bab ii-baru

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Esofagus 2.1.1 Anatomi Esofagus Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu: 3,4,5 a. pars servikalis , sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna vertebralis. b. pars thorakalis , setinggi manubrium sterni berada di mediastinum posterior mulai di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di samping kanan depan aorta thorakalis bawah. c. pars abdominalis , masuk ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia lambung, panjang berkisar 2-4 cm. Otot esofagus 1/3 atas adalah otot serat lintang yang berhubungan erat dengan otot-otot faring, sedangkan 2/3 bawah adalah otot polos (otot sirkular dan otot longitudinal). Penyempitan esophagus terdapat pada: 5 a. Bersifat sfingter (sfingter faringoesofageal), setinggi tulang rawan krikoid pada batas antara faring dan esofagus (peralihan otot serat lintang - otot polos)

Upload: pukrull

Post on 07-Feb-2016

68 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pengetahuan

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II-baru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Esofagus

2.1.1 Anatomi Esofagus

Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang

menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari

perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan

dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu:3,4,5 

a. pars servikalis, sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna

vertebralis.

b. pars thorakalis, setinggi manubrium sterni berada di mediastinum posterior mulai

di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke

kanan bawah di samping kanan depan aorta thorakalis bawah.

c. pars abdominalis, masuk ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma

dan berakhir di kardia lambung, panjang berkisar 2-4 cm.

Otot esofagus 1/3 atas adalah otot serat lintang yang berhubungan erat dengan 

otot-otot faring, sedangkan 2/3 bawah adalah otot polos (otot sirkular dan otot

longitudinal). Penyempitan esophagus terdapat pada:5

a. Bersifat sfingter (sfingter faringoesofageal), setinggi tulang rawan krikoid pada

batas antara faring dan esofagus (peralihan otot serat lintang - otot polos)

b. Di rongga dada bagian tengah akibat tertekan langsung aorta dan bronkus utama

kiri, tidak bersifat sfingter

c. Di hiatus esofagus diafragma yaitu tempat hiatus esofagus berakhir di kardia

lambung, murni bersifat sfingter (sfingter gastroesofageal)

Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior ke

otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke v. pulmonalis

inferior, 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45 cm. Bagian atas

esofagus yang berada di leher dan rongga dada mendapat darah dari a. thiroidea

inferior beberapa cabang dari arteri bronkialis dan beberapa arteri kecil dari aorta.

Page 2: BAB II-baru

Esofagus di hiatus esofagus dan rongga perut mendapat darah dari a. phrenica inferior

sinistra dan cabang a. gastrika sinistra.4,5

Pembuluh vena dimulai sebagai pleksus di submukosal esofagus. Di esofagus

bagian atas dan tengah, aliran vena dari plexus esofagus berjalan melalui vena

esofagus ke v. azigos dan v. hemiazigos untuk kemudian masuk ke vena kava

superior. Di esofagus bagian bawah, semua pembuluh vena masuk ke dalam vena

koronaria, yaitu cabang vena porta sehingga terjadi hubungan langsung antara

sirkulasi vena porta dan sirkulasi vena esofagus bagian bawah melalui vena lambung

tersebut.4,5

Pembuluh limfe esofagus membentuk pleksus di dalam mukosa, submukosa,

lapisan otot dan tunika adventitia. Di bagian sepertiga kranial, pembuluh ini berjalan

secara longitudinal bersama dengan pembuluh limfe dari faring ke kelenjar di leher

sedangkan dari bagian dua per tiga kaudal dialirkan ke kelenjar seliakus, seperti

pembuluh limfe dari lambung. Duktus thorakikus berjalan di depan tulang belakang.4,5

Esofagus dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. N. vagus bersifat

saraf parasimpatis bagi esofagus, meskipun di bawah leher n. vagus membawa

gabungan saraf simpatis dan parasimpatis. Esofagus pars servikalis dipersarafi oleh n.

laringeus rekuren yang berasal dari n. vagus. Cabang n.vagus dan n. laringeus

rekurens kiri mempersarafi esofagus thorakalis atas. N. vagus kiri dan kanan

berjalinan dengan serabut simpatis membentuk pleksus esofagus. Persarafan simpatis

berasal dari ganglion servikal superior rantai simpatis, n. splanikus mayor, pleksus

