makalah pbl blok 17 - hepatitis akut kolestasis
DESCRIPTION
Makalah Pbl Blok 17 FK UKRIDA - Hepatitis Akut KolestasisTRANSCRIPT
Hepatitis Akut Kolestasis e.c. HAV
Roykedona Lisa Triksi
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Abstrak
Banyak orang awam yang masih menganggap bahwa hepatitis adalah selalu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A, B, C dan sebagainya. Padahal hepatitis merupakan nama penyakit untuk semua penyakit hati yang membuat hati meradang. Pengertian hepatitis sendiri adalah suatu keadaan peradangan jaringan hati, yang dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi. Selanjutnya, pengertian kolestasis adalah berkurang atau terhentinya aliran cairan empedu yang masuk ke dalam usus halus dalam jumlah normal. Sedangkan hepatitis kolestasis berarti hepatitis yang menyebabkan kolestasis intrahepatik yang ditandai dengan penghambatan luas duktus biliaris sehingga ekskresi cairan empedu gagal. Hepatitis kolestasis sering disebabkan oleh virus hepatitis, obat-obatan, penyakit hati alkohol dan penyakit hepatitis autoimun. Hepatitis akut dapat menimbulkan manifestasi klinik yang bervariasi dari tanpa gejala sama gejala yang paling berat, bahkan kematian. Maka dari itu penulis akan mencoba membahas semua tentang hepatitis akut kolestasis ini agar pembaca dapat mengerti dan memahaminya.
Kata kunci: hepatitis, hepatitis akut, kolestasis, virus hepatitis
Abstract
Many people these days still think that hepatitis is always a disease that caused by viral hepatitis like HAV, HBV, HCV and so on. Whereas hepatitis is name disease for all inflamed liver diseases. Hepatitis itself is a condition of inflammation of the liver tissue, which can be caused by infection or non infection. Furthermore cholestasis is a diminished or stoppage of the flow where bile cannot flow to the duodenum in normal amounts. So, Hepatitis cholestasis is a hepatitis that cause intrahepatic cholestasis characterized by inhibition of biliaris duct area so that the excretion of bile fluid fails. Cholestasis hepatitis is often caused by viral hepatitis, drug induced, alcoholic liver disease and autoimmune liver disease. Acute hepatitis can lead to clinical manifestations vary from no symptoms to the most severe symptoms and even death. To find out more clearly we have to do three enzyme markers of cholestasis examinations, Ultrasonography, CT scan and MRI examinations are also required to distinguish the type. Therefore the writer will try to explore deeper all about acute hepatitis cholestasis so that the readers can understand it.
Key words: hepatitis, acute hepatitis, cholestasis, viral hepatitis
Alamat korespondensi: Roykedona Lisa Triksi (102011207)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 Email : [email protected]
1
Pendahuluan
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Didalam hati terjadi proses-
proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi, pembentukan protein
dan asam empedu, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun atau obat yang
masuk dalan tubuh kita. Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi..
Dibalik manfaatnya yang luar biasa hati juga bisa terserang berbagai penyakit, baik yang
disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Sehingga dapat kita bayangkan akibat yang
akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Beberapa penyakit hati antara lain : penyakit hati karena infeksi, penyakit hati karena
racun, genetik atau keturunan, gangguan imun, dan kanker. Penyakit hati yang paling sering
dijumpai adalah adanya peradangan pada organ hati yang disebut hepatitis. Mengingat
fungsinya yang sangat banyak maka oleh karena itu perlu perhatian pada hati untuk
menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan penyakit hati tersebut, dan bila telah terjadi
penyakit hati tersebut, harus dapat dideteksi dengan segera.
Sesuai dengan skenario, seorang perempuan 23 tahun mual sejak 3 hari smrs. Satu
minggu OS demam ringan selama 3 hari. Dua hari smrs kulit mulai gatal. Satu hari smrs
BAK seperti the pekat. Tiga minggu smrs OS makan di tempat yang kurang bersih. Maka
dari itu, untuk mengetahui secara lengkap dan jelas, penulis akan membahas tentang hepatitis
akut kolestasis mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan lain sebagainya.
