5. bab ii revisi (ok)
DESCRIPTION
5. BAB II REVISI (OK)TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bimbingan Guru
1. Pengertian Bimbingan
Pengertian bimbingan jika ditelaah dari berbagai sumber akan
dijumpai pengertian-pengertian yang berbeda, tergantung dari jenis
sumbernya dan yang merumuskan pengertian tersebut. Perbedaan tersebut
disebabkan karena berlainan pandangan atau titik tolak. Tetapi perbedaan itu
hanyalah perbedaan tekanan atau perbedaan dari sudut mana melihatnya.
Pada dasarnya, bimbingan merupakan upaya pembimbing untuk
membantu mengoptimalkan individu. Berdasarkan pasal 27 Peraturan
Pemerintah No.20 Tahun 1990, “Bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depan”. Depdikbud 1994 (Ketut
Sukardi, 2000 : 18).
Bimbingan, menurut Aqib (2002 : 71) bahwa:
Definisi bimbingan sangat luas. Bimbingan ialah proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penemuan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri.
8
9
Natawidjaja (Ketut Sukardi, 2000 : 19) mengatakan bahwa:
Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya.
Yusuf dan Nurihsan (2005 : 8) mengemukakan bahwa:
Bimbingan perkembangan di lingkungan pendidikan merupakan pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan agar mereka dapat memahami dirinya, lingkungan, dan tugas-tugasnya sehingga mereka sanggup mengarahkan diri, menyesuaikan diri, serta bertindak wajar sesuai dengan keadaan dan tuntutan lembaga pendidikan, keadaan keluarga, masyarakat, dan lingkungan kerja yang akan dimasukinya kelak. Dengan pemberian layanan bimbingan, mereka lebih produktif, dapat menikmati kesejahteraan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti pada lembaga tempat mereka bekerja kelak, serta masyarakat pada umumnya. Pemberian bimbingan juga membantu mereka mencapai tugas-tugas perkembangannya secara optimal.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan
adalah suatu proses pemberian bantuan pada semua individu berkenaan
dengan semua aspek kepribadiannya dalam semua konteks kehidupan untuk
membantu mengoptimalkan kemampuan individu untuk mengenal
pribadinya dan lingkungan hidupnya guna membentuk pribadi yang dewasa
dan bertanggung jawab.
2. Jenis-jenis Bimbingan
Yusuf dan Nurihsan (2005 : 10-12) menyatakan bahwa dilihat dari
masalah individu, ada empat jenis bimbingan, yaitu: "Bimbingan akademik,
bimbingan sosial pribadi, bimbingan karir dan bimbingan keluarga".
a. Bimbingan Akademik
10
Bimbingan akademik, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk
membantu para individu dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-
masalah akademik. Adapun yang termasuk masalah-masalah akademik,
yaitu pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar,
penyelesaian tugas-tugas dan latihan, pencarian serta penggunaan sumber
belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan lain-lain.
Bimbingan akademik dilakukan dengan cara mengembangkan
suasana belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan
belajar. Para pembimbing membantu individu mengatasi kesulitan
belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu individu
agar sukses dalam belajar dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua
tuntutan program/pendidikan. Dalam bimbingan akademik, para
pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan
akademik yang diharapkan.
b. Bimbingan Sosial Pribadi
Bimbingan sosial pribadi merupakan bimbingan untuk
membantu para individu dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial
pribadi. Adapun yang tergolong dalam masalah-masalah sosial pribadi
adalah masalah hubungan dengan sesama teman, guru serta staf,
pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan
lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal.
Bimbingan sosial pribadi diberikan dengan cara menciptakan
lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab,
11
mengembangkan system pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif,
serta keterampilan keterampilan sosial pribadi yang tepat.
c. Bimbingan Karir
Bimbingan karir, yaitu bimbingan untuk membantu individu
dalam perencanaan, pengembangan, dan penyelesaian masalah-masalah
karier, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja,
pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi
lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian
pekerjaan, dan penyelesaian masalah-masalah karir yang dihadapi.
Bimbingan karir juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan
perkembangan individu sebagai bagian integral dari program pendidikan.
Bimbingan karir terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif,
afektif, ataupun keterampilan individu dalam mewujudkan konsep diri
yang positif, memahami proses pengambilan keputusan, ataupun
perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang akan membantu dirinya
memasuki sistem kehidupan sosial-budaya yang terus-menerus berubah.
