bab ii vini ok

42
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Anatomi dan Fisiologi Rektum Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis anorektal. Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian ampula dan sfingter. Bagian sfingter disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian ampula terbentang dari sakrum ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Panjang rrektum berkisa 10-15 cm, dengan keliling 15 cm pada rectosigmoid junctiondan 35 cm pada bagian ampula yang terluas. Pada orang dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan : mukosa, submukosa, muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa. 6

Upload: abdul-muhammad-thaher

Post on 10-Apr-2016

231 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

peminatan

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi dan Fisiologi Rektum

Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3

sampai garis anorektal. Secara fungsional dan endoskopik, rektum

dibagi menjadi bagian ampula dan sfingter. Bagian sfingter disebut

juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator ani dan

fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian ampula terbentang dari sakrum

ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Panjang

rrektum berkisa 10-15 cm, dengan keliling 15 cm pada rectosigmoid

junctiondan 35 cm pada bagian ampula yang terluas. Pada orang dewasa

dinding rektum mempunyai 4 lapisan : mukosa, submukosa, muskularis

(sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa.

6

Perdarahan arteri daerah anorektum berasal dari arteri

hemoroidalis superior, media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior

yang merupakan kelanjutan dari arteri mesenterika inferior, arteri ini

bercabang 2 kiri dan kanan. Arteri hemoroidalis merupakan cabang

arteri iliaka interna, arteri hemoroidalis inferior cabang dari arteri

pudenda interna. Vena hemoroidalis superior berasal dari plexus

hemoroidalis internus dan berjalan ke arah kranial ke dalam vena

mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lienalis menuju vena

porta.Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan alam rongga perut

menentukan tekanan di dalamnya.Karsinoma rektum dapat menyebar

sebagai embolus vena ke dalam hati.Vena hemoroidalis inferior

mengalirkan darah ke vena pudenda interna, vena iliaka interna dan sistem

vena kava.

Pembuluh limfe daerah anorektum membentuk pleksus halus

yang mengalirkan isinya menuju kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya

mengalir ke kelenjar limfe iliaka. Infeksi dan tumor ganas pada daerah

anorektal dapat mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh rekrum

di atas garis anorektum berjalan seiring dengan vena hemoroidalis

seuperior dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta.

Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan

parasimpatik. Serabut simpatik berasal dari pleksus mesenterikus

inferioryang berasal dari lumbal 2, 3, dan 4, serabut ini mengatur fungsi

emisi air mani dan ejakulasi. Serabut parasimpatis berasal dari sakral

7

2, 3, dan 4, serabut ini mengatur fungsi ereksi penis, klitoris dengan

mengatur aliran darah ke dalam jaringan.

B. Pengertian Ca Rekti

Karsinoma rekti adalah tumbuhnya sel-sel ganas di daerah rektum

(Smeltzer & Bare, 2002).

Karsinoma rekti adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan

jaringan abnormal pada daerah rektum.Keganasan terjadi akibat gangguan

proliferasi sel epitel yang tidak terkendali dan tumbuh ke dalam lumen &

dapat menyebar ke usus sebagai cincin anular (Price and Wilson, 2006).

Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa

polipoid besar, yang tumbuh ke dalam lumen dan dapat dengan cepat

meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular (Price and Wilson, 1994, hal

419).

C. Etiologi

Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi

faktor risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip

pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi

lemak, protein dan daging serta rendah serat (Brunner & Suddarth,buku

ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123).

a.     Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada

dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang

8

berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan

kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.

b.      Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang

menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau

penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih

besar.

c.       Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker 

colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain

itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus

(endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih

tinggi untuk terkena kanker colorectal.

d.      Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika ada salah satu anggota

keluarga yang mempunyai riwayat kanker colorectal, maka

kemungkinan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara

terkena kanker pada usia muda.

e.       Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan

yang tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki

tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal.

f.       Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi  pada mereka yang

berusia lebih tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit

ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.

D. Manifestasi Klinis

a. Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit/konstipasi) 

b.      Usus besar terasa tidak kosong seluruhnya 

9

c.       Ada darah (baik merah terang atau kehitaman) di feses

d.      Feses lebih sedikit dari biasanya 

e.      Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung atau

keram perut, atau merasa kekenyangan 

f.       Kehilangan berat badan tanpa alasan 

g.      Selalu merasa sangat letih dan lesu

h. Anemia

i. Anoreksia

j.       Mual atau muntah-muntah.

E. Patofisiologi

Polip adalah pertumbuhan jaringan yang benigna (adenoma) pada

mukosa kolon yang diperkirakan menjadi premaligna. Kanker kolorektal

dapat terjadi dalam salah satu dari dua cara. Didalam sekum dan kolon

asenden, lesi-lesi cendrung berkembang sebagai masa yang menyerupai

bunga kol menonjol kedalam lumen kolon. Lesi tersebut dalam mengalami

ulserasi, menembus dinding kolon dan menyebar ke jaringan sekitarnya.

Dalam kolon asenden, terutama bagian rektus sigmoid sering terjadi suatu

lesi yang terhapus. Lesi mula-mula berupa masa polypoid yang kecil yang

menjadi plak. Plak ini tumbuh secara melingkar menyebabkan

penyempitan lumen. Obstruksi dapat terjadi akibat terbentukan feses pada

samping kiri yang tidak dapat melewati lumen yang sempit.Kanker

kolorektal dapat menyebar melalui penyebaran langsung atau melalui

system limpatik dan sirkulai. Liver merupakan organ yang terutama sering

10

terkena metastasis karena pembuluh darah kolon mengalir kedalam vena

porta menuju liver.

11

WOC Ca Recti

Proses peradangan

Pd kolon dan rektum

12

F. Faktor Resiko

Kanker yang ditemukan pada kolon dan rectum 16% diantaranya

menyerang recti terutama terjadi di negara-negara maju dan lebih tinggi

pada laki-laki daripada wanita. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi

sebagai berikut:

a.       Kebiasaan diet rendah serat

b.      Mengkonsumsi diet tinggi lemak dan rendah serat

c.       Menahan tinja / defekasi yang sering

d.      Faktor genetik

G. Klasifikasi

Stadium 0:  Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau

rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk kanker

colorectal Stadium 0. 

Stadium I:  Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum.

Tumor belum tumbuh menembus dinding.

Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding

kolon atau rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang

jaringan di sekitarnya, tapi sel-sel kanker belum menyebar

ke kelenjar getah bening,

Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di

sekitarnya, tapi belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.

Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya

hati atau paru-paru. 

13

Kambuh:  Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh

kembali setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak

terdeteksi. Penyakit ini dapat kambuh kembali dalam kolon

atau rektum, atau di bagian tubuh yang lain.

Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma

dibagi menjadi :

Kelas A  : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa

Kelas B   : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus

Kelas C   : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional

Kelas D   : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas

( Brunner& Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126).

H. Pemeriksaan Diagnostik

1.     Dengan "RECTAL – TOUCHER" biasanya diketahui :

a.     Tonus sfingterani keras/lembek.

b.     Mukosa kasar,kaku biasanya tidak dapat digeser.

c.      Ampula rektum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang

dapat teraba ataupun tidak.

2.     Foto sinar X :Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan

sebagai pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada

pemeriksaan ini akan tampak filling defect biasanya sepanjang 5 – 6

cm berbentuk anular atau apple core. Dinding usus tampak rigid dan

gambaran mukosa rusak.

3.      Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA)

14

Pemeriksaan CEA dapat dilakukan, meskipun antigen CEA mungkin

bukan indikator yang dapat dipercaya dalam mendiagnosa kanker

karena tidak semua lesi menyekresi CEA

4.     Tes-tes Khusus

a.      Proktosigmoidoskopi, dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai

menderita karsinoma usus besar. Jika tumor terletak di bawah, bisa

terlihat langsung.Karsinoma kolon di bagian proksimal sering

berhubungan dengan adanya polip pada daerah rektosigmoid.

b.      Sistoskopi, indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan

yang mencurigai invasi keganasan ke kandung kencing.

5.     Tes darah samar pada feses/kotoran (Fecal Occult Blood Test –

FOBT):Terkadang kanker atau polip mengeluarkan darah, dan FOBT

dapat mendeteksi jumlah darah yang sangat sedikit dalam kotoran.

Karena tes ini hanya mendeteksi darah, tes-tes lain dibutuhkan untuk

menemukan sumber darah tersebut.Kondisi jinak (seperti hemoroid),

juga bisa menyebabkan darah dalam kotoran.

6.      Sigmoidoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan bagian bawah

kolon dengan tabung cahaya (sigmoidoskop). Jika ditemukan polip

(pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa

diangkat.

7.     Kolonoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan seluruh kolon

dengan menggunakan tabung panjang bercahaya (kolonoskop). Jika

ditemukan polip (pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker),

maka polip bisa diangkat.

15

8.    Enema barium kontras ganda (Double-contrast barium

enema) : Prosedur ini mencakup pengisian kolon dan rektum dengan

bahan cair putih (barium) untuk meningkatkan kualitas gambar sinar X.

Dengan demikian, ketidaknormalan (seperti polip) dapat terlihat dengan

jelas.

9.   Pemeriksaan rektal secara digital: Pemeriksaan rektal seringkali

menjadi bagian pemeriksaan (check-up) fisik rutin. Dokter akan

memasukkan jari dengan sarung tangan yang telah dilumasi ke dalam

rektum, untuk merasakan ketidaknormalan. 

I. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis :

a. Pembedahan

Pembedahan dilakukan dengan salah satu cara dibawah ini :

1) Bagian kolon yang sedikit dipotong, dan ujung-ujung yang

tersisa disambungkan suatu anastomasis (EEA).

2) Bagian kolon yang sakit dipotong dan ujung yang masih

berfungsi dibawa keluar kepermukaan abdomen membentuk

suatu stoma..

Kolostomi adalah : suatu prosedur dimana dibuat saluran terbuka

antara kolon dan dinding abdomen dan dilokasi tersebut feses akan

dikeluarkan.

Letak kolostomi :

1) Kolon ascenden

16

2) Transversum, descenden

3) Sigmoid ( sangat-sangat baik karena feses telah terbentuk ).

Bentuk-bentuk kolostomi :

Permanen : biasanya di kolon sigmoid

Temporer : memberikan kesempatan pada usus untuk istirahat

kemudian baru dilakukan reanatomosis, dibuat posisi midpoint

dari kolon kiiri dan tranversum.

b. Terapi Radiasi

Secara umum terapi radiasi ini kurang efektif dalam

mengatasi kanker kolorektal. Terapi ini mungkin digunakan

preoperative pada kanker-kanker yang luas untuk menekan

pertumbuhannya, cairan ini mencegah sel-sel yang terlepas tanpa

sengaja selama pembedahan untuk menanamkan diri dilokasi lain.

c. Kemoterapi

Kemoterapi digunakan untuk penyakit metastatik dan untuk

orang dengan resiko tinggi mengalami kekambuhan. Zat

kemoterapeutik yang dipilih adalah 5–fluorourasil (5-FU),

diberikan tersendiri maupun kombinasi dengan zat lain.

2. Penatalaksanaan bedah :

a. Kolonoskopi

Pemeriksaan pada kolon atau usus besar dengan memasukkan alat

kolonoskopi ke dalam usus besar melalui anus sehingga dapat

diteropong dan diperiksa, dengan tujuan untuk pemeriksaan lebih

17

lanjut adanya perdarahan yang cukup lama dari anus, dan

keganasan pada usus besar

b. Polipektomi

Metode dalam kolostomi laparoskopik agar dapat meminimalkan

area pembedahan pada beberapa usus.

Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan besarnya tumor. Pemilihan

prosedur pembedahan tumor sebagai berikut (menurut Duoghty &

Jackson,1993)

1. Reseksi segmental : anastomosis ( pengangkatan tumor dan porsi usus

pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik.

2. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen

(pengangkatan tumor dan persi sigmoid dan semua rektum dan

sfingter anal).

3. Kolostomi sementara dengan reseksi segmental dan anastomosis serta

reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus

awal dan persiapan usus sebelum reseksi).

4. Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi

obstruksi yang tidak dapat direseksi).

(Brunner & suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah ed.8,hal.

1127)

18

J. Komplikasi

Komplikasi karsinoma rektum menurut Schrock (1991) adalah:

a) Obstruksi usus parsial adalah penyumbatan parsial atau lengkap

dari usus yang menyebabkan kegagalan dari isi usus untuk

melewati usus.

b) Perforasi dapat terjadi yang menyebabkan pembentukan abses

c) Pertumbuhan dan ulserasi dapat menyerang pembuluh darah

sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi

d) Peritonitis /sepsis yang dapat menimbulkan syock

19

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA KLIEN DENGAN Ca

REKTI

B. Pengkajian

1. Identitas

Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Suku atau Kebangsaan,

Pekerjaan, Pendidikan, Alamat, Diagnosa Medis, Nomor Registrasi,

Tanggal Dan Jam Masuk Rumah Sakit, Tanggal Dan Waktu Pengkajian

Keperawatan.

2. Keluhan Utama

Biasanya klien mengeluh nyeri abdomen/rectum, pada feses

terdapat darah merah segar, terjadi perubahan pola defekasi yaitu diare

beberapa hari yang disusul konstipasi selama beberapa hari, ukuran feses

kecil-kecil .

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien mengeluhkan lemah, nyeri abdomen dan kembung,

klien mengeluhkan perubahan pada defekasi : BAB seperti pita, diare yang

bercampur darah dan lendir, rasa tidak puas setelah BAB. Klien

mengalami anoreksia, mual muntah dan penurunan berat badan.

4. Riwayat Kesehatan Dahulu

Kemungkinan pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon

dan colitis ulseratif yang tidak teratasi, adanya infeksi dan obstruksi pada

20

usus besar, diet atau konsumsi diet yang tidak baik, tinggi protein, tinggi

lemak dan rendah serat.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya memiliki riwayat kesehatan keluarga dengan penyakit

kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat radang kronis pada usus

besar, dan riwayat diare bercampur darah.

6. Riwayat Psikososial

Mengkaji dampak penyakit pasien saat ini terhadap keadaan psikologis

pasien dan kehidupan sosialnya.

7. Data Dasar pengkajian

a. Aktivitas/istirahat:

Gejala:

Kelemahan, kelelahan/keletihan

Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya factor- factor

yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan

berkeringat malam hari :faktor yang mempengaruhi tidur

misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.

Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan,

tingkat stres tinggi.

b. Sirkulasi:

Tanda: Takhikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi

dan nyeri).

Hipotensi, kulit/membran : turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah

(dehidrasi/malnutrisi)

21

c. Integritas Ego

Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, misal : perasaan tak

berdaya/tak ada harapan.

Faktor stress akut/kronis : misal hubungan dengan keluarga/pekerjaan,

pengobatan yang mahal.

Tanda : menolak, perhatian mmenyempit, depresi

d. Eliminasi:

Gejala: Tekstur feses bervariasi dan bentuk lunak sampai bau. Episode

diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering tak dapat

dikontrol (sebanyak 20-30 kali/hari), perasaan tidak nyaman/tidak

puas/tenesmus, deteksi berdarah/mukosa dengan atau tanpa keluar

feses.

e. Makanan/cairan:

Gejala:

Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak,

pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)

Anoreksia, mual, muntah

Intoleransi makanan

Tanda: Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot, kelemahan,

turgor kulit buruk, membran mukosa pucat

f. Nyeri/ketidaknyamanan:

Gejala: nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah

22

g. Keamanan:

Gejala:Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.

Tanda: Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia

h. Interaksi social

Gejala:

Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)

Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan

perubahan status kesehatan.

C. Keadaan Umum

1. Kondisi pasien : Biasanya lemah

2. Kesadaran : Biasanya composmentis

3. GCS : Biasanya 15 (E4 M6 V5)

4. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : Biasanya normal

Denyut nadi : Biasanya normal

Pernapasan : Biasanya normal

Suhu : Biasanya normal

23

D. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala dan leher

a. Wajah

Pucat dibibir dan kulit di wajah merupakan manifestasi anemia atau

kurang adekuatnya perfusi jaringan

b. Mata

Simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,

pupil isokor, dan palpebra tidak edema.

c. Hidung

Septum nasi simetris, tidak terdapat polip, tidak ada secret,

penciuman baik

d. Telinga

Daun telinga keadaannya simetris, bentuk normal, tidak ada serumen

dan fungsi pendengaran baik

e. Leher

Tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, tidak ada

pembengkakan kelenjer tiroid, distensi vena jugularis, JVP > 3

cmH2O

2. Pemeriksaan thorax / dada :

I : Simetris kiri dan kanan, gerakan dinding dada sama

Pa : Fremitus kiri dan kanan, tidak menggunakan otot bantu pernapasan

Pe : bunyi sonor

24

A :Bunyi nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan (Rales,

Ronkhi, Wheezing)

3. Jantung

I :ictus cordis terlihat

Pa : Ictus teraba di RIC V

A : Irama jantung normal (regular)

4. Pemeriksaan abdomen

I : tidak terdapat lesi pada abdomen

Pa : nyeri pada abdomen kuadran kiri bawah, perut tegang, kembung,

teraba masa (+)

Pe : Bunyi timpani

A : Penurunan bising usus

5. Ekstremitas & Integumen

Ekstremitas tidak edema, kulit pucat, CRT > 2 detik, tidak sianosis

6. Genetalia

Saat dilakukan pemeriksaan Rektal Toucer biasanya diketahui tonus

sfingterani keras/lembek, mukosa kasar, kaku biasanya tidak dapat

digeser, ampula rectum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang

dapat teraba ataupun tidak.

E. Pemeriksaan Penunjang Medis

1.    Endoskopi

Untuk mengetahui adanya tumor/kanker di kolon/rectum

25

Untuk menentukan sumber pendapatan

Untuk mengetahui letak obstruksi

2. Radiologi

 Foto dada : Untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker paru

untuk persiapan pembedahan

Foto colon (Barium enema)

Dapat terlihat suatu filling deffect pada suatu tempat/suatu

striktura

Dapat menentukan lokasi tempat kelainan

3. USG

Untuk mengetahui apakah ada metastasis kanker ke kelenjar getah

bening di abdomen dan hati.Gambaran metastasis kanker dihati akan

tampak massa multi nodular dengan gema berdensitas tinggi homogen.

Endosonografi

Pada karsinoma akan tampak massa yang hypoechoic tidak teratur

mengenai lapisan dinding kolon.

4. Histopatologi

Gambaran histopatologi pada karsinoma recti C adenokarsinoma dan

perlu ditentukan differensiasi sel.

5. Laboratorium

 Hb : menurun pada perdarahan

Tumor marker (LEA) > 5 mg/ml

Pemeriksaan tinja secara bakteriologis : terdapat sigela dan

amoeba.