aortik thorasikus dan ganglion seliakus.4,5

Page 3: BAB II-baru

Gambar 1. Anatomi esofagus6

Gambar 2. Arteri yang mendarahi esofagus6

Page 4: BAB II-baru

Gambar 3. Vena pada esofagus6

Gambar 4. Innervasi esofagus6

Page 5: BAB II-baru

2.1.2 Fisiologi Esofagus

Fungsi dasar esofagus adalah membawa material yang ditelan dari faring ke

lambung. Yang kedua, refluks gastrik ke esofagus dicegah oleh sfingter bawah

esofagus dan masuknya udara ke esofagus pada saat inspirasi dicegah oleh sfingter

atas esofagus, sfingter atas normalnya selalu tertutup akibat kontraksi tonik otot

krikofaringeus.3,4,5

Ketika makanan mencapai esofagus, makanan akan didorong ke lambung oleh

gerakan peristaltik. Kekuatan kontraksi peristaltik tergantung kepada besarnya bolus

makanan yang masuk ke esofagus. Gerakan peristaltik esofagus terdiri dari

gerakan peristaltik primer dan gerakan peristaltik sekunder. Gerak peristaltik

primer adalah gerak peristaltik yang merupakan lanjutan dari gerakan peristaltik pada

faring yang menyebar ke esofagus. Gerakan ini berlangsung dengan kecepatan 3-4

cm/ detik, dan membutuhkan waktu 8-9 detik untuk mendorong makanan ke

lambung. Gerakan peristaltik sekunder terjadi oleh adanya makanan dalam esofagus.

Sesudah gerakan peristaltik primer dan masih ada makanan pada esofagus yang

merangsang reseptor regang pada esofagus, maka akan terjadi gelombang peristaltik

sekunder. Gelombang peristaltik sekunder berakhir setelah semua makanan

meninggalkan esofagus. Esofagus dipisahkan dari rongga mulut oleh sfingter

esofagus proksimal atau sfingter atas esofagus (upper esopaheal spinchter/UES), dan

dipisahkan dengan lambung oleh sfingter esofagus distal atau sfingter bawah esofagus

(lower esophageal spinchter/LES). Sfingter esofagus proksimal terdiri dari otot

rangka dan diatur oleh n. vagus. Tonus dari otot ini dipertahankan oleh impuls yang

berasal dari neuron post ganglion n. vagus yang menghasilkan asetilkolin.5

Sfingter esofagus distal yang terletak 2-5 cm di atas hubungan antara esofagus

dan lambung merupakan otot polos. Secara anatomis, strukturnya tidak berbeda

dengan esofagus tetapi secara fisiologis berbeda oleh karena dalam keadaan normal

sfingter selalu konstriksi.5

Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu :3,5

a. Fase oral, yang mencetuskan proses menelan

Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan bercampur

dengan liur akan membentuk bolus makanan → melalui dorsum lidah ke

Page 6: BAB II-baru

orofaring akibat kontraksi otot intrinsik lidah. Kontraksi m. levator veli palatini

mengakibatkan rongga pada tekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole dan

bagian atas dinding posterior faring (Passavant’s ridge) terangkat → penutupan

nasofaring akibat kontraksi m. levator veli palatine → kontraksi m. Palatoglosus

→ ismus fausium tertutup → kontraksi m. palatofaring, sehingga bolus makanan

tidak akan berbalik ke rongga mulut.

b. Fase faringeal, terjadi secara refleks pada akhir fase oral

Membantu jalannya makanan dari faring kedalam esophagus. Faring dan taring

bergerak ke atas oleh kontraksi m.stilofaring, m. salfingofaring, m.tirohioid dan

m. palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis, sedangkan ketiga sfingter

laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup

karena kontraksi m. ariepiglotika dan m. aritenoid obliges → penghentian aliran

udara ke laring karena refleks yang menghambat pernapasan (bolus tidak akan

masuk ke sal.nafas → meluncur ke arah esofagus.

c. Fase esofageal, fase involunter yang mempermudah jalannya makanan dari

esofagus ke lambung. Rangsangan makanan pada akhir fase faringeal → relaksasi

m. krikofaring → introitus esofagus terbuka dan bolus makanan masuk kedalam

esofagus → sfingter berkontraksi > tonus introitus esofagus saat istirahat

→ refluks dapat dihindari. Akhir fase esofageal sfingter ini akan terbuka secara

refleks ketika dimulainya peristaltik esofagus servikal untuk mendorong bolus

makanan ke distal. Selanjutnya setelah bolus makanan lewat, maka sfingter ini

akan menutup kembali.

