bab ii (ok).docx

47
II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Struktur atas Railway Fly Over pada proyek Pembangunan Jalan Cianjur Eastern Ring Road merupakan fly over yang menggunakan beton precast PCI girder (30,6 m), dengan bentang total 285 meter, Lokasi Railway Fly Over berada pada STA 2 + 685 sampai dengan STA 2 + 970 yang terbagi menjadi 9 segmen terdiri dari 8 pier dan 2 abutment. Pembagian ini mengingat kondisi lapangan yang tidak memungkinkan, untuk memindahkan balok PCI Girder tersebut secara utuh sesuai panjang bentang dari lokasi pembuatan (pabrik) ke lokasi pemasangan. Stressing PC I girder adalah kegiatan untuk menyatukan PC I girder yang sudah di launching, yakni menyatukan PC I girder yang satu ke PC I girder yang lain untuk menjadikan girder sebagai beton prategang. Fungsi stressing ini sendiri merupakan pekerjaan struktur utama dari jembatan PC I girder, karena kekuatannya bertumpu pada kabel strand yang terdapat di dalam blister. Pekerjaan stressing PC I girder dilakukan pada malam maupun siang hari.

Upload: pebi-supiadi

Post on 06-Nov-2015

48 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

BAB IILANDASAN TEORI

2.1UmumStruktur atas Railway Fly Over pada proyek Pembangunan Jalan Cianjur Eastern Ring Road merupakan fly over yang menggunakan beton precast PCI girder (30,6 m), dengan bentang total 285 meter, Lokasi Railway Fly Over berada pada STA 2 + 685 sampai dengan STA 2 + 970 yang terbagi menjadi 9 segmen terdiri dari 8 pier dan 2 abutment.Pembagian ini mengingat kondisi lapangan yang tidak memungkinkan, untuk memindahkan balok PCI Girder tersebut secara utuh sesuai panjang bentang dari lokasi pembuatan (pabrik) ke lokasi pemasangan. Stressing PC I girder adalah kegiatan untuk menyatukan PC I girder yang sudah di launching, yakni menyatukan PC I girder yang satu ke PC I girder yang lain untuk menjadikan girder sebagai beton prategang. Fungsi stressing ini sendiri merupakan pekerjaan struktur utama dari jembatan PC I girder, karena kekuatannya bertumpu pada kabel strand yang terdapat di dalam blister. Pekerjaan stressing PC I girder dilakukan pada malam maupun siang hari.

Gambar 2.1 Gambar Bagian Penampang Railway Fly OverSumber : Shop Drawing Railway Fly Over

Gambar 2.2 PCI Girder Railway Fly Over Dengan Topografi AktualSumber : Shop Drawing Railway Fly Over

2.1.1Pengertian Beton PrategangBeton prategang adalah jenis beton dimana tulangan baja ditarik/ditegangkan terhadap betonnya. Penarikan ini menghasilkan sistem keseimbangan pada tegangan dalam (tarik pada baja dan tekan pada beton) yang akan meningkatkan kemampuan beton menahan beban luar. Beton prategang merupakan kombinasi yang ideal dari dua bahan yang berkekuatan tinggi modern, yaitu beton dan baja mutu-tinggi. Kombinasi aktif ini menghasilkan perilaku yang lebih baik dari individu kedua bahan itu sendiri. Keuntungan penggunaan struktur beton prategang antara lain :1. Balok yang lebih ringan, langsing dan kaku.2. Retak kecil dapat mencegah terjadinya korosi pada baja sehingga lebih tahan terhadap lingkungan yang agresif.3. Lintasan tendon bisa diatur untuk menahan gaya lintang.4. Penghematan maksimum dapat dicapai pada struktur bentang panjang, lebih ekonomis bila dibandingkan dengan konstruksi beton bertulang biasa dan baja.5. Dapat digunakan untuk struktur pracetak yang dapat memberikan jaminan kualitas yang lebih baik, kemudahan dan kecepatan dalam pelaksanaan konstruksi serta biaya awal yang rendah.Jika dibandingkan dengan kayu, beton bertulang, atau baja, penggunaan beton prategang pada struktur atas jembatan masih tergolong relatif baru. Hal ini tidakterlepas dari kemajuan teknologi bahan.

