4. bab ii tinjauan pustaka ok

35
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ASI Eksklusif 2.1.1.......................Definisi dan Kandungan ASI 2.1.1.1..................................Definisi A. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam garam anorganik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu, yang bermanfaat sebagai makanan bagi bayi. ASI merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap diminum tanpa adanya persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai dengan bayi. ASI memiliki kandungan zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung imunoglobulin, oleh ASI merupakan makanan terbaik dan paling cocok untuk bayi ( Dinkes, 2013). B. Pengertian ASI Eksklusif Menurut Purwanti (2004), ASI ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan 5

Upload: sevenheaven87

Post on 29-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

POA Asi eksklusif

TRANSCRIPT

Page 1: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. ASI Eksklusif

2.1.1. Definisi dan Kandungan ASI

2.1.1.1. Definisi

A. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan

garam garam anorganik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu, yang

bermanfaat sebagai makanan bagi bayi. ASI merupakan makanan yang mudah didapat,

selalu tersedia, siap diminum tanpa adanya persiapan yang khusus dengan temperatur

yang sesuai dengan bayi. ASI memiliki kandungan zat gizi yang lengkap dan

sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung imunoglobulin, oleh ASI

merupakan makanan terbaik dan paling cocok untuk bayi ( Dinkes, 2013).

B. Pengertian ASI Eksklusif

Menurut Purwanti (2004), ASI ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin

setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan dengan tidak diberikan makanan lain,

walaupun hanya air putih, kecuali obat dan vitamin, sampai bayi berumur 6 bulan.

2.1.1.2. Kandungan ASI

Secara umum komposisi Air Susu Ibu (ASI) menurut Soetjiningsih (1997) terdiri dari:

1. Protein

ASI mengandung protein yang memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan mudah

dicerna. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi yang penting untuk

5

Page 2: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. Selain itu ASI juga mengandung sistin

yang merupakan asam amino yang sangat penting bagi pertumbuhan otak bayi.

2. Karbohirat

ASI mengandung karbohidrat yang relatif tinggi. Karbohidrat yang utama

terdapat pada ASI adalah laktosa. Kadar laktosa yang tinggi ini sangat menguntungkan

karena laktosa ini akan difermentasi menjadi asam laktat yang akan memberikan

kondisi asam dalam usus bayi. Suasana asam ini akan memberikan beberapa

keuntungan, yaitu: menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis, memacu

pertumbuhan mikoroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis

vitamin, memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat, serta mempermudah

absorpsi mineral seperti kalsium, fosfor dan magnesium.

Selain laktosa, juga terdapat glukosa, galaktosa, dan glukosamin. Galaktosa

penting untuk pertumbuhan otak dan medula spinalis. Glukosamin merupakan bifidus

faktor disamping laktosa, yang dapat memacu pertumbuhan Lactobacilus bifidus yang

sangat menguntungkan bayi.

3. Lemak

Kadar lemak dalam ASI merupakan sumber kalori utama bagi bayi, sumber

vitamin larut lemak, dan sebagai sumber asam lemak esensial. Tetapi lemak dalam

ASI memiliki bentuk emulsi lebih sempurna karena ASI mengandung enzim lipase

yang memecah trigiliserida menjadi monogliserida sebelum pencernaan di usus terjadi.

Selain itu kadar asam lemak tidak jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih banyak dari susu

sapi.

4. Mineral

6

Page 3: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah tetapi

cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan. Total mineral selama masa laktasi adalah

konstan tetapi beberapa mineral yang spesifik kadarnya tergantung diet ibu dan

stadium laktasi. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium,

kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Mineral yang terbanyak adalah

kalium sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan pembuat darah relatif

sedikit.

5. Air

Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan zat-zat

yang terdapat di dalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabolik adalah

aman. Kadar ASI yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan haus

dari bayi.

6. Vitamin

Vitamin dalam ASI cukup lengkap. Vitamin A, D, dan C jumlahnya cukup,

sedangkan golongan vitamin B kecuali riboflavin dan asam pantothenik tergolong

kurang.

7. Kalori

Jumlah kalori dalam ASI relatif rendah, yaitu hanya 77 kal/100 ml ASI. Sekitar

90% dari jumlah kalori tersebut berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10%

berasal dari protein.

