lap biofar p1 otniel.doc

49

Click here to load reader

Upload: diana-sandra-d

Post on 11-Dec-2015

510 views

Category:

Documents


77 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap biofar P1 otniel.doc

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA

OPTIMASI METODE ANALISA OBAT

Disusun Oleh :

(0408)

Luluk Rahmawati (0408093)

Nanik Isti W (0408107)

Otniel Danu .S. (0408119)

Rani Januarita (0408123)

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

“YAYASAN PHARMASI”

SEMARANG

2010

Page 2: Lap biofar P1 otniel.doc

PERCOBAAN I

OPTIMASI METODE ANALISA OBAT

I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Memahami langkah-langkah analisa obat di dalam darah

2. Mampu melakukan validasi metode analisis obat di dalam darah

II. DASAR TEORI

Farmakokinetik meneliti perjalanan obat, mulai dari saat pemberianya,

bagaimana absorbsi dari usus transport dalam darah, dan distribusinya

ketempat kerjanya dan jaringan lainya. Begitu pula bagaimana

perombakannya (biotransformasi) dan akhirnya diekskresi oleh ginjal.

Singkatnya farmakokinetik mempelajari segala sesuatu tindakan yang

dilakukan tubuh terhadap obat. (Tjan Hoan Tjay, 2007)

Tehnik analisis hanya merujuk pada pengukuran dan evaluasi hasil

pengukuran. Metode analisis merujuk pada penetapan kadar senyawa tertentu

dan evaluasi hasil pengukuran, sedangkan prosedur analisis merupakan

serangkaian proses mulai dari penyiapan sampel sampai evaluasi hasil

pengukuran. Keseluruhan tahap atau langkah prosedur analisis dapat diringkas

sebagai berikut:

a. Definisi masalah

Definisi masalah terkait dengan informasi analisis yang berhubungan

dengan tingkat akurasi yang dibutuhkan. Selain itu menyangkut berapa

Page 3: Lap biofar P1 otniel.doc

lama waktu yang dibutuhkan, biaya diperlukan, ketersediaan alat, bahan,

dan pelarut yang dibutuhkan untuk analisis.

b. Pemilihan teknik dan metode analisis.

Pemilihan teknik dan metode analisis terbaik yang akan digunakan

untuk analisis sampel harus diperhatikan, apakah akan menggunakan

kromatografi, spektrofotometri, titrimetri, atau yang lain.

c. Pengambilan sampel

Sampel harus dapat mewakili materi yang akan dianalisis secara utuh.

Masalah pengambilan sampel merupakan hal yang tidak boleh dipandang

ringan karena dari cara kita mengambil sampel itulah diperoleh hasil

analisis.

d. Pra-perlakuan sampel atau pengkondisian.

Pengubahan analit ke bentuk yang sesuai sehingga analisis dapat

dideteksi atau dapat diukur harus juga diperhatikan. Tahap ini berkaitan

dengan metode pemisahan. Pemilihan teknik-teknik pemisahan untuk

suatu situasi yang spesifik tergantung pada sejumlah faktor. Pemilihan

teknik ini umumnya didasari pada ketelitian dan ketepatan hasil analisis

yang diperlukan.

e. Pengukuran analit yang diperlukan

Berbagai sifat fisika kimia dapat digunakan sebagai suatu cara

identifikasi kualitatif dan pengukuran kuantitatif atau keduanya.

Page 4: Lap biofar P1 otniel.doc

f. Perhitungan dan interpretasi data analisis

Suatu analisis dapat dikatakan selesai jika hasil-hasilnya dinyatakan

sedemikian rupa sehingga si peminta analisis (customer) dapat memahami

artinya.

Metode analisis

Suatu metode analisis terdiri atas serangkaian langkah yang harus

diikuti untuk tujuan analisis kuantitatif, kualitatif, dan informasi struktur

dengan menggunakan teknik tertentu.

Dalam setiap analisis, pemilihan suatu metode analisis harus

memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Tujuan analisis, biaya yang dibutuhkan, serta waktu yang diperlukan.

2. Level analit yang diharapkan dan batas deteksi yang diperlukan.

3. Macam sampel yang akan dianalisis serta pra-perlakuan sampel yang

dibutuhkan.

4. Jumlah sample yang dianalisis.

5. Ketepatan dan ketelitian yang diinginkan untuk analisis kuantitatif.

6. Ketersediaan bahan rujukan, senyawa baku, bahan-bahan kimia, dan

pelarut yang dibutuhkan.

7. Peralatan yang tersedia.

8. Kemungkinan adanya gangguan pada saat deteksi atau pada saat

pengukuran sampel.