2.2Precast Concrete I girder Precast Concrete I girder merupakan bentuk yang paling banyak digunakan untuk pekerjaan balok fly over. Profil PC I girder berbentuk penampang I dengan penampang bagian tengah lebih langsing dari bagian pinggirnya. Penampang I memiliki bentuk ber-inersia besar, sehingga biasanya (dari hasil analisa) merupakan penampang yang ekonomis.PC I girder juga memiliki berat sendiri yang relatif ringan per unitnya.Dapat dilihat secara visual bahwa bentuk penampangnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan PC U girder. Berat per unit girder sangat berpengaruhterhadap perlakuanpekerjaan yang diberikan pada girder.Pekerjaan stressing pada PC I girderdilakukan dengansistem post tension, sedangkan untuk pekerjaan erection dapat menggunakan portal hoise atau mobile crane dengan kapasitas 50 ton.Harga per-unit PC I girder lebih murah dari harga per-unit PC U girder. Hal ini dikarenakan proses produksi PC I girder memiliki tingkat kesukaran rendah dan membutuhkan volume beton yang tidak terlalu banyak (dibanding dengan bentuk lain dengan lebar bentang yang sama).

Gambar 2.3 Bentuk PC I Girder2.3Sistem Pemberian Gaya PrategangSecara umum, sistem pemberian gaya prategang pada beton ada 2 metoda, yaitu :1. Pratarik (Pre-Tension), dimana tendon ditarik sebelum beton dicor2. Pasca tarik (Post-Tension), dimana tendon ditarik setelah beton dicor2.3.1Metoda Pratarik (Pre-Tension)Pelaksanaan pemberian tegangan dengan cara pratarik (pre-tension) didefinisikan dengan memberikan prategang pada beton dimana tendon ditarik untuk ditegangkan sebelum dilakukan pengecoran adukan beton ke dalam bekisting yang telah disiapkan. Pelaksanaan cara pratarik ini, umumnya dilakukan pada suatu tempat khusus di lapangan pencetakan (casting yard). Adapun langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut :1. Pertama-tama tendon dipasang memanjang di antara dua jangkar di tempat pengecoran mengikuti pola tertentu sesuai dengan perhitungan seperti yang terlihat pada Gambar III.6.a. Tendon tersebut kemudian ditarik hingga mencapai nilai tegangan tarik (fsl) tidak lebih besar dari 85% kuat tarik ultimitnya (fpu) dan tidak lebih dari 94% kuat lelehnya (fpy). Kemudian, tendon dalam keadaan tertarik tersebut di angkur kuat-kuat pada kedua ujungnya sedemikian rupa sehingga gaya tarik tetap tertahan pada tendon tersebut.2. Apabila bekisting belum dipasang di tempatnya, segera dipasang mengitari beton sesuai dengan bentuk komponen yang direncanakan. Kemudian, dilakukan pengecoran adukan beton ke dalam bekisting berisi tendon dalam keadaan tertarik dan dilanjutkan dengan pekerjaan perawatan pengerasan beton.Dalam pelaksanaannya harus disertai upaya pengendalian keamanan dan kualitas pekerjaan mengingat resiko bahaya kecelakaan yang dihadapi, termasuk pelaksanaan perawatan pengerasan beton yang harus dijaga sebaik mungkin,sehingga didapat hasil akhir berupa beton mutu tinggi yang melekat dengan baik pada tendon yang sudah ditegangkan (ditarik). Lihat Gambar III.6.b.3. Apabila beton telah mencapai kekerasan dan kekuatan fctertentu, yang memerlukan waktu 24 jam, tendon dipotong di tempat penjangkarannya. Karena tendon terekat kuat dengan beton, maka seketika setelah dipotong atau dilepas pada angkurnya akan terjadi pelimpahan gaya tinggi (Tc) kepada beton, seperti tampak pada Gambar III.6.c.Gaya prategang mengakibatkan beton cenderung memendek apabila letak tendon tidak sentries akibat dari tegangan-tegangan yang timbul saat transfer (pelimpahan tegangan). Dengan diputusnya tendon dan berlangsungnya pelimpahan tegangan, beban mati (berat sendiri) diperhitungkan bekerja serentak bersamaan dengan gaya prategang.Keadaan tersebut diilustrasikan pada Gambar III.6.d yang merupakan keadaan tegangan paling kritis yang timbul sesaat setelah berlangsung pelimpahan, tetapi sebelum terjadi kehilangan gaya prategang.Untuk keadaan bersifat sementara ini, SNI-03 memberikan batasan tegangan tarik di bagian atas balok tidak melampaui (sekitar 40% kuat tarik) dan tegangan tekan di bagian tepi bawah tidak melebihi 0.6 fci.Apabila tegangan tarik terhitung melampaui nilai tersebut, harus dipasang tulangan tambahan (nonprategang atau prategang)di daerah tarik untuk memikul gaya tarik total dalam beton yang dihitung berdasarkan asumsi penampang utuh.4. Setelah cukup kuat dan sesuai persyaratan, komponen prategang dapat dilepas dan diangkat dari cetakannya untuk dipindahkan ke lapangan penyimpanan sehingga tempat pencetakan dapat dipakai untuk proses prategang berikutnya.

