hepatitis b dan imunisasi hepatitis b pada anak dan.doc

34
Hepatitis B dan Imunisasi Hepatitis B Pada Anak dan Remaja Posted on Mei 8, 2012 Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh “Virus Hepatitis B” (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. Saat ini lebih dari 350 juta pasien karier virus Hepatitis B di dunia, dimana 75% berada di Asia dan Pasifik Barat. Vaksinasi Hepatitis B yang efektif telah tersedia selama lebih dari 20 tahun, tetapi transmisi perinatal dan paparan terhadap virus pada awal kehidupan merupakan sumber penularan utama. Asia Tenggara merupakan daerah endemik infeksi virus Hepatitis B, dimana 8% atau lebih merupakan karier Hepatitis B dan risiko infeksi selama hidup bervariasi dari 60-80%. Transmisi vertikal merupaakan sumber infeksi utama di seluruh dunia. Sekitar 70 persen kasus hepatitis B virus dan menahun luput dari diagnosis. Akibatnya, penyakit itu berisiko menjadi penyakit hati menahun dan tidak mendapatkan pengobatan. Hepatitis B virus yang tidak mendapatkan pengobatan itu dapat menjadi penyakit hepatitis menahun, kanker hati, dan sirosis hati yang mengakibatkan tranplantasi hati dan kematian. Virus Hepatitis B merupakan virus DNA yang termasuk golongan Hepadnaviridae. Genome virus ini mempunyai empat buah open reading frame: inti, kapsul, polimerase, dan X. Gen inti mengkode protein nukleokapsid yang penting dalam membungkus virus dan HBeAg. Gen permukaan mengkode protein pre-S1, pre-S2, dan protein S. Gen X mengkode protein X yang berperan penting dalam proses karsinogenesis. Sampai saat ini terdapat delapan genotipe virus Hepatitis B: genotype A, B, C, D, E, F, G, H. Genotipe B dan C paling banyak ditemukan di asia. Selain transmisi vartikal, virus Hepatitis B dapat ditransmisikan dengan efektif melalui cairan tubuh, perkutan, dan melalui membran mukosa. Penularan yang lebih rendah

Upload: nitsugas-click-klop

Post on 28-Nov-2015

174 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Hepatitis B dan Imunisasi Hepatitis B Pada Anak dan RemajaPosted on Mei 8, 2012

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh “Virus Hepatitis B” (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. Saat ini lebih dari 350 juta pasien karier virus Hepatitis B di dunia, dimana 75% berada di Asia dan Pasifik Barat. Vaksinasi Hepatitis B yang efektif telah tersedia selama lebih dari 20 tahun, tetapi transmisi perinatal dan paparan terhadap virus pada awal kehidupan merupakan sumber penularan utama. Asia Tenggara merupakan daerah endemik infeksi virus Hepatitis B, dimana 8% atau lebih merupakan karier Hepatitis B dan risiko infeksi selama hidup bervariasi dari 60-80%. Transmisi vertikal merupaakan sumber infeksi utama di seluruh dunia. Sekitar 70 persen kasus hepatitis B virus dan menahun luput dari diagnosis. Akibatnya, penyakit itu berisiko menjadi penyakit hati menahun dan tidak mendapatkan pengobatan. Hepatitis B virus yang tidak mendapatkan pengobatan itu dapat menjadi penyakit hepatitis menahun, kanker hati, dan sirosis hati yang mengakibatkan tranplantasi hati dan kematian.

Virus Hepatitis B merupakan virus DNA yang termasuk golongan Hepadnaviridae. Genome virus ini mempunyai empat buah open reading frame: inti, kapsul, polimerase, dan X. Gen inti mengkode protein nukleokapsid yang penting dalam membungkus virus dan HBeAg. Gen permukaan mengkode protein pre-S1, pre-S2, dan protein S. Gen X mengkode protein X yang berperan penting dalam proses karsinogenesis.

Sampai saat ini terdapat delapan genotipe virus Hepatitis B: genotype A, B, C, D, E, F, G, H. Genotipe B dan C paling banyak ditemukan di asia. Selain transmisi vartikal, virus Hepatitis B dapat ditransmisikan dengan efektif melalui cairan tubuh, perkutan, dan melalui membran mukosa. Penularan yang lebih rendah dapat terjadi melalui kontak dengan karier Hepatitis B, hemodialisis, paparan terhadap pekerja kesehatan yang terinfeksi, alat tato, alat tindik, hubungan seksual, dan inseminasi buatan. Selain itu penularan juga dapat terjadi melalui transfusi darah dan donor organ. Hepatitis B dapat menular melalui pasien dengan HBsAg yang negatif tetapi anti-HBc positif, karena adanya kemungkinan DNA virus Hepatitis B yang bersirkulasi, yang dapat dideteksi dengan PCR (10-20% kasus).Virus Hepatitis B 100 kali lebih infeksius pada pasien dengan infeksi HIV dan 10 kali lebih infeksius pada pasien Hepatitis C. Adanya HBeAg yang positif mengindikasikan risiko transmisi virus yang tinggi.