Page 5: Lap biofar P1 otniel.doc

Metode yang baik harus memenuhi beberapa kriteria yaitu metode harus:

1. Peka (sensitive), artinya metode harus dapat digunakan untuk menetapkan

kadar senyawa dalam kosentrasi yang kecil.

2. Tepat (precise), artinya metode tersebut menghasilkan suatu hasil analisis

yang sama atau hampir sama dalam satu seri pengukuran.

3. Teliti (accurate), artinya metode dapat menghasilkan nilai rata-rata (mean)

yang sangat dekat dengan nilai senenarnya(true value).

4. Selektif, artinya untuk menetapkan kadar tertentu, metode tersebut tidak

banyak terpengaruh oleh adanya senyawa lain.

5. Kasar (rugged), artinya adanya perubahan komposisi pelarut atau variasi

lingkungan tidak menyebabkan perubahan hasil analisis.

6. Praktis, artinya metode tersebut mudah dikerjakan serta tidak banyak

memerlukan waktu dan biaya.

Walaupun untuk memenuhi semua persyaratan di atas sulit dicapai,

namun sekurang-kurangnya metode analisis harus memenuhi syarat ketepatan,

ketelitian, dan selektivitas. (Sudjadi, 2008)

Sulfametoxazol

Sulfametoxazol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih

dari 101,0% C10H11N3O3S dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

• Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai hampir putih; praktis tidak berbau

Page 6: Lap biofar P1 otniel.doc

• Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam eter dan dalam kloroform;

mudah larut dalam aseton dan dalam larutan natrium

hidroksida encer; agak sukar larut dalam etanol.

(Depkes RI, 1995)

Sulfametoxazol merupakan senyawa antimikroba golongan

sulfonamida. Sulfametoxazol merupakan turunan dekat sulfisoksazol, namun

memiliki kecepatan absorbsi enterik melalui urine yang lebih lambat. Obat ini

diberikan secara oral dan digunakan untuk sistemik maupun untuk infeksi

saluran urine. Perhatian harus diberikan untuk menghindari kristaluria

sulfametoxazol akibat tingginya persentase bentuk obat terasetilasi yang relati

tidak larut air di dalam urine. (Goodman & Gilman, 2003)

Sulfametoxazol merupakan turunan sulfonamide yang bekerja terhadap

sejumlah mikroba gram positif dan beberapa mikroba gram negatif. Kadar

maksimum dalam darah dan jaringan akan dicapai setelah 2-6 jam.

Ekskresinya hampir seluruhnya terjadi melalui ginjal. Zat ini tidak hanya

difiltrasi secara pasif , tetapi juga disekresi tubulus secara aktif.

(Mutschler, E. ,1991)

Sulfametoxazol merupakan derivat sulfisoksazol dengan absorbsi dan

ekskresi yang lebih lambat. Dapat diberikan pada pasien dengan infeksi

saluran kemih dan infeksi saluran sistemik. Kristaluria lebih sering timbul

karena persentase asetilasinya tinggi.

(Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007)

Page 7: Lap biofar P1 otniel.doc

Sulfametoxazol PP 65%. Plasma-t ½-nya k.l. 10 jam dan ekskresinya

via kemih, 25% dalam keadaan utuh dan 60% sebagai metabolit-asetilnya. Zat

ini terutama digunakan terkombinasi dengan trimetoprim.

(Tjay, Tan Hoan;2007)

Mekanisme kerja:

Sulfonamida (Sulfametoxazol) merupakan analog struktur dan

antagonis kompetitif asam para-aminobenzoat (PABA) sehingga mencegah

penggunan PABA secara normal oleh bakteri untuk sintesis asam folat. Secara

lebih spesifik, Sulfonamida merupakan inhibitor kompetitif enzim

dihidropteroat sintase, yakni enzim bakteri yang bertanggung jawab atas

penggabungan PABA ke dalam asam dihidropteroat, prekusornya dekat asam

folat.

Sulfametoxazol, absorbsi dalam saluran cerna cepat dan sempurna, dan

± 70% terikat oleh protein plasma. Dalam darah 10-20% obat terdapat dalam

bentuk terasetilasi. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 4 jam setelah

pemberian secara oral, dengan waktu paro 10-12jam. Dosis oral awal : 2 g,

diikuti 1 g 2-3 dd, sampai infeksi terkendali.