Bimbingan karir membantu individu mempersiapkan pekerjaan/jabatan,
membantu individu pada saat bekerja, dan membantu individu setelah
pensiun dari pekerjaan. Dengan kata lain, bimbingan karir membantu
individu mengembangkan karirnya sepanjang hayat.
d. Bimbingan Keluarga
Bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan
kepada para individu sebagai pemimpin/anggota keluarga agar mereka
12
mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan
diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan
norma keluarga, serta berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan
keluarga yang bahagia.
3. Fungsi Bimbingan
Pada saat bimbingan baru lahir, fungsi bimbingan terpusat untuk
membantu membuat rencana untuk masa yang akan datang dan terbatas
kepada lingkungan pemilihan pekerjaan dan penyesuaian diri dengannya.
Kemudian bimbingan meluas kepada segi-segi lain, termasuk pendidikan,
pribadi dan sosial. Bimbingan bukan saja proses pemilihan pekerjaan yang
cocok, akan tetapi membina sikap, kebiasaan, mental dan emosi, yang akan
membantu dalam penyesuaian bagi kehidupan secara umum. Bimbingan
menekankan perkembangan yang optimal dari seluruh kehidupan pribadi
anak, sehingga anak mencapai suatu kehidupan yang secara pribadi
memuaskan dan secara sosial menguntungkan.
4. Peranan Bimbingan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
Guru dalam proses belajar mengajar memiliki multi peran, tidak
semata-mata sebagai pengajar yang mentransfer pengetahuan, tetapi juga
sebagai pendidik yang mentransfer nilai-nilai dan sekaligus sebagai
pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam
belajar. Berdasarkan penjelasan di atas, dinyatakan bahwa tugas guru bukan
hanya menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga merupakan
pembimbing bagi siswa untuk belajar. Hal ini akan tercapai jika guru dapat
13
menciptakan iklim yang baik yang dapat merangsang siswa untuk belajar
dan kebutuhan siswa terpenuhi, kemudian guru dapat menampilkan dirinya
sebagai figur bagi siswa-siswanya.
Peranan guru sebagai pembimbing dituntut untuk mengadakan
pendekatan bukan saja melalui pendekatan pengajaran akan tetapi dibarengi
dengan pendekatan yang bersifat pribadi dalam setiap proses belajar
mengajar. Dalam arti guru harus mampu memperhatikan aspek-aspek
pribadi setiap siswa, dengan demikian guru mudah untuk memberikan
bantuan secara optimal. Dengan pendekatan secara pribadi, guru akan secara
langsung mengenal dan memahami siswa-siswanya secara lebih mendalam
sehingga dapat memperlancar proses belajar mengajar. Berkenaan dengan
bimbingan dalam proses belajar mengajar, dilihat dari aspek prilaku guru
yang ditampilkannya pada saat mengajar. Prilaku guru yang dimaksud
adalah sejumlah ciri-ciri khas pribadi guru yang dapat menunjang
kelancaran proses belajar mengajar.
Guru mempunyai gambaran yang jelas tentang tugas-tugas yang
harus dilakukannya dalam kegiatan bimbingan. Kejelasan tugas ini dapat
memotivasi guru untuk berperan secara aktif dalam kegiatan bimbingan di
kelas. Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa,
misalnya guru yang bersifat otoriter akan menimbulkan suasana belajar
yang tegang, hubungan guru dengan siswa menjadi kaku, keterbukaan siswa
untuk mengungkapkan kesulitan sehubungan dengan pelajaran menjadi
14
terbatas, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, guru harus dapat menerapkan
fungsi bimbingan dalam proses belajar mengajar.
Natawidjaja dan Surya (Soetjipto dan Kosasi, 2004 : 108)
mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam proses
belajar mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pemimbing,
yaitu:
a. Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang, terampil berkomunikasi serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.
b. Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa.c. Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati dan
menyenangkan.d. Pemahaman siswa secara simpatik empatik.e. Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.f. Penampilan diri secara asli (genuine) tidak berpura-pura di depan
siswa.g. Kekonkretan dalam menyatakan diri.h. Penerimaan siswa secara apa adanya.i. Perlakuan terhadap siswa secara terbuka dan demokratis.j. Kepekaan terhadap masalah yang dinyatakan oleh siswa dan
membantu siswa untuk menyadari masalah tersebut.k. Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan
siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa.
l. Penyesuaian diri (respon) terhadap keadaan yang khusus.
Proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru tidak semata-
mata merupakan kegiatan instruksional saja, tetapi merupakan suatu proses
untuk dapat memperhatikan aspek-aspek pribadi siswa. Dengan kata lain,
sambil mengajar guru selalu membimbing para siswanya. Keadaan
semacam itu akan dapat membuat guru lebih mampu mengenal siswa secara
pribadi sehingga guru akan lebih mudah membantu siswa memperoleh
15
keberhasilan dalam belajar atau mengatasi masalah-masalah yang
dihadapinya.
Dalam melaksanakan peranannya sebagai seorang pembimbing,
guru mampu untuk memanfaatkan proses belajar mengajar sebagai suatu
sarana untuk dapat membimbing para siswanya, sehingga bimbingan
dijadikan sebagai sesuatu yang penting dalam proses belajar mengajar.
Natawidjaja dan Surya (Soetjipto dan Kosasi, 2004 : 111) menyimpulkan
pentingnya peranan bimbingan guru dalam proses belajar mengajar, yaitu:
(1) proses belajar menjadi sangat efektif, apabila bahan yang dipelajari dikaitkan langsung dengan tujuan pribadi siswa. Oleh karena itu, guru-guru yang memperdulikan aspirasi serta kebutuhan dan kesulitan siswanya akan berusaha menciptakan situasi belajar yang efektif dan akan melaksanakan tugas sebaik-baiknya; (2) guru-guru yang memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih peka terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan mengganggu kelancaran kegiatan kelas. Keadaan itu lebih mudah dilakukan oleh guru dari pada oleh petugas-petugas pendidikan lainnya dilingkungan sekolah, termasuk penyuluhan sendiri; (3) guru mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan petugas pendidikan lain, yaitu bahwa di dalam proses belajar mengajar guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan siswa secara nyata terutama pada waktu belajar dalam bidang studi yang diajarkan oleh guru bidang studi yang bersangkutan, sedangkan petugas pendidikan lainnya hanya memperoleh informasi mengenai perkembangan itu sendiri dari guru bidang studi.
Dari pemaparan di atas, nampak bahwa dalam pelaksanaan
bimbingan guru memiliki potensi yang cukup strategis untuk melaksanakan
bimbingan terhadap siswa. Guru lebih memungkinkan untuk menjadi
pembimbing di kelas karena memiliki hubungan yang jauh lebih dekat
dengan siswanya dibandingkan petugas lainnya. Guru lebih mudah untuk
16
mempelajari kesulitan dan mengenal potensi yang dimiliki oleh para
siswanya.
B. Sarana Belajar
Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna jika disertai dengan
penyediaan sarana pembelajaran yang mendukung. Sarana belajar berfungsi
memudahkan terjadinya proses pembelajaran karena dengan sarana belajar
mudah menarik perhatian siswa, mencegah verbalisme, merangsang
tumbuhnya pengertian, dan berguna multifungsi. Dimyati dan Mudjiono
(1999 : 249) menyatakan agar terselenggara proses pembelajaran yang berhasil
baik diperlukan sarana pembelajaran berupa buku pelajaran, buku bacaan, alat
dan fasilitas laboratorium, serta berbagai media pembelajaran.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa penyediaan sarana
belajar dapat memudahkan siswa mentransfer materi pembelajaran menuju
penguasaan materi belajar oleh siswa.
1. Pengertian Sarana Belajar
Sarana belajar merupakan bagian dari sarana pendidikan, menurut
Bafadal (2003 : 2) “sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan,
bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses
pendidikan di sekolah”. Menurut Arikunto (1987 : 10) “sarana belajar
adalah alat yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran”.
Berdasarkan pengertian sarana belajar yang dipaparkan diatas,
maka yang dimaksud sarana belajar dalam penelitian ini adalah semua
17
peralatan dan bahan praktikum yang dipergunakan untuk menunjang proses
pembelajaran pada praktek melakukan rutinitas pengelasan menggunakan
las busur manual.
