bab ii baru

37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Linn 1. Taksonomi Kingdom : Animalia Filum : Nemathelminthes Kelas : Nematoda Subkelas : Secernentea Bangsa : Ascaridida Superfamili : Ascaridoidea Family : Ascarididae Marga : Ascaris Spesies : Ascaris lumbricoides Linn 21 2. Morfologi

Upload: kolot-kolot-kasep

Post on 25-Oct-2015

45 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II BARU

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ascaris lumbricoides Linn

1. Taksonomi

Kingdom : Animalia

Filum : Nemathelminthes

Kelas : Nematoda

Subkelas : Secernentea

Bangsa : Ascaridida

Superfamili : Ascaridoidea

Family : Ascarididae

Marga : Ascaris

Spesies : Ascaris lumbricoides Linn21

2. Morfologi

Famili Ascarididae merupakan nematoda yang berukuran

paling besar, beberapa spesies diantaranya dapat mencapai panjang

45 cm atau lebih. Salah satu spesies tertua yang telah diketahui

Page 2: BAB II BARU

berhubungan dengan manusia adalah Ascaris lumbricoides. Cacing

jantan memiliki panjang 15 – 30 cm dan diameter 2 – 4 mm pada

bagian tubuh yang paling lebar. Mempunyai 3 bibir pada ujung

anterior kepala dan mempunyai gigi-gigi kecil atau dentikel

dipinggirnya. Cacing jantan mempunyai 2 buah spikulum yang

dapat keluar dari kloaka. Cacing betina memiliki panjang 20 – 49

cm dan diameter 3 – 6 mm. Memiliki vulva pada sepertiga anterior

panjang tubuh dan ovarium yang luas. Uterusnya dapat berisi

sampai 27 juta telur pada satu waktu, dengan 200.000 butir telur

yangdapat dihasilkannya setiap hari.22

Terdapat 2 macam telur yang dihasilkan, yaitu telur yang

dibuahi dan telur yang tidak dibuahi. Telur yang dibuahi dihasilkan

oleh cacing betina setelah kopulasi, dan jumlahnya sekitar 200.000

per hari, sedangkan telur yang tidak dibuahi dihasilkan oleh betina

yang tidak berkopulasi dengan jantan. Telur yang dibuahi

berbentuk oval pendek dengan panjang 50 – 70 μm dan lebar 40 –

50 μm.

Lapisan terluar berupa protein, dan lapisan di bagian

dalamnya dapat dibedakan menjadi kulit telur yang transparan dan

membran vitelinus yang bergelombang. Telur yang terdapat pada

feces biasanya berwarna kuning kecoklatan, karena lapisan protein

menyerap zat warna empedu. Terkadang, jika telur kehilangan

lapisan proteinnya, identifikasi terhadap telur cacing menjadi lebih

sulit. Hal ini disebabkan karena lapisan protein tersebut tidak

Page 3: BAB II BARU

berwarna, sehingga jika lapisan proteinnya hilang, maka telur

cacing tersebut menjadi tidak berwarn.23 Telur yang tidak dibuahi

lebih bervariasi dalam bentuk dan ukuran, dengan panjang 60 –

100 μm dan lebar 40 – 60 μm. Memiliki lapisan protein dan kulit

telur yng lebih tipis, dan berisi granula-granula dengan berbagai

ukuran.23

3. Habitat dan Daur Hidup

Ascaris lumbricoides tidak membutuhkan hospes perantara.

Hospes

utamanya adalah manusia, tetapi juga dapat hidup di babi, babi

hutan liar, simpanse, gorila, orangutan, siamang, dan lain-lain.23

Infeksi pada manusia terjadi karena menelan telur cacing yang

dibuahi (infektif), yang berasal dari tanah yang terkontaminasi.