(Siswandono dan Bambang S, 2000)

Page 8: Lap biofar P1 otniel.doc

III.ALAT DAN BAHAN

Alat

1. Labu takar

2. Mikropipet

3. Tabung reaksi

4. Aphendrof

5. Vortex-Mixer

6. Sentrifuge

7. Kuvet

8. Spektrofotometer

9. Pipet volume

10. Filler

11. Scalpel

12. Holder

13. Beaker glass

14. Kertas lensa

Bahan

1. Sulfametoxazol (SMZ)

2. Asam trikloroasetat (TCA 5%)

3. Natrium nitrit 0,1%

4. Ammonium Sulfamat 0,5%

5. N(1-naftil) etilendiamin 0,1%

6. NaOH 0,1 N

7. Heparin

8. Aquadest

9. Darah tikus

Page 9: Lap biofar P1 otniel.doc

IV. SKEMA KERJA

1. Penentuan Operating Time

Heparin + 250 µl darah + 250 µl stock sulfametoxazol dibuat kadar 40

µg/ml dan 80 µg/ml ( dicampur homogen )

Ditambah 2,0 ml TCA 5% dengan vortexing (disentrifuge 10’ 2500 rpm )

Diambil supernatan,ditambah aquadest 2,0 ml

Ditambah 0,2 ml NaNO2 0,1%, dicampur ( didiamkan 3’ )

Ditambah Amm. Sulfamat 0,5% 0,2 ml ( didiamkan 2 menit)

Ditambah larutan 0,2 ml N(1-naftil)etilendiamin 0,1%,ditambah aqadest

4,0 ml

Didiamkan ditempat gelap selama 5’,ditambah aq.dest 4,0 ml

Dibaca serapannya pada λ max (diukur tiap menit)

2. Penentuan max

Heparin + 250 µl darah + 250 µl lar stock sulfametoxazole dibuat kadar 40

µg/ml dan 80 µg/ml

Ditambah 2,0 ml TCA 5% dengan vortexing (disentrifuge 10’ 2500 rpm )

Diambil supernatan,ditambah aquadest 2,0 ml

Ditambah 0,2 ml NaNO2 0,1 %, dicampur ( didiamkan 3’ )

Page 10: Lap biofar P1 otniel.doc

Ditambah Amm. Sulfamat 0,5% 0,2 ml ( didiamkan 2 menit)

Ditambah larutan 0,2 ml N(1-naftil)etilendiamin 0,1%

Diamkan 5’ di tempat gelap,ditambah aquadest 4,0 ml

Diukur serapanya dari 400-600 nm

Ditentukan λ max

3. Penentuan kurva baku internal

Heparin + 250 µl darah + 250 µl lar. stok sulfametoxazol dibuat kadar

0,10,20,40,60,80,100,120 µg/ml, dicampur homogen

Ditambah TCA 5% 2,0 ml divortexing ( sentrifuge 10 menit, 2500 rpm )

Diambil supernatan,ditambah aquadest 2,0 ml

Ditambah 0,2 ml NaNO2 0,1 %, dicampur ( didiamkan 3’ )

Ditambah Amm. Sulfamat 0,5% 0,2 ml ( didiamkan 2 menit)