Manifestasi klinis Hepatitis B

Infeksi virus Hepatitis B terdiri dari empat fase: imunotoleran, immune clearance, fase non replikasi (karier inaktif), dan reaktivasi. Pasien yang sudah terinfeksi sejak lahir biasanya mempunyai kadar DNA serum yang tinggi tanpa manifestasi hepatitis aktif. Fase ini disebut fase imunotoleran. Fase immune clearance ditandai dengan menurunnya kadar DNA, meningkatnya kadar ALT, aktivitas histologi, dan lisis hepatosit. Fase non replikasi merupakan fase dimana

terjadi serokonversi HBeAg menjadi anti-HBe. Pada fase ini DNA virus hanya dapat dideteksi dengan PCR, diikuti dengan normalisasi ALT, dan berkurangnya nekroinflamasi. Pada fase reaktivasi, terjadi peningkatan DNA virus yang tinggi dengan atau tan[a serokonversi HBeAg, disertai peningkatan ALT. Mutasi pada precore dan inti menghambat produksi HBeAg.

Hepatitis B akut Masa inkubasi dari beberapa minggu sampai 6 bulan, tergantung dari jumlah replikasi virus. Hanya 30% pasien yang disertai ikterus. Infeksi akut biasanya ditandai dengan serum sickness pada 10-20% kasus, dengan demam, artralgia, artritis, dan kemerahan pada kulit. Ikterus akan hilang dalam waktu 1-3 bulan, tetapi beberapa pasien mengalami kelelahan kronik meskipun kadar ALT telah kembali normal. Pada umumnya kadar ALT dan HBsAg akan menurun dan hilang bersamaan; 80% kasus HBsAg hilang dalam 12 minggu setelah sakit. Kadar aminotransferase yang tinggi mencapai 1000-2000 IU/l sering terjadi, dimana ALT lebih tinggi daripada AST. Hepatitis fulminan terjadi pada kurang dari 1% kasus, biasanya terjadi dalam waktu 4-8 minggu setelah gejala, dan berhubungan dengan ensefalopati dan kegagalan multiorgan. Mortalitas hepatitis B fulminan > 80%.

Hepatitis B kronik Gejala yang paling sering adalah kelelahan, anoreksia, dan malaise. Kadang-kadang juga disertai nyeri ringan pada abdomen kanan atas. Hepatitis B kronik dapat tidak bergejala. Bila terdapat sirosis hati, reaktivasi infeksi dapat disertai dengan ikterus dan gagal hati. Selain itu dapat pula disertai manifestasi klinis ekstrahepatik.

HBsAg muncul di serum 2-10 minggu setelah paparan virus dan sebelum muncul gejala, atau peningkatan kadar aminotransferase serum. Hilangnya HBsAg setelah beberapa minggu diikuti munculnya antibody anti-HBs. Anti-HBs dapat tidak terdeteksi selama periode jendela selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan setelah hilangnya HBsAg. Koeksistensi HBsAg dan anti HBs dapat terjadi pada 10-25%.

Antibodi terhadap komponen inti (anti HBc) terdeteksi pada infeksi akut, kronik, maupun eksaserbasi. Selama infeksi akut, IgM anti-HBc terdeteksi selama 4-6 bulan setelah episode hepatitis akut dan jarang betahan sampai 2 tahun. Antigen e Hepatitis B (HBeAg) ditemukan dalam serum selama infeksi akut. Reaktivitas HBeAg biasanya hilang setelah enzim dalam serum mencapai kadar maksimal.

Tujuan utama terapi Hepatitis B adalah untuk mencapai supresi DNA virus. Jenis terapi yang diberikan dapat berupa imunomodulator berupa interferon alfa, maupun analog nukleosida seperti lamivudin, entecavir, telbivudin, adefovir, tenovovir).

