
V1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml = 250 µl.0 µg/mlV1 = 0 µl 250µl darah
V1.C1 = V2.C20 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 0 µg/ml
2. 100µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml = 250µl.100 µg/ml
V1.C1 = V2.C225 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2
Kesalahan Acak
No.Konsentrasi
(µg/ml)Perhitungan Hasil
1. 40,4 1,5822/42,325 x100% 3,74%
2. 60,6 2,373/57,71 x100% 4,11%
3. 101 0,7911/101,96 x100% 0,78%
2,88%
V1 = 25µl 225µl darah + 25µl PCT
C2 = 100,6µg/ml
3. 200µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml = 250µl.200µg/mlV1 = 50µl 200 µl darah + 50µl PCT
V1.C1 = V2.C250 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 201,2µg/ml
4. 300µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250µl.300 µg/mlV1 = 75µl 175µl darah + 75µl PCT
V1.C1 = V2.C275 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 301,8µg/ml
5. 400µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250µl.400 µg/mlV1 = 100µl 150µl darah + 100µl PCT
V1.C1 = V2.C2100 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 402,4 µg/ml
6. 500µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250µl.500 µg/mlV1 = 125µl 125µl darah + 125µl PCT
V1.C1 = V2.C2125 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 503µg/ml
7.2.
600µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250µl.600 µg/mlV1 = 150µl
V1.C1 = V2.C2150 µl.1006 µg/ml = 250 µl.C2C2 = 603,6µg/ml
100µl darah + 150µl PCT8. 700µg/ml
V1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250µl.700 µg/mlV1 = 175µl 75µl darah + 175µl SMZ
V1.C1 = V2.C2175 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 704,2µg/ml
Total darah yang diperlukan = 2600 µl
Pengukuran Kurva baku Paracetamol α max 440,5 nm OT = 11 menit
Konsentrasi absorbansi100 0,070200 0,072300 0,087400 0,103500 0,117600 0,138700 0,224
a = 0,0267
b = 2,2285.10-4
r = 0,8988
y =2,2285. 10 -4x +0,0267
Pembuatan Larutan Paracetamol untuk Recovery ( Replikasi 2X )1. 100µg/ml
V1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml = 250µl.100 µg/mlV1 = 25µl 225µl darah + 25µl PCT
V1.C1 = V2.C225 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 100,6µg/ml
2. 300µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250µl.300 µg/mlV1 = 75µl 175µl darah + 75µl PCT
V1.C1 = V2.C275 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 301,8µg/ml
3. 500µg/mlV1.C1 = V2.C2V1.1000 µg/ml= 250µl.500 µg/mlV1 = 125µl 125µl darah + 125µl PCT
V1.C1 = V2.C2125 µl.1006 µg/ml= 250 µl.C2C2 = 503µg/ml
Total darah yang diperlukan = 1050 µl
Konsentrasi Recovery 1 Recovery 2
100,6 0,027 x^ (1,3543) 0,038 x^ (51,0112)301,8 0,028 x^ (5,8685) 0,050x^ (105,1823)503 0,221 x^ (877,1217) 0,382 x^ (1603,9183)
PERHITUNGAN
Recovery 1
Perolehan Kembali = kadar terukur/kadar dik x 100%a. Perolehan kembali =1,3543/100,6 x 100% =1,35%
b. Perolehan kembali =5,8685/301,8 x 100%=1,94%
c. Perolehan kembali =877,1217/503 x 100%=174,39%
Kesalahan Sistematis = 100 – P %
a. Kesalahan Sistematis = 100 – 1,35% = 98,66%
b. Kesalahan Sistematis = 100 – 1,94% = 98,06%
c. Kesalahan Sistematis = 100 – 174,39% = -73,37%
Recovery 2
Perolehan Kembali = kadar terukur/kadar dik x 100%
a. Perolehan kembali =51,0112/100,6 x 100%=50,70%
b. Perolehan kembali =105,1823/301,8 x 100%=34,85%
c. Perolehan kembali =1603,9183/503 x 100%=318,87%
Kesalahan Sistematis = 100 – P %
a. Kesalahan Sistematis = 100 – 50,70%= 49,30%
b. Kesalahan Sistematis = 100 – 34,85%= 65,15%
c. Kesalahan Sistematis = 100 –318,87 %= -218,87%
Kesalahan Acak Recovery I dan Recovery II
Kesalahan Acak
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan 1 ( Optimasi Metode Analisa Obat ) tujuan akhir dari
validasi metode yang dilakukan adalah untuk menjamin bahwa tiap pengukuran di
masa yang akan datang dalam suatu analisis rutin harus cukup dekat dengan nilai
kandungan analit sebenarnya, dalam suatu sampel. Dengan demikian, tujuan suatu
metde analisis adalah tidak hanya disederhanakan dengan menentukan estimasi
kebenaran (nilai sebenarnya) atau bias dan presisi, akan tetapi juga mengevaluasi
resiko-resiko yang dapat diekspresikan dengan ketidakpastian pengukuran yang
terkait dengan hal analisis. Ketergunaan suatu metode harus konsisten dengan
“aturan emas” untuk metode analisis yang diusulkan yaitu prosedur harus
divalidasi secara keseluruhan, langkah yang penting dalam percobaan ini yaitu
perlakuan sampel sebelum analisis.
