bab ii - lp retardasi mental

30
BAB II PEMBAHASAN 2.1 KONSEP MEDIS 2.1.1 PENGERTIAN Terdapat berbagai macam definisi mengenai retardasi mental. Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi. Carter CH (dikutip dari Toback C.) mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. Menurut Crocker 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan. Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental, bila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Fungsi intelektual umum dibawah normal b. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social c. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun. 3

Upload: henny-mw

Post on 11-Feb-2016

19 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Laporan pendahuluan

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II - LP Retardasi Mental

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP MEDIS

2.1.1 PENGERTIAN

Terdapat berbagai macam definisi mengenai retardasi mental. Menurut

WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental adalah kemampuan

mental yang tidak mencukupi. Carter CH (dikutip dari Toback C.)

mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh

intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu

untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas

kemampuan yang dianggap normal. Menurut Crocker 1983, retardasi

mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah, yang

disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul

pada masa perkembangan. Sedangkan menurut Melly Budhiman,

seseorang dikatakan retardasi mental, bila memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a. Fungsi intelektual umum dibawah normal

b. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social

c. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18

tahun.

Fungsi intelektualdapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan

dan hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ

(Intelegence Quotient).

IQ adalah MA / CA x 100%

M.A = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil test

C.A = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal

lahir

3

Page 2: BAB II - LP Retardasi Mental

4

Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal, yaitu apabila

IQ dibawah 70. Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah

biasa, karena cara berpikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap

dan daya ingatnya lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa

dan berhitungnya sangat lemah.

Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif social adalah

kemampuan seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri, dan

mempunyai tanggung jawab social yang sesuai dengan kelompok

umur dan budayanya. Pada penderita retardasi mental gangguan

perilaku adaptif yang paling menonjol adalah kesulitan menyesuaikan

diri dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya

kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya.

Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu

dibawah umur 18 tahun. Karena kalau gejala tersebut timbul setelah

umur 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit lain

sesuai dengan gejala klinisnya.

2.1.2 ETIOLOGI

Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental.

Untuk mengetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik,

pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental

sangat kompleks dan multifactorial. Walaupun begitu terdapat

beberapa factor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi

mental seperti dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992)

dibawah ini.

Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental

a. Non-organik

- Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis

- Factor sosiokultural

- Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik

- Penelantaran anak

Page 3: BAB II - LP Retardasi Mental

5

b. Organic

Faktor pra konsepsi

- Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolic,,

kelainan neurocutaneos, dll.)

- Kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragile-X) –

Sindrom polygenic familial

Faktor prenatal

- Gangguan pertumbuhan otak trisemestet I

o Kelainan kromosom (trisomy, mosaic, dll)

o Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV

(Human Imunodefficiency Virus)

o Zat-zat teratogen (alcohol, radiasi, dll)

o Disfungsi plasenta

o Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)

- Gangguan pertumbuhan otak trisemester II dan III

o Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV

o Zat-zat teratogen (alcohol, kokain, logam berat, dll)

o Ibu; diabetes mellitus, PKU (Phenylketonuria)

o Toksemia gravidarum

o Disfungsi plasenta

o Ibu malnutrisi

Factor perinatal

- Sangat premature

- Asfiksia neonatorum

- Trauma lahir: perdarahan intrakarnial

- Meningitis

- Kelainan metabolic: hipoglikemia, hiperbilirubinemia

Faktor postnatal

Page 4: BAB II - LP Retardasi Mental

6

- Trauma berat pada kepala/ susunan syaraf pusat

- Neuro toksin, misalnya logam berat

- CVA (Cerebrovascular accident)

- Anoksia, misalnya tenggelam

- Metabolic

o Gizi buruk

o Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid,

pseudohipoparatiroid

o Aminoaciduria, misalnya FKU (Phenylketonuria)

o Kelainan metabolism karbohidrat, galaktosemia, dll.

o Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler

o Cerebral lipidosis (Tay Sachs), dengan

hepatomegaly (Gaucher)

o Penyakit degenerative/ metabolic lainnya.