Anamnesis
Menanyakan riwayat penyakit disebut ‘Anamnesa’. Anamnesa berarti ‘tahu lagi’,
‘kenangan’. Jadi anamnesa merupakan suatu percakapan antara penderita dan dokter, peminta
bantuan dan pemberi bantuan. Tujuan anamnesa pertama-tama mengumpulkan keterangan
yang berkaitan dengan penyakitnya dan yang dapat menjadi dasar penentuan diagnosis.
Mencatat (merekam) riwayat penyakit, sejak gejala pertama dan kemudian
perkembangan gejala serta keluhan, sangatlah penting.Perjalanan penyakit hampir selalu khas
untuk penyakit bersangkutan.1 Selain itu tujuan melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
adalah mengembangkan pemahaman mengenai masalah medis pasien dan membuat diagnosis
banding. Selain itu, proses ini juga memungkinkan dokter untuk mengenal pasiennya, juga
sebaliknya, serta memahami masalah medis dalam konteks kepribadian dan latar belakang
sosial pasien.
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas (mencakup nama, alamat, pekerjaan,
keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan), keluhan utama, riwayat penyakit
2
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, kondisi lingkungan
tempat tinggalnya, apakah bersih atau kotor, dirumahnya terdapat berapa orang yang tinggal
bersamanya, yang memungkinkan dokter untuk mengetahui apakah penyakitnya tersebut
merupakan penyakit bawaan atau ia tertular penyakit tersebut.
Anamnesis yang dapat dilakukan pada pasien di skenario adalah sebagai berikut:
1. Anamnesa Umum
Nama, umur, alamat, pekerjaan.
2. Keluhan Utama
Mual sejak tiga hari smrs.
Pelengkap: satu minggu smrs demam ringan selama tiga hari, dua hari smrs kulit
mulai gatal, satu hari smrs BAK seperti teh pekat.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah sedang mengalami suatu penyakit tertentu atau tidak
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebaiknya, ditanyakan apakah dulu pernah mengalami hal yang sama seperti
sekarang.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah di keluarganya pernah ada yang mengalami hal yang sama.
6. Riwayat Pengobatan
Sudah mengkonsumsi obat apa saja, atau sudah mendapat pengobatan apa dan
apakah keadaan membaik atau tidak.
Anamnesa tambahan yang bisa di tanyakan pada OS:
- Apa warna kulit kuning? (ikterus/jaundice)
- Apakah pasien merasa fatique, myalgia, malaise, sakit kepala, anoreksia dan
nausea?
- Apakah pasien mengalami hematemesis-melena?
- Adakah sakit perut di kuadran kanan atas?
- Adakah bengkak-edema di kaki, asites, berat badan turun, gatal-gatal?
- Apakah warna tinja apakah seperti dempul/putih?
Pemeriksaan
Diagnosis suatu penyakit dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang ditemukan
pada pemeriksaan fisik, terutama sekali bagi penyakit yang memiliki gejala klinik spesifik.
Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan fisik namun, bagi penyakit yang tidak
3
memiliki gejala klinik khas, untuk menegakkan diagnosisnya kadang-kadang diperlukan
pemeriksaan laboratorium (diagnosis laboratorium).
1. Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan umum dan fisik sering didapat keterangan – keterangan yang
menuju ke arah tertentu dalam usaha membuat diagnosis. Pemeriksaan fisik
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melihat keadaan umum pasien, kesadaran,
tanda-tanda vital (TTV), pemeriksaan mulai dari bagian kepala dan berakhir pada
anggota gerak yaitu kaki dan juga untuk kasus ini dilakukan pemeriksaan fisik
abdomen.
Hasil yang di dapat dari pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu:
1. Suhu tubuh (37,8°)
2. Tekanan darah - normal
3. Frekuensi denyut nadi - normal
4. Frekuensi pernapasan - normal
Dari hasil pemeriksaaan fisik didapati bahwa pemeriksaaan tanda tanda vital pasien
dalam batas normal.
Inspeksi.
- Apakah orientasi pasien baik ? Apakah pasien tampak sakit ringan atau berat?