a. Tendon ditarik di antara dua angkur

b. Bekisting dipasang dan adukan beton dicor di dalamnya

c. Tendon dipotong dan gaya tekan dilimpahkan kepada beton

d. Kombinasi beban mati dan prategang

e. Kombinasi beban mati, beban hidup, setelah kehilangangaya prategangGambar 2.4 Komponen Struktur Pratarik

Setelah proses hilangnya gaya prategang berlangsung (Gambar III.6.e), pada tahap pelayanan beban kerja tersusun suatu kombinasi beban mati, beban hidup dan gaya prategang. SNI-03 memberikan batasan tegangan tarik pada bagian tepi bawah balok tidak boleh melebihi , sedangkan tegangan tekan pada bagian tepi ats tidak melebihi 0,45 fc. Nilai tegangan tarik ijin tersebut diambil hanya sedikit di bawah nilai modulus runtuh beton normal, yaitu , karena kemungkinan bahaya retak atau tekuk secara tiba-tiba di daerah tersebut hanya kecil karena umumnya posisi tendon berada di dekat serat bawah.

2.3.2Metoda Pasca tarik (Post-Tension)Pelaksanaan pemberian tegangan dengan cara pasca tarik (post-tension) didefinisikan sebagai cara memberikan prategang pada beton, dimana tendon baru ditarik setelah betonnya dicetak terlebih dahulu dan mempunyai cukup kekerasan untuk menahan tegangan sesuai dengan yang diinginkan. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut :1. Bekisting beton dipasang di tempat yang sesuai dengan rencana letak komponen struktur dengan dilengkapi pipa selongsong lentur yang dibuat dari plastik atau metal, yang akan menyelubungi tendon. Pipa selongsong tendon diletakkan di dalam bekisting dengan mengatur posisinya dan ditahan untuk membentuk pola tertentu sesuai dengan momen perlawanan yang direncanakan.2. Kemudian adukan beton dicor ke dalam bekisting dengan menjaga agar pipa selongsong tendon tetap kokoh pada posisinya dan tidak kemasukan adukan, kemudian dilakukan perawatan pengerasan beton secukupnya sampai mencapai kekuatan tertentu.3. Selanjutnya, tendon dimasukkan ke dalam pipa selongsong yang sudah disiapkan ke dalam beton. Pada cara ini, ada juga yang menempatkan pipa selongsong lengkap dengan tendon di dalam bekisting sebelum dilakukan pengecoran adukan beton.4. Tendon ditarik dengan menggunakan jacking di satu ujung dan angkur mati atau plat penahan pada ujung lainnya. Kadang-kadang angkur mati atau plat penahan sudah disiapkan dipasang tertanam pada ujung komponen.Fungsi angkur digabungkan dengan cara mencengkram tendon agar tidak terjadi slip (penggelinciran)dan beban atau tegangan tarikan tetap bertahan pada tendon.Pada saat penarikan tendon, sudah terjadi kehilangan gaya prategang berupa perpendekan elastis, kehilangan tegangan akibat gesekandan sebagian momen beban mati sudah bekerja sebagai dampak dari posisi lengkung tendon. Dengan demikian, gayajacking harus sudah memperhitungkan hal-hal yang menyangkut kehilangan tegangan tersebut. Pembatasan tegangan-tegangan ijin pada tahap-tahap pelimpahan dan pelayanan diambil sama dengan yang diberikan untuk cara pra tarik.5. Apabila digunakan tendon bonded, terutama pada lingkungan korosif, ruang kosong di dalam pipa selongsong yang mengelilingi tendon, harus di isi penuh pasta semen dengan cara disuntikan (grouting) setelah tendon ditarik atau sebelum beban hidup bekerja. Apabila demikian halnya, maka tegangan akibat beban hidup dihitung berdasarkan penampang transformasi seperti yang dilakukan pada cara pra tarik. Tetapi ada juga tendon yang tetap dibiarkan unbounded tanpa penyuntikan pasta semen, tergantung pada kebutuhan untuk pelindungan tendon dan perhitungan ekonomi. Untuk keadaan demikian, gaya prategang hanya diperhitungkan bekerja terhadap penampang betonnya saja (bukan penampang transformasi) paling tidak sampai tercapainya keadaan seperti pada Gambar III.6.d.6. Umumnya angkur ujung setelah dikunci (dimatikan) perlu ditutup atau dilindungi dengan lapis pelindung.

