lp apendict ok ii

21
A. DEFINISI Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001). Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007). Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007) Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007)

Upload: aulina

Post on 09-Apr-2016

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jhgfdghjkl

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Apendict Ok II

A. DEFINISI

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah

kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat

sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran

umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh

peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007).

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing

(apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu

itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari

bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan

terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak

mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)

Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis,

2007)

Page 2: Lp Apendict Ok II

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :

a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh

akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.

b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan

timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan

pada usia tua.

Anatomi dan Fisiologi Appendiks merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang

tidak berfungsi) yang melekat sepertiga jari.

Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum,

bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia

anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu

daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat.

Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa

mengandung amilase dan musin.

Posisi apendiks Laterosekal: di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke

arah di dinding abdomen. Pelvis minor.

C. ETIOLOGI

Appendiksitis disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh hyperplasia Folikel

lympoid Fecalit, benda asingstriktur karena Fibrasi karena adanya peradangan sebelumnya atau

neoplasma.Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang memproduksi mukosa mengalami

bendungan.Namun elastisitas dinding appendik mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan

tekanan intra lumen.Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang akan

menyebabkan edema dan ulserasi mukosa.Pada saat inilah terjadi Appendiksitis akut local yang

ditandai oleh adanya nyeri epigastrium.

Page 3: Lp Apendict Ok II

1. Ulserasi pada mukosa.

2. Obstruksi pada kolon oleh Fekalit (feses yang mengeras)

3. Pemberian barium

4. Berbagai macam penyakit cacing.

5. Tumor.

6. Striktur karena Fibrosis pada dinding usus.

D. PATOFISIOLOGI

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat

kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi

meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat

secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen.

Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.

Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh

hiperplasia dari polikel lympoid merupakan penyebab terbanyak adanya fekalit dalam lumen

appendik. Adanya benda asing seperti : cacing,striktur karenan fibrosis akibat adanya

peradangan sebelunnya.Sebab lain misalnya : keganasan ( Karsinoma Karsinoid )

Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin

lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta

merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama

dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan

aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai

peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini

disebut dengan appendisitis supuratif akut.

Page 4: Lp Apendict Ok II

Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan

appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan

appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang

meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis

abses. Pada anak – anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih

panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian

juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih

cepat.Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul

dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis.

Page 5: Lp Apendict Ok II
Page 6: Lp Apendict Ok II

E. MANIFESTASI KLINIS

Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah

Anoreksia

Mual dan Muntah,(tanda awal yang umum, kuramg umum pada anak yang lebih besar).

Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.

Nyeri lepas.

Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.

Konstipasi.

Diare.

Disuria.

Iritabilitas.

Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam setelah munculnya

gejala pertama.

F. PENATALAKSANAAN APPENDICITIS

Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :

Sebelum operasi

Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi

Pemasangan kateter untuk control produksi urin.

Rehidrasi

Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.

Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka

pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.

Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.

Operasi

Apendiktomi.

Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen dicuci dengan

garam fisiologis dan antibiotika.

Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin mengecil,atau abses

mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan

bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.

Page 7: Lp Apendict Ok II

Pasca operasi

Observasi TTV.

Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat

dicegah.

Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.

Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan.

Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan sampai fungsi

usus kembali normal.

Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan

harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.

Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2×30

menit.

Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.

Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.

Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif yang ditandai dengan :

Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi

Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-tanda

peritonitis

Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran ke kiri.

Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan, karena

dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan pembedahan

harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tiggi daripada

pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi .

Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai dengan :

Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi lagi.

Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya teraba massa

dengan jelas dan nyeri tekan ringan.

Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.

Page 8: Lp Apendict Ok II

Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan istirahat di

tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih-

lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit

perut.Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau tanpa

peritonitis umum.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1) Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan

pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. Gejala apendisitis ditegakkan

dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah:

a. Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke

perut kanan bawah.

b. Muntah oleh karena nyeri viseral.

c. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).

d. Badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan,

di perut terasa nyeri.

2) Pemeriksaan yang lain Lokalisasi.

Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling terasa

nyeri pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang

dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.

3) Test rektal.

Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada

daerah prolitotomi. Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis

untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.

Page 9: Lp Apendict Ok II

Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb

(hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis

infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal. Pemeriksaan radiologi

Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi

peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid

level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). Pada keadaan

perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.

H. PENGKAJIAN

WawancaraDapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai :

Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut

kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian

setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat

keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang

lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.

Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan klien

sekarang.

Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.

Kebiasaan eliminasi.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.

Sirkulasi : Takikardia.

Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.

Aktivitas/istirahat : Malaise.

Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.

Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising

usus.

Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat

berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk,

Page 10: Lp Apendict Ok II

atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki

kanan/posisi duduk tegak.

Demam lebih dari 38oC.

Data psikologis klien nampak gelisah.

Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.

Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada

daerah prolitotomi.

Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.

Pemeriksaan Penunjang

Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan mungkin terlihat

“ileal atau caecal ileus” (gambaran garis permukaan cairan udara di sekum atau ileum).

Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.

Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.

Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.

Pada enema barium apendiks tidak terisi.

Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi, abses apendiks.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnose keperawatan yang biasanya muncul pada klien

dengan appendicitis adalah :

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya continuitas jaringan/insisi bedah ; Trauma jaringan ;

Dstensi jaringan usus oleh inflamasi

2. Aktual / Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah ; Kehilangan volume

cairan secara aktif ; Kegagalan mekanisme pengaturan ; Pembatasan pasca operasi (puasa)

3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan

Ingesti ; Digesti ; Absorbsi

4. Cemas berhubungan dengan Perubahan status kesehatan ; Kemungkinan dilakukannya operasi

5. Resiko infeksi berhubungan dengan Tidak adekuatnya pertahanan tubuh ; Prosedur invasive

(insisi bedah)

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpaparnya informasi ; Keterbatasan

kognitif

Page 11: Lp Apendict Ok II

J. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

1. Mengurangi nyeri

Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan.

Observasi ketidaknyamanan non verbal

Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi

kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan

yang tidak terburu-buru.

Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap

ketidaknyamanan.

Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai saat nyeri.

Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.

2. Mempertahankan keseimbangan cairan

Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.

Monitor vital sign dan status hidrasi.

Monitor status nutrisi

Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.

Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.

Atur kemungkinan transfusi darah.

3. Memenuhi kebutuhan nutrisi

Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.

Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.

Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah.

pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.

4. Mengurangi kecemasan

Memberikan informasi kepada klien mengenai prosedur dan tujuan dilakukan tindakan

pembedahan

Brbincang dengan klien mengenai apa yang akan dikerjakan

Menggunakan pendekatan yang tenang untuk meyakinkan klien

Memotivasi keluarga untuk selalu menemani klien

Page 12: Lp Apendict Ok II

5. Menghindari infeksi

Melakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptic

Mengobservasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi

Memberikan antibiotic sesuai indikasi

6. Memberikan pendidikan kesehatan

Memberikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya

Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang tindakan dan perkembangan

kondisi klien

K. EVALUASI

1. Melaporkan berkurangnya nyeri

Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

Klien tampak rileks, mampu tidur/istirahat

2. Cairan tubuh seimbang

Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal.

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.

Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa lembab.

Tidak ada rasa haus yang berlebihan

3. Nutrisi terpenuhi

Mempertahankan berat badan.

Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.

Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.

Turgor kulit baik.

4. Kecemasan berkurang

Klien tampak tenang

Klien mengatakan mengerti tentang penyakitnya dan prosedur tindakan yang akan

dilakukan

5. Menunjukan tidak ada tanda infeksi

Luka sembuh tanpa tanda infeksi

Cairan yang keluar dari luka tidak purulen

6. Menyatakan pemahaman tentang penyakit dan prosedur tindakan yang akan dilakukan

Page 13: Lp Apendict Ok II

DAFTAR PUSTAKA

Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran

EGC.Jakarta.

Mansjoer. A. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media

Aesculapius

Johnson, Marion,dkk. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri: Mosby

Yearbook,Inc.

Mc. Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). St. Louis, Missouri:

Mosby Yearbook,Inc.

Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit

Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha Medica, Jakarta.

Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit Buku Kedokteran,

EGC. Jakarta. 4.Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah,

Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Page 14: Lp Apendict Ok II

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG APENDIKSITIS DI RUANG KAMAR OPERASI

RUMAH SAKIT Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

DISUSUN OLEH :

ANDRIANTO, S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES CAHAYA BANGSA

PROGRAM PROFESI NERS 2015

BANJARMASIN

Page 15: Lp Apendict Ok II

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG APENDIKSITIS DI RUANG KAMAR OPERASI

RUMAH SAKIT Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

DISUSUN OLEH :

ANDRIANTO, S.Kep

BANJARMASIN,

MENGETAHUI,

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAHAN