hepatitis virus akut ec hepatitis a dengan demam typoid (ony)
DESCRIPTION
pptTRANSCRIPT
بسمأللهألرحمنألرحيم
PEMBIMBING :
dr. Didiet Pratignyo, Sp.PD
Oleh :
Leony Hestoria (110.2004.129)
Identitas Pasien
Nama : Ny. F Usia : 18 tahun Pekerjaan : Pelajar Agama : Islam Alamat : Cilegon No. CM : -- -- -- Pembiayaan : JPS Tanggal Berobat : 12 September 2011 Ruangan : Nusa Indah RSUD Cilegon
Anamnesa
Dilakukan secara auto-anamnesa pada tanggal 12 September 2011 pukul 16.00 WIB di UGD RSUD Cilegon dan tanggal 13 September 2011 di Ruangan Nusa Indah RSUD Cilegon.
Keluhan Utama :Muntah ± sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit
Keluhan TambahanMual, nyeri uluhati, batuk kering, sakit saat menelan, panas saat malam hari, keluar darah dari hidung dan gusi, kuning pada mata dan kulit, tidak bisa BAB dan BAK berwarna merah seperti teh
RPS Pasien datang ke UGD RSUD Cilegon dengan keluhan
muntah ± sejak 5 hari (7/9/11) yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan terjadi setiap pasien makan dan minum karena perut terasa penuh dan sakit. Keluhan ini sebelumnya di sertai dengan rasa mual. Pasien sudah berobat kebidan akan tetapi tidak ada perbaikan. Pasien mengatakan sebelumnya pasien makan rujak.
Sejak 2 minggu lalu (28/8/11) sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh batuk tetapi tidak ada dahaknya dan terasa sedikit berkurang saat pasien memakan permen pelega tenggorokan (stepsil) dan keluhan ini disertai dengan rasa sakit saat menelan.
Sejak 6 hari lalu (6/9/11) sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh panas. Panas yang dirasakan naiknya perlahan-lahan dengan terasa lebih panas saat malam hari. Pasien sudah minum obat penurun panas (dumin) dan panas dirasakan turun akan tetapi naik kembali pada keesokan harinya. Dan terkadang panas yang dirasakan sampai menggigil. Keluhan panas ini disertai dengan rasa ngilu-ngilu pada badan dan sempat keluar darah dari hidung dan gusi tetapi tidak banyak. Dan pasien mengeluh tidak bisa BAB tetapi sebelum sakit pasien mengatakan BAB lancar dan rutin setiap pagi hari dan BAK biasa warna kuning jernih.
Sejak 3 hari lalu (10/9/11) sebelum masuk rumah sakit, pasien mengatakan mata dan badan terlihat kuning. Dan keluhan tersebut disertai dengan BAK berwarna merah seperti air teh dan masih belum bisa BAB.
Pasien menyangkal riwayat minum minuman alkohol, penyalahgunaan obat dengan jarum suntik.
Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama
diakui pasien Riwayat pengobatan paru-paru sebelumnya
disangkal. Riwayat penyakit hipertensi disangkal. Riwayat penyakit jantung disangkal. Riwayat penyakit diabetes tidak diketahui. Riwayat Asma dan alergi tidak diketahui.
Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada anggota keluarga yang mengeluh
keluhan yang sama dengan pasien.
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS Kulit : Berwarna coklat, Efloresensi
(-), ikterik (+), suhu afebris, dan turgor kulit baik.
Kepala : Bentuk oval, simetris, ekspresi wajah terlihat
kesakitan.
Rambut : Hitam, tumbuh teratur, tidak mudah dicabut.
Alis : hitam, tumbuh lebat, tidak mudah dicabut
STATUS GENERALIS
• Mata : exopthalmus (-),enopthalmus (-),
konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik
(+/+), lensa jernih, pupil bulat dan isokor, pergerakan bola mata baik.
• Hidung : nafas cuping hidung (-), deviasi septum (-), sekret (-), dan
hiperemis (-).