2. Penggunaan Sarana Belajar
Sarana belajar merupakan bagian dari sarana pendidikan. Proses
manajemen sarana pendidikan didalamnya menyangkut aspek penggunaan
sarana pendidikan. Suatu barang atau benda yang dimiliki harus jelas
kegunaannya sehingga barang atau benda tersebut bisa digunakan dengan
efektif.
Seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (1987 : 52), bahwa:
“Pembelian suatu barang bertujuan untuk digunakan, walaupun barangnya
indah dan menarik, jika tidak dapat digunakan maka tidak perlu untuk
dibeli”.
Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa sarana belajar atau sarana
pendidikan harus dimanfaatkan sesuai dengan fungsi dan manfaatnya dalam
proses belajar mengajar sehingga dapat memberikan kontribusi dalam
pencapaian tujuan pembelajaran.
Mengenai sarana belajar yang digunakan pada saat praktikum,
Achir (1995) mengemukakan beberapa istilah dalam perhitungan kebutuhan
jenis sarana praktik, yaitu:
a. Tempat Siswa (Student Place)Tempat siswa adalah satuan dari ukuran kelas atau ruangan praktik. Misal, dikatakan 36 student place apabila setiap kali ruangan dipakai belajar, artinya ruangan tersebut dapat menampung 36 siswa. Jadi student place suatu sekolah tidak sama dengan jumlah siswa keseluruhan dari sekolah tersebut.
18
b. Tempat Kerja (Working Station)Tempat kerja menunjukkan status dari suatu alat atau mesin dan sekaligus merupakan satuan dari jumlah alat. Alat atau mesin tersebut merupakan tempat siswa mempelajari satu atau beberapa keahlian (kompetensi). Dilihat dari wujud dan fungsinya alat yang berstatus working station disebut sebagai alat atau mesin utama.
c. Tempat Kerja Ganda (Double Working Station)Tempat kerja ganda adalah alat atau mesin yang berstatus working station tetapi menurut ketentuan pemakai harus dilayani oleh lebih dari satu orang. Hal ini disebabkan oleh kekurangan alat (siswa lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan alat utama), sehingga diperlukan pengaturan sedemikian rupa.
d. Tempat Kerja Tunggal (Single Working Station)Tempat kerja tunggal adalah alat yang berstatus working station dan pengoperasiannya hanya boleh dilayani oleh satu orang. Dari ketentuan ini tergambarkan bahwa jumlah working station sama dengan student place.
e. Tempat Penyimpanan Alat (Working Tool Box/Set)Tempat penyimpanan alat merupakan seperangkat alat-alat tangan. Berlawanan dengan tempat kerja ganda, pada working tool box/set alat yang digunakan hanya dimiliki atau dikuasai oleh satu orang siswa selama praktik.
f. Alat Kelengkapan (Tool Equipment)Alat kelengkapan adalah alat atau bagian-bagian sebagai kelengkapan dari suatu alat atau mesin tersebut. Alat kelengkapan ada yang bersifat standar dan yang bersifat tambahan.
g. ModulModul adalah satu satuan utuh dari suatu ruangan praktik sesuai dengan jenis dan macamnya. Tanda modul ruang praktik menunjukkan ukuran ruang praktik tersebut yang dinyatakan dalam student place.
C. Hasil Belajar Las Busur Manual
Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas guru.
sehingga dalam kegiatan pembelajaran diharapkan siswa bisa memperoleh
hasil belajar yang baik. Hasil belajar yang diperoleh siswa akan sangat
19
tergantung pula dari motivasi belajar. Adanya hasil belajar pada diri seseorang
ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku, oleh sebab itu dalam penilaian
hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku setelah terjadi proses
belajarnya.
Hasil belajar las busur manual dapat dilihat dari perubahan baik dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap yang bersifat konstan.
Perubahan ini dapat berupa sesuatu yang baru, yang segera berubah dari
prilaku nyata atau juga perubahan yang hanya berupa penyempurnaan terhadap
hasil belajar yang telah diperoleh. Hasil belajar hendaknya sesuai dengan apa
yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran. Faktor pendekatan belajar adalah
jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan model yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu pengenalan
guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa penting
sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai hasil belajar yang
seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan masing masing.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku yang dinyatakan dengan skor atau angka yang
diperoleh siswa dari serangkaian tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah
proses pembelajaran. Hasil pembelajaran las busur manual yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam
nilai, yang diperoleh siswa dari tes hasil belajar las busur manual setelah
melalui proses pembelajaran.