Ditambah larutan 0,2 ml N(1-natil)etilendiamin 0,1%

Diamkan 5’ di tempat gelap,ditambah aqadest 4,0 ml

Dibaca intensitas warna pada λ max

Dibuat kurva hubungan resapan vs kadar

Page 11: Lap biofar P1 otniel.doc

Di buat persamaan garis menggunakan kuadrat kecil y = bx + a, dihitung

nilai r dari grafik tersebut

4. Penentuan perolehan kembali, kesalahan acak, dan kesalahan

sistemik

Larutan stock SMZ kadar 40,60,dan 100 µg/ml

Ditambah TCA 5% 2,0 ml divortex, tiap kadar dibuat 3x replikasi

Diukur serapan parasetamol pada λ max

Ditentukan perolehan kembali, kesalahan acak, kesalahan sistemik dari

persamaan kurva baku Sulfametoxazol

Dihitung kadar rata-rata dan simpangan baku

Page 12: Lap biofar P1 otniel.doc

V. DATA PENGAMATAN

a. Pembuatan Larutan Stok Sulfametoxazol 1mg/ml

• Penimbangan Sulfametoxazol

Berat kertas +zat = g

Berat kertas +sisa = g ____________________________ _

Berat zat = g

• Kadar sebenarnya

Kadar =

= ppm = µg/ml

b. Deret Baku Larutan Stok Sulfametoxazol

No. Kadar Koreksi Kadar

1. 0 µg/ml

V1. C1 = V2 . C2

250 µl . 0 µg/ml = V2 . 1032 µg/ml

V2 = 0 µl

V1. C1 = V2 . C2

250 µl . C1 = 0 µl . 1032 µg/ml

C1 = 0 µg/ml

2. 10 µg/ml

V1. C1 = V2 . C2

250 µl . 10 µg/ml = V2 . 1032 µg/ml

V2 = 2,72 µl ~ 2,8 µl

V1. C1 = V2 . C2

250 µl . C1 = 2,8 µl . 920 µg/ml

C1 = 10,304 µg/ml

Page 13: Lap biofar P1 otniel.doc

3. 20 µg/ml

V1. C1 = V2 . C2

250 µl . 20 µg/ml = V2 . 920 µg/ml

V2 = 5,43 µl ~ 5,4 µl

V1. C1 = V2 . C2

250 µl . C1 = 5,4 µl . 920 µg/ml

C1 = 19,872 µg/ml

4. 40 µg/ml

V1. C1 = V2 . C2

250 µl . 40 µg/ml = V2 . 920 µg/ml

V2 = 10,87 µl ~ 10,8 µl

V1. C1 = V2 . C2

250 µl . C1 = 10,8 µl . 920 µg/ml

C1 = 39,744 µg/ml

5. 60 µg/ml

V1. C1 = V2 . C2

250 µl . 60 µg/ml = V2 . 920 µg/ml

V2 = 16,30 µl ~ 16,4 µl

V1. C1 = V2 . C2

250 µl . C1 = 16,4 µl . 920 µg/ml

C1 = 60,352 µg/ml

6. 80 µg/ml

V1. C1 = V2 . C2

250 µl . 80 µg/ml = V2 . 920 µg/ml

V2 = 21,74 µl ~ 21,8 µl

V1. C1 = V2 . C2

250 µl . C1 = 80 µl . 920 µg/ml

C1 = 80,224 µg/ml

7. 100 µg/ml

V1. C1 = V2 . C2

250 µl .100 µg/ml = V2 . 920 µg/ml

V2 = 27,17 µl ~ 27,2 µl

V1. C1 = V2 . C2

250 µl . C1 = 100 µl . 920 µg/ml

C1 = 100,096 µg/ml

8. 120 µg/ml

V1. C1 = V2 . C2

250 µl .120 µg/ml = V2 . 920 µg/ml

V1. C1 = V2 . C2

250 µl . C1 = 120 µl . 920 µg/ml

Page 14: Lap biofar P1 otniel.doc

V2 = 32,61 µl ~ 32,6 µl C1 = 119,968 µg/ml

c. Pembuatan larutan Sulfametoxazol untuk operating time

No. Kadar Koreksi Kadar

1. 40 µg/ml

V1. C1 = V2 . C2

250 µl . 40 µg/ml = V2 . 920 µg/ml

V2 = 10,869 µl ~ 10,87 µl

V1. C1 = V2 . C2

250 µl .C1 = 10,87 µl . 920 µg/ml

C1 = 40,0016 µg/ml

→ 10,87 µl SMZ + 239,13 µl darah

2. 80 µg/ml

V1. C1 = V2 . C2

250 µl . 80 µg/ml = V2 . 920 µg/ml

V2 = 21,739 µl ~ 21,74 µl

V1. C1 = V2 . C2

250 µl .C1 = 21,74 µl . 920 µg/ml

C1 = 80,0032 µg/ml

→ 21,74 µl SMZ + 228,26 µl darah

d. Pembuatan larutan Sulfametoxazol untuk recovery, kesalahan acak,

kesalahan sistematik (3x replikasi)