Infeksi virus Hepatitis B pada orang dewasa dengan sistem imun yang intak menyebabkan infeksi akut, dengan 1-5% kasus menjadi kronik. Namun sebaliknya, 95% neonatus yang terinfeksi akan menjadi Hepatitis B kronik. Pada orang dewasa, gagal hati fulminan akibat Hepatitis B akut terjadi pada kurang dari 1% kasus. Survival spontan pada gagal hati akut akibat Hepatitis B adalah sekitar 20%. Infeksi Hepatitis B dikatakan kronik bila HBsAg dalam serum positif lebih dari 6 bulan. Sekitar 1/4-1/3 pasien dengan infeksi Hepatitis B kronik akan mengalami penyakit hati yang progresif.

Infeksi pada bayi 90% akan cenderung menjadi hepatitis B kronik, sedangkan infeksi pada anak usia 1-5 tahun 30-50% akan menjadi kronik. Hepatitis B kronik dapat menjadi sirosis hati dan hepatoma. Dua puluh lima persen pasien dengan hepatitis B kronik akan meninggal akibat sirosis hati maupun hepatoma.

Patogenesis Hepatitis B dan Perkembangan Vaksin

Patogenesis infeksi virus Hepatitis B merupakan suatu proses yang kompleks, yang melibatkan respon imun humoral dan seluler. Virus bereplikasi di dalam hepatosit. Virus Hepatitis B tidak bersifat sitopatik, dimana yang membuat kerusakan sel hati dan manifestasi klinis bukan disebabkan oleh virus yang menyerang hepatosit, tetapi oleh karena respon imun yang dihasilkan oleh tubuh. Respon antibodi terhadap antigen permukaan berperan dalam eliminasi virus. Respon sel T terhadap selubung, nukleokapsid, dan antigen polimerase berperan dalam eliminasi sel yang terinfeksi. Terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi kronik berhubungan dengan respon sel T yang lemah. Penemuan DNA virus di ekstrahepatik menjelaskan tingginya tingkat transmisi virus dari organ donor yang mengandung anti-HBc yang positif.

Imunogenisistas vaksin Hepatitis B dapat ditingkatkan dengan menggunakan ajuvan yang lebih poten. Vaksin HBVsAg/AS04 mengandung 3’-deacylated monophosphoryl lipid A (MPL) dan ajuvan MF59 mengandung antigen permukaan dan pre-S2. Keduanya mempunyai efek yang lebih baik. Penggunaan granulocyte colony stimulating factor juga dapat meningkatkan antibodi anti-HBs. Imunisasi menggunakan HBV DNA encoding untuk antigen permukaan Hepatitis B dan nukleoprotein menarik untuk diteliti sebagai profilaksis maupun untuk terapi. Vaksin yang berbasis DNA ini menghasilkan imunitas humoral dan seluler, juga respon sel CD4+ dan CD 8+.

Pencegahan

Pencegahan infeksi virus Hepatitis B dapat dilakukan melalui non imunisasi dan imunisasi. Pencegahan non imunisasi dapat dilakukan dengan cara, menghindari kontak dengan darah maupun cairan tubuh pasien yang terinfeksi virus Hepatitis B, tidak menggunakan jarum suntik dan alat kedokteran yang tidak steril, menghindari hubungan seksual yang tidak aman, dan cara-cara pencegahan umum lainnya.

Imunisasi Hepatitis B terdiri dari dua bentuk, imunisasi pasif dan imunisasi aktif.

Imunisasi Pasif

Imunitas pasif yang didapat melalui anti-HBs dapat melindungi individu dari infeksi Hepatitis B akut dan kronik bila diberikan segera setelah paparan, dengan menggunakan imunoglobulin yang mengandung titer anti-HBs yang tinggi. Profilaksis pasca paparan diberikan kepada bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita Hepatitis B, paparan membran mukosa atau kulit terhadap darah yang terinfeksi virus Hepatitis B, dan kontak seksual pada pasien yang HBsAg positif. Imunoglobulin Hepatitis B (HBIG) juga digunakan untuk melindungi pasien dari infeksi Hepatitis B rekuren setelah transplantasi hati. Efektivitas imunoglobulin Hepatitis B adalah 75% untuk mencegah Hepatitis B yang bermanifestasi klinis atau keadaan karier bila digunakan segera setelah paparan. Proteksi yang dihasilkan oleh HBIG hanya bertahan selama beberapa bulan.

Salah satu penggunaan utama HBIG adalah sebagai ajuvan vaksin Hepatitis B dalam mencegah transmisi Hepatitis B perinatal. Data penelitian menyebutkan bahwa terapi kombinasi HBIG dan vaksin Hepatitis B dapat meningkatkan efektivitas pencegahan infeksi perinatal sebesar 85-95% dan memberikan efek proteksi jangka panjang.