Pada saluran pencernaan, telur menempel pada lambung dan usus,

dan kemudian menetas menjadi larva. Larva ini kemudian

melakukan penetrasi ke dinding saluran cerna, masuk pembuluh

porta lalu dibawa ke jantung, dan dari sini kemudian larva dibawa

ke sirkulasi pulmonal menuju paru-paru. Larva di paru menembus

kapiler paru, dan setelah 10 hari berada di paru larva menembus

dinding alveoli, migrasi ke bronki lalu mencapai trakhea dan

pharynx, kemudian tertelan. Larva kemudian berubah menjadi

cacing dewasa di saluran cerna, yang akhirnya menghasilkan telur

Page 4: BAB II BARU

yang akan keluar lewat feces. Keseluruhan proses daur hidup

cacing mulai dari telur tertelan sampai cacing dewasa bertelur

membutuhkan waktu 8 – 12 minggu. Selama hidupnya, cacing

betina dewasa mampu menghasilkan lebih dari 60.000.000 telur.24

Tabel 2.1. Karakteristik Ascaris lumbricoides.25

Karakteristik

- Ukuran cacing dewasaJantan - Panjang 15 – 30 cm,

Lebar 0,2 – 0,4 cmBetina - Panjang 20 – 35 cm

Lebar 0,3 – 0,6 cm

- Ukuran cacing dewasa - 1 – 2 tahun- Lokasi cacing dewasa - Usus halus

- Ukuran telur - Panjang 60 – 70 µm Lebar 40 – 50 µm

- Jumlah telur/cacingbetina/hari - ± 200 000 telur

4. Penyebab

Penyebab ascariasis adalah cacing Ascaris suum dari babi,

yang mempunyai morfologi mirip Ascaris lumbricoides pada

manusia.3

Page 5: BAB II BARU

5. Sumber Penular

Sumber penular ascariasis adalah ternak babi. Telur cacing

penyebab ascariasis dikeluarkan oleh babi kemudian mencemari

tanah, air sumur, sayur atau buah.3

6. Patologi dan Gambaran Klinis

Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh

cacing maupun larvanya.26 Patogenesis yang disebabkan oleh

Ascariasis berhubungan dengan (a) respon imun hospes, (b) efek

dari migrasi larva, (c) efek mekanis dari cacing dewasa, dan (d)

defisiensi nutrisi akibat keberadaan cacing dewasa.24 Ketika larva

cacing menembus kapiler paru dan sampai ke saluran pernapasan,

dapat terjadi perdarahan kecil di berbagai tempat yang dilaluinya.

Jika infeksi berat, akan menyebabkan akumulasi darah, yang akan

menginisiasi edema dan akhirnya terjadi sumbatan pada jalan

napas. Pada foto toraks tampak infiltrat yang menghilang dalam

waktu 3 minggu. Keadaan tersebut disebut sindrom Loeffler.25

Kongesti ini ditambah dengan akumulasi sel darah putih

dan sel epithel mati, disebut dengan Ascaris pneumonitis atau

Loeffler’s pneumonia.22 Ascaris pneumonitis ini biasanya disertai

dengan reaksi alergi yang terdiri dari dyspnea, batuk kering

Page 6: BAB II BARU

maupun batuk produktif, wheezing, demam (39,9 – 40oC), dan

eosinophilia. Migrasi cacing dewasa mengakibatkan terjadinya

sumbatan saluran cerna, yang kemudian dapat masuk ke saluran

empedu, saluran pankreas, atau masuk ke dalam hati dan cavum

peritoneal. Cacing dewasa ini juga dapat migrasi keluar lewat anus,

mulut, atau hidung.24 Pada anak-anak, dapat terjadi malnutrisi,

pertumbuhan yang tidak sempurna, dan ketidakseimbangan

kemampuan kognitif, jika infeksinya berat.22

7. Distribusi Geografik

Parasit ini ditemukan kosmopolit. Survey yang dilakukan di

beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi A.

lumbricoides masih cukup tinggi sekitar 60 – 90%.25

8. Diagnosis

Cara menegakkan diagnosis penyakit adalah dengan

pemeriksaan tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja

memastikan diagnosis askariasis. Selain itu diagnosis dapat dibuat

bila cacing dewasa keluar sendiri baik melalui mulut atau hidung

karena muntah maupun melalui tinja.25

Page 7: BAB II BARU

9. Pengobatan

Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara

masal. Untuk perorangan dapat digunakan bermacam-macam obat,

misalnya piperasin, pirantel pamoat 10 mg/kg berat badan, dosis

tunggal mebendazol 500 mg atau albendazol 400 mg.