♦ Kadar 40 µg/ml

V1. C2 = V2 . C2

250 µl . 40 µg/ml = V2 . 920 µg/ml

Page 15: Lap biofar P1 otniel.doc

V2 = 10,9 µl

→ 10,9 µl SMZ + 239,1 µl darah

♦ Kadar 60 µg/ml

V1. C2 = V2 . C2

250 µl . 60 µg/ml = V2 . 920 µg/ml

V2 = 16,3 µl

→ 16,3 µl SMZ + 233,7 µl darah

♦ Kadar 100 µg/ml

V1. C2 = V2 . C2

250 µl . 100 µg/ml= V2 . 920 µg/ml

V2 = 27,2 µl → 27,2 µl SMZ + 222,8 µl darah

e. λ maks Sulfametoxazol

C λ (nm) A

40 µg/ml

80 µg/ml

538

538

0,187

0,287

λ maks = 538 nm

f. Operating time Sulfametoxazol

T (menit)Absorban

40 µg/ml 80 µg/ml

0

Page 16: Lap biofar P1 otniel.doc

1 0,154 0,177

2 0,160 0,177

3 0,163 0,178

4 0,166 0,180

5 0,168 0,181

6 0,170 0,182

7 0,174 0,182

8 0,174 0,183

Jadi operating time Sulfametoxazol 7 menit

g. Data Absorbansi Kurva Baku Sulfametoxazol

C teoritis (µg/ml) C sebenarnya (µg/ml) A

0 0 0

10 10,304 0,179

40 39,744 0,247

60 60,352 0,385

80 80,224 0,404

100 100,096 0,427

a = 0,1547

b = 2,9871 . 10-3

Page 17: Lap biofar P1 otniel.doc

r = 0,9565

y = bx + a

= 2,9871 . 10-3 x + 0,1547

h. Data Recovery Sulfametoxazol

ReplikasiAbsorban

40 µg/ml 60 µg/ml 100 µg/ml

I 0,239 0,476 0,626

II 0,281 0,299 0,480

VI. PERHITUNGAN

a. Kadar 40 µg/ml

I.) y = 3,1928 . 10-3 x + 0,1400

0,239 = 3,1928 . 10-3 x + 0,1400

x = 31,0072 µg/ml

II.) y = 3,1928 . 10-3 x + 0,1400

0,281 = 3,1928 . 10-3 x + 0,1400

x = - 21,9946 µg/ml

b. Kadar 60 µg/ml

I. y = 3,1928 . 10-3 x + 0,1400

0,129 = 3,1928 . 10-3 x + 0,1400

x = - 8,6037 µg/ml

Page 18: Lap biofar P1 otniel.doc

II. y = 2,9871 . 10-3 x + 0,1547

0,185 = 2,9871 . 10-3 x + 0,1547

x = 10,1436 µg/ml

III. y = 2,9871 . 10-3 x + 0,1547

0,173 = 2,9871 . 10-3 x + 0,1547

x = 6,1263 µg/ml

c. Kadar 100 µg/ml

I. y = 2,9871 . 10-3 x + 0,1547

0,459 = 2,9871 . 10-3 x + 0,1547

x = 101,8714 µg/ml

II. y = 2,9871 . 10-3 x + 0,1547

0,149 = 2,9871 . 10-3 x + 0,1547

x = - 1,9082 µg/ml

III. y = 2,9871 . 10-3 x + 0,1547

0,292 = 2,9871 . 10-3 x + 0,1547

x = 45,9643 µg/ml

♦ RECOVERY

a. Kadar 40 µg/ml

I. P = × 100%

= - 67,54 %

Page 19: Lap biofar P1 otniel.doc

II. P = × 100%

= - 54,97 %

III. P = × 100%

= - 36,57 %

=

= -53,03 %

b. Kadar 60 µg/ml

I. P = × 100%

= - 14,34 %

II. P = × 100%

= 16,91 %

III. P = × 100%

= 10,21 %

=

= 4,26 %

Page 20: Lap biofar P1 otniel.doc

c. Kadar 100 µg/ml

I. P = × 100%

= 101,87 %

II. P = × 100%

= - 1,91 %

III. P = × 100%

= 45,96 %

=

= 48,64 %

Recovery rata-rata =

= -0,05 %

♦ KESALAHAN SISTEMATIK

a. Kadar 40 µg/ml

I. Kesalahan sistemik = 100 % – (-67,54 %)

= 167,54 %

Page 21: Lap biofar P1 otniel.doc

II. Kesalahan sistemik = 100 % – (-54,97 %) = 153,03 %

= 154,97 %

III. Kesalahan sistemik = 100 % – (-36,57 %)

= 136,57 %

b. Kadar 60 µg/ml

I. Kesalahan sistemik = 100 % – (-14,34 %)

= 114,34 %

II. Kesalahan sistemik = 100 % – 16,91 % = 95,74 %

= 83,09 %

III. Kesalahan sistemik = 100 % – 10,21 %

= 89,79 %

c. Kadar 100 µg/ml

I. Kesalahan sistemik = 100 % – 101,87 %

= -1,87 %

II. Kesalahan sistemik = 100 % – (-1,91 %) = 51,36 %

= 101,91 %

III. Kesalahan sistemik = 100 % – 45,96 %

= 54,04 %

Kesalahan sistemik rata-rata =

= 100,04 %

Page 22: Lap biofar P1 otniel.doc

♦ KESALAHAN ACAK

a. Kadar 40 µg/ml

Simpangan baku

Kesalahan acak = ———————— × 100% Harga rata-rata

= × 100%

= - 29,37 %

b. Kadar 60 µg/ml

Simpangan baku

Kesalahan acak = ———————— × 100% Harga rata-rata

= × 100%

= 386,26 %

c. Kadar 100 µg/ml

Simpangan baku

Kesalahan acak = ———————— × 100% Harga rata-rata

= × 100%

= 106,78 %

Page 23: Lap biofar P1 otniel.doc

Kesalahan acak rata-rata =

= 154,56 %

VII. PEMBAHASAN

Pada percobaan optimasi metode analisa obat bertujuan untuk

memahami langkah-langkah analisa obat didalam darah dan mampu melakukan

validasinya. Dengan melakukan optimasi maka akan diperoleh suatu metode

analisis dengan nilai-nilai parameter kinetika obat yang dapat dipercaya.