2.2 Corpus Alienum Esofagus

2.2.1 Definisi Corpus Alienum Esofagus

Corpus alienum adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan yang

tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak

disengaja.3

2.2.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi

Page 7: BAB II-baru

Secara klinis masalah yang timbul akibat benda asing esofagus dibagi dalam

golongan anak dan dewasa. Penyebab pada anak antara lain stenosis kongenital, web,

fistel trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh darah. Faktor predisposisi pada anak

meliputi belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan, koordinasi proses

menelan, sfingter laring belum sempurna, retardasi mental, gangguan pertumbuhan,

dan penyakit neurologik yang mendasarinya. Pada orang dewasa penyebab tersering

adalah pemabuk, pemakai gigi palsu yang kehilangan sensasi rasa dari palatum, dan

pasien gangguan mental. Faktor predisposisi pada pasien dewasa adalah penyakit

esofagitis refluks, striktur pasca esofagitis korosif, akalasia, karsinoma esophagus

atau lambung, cara pemasangan gigi palsu yang kurang baik, mabuk, dan intoksikasi.3

2.2.3 Patogenesis

Benda asing yang berada lama dalam esofagus dapat menimbulkan

komplikasi, antara lain jaringan granulasi yang menutupi benda asing, radang

periesofagus. Benda asing berupa bahan metal dapat menimbulkan toksisitas

sistemik.3

2.2.4 Diagnosis

Gejala sumbatan akibat benda asing esofagus tergantung ukuran, bentuk, dan

jenis benda asing, lokasi tersangkutnya benda asing, komplikasi yang timbul akibat

benda asing, dan lama benda asing tertelan.3

Gejala permulaan benda asing esofagus :3,4,7

a. Rasa nyeri di daerah leher bila benda asing tersangkut di daerah servikal.

b. Benda asing tersangkut di esofagus distal timbul rasa tidak enak di daerah substernal

atau nyeri punggung.

c. Odinofagia yaitu rasa nyeri saat menelan makanan atau ludah.

d. Hipersalivasi.

e. Regurgitasi dan muntah.

f. Ludah berdarah.

g. Nyeri punggung menunjukkan perforasi atau mediastinitis.

h. Gangguan nafas dengan dispneu, stridor, dan sianosis bila terjadi penekanan trakea

oleh benda asing.

Page 8: BAB II-baru

Pada pemeriksaan fisik ditemukan:3,4,7

a. Kekakuan lokal pada leher bila benda asing terjepit akibat edema progresif.

b. Benda asing ireguler menyebabkan perforasi akut, tanda pneumo-mediastinum,

emfisema leher, pada auskultasi terdengar getaran di daerah precordial atau

interskapula.

c. Bila terjadi mediastinitis, terdapat tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat

terdeteksi.

Pada anak – anak dapat ditemukan:3,4,7

a. Nyeri.

b. Batuk.

c. Demam.

d. Abses leher.

e. Berat badan menurun.

f. Gangguan pertumbuhan.

g. Radang dan edema periesofagus.

h. Gejala aspirasi rekuren akibat obstruksi esofagus sekunder dapat menimbulkan

pneumonia, bronkiektasis, dan abses paru.

2.2.5 Komplikasi

Komplikasi benda asing di esofagus:3

a. Laserasi mukosa.

b. Perdarahan.

c. Perforasi lokal dengan abses leher atau mediastinitis.

d. Perforasi esofagus dapat menimbulkan selulitis lokal, fistel trakeo-esofagus,

emfisema subkutis, kaku leher, demam, gelisah, takikardi, takipneu, nyeri menjalar ke

punggung, retrosternal, dan epigastrium, pneumotoraks, pyotoraks.

e. Benda asing bulat atau tumpul dapat menimbulkan perforasi, sebagai akibat sekunder

dari inflamasi kronik dan erosi.

f. Jaringan granulasi di sekitar benda asing timbul bila benda asing berada di esophagus

dalam waktu lama.

Page 9: BAB II-baru

2.2.6 Pemeriksaan Radiologik

Terdiri dari pemeriksaan:

X foto

X foto polos esofagus servikal dan torakal anteroposterior dan lateral harus

dibuat pada pasien yang diduga menelan benda asing. Benda asing radioopak mudah

diketahui lokasinya dan harus dilakukan foto ulang sesaat sebelum esofagoskopi

untuk mengetahui apakah benda asing sudah pindah ke bagian distal. Letak uang

logam umumnya koronal, maka pada foto servikal/torakal pada posisi PA akan

dijumpai bayangan radioopak bentuk bundar, sedangkan pada posisi lateral berupa

garis radioopak sejajar kolumna vertebralis. Benda asing seperti tulang, kulit telur

cenderung berada pada posisi koronal sehingga mudah dilihat pada posisi lateral.3