• Telinga : tidak ada sekret.
STATUS GENERALIS• Mulut : bibir sianosis (-), gigi geligi
lengkap, gusi hipertropi (-), lidah kotor (-), mukosa mulut basah, hiperemis oral (-) dan tonsil T1-T1 ,Faring hiperemis (+)
• Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-) pada submandibula, leher,
supraclavicula, axilla. Pembesaran tiroid (-), deviasi trakea (-)
STATUS GENERALIS (Thoraks)
STATUS GENERALIS (Thoraks)
STATUS GENERALIS
STATUS GENERALIS
Pemeriksaan Penunjang10/9/2011 13/9/2011 15/9/2011 16/9/2011
Hb 16,4 g/dl 15,1 g/dl 13,8 g/dl 13,8 g/dl
Ht 50,2 % 45,1 % 40,5 % 42,8 %
Leukosit 8.400 / µl 9.560 /µl 6.300 /µl 6.900 /µl
Trombosit 289.000 /µl 285.000 /µl 239.000 /µl 265.000 /µl
GDS 79 mg/dl - - -
Bilirubin Total - 10,90 mg/dl - -
Bilirubin Direct - 8,03 mg/dl - -
Bilirubin Indirect - 2,97 mg/dl - -
SGOT 1760 µ/l 860 µ/l - 69 µ/l
SGPT 2770 µ/l 105 µ/l - 335 µ/l
Alkali Fosfatase - 497 µ/l - -
Gama GT - 227 µ/l - -
Anti HAV Reaktif - - -
HBsAg - Non reaktif - -
Anti HCV - Non Reaktif - -
Dengue Blot IgM - - - Non reaktif
Dengue Blot IgG - - - Non reaktifNatrium - - 138,6 mmol/l -
Kalium - - 4,21 mmol/l -Chlorida - - 102,6 mmol/l -
Widal :
S. Thypi O
S. Parathypi AO
S. Parathypi BO
S. Parathypi CO
S. Thypi H
S. Parathypi AH
S. Parathypi BH
S. Parathypi CH
-
-
-
-
-
-
-
-
1/160
1/320
-
-
1/640
-
1/320
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Widal Test
Tanggal 12 September 2011 : Foto Thorax PA, Kesan : Bronchitis
Tanggal 13 September 2011 : Urin Lengkap
Warna : Jingga Kekeruhan : Keruh Berat jenis : 1.030 pH : 6.0 Bilirubin : +2 Urobilinogen : +2 Lokosit : 3-5 /LPB Epitel : + Kristal : + ( Amorf)
FOLLOW UPTanggal Follow Up Perjalanan Penyakit Terapi
12/9/11 S/ Mual, muntah ± 5 hari lalu, setiap makan dan minum, nyeri ulu hati (+)
Batuk kering (+), sakit saat menelan (+), panas ± 6 hari lalu, panas
perlahan naik dan lebih meningkat saat malam hari, disertai ngilu-ngilu
pada badan, menggigil, keluar darah dari hidung dan gusi, terlihat kuning
pada mata dan badan serta tidak dapat BAB (+) dan BAK berwarna
merah seperti air teh.
O/ KU : Sakit Sedang KS : Composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
R : 24 x/menit
S : 36 oC
Kelapa : Normocephal
Mata : Conjungtiva anemis
-/-, Sklera ikterik +/+
THT : Faring Hiperemis
(+) , Lidah Kotor (+)
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Pulmo : Vesikuler, Rhonki -/-, ,
Wheezing -/-
Cor : BJ I-II regular, Murmur
(-), Gallop (-)
Abdomen : Bising Usus
meningkat, Supel, Nyeri tekan epigastrium (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-) di
keempat ekstremitas
A/ Observasi Ikterik ec Hepatitis A
IVFD RL +
Ondansetron 8 mg
20 tpm
Inj Ranitidin 2 x 1
amp
Curcuma 3 x 1 tablet
Urdafalk 3 x 1 tablet
13/9/11
S/ Mual(+) muntah (-), nyeri ulu hati (+) Batuk kering (+), sakit saat menelan (+), panas (-), disertai ngilu-ngilu pada badan (+), terlihat kuning pada mata dan badan (+), tidak dapat BAB (+) dan BAK berwarna merah seperti air teh.