II-

NoMetoda PratarikMetoda Pasca Tarik

1Tendon prategang ditarik sebelum beton dicorTendon prategang ditarik setelah beton mengeras

2Transfer prategang terjadi melalui kontak antara tendon yang diputus dan tendon disekelilingnya setelah beton mengeras (jadi tidak memerlukan angkur)Transfer prategang terjadi melalui kontak antara angkur dan beton penumpunya (jadi memerlukan angkur)

3Layout tendon terbatas berbentuk linearLayout tendon dapat dibuat fleksibel (menyesuaikan dengan bentuk bidang momen), umumnya berbentuk parabola

4Jenis tendon yang umum digunakan adalah strand atau kawat tunggal dan umumnya dilakukan pada produksi beton pracetak prategangMemerlukan selongsong (ducting) tendon

Metoda PratarikMetoda Pasca Tarik

Gambar 2.5 Metode Penarikan Beton Prategang

2.4Tegangan Izin Maksimum Beton dan Tendon 2.4.1 Tegangan Izin Beton Untuk Komponen Struktur Lentur1.Tegangan beton sesaat sesudah penyaluran gaya prategang (sebelum terjadinya kehilangan tegangan sebagai fungsi waktu) tidak boleh melampaui nilai berikut:a.Tegangan serat terluar b.Tegangan serat tarik terluar kecuali seperti yang diizinkan dalam (c) c.Tegangan serat tarik terluar pada ujung-ujung komponen struktur di atas perletakan sederhana Bila tegangan tarik terhitung melampaui nilai tersebut di atas, maka harus dipasang tulangan tambahan (non prategang) dalam daerah tarik untuk memikul gaya tarik total aksial dalam beton, yang dihitung berdasarkan asumsi suatu penampang utuh yang belum retak.2. Tegangan beton pada kondisi layan (sesudah memperhitungkan semua kehilangan prategang yang mungkin terjadi) tidak boleh melampaui nilai berikut :a.Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang,beban mati dan beban hidup tetap b.Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang,beban mati dan beban hidup totalc.Tegangan serat tekan terluar dalam daerah tarik yang padaawalnya mengalami tekanand.Tegangan serat tarik terluar dalam daerah tarik yang pada awalnya mengalami tekan dari komponen-komponen struktur (kecuali pada sistem pelatdua arah), dimana analisis yangdidasarkanpada penampang retak transformasi danhubungan momen-lendutan biliniermenunjukkan bahwa lendutan jangka panjangterpenuhi3.Tegangan izin dalam ketentuan no 1 dan 2 boleh dilampaui apabila dapat ditunjukkan dengan pengujian atau analisis bahwa kemampuan strukturnya tidak berkurang dan lebar retak yang terjadi tidak melebihi nilai yang disyaratkan.2.4.2 Tegangan Izin Beton Tendon Prategang1.Digunakan tendon VSL dengansifat-sifat:Diameter nominal= 12,5 mmLuas tampang nominal= 98,7 mm22.Beban putus minimum= 18,75 ton= 18750 kg= (18750x9,81) N= 183937,5 N3. Bebanleleh (20%)= 18750x0,8= 15000 kg= (15000x9,81) N= 147150 N4.Tegangan putus minimum(fpu)==1863,6 Mpa5. Tegangan leleh (fpy)== 1490,88 Mpa6.Modulus elastisitas (Es)= 200000 MpaTegangan tarik pada tendon prategang tidak boleh melampaui nilai berikut :1.Akibat pengangkuran tendon Tetapi tidak lebih besar dari nilai terkecil dan nilai maksimum yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat tendon prategang atau perangkat angkur.fp= 0,94 fpfp= 0,80 fpu