20
D. Faktor – Faktor yang Menentukan Hasil Belajar
Menurut Slameto (1998 : 78) ada 3 faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa. Faktor – faktor tersebut adalah :
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri, yang meliputi dua
aspek adalah aspek fisiologis dan aspek psikologis, aspek fisiologis adalah
aspek yang menyangkut tentang keberadaan kondisi fisik siswa, sedangkan
aspek psikologis adalah aspek yang menyangkut kecerdasan, minat, bakat,
motivasi, dan kemampuan kognitif siswa.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang
meliputi faktor lingkungan sosial dan non sosial. Faktor sosial adalah faktor
yang meliputi keberadaan para guru, staf administrasi dan teman-teman
sekelas, sedangkan faktor non sosial adalah faktor keberadaan dan
penggunaannya dirancang dengan sesuai hasil belajar yang diharapkan.
Faktor tersebut diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya
tujuan yang telah dirancang yang meliputi keberadaan gedung sekolah,
gedung perpustakaan dan lain-lain. Faktor tersebut diatas turut menentukan
keberhasilan siswa dalam belajar.
c. Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi pelajaran. Oleh karena itu pengenalan guru terhadap
21
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa penting sekali artinya dalam
membantu siswa mencapai hasil belajar sesuai dengan kemampuan masing-
masing. Pada bagian dan peluang ini lah dengan memperhatikan rambu-
rambu yang tertuang dalam kurikulum didorong dalam kreatifitas dan
komitmen keguruan, diharapkan guru professional dapat kiranya
menerapkan berbagai trategi pembelajaran yang dikembangkan para ahli
pendidikan.
E. Las Busur Manual
1. Pengertian Pengelasan Las Busur Manual
Pengelasan merupakan penyambungan dua potong logam dengan
pemanasan sampai keadaan plastis atau cair, dengan atau tanpa tekanan. Las
busur manual adalah las listrik elektroda terbungkus, salah satu jenis proses
las busur listrik yang menggunakan busur listrik sebagai sumber panas.
Panas yang timbul pada busur listrik yang terjadi antara elektroda dengan
benda kerja, mencairkan ujung elektroda (kawat) las dan benda kerja
setempat, kemudian membentuk paduan, membeku menjadi lasan (weld
metal).
Bungkus (coating) elektroda yang berfungsi sebagai fluks akan
terbakar pada waktu proses berlangsung, dan gas yang terjadi akan
melindungi proses terhadap pangaruh udara luar. Cairan pembungkus akan
terapung dan membeku pada permukaan las yang disebut terak (slag), yang
kemudian dapat dibersihkan dengan mudah.
22
Persyaratan dari proses las busur manual adalah tersedianya arus
listrik (electric current) yang kontinyu, dengan jumlah ampere dan voltage
yang cukup baik untuk kestabilan api las (Arc) akan tetap terjaga.
Dimana tenaga listrik (electric power) yang diperoleh dari welding
machine menurut jenis arus yang dikeluarkannya terdapat 3 (tiga) jenis
machine yaitu :
a. Machine dengan arus searah (DC).
b. Machine dengan arus bolak balik (AC)
c. Machine dengan kombinasi arus yaitu searah (DC) dan bolak balik
(AC)
Adapun pemilihan parameter pengelasan las busur manual meliputi
beberapa hal. Panjang busur (Arc Length) yang dianggap baik lebih kurang
sama dengan diameter elektroda yang dipakai. Untuk besarnya tegangan
yang dipakai setiap posisi pengelasan tidak sama. Misalnya diameter
elektroda 3 mm – 6 mm, mempunyai tegangan 20 – 30 volt pada posisi
datar, dan tegangan ini akan dikurangi antara 2 – 5 volt pada posisi diatas
kepala. Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu pengelasan dan
kestabilan juga dapat didengar melalui suara selama pengelasan.