O/ KU : Sakit Sedang KS : ComposmentisTTV : TD : 100/60 mmHg
N : 88 x/menitR : 20 x/menitS : 37 oC
Kelapa : NormocephalMata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik +/+THT : Faring Hiperemis (+), Lidah kotor (+)Thorax : Simetris, retraksi (-)Pulmo : Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-Cor : BJ I-II regular, Murmur (-), Gallop (-)Abdomen : Bising Usus meningkat, Supel, Nyeri tekan
epigastrium (+)Ekstremitas : Akral hangat, edema (-) di keempat ekstremitas
A/ Observasi Ikterik ec Hepatitis A
IVFD D5 : Aminoleban = 3 : 1 + ondansetron 8 mg 24 tpm
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
Curcuma 3 x 2 tablet
Paracetamol 3 x 1 tablet
14/9/11 Mual (-) muntah (-), nyeri ulu hati (+), Batuk kering (+), sakit saat menelan (-), panas (+), ngilu-ngilu pada badan (+), menggigil (+), terlihat kuning pada mata dan badan (+), tidak dapat BAB (+) dan BAK berwarna merah seperti air the, nafsu makan menurun.
O/ KU : Sakit Sedang KS : ComposmentisTTV : TD : 90/60 mmHg
N : 82 x/menitR : 20 x/menitS : 36 oC
Kelapa : NormocephalMata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik +/+THT : Lidah kotor (+)Thorax : Simetris, retraksi (-)Pulmo : Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-Cor : BJ I-II regular, Murmur (-), Gallop (-)Abdomen : Bising Usus meningkat, Supel, Nyeri tekan
epigastrium (+)Ekstremitas : Akral hangat, edema (-) di keempat ekstremitas
A/ Observasi Ikterik ec Hepatitis A + Thypoid Fever
IVFD D5 : Aminoleban = 3 :1 + Ondansetron 8 mg 24 tpm
Cefriaxon 1 x 2 gr drip NS 100 cc
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Curcuma 3 x 2 tablet
Urdafalk 3 x 1 tablet
Paracetamol 3 x 1 tablet
15/9/11
S/ Mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (+) Batuk kering (+), sakit saat menelan (-), panas(-), ngilu-ngilu pada badan (+), menggigil (-), pusing seperti berputar (+), terlihat kuning pada mata dan badan (+), tidak dapat BAB (+) dan BAK berwarna merah seperti air teh.
O/ KU : Sakit Sedang KS : ComposmentisTTV : TD : 120/90 mmHg
N : 82 x/menitR : 22 x/menitS : 36 oC
Kelapa : NormocephalMata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik +/+THT : Tidak ada kelainanThorax : Simetris, retraksi (-)Pulmo : Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-Cor : BJ I-II regular, Murmur (-), Gallop (-)Abdomen : Bising Usus meningkat, Supel, Nyeri tekan
epigastrium (+)Ekstremitas : Akral hangat, edema (-) di keempat ekstremitas
A/ Observasi Ikterik ec Hepatitis A + Typoid Fever
IVFD D5 : Aminoleban = 3 : 1 + Ondansetron 8 mg 24 tpm
Ceftriaxone 1 x 2 gr drip NS 100 cc
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Curcuma 3 x 2 tablet
Urdafalk 3 x 1 tablet
Paracetamol 3 x 1 tablet
Codein 3 x 1 tablet Antacid syr 3 x CI Dulcolac Supp Ceftirizin 1 x 1
tablet
16/9/11
S/ Mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (+) minimal, Batuk kering (+), sakit saat menelan (-), panas (-), ngilu-ngilu pada badan (+), menggigil (-), pusing seperti berputar (+), terlihat kuning pada mata dan badan (+), BAB (+) warna coklat dank eras dan BAK sudah mulai berwarna kuning.