= 0,94x1490,88= 0,80x1863,6

= 1401,43 Mpa= 1490,88 Mpa

2. Sesaat setelah penyaluran gaya prategang Tetapi tidak lebih besar dari fp= 0,82 fpyfp= 0,74 fpu

= 0,82x1490,88= 0,74x1863,6

= 1222,52 Mpa= 1379,06 Mpa

3.Tendon pasca tarik, pada daerah angkur dan sambungan, segera setelah penyaluran gayafp= 0,70 fpu= 0,70x1863,6= 1304,52 Mpa

2.5Penyuntikan Tendon Pasca Tarik (Grouting)Untuk memberikan proteksi permanen pada baja pasca tarik dan untuk mengembangkan lekatan antara baja prategang dan beton di sekitarnya, saluran prategang harus diisi bahan suntikan semen yang sesuai dalam proses penyuntikan di bawah tekanan.2.5.1Material Penyuntikana. Semen PortlandSemen Portland harus sesuai dengan salah satu dari spesifikasi ASTM C150.Tipe I, II atau III. Semen yang digunakan untuk menyuntik harus segar dan tidak mengandung gumpalan apapun atau indikasi hidrasi atau pack setb. AirAir yang digunakan di dalam suntikan harus air layak minum, bersih dan tidak mengandung zat yang membahayakan semen Portland atau baja struktur.c. Bahan TambahanApabila menggunakan bahan tambahan, harus mengandung kadar air rendah, mempunyai aliran yang baik, bleeding dan ekspansi kecil.Serta tidak mengandung bahan kimiawi yang membahayakan baja prategang atau semen, seperti klorida, sulfat dan nitrat.

2.5.2Selongsonga. Cetakan (Ducts)1. Formed DuctsBahan selongsong yang digunakan berupa bahan yang tidak memungkinkan tembusnya pasta semen. Selongsong tersebut harus mentransfer tegangan lekatan yang dibutuhkan dan harus dapat mempertahankan bentuknya pada saat memikul beban beton. Selongsong logam harus berupa besi, yang dapat saja digalvanisasi.2. Cored DuctsSelongsong seperti ini dibentuk tanpa adanya tekanan yang dapat mencegah aliran suntikan.Semua material pembentukan saluran jenis ini disingkirkan.b. Celah atau Bukaan SuntikanSemua selongsong harus mempunyai bukaan untuk suntikan di kedua ujung.Untuk kabel drapped, semua titik yang tinggi harus mempunyai celah suntikan kecuali di lokasi dengan kelengkungan kecil, seperti pada slab menerus. Celah suntikan atau lubang buangan harus digunakan di titik-titik rendah jika tendon akan diletakkan, diberi tegangan dan disuntik pada cuaca beku. Semua celah atau bukaan suntikan harus dapat mencegah bocornya suntikan.c. Ukuran SelongsongUntuk tendonyang terdiri dari kawat atau strands, luas selongsong harus sedikitnya dua kali luasnetto baja prategang. Untuk tendon yang terdiri atas satu kawat, batang atau strands, diameter selongsongnya harus sedikitnya lebih besar dari pada diameter nominal kawat, batang atau strands.d. Peletakan SelongsongSesudah selongsong diletakan dan percetakan selesai, harus dilakukan pemeriksaan untuk menyelidiki kerusakan selongsong yang mungkin ada. Selongsong harus dikencangkan dengan baik pada jarak-jarak yang cukup dekat, untuk mencegah peralihan selama pengecoran beton. Semua lubang atau bukaan di selongsongan harus diperbaiki sebelum pengecoran beton. Celah atau bukaan untuk penyuntikan harus diangkur dengan baik pada selubung dan pada baja tulangan atau cetakan, untuk mencegah peralihan selama operasi pengecoran beton.2.5.3Proses Penyuntikana.Selongsong dinding beton (cored ducts) harus disemprot untuk menjamin bahwa beton dapat dibasahi dengan baik.b.Semua celah dan suntikan harus terbuka pada saat penyuntikan dimulai. Suntikan harus dapat mengalir dari celah pertama setelah pipa masukan sampai air pembersihan residual atau udara yang terperangkap telah dikeluarkan. Celah-celah lainnya harus ditutup secara berurutan dengan cara yang sama. Proses pemompaan pada masukan tendon tidak boleh melebihi 250 Psi (1700 kPa).c.Bahan suntikan harus dipompa melalui selongsong secara terus menerus ke luar pipa buangan sampai tidak ada air atau udara yang keluar. Waktu keluar bahan suntikan dari ujung selongsong tidak boleh kurang dari waktu pemberian bahan suntikan di awal selongsong. Untuk menjamin bahwa tendon tetap berisi dengan bahan suntikan, maka keluaran dan masukan harus ditutup. Tutup yang dibutuhkan tidak boleh lepas atau dibuka sampai bahan suntikan mengering.d.Apabila aliran searah bahan suntikan dari awal sampai ujung saluran tidak dapat dipertahankan, maka suntikan harus segera dikuras dari saluran dengan air.e.Pada temperatur di bawah 00 C, saluran harus dijaga bebas air untuk menghindari kerusakan akibat pembekuan.f.Temperatur tidak boleh lebih dari 1.670 Catau lebih tinggi dari temperatur pada saat penyuntikan sampai kubus suntikan yang berukuran 5,08 cm (2) mencapai kuat tekan sebesar 5,5 Mpa.g.Bahan suntikan tidak boleh melebihi 32,20 C selama pencampuran atau pemompaan. Jika perlu, pencampuran air harus dilakukan untuk pendinginan.

