bab ii (baru)

12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Permanganometri Permanganometri adalah proses titrasi dimana garam kalium permanganat (KMnO 4 ) digunakan sebagai zat standar. Karena kalium permanganat (KMnO 4 ) tidak murni, karena banyak mengandung oksida (MnO dan Mn 2 O 3 ), maka zat tersebut bukan merupakan standar primer. Standarisasi dapat dilakukan dengan beberapa reduktor, seperti : As 2 O 3 , Fe, Na 2 C 2 O 4 , H 2 C 2 O 4 .2H 2 O, KHC 2 O 4 , K 4 {Fe(CN) 6 }, Fe(NH 4 ) 2 (SO 4 ) 2 . Pada proses titrasi permanganometri tidak perlu ditambahkan indikator untuk mengetahui terjadinya titik ekivalen, karena MnO 4 - yang berwarna ungu dapat berfungsi sebagai indikator sendiri (auto indikator) (Muthia, 2012). Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis (Syadharzyarga, 2011). 2.2 Kalium Permanganat (KMnO 4 ) Kalium permanganat adalah oksidator kuat. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0,1 N permanganat memberikan

Upload: edwin-yang

Post on 18-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

permanga

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian PermanganometriPermanganometri adalah proses titrasi dimana garam kalium permanganat (KMnO4) digunakan sebagai zat standar. Karena kalium permanganat (KMnO4) tidak murni, karena banyak mengandung oksida (MnO dan Mn2O3), maka zat tersebut bukan merupakan standar primer. Standarisasi dapat dilakukan dengan beberapa reduktor, seperti : As2O3, Fe, Na2C2O4, H2C2O4.2H2O, KHC2O4, K4{Fe(CN)6}, Fe(NH4)2(SO4)2.

Pada proses titrasi permanganometri tidak perlu ditambahkan indikator untuk mengetahui terjadinya titik ekivalen, karena MnO4-yang berwarna ungu dapat berfungsi sebagai indikator sendiri (auto indikator) (Muthia, 2012).Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis (Syadharzyarga, 2011).2.2 Kalium Permanganat (KMnO4)Kalium permanganat adalah oksidator kuat. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0,1 N permanganat memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini digunakan untuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut. Kelemahannya adalah dalam medium HCl, Cl- dapat teroksidasi, demikian juga larutannya, memiliki kestabilan yang terbatas.Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi dalam larutan-larutan yang bersifat asam, 0.1 N atau lebih besar:

MnO4-+ 8H++ 5e- Mn2++ 4H2O E = +1,51 V

Reaksi yang terjadi pada suasana asam ini dapat digunakan untuk menentukan secara langsung berbagai macam kation maupun anion, antara lain :

Kation / anion

Hasil oksidasi

Fe2+, Sn2+, VO2+, H2O2Fe3+, Sn4+, VO3-, O2

Mo3+, As3+, Ti3+, U4+

Mo3+, As3+, Ti3+, U4+

C2O42-, NO2-, SO32-

CO2, NO3-, SO42-Sedangkan secara tidak langsung, melalui penambahan reduktor berlebih dapat digunakan untuk menentukan : MnO4-, Cr2O72-, Ce4+, MnO2, Mn3O4, PbO2, Pb2O3, dan Pb3O4.Selain itu, permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi tersebut, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup kuat unuk mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO2, titik akhir permanganat tidak permanen dan warnanya dapat hilang karena reaksi:3Mn2++ 2MnO4-+ 2H2O5MnO2(s) + 4H+Reaksi ini berjalan lambat dalam keadaan asam, tapi cepat dalam keadaan netral. Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2. Bagaimanapun juga, mengingat reaksinya berjalan lambat, MnO2tidak diendapkan secara normal pada titik akhir titrasi-titrasi permanganat.Dalam suasana netral dan basa, MnO4-mengalami reduksi menjadi endapan MnO2yang berwarna hitam, menurut reaksi :

MnO4- + 2H2O + 3e-

MnO2 + 4OH-

Zat-zat yang dapat ditentukan secara permanganometri dalam suasana netral dan basa ini antara lain garam-garam Mn(II), asam format, dan garam format (Muthia, 2012).

Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan oksida mengkatalisis dekomposisi larutan permanganat. Jejak-jejak dari MnO2yang semula ada dalam permanganat, atau berbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen pereduksi di dalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan-tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi-substansi yang dapat direduksi, dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter (filter-filter non pereduksi) untuk menghilangkan MnO2. Biasanya sebelum disaring dipanaskan terlebih dahulu selama 15-30 menit, jika tidak dipanaskan, sebagai alternatif larutan didiamkan dalam suhu ruang selama 2-3 hari. Larutan tersebut kemudian distandardisasi, dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan, konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan. Larutan kalium permanganat harus disimpan dalam tempat yang bersih, berbahan kaca dengan warna gelap yang sebelumnya telah dibersihkan dengan larutan pembersih kemudian dibilas dengan deionised water.

Larutan-larutan permanganat yang bersifat asam tidak stabil karena asam permanganat terdekomposisi dan air teroksidasi dengan persamaan:

4MnO4-+ 4H+

5MnO2(s) + 3O2(g) + 2H2O

Ini adalah sebuah reaksi lambat di dalam larutan-larutan encer pada suhu ruangan. Penguraiannya dikatalisis oleh cahaya panas asam-basa, ion Mn(II) dan MnO2. Namun demikian, jangan pernah menambahkan permanganat berlebih ke dalam sebuah unsur reduksi dan kemudian menaikkan suhu untuk mempercepat oksidasi, karena reaksi yang nantinya muncul akan berlangsung dengan laju yang rendah (Hamdani, 2011).2.3 Prinsip Titrasi PermanganometriPermanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4-akan berubah menjadi ion Mn2+dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sampel.Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi atau yang disebut titik akhir titrasi (Yoni, 2012).2.4 Kelebihan Titrasi PermanganometriTitrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan indikator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4sudah berfungsi sebagai indikator, yaitu ion MnO4-berwarna ungu, setelah direduksi maka akan menjadi ion Mn yang tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator (Syahdarzyarga, 2011).2.5 Kekurangan Titrasi PermanganometriSumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan pentiter KMnO4pada buret. Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merahrosa. Penambahan KMnO4yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4. Pemberian KMnO4yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4yang telah ditambahkan H2SO4dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4-dengan Mn2+.MnO4-+ 3Mn2++ 2H2O 5MnO2+ 4H+Pemberian KMnO4yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4yang telah ditambahkan H2SO4dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.H2C2O4+ O2 H2O2+ 2CO2 (g)H2O2H2O+O2 (g)Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan (Syahdarzyarga, 2011).2.6 Aplikasi Permanganometri

Analisa Kadar Kalsium Oksida (CaO) pada Berbagai Jenis Pakan Ayam Secara Titrasi Permanganometri di Baristand Industri MedanPakan ternak merupakan makanan untuk ternak ayam yang memiliki kandungan nutrisi yang lengkap, Mineral kalsium merupakan salah satu kandungan nutrisi yang sangat di butuhkan oleh ternak ayam yang apabila kekurangan maka akan mengakibatkan defesiensi mineral pada ternak ayam tersebut. Pakan ternak dibedakan menurut jenis penggunaanya yang disesuaikan dengan jenis ternak dan umur ternak, setiap pakan ternak tersebut mengandung nutrisi yang berbeda-beda karena itu ntuk menyesuaikan kebutuhan nutrisi ternak ayam maka di lakukan suatu analisa kandungan nutrisi pakan ternak Titrasi permanganometri merupakan suatu metode analisa penentuan kadar kalsium dapat di analisa dengan menggunakan metode titrasi permanganometri. Dari analisa yang dilakukan diperoleh kadar mineral kasium pada berbagai jenis pakan ternak yang sesuai dengan kebutuhan ternak dan sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia).

