Download - biofar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bidang teknologi farmasi terus mengembangkan berbagai bentuk sediaan baru
untuk mengatasi keterbatasan sediaan yang terdahulu. Salah satu bentuk sediaan yang
terus dikembangkan karena memiliki keuntungan terapeutik yang baik adalah sediaan oral
lepas terkendali. Bentuk sediaan ini masih memiliki keterbatasan terutama untuk obat
yang memiliki segmen absorpsi yang sempit pada gastrointestinal bagian atas. Hal ini
disebabkan karena waktu transit obat yang relatif singkat pada gastrointestinal bagian atas
sehingga dalam waktu kurang dari enam jam sediaan lepas terkendali telah meninggalkan
gastrointestinal bagian atas. Untuk mengatasi hal ini, maka dikembangkan suaatu sistem
penghantar obat tertahan di lambung (Gastroretentive Drug Delivery System). Sistem
penghantaran di lambung merupakan suatu sistem penghantar obat dengan menggunakan
polimer dimana setelah pemberiaan secara oral, obat akan tertahan lebih lama dalam
lambung dan melepaskan obat secara terkendali dan kontinyu.
Salah satu pendekatan sistem penghantaran obat tertehan di lambung adalah
sistem penghantaran obat mengapung (floating drug delivery system). Mekanisme
keterapungan terjadi karena densitas sediaan lebih rendah dibandingkan densitas cairan
lambung. Baik sediaan tunggal maupun multiunit, seperti granul dan pellet, telah
dikembangkan dengan sistem mengapung. Sediaan multiunit memiliki kelebihan daripada
sediaan tunggal, yaitu tidak berlaku sistem all or nothing pada saat terjadi pengosongan
lambung.
Pada sistem mengapung, obat akan diperpanjang waktu tinggalnya di lambung
melalui mekanisme keterapungan yang disebabkan oleh matriks. Matriks pada sistem
mengapung terdiri dari polimer yang dapat mengembang, seperti hidroksipropil
metilselulosa, dan kandungan zat effervescent, seperti natrium bikarbonat, asam tartrat
dan asam sitrat. Ketika kontak dengan asam lambung, karbondioksida akan dilepaskan
dan terperangkap di polimer hidrokoloid yang mengembang, sehingga menyebabkan
sediaan mengapung.
1
Keuntungan dari bentuk floating system adalah dapat mengontrol frekuensi
pemberian obat karena obat memiliki kemampuan mengambang kemudian mengapung di
dalam lambung untuk beberapa waktu. Sedangkan kerugian dari bentuk floating system
adalah tidak bisa untuk obat-obat yang absorbsinya jelek di lambung.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu :
1. Mengetahui pengertian gastroretentive drug delivery system
2. Lebih memahami tentang floating system dalam sediaan farmasi
3. Lebih mengetahui fungsi sediaan dalam kehidupan sehari-hari
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana Anatomi lambung ?
2. Bagaimana karakteristik, keuntungan dan kekurangan sediaan lepas lambat?
3. Bagaimana sistem tertahan dilambung (gastroretentive) ?
4. Bagaimana sediaan Floating System ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Lambung
Lambung merupakan organ muskular yang berbentuk menyerupai huruf J yang
berfungsi menerima dan mencampur makanan dari esofagus dengan cairan lambung dan
mendorong makanan ke usus kecil. Makanan memasuki lambung dari esofagus dengan melewati otot
berbentuk cincin yang disebut sfingter yang dapat membuka dan menutup sehingga berfungsi
mencegah makanan kembali keesofagus (Lestari, 2008).
Lambung memiliki panjang sekitar 25 cm dan 10 cm pada saat kosong, volume 1-1,5
liter pada dewasa normal. Terletak persis di bawah diafragma, terdiri dari kardia, fundus,
korpus, antrum dan pylorus (Aiache,et al, 1993).
Sel-sel yang melapisi lambung mensekresikan tiga komponen penting,yaitu mukus, HCl,
dan prekursor pepsin. Mukus yang dihasilkan oleh sel mucus menyelaputi sel-sel yang melapisi
lambung sebagai perlindungan terhadapkerusakan oleh enzim dan asam.