2.6Material Baja PrategangBaja yang dipakai pada prategang adalah kawat dengan mutu tinggi (cold-drawn high-tensile wires) atau batang baja alloy (alloy steel bars). Kawatkawat dapat dipakai tunggal atau dijalin menjadi strand.Istilahyang digunakan dalam beton prategang adalah :1.PratarikPemberian gaya prategang dengan menarik tendon sebelum beton dicor. 2.Pasca TarikCara pemberian tarikan dalam sistem prategang dimana tendon ditarik setelah beton mengeras.3.Prategang EfektifTegangan yang masih bekerja pada tendon setelah semua kehilangan tegangan terjadi, di luar pengaruh beban mati dan beban tambahan.

Gambar 2.6 Detail Balok Prategang

4.TulanganBatang baja berbentuk polos atau ulir atau pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen struktur beton, tidak termasuk tendon prategang kecuali bila secara khusus di ikut sertakan5.Tulangan PolosBatang baja yang permukaan sisi luarnya rata, tidak bersirip dan tidak berukir6.Tulangan UlirBatang baja yang permukaan sisi luarnya tidak rata, tetapi bersirip atau berukir7.Tulangan SpiralTulangan yang dililitkan secara menerus membentuk suatu ulir lingkaran silindris

Gambar 2.7 Detail Penulangan

8.StrandSekelompok kawat berbentuk helical mengelilingi sumbu memanjang yang terdiridari beberapa kawat lurus.9.TendonElemen baja, misalnya kawat baja, kabel batang, kawat untai atau suatu bundel dari elemen-elemen terebut yang digunakan untuk memberi gaya prategang pada beton

Gambar 2.8 Jenis Tendon Prategang10. Tendon Dengan LekatanTendon yang direkatkan pada beton baik secara langsung ataupun dengan cara grouting.

Gambar2.9 Selongsong (Duct) Tendon11. Gaya JackingGaya sementara yang ditimbulkan oleh alat yang mengakibatkan terjadinya tarik pada tendon dalam beton prategang.

Gambar 2.10 Prosedur Jacking

Gambar 2.11 Jacking Tendon Prategang

Gambar 2.12 Tendon yang telah di Jacking

12.AngkurSuatu alat yang digunakan untuk menjangkarkan tendon kepada komponen struktur beton dalam sistem pasca tarik atau suatu alat yang digunakan untuk menjangkarkan tendon selama proses pengerasan beton dalam sistem pra tarik.13.Perangkat AngkurPerangkat yang digunakan pada sistem prategang pasca tarik untuk menyalurkan gaya pasca tarik dari tendon ke beton.14.Perangkat Angkur Strand TunggalPerangkat yang digunakan untuk strand tunggal atau batang tunggal berdiameter 16 mm dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.15.Perangkat Angkur Strand MajemukPerangkat yang digunakan untuk strand, batang atau kawat majemuk, atau batang tunggal berdiameter lebih besar dari pada 16 mm dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.16.Zona AngkurBagian komponen struktur prategang pasca tarik dimana gaya prategang terpusat disalurkan ke beton dan disebarkan secara lebih merata ke seluruh bagian penampang. Panjang daerah zona angkur ini adalah sama dengan dimensi tersebar penampang. Untuk perangkat angkur tengah, zona angkur mencakup daerah terganggu di daerah dan di belakang perangkat angkur tersebut.