2.1.2. Fisiologi Laktasi

7

Page 4: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

Esterogen dan progesteron memainkan perana penting dalam perkembangan

fisik kelenjar payudara selama kehamilan.Pengaruh khusus dari kedua hormon

tersebut adalah mencegah sekresi sesungguhnya dari Air Susu Ibu (ASI). Sebaliknya

Prolaktin mempunyai efek yang berlawanan pada sekresi air susu. Prolaktin

merupakan hormon yang aktif disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior ibu dan

konsentrasinya meningkat 10 sampai 20 kali dari kadar normal saat tidak hamil.

Segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya sekresi esterogen dan progesteron dari

plasenta yang tiba-tiba memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari kelenjar hipofisis

ibu untuk mengambil peran dalam memproduksi air susu (Guyton, 2008).

Air susu secara kontiniu disekresikan ke dalam alveoli payudara, tetapi air susu

tidak dapat mengalir dengan mudah dari alveoli ke dalam sistem duktus dan oleh

karena itu, tidak menetes secara terus-menerus dari puting susu. Sebaliknya, air susu

harus diejeksi dari alveoli ke dalam duktus sebelum bayi memperolehnya. Proses ini

disebabkan oleh gabungan reflek neurogenik dan hormonal yang melibatkan

hormonhipofisis posterior, yaitu oksitosin (Guyton, 2008).

Ketika bayi menghisap sebenarnya bayi belum menerima susu untuk setengah

menit pertama. Impuls sensorik utama harus ditransmisikan melalui saraf somatik dari

putting susu ke medulla spinalis ibu dan kemudian ke hipotalamus ibu, yang

menyebabkan sinyal syaraf yang membantu sekresi oksitosin pada saat yang

bersamaan ketika hipotalamus mensekresikan prolaktin. Oksitosin kemudian melalui

darah dibawa ke kelenjar payudara, tempat oksitosin menyebabkan sel-sel mioepitel

(yang mengelilingi dinding luar alveoli) berkontraksi, dengan mengalirkan air susudari

alveoli ke dalam duktus. Kemudian isapan bayi menjadi efektif dalam mengalirkan air

8

Page 5: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

susu. Jadi, dalam waktu 30 detik sampai satu menit setelah bayi menghisap payudara,

air susu mulai mengalir. Proses ini disebut ejeksi air susu (Guyton, 2008).

2.1.3. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

2.1.3.1. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami pada bayi untuk mulai

menyusu sendiri segera setelah lahir, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi

untuk mencari dan mengisap ASI sendiri yang didahului oleh kontak kulit antara ibu

dan bayi setidaknya 1 jam atau lebih (Ertem, et al, 2001; Roesli, 2008; UNICEF,

2007). Dalam prosedur Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah lahir, bayi

dibersihkan dari kepala hingga ujung kaki dengan kain lembut yang kering dan

diletakkan bersentuhan kulit dengan ibunya. Kemudian bayi dan ibu diselimuti

dengan kain kering lain (Roesli, 2008; UNICEF, 2007).

Bila diletakkan sendiri di atas perut ibunya, bayi baru lahir yang sehat akan

merangkak ke atas, dengan mendorong kaki, menarik dengan tangan dan

menggerakkan kepalanya hingga menemukan puting susu. Indera penciuman seorang

bayi baru lahir sangat tajam, yang juga membantunya menemukan puting susu

ibunya (Roesli, 2008; UNICEF, 2007).

Ketika bayi bergerak mencari puting susu, ibu akan memproduksi oksitosin

dalam kadar tinggi. Ini membantu kontraksi otot rahim sehingga rahim menjadi

kencang dan dengan demikian mengurangi perdarahan. Oksitosin juga membuat

payudara ibu mengeluarkan zat kolostrum ketika bayi menemukan puting susu dan

mengisapnya (Roesli, 2008; UNICEF, 2007).

9

Page 6: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

Sentuhan bayi melalui refleks hisapnya yang timbul mulai 30-40 menit

setelah lahir akan menimbulkan rangsangan sensorik pada otak ibu untuk

memproduksi hormon prolaktin dan memberikan rasa aman pada bayi (2,3). Hasil

penelitian menyebutkan bahwa Inisiasi Menyusu Dini dapat mencegah 22%

kematian neonatal dan meningkatkan 2-8 kali lebih besar keberhasilan pemberian

ASI eksklusif (Roesli, 2008).

2.1.3.2. Tujuan Inisiasi Menyusui Dini

Berbagai penelitian mengemukakan alasan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) antara lain:

1) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mencegah 22% kematian bayi di Negara

berkembang pada usia dibawah 28 bulan, namun jika menyusu pertama, saat bayi

berusia diatas dua jam dan dibawah24 jam pertama, maka dapat mencegah 16%

kematian bayi di bawah 28 hari (Edmond, et al, 2006).

2) Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan

kontak kulit ke kulit setidaknya selama satu jam, mempunyai hasil dua kali lebih

lama disusui (UNICEF, 2007).

3) Menunda Inisiasi Menyusu Dini (IMD) akan meningkatkan resiko kematian pada

neonatus (Edmond, et al, 2006).

4) Di Indonesia pemberian ASI secara dini mempunyai 8 kali lebih besar

kemungkinan dalam memberikan ASI Eksklusif (Februhartanty, 2008).

5) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) akan meningkatkan keberhasilan pemberian ASi

eksklusif 6 bulan karena kontak dini ibu dan bayi akan meningkatkan lama

menyusui dua kali dibandingkan dengan kontak yang lambat (Ertem, et al, 2001).

10

Page 7: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

6) Ibu dan bayi berinteraksi pada menit-menit pertama setelah lahir(Edmond, et al,

2006).

7) Kemampuan ibu untuk menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu yang

dibutuhkan bayi meningkat meningkat (thermoregulationthermal syncron)

(Bergstrom, et al, 2007).

2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemberikan ASI eksklusif, di antaranya

adalah (Saputri, 2013):

1. Makanan ibu

Makanan yang dikonsumsi ibu dalam masa menyusui tidak secara

langsung mempengaruhi mutu ataupun volume ASI yang dihasilkan. Dalam tubuh

terdapat bebbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu dibutuhkan.

Apabila makanan yang dikonsumsi ibu terus menerus tidak menganung gizi yang

seimbang, akhirnya kelenjar yang memproduksi ASI tidak dapat bekerja

sempurna dan akan mempengaruhi produksi ASI.

2. Ketentraman jiwa dan pikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan pada ibu. Ibu yang

selalu gelisah, merasa tertekan, dan kurang percaya diri akan beresiko mengalami

kegagalan dalam menyusui bayinya.

3. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron

Ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontasepsi

pil yang mengandung estrogen karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.

4. Perawatan payudara

11

Page 8: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

Perawatan fisik payudara dilakuakn 6 minggu terakhir masa kehamilan

dengan melakukan pengurutan payudara, sehingga penyumbatan pada duktus

laktiferus dapat dihindarkan dan ASI dapat keluar dengan lancar (Siregar, 2004).

2.1.5. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif

2.1.5.1 Manfaat ASI eksklusif bagi bayi

A. Sebagai Nutrisi

Dari masa kehamilan, kelenjar payudara ibumulai memproduksi cairan khusus

untuk makanan bayi, dan segera setelah bayi lahir cairan tersebut disekresikan dan

dapat dikonsumsi oleh bayi untuk pemenuhan nutrisinya. Cairan tersebut dinamakan

dengan ASI. Bagi bayi, ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan

komposisi yang seimbang yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhannya.

ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Dengan cara menyusui yang benar,ASI sebagai makanan tunggal akan cukup untuk

memenuhi kebutuhan bayi normal sampai usia 6 bulan (Sofyana, 2011).

B. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi

Secara alamiah bayi yang berada dalam kandungan akan mendapat imunoglobin

dari ibunya melalui plasenta. Namun kadar zat ini akan cepat menurun setelah bayi

lahir. Tubuh bayi mulaimemproduksi zat kekebalan yang mencukupi kadar protektif

pada waktu berusia 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan

menurun, sedangkan yang dibentuk oleh tubuh bayi belum mencukupi maka terjadi

kesenjangan imunoglobulin pada bayi, sehingga bayi rentan terhadap infeksi.

Kesenjangan tersebut akan hilang atau berkurang jika bayi diberi ASI, karena ASI

12

Page 9: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

mengandung imunoglobulin yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi

(Purnamasari, 2014).

C. Meningkatkan Kecerdasan

Pertumbuhan dan perkembangan otak berkaitan erat dengan tingkat kecerdasan

anak. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan anak, yaitu faktor genetik

dan faktor lingkungan.Faktor genetik menentukan potensi kecerdasan yang diturunkan

oleh orang tua.Faktor ini tidak dapat dimanipulasi ataupun direkayasa, sedangkan

faktor lingkungan memiliki banyakaspek dan dapat dipengaruhi.

Faktor lingkungan tersebut juga mencakup nutrisi atau gizi yang diterima anak

pada masa pertumbuhan dan perkembangan otak. ASI yang didapat bayi selama proses

menyusui akan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sehingga dapat menunjang

perkembangan kognitifnya.