3
Histologi Lambung
Lambung adalah reservoar untuk menampung makanan dan pengolahannya oleh
kelenjar-kelenjar dalam mukosa. Pada keadaan kosongvolume lumennya hanya 50-75 mL,
namun pada saat makan kapasitasnya dapatmencapai lebih dari 1,2 liter. Volume sekret yang
dihasilkan seharinya berkisar antara 500 sampai 1000 mL, paling banyak saat mencerna
makanan. Getah lambung yang bening tanpa warna mengandung mukus, air, HCl, dan
enzim pepsin. Sekresi asam mempertahankan lingkungan intern yang optimal
untuk proteolisis oleh pepsin yang paling aktif pada pH 2 (Fawcett, 2002). Lambung secara
histologis terdiri atas empat lapisan yang tersusun daridalam ke luar yakni lapisan mukosa,
lapisan submukosa, lapisan muskularis, dan lapisan serosa (Price dan Wilson, 2006)
Gambar 2. Gambaran histologis lambung normal
(Sumber: Junqueira and Carneiro, Basic Histology, a text and atlas)
2.2 Sediaan lepas lambat
Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan
obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahanatau bertahap supaya pelepasannya lebih lama
dan memperpanjang aksi obat (Lordi, 1994; Ansel, dkk, 2005).
Keuntungan bentuk sediaan lepas lambat dibandingkan bentuk sediaan konvensional
adalah sebagai berikut (Ansel et al, 1999):
Mengurangi fluktuasi kadar obat dalam darah
Mengurangi frekuensi pemberian
4
Meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien
Mengurangi efek samping yang merugikan
Mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan.
Sedangkan kekurangan sediaan lepas lambat diantaranya adalah (Ballard, 1978):
Biaya produksi lebih mahal dibanding sediaan konvensional
Adanya dose dumping yaitu sejumlah besar obat dari sediaan obat dapat lepas
secara cepat
Sering mempunyai korelasi in vitro – in vivo yang jelek
Mengurangi fleksibilitas pemberian dosis
Efektifitas pelepasan obat dipengaruhi dan dibatasi oleh lama tinggal di saluran
cerna
Jika penderita mendapat reaksi samping obat atau secra tiba-tiba mengalami
keracunan, maka untuk menghentikan obat dari sistem tubuh akan lebih sulit
dibanding sediaan konvensional
Tidak dapat digunakan untuk obat yang memiliki dosis besar (500 mg)
Karakteristik obat yang dapat diproduksi sebagai sediaan lepas terkendali, yaitu :
1. Memiliki absorpsi danekskresi yang sangat lambatatau sangat cepat, dan tidak
memiliki waktu paruh terlalu cepat (kurang dari dua jam).
2. Dapat diabsorbsi dengan baik pada jalur gastrointestinal, memiliki kelarutan yang
baik, tidak boleh terlalu larut atau terlalu tidak larut.
3. Memiliki dosis terapi yang relatif kecil atau haus lebih kecil dari 0,5 gram.
4. Memiliki indeks terapeutik yang lebar antara dosis efektif dan dosis toksik,
sehingga obat dapat dikatagorikan aman dan tidak menimbulkan dose dumping,
yaitu lepasnya sejumlah besar obat dalam sediaan secara secara serentak.
5. Digunakan lebih baik untuk pengobatan penyakit kronik daripada penyakit akut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan sediaan
a. Dosis
Produk oral yang mempunyai dosis lebih besar dari 0,6 gram sangat sulit untuk
sediaan lepas lambat karena dengan dosis yang besar akan dihasilan volume
sediaan yang besar dan tidak dapat diterima sebagai produk oral.
b. Kelarutan
5
Obat dengan kelarutan dalam air yang rendah atau tinggi, tidak cocok untuk
sediaan lepas lambat. Batas terendah untuk kelarutan pada sediaan lepas lambat
adalah 0,1 mg/ml. Obat yang kelarutannya tergantung pH, fisiologis akan
menimbulkan masalah yang lain karena variasi pH pada saluran cerna (GIT) yang
dapat mempengaruhi kecepatan disolusi.