- Apakah pasien mengalami ikterus, lihat sklera/konjungtivanya, dan dapat
dilihat pada kulit pasien – sklera ikterik
- Adakah tanda ekskoriasi yang adanya menunjukkan pruritus
Palpasi.
Dilakukan dengan palpasi dari kuadran kanan bawah menuju ke kuadran kanan
atas. Tujuannya untuk mengetahui adanya perbesaran organ hati dan juga rasa
nyeri. Hasil palpasi didapatkan:
- Nyeri tekan + kanan atas
- Perbesaran hati 1 jari di bawah kosta, 2 jari di bawah proc. Xyphoideus
- Hati: tepi tajam, permukaan datar, konsistensi lunak
- Murphy sign –
- Shifting dullness –
- Balotemen –
4
Perkusi
Dilakukan perkusi dengan tujuan memeriksa apakah ada perbesaran hati dilihat
dari batas paru hati.
2. Pemeriksaan Penunjang
Kegunaan dari pemeriksaan penunjang adalah untuk keakuratan diagnosis
suatu penyakit. Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk kasus ini adalah:
a) Tes fungsi hati:
- AST/SGOT
AST ditemukan dalam sel-sel hati, jantung dan otot-otot lainnya. Jika AST
tersebut ditemukan degan kadar yang tinggi di dalam darah, hal ini
mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit hati. (nilai rujukan: 8-48
U/L).
496 U/L
- ALT/SGPT
Enzim yang ditemukan di dalam sel hati. Dalam kondisi normal, kadar
ALT di dalam darah adalah rendah. Kadar ALT yang tinggi
mengindikasikan adanya kerusakan hati. (nilai rujukan: 7-55 U/L).
1200 U/L
- ALP
Enzim ALP ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi di hati dan saluran
empedu. Jika kadar ALP meningkat, mengindikasikan adanya kerusakan
atau penyakit hati, terutama bila terjadi sumbatan di saluran empedu.
(nilai rujukan: 45-115 U/L).
192 U/L
- Bilirubin
Bilirubin dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin dalam hati. Bilirubin
dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses. Peningkatan kadar
bilirubin menunjukan adanya penyakit hati atau saluran empedu.
Bilirubin direk: 16,25 mg/dL
Bilirubin indirek: 4,3 mg/dL
b) Tes Kolestasis
- GGT
5
Jika enzim GGT dalam darah meningkat mengindikasikan adanya
kerusakan hati atau saluran empedu. (nilai rujukan: 0-30 U/L).
154 U/L
- 5-NT
Enzim 5-NT merupakan enzim kolestatik yang terdapat dalam sel hati. 5-
NT meningkat pada penyakit hepatobilier seperti ikterus obstruktif,
hepatitis, sirosis hati dan Ca hati sekunder. (nilai rujukan: 0-11 U/L).
c) Tes Serologi Hepatitis Virus2
- HAV IgM adalah pemeriksaan diagnostik untuk hepatitis A akut.
- HBSAg dan deteksi DNA hepatitis B untuk diagnostik hepatitis B akut.
d) USG Hati3
Bisa membantu menegakkan diagnosis klinis, karena bisa menunjukkan
abnormalitas hati fokal seperti metastasis, abses hati, atau kelainan vaskular. Bisa
menemukan tanda-tanda obstruksi bilier (dilatasi duktus biliaris) dan penyebab
ikterus (batu empedu, kanker pankreas). Bisa juga tidak nampak kelainan.
Selanjutnya, diperlukan pemeriksaan USG, CT scan dan MRI untuk membedakan
jenis kolestasis, yaitu intra atau ektrahepatik. Hepatitis kolestasis merupakan salah
satu penyebab kolestasis intra hepatik.
Pada keadaan hepatitis kolestasis terjadi peningkatan 3 enzim pertanda kolestasis yaitu
alkaline phosphatase (ALP), 5'-nucleotidase (5NT), dan y-glutamyl transpeptidase (GGT).