X foto toraks

X foto toraks menunjukkan gambaran perforasi esofagus dengan emfisema

servikal, emfisema mediastinal, pneumotoraks, pyotoraks, mediastinitis, dan

aspirasi pneumonia.3

Gambar 5. X foto anteroposterior pada anak 13 bulan yang menelan uang logam dan

menolak makan8

X foto servikal

Page 10: BAB II-baru

X foto leher lateral dapat menunjukkan tanda perforasi, dengan trakea dan laring

tergeser ke depan, gelembung udara di jaringan, adanya bayangan cairan atau

abses bila perforasi telah berlangsung beberapa hari.3

Gambar 6. X foto lateral menunjukkan gambaran radioopak linier pada esofagus

proksimal, tidak ada udara dan pembengkakan jaringan lunak menunjukkan tidak adanya

tanda – tanda abses retrofaringeal9

Page 11: BAB II-baru

Gambar 7. X foto lateral menunjukkan gambaran radioopak pada jalan nafas10

Esofagogram

X foto polos sering tidak menunjukkan gambaran benda asing seperti daging

dan tulang ikan, sehingga memerlukan pemeriksaan esofagus dengan kontras

(esofagografi). Pada pemeriksaan tersebut benda asing radiolusen akan

memperlihatkan filling defect persistent. Pemeriksaan ini sebaiknya tidak dilakukan

pada benda asing yang radioopak karena memiliki densitas yang sama dengan

kontras. Risiko dari pemeriksaan ini adalah aspirasi bahan kontras. Bahan kontras

barium lebih baik daripada kontras larut air karena kurang toksis terhadap saluran

nafas. Penelanan barium dalam jumlah besar sebaiknya tidak dilakukan. Lebih baik

pasien menelan sedikit kapas atau marshmallow dengan kontras medium di

dalamnya. Serat kapas dapat menangkap benda asing untuk sementara atau selama

penelananan sehingga memberikan gambaran benda asing pada pemeriksaan.3,4

Benda asing radiolusen seperti plastik, aluminium dapat ditemukan tanda inflamasi

periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring dan esofagus bagian proksimal.3

Page 12: BAB II-baru

Gambar 8. Gambaran esofagogram multiple filling defect karena benda asing

radiolusen pada esofagus11

CT Scan

Pada pemeriksaan CT Scan esofagus dapat menunjukkan gambaran inflamasi

jaringan lunak dan abses.3

Gambar 9. Gambaran CT scan benda asing esofagus, pembengkakan jaringan lunak,

dan penyempitan trakea8

Page 13: BAB II-baru

2.2.7 Penatalaksanaan

Umumnya benda asing esofagus memerlukan penanganan segera bila terjadi

pada percabangan trakeobronkialis karena bahaya perforasi dinding esofagus yang

tipis dan mengakibatkan mediastinitis. Benda asing dengan ujung tajam harus

dikeluarkan segera.4

Benda asing di esofagus dikeluarkan dengan esofagoskopi dengan cunam

sesuai dengan benda asing tersebut. Bila benda asing telah dikeluarkan harus

dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai kelainan esofagus sebelumnya. Benda

asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan harus segera dilakukan pembedahan

servikotomi, torakotomi, atau esofagotomi, tergantung lokasi benda asing tersebut.

Bila dicurigai perforasi kecil segera dipasang NGT agar pasien tidak menelan, baik

makanan maupun ludah dan diberikan antibiotik spektrum luas selama 7 – 10 hari

untuk mencegah sepsis. Benda asing tajam yang masuk ke dalam lambung dapat

menyebabkan perforasi pilorus. Maka perlu dilakukan evaluasi sebaik – baiknya

terhadap tanda perforasi sedini mungkin dengan melakukan pemeriksaan radiologik

untuk mengetahui posisi dan perubahan letak benda asing. Bila letak benda asing

menetap selama 2 x 24 jam maka benda asing harus dikeluarkan secara pembedahan

(laparatomi).3,4

Benda asing uang logam di esofagus bukan keadaan gawat darurat, namun

uang logam harus segera dikeluarkan sesegera mungkin dengan persiapan tindakan

esofagoskopi untuk mencegah komplikasi. Benda asing tumpul seperti uang logam

mungkin terperangkap secara awal oleh spasme esofagus. Uang logam umumnya

berorientasi pada arah transversal esofagus serta anteroposterior pada trakea. Pada

anak umumnya terperangkap pada tingkat otot krikofaringeus. Dosis glukagon dan

subhipnotik obat analgesik atau sedatif dapat merelaksasi spasme, memungkinkan

uang logam melewati ke dalam gaster. Glukagon hanya merelaksasi otot polos dan

tidak efektif pada spasme pada esofagus servikal. Dosis dewasa adalah 0,5 – 2 mg

(iv) diberikan setelah test dose dan dosis anak adalah 0,05 mg/kgBB. Setelah

diberikan glukagon pasien sebaiknya minum beberapa teguk air. Dosis inisial dapat

