bab ii baru 11 06

27
BAB II LANDASAN TEORITIS 1. Konsep Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). (Notoatmodjo S, 2012 : 138). 2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo S (2012 : 138-140) pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara

Upload: alabdhi

Post on 19-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ispa

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II BARU 11 06

BAB II

LANDASAN TEORITIS

1. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan

sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan

indra penglihatan (mata). (Notoatmodjo S, 2012 : 138).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo S (2012 : 138-140) pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.

Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan hanya sekedartahu terhadap

objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

Page 2: BAB II BARU 11 06

harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang

diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut dalam situasi yang lain.

d. Analisa (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai

pada tingkat analisisadalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakan, memisahkan, mengelompokan, membuat diagram

(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkumatau meletakan dalam suatu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain

sintesis adalahsuatu kemampuanuntuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Page 3: BAB II BARU 11 06

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu criteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Roger (1974) mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di

dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni:

a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek)

b. Interest (merasa tertarik), dimana orang mulai tertarik pada

stimulusi.

c. Evaluation (menilai), dimana seeorang mulai menimbang-nimbang

terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial (mencoba), dimana orang telah mulai mencoba berperilaku

baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap

stimulus.

e. Adoption (adaptasi), Dimana subjek sudah mulai berprilaku baru

sesuai dengan pengetahuan.

Selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak

selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau

adopsi perilaku melalui proses seperti proses di atas yaitu didasari oleh

pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan

langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh

Page 4: BAB II BARU 11 06

pengetahuan kesadaran maka tidak akan bangsung lama (Notoatmodjo S,

2012 : 145).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Menurut A. Wawan dan Dewi, 2011:16-17) ada 2 faktor yang

mempengaruhi pengetahuan, yaitu :

a. Faktor internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju

kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk

berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Menurut YB Mantra yang

dikutip Notoadmodjo (2003), pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang

akan pola hidup terutama dalam motivasi untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan.

Pendidikan dasar dari SD sampai SMP, pendidikan

menengah yaitu SMA, sedangkan pendidikan Tinggi yaitu

Perguruan Tinggi (Nursalam, 2008).

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam

(2003), pekerjaan adalahkeburukan yang harus dilakukan

Page 5: BAB II BARU 11 06

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarga.

3) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam

(2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai

saat lahir sampai berulang tahun. Sedangkan menurut

Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir

dan bekerja.

Menurut Potter patricia A, 2005:705 usia terbagi

menjadi dewasa awal dari umur 21-40 tahun, dewasa

menengah dari umur 41-65 tahun, sedangkan usia tua dari

umur > 65 tahun.

b. Faktor Ekternal

1) Faktor Lingkungan

Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam

(2003), lingkungan merupakanseluruh kondisi yang ada di

sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku seseorang atau

kelompok (Wawan dan Dewi, 2011:18)

2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhidari sikap dalam menerima informasi

(Wawan dan Dewi, 2011:18).

Page 6: BAB II BARU 11 06

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo, 2003:11

ada 2 cara (Wawan dan Dewi, 2011:14-15)

a. Cara kono

1) Cara coba salah (Trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba

salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila memungkinkan

itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain

sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa

pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun

informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai

prisip orang lain yang menerima mempunyai yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa

menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya

baik berdasarakan fakta empiris maupun penalaran

sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai

upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang

Page 7: BAB II BARU 11 06

kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi.

b. Cara modern

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih

popular atau disebut metodelogi penelitian. Cara ini mula-mula

dikembangkan oleh Francis Bacon, kemudian dikembangkan oleh

Deobold Van daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan

penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

5. Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Aritkunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan diinterpresentasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

a. Baik : 76-100%

b. Cukup : 56-75%

c. Kurang : < 56% (Wawan dan Dewi 2011:18)

2. Perilaku Kesehatan

Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skiner maka perilaku

kesehatan (health behavior) adalah respons seseorang terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang

mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan,

minuman, dan pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu perilaku kesehatan ini

pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua, yakni:

Page 8: BAB II BARU 11 06

a. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Oleh

sebab itu perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behavior),

yang mencakup perilaku-perilaku (overt dan overt behavior) dalam

mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab atau

masalah dan penyebab masalah kesehatan (perilaku preventif), dan

perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku

promotif).

b. Perilaku orang yang sakit atau yang telah terkena masalah

kesehatan, untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan

masalah kesehatannya. Oleh sebab itu perilaku ini disebut perilaku

pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior).