O/ KU : Sakit Sedang KS : ComposmentisTTV : TD : 110/80 mmHg
N : 84 x/menitR : 22 x/menitS : 36 oC
Kelapa : NormocephalMata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik +/+THT : Tidak ada kelainanThorax : Simetris, retraksi (-)Pulmo : Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-Cor : BJ I-II regular, Murmur (-), Gallop (-)Abdomen : Bising Usus meningkat, Supel, Nyeri tekan
epigastrium (+)Ekstremitas : Akral hangat, edema (-) di keempat ekstremitas
A/ Observasi Ikterik ec Hepatitis A + Typoid Fever
IVFD D5 : Aminoleban = 3 : 1 + Ondansetron 8 mg 24 tpm
Ceftrixon 1 x 2 gr drip NS 100 cc
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Curcuma 3x 2 tablet
Urdafalk 3 x 1 tablet
Paracetamol 3 x 1 tablet
Codein 3 x 1 tablet Antacid syr 3 x CI Ceftrizin 1 x 1
tablet Mobilisasi
17/9/11
S/ Mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-) Batuk kering (+), sakit saat menelan (-), panas(-), ngilu-ngilu pada badan (-), menggigil (-), pusing seperti berputar (-), terlihat kuning pada mata dan badan (+), BAB belum hari ini (+) dan BAK berwarna kuning dan nafsu makan baik.
O/ KU : Sakit Sedang KS : ComposmentisTTV : TD : 90/60 mmHg
N : 84 x/menitR : 20 x/menitS : 36,5 oC
Kelapa : NormocephalMata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik +/+THT : Tidak ada kelainanThorax : Simetris, retraksi (-)Pulmo : Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-Cor : BJ I-II regular, Murmur (-), Gallop (-)Abdomen : Bising Usus meningkat, Supel, Nyeri tekan
epigastrium (-)Ekstremitas : Akral hangat, edema (-) di keempat
ekstremitasA/ Observasi Ikterik ec Hepatitis A + Typod Fever
Rawat Jalan Curcuma 3 x 2
tablet Urdafalk 3 x 1
tablet Antasid 3 x CI Bcomplex 3 x 1
tablet
Diagnosis
Diagnosis Kerja: Hepatitis viral akut e.c virus hepatitis A dengan Demam Thypoid
Dasar diagnosis : Anamnesis Ditemukan mual dan mutah serta ada rasa sakit pada daerah ulu hati(gejala fase prodormal suatu infeksi virus dan dapat juga infeksi bakteri), sakit saat menelan, panas yang naik perlahan dan lebih panas saat malam hari, badan terasa ngilu-ngilu, keluar darah dari hidung dan gusi, mata dan kulit terlihat kekuningan (gangguan fungsi hati), tidak dapat BAB (gejala hepatitis virus akut fase prodormal)dan BAK berwarna merah seperti air teh (meningkatnya kadar bilirubin direct).