Pengobatan masal dilakukan oleh pemerintah pada anak

sekolah dasar dengan pemberian albendazol 400 mg 2 kali

setahun.25

10. Prognosis

Pada umumnya ascariasis mempunyai prognosis baik.

Tanpa pengobatan, penyakit dapat sembuh sendiri dalam waktu 1,5

tahun. Dengan pengobtan, angka kesembuhan 70 – 99%.25

B. Ascaris suum Goeze

1. Taksonomi

Kingdom : Animalia

Filum : Nemathelminthes

Kelas : Nematoda

Subkelas : Secernentea

Page 8: BAB II BARU

Bangsa : Ascaridida

Superfamili : Ascaridoidea

Famili : Ascarididae

Marga : Ascaris

Spesies : Ascaris suum Goeze.21

2. Deskripsi Cacing

Spesies ini pertama kali ditemukan dalam tubuh babi dan

dinamai sebagai spesies yang terpisah dari Ascaris lumbricoides.

Morfologi dari Ascaris suum hampir sama dengan Ascaris

lumbricoides, mulai dari telur sampai cacing dewasa, dan

perbedaan diantara keduanya tidak dapat diamati dengan

mikroskop cahaya biasa. Sampai saat ini, banyak penelitian telah

dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara A. lumbricoides dan

A. suum secara jelas. Penelitian dengan menggunakan mikroskop

elektron menunjukkan sedikit perbedaan diantara keduanya pada

geligi dan bibir. Adanya beberapa pola ikatan molekul protein yang

sama antara A. lumbricoides dan A. suum mencerminkan hubungan

genetik yang cukup dekat, sekaligus menunjukkan adanya

kemungkinan terjadinya hibridisasi antara A. lumbricoides dan A.

suum. Dan adanya beberapa pola ikatan protein yang berbeda

Page 9: BAB II BARU

menunjukkan bahwa A. lumbricoides dan A. suum adalah spesies

yang benar-benar berbeda.27

Gambar 2.1. Cacing Ascaris suum Goeze28

3. Daur Hidup

Daur hidup dan perjalanan infeksi antara A. lumbricoides

dan A. suum juga hampir sama, dengan sedikit perbedaan.23 Cacing

dewasa Ascaris suum memproduksi telur setelah 2 – 3 bulan. Telur

ini kemudian tertelan sampai pada saluran cerna dan menetas

menjadi larva. Larva cacing ini tidak melakukan penetrasi langsung

setelah menempel pada dinding saluran cerna, tetapi hanya transit

sebentar pada usus halus dan melakukan penetrasi pada mukosa

caecum dan kolon bagian atas. Kemudian cacing ini terakumulasi

di hati sampai 48 jam.22 Dari sini larva masuk ke pembuluh porta,

bermigrasi mengikuti aliran darah sampai ke bronkus paru.

Larva kemudian tertelan, menetap di usus halus, dan

menjadi paten dalam waktu 6 sampai 8 minggu, dan selanjutnya

Page 10: BAB II BARU

dapat memulai siklus baru dengan penetasan telur oleh cacing

dewasa yang dikeluarkan melalui feces.29 Hospes utama A. suum

adalah babi, meskipun dapat pula menjadi parasit pada tubuh

manusia, sapi, kambing, domba, anjing, dan lain-lain, dengan

distribusi yang luas di seluruh dunia. Untuk menghindari infeksi

pada manusia, babi harus dalam kondisi higienis sebelum

dikonsumsi.23

Gambar 2.2. Daur hidup cacing Ascaris suum Goeze.29

4. Penularan

Telur A. suum umumnya mengalami perkembangan

embrional di tanah selama 3 – 4 minggu. Telur juga dapat terbawa

oleh angin bersamaan dengan debu. Setelah telur menetas, larva

cacing dapat bertahan selama beberapa bulan. Apabila tertelan oleh

manusia, telur akan menetas menjadi larva I di usus halus dan

Page 11: BAB II BARU

berkembang menjadi larva II. Larva tahap II menembus dinding usus

dan dapat mencapai hati, jantung bagian kanan, dan paru-paru lewat

sistem limfatik atau peredaran darah. Larva dapat menyerang alveoli

dan migrasi sampai bronchus, trachea, melampaui epiglottis dan

tertelan, berdiam di dalam usus halus, dan berkembang menjadi

cacing dewasa.