Mineral kalsium merupakan unsur nutrisi yang sangat diperlukan dalam peroses fisiologis ternak sehingga hewan dalam kelompok ini merupakan unsur nutrisi yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologik yang disebut defisiensi mineral yang sangat merugikan peternak. antara lain: Pertumbuhan menjadi terlambat, konsumsi ransum menjadi menurun, laju metabolik basal tinggi, kepekaan dan aktivitas menjadi menurun, osteoporosis, sikap dan cara cara berjalan abnormal, peka terhadap perdarahan di dalam, suatu kenaikan dalam jumlah urine, daya hidup berkurang, kulit telur menipis dan produksi telur menurun, tetanus, pika yaitu nafsu makan menurun, hewan mengunyah kayu,tulang,dan batu dan pertumbuhan bulu kasar.

Untuk mengatasi masalah itu perlu ada kontrol yang tepat untuk mengatur kandungan unsur nutrisi yang terdapat pada ternak sesuai dengan kebutuhan ternak dan sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia )untuk pakan ternak. maka perlu dilakukan suatu analisis kandungan kalsium yang terdapat pada berbagai jenis pakan ternak tersebut dengan cara titrasi permanganometri. Dari hasil analsisis kandungan kalsium pada berbagai jenis pakan ternak tersebut telah sesuai dengan kebutuhan ternak dan sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk ternak dan dari hasil kandungan mineral kalsium tersebut dapat di simpulkan jenis pakan yang dianalisa tersebut mempunyai kualitas yang baik karena telah memenuhi salah satu persyaratan kualitas bahan pangan ternak yang baik.

Percobaan ini dilakukan dengan harapan ditemukan sebuah cara yang lebih murah dan lebih unggul, yakni metode permanganometri diaplikasikan dalam menentukan kadar asam askorbat dengan zat tepung-iodida sebagai indikatornya.

Percobaan dilakukan dengan menggunakan kalium permanganat 0,1 N sebagai oksidator. Pada awalnya, dilakukan pembuatan dan standarisasi larutan KMNO4 0,1 N. Setelah itu, dilakukan pembuatan larutan (NH4)2C2O4 10% sebanyak 100 ml dan NaOH 30% sebanyak 500 ml. Untuk menciptakan suasana asam, dibuat larutan H2SO4 25% sebanyak 500 ml. Setelah larutan selesai, dilakukan analisa kadar CaO pada pakan dengan titrasi permanganometri. Dari hasil analisis kandungan mineral kalsium pada berbagai jenis pakan ternak yang dibedakan menurut jenis kebutuhan dan jenis ternak dengan meggunakan titrasi permanganometri diperoleh % kandungan nutrisi mineral kalsium untuk jenis pakan ternak Broiler Starter (BRI) = 1,0164 %, Broiler Finisher (BR2) = 1,2446%, Layer Starter (P1) = 1,2446%, layer Finisher (P2) = 3,5674%, sedangkan untuk jenis Tamabahan/Pelengkap (KDL 1) = 1,1764%, Tambahan/Pelengkap (KDL 2) = 1,1304%. Dari hasil data analisis tersebut disimpulkan bahwa kandungan mineral kalsium pada masing-masing pakan ternak tersebut sesuai dengan SNI (Setandar Nasional Indonesia) dan sesuai dengan kebutuhan ternak. Kandungan kalsum yang paling tinggi diperoleh pada jenis ternak layer (05) ini sesuai dengan jenis ternak tersebut yaitu untuk menghasilkan telur maka dibutuhkan kalsium lebih tinggi untuk menghasilkan telur-telur yang lebih berkualitas dan lebih banyak (Tarigan, 2010).Flowchart Analisa Kadar Kalsium Oksida (CaO) pada Berbagai Jenis Pakan Ayam Secara Titrasi Permanganometri

Gambar 2.1 Flowchart Analisa Kadar Kalsium Oksida (CaO) pada Berbagai Jenis Pakan Ayam Secara Titrasi Permanganometri

(Tarigan, 2010)

_1426538661.vsd

Mulai

Dimasukkan 2 gr sampel ke dalam cawan porselin

Dipipet 25 ml filtrat dan dimasukkan ke dalam beaker glass

_1426361501.vsd

A

Dipanaskan hingga mendidih lalu didinginkan

Disaring dan dicuci hingga bebas asam

Dimasukkan kertas saring ke dalam beaker glass bersama batang pengaduk