bab ii baru ok

27
5 BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Typhus Abdominalis 1. Definisi Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi (Arif Mansjoer, 2003), selanjutnya menurut Arif Mansjoer (2003) Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan kesadaran dan saluran pencernaan. Sedangkan menurut Purnawan Junaidi (1998) Typus abdominalis adalah penyakit infeksi usus halus menimbulkan gejala-gejala klinis yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi A, B dan C, Lain lagi menurut Noer Saifoellah (2001) Typus abdominalis adalah penyakit infeksi usus halus yang biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama atau menyebabkan anteritis akut. Jadi demam typhoid adalah sebuah penyakit infeksi pada usus halus yang menimbulkan gejala-gejala sistematik yang disebabkan oleh “Salmonella Typhosa”. Salmonella Paratyphii A, B dan C. Penularan terjadi secara fekal oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Sumber infeksi terutama “Carrier”

Upload: hafiz

Post on 17-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

19

BAB IIKONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Typhus Abdominalis1. Definisi Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi (Arif Mansjoer, 2003), selanjutnya menurut Arif Mansjoer (2003) Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan kesadaran dan saluran pencernaan. Sedangkan menurut Purnawan Junaidi (1998) Typus abdominalis adalah penyakit infeksi usus halus menimbulkan gejala-gejala klinis yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi A, B dan C, Lain lagi menurut Noer Saifoellah (2001) Typus abdominalis adalah penyakit infeksi usus halus yang biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama atau menyebabkan anteritis akut.Jadi demam typhoid adalah sebuah penyakit infeksi pada usus halus yang menimbulkan gejala-gejala sistematik yang disebabkan oleh Salmonella Typhosa. Salmonella Paratyphii A, B dan C. Penularan terjadi secara fekal oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Sumber infeksi terutama Carrier menahun ini mungkin penderita yang sedang sakit (Carrier akut), Carrier menahun yang terus mengeluarkan kuman melalui aksketa tetapi tak pernah sakit, penyakit ini endemic di Indonesia. (Ngastiyah, 2005)

2. Etiologi Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41C (optimum 37C) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang terkontaminasi, fomitus, dan lain sebagainya.

3. Tanda Gejala / Manifestasi KlinisMenurut ngastiyah (2005), demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu: a. Demam Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.b. Gangguan pada saluran pencernaanPada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.c. Gangguan kesadaranUmumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.d. RelapsRelaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.

4. Patofisiologi dan PathwayKuman Salmonella masuk bersama makanan atau minuman yang terkontaminasi, setelah berada dalam usus halus mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial sistem (RES) terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman difagosit oleh sel-sel fagosit retikuloendotelial sistem (RES) dan kuman yang tidak difagosit berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman kembali masuk ke darah menyebar ke seluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi usus. Dalam masa bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin. Endotoksin ini merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat termoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan timbulnya gejala demam.Makrofag pada pasien akan menghasilkan substansi aktif yang disebut monokines yang menyebabkan nekrosis seluler dan merangsang imun sistem, instabilitas vaskuler, depresi sumsum tulang dan panas. Infiltrasi jaringan oleh makrofag yang mengandung eritrosit, kuman, limfosist sudah berdegenerasi yang dikenal sebagai tifoid sel. Bila sel ini beragregasi maka terbentuk nodul terutama dalam usus halus, jaringan limfe mesemterium, limpa, hati, sumsum tulang dan organ yang terinfeksi. Kelainan utama yang terjadi di ileum terminale dan plak peyer yang hiperplasi (minggu I), nekrosis (minggu II) dan ulserasi (minggu III). Pada dinding ileum terjadi ulkus yang dapat menyebabkan perdarahan atau perforasi intestinal. Bila sembuh tanpa adanya pembentukan jaringan parut.

5. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :a. Pemeriksaan leukositDi dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.b. Pemeriksaan SGOT dan SGPTSGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.c. Biakan darahBila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :1) Teknik pemeriksaan laboratoriumHasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakitBiakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

3) Vaksinasi di masa lampauVaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.4) Pengobatan dengan obat anti mikrobaBila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.d. Uji widalUji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).3) Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan antigen VI (berasal dari simpai kuman)Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

6. Komplikasi a. Komplikasi intestinal1) Perdarahan usus2) Perporasi usus3) Ilius paralitikb. Komplikasi extra intestinal1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

7. Penatalaksanaan a. Perawatan1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.b. Diet1) Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.c. Obat-obatanAntibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit thypoid. Waktu penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole, dan ciproloxacin sering digunakan untuk merawat demam tipoid di negara-negara barat. Obat-obat antibiotik adalah 1) Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.2) Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol, diberi ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari.3) Amoksisilin amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian oral/intravena selama 21 hari.4) Kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral, selama 14 hari. 5) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari. 6) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.Bila tak terawat, demam thypoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari kasus yang tidak terawat. Vaksin untuk demam thypoid tersedia dan dianjurkan untuk orang yang melakukan perjalanan ke wilayah penyakit ini biasanya berjangkit (terutama di Asia, Afrika dan Amerika Latin). Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi nerologik menonjol, diberi Dexamethasone dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/kg BB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 jam sampai 7 kali pemberian. Tatalaksana bedah dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit perforasi usus.

B. Asuhan Keperawatan 1. Definisi Adalah suatu dokumen atau catatan yang berisi data tentang keadaan pasien yang dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan akan tetapi juga dilihat dari jenis, kualitas dan kuantitas dari layanan yang telah diberikan perawat dalam memenuhi kebutuhan klien (Ali, 2010). Proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan menggunakan metode keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung pada klien diberbagai tatanan kesehatan dan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.

2. Proses Keperawatana. PengkajianAdalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu pengumpulan data,analisis data,dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan.b. Diagnosa Diagnosa keperawatan adalah penentuan sifat dan keluesan masalah keperawatan yang ditunjukkan oleh pasien individual atau keluarga yang menerima asuhan keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dimana perawat, dengan pendidikan dan pengalamannya, mampu dan mempunyai izin untuk mengatasinya. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interakasi aktual atau potensial) dari individu atau kelompok perawat yang secara legal mengidentifikasi dan dimana perawat dapat mengintruksikan intervensi definitif untuk mempertanyakan keadaan sehat atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan.(Carpenito, 2006) Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu , keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual atau potensial.(Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2013)c. IntervensiAdalah semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang diharapkan (Carpenito, 2009).d. Implementasi Adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap perencanaan tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.e. Evaluasi Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan respon klien.

C. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Typus Abdominalis1. Pengkajian a. Identitas klienMeliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.

b. Keluhan utamaKeluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.c. Riwayat penyakit sekarangPeningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.d. Riwayat penyakit dahuluApakah sebelumnya pernah sakit demam thypoid.e. Riwayat penyakit keluargaApakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.f. Pola-pola fungsi kesehatan1) Pola nutrisi dan metabolismeKlien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.2) Pola eliminasiKlien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam thypoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.3) Pola aktivitas dan latihanAktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.4) Pola tidur dan istirahatPola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.5) Pola persepsi dan konsep diriBiasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit anaknya.