Perkembangan otak paling pesatterjadi pada usia 0 – 2 atau 3 tahun, dimana

volume otak akan mencapai 80%. Karenanya, pemberian ASI sangat dibutuhkan pada

masa ini. Walaupun otak telah mengalami perkembangan yang pesat pada masa ini,

bukan berarti bahwa perkembangan otak berhenti sampai disitu saja. Volume otak

akan terus berkembang hingga usia 12 tahun. Nutrisi terbaik bagi bayi untuk

perkembangan otaknya adalah ASI yang di dalamnya terkandung LC-PUFA. Dua jenis

LC-PUFA yang sangat dibutuhkan bayi untuk perkembangan otaknya adalah DHA

(asam dokosaheksanoat) sebagai salah satu jenis asam lemak omega-3 dan AA (asam

arakhidonat) sebagai salah satu jenis asam lemak omega-6 (Sofyana, 2011).

Pada saat lahir dan masa awal kehidupan telah dihasilkan kurang lebih 6 – 10

ribu hubungan sinaps antar sel syaraf.Materi dasar untuk terbentuknya sinaps ini

13

Page 10: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

adalah adanya asam lemak esensial (asam linoleat dan asam linolenat) di dalam ASI

sebagai prekursor dalam sintesa AA dan DHA.Oleh karena itu, perkembangan mental

dan kecerdasan bergantung pada kecukupan suplai asam lemak esensial dan LC-PUFA

pada tahap-tahap krusial tersebut. Kadar DHA di dalam ASI yang sesuai dengan

kebutuhan tubuh bayi, juga memungkinkan proses plastisitas (proses pembentukan

hubungan baru di antara sel-sel saraf) berjalan dengan optimal. Hal ini antara lain

ditunjukkan dengan kecerdasan berbahasa yang baik serta IQ (Intelegence Quotient)

yang tinggi (Kemenkes RI, 2012., USU, 2014, Purnamasari, 2014).

D. Meningkatkan Jalinan Kasih Sayang

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui akan

merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama

karena dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam

kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi merupakan dasarperkembangan emosi

bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik

(Purnamasari, 2014).

E. Dasar Perkembangan Kepribadian Anak

Menyusui bayi akan memperkuat ikatan batin ibu-anak. Rasa aman dalam diri

bayi akan tumbuh saat ia berada dalam dekapan ibunya. Ia menikmati sentuhan kulit

yang lembut dan mendengar bunyi jantung sang ibu seperti yang telah dikenalnya

selama dalam kehamilan. Kondisi tersebut merupakan dasar bagi perkembangan emosi

yang hangat pada diri anak. Melalui proses menyusui, anak akan belajar berbagi dan

memberikan kasih sayang pada orang-orang di sekitarnya.

2.1.5.2. Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu

14

Page 11: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

A. Mengurangi Perdarahan Setelah Melahirkan

Apabila bayi segera disusui setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya

perdarahan setelah melahirkan akan berkurang. Saat bayi menghisap puting susu ibu,

kelenjar pituitary akan terstimulasi untuk meningkatkan produksi hormon oksitosin

guna merangsang kontraksi otot-otot di saluran ASI sehingga ASI terpancar keluar.

Hal ini dikarenakan pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitoksin yang

memberikan efek vasokonstriksi atau penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan

akan lebih cepat berhenti (Mustofa, 2010).

B. Sebagai Alat Kontrasepsi Alamiah

Manfaat lain dari pemberian ASI secara eksklusif adalah sebagai alat kontrasepsi

alamiah yang dapat mencegah kehamilan. Kemungkinan untuk mencegah kehamilan

bisa mencapai 99%. Namun, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu bayi belum

diberi makanan lain, bayi belum berusia enam bulan, dan ibu belum mengalami

menstruasi (Aprillia, 2009).

C. Mempercepat Involusi Uterusdan Penurunan Berat Badan Ibu

Kadar oksitoksin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim

kembali ke ukuran sebelum hamil (involusi). Proses pengecilan ini akan lebih cepat

dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui. Selain itu, dengan menyusui, cadangan

lemak dalam tubuh ibu yang disiapkan sebagai sumber energi selama kehamilan akan

digunakan sebagai energi pembentuk ASI. Akibatnya, cadangan lemak tersebut akan

berkurang, sehingga dapat mempercepat penurunan berat badan ibu (Mustofa, 2010).