diulang 10 – 20 menit, bila perlu. Kebanyakan efek samping glukagon adalah mual,

muntah, dan pusing. Obat sedatif seperti diazepam dan meperidine memiliki

Page 14: BAB II-baru

keberhasilan sekitar 0 – 8% dan memiliki efek samping risiko aspirasi. Pemberian

antikolinergik seperti atropin hanya efektif pada 3% kasus dan memiliki risiko

meningkatnya obstruksi gaster.3,4,12

Pasien dengan benda asing yang telah melewati gaster diinstruksikan untuk

melanjutkan diet normal dan sebaiknya tidak diberikan obat yang mempengaruhi

gerakan gastrointestinal. Bahan makanan kasar dapat meningkatkan kontraksi

peristaltik sehingga benda asing dapat mengalami perforasi. Usus besar sebaiknya

diperiksa secara cermat terhadap bukti pasase lengkap dari benda asing. Bila terdapat

nyeri abdomen kemungkinan telah terjadi perforasi.4

Curiga menelan benda asing radioopak

X foto

benda di esofagus benda di distal esofagus gejala (+)

Pengeluaran secara endoskopik asimtomatis pengeluaranobservasi 24 jam

benda kecil, tumpul benda besar benda tajam≥ 2 – 3 cm anak < 1 tahun ≥ 3 – 5 cm anak > 1 tahun

Saat duodenal sweep sebelum duodenal sweep saat duodenalsweep

X foto /mgg X foto /mgg pengeluaran dengan X foto /hariPemeriksaan feses pemeriksaan feses endoskopi pemeriksaan feses

Pengeluaran bila pengeluaran bila pengeluaran bilatidak melewati kemajuan (-) kemajuan (-)pilorus 3-4 mgg/ selama 1 mgg selama 1 mggkemajuan (-) selama1 mgg di GI

Gambar 10. Algoritma penanganan menelan benda asing radioopak7

Page 15: BAB II-baru

Curiga menelan benda asing radiolusen

Letak di esofagus dapat ditentukan letak pada esofagus tidak dapat ditentukan

Laringoskopi, endoskopi, esofagografi benda kecil, tumpul benda besar, tajamRisiko kecil risiko besar

(+) observasi gejala observasi gejalaPemeriksaan feses

Pengeluaran/mendorong ke GI radiografi kontrasKonsul digestif bila benda tidak ada

Pada feses selama2 mgg

Gambar 11. Algoritma penanganan menelan benda asing radiolusen7

Page 16: BAB II-baru

Daftar pustaka

3. Soepardi, E, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan

Leher Ed 6. 2007. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

4. Adams. Boies Buku Ajar penyakit THT Ed 6. 1997. Jakarta: EGC.

5. Artikel Bedah. Esofagus, Anatomi, dan Fisiologi. Cited [7 May 2012]. Available at:

http://ilmubedah.info/esofagus-anatomi-dan-fisiologi-20110215.html

6. Kuo, B. Esophagus, Anatomy and Development. Cited [9 May 2012]. Available at:

http://www.nature.com/gimo/contents/pt1/full/gimo6.html

7. Uyemura, M. Foreign Body Ingestion in Children. Cited [6 May 2012]. Available at:

http://www.aafp.org/afp/2005/0715/p287.html

8. Rooks, V. Esophageal Foreign Body Imaging. Cited [6 May 2012]. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/408752-overview

9. Learning Radiology. Impacted Chicken Bone. Cited [9 may 2012]. Available at:

http://www.learningradiology.com/archives05/COW%20153-FB%20in%20esophagus/

esophagealfbcorrect.htm

10. Shareef, et al. Asymptomatic Foreign Body Aspiration in a Young Adult. Cited [9 May

2012]. Available at: http://www.ispub.com/journal/the-internet-journal-of-emergency-and-

intensive-care-medicine/volume-8-number-2/asymptomatic-foreign-body-aspiration-in-a-

young-adult-a-case-report.html

11. Grimm, L. Foreign Bodies Diagnoses: Slideshow. Cited [7 May 2012]. Available at:

http://reference.medscape.com/features/slideshow/foreign-body-diagnoses

12. Ratcliff, K. Esophageal Foreign Bodies. Cited [6 May 2012]. Available at:

http://helsenet.info/pdf/foreignbody/5.pdf