lp halusinasi ok
Post on 13-Dec-2015
7 views
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
SYAMSUL MA’ARIF
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2015
1. Pengertian
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat ( yang
diprakarsai secara internal atau eksternal ) disertai dengan suatu
pengurangan, berlebih – lebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap
semua stimulus ( Towsend, 1998). Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar
( Maramis, 1998 ). Menurut Lubis (1993), halusinasi adalah suatu
penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus eksternal, persepsi palsu.
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh /
baik. Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber
atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal
rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri
secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa
bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang
diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan
perasaannya sendiri. (Budi Anna Keliat, 1999)
Halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini
merupakan gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain.
Halusinasi sering diidentikkan dengan Skizofrenia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa
ada rangsangan dari luar.
2. Penyebab
Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi
antara lain klien menarik diri dan harga diri rendah (Stuart dan Laraia,
2001). Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan berhubungan sosial
klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien
akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominant
dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan
kemampuan membedakan stimulus internal dengan stumulus eksternal.
Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.
3. Tanda dan gejala
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan
duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum
atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain,
gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga
keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa
yang dilihat, didengar atau dirasakan).
4. Akibat
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya
sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak
lingkungan ( risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan ). Hal ini
terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana klien mengalami
panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-
benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan.
Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, mebunuh orang lain
bahkan merusak lingkungan.
C. 1. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Isolasi sosial: menarik diri
Perubahan persepsi sensori: halusinasi Core problem
2. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
NoMasalah
KeperawatanData subyektif Data obyektif.
1 Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain
Klien mengungkapkan takut, cemas dan khawatir
Klien mengungkapkan apa yang dilihat dan didengar mengancam dan membuatnya takut
Wajah klien tampak tegang
Mata merah dan melotot
Rahang mengatup Tangan mengepal Mondar-mandir
2 Perubahan sensori persepsi : Halusinasi
Klien mengatakan melihat makhluk gaib
Klien mengatakan mendengar suara – suara yang membisikinya untuk….
Dan lain - lain
Tersenyum sendiri
Tertawa sendiri
Menggerakkan bibir tanpa suara.
Diam dan asyik sendiri.
3 Isolasi Sosial Menarik diri
Klien mengatakan lebih suka menyendiri
Kurang spontan Hanya duduk –
duduk saja Apatis Ekspresi sedih Komunikasi
verbal kurang Aktivitas menurun Posisi janin pada
saat tidur Menolak
berhubungan Kurang
memperhatikan kebersihan
Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi :
a. Isi halusinasi yang dialami oleh klien
b. Waktu dan frekuensi halusinasi
c. Situasi pencetus halusinasi
d. Respon klien
D. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan halusinasi……….
b. Perubahan sensori perseptual: halusinasi……. berhubungan dengan
menarik diri.
E. Rencana Tindakan
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi………..
TujuanUmum:
Klien tidak mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
1. Membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1. 1. Salam terapeutik - perkenalkan diri - jelaskan tujuan - ciptakan
lingkungan yang tenang - buat kontrak yang jelas (waktu, tempat,
topik)
1.2. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
1.3. Empati
1.4. Ajak membicarakan hal - hal nyata yang ada di lingkungan
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan:
2. 1. Kontak sering dan singkat
2.2. Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal
dan non verbal)
2.3. Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah ada
suara yang didengar - apa yang dikatakan oleh suara itu Katakan
bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, tetapi
perawat tidak mendengamya. Katakan bahwa perawat akan
membantu.
2.4. Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu,
frekuensi teriadinya halusinasi serta apa yang dirasakan jika
teriadi halusinasi
2.5. Dorong untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi.
muncul
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan:
3. 1. Identifikasi bersama tentang cara tindakan j ika teriadi halusinasi
3.2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru
untuk mengontrol halusinasinya
3.3. Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi: bicara
dengan orang lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan,
mengatakan pada suara tersebut " saya tidak mau dengar!"
3.4. Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih / dilakukan
3.5. Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan beri
pujian jika berhasil
4. Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan:
4.1. Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang
gejala, cara memutus halusinasi, cara merawat, informasi waktu
follow up atau kapan perlu mendapat bantuan
4.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan:
5. 1. Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat
5.2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama, pasien,
obat, dosis, cara dan waktu)
5.3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan
5.4. Beri reinforcement positif bila klien minun obat yang benar
Perubahan sensori perseptual: halusinasi……. berhubungan dengan menarik
diri.
Tujuan umum : tidak terjadi perubahan persepsi sensori : halusinasi…
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,
memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kesepakatan / janji dengan jelas
tentang topik, tempat, waktu
1.2. Beri perhatian dan penghargaan : temani klien walau tidak
menjawab
1.3. Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan
terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan
klien.
2. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri
Tindakan :
2.1. Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain
2.2. Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain
Tindakan :
3.1. Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain
3.2. Bantu mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki untuk
bergaul
4. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap : klien-
perawat, klien-perawat-klien lain, perawat-klien-kelompok, klien-
keluarga
Tindakan :
4.1. Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin
perawat sama
4.2. Motivasi/temani klien untuk berkenalan dengan orang lain
4.3. Tingkatkan interaksi secara bertahap
4.4. Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
4.5. Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi
4.6. Fasilitasi hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik
5. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan
orang lain
Tindakan :
5.1. Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi/kegiatan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
6. Klien mendapat dukungan keluarga
Tindakan :
6.1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga
6.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
1. Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :
EGC, 1999
3. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo, 2003
4. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
Bandung, RSJP Bandung, 2000
Diagnosa Keperawatan 1 : Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan perubahan sensori persepsi :
halusinasi visual, pendengaran
Tujuan Umum : Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan Khusus 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan :
a. Kriteria evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senanga, ada kontak mata,
mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien
mau berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang
dihadapi
b. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
terapeutik:
- Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai klien
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
- Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Tujuan Khusus 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya dengan:
a. Kriteria evaluasi : Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya
halusinasi, klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
b. Intervensi :
- Adakan kontak sering dan singkat secra bertahap
- Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya bicara dan
terutama tanpa stimulasi memandang kekiri/kekanan/kedepan seolah-
olah ada teman bicara
- Bantu klien dalam mengenal halusinasinya :
a. Jika menemukan klien sedang halusinasi, tanyakan apakah ada suara
atau bayangan yang didengar dan dilihat
b. Jika klien menjawab ada lanjutkn apa yang dikatakan
c. Katakan bahwa perawat percya klien mendengar atau melihat itu,
manum perawat sendiri tidak mendengarnya
d. Katakan juga bahwa ada yang seperti klien
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
- Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan / tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi, siang, sore atau mlam
hari)
- Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
( marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan mengungkapkan
perasaanya
Tujuan Khusus 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya :
a. Kriteria Evaluasi :
- Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk
mengendalikan halusinasinya
- Klien dapat menyebutkan cara baru, klien dapat memilih rasa mengatasi
halusinasinya seperti yang telah didiskusikan dengan klien
- Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan
halusinasinya
- Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok
b. Intervensi :
Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri )
Diskusikan bersama klien manfaat cara yang digunakan klien, jika
bermanfaat beri pujian
Diskusikan cara baru untuk memutuskan/ mengontrol timbulnya
halusinasi :
- Katakan saya tidak mau melihat kamu, saat halusinasi terjadi
- Menemui orang lain, perawat, teman, anggota keluarga untuk
bercakap-cakap atau mengatakan halusinasinya
- Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat
muncul kembali
- Meminta keluarga/teman/perawat menyapa jika tampak klien
berbicara sendiri
Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secra bertahap
Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih evaluasi
hasilnya dan beri pujian bila berhasil
Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas orientasi realita, stimulasi
persepsi
Tujuan Khusus 4 : Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol
halusinasinya dengan :
a. Kriteria evaluasi :
- Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
- Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk
mengendalikan halusinasi
b. Intervensi :
- Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
- Diskusikan dengan keluarga ( pada saat kunjungan rumah/ bezuk)
Gejala halusinasi yang di alami
Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga dalam
memutus halusinasi
Cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi di
rumah : beri kegiatan jangan biarkan sendiri, makan bersama
Beri informasi waktu follow up dan kapan perlu mendapat
bantuan halusinasi tidak terkontrol dan resiko menciderai
orang lain.