- Infeksi

o Meningitis, ensefalitis, dll.

o Subakut sklerosing panesefalitis

Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari

golongan social ekonomi rendah, akibat kurangnya stimulasi dari

lingkungannya sehingga secara bertahap menurunkan IQ yang

bersamaan dengan terjadinya maturasi. Demikian pula pada keadaan

social ekonomi rendah dapat sebagai penyebab organic dari retardasi

mental, misalnya keracunan logam berat yang subklinik dalam jangka

waktu yang lama dapat mempengaruhi kemampuan kognitif, ternyata

lebih banyak pada anak-anak di kota dari golongan social ekonomi

rendah. Demikian pula dengan kurang gizi, baik pada ibu hamil

maupun pada anaknya setelah lahir dapat mempengaruhi pertumbuhan

otak anak.

2.1.3 TANDA DAN GEJALA

Page 5: BAB II - LP Retardasi Mental

7

Untuk menegakkan diagnosis, anamnesis yang baik sangat

diperlukan, yaitu untuk mengetahui penyakit penyebab kelainan ini

organic atau non organic, apakah kelainannya dapat diobati/tidak, dan

apakah ada faktor genetic/tidak. Dengan melakukan skrining secara

rutin misalnya dengan menggunakan DDST (Denver Develompment

Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera divuat. Demikian

pula anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya,

sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak umur 6

tahun dapat dilakukan test IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak

khas dan tidak dapat diambil kesimpulan. Pada kasus seperti ini,

apabila tidak ada kelainan pada system syaraf pusat, perlu anamnesis

yang teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah

lingkungan /faktor non organic lainnya dimana diperkirakan

mempengaruhi kelainan pada otak anak.

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai

beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital, yang

kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom

penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang

disertai retardasi mental, yaitu (Swaiman, 1989):

a. Kelainan pada mata

i. Katarak

- Sindrom Cockayne

- Sindrom lowe

- Galactosemia

- Sindrom down

- Kretin

- Rubella prenatal, dll.

ii. Bintik cherry-merah pada daerah macula

- Mukolipidosis

- Penyakit Niemann-Pick

- Penyakit Tay-Sachs

Page 6: BAB II - LP Retardasi Mental

8

iii. Karioretinitis

- Lues kongenital

- Penyakit sitomegalovirus

- Rubella prenatal

iv. Kornea Keruh

- Lues kongenital

- Sindrom Hunter

- Sindrom Hurler

- Sindrom Lowe, dll.

b. Kejang

i. Kejang umum tonik klonik

- Defisiensi glikogen sinthetase

- Hiperlisinemia

- Hipoglikemia, terutama yang disertai

glycogen storage disease I, III, IV, dan VI

- Phenylketonuria

- Sindrom malabsorpsi methionine, dll

ii. Kejang pada masa neonatal

- Arginosuccinic asiduria

- Hiperammonemia I dan II

- Laktik asidosis, dll

c. Kelainan kulit

Bintik café-au-lait

- Ataksia-telengiektasia

- Sindrom Bloom

- Neurofibromatosis

- Tuberous sclerosis

d. Kelainan rambut

i. Rambut rontok

Page 7: BAB II - LP Retardasi Mental

9

- Familial laktik asidosis dengan necrotizing

ensefalopati

ii. Rambut cepat memutih

- Atrofi progresif serebral hemisfer

- Ataksia telangiectasia

- Sindrom malabsorbsi methionine

iii. Rambut halus

- Hipotiroid

- Malnutrisi

e. Kepala

- Mikrosefali

- Makrosefali

oHidrosefalus

oMucopolisakaridase

oEfusi subdural

f. Perawakan pendek

- Kretin

- Sindrom Prader-Willi

g. Distonia

- Sindrom Hallervorden-Spaz

Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung tipenya, adalah

sebagai berikut:

a. Retardasi mental ringan

Kelompok ini merupakan bagian terbesar retardasi mental.