Imunoglobulin Hepatitis B juga diindikasikan untuk profilaksis pasca paparan jarum suntik atau luka kulit lainnya, yang terpapar dengan cairan tubuh pasien dengan  ininfeksi virus Hepatitis B. Profilaksis vaksin Hepatitis B sebelum paparan mengurangi kebutuhan terhadap HBIG. Sebuah studi menyatakan bahwa bila tidak diterapi, 30% individu yang tertusuk jarum yang terinfeksi virus Hepatitis B akan mengalami infeksi klinis dan penggunaan HBIG mempunyai efektivitas 75% dalam mencegah penyakit yang bermanifestasi klinis. Efikasi HBIG dalam pencegahan Hepatitis B klinis dan Hepatitis B kronik adalah 75% bula diberikan dalam waktu 7 hari setelah paparan.

Imunisasi Aktif

Vaksin Hepatitis B yang aman, imunogenik, dan efektif telah dipasarkan sejak tahun 1982. Vaksin Hepatitis B mengandung HBsAg ayng dimurnikan. Vaksin dapat diperoleh dari hasil kultur HBsAg dari plasma pasien infeksi Hepatitis B kronik (plasma-derived vaccine) atau dengan memasukkan plasmid yang mengandung gen S virus dan pada beberapa kasus pre-S1 dan atau pre S2 ke dalam ragi atau sel mamalia. Insersi ini akan menginduksi sel mengekspresikan HBsAg, yang berkumpul menjadi partikel imunogenik (vaksin DNA rekombinan). Vaksin tersebut mengalami inaktivasi, dimurnikan, dan ditambah aluminium fosfat atau alminium hidroksida, dan diawetkan dengan thimerosal.

Contoh produk vaksin Hepatitis B yang beredar di pasaran adalah Recombivax HB (Merck) dan Engerix-B (Glaxo Smith Kline). Kedua vaksin tersebut mempunyai efektivitas yang serupa. Vaksin tersebut termasuk vaksin DNA rekombinan, dimana vaksin menginduksi sel T yang spesifik terhadap HBsAg dan sel B yang dependen terhadap sel T untuk menghasilkan antibodi anti-HBs secepatnya 2 minggu setelah vaksin dosis pertama.

Sebagian pabrik vaksin memproduksi vaksin kombinasi yang mengandung komponen Hepatitis B. Vaksin kombinasi yang sudah ada diantaranya adalah: difteri, tetanus, pertusis – Hepatitis B (DTP-Hep B); difteri, tetanus, difteri aseluler – Hepatitis B (DTaP-Hep B); difteri, tetanus, difteri aseluler – Hepatitis B – Haemophilus influenza tipe b (DTaP-Hep B-Hib); dan difteri, tetanus, difteri aseluler – Hepatitis B – Haemophilus influenza tipe b – polio inaktif (DTaP-Hep B-Hib-IPV). Selain itu juga terdapan kombinasi vaksin Hepatitis B dengan Hepatitis A. Tidak ada peningkatan efek samping maupun interverensi antara pemberian vaksin Hepatitis B dengan vaksin lain.

Vaksin Hepatitis B harus disimpan pada suhu 2-8oC. Vaksin yang mengalami pembekuan akan mengurangi efektivitas vaksin. Vaksin Hepatitis B tersmasuk vaksin yang termostabil. Pemanasan pada suhu 45oC selama 1 minggu atau 37oC selama 1 bulan tidak mengubah imunogenisitas dan reaktivitas vaksin.

Pemberian Imunisasi dan Dosis

Vaksin Hepatitis B harus diberikan secara intramuskular di otot deltoid pada orang dewasa. Pada orang dewasa, imunogenisitas vaksin akan berkurang bila vaksin disuntikkan pada gluteus. Panjang jarum yang digunakan sebaikya 1-1,5 inci untuk memastikan vaksin masuk ke jaringan otot.

Penyuntikan vaksin secara intradermal tidak dianjurkan karena imunogenisitas pada usia muda lebih rendah, respons antibodi yang tidak konsisten pada orang tua, kurangnya pengalaman tenaga kesehatan dalam melakukan suntikan intradermal, dan kurangnya data tentang efektivitas jangka panjang.

Vaksin Hepatitis B diberikan dalam 3 dosis pada bulan ke-0, 1, dan 6. Dua dosis pertama merupakan dosis yang penting untuk membentuk antibodi. Dosis ketiga diberikan untuk mencapai kadar antibodi anti-HBs yang tinggi.