Pemeriksaan Fisik : Kulit ikterik Sklera ikterik (+)/(+) Lidah kotor (+) Faring Hiperemis (+) Bising usus meningkat, Nyeri tekan
Epigastrium (+)Pemeriksaan penunjang : SGOT dan SGPT yang tinggi Serologis anti HAV (+) Bilirubin Total, Bilirubin direct dan bilirubin
indirect yang tinggi
VI. Diagnosis Banding
Hepatitis alkoholik Hepatitis drug induce Cholesistitis Cholelithiasis Ikterus obstruktif
Pemeriksaan yang Dianjurkan
USG abdomen Feses lengkap
VIII. Terapi yang diberikan
Non farmakologis : Tirah baring Diet tinggi kalori tinggi protein Diet Tinggi serat Diet Hati (Rendah lemak rendah kolesterol) IVFD D5 : aminoleban + ondansetron 8 mg = 3:1
24 tpmFarmakologis : Ceftriakson 1 x 2 gr drip dalam NS 100cc Ranitidin 2 x 1 ampul Urdafalk 3 x 1 tablet Curcuma 3 x 2 tablet Paracetamol 3 x 1 tablet
IX. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam Quo ad functionam : ad bonam
ANALISA KASUS
GAMBARAN KLINISTerdapat 4 Fase : Fase Inkubasi Fase Predominan (pra ikterik) Fase Ikterus Fase konvalesen (penyembuhan)
ETIOLOGI DAN CARA PENYEBARAN
Transmisi secara entericTerdiri atas virus hepatitis A (HAV) dan virus hepatitis E (HEV) Virus tanpa selubung Tahan terhadap cairan empedu Ditemukan di tinja Tidak di hubungkan dengan penyakit hati kronik Tidak terjadi viremia yang berkepanjangan atau kondisi karier
intestinal
Transmisi melalu darahTerdiri atas virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis D (HDV) dan virus
hepatitis C (HCV) Vius dengan selubung (envelope) Rusak bila terpajan cairan empedu / detergen Tidak terdapat dalam tinja Dihubungkan dengan penyakit hati kronik
VIRUS HEPATITIS A (HAV)
Digolongkan dalam picornavirus, subklasifikasi sebagai hepatovirus
Diameter 27-28 nm dengan bentuk kubus simetrik Untai tunggal (single stranded), molekul RNA linier : 7,5 kb Pada manusia terdiri atas satu serotype, tiga atau lebih
genotype. Mengandung lokasi netralisasi imunodominal tunggal Mengandung tiga atau empat polipeptida virion di kapsomer Replikasi di sitoplasma hepatosit yang terinfeksi, tidak
terdapat bukti yang nyata adanya replikasi diusus. Menyebar pada primate non manusia dan galur sel manusia
PENULARAN
Hepatitis A di sebablan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita biasanya melalui makanan (fecal-oral)
GEJALA Demam secara tiba-tiba, Hilang nafsu makan, mual, muntah Penyakit kuning (kulit dan mata menjadi
kuning Air kencing berwarna tua Tinja pucat
Hepatitis A dapat dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :
Pendahuluan (prodorman) dengan gejala letih, lesu, demam, kehilanganselera makan dan mual
Stadium kuning (stadium ikterik) Stadium kesembuhan (konvalesen)
EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO Masa inkubasi 15-50 hari (rata-rata 30 hari) Tinggi di Negara berkembang HAV di ekskresi di tinja oleh orang yang terinfeksi
selama 1-2 minggu sebelum dan 1 minggu setelah awitan penyakit.
Viremia muncul singkat (tidak lebih dari 3 minggu) Ekskresi feses yang memanjang (bulanan) dilaporkan
pada neonates yang terinfeksi. Transmisi enteric (fekal-oral) predominan di antara
anggota keluarga. Kejadian luar biasa di hubungkan dengan sumber umum yang digunakan bersama, makanan terkontaminasi dan air.
Actor resiko lain, meliputi papaan pada : Pusat perawatan sehari untuk bati dan balita Institusi untuk developmentally disadvantage Berpergian kenegara berkembang Prilaku seks oral-anal Pemakaian bersama pada IVDU (intra vena drug
user) Tak terbukti adanya penularan maternal-neonatal Prevalensi berkolerasi dengan standar sanitasi dan
rumah tinggal ukuran besar. Trnsmisi melalui transfuse darah sangat jarang
PERJALANAN ALAMIA DAN OUTCOME
Perbaikan komplit dari klinis, histologist dan biokimia akan terjadi selama 3-6 bulan,
Pada gagal hati akut kadang terjadi : Fatalitas pada HAV tergantung umur (resiko
meningkat pada umur > 40 tahun) Resiko akan meningakat pada pasen yang telah
mempnyai penyakit hati sebelumnya Tidak pernah menjadi kronik atau karier virus yang
berkepanjangan
DIAGNOSIS Anamnesis : Mual, Malaise, Anoreksi, Urin berwarna
gelap Pemeriksaan Fisik : Ikterus, hepatomegali Laboratorium
Laboratorium darah hati : SGOT dan SGPT meningkat > 3 kali normal, dan peningkatan alkali fosfatase dan bilirubin yang kurang jelas
Tes serologi HAV : IgM anti HAV dapat dideteksi selama fase akut
dan 3-6 bulan setelahnya. Anti HAV yang positif tanpa IgM anti HAV
mengindikasikan infeksi lampau.