Preparasi sampel yang dilakukan mulai dari penggunaan alat dan bahan,
No. Konsentrasi (µg/ml) Perhitungan Hasil
1. 100,6 35,1127/26,1827 x100% 134,11%
2. 301,8 70,2254/55,5254 x100% 126,47%
3. 503 513,9228/1240,52 x100% 41,43%
100,67%
seperti pengkalibrasian dan pembuatan reagen berpengaruh juga terhadap validasi
metode analisis ini. Preparasi sampel yang dilakukan adalah:
Sulfamethoxazole
1. Pembuatan larutan stokes sulfametoxazolum
Sulfametoxazolum dilarutkan menggunakan NaOH 0,1N,
pemilihan penggunaan pelarut NaOH 0,1N ini karena NaOH
memiliki daya melarutkan SMZ paling tinggi dibandingkan
senyawa lain.
Kelarutan NaOH : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 50
bagian etanol (95%) P; dalam 3 bagian aseton P; mudah larut
dalam larutan natrium hidroksida ( FI.ed III:586 )
Setelah SMZ larut, dibuat larutan sebanyak 50,0 ml dan diperoleh
konsentrasi larutan 1 mg/ml.
2. Pembuatan kurva baku internal
Proses pengambilan darah pada tetesan darah pertama dibuang atau
tidak digunakan, karena menghindari adanya darah yang
menggumpal yang dapat mengganggu sistem analisis.
Penambahan heparin pada sampel darah yaitu agar darah tidak
menggumpal dan tidak mengganggu pembacaan alat
spektrofotometri, sehingga data yang dihasilkan akan mendekati
akurat.
Lalu dibuat pengenceran sesuai dengan konsentrasi yang
ditentukan 0, 10, 20, 40, 60, 80, 100 µg/ml.
Ditambahkan 2,0 ml TCA 5% sesuai dengan metode jaffe reaction
yang berfungsi sebagai pengendap protein dalam sampel darah
(precipitating agent ). (Human Diagnostik.Creatinin;
ST.Reagensia. Creatinin).
Fungsi pem-vortexan yaitu menghomogenkan reagen antara sampel
darah dengan TCA 5%.
3. Pemrosesan sampel darah in vivo (sebagai blanko)
Sampel darah + TCA 5% di vortex. Lalu disentrifuge 5-10’ 2500
Rpm, berfungsi untuk memisahkan serum dengan protein yang
diendapkan. Pengendapan protein ini berdasarkan sifatnya yang
amfoter dan memiliki 2 muatan yang berlainan atau biasa disebut
zwitter ion.
Penambahan NaNO2 0,1% fungsinya untuk membentuk reaksi
diazotasi.
Penambahan asam sulfamat berfungsi untuk mencegah Nitrogen
dan Hidrogen tidak menguap.
Fungsi penambahan N(1-naftil)etilendiamin yaitu pembentukan
reaksi pengkopling sehingga menghasilkan derivat garam
diazonium yang berwarna(reaksi diazotasi).
Paracetamol
Paracetamol dengan adanya penambahan asam akan mengalami
hidrolisis membentuk amina primer yaitu para-aminofenol, karena
reaksi diazotasi sifatnya tidak stabil, sehingga perlu pengaturan
suhu yaitu mengkondisikan sampel pada suhu 15ᵒC. Pengaturan
suhu ini juga berfungsi untuk mencegah degradasi senyawa fenol
dan gas nitrogen yang terjadi akibat reaksi diazotasi.( Higuchi :
1968)
Pada pengukuran sampel atau analisis, sebelumnya ditentukan
panjang gelombang maksimal untuk SMZ pada 400-600 nm, hal ini
bertujuan untuk mengetahui resapan maksimal pada sampel sulfametxazole.
Sedangkan perlakuan Operating Time bertujuan untuk mengetahui pada
menit keberapa sampel memberikan resapan tetap. Resapan tetap ini sendiri
menunjukan reaksi yang terjadi bersifat optimal dan konstan atau stabil.
Sehingga bila pengukuran sampel dilakukan pada waktu operating time ini
hasil yang diberikan oleh output spektrofotometer akan sangat optimal.