Hati adalah organ yang sangat vital bagi manusia, bila organ ini terganggu atau rusak tentunya akan terjadi gangguan di seluruh tubuhnya. Kita ingat ada kisah dari bapak Dahlan Iskan CEO Jawa Pos Group dalam bukunya yang menceritakan bagaimana beliau menderita sakit liver hingga harus operasi di China untuk ganti hati. Hati milik beliau telah rusak karena penyakit chirrosis hepatis sehingga mengalami berbagai keluhan seperti muntah darah, kulit menghitam dan kondisi tubuhnya semakin memburuk sehingga hal-hal ini memaksa beliau untuk ganti hati. Ganti hati atau nama medisnya transplantasi liver, ini bukan perkara yang mudah karena membutuhkan biaya yang sangat besar dan perawatan yang extra ketat karena harus dalam keadaan sangat steril, bila gagal bisa meninggal dunia seperti yang terjadi pada tokoh Nurkholis Madjid yang gagal transplantasi livernya oleh karena adanya infeksi virus. Jadi alangah baiknya bila skreening dini dan imunisasi digalakkan dimasyarakat untuk mengurangi dampakdari penyakit yang menyerang liver atau hati.

Siapa yang termasuk rawan terkena Hepatitis B ?

Inovasi yang telah ada di Puskesmas Mojoagung adalah pelayanan Program Imunisasi Hepatitis B untuk dewasa. Program ini ditujukan pada orang dewasa yang resiko tinggi misalnya pekerja medis (perawat, bidan, dokter, laboran dll), memiliki keluarga dengan Hepatitis B positif, keluarga dengan riwayat chirrosis hepatis dan orang resiko tinggi lainnya (suka berganti-ganti pasangan sex, bertatoo, pemakai narkoba suntik, dll).

Skreening apa yang harus dilakukan sebelum mendapatkan imunisasi ?

Pemeriksaan skreening dilakukan pada pasien dengan SGOT/SGPT yang tinggi yang disertai atau tidak disertai keluhan kuning. Bila SGOT/SGPT terbukti tinggi dilanjutkan dengan pemeriksaan lain yaitu HbSAg dan HbSAb. Bila terbukti HbSAg positif berarti orang ini sedang menderita hepatitis B atau pernah menderita Hepatitis B. Sedangkan pemeriksaan HbSAb adalah untuk menilai kekebalan tubuh seseorang terhadap Hepatitis B, bila HbSAb nya positif maka orang ini telah memiliki antibodi atau zat kekebalan tubuh terhadap hepatitis B, bila masih negatif maka perlu dilakukan imunisasi bila ia terglng resiko tinggi. Pemeriksaan diatas semua sudah dapat dilakukan di Puskesmas Mojoagung dengan tarif yang terjangkau.

Berikut ini adalah jadwal imunisasi anak rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Periode 2004 (revisi September 2003):

Vaksin

Umur pemberian imunisasi

Bulan Tahun

Lahir

1 2 3 4 5 6 912

15

18

2 3 5 610

12

Program Pengembangan Imunisasi (PPI, diwajibkan)

BCG

                                 

Hepatitis B

1 2         3                    

Poli

0   1   2   3       4     5      

Tifoid

                      Ulangan, tiap 3 tahun

Hepatitis A

                     diberikan 2x, interval 6-12

bulan

Varisela

                               

Keterangan jadwal imunisasi rekomendasi IDAI, periode 2004:

Umur Vaksin Keterangan

Saat lahir

Hepatitis B-1

HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi

berumur 7 hari.

Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain)

1 bulan

Hepatitis B-2

Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.

0-2 bulan

BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.

2 bulan

DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)

Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.

Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1

4 bulan

DTP-2 DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).

Hib-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2

Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2

6 DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan

bulan Hib-3 (PRP-T).

Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.

Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3

Hepatitis B-3

HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.

9 bulan

Campak-1

Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.

15-18 bulan

MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.

Hib-4 Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).

18 bulan

DTP-4 DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.

Polio-4 Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.

2 tahun

Hepatitis A

Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.

2-3 tahun

Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.

5 tahun

DTP-5 DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)

Polio-5 Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5.

6 tahun.

MMR Diberikan untuk catch-up immunization pada anak yang belum mendapatkan MMR-1.

10 tahun

dT/TT Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun.

