5. bab ii revisi (ok)

31
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan Guru 1. Pengertian Bimbingan Pengertian bimbingan jika ditelaah dari berbagai sumber akan dijumpai pengertian-pengertian yang berbeda, tergantung dari jenis sumbernya dan yang merumuskan pengertian tersebut. Perbedaan tersebut disebabkan karena berlainan pandangan atau titik tolak. Tetapi perbedaan itu hanyalah perbedaan tekanan atau perbedaan dari sudut mana melihatnya. Pada dasarnya, bimbingan merupakan upaya pembimbing untuk membantu mengoptimalkan individu. Berdasarkan pasal 27 Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990, “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”. Depdikbud 1994 (Ketut Sukardi, 2000 : 18). 8

Upload: zikriguci

Post on 26-Jan-2016

233 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

5. BAB II REVISI (OK)

TRANSCRIPT

Page 1: 5. BAB II REVISI (OK)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Bimbingan Guru

1. Pengertian Bimbingan

Pengertian bimbingan jika ditelaah dari berbagai sumber akan

dijumpai pengertian-pengertian yang berbeda, tergantung dari jenis

sumbernya dan yang merumuskan pengertian tersebut. Perbedaan tersebut

disebabkan karena berlainan pandangan atau titik tolak. Tetapi perbedaan itu

hanyalah perbedaan tekanan atau perbedaan dari sudut mana melihatnya.

Pada dasarnya, bimbingan merupakan upaya pembimbing untuk

membantu mengoptimalkan individu. Berdasarkan pasal 27 Peraturan

Pemerintah No.20 Tahun 1990, “Bimbingan merupakan bantuan yang

diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal

lingkungan dan merencanakan masa depan”. Depdikbud 1994 (Ketut

Sukardi, 2000 : 18).

Bimbingan, menurut Aqib (2002 : 71) bahwa:

Definisi bimbingan sangat luas. Bimbingan ialah proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penemuan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri.

8

Page 2: 5. BAB II REVISI (OK)

9

Natawidjaja (Ketut Sukardi, 2000 : 19) mengatakan bahwa:

Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya.

Yusuf dan Nurihsan (2005 : 8) mengemukakan bahwa:

Bimbingan perkembangan di lingkungan pendidikan merupakan pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan agar mereka dapat memahami dirinya, lingkungan, dan tugas-tugasnya sehingga mereka sanggup mengarahkan diri, menyesuaikan diri, serta bertindak wajar sesuai dengan keadaan dan tuntutan lembaga pendidikan, keadaan keluarga, masyarakat, dan lingkungan kerja yang akan dimasukinya kelak. Dengan pemberian layanan bimbingan, mereka lebih produktif, dapat menikmati kesejahteraan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti pada lembaga tempat mereka bekerja kelak, serta masyarakat pada umumnya. Pemberian bimbingan juga membantu mereka mencapai tugas-tugas perkembangannya secara optimal.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan

adalah suatu proses pemberian bantuan pada semua individu berkenaan

dengan semua aspek kepribadiannya dalam semua konteks kehidupan untuk

membantu mengoptimalkan kemampuan individu untuk mengenal

pribadinya dan lingkungan hidupnya guna membentuk pribadi yang dewasa

dan bertanggung jawab.

2. Jenis-jenis Bimbingan

Yusuf dan Nurihsan (2005 : 10-12) menyatakan bahwa dilihat dari

masalah individu, ada empat jenis bimbingan, yaitu: "Bimbingan akademik,

bimbingan sosial pribadi, bimbingan karir dan bimbingan keluarga".

a. Bimbingan Akademik

Page 3: 5. BAB II REVISI (OK)

10

Bimbingan akademik, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk

membantu para individu dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-

masalah akademik. Adapun yang termasuk masalah-masalah akademik,

yaitu pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar,

penyelesaian tugas-tugas dan latihan, pencarian serta penggunaan sumber

belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan lain-lain.