Tahap akhir yang dilakukan adalah perhitungan nilai perolehan kembali,
kesalahan acak, dan kesalahan sistematik. Recovery merupakan perbandingan
antara kadar yang terukur dengan kadar yang sesungguhnya. Recovery
menunjukkan akurasi dari metode analisis. Persyaratan yang dituntut oleh nilai
recovery adalah 75 – 90 % atau lebih. Pada hasil percobaan diperoleh nilai
recovery untuk sulfametoxazol kadar 40,4 g/ml adalah 107,53 %, untuk kadar
60,6 g/ml adalah 92,47% dan untuk kadar 101 g/ml adalah 101,51%. Hasil
recovery ini tidak memenuhi syarat. Sedangkan pada hasil percobaan diperoleh
recovery untuk parasetamol kadar 100,6 g/ml adalah 1,35 %, untuk kadar 301,8
g/ml adalah 1,94% dan untuk kadar 503 g/ml adalah 174,39%.
Kesalahan sistematik merupakan tolak ukur inakurasi penetapan kadar.
Sedangkan kesalahan acak merupakan tolak ukur imprecision suatu analisis dan
dapat bersifat positif atau negative . persyaratan untuk nilai kesalahan acak dan
sistematik adalah <10%. Dari percobaan ini diperoleh kesalahan sistematik untuk
sulfametoxsazol kadar 40,4 g/ml adalah -7,53%, untuk kadar 60,6 g/ml adalah
7,53%, dan untuk kadar 101 g/ml adalah -1,51 %. Nilai kesalahan acak yang
diperoleh untuk kadar 40,4 g/ml adalah 3,74%, untuk kadar 60,6 g/ml adalah
4,11%, dan untuk kadar 101 g/ml adalah 0,78%.
Sedangkan pada paracetamol, diperoleh kesalahan sistematik untuk kadar
100,6 g/ml adalah 98,66%, untuk kadar 301,8 g/ml adalah 98,06%, dan untuk
kadar 503 g/ml adalah -73,37 %. Nilai kesalahan acak yang diperoleh untuk
kadar 100,6 g/ml adalah 134,11%, untuk kadar 301,8 g/ml adalah 126,47%,
dan untuk kadar 503 g/ml adalah 41,43%. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar
obat yang terukur oleh spektrofotometer sangat kecil sehingga menyebabkan nilai
recovery, kesalahan acak dan kesalahan sistematik jauh dari yang disyaratkan.
VII. KESIMPULAN
a. Langkah-langkah dalam optimasi analisis obat meliputi penetapan panjang
gelombang maksimal, pembuatan kurva baku, dan perhitungan nilai
recovery, kesalahan acak dan kesalahan sistemik.
b. Pada hasil percobaan diperoleh nilai recovery untuk sulfametoxazol kadar
40,4 g/ml adalah 107,53 %, untuk kadar 60,6 g/ml adalah 92,47% dan
untuk kadar 101 g/ml adalah 101,51%. Hasil recovery ini tidak
memenuhi syarat. Sedangkan pada hasil percobaan diperoleh recovery
untuk parasetamol kadar 100,6 g/ml adalah 1,35 %, untuk kadar 301,8
g/ml adalah 1,94% dan untuk kadar 503 g/ml adalah 174,39%.
c. Dari percobaan ini diperoleh kesalahan sistematik untuk sulfametoxsazol
kadar 40,4 g/ml adalah -7,53%, untuk kadar 60,6 g/ml adalah 7,53%,
dan untuk kadar 101 g/ml adalah -1,51 %. Nilai kesalahan acak yang
diperoleh untuk kadar 40,4 g/ml adalah 3,74%, untuk kadar 60,6 g/ml
adalah 4,11%, dan untuk kadar 101 g/ml adalah 0,78%.
d. Sedangkan pada paracetamol, diperoleh kesalahan sistematik untuk kadar
100,6 g/ml adalah 98,66%, untuk kadar 301,8 g/ml adalah 98,06%, dan
untuk kadar 503 g/ml adalah -73,37 %. Nilai kesalahan acak yang
diperoleh untuk kadar 100,6 g/ml adalah 134,11%, untuk kadar 301,8
g/ml adalah 126,47%, dan untuk kadar 503 g/ml adalah 41,43%.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
David, G.Watson. 2007. Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi Praktisi
Kimia Farmasi edisi III. Jakarta : EGC
Gandjar, Ibnu Ghalib.2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Shargel. Leon dan B.C.Andrew.2005. Biofarmasetika dan
Farmakokinetika Terapan. Surabaya : Airlangga University Press
Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat- Obat Penting. Jakarta: PT ELEX Media
Komputindo
Wasito, Henri. 2006. Riset dan Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Mengetahui, Semarang, 27
September 2013
Dosen Pembimbing Praktikan
I Kadek Bagiana, S.Si., Apt. Rachmatika Retno. S
(1041111122)
Chilmia N.F., S. Farm., Apt.
Sasriya Puspaningrum
(1041111141)
Sinta Fitriyani
(1041111146)
Sopian Dzulhijjah
(1041111151)