(Notoatmodjo, Soekidjo, 2010 : 23-24)

Becker (1979) membuat kelarifikasi lain tentang perilaku kesehatan

dan membedakannya menjadi tiga, yaitu:

a. Perilaku sehat (healthy behavior)

Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-

kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan.

b. Perilaku sakit (illness behavior)

Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau

kegiatan seseorang yang sakit atau terkena masalah kesehatan atau

keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau teratasi masalah

kesehatan yang lain.

c. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior)

Page 9: BAB II BARU 11 06

Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai

peran (roles), yang mencakup hak-hkanya (rights), dan kewajiban

sebagai orang sakit (obligation).Menurut Becker hak dan

kewajiban orang yang sedang sakit adalah merupakan perilaku

peran orang sakit (the sick role behavior). (Notoatmodjo, Soekidjo,

2010 : 25-26).

3. Konsep Dasar ISPA

1. Definisi

Istilah ISPA mengandung 3 unsur, yaitu infeksi, saluran

pernafasan, dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing unsur

adalah sebagai berikut :

a. Yang dimaksud dengan infeksi adalah masuknya kuman atau

mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak

sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b. Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ yang mulai

dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-

sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA secara

anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan

bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa

saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru termasuk

dalam saluran pernafasan (respiratory tract).

c. Yang dimaksud dengan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung

sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan

Page 10: BAB II BARU 11 06

proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat

digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14

hari (DepKes. RI, 1998).

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa ISPA adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil

menyerang alat-alat tubuh yang dipergunakan untuk bernafas yaitu mulai

dari hidung, hulu kerongkongan, tenggorokan, batang tenggorokan sampai

ke paru-paru, dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

2. Etiologi/Penyebab

Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis penyakit bakteri,

virus, dan riketsia

a) Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus,

Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetela, dan

Korinebakterium.

b) Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus,

Adenvirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan

lain-lain (DepKes.RI, 1998 ).

3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa :

a. Batuk

b. Kesulitan bernafas

c. Sakit tenggorokan

d. Pilek

e. Demam

Page 11: BAB II BARU 11 06

f. Sakit kepala

(DepKes, 1993).

Tanda dan gejala ISPA menurut Widiyono, 2011:205-206

a. Tidak bisa minum

b. Kejang

c. kesadaran menurun

d. tridor

e. gizi buruk

f. demam atau dingin (khusus untuk bayi berusia <2 bulan)

g. gejala juga bisa diketahui berdasarkan klasifikasi nafas cepat bila anak

usia:

1. <2 bulan : 60 kali per menit atau lebih

2. 2 bulan sampai < 1 tahun : 50 kali per menit atau lebih

3. 1 tahun sampai 5 tahun : 40 kali per menit atau lebih

h. gejala yang lain berdasarkan klasifikasi penyakit :

1. Tanda nafas cepat bukan pneumonia

2. dengan nafas cepat saja pneumonia

3. ada tanda bahaya pneumonia berat (Widiyono, 2011: 205-206)

4. Patofisiologi

Masuknya kuman atau virus ke dalam tubuh melalui sistem

pernafasan mengakibatkan terjadinya reaksi antigen dan antibody pada

salah satu tempat tertentu di saluran nafas bagian atas. Reaksi tersebut

berupa reaksi radang, sehingga banyak sekali dihasilkannya sekret, dari

reaksi radang tersebut akan merangsang interleukin 1 yang berupa

Page 12: BAB II BARU 11 06

pengeluaran mediator kimia berupa prostaglandin, hal tersebut akan

menggeser sel point pada hipotalamus posterior yang mengakibatkan

tubuh menggigil dan demam. Reaksi tersebut disebut dengan comoon cold.