Bimbingan akademik dilakukan dengan cara mengembangkan

suasana belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan

belajar. Para pembimbing membantu individu mengatasi kesulitan

belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu individu

agar sukses dalam belajar dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua

tuntutan program/pendidikan. Dalam bimbingan akademik, para

pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan

akademik yang diharapkan.

b. Bimbingan Sosial Pribadi

Bimbingan sosial pribadi merupakan bimbingan untuk

membantu para individu dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial

pribadi. Adapun yang tergolong dalam masalah-masalah sosial pribadi

adalah masalah hubungan dengan sesama teman, guru serta staf,

pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan

lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal.

Bimbingan sosial pribadi diberikan dengan cara menciptakan

lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab,

Page 4: 5. BAB II REVISI (OK)

11

mengembangkan system pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif,

serta keterampilan keterampilan sosial pribadi yang tepat.

c. Bimbingan Karir

Bimbingan karir, yaitu bimbingan untuk membantu individu

dalam perencanaan, pengembangan, dan penyelesaian masalah-masalah

karier, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja,

pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi

lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian

pekerjaan, dan penyelesaian masalah-masalah karir yang dihadapi.

Bimbingan karir juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan

perkembangan individu sebagai bagian integral dari program pendidikan.

Bimbingan karir terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif,

afektif, ataupun keterampilan individu dalam mewujudkan konsep diri

yang positif, memahami proses pengambilan keputusan, ataupun

perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang akan membantu dirinya

memasuki sistem kehidupan sosial-budaya yang terus-menerus berubah.

Bimbingan karir membantu individu mempersiapkan pekerjaan/jabatan,

membantu individu pada saat bekerja, dan membantu individu setelah

pensiun dari pekerjaan. Dengan kata lain, bimbingan karir membantu

individu mengembangkan karirnya sepanjang hayat.

d. Bimbingan Keluarga

Bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan

kepada para individu sebagai pemimpin/anggota keluarga agar mereka

Page 5: 5. BAB II REVISI (OK)

12

mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan

diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan

norma keluarga, serta berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan

keluarga yang bahagia.

3. Fungsi Bimbingan

Pada saat bimbingan baru lahir, fungsi bimbingan terpusat untuk

membantu membuat rencana untuk masa yang akan datang dan terbatas

kepada lingkungan pemilihan pekerjaan dan penyesuaian diri dengannya.

Kemudian bimbingan meluas kepada segi-segi lain, termasuk pendidikan,

pribadi dan sosial. Bimbingan bukan saja proses pemilihan pekerjaan yang

cocok, akan tetapi membina sikap, kebiasaan, mental dan emosi, yang akan

membantu dalam penyesuaian bagi kehidupan secara umum. Bimbingan

menekankan perkembangan yang optimal dari seluruh kehidupan pribadi

anak, sehingga anak mencapai suatu kehidupan yang secara pribadi

memuaskan dan secara sosial menguntungkan.

4. Peranan Bimbingan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar

Guru dalam proses belajar mengajar memiliki multi peran, tidak

semata-mata sebagai pengajar yang mentransfer pengetahuan, tetapi juga

sebagai pendidik yang mentransfer nilai-nilai dan sekaligus sebagai

pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam

belajar. Berdasarkan penjelasan di atas, dinyatakan bahwa tugas guru bukan

hanya menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga merupakan

pembimbing bagi siswa untuk belajar. Hal ini akan tercapai jika guru dapat

Page 6: 5. BAB II REVISI (OK)

13

menciptakan iklim yang baik yang dapat merangsang siswa untuk belajar

dan kebutuhan siswa terpenuhi, kemudian guru dapat menampilkan dirinya

sebagai figur bagi siswa-siswanya.