Kebanyakan dari mereka ini termasuk dalam tipe social

budaya, dan didiagnosis dibuat setelah anak beberapa kali

tidak naik kelas. Gologan ini termasuk mampu didik, artinya

selain dapat diajar baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD,

Page 8: BAB II - LP Retardasi Mental

10

juga bisa dilatih ketrampilan tertentu sebagai bekal hidupnya

kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal.

Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi

stress, sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari

keluarganya.

b. Retardasi mental sedang

Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi

mental, mereka ini mampu latih tapi tidak mampu didik. Taraf

kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD

saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu ketrampilan tertentu,

misalnya pertukangan, pertanian, dll, dan apabila bekerja nanti

mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih

bagaimana mengiris diri sendiri. Kelompok ini juga kurang

mampu menghadapi stress dan kurang dapat mandiri, sehingga

memerlukan bimbingan dan pengawasan.

c. Retardasi mental berat

Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk

kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini, karena

selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan

keluhan dari orangtua dimana anak sejak awal sudah terdapat

keterlambatan perkembangan motoric dan bahasa. Kelompok

ini termasuk tipe klinik. Mereka tidak dapat dilatih ketrampilan

kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang

hidupnya.

d. Retardasi mental sangat berat

Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik.

Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan

fisik sangat jelas. Kemampua berbahasanya sangat minimal.

Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang sekitarnya.

Page 9: BAB II - LP Retardasi Mental

11

2.1.4 PATOFISIOLOGI

2.1.5 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Medis:

Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :

Obat-obat psikotropika ( tioridazin, [Mellaril]) untuk remaja

dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri

Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda

gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif.

Antidepresan ( imipramin [Tofranil])

Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )

Page 10: BAB II - LP Retardasi Mental

12

Penatalaksanaan non-medis

Pencegahan :

Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan

pengasuhan dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan

Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman

kehidupan awal anak yang hidup dalam kemiskinan dalam hal

ini ;

– perawatan prenatal

– pengawasan kesehatan reguler

– pelayanan dukungan keluarga

2.1.6 KOMPLIKASI

 Serebral palcy

 Gangguan kejang

 Gangguan kejiwaan

 Gangguan konsentrasi /hiperaktif

 Defisit komunikasi

 Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-

obatan antikonvulsi, kurang mengonsumsi makanan berserat

dan cairan).

2.1.7 PENCEGAHAN

Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan

tidak ada, sebab kerusakan dari sel-sel otak tidak mungkin fungsinya

kembali normal, maka yang penting adalah pencegahan primer yaitu

usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit. Dengan

memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial

dapat mengakibatkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi.

Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi

yang baik selama kehamilan, dan bersalin pada tenaga kesehatan yang

berwenang, maka dapat membantu menurunkan angka kejadian

retardasi mental. Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan

Page 11: BAB II - LP Retardasi Mental

13

dengan membuka lapangan kerja, memberikan pendidikan yang baik,

memperbaiki sanitasi lingkungan, meningkatkan gizi keluarga,, akan

meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya program

BKB (Bina Keluarga dan Balita) yang merupakan stimulasi mental

dini dan bisa dikembangkan juga deteksi dini, maka dapat

mengoptimalkan perkembangan anak.