Daur kehidupan cacing A. suum dan A. lumbricoides pada

manusia sangat mirip, namun pada A. suum perkembangan menjadi

cacing dewasa lebih sering tertahan dibandingkan dengan pada A.

lumbricoides.3

5. Gejala Klinis

a) Hewan

Cacing dewasa A. suum merupakan cacing dengan

ukuran palin besar, yakni dapat mencapai panjang 25 – 40

cm (betina) dan 15 – 25 cm (jantan), tinggal dalam usus

halus. Cacing betina dapat menghasilkan telur cacing

sampai 2 juta butir per hari. Setelah telur cacing tertelan

babi, telur akan berkembang di dalam usus halus menjadi

larva I, kemudian larva II. Larva II migrasi ke hati dan

paru-paru dan mengalami 2 kali moulting. Migrasi larva

dapat menimbulkan kerusakan yang serius pada pembuluh

darah kapiler di alveoli saat terjadi moulting.

Page 12: BAB II BARU

Cacing dewasa tidak mengisap darah, tetap hidup dari tinja.

Meskipun demikian, cacing dewasa dalam jumlah banyak

dapat menimbulkan obstruksi saluran usus atau

mempengaruhi saluran pencernaan dan penyerapan protein.3

b) Manusia

Manifestasi klinik dibagi menjadi dua, yakni

ascariasis larva, dan ascariasis intestinal. Pada infestasi

cacing dewasa dalam jumlah relative kecil kadang-kadang

tidak terlihat gejala klinik (asimptomatik). Cacing dewasa

dapat ditemukan keluar dari anus, mulut, atau lubang

hidung. Pada beberapa kasus ditemukan gangguan abdomen

dan diare.

Infestasi cacing yang berat dapat menimbulkan

nausea, muntah, nyeri abdominal, obstruksi usus, perforasi

usus, atau apendisitis.

Migrasi cacing dapat menyumbat saluran empedu

atau hati menimbulkan abses hati. Mirasi larva dapat

menimbulkan batuk kerin, dispnoea parah, sianosis, suara

pernafasan seperti penderita asma (wheezing), pneumonia,

dan hemoptisis. Pada individu yang peka dapat terjadi

reaksi alergi. Infestasi cacing yang berat umumnya terjadi

Page 13: BAB II BARU

pada anak-anak kecil di daerah tropik yang mengabaikan

kebersihan.

Disamping perubahan tersebut di atas dapat pula

ditemukan alergi terhadap ascaris (cacing dewasa maupun

telur). Hal ini dapat terjadi pada dokter hewan, prtugas

laboratorium parasitologi, atau pekerja rumah potong babi.

Gejala yang ditemukan berupa pruritus, dermatitis kontak,

asma dan bersin-bersin.3

6. Diagnosis

Pada masa lampau, A. lumbricoides dan A. suum dianggap

sama, namun saat ini diketahui berbeda. Antara kedua jenis cacing

tersebut dapat terjadi infestasi silang, yakni A. suum menulari

manusia dan A. lumbricoides menulari babi.

Cara diagnosis yang mudah adalah melalui identifikasi telur

dalam tinja. Larva cacing amat jarang dikeluarkan melalui batuk.3

7. Pencegahan dan Pengobatan

Penanganan limbah dari peternakan babi harus dilakukan

sebaik mungkin, agar tidak mencemari air sumur, sayur-sayuran,

atau buah-buahan. Pembuatan kompos dari tinja babi dapat

Page 14: BAB II BARU

mematikan telur cacing apabila kompos tersebut mencapai suhu

50oC atau lebih tinggi lagi. Buah-buah yang jatuh di tanah harus

dicuci lebih dahulu untuk menghindari pencemaran telur cacing.