Peranan guru sebagai pembimbing dituntut untuk mengadakan

pendekatan bukan saja melalui pendekatan pengajaran akan tetapi dibarengi

dengan pendekatan yang bersifat pribadi dalam setiap proses belajar

mengajar. Dalam arti guru harus mampu memperhatikan aspek-aspek

pribadi setiap siswa, dengan demikian guru mudah untuk memberikan

bantuan secara optimal. Dengan pendekatan secara pribadi, guru akan secara

langsung mengenal dan memahami siswa-siswanya secara lebih mendalam

sehingga dapat memperlancar proses belajar mengajar. Berkenaan dengan

bimbingan dalam proses belajar mengajar, dilihat dari aspek prilaku guru

yang ditampilkannya pada saat mengajar. Prilaku guru yang dimaksud

adalah sejumlah ciri-ciri khas pribadi guru yang dapat menunjang

kelancaran proses belajar mengajar.

Guru mempunyai gambaran yang jelas tentang tugas-tugas yang

harus dilakukannya dalam kegiatan bimbingan. Kejelasan tugas ini dapat

memotivasi guru untuk berperan secara aktif dalam kegiatan bimbingan di

kelas. Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa,

misalnya guru yang bersifat otoriter akan menimbulkan suasana belajar

yang tegang, hubungan guru dengan siswa menjadi kaku, keterbukaan siswa

untuk mengungkapkan kesulitan sehubungan dengan pelajaran menjadi

Page 7: 5. BAB II REVISI (OK)

14

terbatas, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, guru harus dapat menerapkan

fungsi bimbingan dalam proses belajar mengajar.

Natawidjaja dan Surya (Soetjipto dan Kosasi, 2004 : 108)

mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam proses

belajar mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pemimbing,

yaitu:

a. Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang, terampil berkomunikasi serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.

b. Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa.c. Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati dan

menyenangkan.d. Pemahaman siswa secara simpatik empatik.e. Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.f. Penampilan diri secara asli (genuine) tidak berpura-pura di depan

siswa.g. Kekonkretan dalam menyatakan diri.h. Penerimaan siswa secara apa adanya.i. Perlakuan terhadap siswa secara terbuka dan demokratis.j. Kepekaan terhadap masalah yang dinyatakan oleh siswa dan

membantu siswa untuk menyadari masalah tersebut.k. Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan

siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa.

l. Penyesuaian diri (respon) terhadap keadaan yang khusus.

Proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru tidak semata-

mata merupakan kegiatan instruksional saja, tetapi merupakan suatu proses

untuk dapat memperhatikan aspek-aspek pribadi siswa. Dengan kata lain,

sambil mengajar guru selalu membimbing para siswanya. Keadaan

semacam itu akan dapat membuat guru lebih mampu mengenal siswa secara

pribadi sehingga guru akan lebih mudah membantu siswa memperoleh

Page 8: 5. BAB II REVISI (OK)

15

keberhasilan dalam belajar atau mengatasi masalah-masalah yang

dihadapinya.

Dalam melaksanakan peranannya sebagai seorang pembimbing,

guru mampu untuk memanfaatkan proses belajar mengajar sebagai suatu

sarana untuk dapat membimbing para siswanya, sehingga bimbingan

dijadikan sebagai sesuatu yang penting dalam proses belajar mengajar.

Natawidjaja dan Surya (Soetjipto dan Kosasi, 2004 : 111) menyimpulkan

pentingnya peranan bimbingan guru dalam proses belajar mengajar, yaitu:

(1) proses belajar menjadi sangat efektif, apabila bahan yang dipelajari dikaitkan langsung dengan tujuan pribadi siswa. Oleh karena itu, guru-guru yang memperdulikan aspirasi serta kebutuhan dan kesulitan siswanya akan berusaha menciptakan situasi belajar yang efektif dan akan melaksanakan tugas sebaik-baiknya; (2) guru-guru yang memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih peka terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan mengganggu kelancaran kegiatan kelas. Keadaan itu lebih mudah dilakukan oleh guru dari pada oleh petugas-petugas pendidikan lainnya dilingkungan sekolah, termasuk penyuluhan sendiri; (3) guru mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan petugas pendidikan lain, yaitu bahwa di dalam proses belajar mengajar guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan siswa secara nyata terutama pada waktu belajar dalam bidang studi yang diajarkan oleh guru bidang studi yang bersangkutan, sedangkan petugas pendidikan lainnya hanya memperoleh informasi mengenai perkembangan itu sendiri dari guru bidang studi.