c. Koefisien partisi
Obat yang mudah larut dalam air kemungkinan tidak mampu menembus membran
biologis sehingga obat tidak sampai ke tahap aksi. Sebaliknyauntuk obat tidak
mencapai sel target. Kedua kasus di atas tidak diinginkan untuk sediaan lepas
lambat.
d. Stabilitas obat
Bahan aktif yang tidak stabil terhadap lingkungan yang bervariasi di sepanjang
saluran cerna (enzim, variasi pH, flora usus) tidak dapat diformulasikan menjadi
sediaan lepas lambat.
e. Ukuran molekul
Molekul obat yang besar menunjukkan koefisien difusi yang kecil dan
kemungkinan sulit dibuat sediaan lepas lambat. Beberapa sifat biologis yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan sediaan lepas lambat (Lee dan Robinson, 1978)
f. Absorpsi
Obat yang lambat diabsorpsi atau memiliki kecepatan absorpsi yang bervariasi
sulit untuk dibuat sediaan lepas lambat.
g. Volume distribusi
Obat dengan volume distribusi yang tinggi dapat mempengaruhi kecepatan
eliminasinya sehingga obat tersebut tidak cocok untuk sediaan lepas lambat.
h. Durasi
Obet dengan waktu paro pendek dan dosis besar tidak cocok untuk sediaan lepas
lambat. Obat dengan waktu paro yang panjang dengan sendirinya akan dapat
mempertahankan kadar obat pada indeks terapeutiknya sehingga tidak perlu
dibuat sediaan lepas lambat.
i. Indeks terapeutik
Obat dengan indeks terapeutik yang sempit memerlukan konterol yang teliti
terhadap kadar obat yang dilepaskan dalam darah. Sediaan lepas lambat berperan
dalam mengontrol pelepasan obat agar tetap dalam indeks terapeutiknya.
j. Metabolisme
6
Sediaan lepas lambat dapat digunakan pada obat yang metabolisme secara luas
asalkan kecepatan metabolismenya tidak terlalu tinggi.
2.3 Sistem Tertahan Di Lambung (GASTRORETENTIVE)
Salah satu bentuk sediaan lepas terkendali oral yang memungkinkan obat untuk
tinggal lebih lama di saluran gastrointestinal bagiaan atas adalah sediaan dengan sistem
penghantaran obat tertahan di lambung (Gastroretentive). Pada sistem penghantaran lepas
terkendali tertahan di lambung, zat aktif yang cocok digunakan adalah obat yang memiliki
lokasi absorpsi utama di lambung atau usus bagiaan atas, tidak stabil pada lingkungan usus
halus atau kolon dan memiliki kelarutan yang rendah pada pH yang tinggi. Bentuk sediaan
tertahan di lambung dapat mengatur pelepasan obat yang memiliki indeks terapeutik yang
sempit dan absorpsi yang baik di lambung.
Secara umum, sistem penghantaran obat tertahan di lambung terdiri dari sistem
mengembang (swelling system), sistem bioadhesif (bioadhesive system) dan sistem
mengapung (floating system).
1. Sistem mengembang (swelling system)
Pada sistem mengembang obat dipertahankan berada di lambung dengan cara
meningkatkan ukuran sediaan lebih besar dari pilorus, sehingga obat dapat bertahan
lebih lama di lambung. Pada sistem mengembang sediaan akan mengambang setelah
berada dalam lambung dalam waktu cepat dan sediaan tidak terbawa bersama gerakan
lambung melewati pylorus. Sediaan ini membutuhkan polimer yang akan
mengembang dalam waktu tertentu ketika kontak dengan cairan lambung, kemudiaan
selanjutnya akan tererosi menjadi ukuran yang lebih kecil. Contoh polimer yang dapat
digunakan adalah senyawa selulosa, poliakrilat, poliamida, poliuretan.