Respon batuk akan muncul seiring dengan terangsangnya villi-villi saluran

pernafasan akibat adanya mukus. (Khaidirmuhaj, 2008)

a. Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi menjadi 3 tahap yaitu :

Tahap prepatogenisis : penyebab ada, tetapi belum menunjukan reaksi

apa- apa.

b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa tubuh

menjadi lemah apabila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya

rendah.

c. Tahap dini penyakit : Mulai dari munculnya gejala penyakit dibagi

menjadi 4 yaitu ; dapat tumbuh sempurna, sembuh dengan atelektatis,

menjadi teronis dengan meninggal akibat pneumonia. (Vietha, 2009).

5. Klasifikasi ISPA

a. Ringan (bukan pneumonia)

Batuk tanpa pernafasan cepat/kurang dari 40 kali/menit, hidung

tersumbat/berair, tenggorokan merah, telinga berair.

b. Sedang (pneumonia)

Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari

telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan

pembesaran kelenjar limfe yang nyeri tekan (adentis servikal).

c. Berat (pneumonia)

Page 13: BAB II BARU 11 06

Batuk dengan nafas berat, cepat dan stridor, membran keabuan di

laring, kejang, apnea, dehidrasi berat / tidur terus, tidak ada sianosis.

d. Sangat Berat

Batuk dengan nafas berat, cepat, stridor, dan sianosis serta tidak

minum.

(Depkes, 2002)

6. Pengobatan dan Perawatan ISPA Ringan

Pengobatan dan perawatan penderita ISPA ringan dilakukan di rumah. Jika

anak menderita ISPA ringan maka yang harus dilakukan adalah hal-hal

sebagai berikut (DepKes, 2010).

a. Demam

Bila demam dilakukan kompres.

Cara mengompres adalah sebagai berikut :

1) Ambillah secarik kain yang bersih (saputangan atau handuk kecil).

2) Basahi atau rendam kain tersebut dalam air dingin yang bersih atau

rendam kain tersebut dalam air dingin yang bersih atau air es,

kemudian peras.

3) Letakkan kain di atas kepada atau dahi anak tapi jangan menutupi

muka.

4) Jika kain sudah tidak dingin lagi basahi lagi dengan air, kemudian

peras lalu letakkan lagi di atas dahi anak.

5) Demikian seterusnya sampai demam berkurang.

6) Berikan obat penurun panas dari golongan parasetamol.

Page 14: BAB II BARU 11 06

b. Pilek

Jika anak tersumbat hidungnya oleh sekret maka usahakanlah

membersihkan hidung yang tersumbat tersebut agar anak dapat

bernafas dengan lancar. Membersihkan sekret harus hati-hati agar

tidak melukai hidung.

1) Hal-hal lain yang perlu diperhatikan

Suruhlah anak beristirahat atau barbaring di tempat tidur.

2) Berikan cukup minum tapi jangan berikan air es atau minuman

yang mengandung es. Dapat diberikan teh manis, air buah atau

pada bayi dapat diberikan air susu ibu.

3) Berikan makanan yang cukup dan bergizi.

4) Anak jangan dibiarkan terkena hawa dingin atau hawa panas.

Pakaian yang ringan hendaknya dikenakan pada anak tersebut.

5) Hindarkanlah orang merokok dekat anak yang sakit dan hindarkan

asap dapur atau asap lainnya mengenai anak yang sakit.

6) Perhatikan apakah ada tanda-tanda ISPA sedang atau ISPA berat

yang memerlukan bantuan khusus petugas kesehatan.

7. Pencegahan ISPA

a. Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik

b. Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

e. Pengobatan segera

Page 15: BAB II BARU 11 06

4. Konsep Dasar Balita

1. Pengertian

Yang dimaksud dengan balita atau bawah lima tahun adalah semua

anak termasuk bayi baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat lima

tahun (empat tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan

notasi 0-4 tahun (Maryunani, 2010:6).

Balita adalah anak yang berusia sejak baru dilahirkan sampai anak

berusia 5 tahun (Depkes, 1996).