Dari pemaparan di atas, nampak bahwa dalam pelaksanaan

bimbingan guru memiliki potensi yang cukup strategis untuk melaksanakan

bimbingan terhadap siswa. Guru lebih memungkinkan untuk menjadi

pembimbing di kelas karena memiliki hubungan yang jauh lebih dekat

dengan siswanya dibandingkan petugas lainnya. Guru lebih mudah untuk

Page 9: 5. BAB II REVISI (OK)

16

mempelajari kesulitan dan mengenal potensi yang dimiliki oleh para

siswanya.

B. Sarana Belajar

Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna jika disertai dengan

penyediaan sarana pembelajaran yang mendukung. Sarana belajar berfungsi

memudahkan terjadinya proses pembelajaran karena dengan sarana belajar

mudah menarik perhatian siswa, mencegah verbalisme, merangsang

tumbuhnya pengertian, dan berguna multifungsi. Dimyati dan Mudjiono

(1999 : 249) menyatakan agar terselenggara proses pembelajaran yang berhasil

baik diperlukan sarana pembelajaran berupa buku pelajaran, buku bacaan, alat

dan fasilitas laboratorium, serta berbagai media pembelajaran.

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa penyediaan sarana

belajar dapat memudahkan siswa mentransfer materi pembelajaran menuju

penguasaan materi belajar oleh siswa.

1. Pengertian Sarana Belajar

Sarana belajar merupakan bagian dari sarana pendidikan, menurut

Bafadal (2003 : 2) “sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan,

bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses

pendidikan di sekolah”. Menurut Arikunto (1987 : 10) “sarana belajar

adalah alat yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran”.

Berdasarkan pengertian sarana belajar yang dipaparkan diatas,

maka yang dimaksud sarana belajar dalam penelitian ini adalah semua

Page 10: 5. BAB II REVISI (OK)

17

peralatan dan bahan praktikum yang dipergunakan untuk menunjang proses

pembelajaran pada praktek melakukan rutinitas pengelasan menggunakan

las busur manual.

2. Penggunaan Sarana Belajar

Sarana belajar merupakan bagian dari sarana pendidikan. Proses

manajemen sarana pendidikan didalamnya menyangkut aspek penggunaan

sarana pendidikan. Suatu barang atau benda yang dimiliki harus jelas

kegunaannya sehingga barang atau benda tersebut bisa digunakan dengan

efektif.

Seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (1987 : 52), bahwa:

“Pembelian suatu barang bertujuan untuk digunakan, walaupun barangnya

indah dan menarik, jika tidak dapat digunakan maka tidak perlu untuk

dibeli”.

Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa sarana belajar atau sarana

pendidikan harus dimanfaatkan sesuai dengan fungsi dan manfaatnya dalam

proses belajar mengajar sehingga dapat memberikan kontribusi dalam

pencapaian tujuan pembelajaran.

Mengenai sarana belajar yang digunakan pada saat praktikum,

Achir (1995) mengemukakan beberapa istilah dalam perhitungan kebutuhan

jenis sarana praktik, yaitu:

a. Tempat Siswa (Student Place)Tempat siswa adalah satuan dari ukuran kelas atau ruangan praktik. Misal, dikatakan 36 student place apabila setiap kali ruangan dipakai belajar, artinya ruangan tersebut dapat menampung 36 siswa. Jadi student place suatu sekolah tidak sama dengan jumlah siswa keseluruhan dari sekolah tersebut.

Page 11: 5. BAB II REVISI (OK)

18

b. Tempat Kerja (Working Station)Tempat kerja menunjukkan status dari suatu alat atau mesin dan sekaligus merupakan satuan dari jumlah alat. Alat atau mesin tersebut merupakan tempat siswa mempelajari satu atau beberapa keahlian (kompetensi). Dilihat dari wujud dan fungsinya alat yang berstatus working station disebut sebagai alat atau mesin utama.

c. Tempat Kerja Ganda (Double Working Station)Tempat kerja ganda adalah alat atau mesin yang berstatus working station tetapi menurut ketentuan pemakai harus dilayani oleh lebih dari satu orang. Hal ini disebabkan oleh kekurangan alat (siswa lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan alat utama), sehingga diperlukan pengaturan sedemikian rupa.

d. Tempat Kerja Tunggal (Single Working Station)Tempat kerja tunggal adalah alat yang berstatus working station dan pengoperasiannya hanya boleh dilayani oleh satu orang. Dari ketentuan ini tergambarkan bahwa jumlah working station sama dengan student place.

e. Tempat Penyimpanan Alat (Working Tool Box/Set)Tempat penyimpanan alat merupakan seperangkat alat-alat tangan. Berlawanan dengan tempat kerja ganda, pada working tool box/set alat yang digunakan hanya dimiliki atau dikuasai oleh satu orang siswa selama praktik.

f. Alat Kelengkapan (Tool Equipment)Alat kelengkapan adalah alat atau bagian-bagian sebagai kelengkapan dari suatu alat atau mesin tersebut. Alat kelengkapan ada yang bersifat standar dan yang bersifat tambahan.

g. ModulModul adalah satu satuan utuh dari suatu ruangan praktik sesuai dengan jenis dan macamnya. Tanda modul ruang praktik menunjukkan ukuran ruang praktik tersebut yang dinyatakan dalam student place.

C. Hasil Belajar Las Busur Manual

Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas guru.

sehingga dalam kegiatan pembelajaran diharapkan siswa bisa memperoleh

hasil belajar yang baik. Hasil belajar yang diperoleh siswa akan sangat

Page 12: 5. BAB II REVISI (OK)

19

tergantung pula dari motivasi belajar. Adanya hasil belajar pada diri seseorang

ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku, oleh sebab itu dalam penilaian

hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku setelah terjadi proses

belajarnya.

Hasil belajar las busur manual dapat dilihat dari perubahan baik dalam

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap yang bersifat konstan.

Perubahan ini dapat berupa sesuatu yang baru, yang segera berubah dari

prilaku nyata atau juga perubahan yang hanya berupa penyempurnaan terhadap

hasil belajar yang telah diperoleh. Hasil belajar hendaknya sesuai dengan apa

yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran. Faktor pendekatan belajar adalah

jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan model yang digunakan

siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu pengenalan

guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa penting

sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai hasil belajar yang

seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan masing masing.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

perubahan tingkah laku yang dinyatakan dengan skor atau angka yang

diperoleh siswa dari serangkaian tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah

proses pembelajaran. Hasil pembelajaran las busur manual yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam

nilai, yang diperoleh siswa dari tes hasil belajar las busur manual setelah

melalui proses pembelajaran.

Page 13: 5. BAB II REVISI (OK)

20

D. Faktor – Faktor yang Menentukan Hasil Belajar

Menurut Slameto (1998 : 78) ada 3 faktor yang mempengaruhi hasil

belajar siswa. Faktor – faktor tersebut adalah :

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri, yang meliputi dua

aspek adalah aspek fisiologis dan aspek psikologis, aspek fisiologis adalah

aspek yang menyangkut tentang keberadaan kondisi fisik siswa, sedangkan

aspek psikologis adalah aspek yang menyangkut kecerdasan, minat, bakat,

motivasi, dan kemampuan kognitif siswa.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang

meliputi faktor lingkungan sosial dan non sosial. Faktor sosial adalah faktor

yang meliputi keberadaan para guru, staf administrasi dan teman-teman

sekelas, sedangkan faktor non sosial adalah faktor keberadaan dan

penggunaannya dirancang dengan sesuai hasil belajar yang diharapkan.