Pengobatan untuk kedua jenis cacing tersebut dapat

dilakukan menggunakan garam piperazine. Penderita tidak perlu

diisolasi. Untuk pencegahan, anak-anak dianjurkan tidak bermain

di tempat yang banyak mengandung tinja babi.3

C. Biji pepaya (Carica papaya Linn)

1. Taksonomi

Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan, tanaman pepaya dapat di

klasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiosperma

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Caricales

Famili : Caricaceae

Spesies : Carica papaya L.30

Page 15: BAB II BARU

Buah pepaya memang tergolong buah yang popular, yang dikenal

dan digemari oleh hampir seluruh penduduk dunia. Daging buah pepaya

memiliki rasa manis, enak, dan menyegarkan, serta dapat melegakan

dahaga. Warna daging buah bervariasi, ada yang berwarna merah, ada

juga yang kuning, lunak, dan banyak mengandung air. Nilai gizi pepaya

cukup tinggi karena banyak mengandung pro-vitamin A, vitamin C, dan

mineral kalsium.31

Selain dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, buah

pepaya juga mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Dengan

semakin bertambahnya jumlah penduduk yang disertai dengan

peningkatan taraf penghasilan kesadaran masyarakat akan gizi dapat

berdampak positif terhadap kebutuhan buah-buahan, termasuk buah

pepaya.31 Di berbagai daerah tanaman pepaya mempunyai sebutan nama

yaitu, pente, kalikih, pertek (Sumatera), gedang, kates (Jawa), papaya,

unti jawa (Sulawesi).32

Gambar 2.3. Buah Pepaya (Carica papaya linn)

Page 16: BAB II BARU

Getah pepaya berguna untuk menghilangkan bintik-bintik, kulit

pohonnya digunakan sebagai tali, sedangkan daun pepaya digunakan

untuk bahan substitusi sabun dan penghilang noda, bahkan di pulau Jawa

biasa dimakan. Buah dan biji pepaya biasa digunakan sebagai

antimikroba dan anthelmintika.33

2. Morfologi

Berdasarkan bentuk dan susunan tubuh bagian luarnya, tanaman

papaya termasuk tanaman perdu. Namun apabila di tinjau dari umur

hingga sampai saat berbunganya, dapat dikategorikan sebagai tanaman

buah musim, walaupun pada kenyataannya, dapat hidup selama 2 tahun

atau bahkan lebih.

1) Jenis bunga

Berdasarkan jenis bunga yang dimiliki, tanaman pepaya

dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut :

a) Tanaman pepaya betina

b) Tanaman pepaya jantan

c) Tanaman pepaya sempurna.

2) Sistem Perakaran

Tanaman pepaya memiliki system perakaran yang berupa

akar tunggang dan akar cabang yang tumbuh mendatar ke semua

Page 17: BAB II BARU

arah pada kedalaman 1 m atau lebih dan menyebar sekitar 60 – 150

cm atau lebih kurang dari pusat batang.

3) Batang

Batang tanaman pepaya berbentuk bulat lurus, berbuku-

buku (beruas-ruas), berongga di bagian tengahnya, dan tidak

berkayu.

4) Daun

Daun pepaya bertulang menjalar (palmineus) dengan warna

hijau tua pada bagian atasnya dan hijau muda pada bagian

bawahnya.

5) Bunga

Tanaman pepaya memiliki tiga jenis bunga sebagai berikut:

a) Bunga Betina (Pestitate)

Bunga betina tidak memiliki benang sari sehingga hanya dapat

menjadi buah apabila diserbuk oleh bunga jantan dari tanaman lain.

Bentuk buah yang dihasilkan bulat atau bulat telur dengan tepi

yang tidak rata.

b) Bunga Jantan

Bunga jantan tidak dapat menghasilkan buah sendiri. Dengan

demikian, keberadaannya hanya berguna bagi bunga betina yang

tumbuh di pohon yang lain.

c) Bunga Sempurna (Hermaprodite)

Page 18: BAB II BARU

Dalam tiap kuntum bunga sempurna terdapat putik, bakal buah,

dan benang sari. Bentuk buah yang dihasilkan pada umumnya bulat

panjang/lonjong.