Gambar 2.13 Contoh Angkur Hidup untuk Multistrand (VSL)

Gambar 2.14 Contoh Angkur Tengah (VSL)

Gambar 2.15 Contoh Angkur Mati Anchorage Plate (VSL)

Gambar 2.16 Contoh Angkur Mati Spacer Plate (VSL)

Gambar 2.17 Contoh Angkur Kopel (VSL)

2.7.Pekerjaan Prestressing Oleh Voorspan System Losinger (VSL)Hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan PCI Girder ini adalah elevasi stressing bed. Lokasi post tensioning harus diusahakan sedatar mungkin agar tidak menyebabkan girder mengalami perpindahan dalam arah lateral. Setelah itu kesembilan segmen balok girder yang telah menjadi satu kesatuan dijajarkan sesuai bagiannya. Sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu perletakan sementara untuk masing-masing segmen. Di bagian ujung pertemuan harus diberi oli atau pelumas agar balok dapat bergerak mengimbangi gaya pratekan yang diberikan. Kabel strand dipotong sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pemotongan diusahakan seminimal mungkin agar tidak ada kabel yang terbuang. Berikutnya kabel strand dimasukkan ke dalam duct secara manual pada tiap-tiap tendon sesuai dengan perencanaan. Lalu dipasang pengunci kabel strand di ujung kabel. Penegangan (stressing) dilakukan sampai tegangan 8.000 Psi dengan dilakukan pengontrol tegangan dan perpanjangan kabel. Pencatatan dilakukan pada setiap kenaikan tegangan 1.000-2.000 Psi. Dan hasilnya dibandingkan dengan perhitungan teoritis yang dilakukan sebelum penarikan.

START

Pemilihan jenis beton prategang

Tafsiran dimensi PC I girder

Perhitungan momen statis tak tentu

Menentukan gaya prategang

Tata letak kabel (tendon)

Kehilangan gaya prategang

Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang, kontrol lendutan

NOT OK

Perhitungan geserOK

Kontrol tegangan di belakang angker

FINISH

Gambar 2.18 Diagram Alur Kerja Pekerjaan PrestressingSumber : Rencana Mutu Proyek Jalan Lingkar Timur Cianjur

2.7.1Material Prestressing1.Strand (kabel strand)Baja yang dipakai pada prategang adalah kawat dengan mutu tinggi (cold-drawn high-tensile wires) atau batang baja alloy (alloy steel bars). Kawatkawat dapat dipakai tunggal atau dijalin menjadi strand. Beberapa steel wire yang disatukan secara spiral menjadi satuan kabel Strand.

Gambar 2.19 Kabel StrandSumber : Dokumentasi Penyusun

2.Duct Pembungkus strand dengan bahan dasar galvanizet zinc yang dibentuk berupa pipa berulir.

GGambar 2.20 DuctSumber : Dokumentasi Penyusun

3.Angkur-angkur Terdiri dari dua macam yaitu angkur hidup dan mati, sedangkan yang digunakan dalam proses pelaksanaan stressing PCI Girder pada proyek pembangunan Railway Fly Over Maleber adalah angkur hidup dan angkur mati.

Gambar 2.21 Angkur Hidup Multistrand (VSL)Sumber : Dokumentasi Penyusun

Gambar 2.22 Angkur Mati Anchorage Plate (VSL)Sumber : Dokumentasi Penyusun

4.Non shrink additive untuk groutingMixing beton yang digunakan untuk mengisi selongsong/duct setelah streesing dengan campuran semen, air,dan aditif.

Gambar 2.23 Non Shrink AdditiveSumber : Dokumentasi Penyusun

2.7.2Peralatan Pekerjaan PrestressingUntuk persiapan pekerjaan stressing kabel strand diperlukan kelengkapan alat. Adapun alat yang digunakan adalah :1.Kabel Strand Fungsi kabel strand ini sebagai bahan dasar untuk membuat beton prategang dalam pekerjaan stressing.

Gambar 2.24 Kabel StrandSumber : Dokumentasi Penyusun

2.Hydroulic pump PE 550 (1 phase) Fungsi Hydroulic pump PE 550 (1 phase) ini untuk mengukur kuat tekan tendon prategang dan lendutan pada saat dilakukan stressing. Adapun spesifikasi alat tersebut antara lain adalah : Power 10 Aa. Voltage 220 Voltb. Max preasures 10000 psic. Capacity tong 9 liter

Gambar 2.25 Hydroulic Pump PE 550 (1 Phase)Sumber : Dokumentasi Penyusun3.Hydroulic jack TCH Fungsi Hydroulic jack TCH ini untuk mengangkat beban berat. Adapun spesifikasi alat tersebut antara lain adalah :a. Capacity 20 tonb. Weight 17 kgc. Stroke 300 mm

Gambar 2.26 Hydroulic Jack TCHSumber : Dokumentasi Penyusun

4.Hydroulic jack SA 507/2 PE 7/A (75) Fungsi Hydroulic jack SA 507/2 PE 7/A (75) ini untuk menarik kabel tendon prategang pada saat dilakukan stressing. Adapun spesifikasi alat tersebut antara lain adalah :a.Capacity 105 tonb.Weight140 kgc.Stroke 150 mm

Gambar 2.27 Hydroulic Jack SA 507/2 PE 7/A 75) Sumber : Dokumentasi Penyusun

5. Gerinda Fungsi gerinda ini untuk memotong material kabel tendon yang sudah selesai distressing.

Gambar 2.28 Gerinda Sumber : Dokumentasi Penyusun

6. Selang Grouting Fungsi selang grouting ini untuk saluran bahan grouting dari alat pengadukan bahan grouting ke selongsong.

Gambar 2.29 Selang Grouting Sumber : Dokumentasi Penyusun

7. Campuran Mortar Fungsi campuran mortar merupakan satu komponen semen grouting yang digunakan untuk mengisi celah/lubang-lubang seperti pada pondasi mesin, kolom baja, angkur baut, dan dapat juga dipergunakan untuk memperbaiki beton yang keropos.

Gambar 2.30 Campuran Mortar Sumber : Dokumentasi Penyusun

2.8Pelaksanaan Sistem Pasca Tarik (Post Tension)

Gambar 2.31 Metoda Post Tension Sumber : Dokumentasi Penyusun

Keterangan pekerjaan post tension secara garis besar :a.Tendon prategang ditarik setelah beton mengeras.b.Memerlukan selongsong (ducting) tendonc.Transfer prategang terjadi melalui kontak antara angkur dan beton penumpunya.

2.8.1Pekerjan Stressing Post TensionTahapan pekerjaan meliputi :1.Persiapan stressing dimulai dari saat PC I girder diturunkan dari trailer dengan 1 alat crane yang berada di stockyard.2.Proses leveling, yaitu memposisikan balok girder agar permukaan rata.

3.Proses pemasukan kabel strand kedalam lubang blister yang telah ditentukan sesuai gambar, jumlah kabel dalam satu lubang blister berjumlah 15 kabel, kabel dimasukkan sampai terlihat keluar di sisi PC I girder yang lain.

3. Setelah dimasukkan kabel strand, mulai proses pemasangan alat jack hidrolik pada salah satu ujung balok girder yang telah diangkur mati salah satu ujungnya untuk dilakukan stressing dengan bantuan crane.

5Stressing dilakukan dengan menggunakan alat jack (ditekan dengan kekuatan 400 Bar), sehingga menimbulkan lendutan ke atas sebesar 1/400 L. Lendutan diukur dengan alat Hydroulic pump PE 550 (1 phase). 6.Stressing berhenti bila menurut perhitungan tekanan stressing telah mencapai 100%.7.Jack hidrolik dilepas dari kabel strand yang telah tertarik.8.Dilakukan pengukuran panjang kabel strand.

.9.Lalu pekerja memotong kabel strand menggunakan gerinda hingga terlihat sekitar 5 cm dari angkur selongsong.

10.Lubang tendon yang telah berisi kabel strand yang sudah dipotong diberi selang untuk grouting, lalu kabel tersebut ditutup dengan mortar untuk menutup permukaan kabel strand agar tidak terlihat keluar.