Besarnya arus juga mempengaruhi hasil pengelasan, dimana
besarnya arus listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran
lasan, geometri sambungan pengelasan, macam elektroda dan diameter inti
elektroda. Untuk pengelasan pada daerah las yang mempunyai daya serap
kapasitas panas yang tinggi diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin
23
juga diperlukan tambahan panas. Sedang untuk pengelasan baja paduan,
yang daerah pengelasannya dapat mengeras dengan mudah akibat
pendinginan yang terlalu cepat, maka untuk menahan pendinginan ini
diberikan masukan panas yang tinggi yaitu dengan arus pengelasan yang
besar. Pengelasan logam paduan, untuk menghindari terbakarnya unsur-
unsur paduan sebaiknya digunakan arus las yang sekecil mungkin. Juga
pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi retak panas, misalnya pada
pengelasan baja tahan karat maka penggunaan panas diusahakan sekecil
mungkin sehingga arus pengelasan harus kecil.
2.Pelaksanaan Pengelasan
Penyalaan busur listrik pada pengelasan dapat dilakukan dengan
melakukan hubungan singkat ujung elektroda dengan logam induk,
kemudian memisahkannya lagi sampai jarak tertentu sebagai panjang busur.
Dimana panjang busur normal yaitu antara 1.6 – 3.2 mm.
Pemadaman busur listrik dilakukan dengan menjauhkan elektroda
dari bahan induk. Untuk menghasilkan penyambungan rigi las yang baik
dapat dilakukan sebagai berikut :
Sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang
busur listrik dikurangi lebih dahulu, baru kemudian elektroda dijauhkan
dalam posisi lebih dimiringkan secukupnya.
3. Pergerakan Elektroda Pengelasan
Ada berbagai cara didalam menggerakkan (mengayunkan)
elektroda las yaitu :
24
a. Elektroda digerakkan dengan melakukan maju dan mundur, metode
ini salah satu bentuk metode weaving.
b. Bentuk weaving lainnya yaitu dengan melakukan gerakan seperti
setengah bulan.
c. Gerakan elektroda yang menyerupai bentuk angka 8.
d. Elektroda dengan melakukan gerakan memutar.
4. Teknik Pengelasan
a. Posisi datar (1G)
Disarankan menggunakan metode zig-zag dan spiral. Untuk jenis
sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat
juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar (1G)
didalam pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diaplikasikan pada
material pipa dengan jalan pipa diputar.
Gambar 1. Pengelasan Posisi Datar (1G)
b. Posisi horizontal (2G)
Pengelasan 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pada posisi
tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal. Kesukaran pengelasan
posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka cairan las akan
25
selalu kebawah. Panjang gerakan elektroda antara 1-2 kali diameter
elektroda. Bila terlalu panjang dapat mengakibatkan kurang baiknya
mutu las. Panjang busur diusahakan sependek mungkin yaitu ½ kali
diameter elektroda las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan
gerakan melingkar dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada
kedua sisi kampuh agar tidak terjadi cacat. Gerakan seperti ini diulangi
untuk pengisian berikutnya.
Gambar 2. Pengelasan Posisi Horizontal (2G)
c. Posisi vertikal (3G)
Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material pelat. Posisi 3G ini
dilaksanakan pada pelat dan elektroda vertikal. Kesukaran pengelasan ini
hampir sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi dari cairan elektroda
las.
26
Gambar 3. Pengelasan Posisi Vertikal (3G)
d. Posisi di Atas Kepala (4G)
Posisi di Atas Kepala (Over Head), Posisi pengelasan ini sangat sukar
dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru
las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap antara
lain: Baju las, sarung tangan, sepatu kulit dan sebagainya. Mengelas
dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan
kedudukan elektroda sekitar 5º - 20º terhadap garis vertikal dan 75º - 85º
terhadap benda kerja.
Gambar 4. Pengelasan Posisi Atas Kepala (4G)
F. Kerangka Konseptual
27
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan,
maka kerangka konseptual penelitian ini adalah:
Gambar 5. Kerangka Konseptual Penelitian
G. Pertanyaan Penelitian
Adapun yang dijadikan beberapa pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah topik yang diberikan akan diselesaikan siswa?
2. Bagaimana target hasil belajar yang dicapai?
3. Apakah dengan memberikan bimbingan guru dalam menggunakan sarana
belajar siswa mampu meningkatkan hasil belajar dengan baik?
Bimbingan Guru Dalam Menggunakan Sarana
Belajar
Proses Belajar Mengajar Praktek Las Busur Manual
Peningkatan Hasil Belajar