Faktor tersebut diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya

tujuan yang telah dirancang yang meliputi keberadaan gedung sekolah,

gedung perpustakaan dan lain-lain. Faktor tersebut diatas turut menentukan

keberhasilan siswa dalam belajar.

c. Faktor pendekatan belajar

Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi

strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

mempelajari materi pelajaran. Oleh karena itu pengenalan guru terhadap

Page 14: 5. BAB II REVISI (OK)

21

faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa penting sekali artinya dalam

membantu siswa mencapai hasil belajar sesuai dengan kemampuan masing-

masing. Pada bagian dan peluang ini lah dengan memperhatikan rambu-

rambu yang tertuang dalam kurikulum didorong dalam kreatifitas dan

komitmen keguruan, diharapkan guru professional dapat kiranya

menerapkan berbagai trategi pembelajaran yang dikembangkan para ahli

pendidikan.

E. Las Busur Manual

1. Pengertian Pengelasan Las Busur Manual

Pengelasan merupakan penyambungan dua potong logam dengan

pemanasan sampai keadaan plastis atau cair, dengan atau tanpa tekanan. Las

busur manual adalah las listrik elektroda terbungkus, salah satu jenis proses

las busur listrik yang menggunakan busur listrik sebagai sumber panas.

Panas yang timbul pada busur listrik yang terjadi antara elektroda dengan

benda kerja, mencairkan ujung elektroda (kawat) las dan benda kerja

setempat, kemudian membentuk paduan, membeku menjadi lasan (weld

metal).

Bungkus (coating) elektroda yang berfungsi sebagai fluks akan

terbakar pada waktu proses berlangsung, dan gas yang terjadi akan

melindungi proses terhadap pangaruh udara luar. Cairan pembungkus akan

terapung dan membeku pada permukaan las yang disebut terak (slag), yang

kemudian dapat dibersihkan dengan mudah.

Page 15: 5. BAB II REVISI (OK)

22

Persyaratan dari proses las busur manual adalah tersedianya arus

listrik (electric current) yang kontinyu, dengan jumlah ampere dan voltage

yang cukup baik untuk kestabilan api las (Arc) akan tetap terjaga.

Dimana tenaga listrik (electric power) yang diperoleh dari welding

machine menurut jenis arus yang dikeluarkannya terdapat 3 (tiga) jenis

machine yaitu :

a. Machine dengan arus searah (DC).

b. Machine dengan arus bolak balik (AC)

c. Machine dengan kombinasi arus yaitu searah (DC) dan bolak balik

(AC)

Adapun pemilihan parameter pengelasan las busur manual meliputi

beberapa hal. Panjang busur (Arc Length) yang dianggap baik lebih kurang

sama dengan diameter elektroda yang dipakai. Untuk besarnya tegangan

yang dipakai setiap posisi pengelasan tidak sama. Misalnya diameter

elektroda 3 mm – 6 mm, mempunyai tegangan 20 – 30 volt pada posisi

datar, dan tegangan ini akan dikurangi antara 2 – 5 volt pada posisi diatas

kepala. Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu pengelasan dan

kestabilan juga dapat didengar melalui suara selama pengelasan.

Besarnya arus juga mempengaruhi hasil pengelasan, dimana

besarnya arus listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran

lasan, geometri sambungan pengelasan, macam elektroda dan diameter inti

elektroda. Untuk pengelasan pada daerah las yang mempunyai daya serap

kapasitas panas yang tinggi diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin

Page 16: 5. BAB II REVISI (OK)

23

juga diperlukan tambahan panas. Sedang untuk pengelasan baja paduan,

yang daerah pengelasannya dapat mengeras dengan mudah akibat

pendinginan yang terlalu cepat, maka untuk menahan pendinginan ini

diberikan masukan panas yang tinggi yaitu dengan arus pengelasan yang

besar. Pengelasan logam paduan, untuk menghindari terbakarnya unsur-

unsur paduan sebaiknya digunakan arus las yang sekecil mungkin. Juga

pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi retak panas, misalnya pada

pengelasan baja tahan karat maka penggunaan panas diusahakan sekecil

mungkin sehingga arus pengelasan harus kecil.