D. Mengurangi Risiko Menderita Kanker

15

Page 12: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi

kemungkinan terjadinya kanker payudara. Padaumumnya bila semua wanita dapat

melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian

kanker payudara berkurang dapat berkurang hingga 25% (Kemenkes RI, 2012).

E. Lebih Ekonomis, Tidak Merepotkan, dan Hemat Waktu

Dengan memberikan ASI berarti menghemat pengeluaran untuk membeli susu

formula dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan untuk membuat susu formula.

Selain itu, ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau

memasak air, juga tanpa harus mencucui botol, dan tanpa menunggu agar susu tidak

terlalu panas. Pemberian susu botol akan lebih merepotkan terutama pada malam hari

disaat ibu sedang beristirahat (Aprillia, 2009).

F. Portable dan Praktis

ASI Mudah dibawa kemana-mana (portable) sehingga saat bepergian tidak

perlu membawa berbagai alat untuk minum susu formula dan tidak perlu membawa

alat listrik untuk memasak atau menghangatkan susu. ASI dapat diberikan dimana saja

dan kapan saja dalam keadaan siap dimakan/ diminum, serta dalam suhu yang selalu

tepat (Aprillia, 2009).

G. Memberikan Kenyamanan Bagi Ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusifakan merasakan kenyamanan,

kepuasan dan kebahagiaan yang mendalam. Rasa bangga dan bahagia karena dapat

memberikan sesuatu dari dirinya demi kebaikan bayinya (menyusui bayinya) akan

memperkuat hubungan batin antara ibu dan bayinya (Kemenkes RI, 2012).

2.1.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

16

Page 13: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

Pemberian ASI esklusif selama enam bulan pada kenyataannya tidak

sesederhana yang dibayangkan. Berbagai kendala dapat timbul dalam upaya

memberikan ASI esklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, dapat dipengaruhi oleh faktor

internal dan faktor eksternal.

2.1.6.1. Faktor Internal

A. Faktor Pendidikan

Makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk menerima

informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya

pendidikan yang kurang akan menghambat sikap terhadap nilai-nilai yang baru

diperkenalkan, termasuk mengenai ASI Ekslusif.

B. Faktor Pengetahuan

Pengetahuan yang rendah mengenai manfaat dan tujuan pemberian ASI

eksklusif dapat menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Ibu

hamil yang  saat pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care)tidak memperoleh

penyuluhan intensif mengenai ASI eksklusif, kandungan dan manfaat ASI, teknik

menyusui, serta kerugian jika tidak memberikan ASI eksklusif tidak akan memiliki

motivasi yang kuat untuk memberikan ASI eksklusif bagi anaknya.  

C. Faktor Sikap dan Perilaku

Menurut Rusli, 2000, dengan menciptakan sikap yang positif mengenai ASI

dan menyusui dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI secara esklusif.

(Roesli, 2000).

17

Page 14: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

D. Faktor Psikologis

Faktor psikologis seperti rasa takut kehilangan daya tarik sebagai seorang

wanita (estetika), dan anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak penampilan

dapat mempengaruhi motivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif bagi anaknya.

Selain itu, ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui bayi

sehingga dapat mendesak ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama pemberian ASI,

bahkan tidak memberikan ASI bagi anaknya.

E. Faktor Fisik Ibu

Alasan Ibu yang sering muncul untuk tidak menyusui adalah karena ibu sakit,

baik sebentar maupun lama.Sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan

ibu untuk berhenti menyusui.Lebih jauh berbahaya untuk mulai memberi bayi berupa

makanan buatan daripada membiarkan bayi menyusu dari ibunya yang sakit.

F. Faktor Emosional

Faktor emosi mampu mempengaruhi ASI. Menurut Kartono (2007),aktifitas

sekresi kelenjar payudara senantiasa berubah-ubah oleh pengaruh psikis yang dialami

oleh ibu. Perasaan ibu dapat menghambat atau meningkatkan pengeluaran oksitosin,

yaitu hormon yang berperan dalam sekresi ASI.Perasaan takut, gelisah, marah, sedih,

cemas, kesal, malu atau nyeri hebat akan mempengaruhi refleks oksitosin, yang

akhirnya menekan pengeluaran ASI. Sebaliknya, perasaan ibu yang berbahagia,

senang, perasaan menyayangi bayi, memeluk, mencium, dan mendengar bayinya yang

menangis, perasaan bangga menyusui bayinya akan meningkatkan pengeluaran ASI.