Optimasi metode analisis obat kali ini menggunakan Sulfametoxazol (SMZ)

dengan metode penetapan kadar Bratton-Marshall. Digunakan metode ini karena

mudah dikerjakan serta tidak memerlukan waktu dan biaya yang banyak (praktis).

Penetapan kadar dibaca dengan menggunakan spektrofotometri visible

berdasarkan intensitas warna yang terbentuk. Digunakan spektrofotometri visibel

Page 24: Lap biofar P1 otniel.doc

karena senyawa yang diukur membentuk kompleks warna dan mempunyai

panjang gelombang maksimum 541 nm (380-780 nm).

Hewan uji yang digunakan adalah tikus, yang diambil darahnya pada

bagian vena ekor. Sebelum diambil darahnya, bagian ekor dibersihkan dari

kotoran dan bulunya dengan menggunakan scalpel sehingga memudahkan dalam

pengambilan darah. Darah yang keluar ditampung dalam ephendrof yang sudah

diberi ± 5 tetes heparin. Heparin tersebut berfungsi sebagai antikoagulan sehingga

dapat mencegah terjadinya penggumpalan darah. Untuk menghomogenkan

campuran darah dan heparin digunakan vortex-mixer. Setelah homogen campuran

tersebut ditambah TCA 5% yang berfungsi untuk mengendapkan protein yang

ada dalam darah. Penambahan NaNO2 0,1 % pada beningan berfungsi untuk

membentuk garam diazonium. Penambahan NaNO2 ini dapat menghasilkan gas

NO2 sehingga perlu pendiaman selama ± 3 menit agar gelembung hilang. Adanya

gelembung dapat mengganggu pada saat pengukuran absorban. Penambahan

ammonium sulfamat untuk memberikan suasana asam. Setelah ditambah

ammonium sulfamat dilanjutkan dengan penambahan N(1-naftil) etilendiamin

0,1% untuk mengkopling garam diazonium yang terbentuk sehingga akan

membentuk kompleks berwarna ungu (merah keunguan). Karena kompleks warna

tersebut tidak stabil maka perlu didiamkan ditempat gelap selama beberapa menit

(5 menit). Kestabilan warna yang dihasilkan akan memungkinkan pembacaan

yang tepat.

Langkah pertama yang perlu dikerjakan untuk optimasi analisis adalah

penentuan jangka waktu larutan obat yang memberikan resapan tetap (operating

Page 25: Lap biofar P1 otniel.doc

time). Penentuan operating time dilakukan untuk pengukuran hasil reaksi atau

bila terjadi reaksi pembentukan warna. Tujuan penentuan operating time adalah

untuk mengetahui jangka waktu pengukuran yang stabil dan untuk melihat

resapan obat yang maksimum. Dari hasil percobaan diperoleh operating time pada

4 menit.

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah penetapan panjang gelombang

larutan obat yang memberikan resapan maksimum (λ maks). Panjang gelombang

maksimum adalah panjang gelombang dimana terjadi absorbsi maksimum. Pada

pengukuran harus dipilih λ maks, karena:

a Pada λ maks kepekaannya maksimum, artinya setiap perubahan konsentrasi

larutan yang dianalisa, perubahan absorbsinya pun besar.

b Di daerah sekitar λ maks kurva absorbsinya datar dan pada kondisi tersebut

mengikuti hukum Lambert-Beer.

c Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh

pemasangan ulang panjang gelombang maksimum kecil.

Dari hasil percobaan diperoleh λ maks SMZ pada 541 nm.

Langkah ketiga adalah pembuatan kurva baku. Larutan stok SMZ dibuat

deret baku dan kadarnya diukur menggunakan spektrofotometer visible.

Prinsipnya adalah kolorimetri, warna yang terbentuk oleh senyawa kompleks

serapannya diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum.