ALP dan 5'-NT terletak dikanalikuli biliaris hepatosit, sedangkan GGT terdapat di
reticulum endoplasma dan sel epitel duktus biliaris. Bilirubin yang tinggi, enzim
transaminase meninggi sedang (jarang >500 U/L), dan peningkatan enzim pertanda
menunjukkan adanya kolestasis.3
Diagnosis
Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk menangani
suatu penyakit. Proses diagnosa adalah proses yang dilakukan seorang ahli kesehatan untuk
menentukan jenis penyakit yang diderita oleh pasien, kemudian menentukan diagnosis
penyakit pasien tersebut sehingga dapat memberi pengobatan yang tepat dengan jenis
penyakit (etiologik) maupun gejalanya (simptomatik).4
Diagnosa dilakukan berdasarkan prinsip bahwa suatu penyakit dapat dikenali dengan
memperhatikan ciri gejala klinis pada tubuh pasien yang ditimbulkan penyakit tersebut.
6
Keadaan penyakit yang diderita dapat juga di ukur dengan memperhatikan gejala klinis.
Semua gejala yang teramati kemudian dibandingkan dengan pengetahuan menenai penyakit
dan ciri-cirinya yang dimiliki ahli tersebut, bila terdapat kecocokan maka ahli tersebut dapat
menentukan jenis penyakitnya.4
I. Differential Diagnosis
Differential diagnosis atau diagnosis pembanding merupakan diagnosis yang
dilakukan dengan membanding-bandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan tanda
klinis penyakit lain. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan gejala yang dialami
pasien, pasien bias dicurigai menderita beberapa penyakit seperti:
a. Hepatitis Akut Kolestasis Ekstrahepatik
Penyebab paling sering pada kolestasis ekstrahepatik adalah batu duktus koledokos
dan kanker pankreas. Kolestasis mencerminkan kegagalan sekresi empedu.
Mekanismenya sangat kompleks, bahkan juga pada obstruksi mekanis empedu.
Efek patofisiologi mencerminkan efek backup konstituen empedu (yang terpenting
bilirubin, garam empedu, dan lipid) ke dalam sirkulasi sistemik dan kegagalannya
untuk masuk usus halus untuk ekskresi. Retensi bilirubin menghasilkan campuran
hiperbilirubiemia dengan kelebihan bilirubin konjugasi masuk ke urin.5
b. Hepatitis Akut Kolestasis e.c imbas obat
Hepatitis imbas obat atau drug induced hepatitis merupakan hepatitis yang
disebabkan pemakaian obat-obat hepatotoksik dalam jangka waktu lama dan dosis
besar.3 Beberapa obat yang dapat menimbulkan penyakit ini adalah:3
- Obat Anti Tuberkulosis: rifampisin, isoniazid & pirazinamid
- Obat Anti Inflamasi Non Steroid: asetaminofen, ibuprofen, indometasin
- Anti Hipertensi Metildopa
- Fenitoin: kerusakan hati yang disebabkan mirip hepatitis dan bisa terjadi
kerusakan duktus empedu dan kolestasis intrahepatik
- Kontrasepsi oral: kombinasi kontrasepsi oral estrogenik dan progesteronik
steroid menyebabkan kolestasis intrahepatik dengan gejala pruritus dan
ikterus setelah beberapa minggu hingga bulan.
Gejala klinis pada diagnosis adalah berupa: mual, muntah, nyeri abdomen dan
juga ditemukan ikterus dan rash pada pemeriksaan fisik.
II. Working Diagnosis
7
Working Diagnosis atau diagnosis kerja merupakan suatu kesimpulan berupa
hipotesis tentang kemungkinan penyakit yang ada pada pasien. Berdasarkan gejala-
gejala yang timbul dan hasil dari pemeriksaan fisik serta penunjang, dapat ditarik
kesimpulan kalau pasien tersebut menderita hepatitis akut kolestasis et causa HAV.
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap
virus, obat, atau alkohol. Hepatitis akibat virus bersifat akut dan dapat menular. Virus
penyebab meliputi hepatitis virus A (HVA), virus hepatitis B (HVB), virus hepatitis
non-A non-B (NANB), virus hepatitis C (HVC), dan virus hepatitis D (delta).