2.Pelaksanaan Pengelasan

Penyalaan busur listrik pada pengelasan dapat dilakukan dengan

melakukan hubungan singkat ujung elektroda dengan logam induk,

kemudian memisahkannya lagi sampai jarak tertentu sebagai panjang busur.

Dimana panjang busur normal yaitu antara 1.6 – 3.2 mm.

Pemadaman busur listrik dilakukan dengan menjauhkan elektroda

dari bahan induk. Untuk menghasilkan penyambungan rigi las yang baik

dapat dilakukan sebagai berikut :

Sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang

busur listrik dikurangi lebih dahulu, baru kemudian elektroda dijauhkan

dalam posisi lebih dimiringkan secukupnya.

3. Pergerakan Elektroda Pengelasan

Ada berbagai cara didalam menggerakkan (mengayunkan)

elektroda las yaitu :

Page 17: 5. BAB II REVISI (OK)

24

a. Elektroda digerakkan dengan melakukan maju dan mundur, metode

ini salah satu bentuk metode weaving.

b. Bentuk weaving lainnya yaitu dengan melakukan gerakan seperti

setengah bulan.

c. Gerakan elektroda yang menyerupai bentuk angka 8.

d. Elektroda dengan melakukan gerakan memutar.

4. Teknik Pengelasan

a. Posisi datar (1G)

Disarankan menggunakan metode zig-zag dan spiral. Untuk jenis

sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat

juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar (1G)

didalam pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diaplikasikan pada

material pipa dengan jalan pipa diputar.

Gambar 1. Pengelasan Posisi Datar (1G)

b. Posisi horizontal (2G)

Pengelasan 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pada posisi

tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal. Kesukaran pengelasan

posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka cairan las akan

Page 18: 5. BAB II REVISI (OK)

25

selalu kebawah. Panjang gerakan elektroda antara 1-2 kali diameter

elektroda. Bila terlalu panjang dapat mengakibatkan kurang baiknya

mutu las. Panjang busur diusahakan sependek mungkin yaitu ½ kali

diameter elektroda las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan

gerakan melingkar dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada

kedua sisi kampuh agar tidak terjadi cacat. Gerakan seperti ini diulangi

untuk pengisian berikutnya.

Gambar 2. Pengelasan Posisi Horizontal (2G)

c. Posisi vertikal (3G)

Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material pelat. Posisi 3G ini

dilaksanakan pada pelat dan elektroda vertikal. Kesukaran pengelasan ini

hampir sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi dari cairan elektroda

las.

Page 19: 5. BAB II REVISI (OK)

26

Gambar 3. Pengelasan Posisi Vertikal (3G)

d. Posisi di Atas Kepala (4G)

Posisi di Atas Kepala (Over Head), Posisi pengelasan ini sangat sukar

dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru

las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap antara

lain: Baju las, sarung tangan, sepatu kulit dan sebagainya. Mengelas

dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan

kedudukan elektroda sekitar 5º - 20º terhadap garis vertikal  dan 75º - 85º

terhadap benda kerja. 

Gambar 4. Pengelasan Posisi Atas Kepala (4G)

F. Kerangka Konseptual

Page 20: 5. BAB II REVISI (OK)

27

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan,

maka kerangka konseptual penelitian ini adalah:

Gambar 5. Kerangka Konseptual Penelitian

G. Pertanyaan Penelitian

Adapun yang dijadikan beberapa pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah topik yang diberikan akan diselesaikan siswa?

2. Bagaimana target hasil belajar yang dicapai?

3. Apakah dengan memberikan bimbingan guru dalam menggunakan sarana

belajar siswa mampu meningkatkan hasil belajar dengan baik?

Bimbingan Guru Dalam Menggunakan Sarana

Belajar

Proses Belajar Mengajar Praktek Las Busur Manual

Peningkatan Hasil Belajar