Intensitas warna yang dihasilkan akan meningkat secara linier dengan naiknya

konsentrasi zat yang ditetapkan, demikian juga dengan absorbansinya. Pembuatan

kurva baku untuk menggambarkan hubungan antara konsentrasi dan absorban

Page 26: Lap biofar P1 otniel.doc

yang berbanding lurus. Dimana apabila memenuhi hukum Lambert-Beer maka

kurva akan berupa garis lurus. Dari hasil percobaan diperoleh kurva yang cukup

linier dengan persamaan .

Langkah terakhir yang dilakukan adalah perhitungan nilai perolehan

kembali, kesalahan aak, dan kesalahan sistematik. Recovery merupakan

perbandingan antara kadar yang terukur dengan kadar yang sesungguhnya.

Recovery menunjukkan akurasi dari metode analisis. Semakin akurat

menunjukkan bahwa metode tersebut menghasilkan nilai rata-rata yang sangat

dekat dengan nilai sesungguhnya. Persyaratan yang dituntut untuk nilai recovery

adalah 75-90% atau lebih. Pada hasil percobaan diperoleh nilai recovery 86,38%,

yang berarti nilai recovery memenuhi syarat. Recovery merupakan tolok ukur

efisiensi analisis. Namun terdapat kejanggalan hasil recovery pada replikasi

pertama kadar 40 µg/ml yang diatas 100%. Hal itu berpengaruh pada kesalah

sistematik yang diperoleh (hasil minus).

Kesalahan sistematik merupakan tolok ukur inakurasi penetapan kadar.

Sedangkan kesalahan acak merupakan tolok ukur imprecision suatu analisis dan

dapat bersifat positif atau negatif. Nilai kesalahan acak dan sistemik yang

dipersyaratkan adalah kurang dari 10%. Pada percobaan diperoleh kesalahan acak

25,70 % dan kesalahan sistematik 13,62%. Hal ini menunjukkan bahwa kesalahan

acak dan kesalahan sistematik jauh dari yang diisyaratkan.

Dari ketiga nilai tersebut (nilai recovery, kesalahan acak, kesalahan

sisstematik) hanya recovery yang memenuhi persyaratan untuk analisis obat

menggunakan metode Bratton-Marshall.

Page 27: Lap biofar P1 otniel.doc

VIII.KESIMPULAN

1. Operating time Sulfametoxazol adalah 4 menit.

2. Panjang gelombang maksimum Sulfametoxazol adalah 541 nm.

3. Nilai recovery SMZ = 86,38%, kesalahan sistematik = 13,62% dan

kesalahan acak = 25,70 %

4. Ketiga parameter tersebut (nilai recovery, kesalahan acak, kesalahan

sistematik) hanya nilai recovery yang memenuhi persyaratan.

5. Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa metode penetapan kadar

Sulfametoxazol tidak valid

Page 28: Lap biofar P1 otniel.doc

IX. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi.

Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru.

Goodman dan Gilman. 2003. Dasar Farmakologi Terapi. Volume 2. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mutschler, Ernest. 1991. Dinamika Obat. Bandung: ITB.

Shargel, Leon dan B. C Andrew. 1985. Biofarmasetika dan Farmakokinetika

Terapan. Surabaya: Airlangga University Press.

Page 29: Lap biofar P1 otniel.doc

Siswandono dan Bambang Soekardjo. 2000. Kimia Medisinal. Edisi 2.

Surabaya: Airlangga University Press.

Sudjadi. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Yogyakarta.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT

Elex Media Komputindo.

Mengetahui, Semarang,

Dosen Pembimbing, Praktikan,

LathifaRamadani(0408089)

Luluk Rahmawati (0408093)

Nanik Isti W (0408107)

Page 30: Lap biofar P1 otniel.doc

Otniel Danu S (0408119)

Rani Januarita (0408123)