3. kandungan gizi

Buah pepaya baik yang dalam kondisi mentah/muda (biasa

difungsikan sebagai bahan sayuran) maupun yang secara fisiologis

sudah matang, masing-masing memiliki kandungan unsur gizi dan

kalori yang cukup dapat diandalkan. Adapun gizi dan beberapa

unsur penting lain yang terkandung di dalam pepaya dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 2.2. Kandungan gizi pepaya mentah dan pepaya matang

No. Unsur Gizi

Kadar/100 g Bahan

Papaya MentahPapaya

Matang

1. Energi (kal) 26 46

2. Protein (g) 2,1 0,5

3. Lemak (g) 0,1 -

4. Karbohidrat (g) 4,9 12,2

5. Kalsium (mg) 50 23

6. Fosfor (mg) 16 12

7. Besi (mg) 0,4 1,7

8. Vitamin A (SI) 50 365

9. Vitamin B (mg) 0,02 0,04

10. Vitamin C (mg) 19 78

11. Air (g) 92,3 86,7

Page 19: BAB II BARU

Di samping unsur gizi tersebut, dalam buah papaya juga

terkandung enzim papain dan pektin yang sangat diperlukan dalam

industri pengelolaan makanan dan minuman sehingga bernilai ekonomi

tinggi.30

Tabel 2.3. Kandungan Biji Pepaya34

Zat Jumlah (per 100 gram)

Protein 24.3 gr

Lemak 25.3 gr

Lemak Jenuh 16.97 %

Lemak tak jenuh 78.63 %

Karbohidrat 32.5 gr

Serat Kasar 17.0 gr

Abu 8.8 gr

Minyak Atsiri (Volatil oil) 0.09 %

Glycosida, Caricin

Enzyme myrosin

Carpasemine 660 – 760 %

BITC

Sumber : Sharma dan Ogbeide (1991)

4. Pemanfaatan

Page 20: BAB II BARU

1. Bidang Kesehatan

Tanaman pepaya mengandung unsure-unsur yang sangat

dibutuhkan bagi kesehatan. Adapun manfaatnya secara resmi

dalam bidang kesehatan adalah sebgai berikut :

a. Akar

Sudah sejak zaman dahulu, akar pepaya sering

dimanfaatkan sebagai obat cacing, ginjal, kandung kemih,

sakit persendian, dan pegal-pegal.

b. Batang

Bagian dalam batang pepaya sering dimanfaatkan sebagai

ternak, terutama kuda penarik.

c. Daun

Air perasan daun pepaya muda dapat digunakan sebagai

obat malaria, kejang perut, beri-beri, dan sakit panas.

d. Bunga

Air rebusan bunga pepaya jantan berkhasiat untuk

meningkatkan nafsu makan, membersihkan darah, dan obat

sakit kuning.

e. Buah Muda

Olahan buah pepaya muda berkhasiat melancarkan ASI

(Air Susu Ibu). Bahkan pakar kesehatan Filipina, Herminia

de Guzman Ladion, menjulukinya sebagai tanaman obat

penyembuh ajaib karena buah pepaya muda dapat

Page 21: BAB II BARU

digunakan sebagai obat cystitis (radang kandung kemih),

cacingan, gangguan pencernaan, jerawat, dan sembelit.

f. Buah Matang

Kandunan vitamin A dan C dalam buah pepaya sangat

mendukung proses pertumbuhan badan, menjaa kesehatan

selaput lender pada alat-alat pernapasan, menghindari

penyakit rabun ayam, memelihara kekokohan sel-sel tubuh,

melawan infeksi, dan mencegah penyakit sariawan.

g. Biji

Biji pepaya dapat digunakan sebagai obat cacing.30

Kandungan aktif biji pepaya

Apabila dikaitkan dengan senyawa aktif dari tanaman ini ternyata

banyak diantaranya mengandung alkaloid yaitu papain dan carpain yang

mempunyai efek antelmintik. Papain ialah enzim hidrolase sistein

protease yang terdapat pada pepaya (Carica papaya L.). papain terdiri

atas 212 asam amino yang distabilkan oleh 3 jembatan disulfide.