Tujuan Khusus 5 : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
a. Kriteria evaluasi
- Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfat dosis dan efek samping
obat
- Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
- Klien dapat informasi tentang manfaat dan efek samping obat
- Klien memahami akibat berhentinya abat tanpa konsultasi
- Klien dapat menyebutkan prinsip lima benar penggunaan obat
b. Intervensi :
- Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat obat
- Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan
mamfatnya
- Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
obat yang dirasakan
- Diskusikan akibat berhentiobat-obatan tanpa konsultasi
- Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
Tgl Diagnosa
Keperawatan
Implementasi Evaluasi Paraf
TUK 1 dan 2
Membina hubungan
saling percaya
dengan
mengungkapkan
prinsip komunikasi
terapeutik dengan
memperkenalkan diri,
menyebutkan nama,
nama panggilan,
alamat dan status
S
Klien
mengatakan
senang
mempunyai
teman bicara
Klien
mengatakan
sebenarnya
sudah
kangen
Menyakinkan klien
bahwa perawat dapat
menjadi temannya
dengan mengajak
duduk bersama
sambil bercerita-
cerita
Memberikan
perhatian penuh
pada klien dengan
mempertahankan
kontak mata dan
sikap berhadapan
Memberikan pujian
atas apa yang yang
telah dilakukan
klien dengan benar
dengan
mengacungkan
jempol atau
menepuk bahu klien
Menayakan pada
klien perasaanya
saat halusinasinya
muncul
Bantu klien
mengenal
halusinasinya
Diskusikan dengan
klien situasi yang
dapat menimbulkan
dengan
anaknya dan
ingin sekali
melihat/
menunggui
isterinya
melahirkan
Klien
mengatakan
mau
berteman
dengan
perawat
O :
Klien
memandang
perawat
dengan
seksama
Kontak mata
klien searah
dengan
perawat
Klien mau
duduk
berhadapan
dengan
perawat
Klien
tersenyum jika
di beri pujian
halusinasi dan beri
kesempatan untuk
mengungkap
perasaanya
Membuat kontrak
untuk pertemuan
besok, mengenai
tempat, waktu, jam,
serta tujuan
pertemuan
TUK 3 :
Menyapa klien
dengan
ramah,hangat dan
semangat
Menanyakan
keadaan klien hari
ini
Mengingatkan
kontrak hari ini
akan
membahas tentang
cara mengontrol
adanya halusinasi
Menanyak
an kepada klien
tindakan apa yang
telah dilakukan bila
halusinasinya
muncul kembali
A :
TUK 1
Klien mampu
membina hubungan
saling percaya dan
anjurkan klien
untuk menyapa
dahulu pada
perawat
TUK 2 :
Klien dapat
mengenal
halusinasinya, dan
mampu
mengungkapkan
perasaanya
P :
Optimalkan untuk
TUK 1 dan TUK 2
Pertahankan dan
lanjutkan tindakan
S :
Klien senang
dapat
berdiskusi
dengan
perawat
mengenai cara
mengontrol
apabila
halusinasi
Mendiskusikan
bersama cara baru
untuk mengatasi
halusinasi bila
muncul kembali
Bantu klien memilih
dan melatih untuk
memutus halusinasi
Bantu klien
menyusun kegitan
yang bisa dilakukan
untuk mencegah
munculnya
halusinasi
Beri kesemoatan
klien untuk melatih
cara memutus
halusinasi yang
telah diajarkan
Beri reinforcement
positif atas
keberhasilan klien
Anjurkan klien
untuk mengikuti
kegiatan terapi
aktivitas kelompok
agar tidak melamun
Buat kontrak untuk
pertemuan
berikutnya yaitu
TUK 5 :memanfatkan
muncul
Klien dapat
membuat
jadwal
kegiatan yang
dapat
mencegah
timbulnya
halusinasi
O :
Klien tampak
kooperatif
Klien dapat
mengerti
tentang
halusinasi dan
itu ternyata
hanya
bayangannya
saja dan tidak
ada
kenyataanya
Klien
membuat
daftar kegiatan
dari bangun
tidur sampai
malam
Klien
tersenyum bila
diber pujian
obat yang baik, tentukan
tempat, waktunya
anjurkan klien yang
memutuskan
TUK 5 :
Menyapa klien
dengan hangat
dan semangat
Menanyakan
keadaan klien
hari ini
Mengingatkan
kontrak hari ini
akan membahas
tentang
penggunaan obat
dengan benar dan
tepat
Menanyakan
pengetahuan
klien tentang
obat yang
diminum
Mengajarkan
pada klien
tentang
penggunaan obat
yang benar dan
teratur
Mengajarkan
klien tentang
A :
TUK 3 : Klien
mampu
mengontrol
halusinasinya dan
melaksanakan
jadwal kegiatan
yang telah dibuat
klien
P :
Pertahankan dan
lanjutkan untuk
tindakan yang
direncanakan
S :
Klien
mengatakan
senang dengan
pertemuan
pagi ini
Klien
mengatakan
sangat senang
tentang
penggunaan
obat dan efek
sampingnya
Klien
mengatakan
ingin segera
pulang, tetapi
efek dan efek
samping obat
Meminta klien
untuk mengulang
kembali tentang
efek dan efek
samping obat
Memberikan
pujian yang
positif pada klien
atas apa yang
telah
disampaikan
keluarga
belum datang
Klien berjanji
tidak akan
melupakan
apa yang telah
di sampaikan
perawat
tentang obat
O :
Klien terlihat
senang sat
diajak diskusi
Klien mampu
mengulang apa
yang telah
disampaikan
Klien
tersenyum saat
di beri pujian
atas
kemampuan
nya
A :
Klien dapat
menggunakan obat
dengan benar
P :
Pertahankan dan
lanjutkan tindakan
yang di rencanakan
DAFTAR PUSTAKA
Keliat., Budi Anna., 1999. Penatalaksanaan Stress. Jakarta : EGC
Townsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Maramis W. F.1998. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC
Lubis, Arliza Juairiani. (2006). Dukungan Sosial pada Pasien Gagal Terminal
yang Melakukan Terapi Dialisa. Dapat diakses di
http://www.library.usu.ac.id/
Stuart & Laraia. (2001). Principles and practice of psychiatric nursing. USA:
Mosby Company.