(Kartono, 2007)

2.1.6.2. Faktor Eksternal

18

Page 15: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

A. Faktor Peranan Suami

Dukungan suami sangat penting dalam suksesnya menyusui, terutama untuk

ASI eksklusif.  Dukungan emosional sangat berarti dalam menghadapi tekanan luar

yang meragukan pentingnya ASI. Suami yang akan menjadi benteng pertama saat ibu

mendapat godaan yang datang dari keluarga terdekat, orangtua, ataupun mertua. Selain

itu suami juga harus berperan dalam pemeriksaan kehamilan, menyediakan makanan

bergizi, dan membantu meringankan pekerjaan rumah tangga. Kondisi ibu yang sehat

dan suasana yang menyenangkan akan meningkatkan kestabilan fisik ibu sehingga

produksi ASI lebih baik (Roesli, 2000).

Suami yang berperan mendukung ibu agar menyusui sering disebut

breastfeeding father. Dorongan suami dan kerabat lain diperlukan untuk meningkatkan

kepercayaan diri ibu akan kemampuan menyusui secara sempurna (Khomsan, 2006).

B. Perubahan Sosial Budaya

1)     Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.

Pekerjaan terkadang mempengaruhi keterlambatan ibu untuk memberikan ASI

eksklusif. Secara teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak cukup untuk

memperhatikan kebutuhan ASI. Pada hakikatnya, pekerjaan tidak boleh menjadi

alasan ibu untuk berhenti memberikan ASI eksklusif. Untuk menyiasati pekerjaan,

maka selama ibu tidak dirumah, bayi mendapatkan ASI perah yang telah diperoleh

satu hari sebelumnya. (Satoto, 1990)

Secara ideal, tempat kerja yang mempekerjakan perempuan hendaknya

memiliki “tempat penitipan bayi”. Dengan demikian ibu dapat membawa bayinya ke

tempat kerja dan menyusui setiap beberapa jam. Namun bila kondisi tidak

19

Page 16: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

memungkinkan maka ASI perah adalah pilihan yang paling tepat. Tempat kerja yang

memungkinkan karyawatinya berhasil menyusui bayinya secara eksklusif dinamakan

Tempat Kerja Sayang Ibu (Roesli, 2000).

2)    Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol.

Persepsi masyarakat akan gaya hidup mewah, membawa dampak terhadap

kesediaan ibu untuk menyusui. Bahkan adanya pandangan bagi kalangan tertentu,

bahwa susu botol sangat cocok buat bayi dan merupakan makanan yang terbaik. Hal

ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu berkeinginan untuk meniru orang lain,

atau prestise.

3)     Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.

Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat, mendesak

para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan

keluarnya.

C. Faktor Kurangnya Petugas Kesehatan Dalam Memberikan Informasi

Mengenai ASI Eksklusif

Kurangnya petugas kesehatan dalam memberikan informasi kesehatan

menyebabkan masyarakat kurang mendapatkan informasi atau dorongan tentang

manfaat pemberian ASI.

D. Meningkatnya Promosi Susu Kaleng Sebagai Pengganti ASI

Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan

distribusi susu buatan menimbulkan pergeseran perilaku dari pemberian ASI ke

pemberian susu formula baik di desa maupun perkotaan. Distibusi, iklan, dan promosi

susu buatan berlangsung terus, dan bahkan meningkat tidak hanya di televisi, radio

20

Page 17: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

dan surat kabar, melainkan juga ditempat-tempat praktek swasta dan klinik-klinik

kesehatan masyarakat di Indonesia.

Iklan menyesatkan yang mempromosikan bahwa susu suatu pabrik sama

baiknya dengan ASI, sering dapat menggoyahkan keyakinan ibu, sehingga tertarik

untuk mencoba menggunakan susu instan itu sebagai makanan bayi. Semakin cepat

memberi tambahan susu pada bayi, menyebabkan daya hisapnya berkurang karena

bayi mudah merasa kenyang, maka bayi akan malas menghisap puting susu dan

akibatnya produksi prolaktin dan oksitosin akan berkurang.

E. Faktor Pengelolaan ASI di Ruang Bersalin

Untuk menunjang keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui segera atau

sedini mungkin setelah lahir.Namun tidak semua persalinan berjalan normal dan tidak

semua dapat dilaksanakan menyusui dini.IMD disebut early initation atau permulaan

menyusu dini, yaitu bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir. Keberhasilan

praktik IMD dapat membantu agar proses pemberian ASI eksklusif berhasil.