Varisela Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.

a. Vaksin BCGJadwal pemberianDiberikan 1 kali pada umur antara 0-2 bulan Cara Pemberian dan Dosis:• Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml)• Dosis pemberian: 0,05 ml sebanyak 1 kali• Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus) , dengan menggunakan spuit suntik (ADS 0,05 ml) • Vaksin yang dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jamb. Vaksin DPTJadwal PemberianDiberikan 3 kali (DPT 1,2,3), selang 4 minggu, umur antara 2-11 bulan Cara Pemberian dan Dosis• Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen• Disuntikkan secara im dengan dosis pemberian 0,5ml sebanyak 3 dosis• Dosis pertama diberikan pada anak umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu

• Di unit pelayanan statis, vaksin DPT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan:• vaksin belum kadaluarsa• vaksin disimpan dalam suhu 2 0 C s/d 8 0 C• tidak pernah terendam air• sterilitasnya terjaga• VVM masih dalam kondisi terjaga• Di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnyac. Vaksin Jerap TTJadwal PemberianPada WUS atau ibu hamil, dosis primer diberi 2 kali, ke 3 kali waktu 6 bulan kemudian. Diberikan 5 kali, ke 4 dan ke 5 diberikan interval minimal 1 tahun setelah pemberian ke 3 dan ke 4. Cara Pemberian dan Dosis• Sebelum digunakan vaksin harus dikocok lebih dahulu agar suspensi menjadi homogen• Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara im atau sc dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ke 3 setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada WUS, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke

empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke 3 dan ke 4. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada periode trimester pertama.• Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan:1. vaksin belum kadaluarsa2. vaksin disimpan dalam suhu 2 0 C s/d 8 0 C3. tidak pernah terendam air4. sterilitasnya terjaga5. VVM masih dalam kondisi A dan B• Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnyad. Vaksin DTJadwal PemberianDianjurkan pada usia 8 tahun (usia anak SD)Cara Pemberian dan Dosis• Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen• Disuntikkan secara im atau sc dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak usia di bawah 8 tahun. Untuk usia ≥ 8 tahun lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td• Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan: 1. vaksin belum kadaluarsa2. vaksin disimpan dalam suhu 2 0 C s/d 8 0 C3. tidak pernah terendam air4. sterilitasnya terjaga5. VVM masih dalam kondisi A dan B• Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.e. Vaksin Polio Jadwal PemberianDiberikan 4 kali (Polio 1, 2, 3, 4) selang 4 minggu, umur antara 0-11 bulan Cara Pemberian dan Dosis• Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu• Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru• Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2 minggu dengan ketentuan:1. vaksin belum kadaluarsa2. vaksin disimpan dalam suhu 2 0 C s/d 8 0 C3. tidak pernah terendam air

4. sterilitasnya terjaga5. VVM masih dalam kondisi A atau B• Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnyaf. Vaksin CampakJadwal PemberianPemberian 1 kali, umur antara 9 – 11 bulan Cara Pemberian dan Dosis• Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut • Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subcutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6 - 7 tahun (kelas 1 SD) setelah catch-up campaign campak pada anak SD kelas 1-6.g. Vaksin Hepatitis BJadwal pemberianPemberian 3 kali selang 4 minggu, umur antara 0-11 bulan.Cara Pemberian dan Dosis• Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen • Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian suntikan secara im, sebaiknya pada anterolateral paha• Pemberian sebanyak 3 dosis• Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan)Untuk Hepatitis B vial • Di unit pelayanan statis, vaksin Hep B yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan:a. Vaksin belum kadaluarsab.Vaksin di simpan dalam suhu 2 0 C s/d 8 0 Cc. Tidak pernah terendam air d. Sterilitasnya terjagae. VVM masih dalam kondisi A dan B• Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya h. Vaksin DPT-HB Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktivasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.Jadwal Pemberian Dosis pertama umur 2 bulan, diberikan 3 kali, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu

Cara Pemberian dan Dosis• Pemberian dengan cara im, 0,5 ml sebanyak 3 dosis• Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu• Di unit pelayanan statis, vaksin DPT-HB yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan:1. vaksin belum kadaluarsa2. vaksin disimpandalam suhu 2 0 C s/d 8 0 C3. tidak pernah terendam air 4. Sterilitasnya terjaga 5. VVM masih dalam kondisi A dan B• Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus [1] yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati.[2] Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika.[3] Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia.[4]

Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.[5]

Daftar isi 1 Diagnosis 2 Penularan

3 Perawatan

4 Catatan

5 Lihat pula

Diagnosis

Dibandingkan virus HIV, virus Hepatitis B (HBV) seratus kali lebih ganas (infectious), dan sepuluh kali lebih banyak (sering) menularkan. Kebanyakan gejala Hepatitis B tidak nyata.[6]

Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN). Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5). Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktivitas kroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki

respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif. Sedangkan tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen anti viral. [7]

Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti teh.[7]

Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas) maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis.[7]

Penularan

Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan jenis hepatitis lainnya.[2] Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap orang dari semua golongan umur.[8] Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus Hepatitis B ini menular. [9]

Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan.

Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi berdarah,dll) atau luka yang mengeluarkan darah) serta hubungan seksual dengan penderita.

Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis dan HIV.

Sesungguhnya, tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti. Dari hasil pemeriksaan darah, dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan sekarang sudah kebal, atau bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang hendak menikah, tidak ada salahnya untuk memeriksakan pasangannya untuk menenularan penyakit ini.

Perawatan

Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus menyebabkan sel-sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada umumnya, sel-sel hati dapat tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-bulan dengan diet dan istirahat yang baik.[2]

Hepatitis B akut umumnya sembuh, hanya 10% menjadi Hepatitis B kronik (menahun) dan dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.[8] Saat ini ada beberapa perawatan yang dapat dilakukan untuk Hepatitis B kronis yang dapat meningkatkan kesempatan bagi seorang penderita penyakit ini. Perawatannya tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan adefovir dan modulator sistem kebal seperti Interferon Alfa ( Uniferon).[10]

Selain itu, ada juga pengobatan tradisional yang dapat dilakukan. Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan Hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh hati. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan Hepatitis, antara lain yaitu temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma longa), sambiloto (Andrographis paniculata), meniran (Phyllanthus urinaria), daun serut/mirten, jamur kayu/lingzhi (Ganoderma lucidum), akar alang-alang (Imperata cyllindrica), rumput mutiara (Hedyotis corymbosa), pegagan (Centella asiatica), buah kacapiring (Gardenia augusta), buah mengkudu (Morinda citrifolia), jombang (Taraxacum officinale).selain itu juga ada pengobatan alternatif lain Hepatitis B Dari Wikipedia seperti hijamah/bekam yang bisa menyembuhkan segala penyakit hepatitis, asal dilakukan dengan benar dan juga dengan standar medis.[2]

Pemberian Vaksin Hepatitis B

Pada bayi:

-Vaksinasi I: baru lahir s.d. 2 bulan

-Vaksinasi II: usia 1 s.d. 4 bulan

-Vaksinasi III: usia 6 s.d. 18 bulan

Pada orang dewasa:

Pada usia 18 tahun atau lebih, terutama untuk pengguna narkoba suntik, tenaga kesehatan, pasien HIV, pasien liver kronis, dll. Vaksin diberikan 3 kali dalam 6 bulan, yaitu pada bulan ke-0, 1 dan 6, atau pada bulan ke-0, 2, dan 4.

j. Indikasi Vaksin Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B diberikan kepada kelompok individu dengan risiko tinggi tertular Hepatitis B, diantaranya adalah:

Pekerja di bidang kesehatan Petugas keamanan yang rentan terhadap paparan darah

Pekerja di panti sosial

Pasien hemodialisis

Pasien yang membutuhkan transfusi darah maupun komponen darah

Kontak atau hubungan seks dengan karier Hepatitis B atau Hepatitis B akut

Turis yang bepergian ke daerah endemik Hepatitis B.

Pengguna obat-obatan suntik

Pria biseksual dan homoseksual

Orang yang melakukan hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan

Pasien penyakit hati kronik

Pasien yang berpotensi menjalankan transplantasi organ.

k. Pemberian Imunisasi dan Dosis

Vaksin Hepatitis B harus diberikan secara intramuskular di otot deltoid pada orang dewasa. Pada orang dewasa, imunogenisitas vaksin akan berkurang bila vaksin disuntikkan pada gluteus. Panjang jarum yang digunakan sebaikya 1-1,5 inci untuk memastikan vaksin masuk ke jaringan otot.

Penyuntikan vaksin secara intradermal tidak dianjurkan karena imunogenisitas pada usia muda lebih rendah, respons antibodi yang tidak konsisten pada orang tua, kurangnya pengalaman tenaga kesehatan dalam melakukan suntikan intradermal, dan kurangnya data tentang efektivitas jangka panjang.

Vaksin Hepatitis B diberikan dalam 3 dosis pada bulan ke-0, 1, dan 6. Dua dosis pertama merupakan dosis yang penting untuk membentuk antibodi. Dosis ketiga diberikan untuk mencapai kadar antibodi anti-HBs yang tinggi.