Komplikasi potensial dari hepatitis adalah degenerasi progresif hati. Pantau adanya
tanda degenerasi hati yang meliputi gejala hepatitis tidak menghilang (mis., ikterus,
nyeri epigastrik, feses warna nanah) dan kadar enzim hati dan tes koagulasi tidak mau
kembali ke normal. Periode kembali normal adalah 2-12 minggu. Kondisi ini dapat
berakhir sebagai gagal hati dan kematian. 6
Kolestasis adalah kondisi dimana terjadi penghambatan aliran empedu secara
akut atau kronis. Hepatitis kolestasis adalah hepatitis yang menyebabkan kolestasis
intrahepatik yang ditandai dengan penghambatan luas duktus biliaris sehingga ekskresi
cairan empedu gagal. Selain itu ditandai oleh adanya ikterus, pruritus, anoreksia, diare
persisten, urin berwarna gelap dan tinja pucat seperti dempul. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan ikterus, ekskoriasi yang menunjukkan kolestasis lama atau obstruksi bilier
yang lama, pada kasus yang kronik dapat terjadi asites dan splenomegali.3
Etiologi
Hepatitis Virus A (HAV) adalah single stranded RNA, nonenveloped virus yang
tergolong dalam picornavirus, subklasifikasi sebagai hepatovirus. Terdiri dari satu serotype,
tiga atau lebih genotype, bereplikasi di sitoplasma hepatosit yang terinfeksi. Hepatitis A
menginfeksi menusia melalui fecal-oral dimana sangat berhubungan dengan kebersihan
lingkungan dan kepadatan penduduk.3
Epidemiologi
HAV berdistribusi di seluruh dunia dan endemisitas tinggi di Negara yang
berkembang. Infeksi tertinggi di Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Kematian disebabkan
hepatitis fulminan meningkat seiring peningkatan usia tetapi prevalensi infeksi menurun
sesuai peningkatan usia.3
Patofisiologi
8
Kolestasis disebabkan oleh obstruksi di dalam hati (intrahepatik). Virus hepatitis akan
menyebabkan penyumbatan yang meluas pada duktuli kandung empedu dan terjadilah
kolestasis. Obstruksi tersebut menyebabkan cairan empedu yang mengandung bilirubin tidak
dapat mengalir keluar dan menyebabkan lemak terakumulasi di dalam darah dan tidak
tereksresi secara normal
Manifestasi Klinik
Kolestasis ditandai oleh adanya ikterus, pruritus, anoreksia, diare persisten, urin
berwarna gelap dan tinja pucat seperti dempul.3
Pada infeksi yang sembuh spontan ditemukan:5
1) spektrum penyakit mulai dari asimptomatik, infeksi yang tidak nyata sampai
kondisi yang fatal sehingga terjadi gagal hati akut
2) sindrom klinis yang mirip pada semua virus penyebab mulai dari gejala prodromal
yang non spesifik dan gejala gastrointestinal, seperti:
a) malaise, anoreksia, mual, dan muntah
b) gejala flu, faringitis, batuk, coryza, fotofobia, sakit kepala, dan mialgia
3) awitan gejala cenderung muncul mendadak pada HAV dan HEV
4) demam jarang ditemukan kecuali pada infeksi HAV
5) immune complex mediated, serum sickness like syndrome dapat ditemukan pada
kurang dari 10% pasien dengan infeksi HBV, jarang pada infeksi virus lain
6) gejala prodromal menghilang pada saat timbul kuning, tetapi gejala anoreksia,
malaise, dan kelemahan dapat menetap
7) ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap, pruritus (biasanya
ringan dan sementara) dapat timbul ketika ikterus meningkat
8) pemeriksaan fisis menunjukkan pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati
9) splenomegali ringan dan limfadenopati pada 15%-20% pasien
Komplikasi
Hepatitis kronik
Dikatakan hepatitis kronik bila penyakit menetap, tidak menyembuh secara klinis atau
laboratorium atau pada gambaran patalogi anatomi, selama 6 bulan. Ada dua bentuk
hepatitis kronik, yaitu hepatitis kronik persisten dan hepatitis kronik aktif. Sangat
9
penting untuk membedakan 2 bentuk tersebut sebab yang disebut pertama mempunyai
prognosis yang baik dan akan sembuh sempurna. Diagnosis hanya dapat dipastikan
dengan pemeriksaan biopsi dan gambaran PA. Hepatitis kronik aktif umumnya
berakhir menjadi sirosis hepatis
Sirosis Hepatis
Sirosis adalah suatu kondisi di mana jaringan hati yang normal digantikan oleh
jaringan parut (fibrosis) yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut ini
memengaruhi struktur normal dan regenerasi sel-sel hati. Sel-sel hati menjadi rusak
dan mati sehingga hati secara bertahap kehilangan fungsinya.