Diagnosis dini sangat penting, dengan melakukan skrining sedini

mungkin, terutama pada tahun pertama, maka dapat dilakukan

intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan terapi dini

hipotiroid, dapat memperkecil kemungkinan retardasi mental. Deteksi

dan intervensi dini pada retardasi mental sangat membantu

memperkecil retardasi yang terjadi. Konsep intervensi pada retardasi

mental dapat dilihat pada gambar 14.1, yang berdasarkan pemikiran

bahwa intervensi dapat merubah status perkembangan anak. Makin

dini dan makin sering intervensi dilakukan, maka makin baik hasilnya

(titik A pada kurva). Tetapi makin berat tingkat kecacatan (B pada

kurva), maka hasil yang dicapai juga makin kurang. Hasil akhir suatu

intervensi adalah makin dini dan teratur suatu intervensi yang

diberikan makin baik hasilnya, sehingga agak mengurangi

kecacatannya (gambar 14.2). namun pada anak yang penyebabnya

sangat kompleks, latar belakang social dan kebiasaan yang kurang

baik, dan intervensi yang tidak teratur, maka hasilnya juga tidak

memuaskan (dikutip dari Crocker, 1983).

Page 12: BAB II - LP Retardasi Mental

14

Pencegahan Primer:

a. Pendidikan kesehatan pada masyarakat untuk hidup sehat gizi

dan kebersihan

b. Perbaikan keadaan sosio ekonomi

c. Konseling genetic

d. Tindakan medis yang baik pada prenatal, natal, pasca natal ibu

terhadap bayi

Pencegahan Sekunder:

a. Diagnose dan pengobatan dini

Pencegahan Tertier:

a. Rehabilitasi: pendidikan, latihan khusus (SLB)

b. Perkembangan hidup emosinya mempengaruhi hubungan

manusia dan ketidakmampuan untuk bersaing menyebabkan

trauma bayinya

c. Tuntutan dan harapan orangtuanya (orang tua yang tidak

mengerti/mengetahui)

d. Sikap umum masyarakat terhadap retardasi mental sangat

mempengaruhi reaksi orangtua terhadap adanya anak dengan

retardasi mental dalam keluarga mereka

Page 13: BAB II - LP Retardasi Mental

15

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1 PENGKAJIAN

Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai

kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan

adaptif ; komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan

sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan

dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi

dan ketenangan dan bekerja.

2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi

kognitif

• Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif

• Risiko cedera b.d. perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas

fisik

• Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi

sosial

• Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak retardasi mental

• Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya

kematangan

Page 14: BAB II - LP Retardasi Mental

16

2.2.3 INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan

Sasaran Pasien

Intervensi Keperawatan /

Rasional

Hasil yang Diharapkan

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitif

1. Pasien mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal

Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayi untuk membantu memaksimalkan perkembangan anak

Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval reguler. Buat catatan yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi yang samar sehingga rencana perawatan adapat diperbaiki sesuai kebutuhan.

Bantu keluarga menyusun tujuan yang realistis untuk anak untuk mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan darga diri.

Berikan penguatan positif atas tugas – tugas khusus atau perilaku anak karena hal ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.

Dorong untuk mempelajari ketrampilan perwatan diri segera setelaha anak mencapai kesiapan.

Kuatkan aktivitas

Anak dan keluarga aktif terlibat alam program stimulasi bayi.

Keluarga menerapkan konsep – konsep dan melanjutkan aktivitas perawatan anak di rumah.

Anak melakukan aktivitas hidup sehari – hari pada kapasitas optimal.

Keluarga mencari tahu tentang program pendidikan.

Penyusunan batasan yang tepat, rekreasi, dan kesempatan sosial dapat diberikan.

Isu – isu remaja digali dengan tepat.

Page 15: BAB II - LP Retardasi Mental

17

perawatan diri untuk memfasilitasi perkembangan yang optimal.

Dorong keluarga untuk mencari tahu program khusus perawatan sehari dari kelas - kelas pendidikan segera.

Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama adengan anak lain(mis, bermain, disiplin, interaksi sosial).

Sebelum remaja, berikan penyuluhan pada anak dan orangtua tenntang maturasi fisi, perilaku seksual, perkawinan dan keluarga.

Dorong pelatihan vokasional optimal.

2: Pasien mencapai sosialisasi yang optimal.

Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan untuk bersosialisasi seperti anak – anak yang lain.

