cover biofar p3

Upload: stevianovaher9694

Post on 14-Jul-2015

2.053 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA P3

ABSORPSI OBAT SECARA IN VITRO

Asisten Koreksi : Dosen Jaga : Dra. Siti Aminah, SU., Apt. Tgl. Praktikum : Kamis, 21 Oktober 2010 Kelas : FSI 2008 Golongan : I / 1

Disusun oleh : Kelompok INama 1.Meiroza Susanti 2.Stevianova H. 3.Eny Sutanti 4.Bhisma Akbar P. 5.Ade Merriem Fadhilla ) NIM 8022 8026 8031 8032 8035 TTD ( ( ( ( ( ) ) ) )

BAGIAN BIOFARMASETIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2010ABSORBSI OBAT SECARA IN VITRO

I. TUJUAN Menpelajari pengaruh pH terhadap absorpsiobat melalui saluran pencernaan secara in vitro. II. DASAR TEORI Proses absorpsi merupakan dasar penting dalam menentukan aktivitas farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses absorpsi akan mempengaruhi efek obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan. Obat pada umumnya diabsorpsi dari saluran pencernaan secara pasif. Pada pemberian secara oral, sebelum obat masuk ke peredaran darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh, terlebih dulu harus mengalami proses absorpsi pada saluran cerna. Obat pada umumnya diabsorpsi dari saluran pencernaan secara difusi pasif melalui membran selular. Obat-obat yang ditranspor secara difusi pasif hanyalah yang larut dalam lipid. Makin baik kelarutannya dalam lipid, maka baik absorpsinya sampai suatu absorpsi optimum tercapai. Obat-obat yang digunakan sebagian besar bersifat asam atau basa organik lemah. Absorpsi obat dipengaruhi derajat ionisasinya pada waktu zat tersebut berhadapan dengan membran.Membran sel lebih permeabel terhadap bentuk obat yang tidak terionkan daripada bentuk obat yang terionkan. Derajat ionisasi tergantung pada pH larutan dan pKa obat seperti terlihat pada persamaan Henderson-Hasselbach sebagai berikut : Untuk asam lemah : pH = pKa + log fraksi obat yang terionkan fraksi obat yang tak terionkan Untuk basa lemah : pH = pKa - log fraksi obat yang terionkan fraksi obat yang tak terionkan Maka seseorang dapat menentukan jumlah obat relatif secara teoritis dari suatu obat dalam bentuk tidak terionkan pada berbagai kondisi pH.Untuk obat yang ditranspor secara difusi pasif, peranan dinding usus hanya sebagai membran difusi. Studi absorpsi in vitro dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang mekanisme absorpsi suatu bahan obat, tempat terjadinya absorpsi yang optimal, permeabilitas membran saluran pencernaan terhadap berbagai obat, serta pengaruh berbagai faktor terhadap absorpsi suatu obat.

Menurut Turner dkk, permeabilitas membran biologi terhadap suatu obat dapat digambarkan oleh koefisien partisinya dan mempunyai hubungan linear dengan kecepatan transpor atau kecepatan absorpsinya, yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

Keterangan : D A P

= kecepatan transpor obat ke kompartemen dalam (darah) = tetapan kecepatan difusi obat melalui membran = luas membran yang digunakan untuk berdifusi = koefisien partisi obat dalam membran pelarut = ketebalan membran Cg Cb = kadar obat dalam kompartemen luar (usus) pada waktu t = kadar obat dalam kompartemen dalam (darah) pada waktu t

Untuk obat-obat yang strukturnya tertentu dan tempat absorpsinya sudah tertentu pula, maka kecepatan absorpsinya hanya ditentukan oleh gradien kadar obat diantara kedua permukaan membran, yang memisahkan lumen saluran pencernaan dengan (plasma) darah, sehingga persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi :

Dengan :

dimana Pm disebut permeabilitas membran.

Jika Cb, dapat diabaikan karena Cb