26

Diagnosa Keperawatan

Pre Operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera (misalnya,

biologis, kimia, fisik, dan psikologis)

2. Ansietas berhubungan dengan stress, ancaman kematian

3. Konstipasi berhubungan dengan kanker rektal

Post Operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera agen cedera, mekanik post

insisi bedah

2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake tidak adekuat

27

ANALISA DATA

PRE OPERASI

No Data Etiologi Masalah

1 Ds :

P :Biasanya klien mengatakan

nyeri pada abdomen karena

kanker di rectum

Q :Biasanya klien mengatakan

nyeri seperti dililit dengan

skala 6

R :Biasanya klien mengatakan

keluhan nyeri dirasakan pada

abdomen kuadran bawah

S : Biasanya klien mengatakan

nyeri mengganggu aktivitas

dan istirahat

T :Biasanya klien mengatakan

keluhan nyeri dirasakan

menetap dibagian abdomen

dengan durasi ± 3 menit

Agen-agen cidera fisik Nyeri

28

Do :

Biasanya klien tampak

meringis menahan kesakitan

Biasanya klien tampak

gelisah

Biasanya klien tampak lemah

Skala nyeri 5

Focus pada perlindugan

terhadap nyeri

2 Ds :

Klien mengatakan takut

untuk operasi karena resiko

kematian

Klien mengatakan cemas

Klien mengatakan tangan

terasa dingin

Klien mengatakan nafas

terasa sesak

Do :

Klien tampak cemas

Klien gelisah

Stress, ancaman

kematian

Ansietas

29

Tangan klien dingin

Nadi cepat

Pernafasan cepat

3 Ds :

Biasanya klien mengatakan

susah untuk BAB

Biasanya klien mengatakan

BAB terdapat darah

Biasanya klien mengatakan

ukuran BAB kecil-kecil

seperti pita

Biasanya klien mengatakan

tidak puas setelah BAB

Biasanya klien mengatakan

tidak puas setelah BAB

Do :

Biasanya klien mengeluh

sulit untuk BAB

Biasanya terjadi perubahan

pada pola defekasi

Biasanya pengeluaran feses

bercampur darah segar

Biasanya ukuran fese kecil-

Kanker rektal Konstipasi

30

kecil seperti pita

Biasanya klien merasakan

tidak puas setelah BAB

Biasanya perut kembung dan

merasa kekenyangan

POST OPERASI

NO Data Etiologi Masalah

1 Ds :

P :Klien mengatakan nyeri pada

luka insisi post operasi ca rekti

Q : Klien mengatakan nyeri

seperti di tusuk-tusuk dengan

skala 7

R :Klien mengatakan keluhan

nyeri dirasakan pada area

luka insisi

S :Klien mengatakan susah

bergerak akibat luka nyeri

post operasi

T : Klien mengatakan keluhan

Agen cedera,

mekanik post insisi

bedah

Nyeri akut

31

nyeri terasa di tusuk-tusuk

dengan durasi ± 5 menit

Do :

Biasanya klien tampak

meringis menahan kesakitan

Biasanya klien tampak

gelisah

Klien tampak lemah

Skala nyeri 7

Focus pada perlindungan

terhadap nyeri

2 Ds :

Klien mengatakan luka insisi

tampak memerah

Klien mengatakan luka insisi

terdapat pus

Klien mengatakan cairan

drain merembes

Do :

Luka tampak memerah

Terdapat pus pada luka insisi

Ketidak adekuatan

pertahanan primer

Resiko infeksi

32

Suhu tubuh meningkat

Leukosit meningkat

3 Ds :

Biasanya klien mengatakan

tidak nafsu makan

Biasanya klien mengatakan

perubahan sensasi rasa

Biasanya klien mengatakan

makanan habis ½ porsi

Biasanya klien mengatakan

badan terasa lemas

Do:

Badan klien terasa lemas

Membrane mukosa pucat

Menolak untuk makan

Makanan biasanya tidak

dihabiskan

Berat badan biasanya turun

Hb biasanya rendah

Albumin rendah

Intake tidak adekuat Ketidakseimbangan

nutrisi : kurang dari

kebutuhan tubuh

33