2. Sistem bioadhesif (bioadhesive system)
Pada sistem bioadhesif sediaan akan teradhesi pada segmen tertentu pada
saluran cerna. Sediaan akan tinggal dalam waktu yang lebih lama sampai proses
adhesi berakhir selama beberapa jam (lebih dari 7-8 jam) berada pada segmen saluran
cerna. Sistem bio/mukoadhesif merupakan suatu sistem yang menyebabkan sediaan
dapat terikat pada permukaan sel epitel lambung atau mucin. Daya lekat epitel dari
musin diperoleh dengan menggunakan polimer bio/mukoadhesif. Perlekatan sistem
penghantaran pada dinding lambung akan meningkatkan waktu tinggal di tempat aksi.
7
2.4 Floating System (Gastric Floating Drug Delivery Systems)
Floating sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1968,
merupakan suatu sistem dengan densitas yang kecil, memiliki kemampuan mengambang
kemudian mengapung dan tinggal di dalam lambung, obat dilepaskan perlahan pada
kecepatan yang dapat ditentukan. Hasil yang diperoleh adalah peningkatan GRT dan
pengurangan fluktuasi konsentrasi obat di dalam plasma (Chawla, et.al). Sistem mengapung
pada lambung berisi obat yang pelepasannya perlahan-lahan dari sediaan yang memiliki
densitas yang rendah/Floating Drug Delivery System (FDDS) juga biasa disebut
Hydrodynamically Balanced System (HBS). FDDS/ HBS memiliki densitas bulk yang lebih
rendah daripada cairan lambung. FDDS tetap mengapung di dalam lambung tanpa
mempengaruhi motilitas dan keadaan dari lambung. Sehingga obat dapat dilepaskan pada
kecepatan yang diinginkan dari suatu sistem.
Bentuk floating system banyak diformulasi dengan menggunakan matriks-matriks
hidrofilik dan dikenal dengan sebutan hydrodynamically balanced system (HBS), karena saat
polimer berhidrasi intensitasnya menurun akibat matriknya mengembang, dan dapat menjadi
gel penghalang dipermukaan bagian luar. Bentuk ini diharapkan tetap dalam keadaan
mengapung selama tiga atau empat jam dalam lambung tanpa dipengaruhi oleh laju
pengosongan lambung karena densitasnya lebih rendah dari kandungan gastrik. Hidrokoloid
yang direkomendasikan untuk formulasi bentuk floating adalah cellulose ether polymer,
khususnya hydroxypropyl methylcellulose (Moes, 2003).
8
Gambar 3. Mekanisme floating system (Garg and Sharma, 2003).
2.4.1 Klasifikasi Sistem Mengapung
Penghantaran obat dengan sistem mengapung diklasifikasikan berdasarkan
jenis formulasinya,yaitu :
1. Sistem effervescent
Pada sistem effervescent digunakan dua jenis pembawa, yaitu bahan
pembentuk gel, yaitu polimer yang dapat mengembang atau golongan
polisakarida; dan bahan pembentuk gas, yaitu sodium bikarbonat, asam tartrat,
dan asam sitrat.ketika obat kontak dengan asam lambung, asam lambung akan
menembus polimer dan masuk kedalam obat dan terjadi reaksi yang menghasilkan
gas CO2. Gas CO2 ini tidak dapat keluar karena tertahan oleh lapisan gel polimer
hidrokoloid, sehingga menyebabkan sediaan dapat langsung mengapung dan
tertahan di lambung. Lapisan gel polimer memegang peranan penting dalam
mempertahankan keterapungan untuk melepaskan obat secara terkendali. Jumlah
dan jenis bahan pembentuk gas memiliki efek yang besar terhadap ukuran
partikel, kemampuan mengapung, struktur pori, morfologi, kecepatan pelepasan,
dan kekuatan sediaan tersebut.