2. Ciri-ciri balita sehat

Menurut Depkes RI 1996 ciri balita sehat adalah :

a. Tumbuh dengan baik, yang dapat dilihat dari naiknya berat badan dan

tinggi badan secara teratur dan proporsional

b. Tingkat perkembangan sesuai dengan tingkat umurnya

c. Tampak aktif, gesit, dan gembira

d. Mata bersih dan bersinar

e. Nafsu makan baik

f. Bibir dan lidah tampak segar

g. Pernafasan tidak berbau

h. Kulit dan rambut tampak bersih dan kering

i. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan

(Santoso dan Lies, 2004)

3. Perkembangan Anak Balita

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita.

Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan

Page 16: BAB II BARU 11 06

menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini

perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,

emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan

perkembangan berikutnya.Perkembangan moral serta dasar-dasar

kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Sehingga setiap kelainan sekecil

apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik,

akanmengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari

(Soetjiningsih, 1995: 29).

4. Kesehatan Anak Balita

Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua, yaitu

dengan cara segera membawa anaknya yang sakit ketempat pelayanan

kesehatan yang terdekat. Jangan sampai penyakit sudah menjadi parah,

yang bisa membahayakan jiwanya.Pertolongan pertama dengan oralit oleh

ibu dirumah pada anak yang diare, dapat menurunkan angka kematian

akibat diare.Demikian pula dengan penyakit ISPA yang sering memberi

dampak pada tumbuh kembang anak harus ditanggulangi sedini mungkin.

Balita yang sehat pada umumnya akan tumbuh dengan baik. Berbeda

dengan anak yang sering sakit, biasanya pertumbuhannya akan terganggu.

Oleh karena itu kita perlu memberikan makanan ekstra pada setiap anak

sesudah menderita sesuatu penyakit.Balita yang menderita penyakit

menahun seperti asma, sakit jantung, sakit ginjal dll, tidak hanya ter-

ganggu tumbuh kembangnya tetapi juga pendidikannya.Oleh karena itu

kita harus memberikan perhatian ekstra pada anak-anak ini (Soetjiningsih,

1995: 135).

Page 17: BAB II BARU 11 06

5. Tahapan-tahapan balita

Menurut Kurniasih (2007), balita dibagi menjadi beberapa tahapan

perkembangan dan setiap perkembangan balita mempunyai beberapa

masalah yaitu :

1. Balita ( 1- 3 tahun )

Sulit makan mulai setelah balita mengenal dan mempelajari

makanan baru atau orang tua yang terburu-buru mengharapkan balita

bisa makan sesuai yang diharapkan. Adanya ganguan perhatian dari

lingkungan menjadi penyabab utama balita malas makan, pada usia

ini anak mulai menaruh minat yang besar terhadap lingkungannya,

apalagi secara fisiologis anak sudah bberjalan dan cepat

mengembangkan kemampuan motoriknya yaitu lebih menyukai jalan-

jalan diri pada disuruh berhenti dulu untuk makan. Sedangkan anak

pada usia dua tahun lebih menyukai bermain dengan balok kayunya

daripada disuruh benhenti dulu untuk makan

2. Pra sekolah (3 – 5 tahun)

Mengembangkan keterampilan sosial menjadi ciri khas pada

anak usia pra sekolah karena umumnya anak sudah masuk taman

bermain atau taman kanak-kanak. Akibat pergaulan dan ditambah

dengan lemampuan menyerap informasi yang cepat, membuat anak

mulai mengenal jajanan seperti cemilan dikantin. Akibatnya anak

akan kehilangan selera pada saat makanan utama sehingga anak

Page 18: BAB II BARU 11 06

menjadi sulit makan dan pemilih, kondisi ini akan semakin

diperburuk oleh sikap orang tua yang selalu mengalah agar anak

mereka mau makan.

6. Perkembangan Balita

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena

pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan

menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini

perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,

emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan

perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar

kepribadian yang dibentuk pada masa ini.

Dalam perkembangan balita terdapat masa kritis, dimana diperlukan

rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang,

sehingga perlu mendapat perhatian. Perkembangan psiko sosial sangat

dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua.

Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai

dengan kebutuhan anak, berbagai tahap perkembangannya bahkan sejak

bayi masih dalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak

mendukung akan menghambat perkembangan anak (Kurniasih, 2007).