Penatalaksanaan
Pengobatan dibagi atas atas medica mentosa (menggunakan obat–obat yang di minum)
dan juga non-medica mentosa (tidak mengonsumsi obat).
a) Medica mentosa
Tujuan utama terapi adalah menghilangkan keluhan. Untuk itu dapat diberikan:3
Prednisolone 30mg/hari tapping off diberikan dalam jangka waktu pendek untuk
mengatasi pruritus.
Kolestiramin 12-16 g sehari dibagi dalam 2-4 bagian.
Asam ursodioksikolat dosis tinggi 20mg/kgBB
Sebagian ahli tidak lagi menggunakan steroid dan menggantikannya dengan
rifampisin. Suplemen kalsium dan vitamin D dapat membantu mencegah kehilangan
massa tulang pada pasien kolestasis kronis.
b) Non-medica mentosa
Rawat jalan kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan
menyebabkan dehidrasi
Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat
- Tidak ada rekomendasi diet khusus
- Makan dengan porsi kecil tapi sering
- Menghindari konsumsi alkohol selama fase akut
Aktivitas fisis yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari
Pembatasan aktivitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan malaise
10
Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A,E,D. Pemberian interferon
alfa pada hepatitis C akut dapat menurunkan resiko kejadian infeksi kronik.
Peran lamivudin atau adefovir pada hepatitis B akut masih belum jelas.
Obat-obat yang tidak perlu harus dihindarkan.
. Infeksi virus hepatitis A akan mengalami penyembuhan sendiri apabila tubuh cukup
kuat, sehingga pengobatan hanya untuk mengurangi keluhan yang ada, disertai pemberian
vitamin dan istirahat yang cukup.5
Upaya Pencegahan dan pengobatan untuk hepatitis A dapat dilakukan dengan
pemberian vaksinasi atau imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dengan bentuk sendiri/havrix
atau bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B (twinrix). Imunisasi juga diberikan kepada
balita dan anak-anak mulai dari usia 2-18 tahun sebanyak satu kali. Sedangkan pada orang
dewasa dapat dilakukan dengan imunisasi ulang (booster) setelah 6-12 bulan imunisasi
pertama. Pemberian imunisasi ini dapat bertahan 15-20 tahun.
Higiene personal mengingat bahwa hepatitis A menular terutama melalui makanan
dan minuman, maka setiap orang sebaiknya selalu menjaga kebersihan dirinya. Cucilah
tangan dengan air mengalir serta gunakan sabun stiap kali selesai buang air besar dan kecil.
Demikian juga sebelum makan dan saat mengolah maupun menyiapkan makanan.
Prognosis
Keluhan akan berkurang seiring dengan perbaikan penyakit dasar.5
Kesimpulan
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul pada pasien, dan setelah dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut, pasien diduga menderita hepatitis akut kolestasis e.c HAV dan
hipotesis diterima.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong WD. Kanker, apakah itu? Jakarta: Arcan; 2005.h.104.
2. Halim SL, Iskandar I, Edward H, Kosasih R, Sudiono H. Patologi klinik: kimia klinik.
Jakarta: Fakultas Kedokteran UKRIDA; 2013.h.125-7.
3. Ndraha S. Bahan ajar gastroenterohepatologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran UKRIDA;
2013.h.129-140.
4. Juanda HA. Solusi tepat bagi penderita TORCH. Solo: PT Wangsa Jatra Lesatari;
2007.h.19.
5. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5.
Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.639-652.
6. Tambayong J. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC; 2000.h.146.
12