6) Pola sensori dan kognitifPada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pada klien.7) Pola hubungan dan peranHubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.8) Pola penanggulangan stressBiasanya orang tua akan nampak cemasg. Pemeriksaan fisik1) Keadaan umumDidapatkan klien tampak lemah,suhu tubuh meningkat 38 410C, muka kemerahan.2) Tingkat kesadaranDapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).3) Sistem respirasiPernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti bronchitis.4) Sistem kardiovaskulerTerjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.5) Sistem integumenKulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam6) Sistem gastrointestinalBibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.7) Sistem muskuloskeletalKlien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.8) Sistem abdomenSaat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan dan Fokus Intervensi Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul, menurut Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, di buku NANDA Nursing Intervenstions Clasivication Nursing Outcomes Calsivication (NIC NOC) tahun 2013 adalah:a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan usus halus1) Tujuan : suhu tubuh kembali normal2) Kriteria hasil :a) Tidak demamb) Tanda-tanda vital dalam batas normalTD : 120/80 130/90 mmHgN : 80-100 x/menitRR: 16 -24 x/menitS : 36,5-37,5 0 CNilai Lab dalam batas normalLeukosit : 5000 10000Hb : 14-16 mmHg3) Intervensi : a) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh tiap 2 4 jam.b) Berikan kompres dingin.c) Atur suhu ruangan yang nyaman.d) Anjurkan untuk banyak minum air putihe) Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotikb. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, intake cairan peroral yang kurang (mual, muntah)1) Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi2) Kriteria hasil:a) Tidak mualb) Tidak demamc) Muntahd) Suhu tubuh dalam batas normal3) Intervensi : a) Jelaskan kepada pasien tentag pentingnya cairanb) Monitor dan catat intake dan output cairanc) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antiemeticd) Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan turgor kulite) Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemahf) Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhang) Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara dekuath) Kolaborasi pemberian cairan intravenac. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan proses peradangan pada usus halus1) Tujuan : pola eliminasi sesuai dengan kebiasaan sehari-hari2) Kriteria hasil : konsistensi normal3) Intervensi:a) Kaji pola eliminasi pasienb) Berikan minuman oralitc) Kolaborasi dengan dokter dalam obatd) Auskultasi bising ususe) Kaji keluhan nyeri abdomenf) Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah fesesg) Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang BABh) Kolaborasi berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasid. Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia1) Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi2) Kriteria hasil :a) Tidak demamb) Mual berkurangc) Tidak ada muntahd) Porsi makan tidak dihabiskan3) Intervensi:a) Berikan makanan yang tidak merangsang saluran cerna, dan sajikan dalam keadaan hangatb) Monitor dan catat makanan yang dihabiskan pasienc) Kaji kemampuan makan kliend) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi seringe) Beri nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi proteinf) Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang disukaig) Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan yang mengandung gas/asam, pedash) Kolaborasi berikan antiemetik, antasida sesuai indikasie. Intoleransi aktivitas terutama dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam hal nutrisi, eliminasi, personal hygiene berhubungan dengan kelemahan dan imobilisasi1) Tujuan : kebutuhan sehari-hari terpenuhi setelah diberi tindakan keperawatan2) Kriteria hasil :a) Pasien mengatakan tidak lemahb) Tampak rileks3) Intervensi:a) Kaji kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-harib) Bantu pasien dalam melakukan aktivitasf. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan.1) Tujuan : nyeri hilang/berkuran2) Kriteria hasil:a) Tidak ada keluhan nyerib) Wajah tampak tampak rileksc) TTV dalam batas normal3) Intervensi:a) Kaji tingkat nyeri, lokasi, sifat dan lamanya nyerib) Berikan posisi yang nyaman sesuai keinginan klien.c) Ajarkan tehnik nafas dalamd) Ajarkan kepada orang tua untuk menggunakan tehnik relaksasi misalnya visualisasi, aktivitas hiburan yang tepate) Kolaborasi obat-obatan analgetikg. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam1) Tujuan: pola tidur efektif2) Kriteria hasil:a) Melaporkan tidur nyenyakb) Klien tidur 8-10 jam semalamc) Klien tampak segar3) Intervensi:a) Kaji pola tidur klienb) Berikan bantal yang nyaman c) Berikan lingkungan yang nyaman, batasi pengunjungd) Anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam/masase punggung sebelum tidurh. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran1) Tujuan : persepsi sensori dipertahankan2) Kriteria hasil: Tidak terjadi gangguan kesadaran3) Intervensi :a) Kaji status neurologisb) Istirahatkan hingga suhu dan tanda-tanda vital stabilc) Hindari aktivitas yang berlebihand) Kolaborasi kaji fungsi ginjal/elektrolit