Kandungan carpain (C28H50N2O4) yang terdapat dalam biji pepaya,

bercincin laktonat dengan 7 kelompok rantai metilen.karyone -43 Papain yang

terdapat dalam lateks tanaman pepaya bersifat proteolitik yang dapat

memecah jaringan ikat protein tubuh cacing shingga menjadi lunak.

Dalam hal ini, baian pepaya itu bekerja sebagai vermifuga yaitu obat-

obat yan melumpuhkan cacing dalam usus dan cacing yang dikeluarkan

Page 22: BAB II BARU

dalam keadaan hidup. Demikian halnya dengan carpain bekerja dengan

cara merusak system saraf pusat sehingga menyebabkan paralisis

cacing.moehd-44

Dalam biji pepaya mengandung senyawa-senyawa steroid, tannin

dan minyak atsiri. Kandungan biji dalam buah pepaya kira-kira 14,3%

dari keseluruhan buah pepaya.37 Kandungannya berupa asam lemak tak

jenuh yang tinggi, yaitu asam oleat dan palmiat.36 Selain mengandung

asam-asam lemak, biji pepaya diketahui mengandung senyawa kimia lain

seperti golongan fenol, terpenoid dan saponin.31 Zat-zat aktif yang

terkandung dalam biji pepaya tersebut bisa berefek sitotoksik, anti

androgen atau berefek estrogonik.37

Gambar 2.4. Biji Pepaya (Carica papaya linn)

Biji pepaya jangan sekali-kali termakan oleh wanita yang sedang

hamil muda, karena dapat mengakibatkan keguguran. Orang yang

keguguran akibat memakan biji pepaya ini biasanya sulit hamil karena

Page 23: BAB II BARU

adanya pengeringan rahim akibat masuknya enzim proteolitik seperti

papain, chymopapain A, chymopapain B, dan peptidase pepaya.38

Beriajaya et al. (1996) membuktikan bahwa pemberian serbuk biji

pepaya sampai dosis 30 gr/kg berat badan pada domba yang diinfeksi

Haemonchus contortus mampu meurunkan jumlah telur cacing dalam

tinja, tetapi tidak mengurangi jumlah cacingnya. Sebaliknya Parashar dan

Metha (1996) berhasil mengurangi jumlah cacing Oxyuris sebanyak 32 –

52 % dengan memberikan biji pepaya pada mencit yang terinfeksi cacing

tersebut.

Sumarni (1990) melaporkan bahwa pengobatan Ascariasis pada

anak-anak SD di Yogyakarta menggunakan ekstrak biji pepaya telah

berhasil menurunkan jumlah telur tiap gram tinja sebanyak 48 – 96,4 % .

Kompas (2002) biji pepaya kering berupa serbuk sebanyak 10 gr,

juga bisa memberantas cacingan. Serbuk ini dididihkan bersama air 150

ml, sampai diperoleh larutan sebanyak 75 ml setelah di saring. Hal ini

bisa diminum sekaligus 2 jam sebelum makan malam.

Page 24: BAB II BARU

D. Kerangka Teori

Biji Pepaya (carica

papaya linn)

Mengandung Senyawa

Gambar 2.5. Kerangka Teori

Papain Carpain

Fenol Terpenoid Saponin

Anthelmintik Anti androgen

Antimikroba

Page 25: BAB II BARU

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.6. Kerangka Konsep

Biji Pepaya (Carica papaya Linn)

Ekstraksi dengan metode maserasi

Zat aktif Papain

Memecah jaringan ikat protein tubuh cacing

Merusak sistem saraf pusat

Cacing menjadi lunak Paralisis cacing

Cacing Ascaris suum Goeze

Variabel luar yang terkendali

Ukuran tubuh cacing Konsentrasi larutan uji Suhu percobaan

Variabel luar yang tidak terkendali

Umur cacing Jenis kelamin cacing Kepekaan cacing

Cacing mati

Zat aktif Carpain

Page 26: BAB II BARU

F. Hipotesis

Ekstrak biji pepaya (Carica papaya Linn) memiliki efek anthelmintik

terhadap Ascaris suum Goeze secara in-vitro.