Sebaliknya, jika IMD gagal dilakukan, akan menjadi penyebab pula terhadap gagalnya

pemberian ASI Eksklusif.

F. Faktor-Faktor Lain

Ada beberapa bagian keadaan yang tidak memungkinkan ibu untuk menyusui

bayinya walaupun produksinya cukup, seperti :

21

Page 18: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

1)  Berhubungan dengan kesehatan seperti adanya penyakit yang diderita sehingga

dilarang oleh dokter untuk menyusui, yang dianggap baik untuk kepentingan ibu,

seperti : gagal jantung, Hb rendah.

2)  Masih seringnya dijumpai di rumah sakit (rumah sakit bersalin) pada hari pertama

kelahiran oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya, walaupun sebagian besar dari

ibu yang melahirkan di kamar mereka sendiri, hampir setengah dari bayi mereka diberi

susu buatan atau larutan glukosa.

2.1.7. Perbedaan ASI dengan Susu Formula

Jika dibandingkan dengan susu formula, ASI memiliki banyak keunggulan, seperti

(Kumboyono, 2014):

1. Mengandung nutrisi yang dibutuhkan bayi dalamjumlah yang cukup dengan

susunan zat gizi yang sesuai untuk bayi.

2. Sedikit terpapar dengan udara luar, sehinggakecil kemungkinan tercemar oleh

mikroorganisme patogen.

3. Selalu segar dan temperaturnya sesuai dengantemperatur tubuh bayi.

4. Mengandung zat kekebalan (imunoglobulin).

Imunoglobulin dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan karena

tahanterhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membentuk lapisan

pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen danenterovirus masuk ke mukosa

usus.

5. Tidak menimbulkan alergi.

22

Page 19: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

6. Pada hari-haripertama setelah kelahiran bayi, ASI bewarna kekuning-kuningan, dan

lebih kental, yang disebut dengan kolostrum. Kolostrum banyak mengandung vitamin

A, protein dan zatkekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi.

Berikut perbandingan unsur gizi yang terdapat pada kolostrum, ASI matur, dan

susu formula:

Tabel 2.1. Komposisi Kolostrum, ASI Matur, dan Susu FormulaKandungan (per 100

mL)

KolostrumASI MaturSusu Formula

Air (gr) - 88 88

Laktosa (gr) 5,3 6,8 3

Protein (gr) 2,7 1,2 3,3

Lemak (gr) 2,9 3,8 3

Laktobulin - 1,2 3,1

Vitamin A (µg) 89 53 34

Vitamin D (µg) - 0,03 0,06

Asam linoleat (gr) - 8,3 1,6

Asam nikotinat 75 172 85

Asam askorbat 4,4 4,3 1,6

Kalsium (mg) 31 33 125

Natrium (mg) 92 15 1,6

Kalium (g) 55 55 138

Fosfor (g) 14 15 100

Zat Besi (g) 0,09 0,15 100

Klorida (gr) 117 43 93

Magnesium (g) 4 4 12

Sumber: Hubertin Sri Purwanti, Konsep Penerapan Asi Eksklusif

2.1.8. Kelompok Pendukung ASI

23

Page 20: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup

bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi/anak yang optimal sekaligus

mempertahankan kesehatan ibu setelah bersalin.

Sejak lahir, bayi hanya diberi ASI saja hingga usia 6 bulan yang disebut

dengan pemberian ASI Eksklusif. Selanjutnya pemberian ASI diteruskan hingga anak

berusia dua tahun dengan penambahan makanan lunak/padat yang disebut makanan

pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup dalam jumlah maupun mutunya.

Dalam situasi apapun, ibu harus senantiasa didukung untuk tetap dapat

menyusui bayinya.Karena mendapatkan ASI merupakan hak anak agar dapat

bertumbuh kembang secara optimal.Pemberian ASI juga dapat membentuk

perkembangan intelegensi, rohani dan perkembangan emosional, karena selama

disusui dalam dekapan ibu, bayi bersentuhan langsung dengan ibu, dan mendapatkan

kehangatan kasih sayang dan rasa aman.Namun harus diakui masih banyak bayi yang

belum mendapatkan ASI.

Agar ibu-ibu dapat lebih berhasil menyusui diperlukan bantuan moril dari

suami dan keluarga, penyuluhan dan pengetahuan praktis dari petugas/kader. Oleh

karena itu maka salah satu usaha yang ditempuh adalah dengan membentuk kelompok 

pendukung ASI (KP-ASI) di desa-desa di wilayah kerja Puskesmas (Syurandri, 2013).