Dorong keluarga untuk mengajarkan anak perilaku yang dapat diterima secara sosial (mis., mengatakan “halo”, dan “terima kasih”, sopan, sentuhan yang tepat).

Anjurkan berdandan dan berpakaian sesuai usia untuk mendorong penerimaan oleh orang lain dari

Anak berperilaku denga cara yang dapat diterima secar sosial.

Anank mempunyai pengalaman dan hubungan dengan teman sebaya.

Anak tidak mengalami isolasi sosial.

Page 16: BAB II - LP Retardasi Mental

18

harga diri. Anjurkan program

yang memberikan hubungan dengan teman sebaya dan pengalaman (mis., Pramuka, Olahraga) untuk meningkatkan sosialisasi optimal.

Berikan pada remaja informasi praktik seksual dan kode perilaku yang konkret dan terdefinisi dengan baik karena kemudahan persuasi anak dan kurangnya penilaiandapat membuat anak berada pada resiko yang berbahaya.

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental

(KELUARGA) 1: Pasien (keluarga) mendapatkan dukungan yang adekuat

Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau setelah kelahiran, karena keluarga dapat mencurigai adanaya masalah dan mungkin memerlukan dukungan yang segera.

Ajak kedua orangtua untuk hadir pada konferensi pemberian informasi agar orangtua yang satu tidak harus mengulangi informasi yang kompleks tersebut kepada orangtua yang lain dan untuk menghadapi emosi

Keluarga mengekspresikan perasaan dan kekhawatirannya mengenai kelahiran anak dengan retardasi mental dan implikasinya.

Anggota keluarga membuat keputusan yang realistis berdasarkan kebutuhan kemampuan mereka.

Anggota keluarga menunjukkan penerimaan yang baik terhadap anak.

Page 17: BAB II - LP Retardasi Mental

19

awal dari orangtua yang lain.

Bila mungkin, berika informasi tertulis pada keluarga tentang kondisi anak (mis., sindrom khusus atau penyakit) unutuk dijadikan bahan rujukan keluarga dikemudian hari.

Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan dirumah; beri kesempatan pada mereka untuk menyelidiki semua alternatif residensial sebelum membuat keputusan.

Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai masalah yang sama sehingga mereka dapat mendapatkan dukungan tambahan.

Jangan memberikan jawaban definitif ttentang derajat retardasi anak, tekankan pad potensi keampuhan belajar anak, terutama dengan intervensi diri untuk mendorong harapan.

Tunjukkan penerimaan terhadap anak melalui perilaku sendiri karena orangtua pada iskap

Page 18: BAB II - LP Retardasi Mental

20

afektif profesional. Tekankan

karakteristik normal anak untuk membantu keluarga melihat anak sebagai individu dengan kekuatan serta kelemahannya masing – masing.

Dorong anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatirannya karena hal ini merupakan bagian dari proses adaptasi.

(KELUARGA) 2: Pasien (keluarga) siap untuk perawatan anak jangka panjang

Setelah anak tumbuh besar, diskusikan dengan orangtua alternatif perawatan di rumah, terutama saat orangtua hampir pensiun dan menjadi lansia, sehingga dapat diberikan perawatan jangka panjang yang tepat.

Dorong keluarga untuk mempertimbangkan pemberhentian perawatan sesuai kebutuhan untuk memfasilitasi kemampuan keluarga menghadapi perawatan jangka panjang anak.

Bantu keluarga menyelidiki lingkungan residensial karena hal ini mungkin

Keluarga mengidentifikasi sasaran realistis untuk perwatan anak di masa yang akan datang.

Keluarga mendapatkan manfaat dan pelayanan pendukung.

Page 19: BAB II - LP Retardasi Mental

21

diperlukan untuk perawatan optimal anak.

Dorong keluarga untuk memasukkan anggota keluarga yang menderita retardasi mental dalam perencanaan dan melanjutkan hubungan yang bermanfaat dalam penempatan.

Rujuk pada lembaga yang memberikan bantuan dan dukungan.