DIAGNOSIS BANDING
Hepatitis akibat obat Hepatitis alkoholik Penyakit saluran empedu Leptospirosis
PENGOBATANInfeksi yang sembuh spontan Rawat jalan, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia
berat yang akan menyebabkan dehidrasi Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang
adekuat Idak ada rekomendasi diet khusus Makan pagi dengan porsi yang cukup besar
merupakan makanan yang paling baik toleransinya Menghindari konsumsi alcohol selama fase akut
Aktivitas fisik yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari
Pembatasan aktivitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan malaise
Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A. Obat-obat yang tidak perlu harus di hindari
Gagal hati akut Perawatan di RS
Segera setelah diagnosis ditegakkan Penanganan terbaik dapat dilakukan pada RS yang
menyediakan program transplantasi hati Belum ada terapi yang terbukti efektif Tujuan
Sementara menunggu perbaikan infeksi spontan dan perbaikan fungsi hati dilakukan monitoring kontinu dan terapi sportif
Pengenalan dini dan terapi terhadap komplikasi yang mengancam nyawa
Mempertahankan fungsi vital Persiapan trnsplantasi bila tidak terdapat perbaikan
Angka Survial mencapai 65-75% bila dilakukan transplantasi dini
Hepatitis Kolestasis Perjalanan penyakit dapat dipersingkat
dengan pemberia jangka pendek prednisone atau ursodioksikolat. Hasil penelitian masih belum tersedia.
Pruritua dapat dikontrol dengan kolestiramin
Hepatitis Relaps Penanganan serupa dengan yang
sembuh spontan.
PENCEGAHAN Pencegahan dengan
imunoprofilaksis Imunoprofilaksis sebelum paparan Imunoprofilaksis pasca paparan
Imunoprofilaksis sebelum paparan
Vaksin HAV yang dilemahkan Efektifitas tinggi (angka proteksi 94-100%) Sangat imunogenik (hamper 100% pad subjek sehat) Antibody protektif terbentuk dalam 15 hari pada 85-90%
subjek Aman, toleransi baik Efektifitas proteksi selama 20-50 tahun Efek samping utama adalah nyeri di tempat penyuntikan
Dosis dan jadwal vaksin HAV > 19 tahun, 2 dosis of HARVIX® (1440 Unit Elisa)
dengan interval 6-12 tahun Anak > 2 tahun, 3 dosis of HARVIX® (360 Unit Elisa), 0,
1, dan 6-12 bulan atau 2 dosis (720 Unit Elisa), 0, 6-12 bulan.
Indikasi vaksin Pengunjung kedaerah risiko tinggi Homoseksual dan biseksual IVDU Anak dan dewasa muda pada daerah yang
pernah mengalami kejadian luar biasa luas Anak pada daerah dimana angka kejadian
HAV lebih tinggi dari angka nasional Pasien yang rentan dengan penyakit hati
kronik Pekerja laboratorium yang menangani HAV Pramusaji Pekerja pada bagian pembuangan air
Imunoprofilaksis pasca paparan Keberhasilan vaksin HAV pada pasca
paparan belum jelas Kebrhasilan immunoglobulin sudah nyata
akan tetapi tidak sempurna Dosis dan jadwal pemberian immunoglobulin
: Dosis 0,02 ml/kg, suntikan pada daerah deltoid
sesegera mengkin setelah paparan Toleransi baik, nyeri pada daerah suntikan Indiasi : kontak erat dan kontak dalam rumah
tangga dengan infeksi HAv akut.
Demam Typoid
Suatu penyakit infeksi pada usus yang menimbulkan gejala gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, S. Paratypi A, B, dan C. Penularan terjadi secara fekal oral, melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
DEMAM TIPOID
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella thypi dan Salmonella parathypi
Salmonela merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae.
Seperti Enterobacteriaceae yang lain Salmonella memiliki tiga macam antigen :
1. Antigen O (tahan panas, terdiri dari lipopolisakarida),
2. Antigen Vi (tidak tahan panas, polisakarida), dan
3. Antigen H (dapat didenaturasi dengan panas danalkohol). Antigen ini dapat digunakan untuk pemeriksaan penegak diagnosis. (Brooks,2005).
Sumber S. thypii : manusia sebagai reservoir pertama, hewan, makanan, lingkungan.
Sumber penularan S. thypii bisa dari carrier, makanan dan air yang tercemar Salmonella Thypii.
PENULARAN
Sumber infeksi terutama human Sumber infeksi terutama human “carrier”“carrier”
1. Carrier ini mungkin penderita yang sedang sakit (carier akut).
2. Carier menahun yang terus mengeluarkan kuman atau
3. carier pasif yaitu mereka yang mengeluarkan kuman melalui ekskreta tetapi tidak pernah sakit.
Invasi Salmonella thyphosa diserap di usus menginvasi sel epitel dan tinggal di lamina propia mengalami fagositosis dan ada di sel mononuklear folikel limfoid intestin/ nodus Peyer masuk ke pembuluh limfe dan ductus torasikus peredaran darah (bakteremia) hati dan limpa masuk kembali ke peredaran darah (bakteremia) menyebar ke seluruh tubuh limpa, usus dan kandung empedu kuman dilepaskan dari kantung empedu reinfeksi pada usus
PATOFISIOLOGI
Pengeluaran Endotoksin oleh Salmonella thyphosa
• Merangsang makrofag melepaskan mediator IL1 meningkatkan set point hipothalamus (demam); TNF nekrosis jaringan dan melepaskan NO (hipotensi dan syok septik); IL 1+TNF reaksi sistem akut, depresi sumsum tulang (pansitopenia relatif).
FAKTOR YANG BERPERAN DALAM DEMAM THYFOID
Minggu : I : Hiperplasia plak Peyer
II : Nekrosis III : Ulserasi ( bentuk lonjong dan sejajar usus halus) IV : Fase penyembuhan
PATOLOGI ANATOMI
Masa inkubasi 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)
Akhir minggu pertama (HIPERPLASIA)
Demam sekitar interminten/remiten Lidah kotor, mulut kering, mual muntah Gambaran gejala saluran nafas atas Sakit kepala hebat, tampak apatis, lelah Tidak enak di perut dan mungkin kontipasi/
diare, ditemukan splenomegali/ hepatomegali
Raseola mungkin ditemukan
MANIFESTASI KLINIS
Minggu kedua (NEKROSIS)
Demam kontinu Bradikardia relatif Keadaan penderita semakin menurun, apatis,
bingung Lidah tertutup selaput tebal dan kehilangan nafsu
makan Nyeri, distensi perut, meteorismus
Minggu Ketiga (ULSERASI)
Disorientasi, bingung, insomnia, lesu dan tidak bersemangat
Wajah tampak toksik : mata berkilat dan mungkin kemerahan, kelopak mata cekung, pucat dan flushing di daerah pipi
Pernafasan cepat dan dangkal Abdomen tampak lebih distensi Sewaktu-waktu dapat timbul pendarahan
dan perforasi Pea soap diarrhoea
Gambaran Klinis
Masa inkubasi : 10 s/d 14 hariDemam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot
Pola demam: Minggu pertama : stepladderMinggu ke dua : kontinuMinggu ke tiga : mulai menurun
Pola demam bisa tinggi pada sore, malam hari, dapat menggigil terutama pada minggu I . Pada minggu ke II demam terjadi terus menerus.