2. Sistem noneffervescent
Pada sistem noneffervescent hanya digunakan bahan pembentuk gel yang
memiliki daya pengembangan tinggi, seperti polimer pembentuk matriks
(polikarbonat, poliakrilat, polimetakrilat, dan polistiren). Formulanya merupakan
campuran antara obat dengan bahan pembentuk gel hidrokoloid. Ketika kontak
9
dengan cairan lambung, sediaan akan mengembang dan memiliki bulk density
kurang dari satu. Udara akan terperangkap didalam matriks sehingga sediaan
dapat mengapung. Bahan pembentuk gel memiliki struktur yang bertindak sebagai
reservoir dan membuat pelepasan obat menjadi terkendali.
2.4.2 Pengaruh Beragam Formulasi Pada Sifat Floating
Banyak hal yang mempengaruhi sifat mengapungnya sediaan FDDS ( Sistem
mengapung pada lambung berisi obat yang pelepasannya perlahan-lahan dari sediaan
yang memiliki densitas yang rendah/Floating Drug Delivery System) karena adanya
variasi bahan tambahan yang digunakan. Variasi rasio HPMC / carbopol dan
penambahan Mg Stearat menentukan sifat floating. Penambahan Mg Stearat dapat
meningkatkan sifat floating secara signfikan. Namun jumlah hidroksi propil
metilselulosa yang tinggi tidak mempengaruhi kemampuan mengapung secara
signifikan. Rasio HPMC : Carbopol lebih tinggi menunjukkan sifat floating lebih
baik. Formulasi floating menggunakan polimer yang mengembang seperti HPMC dan
HPC tidak menunjukkan reprodusibiltas pada pelepasan dan waktu tinggal karena
pembengkakan sangat bergantung pada isi lambung dan osmolaritas medium dan
formulasi tertentu diamati akan tenggelam pada medium disolusi setelah waktu
tertentu. Lag time floating pada formulasi tersebut = 9 – 30 menit. Kemampuan
pembentukan gel dan kekuatan gel polisakarida bervariasi dari batch ke batch karena
variasi pada panjang rantai dan tingkat substitusi dan situasi ini diperburuk pada
formulasi effervescent dengan gangguan dari struktur gel melalui evolusi CO2.
Pembentuk gel bereaksi sangat sensitif terhadap perbedaan osmolaritas media
pelepasan, dengan peningkatan pelepasan.
2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Floating Drug Delivery System
Aspek Mekanis dari GRDFs
Berbagai percobaan telah dilakukan untuk mempertahankan bentuk dosis pada
lambung agar meningkatkan waktu tinggal. Percobaan tersebut termasuk
memperkenalkan bentuk Floating system ( sistem effervesent-noneffervesent dan
swelling atau sistem mengembang), sistem mucoadhesive, sistem berat jenis tinggi ,
sistem modifikasi bentuk, gastric-emptying delaying devices and co-administration of
gastric-emptying delaying drugs. Dari beberapa jenis diatas, sistem Floating
10
(mengapung) merupakan bentuk yang sering digunakan. Namun, kebanyakan dari
pendekatan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang mempengaruhi keberhasilannya
sebagai sistem gastroretentive Floating system:
a) Berat jenis
GRT merupakan fungsi dari bentuk sediaan apung yang tergantung pada berat
jenis.
b) Ukuran
Unit bentuk sediaan dengan diameter lebih dari 7,5 mm dilaporkan mengalami
peningkatan GRT dibandingkan dengan mereka dengan diameter 9,9 mm.
c) Bentuk Bentuk Sediaan
Tetrahedron dan bentuk cincin dengan modulus lentur dari 48 dan 22,5 kilopounds
per inci persegi (KSI) dilaporkan memiliki hasil GRT lebih baik ≈ 90% sampai
100% yang mampu brtahan pada 24 jam dibandingkan dengan bentuk yang lain.
d) Satu atau Beberapa Satuan Formulasi
Formulasi unit ganda menunjukkan profil rilis yang lebih dapat diprediksi dan
merusak kinerja yang tidak signifikan karena kegagalan unit, memungkinkan unit
pembantu administrasi dengan profil rilis yang berbeda atau yang mengandung zat
kompatibel dan diizinkan margin keamanan yang lebih besar terhadap kegagalan
sediaan dibandingkan dengan bentuk-bentuk satuan dosis tunggal.