2.2. Program ASI Eksklusif di Puskesmas

Program ASI eksklusif di Puskesmas merupakan salah satu pelaksanaan program

pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak di

Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan diadakannya gerakan nasional Peningkatan

24

Page 21: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) yang dicanangkan oleh presiden RI pada tanggal 22

Desember 1990 (Depkes RI, 2002).Sejalan dengan itu kampanye dan penyuluhan PP-ASI

dilaksanakan lebih intensif lagi agar persentase ibu yang menyusui eksklusif dapat

meningkat.Target pencapaian ASI eksklusif menurut Indonesia Sehat tahun 2010 adalah

80% (Fikawati, 2010), dan pada tahun 2013 target tersebut diturunkan menjadi 75%.

Pelaksanaan program ASI eksklusif di Puskesmas berpedoman pada pelaksanaan

Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif, dimana tertuang di

dalamnya pokok-pokok kebijaksanaan peningkatan penggunaan ASI secara ekslusif.

Sesuai dengan Juklak Depkes tahun 1991, tugas ini hanya akan berdampak positif bila

petugas kesehatan berpengetahuan cukup mengenai cara memberikan informasi yang

diperlukan serta mendidik ibu dalam mengatasi masalah yang timbul serta didukung oleh

kebijakan yang sesuai dengan permenkes nomor 240 tahun 1985 tentang larangan susu

formula, dan pengetahuan petugas sangat tergantung pada pengetahuan yang diterima

selama pendidikan, ditambah pengetahuan selama bekerja melalui kontak dengan petugas

kesehatan lainnya (Depkes, 1997).

Dalam pelaksanaan kegiatan PP-ASI melibatkan banyak pihak, yaitu seluruh aparat

baik pemerintah maupun swasta, organisasi kemasyarakatan, serta lembaga swadaya

masyarakat yang berpedoman pada kebijaksanaan PP-ASI yang meliputi(Depkes RI, 2001):

1) menyusui eksklusif

2) ASI diberikan sampai usia 2 tahun

3) larangan promosi dan penggunaan pengganti ASI

4) melaksanakan sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10 langkah LMKM)

25

Page 22: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

5) peningkatan penyuluhan ASI esksklusif

Sasaran dalam Pelaksanaan program ASI eksklusif meliputi:

1) penentu kebijakan termasuk para pengambil keputusan dan administrator (legislatif,

eksekutif dan judikatif)

2) institusi pendidikan kesehatan

3) petugas kesehatan

4) petugas non kesehatan formal dan non formal

5) masyarakat umum

Langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan PP-ASI yaitu:

1) memanfaatkan dan memasyarakatkan peraturan dan perundang - undangan yang

mendukung program PP-ASI

2) melaksanakan orientasi kepada penentu kebijakan, pengambil keputusan dan

administrator baik disektor pemerintah, swasta dan masyarakat

3) melaksanakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan non kesehatan

4) meningkatkan penyuluhan PP-ASI

5) Menyediakan sarana dan memberikan pelayanan yang kegiatan PP-ASI sesuai kebijakan

PP-ASI

6) pemantauan dan evaluasi program PP-ASI berdasarkan indikator keberhasilan yang telah

ditetapkan sebelumnya

7) Petugas kesehatan memberikan nasihat secara khusus pada ibu-ibu yang mengalami

kesulitan dalam pemberian ASI

2.3. Hambatan dalam Pelaksanaan Program ASI Eksklusif di Puskesmas

26

Page 23: 4. Bab II Tinjauan Pustaka Ok

Bayi baru lahir perlu mendapat perawatan yang optimal sejak dini, termasuk

pemberian makanan yang ideal.Tidak ada satupun makanan yang ideal untuk bayi baru lahir

selain ASI. World Health Organization (WHO)dan United Nations Children’s

Fund (UNICEF) menganjurkan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu ASI saja sampai bayi

berusia 6 bulan, tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain selain ASI. 

Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tidak mudah,

banyak kendala yang timbul dalam pelaksanaannya. Beberapa faktor yang sering menjadi

hambatan dalam pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah:

1. produksi ASI kurang

2. ibu kurang mengerti cara pemberianASI yang benar

3. bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula, atau susu formula

pada hari pertama kelahiran)

4. kelainan ibu: laserasi puting susu,mastitis, dan abses

5. jarak kehamilan yang terlalu dekat, sehingga pemberian ASI pada bayi sebelumnya

terhenti

6. ibu sibuk bekerja 

27