Dapat terjadi gangguan BAB, bisa diare, konstipasi atau bisa juga normal
LABORATORIUM Leukopenia, tp dpt juga terjadi kadar
leukosit normal atau leokositosis Anemia ringan Trombositopenia LED meningkat SGOT dan SGPT meningkat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Widal (suatu pemeriksaan yang mengukur kadar aglutinasi antibodi terhadap antigen) :
Positif apabila titer O >/=200 atau meningkat 4 x pada pemeriksaan ulang 5 hari berikutnya.
Titer H : tidak untuk infeksi akut
Titer V : menunjukan virulensi
WIDAL TEST
Beberapa faktor yang mempengaruhi uji widal, yaitu :
Pengobatan dini dengan antibiotik Gangguan pembentukan antibodi dan
pemakaian kortikosteroid Waktu pengambilan darah Daerah endemik dan non endemik Riwayat vaksinasi Reaksi anamnestik Faktor teknik pemeriksaan
Diagnosa pasti apabila:
Ditemukan kuman Salmonella pada kultur empedu Biakan kuman untuk kultur empedu bisa dari darah, air seni atau tinja (tergantung dari lama sakit pasien).
* Titer O dapat tetap menetap 6 bulan sampai 1 tahun sesudah pasien sembuh.
Bedrest (tirah baring) sampai 2 hari bebas demam utk mencegah komplikasi perdarahan usus/ perforasi, dan mempercepat penyembuhan.
Diet lunak (bubur), rendah serat dinaikkan bertahap sesuai dengan kondisi pasien (bebas demam).
PENATALAKSANAAN
Pemasangan infus apabila perluObat simtomatikaAntibiotika:
Chloramphenicol : Dosisi 50-100 mg/kg BB, terbagi 4 dosis. 4 x 500mg, sampai dengan 7 hari bebas panas
Co trimoxazole, Thiamphenicol, Ampicilin, Amoxilin d.l.l.
Ceftriakson 1x3 gram/hr, di drip 3 – 5hari
Ofloxacin 2x 400/mg 7 hari
Pemberian steroid hanya diberikan pada keadaan gawat, misalnya : toksik tifoid, meningitis tifosa, miokarditis d.l.l Dexamethason 3x5 mg IV
KomplikasiKomplikasi
Komplikasi di usus halus
Pendarahan usus halusPerforasi ususPeritonitis
KOMPLIKASIKOMPLIKASI
Komplikasi di luar usus halusManifestasi Pulmonal gangguan nafas atas, bronkitis Manifestasi Hematologis pansitopeniaManifestasi Neuropsikiatri sakit kepala, meningitis, tifoid ensefalopati, komaManifestasi Kardiovaskular bradikardi relatif - miokarditisManifestasi Hepatobilier hepatitis hepatobilier asimtomatis (↑ SGOT dan SGPT), kolesistisis akut dan icterusManifestasi Urogenital SN, glomerulonefritisKomplikasi lain otitis media, pankreatitis, abses (hati, limpa dan jaringan lunak), dll
Untuk mencegah timbulnya Carier :
> Antibiotika yang adekwat> Perawatan hygine yang benar> Untuk mengetahui kuman masih ada/tdk,dilakukan kultur urin dan tinja setelah 2 minggu sembuh.
Tifoid karier : bila kultur feses/urine f (+) 1 th pasca demam tifoid.
Typhoid relapse:
Timbul kembali gejala tifus, biasanya setelah 2 minggu dinyatakan sembuh. Dosis obat diberikan lebih lama, atau lebih tinggi atau ganti antibiotika.