e) Tempat Terisi atau Tidak Terisi
Dalam kondisi berpuasa, motilitas GI ditandai dengan periode aktivitas motorik
yang kuat atau peprpindahan myoelectric kompleks (MMC) yang terjadi setiap 1,5
sampai 2 jam. MMC menyapu materi tercerna dari lambung dan, jika waktu
administrasi formulasi bertepatan dengan MMC tersebut, unit GRT dapat
diharapkan menjadi sangat pendek. Namun, dalam keadaan makan, MMC
tertunda dan GRT jauh lebih lama lagi.
f) Makanan Alami
Makanan sulit dicerna atau garam asam lemak dapat mengubah pola motilitas dari
lambung ke tempat pencernaan, sehingga mengurangi nilai waktu pengosongan
lambung dan memperpanjang pelepasan obat
g) Konten Kalori
GRT bisa meningkat empat sampai 10 jam dengan makanan yang tinggi protein
dan lemak.
h) Frekuensi Makan
11
GRT dapat meningkat lebih dari 400 menit ketika makanan berturut-turut
diberikan dibandingkan dengan makanan tunggal karena rendah frekuensi MMC.
i) Jenis kelamin
GRT pada laki-laki yang sedang rawat jalan (3,4 ± 0,6 jam) kurang dengan usia
mereka dan dibandingkan pada perempuan (4,6 ± 1,2 jam), terlepas dari berat
badan, tinggi dan permukaan tubuh).
j) Usia
Orang tua, terutama yang lebih dari 70 tahun,memiliki GRT signifikan lebih
panjang.
k) Postur Tubuh
GRT dapat bervariasi pada pasien rawat inap yang terlentang atau jalan tegak;
l) Pemberian Obat Bersamaan
Antikolinergik seperti atropin dan propantheline, opiat seperti kodein dan agen
prokinetic seperti metoclopramide dan cisapride;
m) Faktor Biologis
Penyakit diabetes.
12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gastroretentive Folating System
GRDFs menyajikan secara signifikan perode waktu obat rilis yang lebih lama.
Dengan demikian bentuk ini tidak hanya menyajikan interval dosis yang lebih lama
tetapi juga meningkatkan kenyamanan pasien melebihi level bentuk lepas terkontrol.
Aplikasi ini efektif pada panghantaran obat yang terlarut maupun tidak terlarut.
Seperti diketahui, apabila kelarutan obat menurun, maka ketersediaan obat untuk
berdisolusi juga akan menurun, sehingga waktu transit menjadi faktor signifikan yang
mempengaruhi absorpsi obat. Untuk hal ini, administrasi obat oral yang mudah larut
menjadi sering atau bahkan sangat sering per hari.
Gastroretentive yaitu sediaan dengan sistem penghantaran obat tertahan di
lambung dengan bentuk sediaan lepas terkendali oral yang memungkinkan obat untuk
tinggal lebih lama di saluran gastrointestinal bagian atas. Zat aktif yang cocok
digunakan adalah obat yang memiliki lokasi absorpsi utama di lambung atau usus
bagian atas, tidak stabil pada lingkungan usus halus atau kolon dan memiliki
kelarutan yang rendah pada pH yang tinggi. Bentuk sediaan tertahan di lambung dapat
mengatur pelepasan obat yang memiliki indeks terapeutik yang sempit dan absorpsi
yang baik di lambung.
Floating system merupakan sistem dengan densitas yang kecil, yang memiliki
kemampuan mengambang kemudian mengapung dan tinggal dilambung untuk
beberapa waktu lalu obat dilepaskan perlahan pada kecepatan yang dapat ditentukan,
hasil yang diperoleh adalah peningkatan gastric residence time (GRT) dan
pengurangan fluktuasi konsentrasi obat dalam plasma.
Sediaan dengan sistem hidrodinamis yang seimbang (Hydrodynamically
Balance System = HBS) berupa sediaan yang dirancang untuk memperpanjang waktu
tinggal di dalam lambung serta meningkatkan absorpsi maka pada formula sediaan
tersebut perlu ditambahkan 20 – 75% b/b hidrokoloid tunggal atau campuran.