LAMPIRAN

Pembuatan reagen

a. NaOH 0,1 N 25 ml

gram 1000

N = ——— ×——— × val Mr ml

gram 1000

0,1 N = ——— ×——— × 1 40 25

gram = 100 mg

→ Ditimbang 100 mg NaOH + aquadest ad 25 ml dalam beaker glass, diaduk

ad homogen

b. TCA 5% 100 ml

5

TCA = —— × 100 ml

Page 31: Lap biofar P1 otniel.doc

100

= 5 gram

→ Ditimbang 5 g TCA + aquadest ad 100 ml dalam beaker glass, diaduk ad

homogen

c. NaNO2 0,1% 50 ml

0,1

NaNO2 = —— × 50 ml 100

= 50 mg

→ Ditimbang 50 mg NaNO2 + aquadest ad 50 ml dalam labu takar,

dihomogenkan

d. Asam sulfamat 0,5% 50 ml

0,5

As sulfamat = —— × 50 ml = 250 mg 100

→ Ditimbang 250 mg As. Sulfamat + aquadest ad 50 ml dalam labu takar,

dihomogenkan

e. N(1-naftil) etilendiamin 0,1% 50 ml

0,1

NaNO2 = —— × 50 ml 100

= 50 mg

→ Ditimbang 50 mg N(1-naftil) etilendiamin + aquadest ad 50 ml dalam labu

takar, dihomogenkan

Page 32: Lap biofar P1 otniel.doc

V. DATA PENGAMATAN5.1 Penimbangan sulfametoxazol untuk membuat larutan stok 1 µg/ml

Kertas + Zat : 0,3129 gram

Kertas + sisa : 0,2613 gram _

Zat : 0,0516 gram

Kadar sebenarnya =

5.2 Penghitungan deret baku dari larutan stok

1. 0 µg/mlVbaku.Cbaku=Vstok.Cstok

250. 0 =Vstok.1032 Vstok = 0 ml

2. 10 µg/mlVbaku.Cbaku=Vstok.Cstok

250. 10 =Vstok.1032 Vstok = 2,42 ml

3. 20 µg/ml

Vbaku.Cbaku=Vstok.Cstok

250. 20 =Vstok.1032 Vstok = 4,84 ml

4. 40 µg/ml

Vbaku.Cbaku=Vstok.Cstok

250. 40 =Vstok.1032 Vstok = 9,69 ml

5. 60 µg/ml

Vbaku.Cbaku=Vstok.Cstok

250. 60 =Vstok.1032 Vstok = 14,53 ml

6. 100 µg/ml

1. 0 µg/mlVbaku.Cbaku=Vstok.Cstok

250.Cbaku= 0 .1032 Cbaku = 0 µg/ml

2. 10 µg/ml

Vbaku.Cbaku=Vstok.Cstok

250.Cbaku=2,42.1032 Cbaku = 9,99 µg/ml

3. 20 µg/ml

Vbaku.Cbaku=Vstok.Cstok

250.Cbaku=4,84.1032 Cbaku = 19,98 µg/ml

4. 40 µg/ml

Vbaku.Cbaku=Vstok.Cstok

250.Cbaku=9,69.1032 Cbaku = 40 µg/ml

5. 60 µg/ml

Vbaku.Cbaku=Vstok.Cstok

250.Cbaku=14,53.1032 Cbaku = 59,98 µg/ml

Page 33: Lap biofar P1 otniel.doc

5.3 Operating time

40 µg/mlVbaku.Cbaku=Vstok.Cstok

250. 40 =Vstok.1032 Vstok = 9,69 l » 9,69 l larutan sulfametoxazol + 240,31 l darah 80 µg/mlVbaku.Cbaku=Vstok.Cstok

250. 80 =Vstok.1032 Vstok = 19,38 ml »19,38 l larutan sulfametoxazol + 230,62 l darah

5.4 Panjang gelombang maksimum

KonsentrasiAbsorban

maksimumPanjang

geombang40 µg/ml 0,022 542 nm40 µg/ml 0,137 541 nm

» Diambil panjang gelombang maksimum untuk sulfametoxazol pada 541 nm

Page 34: Lap biofar P1 otniel.doc

5.5 Operating time

t (menit)Absorban

40 µg/ml 80 µg/ml0 0,190 0,0171 0,183 0,0142 0,183 0,0183 0,178 0,0174 0,174 0,0175 0,172 0,0176 0,173 0,020

» Diambil operating time untuk sulfametoxazol pada menit ke 4

5.6 Data absorabnsi kurva baku sulfametoxazol

C teoritis (µg/ml) C sebenarnya (µg/ml) A

0 0 0

10 10,32 0,019

20 20,64 0,042

40 41,28 0,080

60 61,98 0,200

100 103,2 0,292

Persamaan regresi linier :

5.7 Data perolehan kembali (recovery), kesalahan sistematis, dan kesalahan acak

No C (µg/ml) A SD % R %KS %KA1 40 0,153 56,02

19,021 42,57135,71 -35,71

44,6840 0,071 29,12 70,54 29,46

2 60 0,144 53,11 3,662 55,7 85,77 14,23 6,58

Page 35: Lap biofar P1 otniel.doc

60 0,160 58,29 94,14 5,863 100 0,229 80,64

17,635 68,1778,14 21,86

25,86100 0,152 55,70 53,97 46,03

R : recovery/ perolehan kembali=

KS : kesalahan sistematis =

KA : kesalahan acak =