13
Setelah dikonsumsi maka di dalam lambung, hidrokoloid dalam sediaan
kontak dengan cairan lambung kemudian mengembang. Karena jumlah hidrokoloid
yang banyak ( hingga 75%) dan mengembang maka berat jenisnya akan lebih kecil
dari berat jenis cairan lambung. Akibatnya sistem menjadi mengapung di dalam
lambung. Karena mengapung, sistem tersebut akan bertahan di dalam lambung dan
tidak mudah masuk ke dalam pylorus serta tidak diteruskan ke usus. Hidrokoloid yang
mengembang akan menjadi gel penghalang sehingga membatasi masuknya cairan
lambung ke dalam sistem dan kontak dengan bahan aktif obat, sekaligus akan
mengatur pelepasan bahan aktif obat dari sistem terapung itu ke dalam cairan
lambung. Untuk dapat bertahan dalam lambung untuk waktu yang lebih lama maka
bentuk sediaan harus memiliki bobot jenis kurang dari satu.
Pada HBS dapat ditambahkan komponen pembentuk gas, seperti golongan
garam karbonat. Garam karbonat bila kontak dengan cairan lambung yang asam akan
melepaskan gas karbondioksida yang akan terperangkap dalam hidrokoloid yang
mengembang sehingga mempercepat waktu mulai mengapung. Maka komposisi
hidrokoloid dapat dikurangi hingga tinggal 10 – 20%.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Salah satu bentuk sediaan lepas terkendali oral yang memungkinkan obat untuk
tinggal lebih lama di saluran gastrointestinal bagiaan atas adalah sediaan dengan sistem
penghantaran obat tertahan di lambung (Gastroretentive). Bentuk sediaan tertahan di
lambung dapat mengatur pelepasan obat yang memiliki indeks terapeutik yang sempit dan
absorpsi yang baik di lambung. Secara umum, sistem penghantaran obat tertahan di
lambung terdiri dari
a. sistem mengembang (swelling system),
b. sistem bioadhesif (bioadhesive system) dan
c. sistem mengapung (floating system).
Floating sistem merupakan suatu sistem dengan densitas yang kecil, memiliki
kemampuan mengambang kemudian mengapung dan tinggal di dalam lambung, obat
dilepaskan perlahan pada kecepatan yang dapat ditentukan. Hasil yang diperoleh adalah
peningkatan GRT dan pengurangan fluktuasi konsentrasi obat di dalam plasma. Sistem
mengapung pada lambung berisi obat yang pelepasannya perlahan-lahan dari sediaan yang
memiliki densitas yang rendah/Floating Drug Delivery System (FDDS) juga biasa disebut
Hydrodynamically Balanced System (HBS). Penghantaran obat dengan sistem mengapung
diklasifikasikan berdasarkan jenis formulasinya,yaitu :
1. Sistem effervescent
2. Sistem noneffervescent
Faktor-faktor yang mempengaruhi Floating Drug Delivery System (Aspek Mekanis
dari GRDFs ).
a) Berat jenis
b) Ukuran
c) Bentuk bentuk sediaan
d) Satu atau beberapa satuan
formulasi
e) Tempat terisi atau tidak terisi
f) Makanan alami
g) Konten kalori
h) Frekuensi makan
i) Jenis kelamin
15
j) Usia
k) Postur tubuh
l) Pemberian obat bersamaan
m) Faktor biologis
Sediaan dengan sistem hidrodinamis yang seimbang (Hydrodynamically Balance
System = HBS) berupa sediaan yang dirancang untuk memperpanjang waktu tinggal di dalam
lambung serta meningkatkan absorpsi maka pada formula sediaan tersebut perlu ditambahkan
20 – 75% b/b hidrokoloid tunggal atau campuran. Namun apabila ditambahkan komponen
pembentuk gas seperti golongan garam karbonat maka komposisi hidrokoloid dapat dikurangi
hingga tinggal 10 – 20%.
16