 

Tabel 1. Rekomendasi Dosis Vaksin Hepatitis B

Keadaan Recombivax HB

(10 µg/ml)

Engerix B

(20 µg/ml)

Bayi* dan anak < 11 tahun 2,5 µg/ml 10 µg/ml

Anak / remaja (11-19 tahun) 5 µg/ml 20 µg/ml

Dewasa (> 20 tahun) 10 µg/ml 20 µg/ml

Pasien hemodialisis 40 µg/ml (1 ml)# 40 µg/ml (2 ml) ##

Pasien imunokompromais 10 µg/ml (1 ml)# 40 µg/ml (2 ml) ##

Jadwal yang dianjurkan bulan ke-0, 1, 6

*Bayi yang lahir dengan ibu yang HBsAg (-)

# Formulasi khusus

## 2 dosis 1 ml disuntikkan di satu sisi dalam 4 dosis (bulan ke-0, 1, 2, 6)

 

Tabel 2. Rekomendasi Profilaksis Hepatitis B Setelah Paparan Perkutan

Status imun pasien yang terpapar

Rekomendasi bila sumber HBsAg (+)

Rekomendasi bila sumber HBsAg (-)

Rekomendasi bila status HBsAg sumber

tidak diketahui

Belum divaksinasi

 

 

Sebelumnya sudah vaksinasi

Individu responder

 

 

Non responder

 

 

Respon tidak diketahui

HBIG  0,06 mg/kg + vaksin Hepatitis B

 

 

 

Terapi (-) atau pertimbangkan booster

 

2 x HBIG atau

1 x HBIG + vaksinasi Hepatitis B

 

Tes anti-HBs individu yang terpapar

Bila inadekuat : 1 x HBIG + booster vaksin Hepatitis B

Bila adekuat: terapi -

Inisiasi vaksin Hepatitis B

 

 

 

Terapi (-)

 

 

Terapi (-)

Terapi (-)

 

 

Terapi (-)

Inisiasi vaksin Hepatitis B

 

 

 

Terapi (-)

 

 

Bila sumber risiko tinggi: terapi seolah-olah HBsAg (+)

 

Tes anti-HBs individu yang terpapar

Bila inadekuat : booster vaksin Hepatitis B

Bila adekuat: terapi-

l. Efektivitas Vaksin

Pemberian 3 dosis vaksin Hepatitis B secara intramuskluar menginduksi respon antibodi protektif pada lebih dari 90% dewasa sehat yang berusia kurang dari 40 tahun. Setelah berusia 40 tahun, imunitas berkurang dibawah 90%, dan saat berusia 60 tahun hanya 65-76% vaksin yang mempunyai efek proteksi terhadap infeksi virus Hepatitis B. Meskipun faktor pejamu lainnya seperti merokok, obesitas, infeksi HIV, dan penyakit kronik menyebabkan imunogenisitas vaksin yang rendah, tetapi usia merupakan factor determinan terpenting.

m. Efek Samping dan Kontraindikasi

Vaksin Hepatitis B merupakan vaksin yang termasuk aman. Efek yang ditimbulkan berupa nyeri di tempat injeksi, demam, reaksi anafilaksis, dan Sindrom Guillan-Barre. Reaksi alergi terhadap komponen vaksin termasuk thimerosal merupakan kontraindikasi pemberian vaksin.

n. Perkembangan Terkini

Imunogenisistas vaksin Hepatitis B dapat ditingkatkan dengan menggunakan ajuvan yang lebih poten. Vaksin HBVsAg/AS04 mengandung 3’-deacylated monophosphoryl lipid A (MPL) dan ajuvan MF59 mengandung antigen permukaan dan pre-S2. Keduanya mempunyai efek yang lebih baik. Penggunaan granulocyte colony stimulating factor juga dapat meningkatkan antibodi anti-HBs. Imunisasi menggunakan HBV DNA encoding untuk antigen permukaan Hepatitis B dan nukleoprotein menarik untuk diteliti sebagai profilaksis maupun untuk terapi. Vaksin yang berbasis DNA ini menghasilkan imunitas humoral dan seluler, juga respon sel CD4+ dan CD 8+.

Vaksin Hepatitis B Rekombinanan Deskripsi

- Nama & Struktur Kimia

:-

- Sifat Fisikokimia

:

Suspensi berwarna putih, yang diproduksi dari jaringan sel ragi yang mengandung gene HBsAg, yang dimurnikan dan diinaktivasi melalui beberapa tahap proses fisiko kimia seperti ultrasentrifuse, kromatografi kolom, dan perlakuan dengan formaldehid

- Keterangan

:

Vaksin Hepatitis B rekombinan adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasi dan bersifat non-infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansnula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.

Golongan/Kelas Terapi

Obat Yang mempengaruhi Sistem Imun

Nama Dagang

Indikasi

Imunisasi aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. Vaksin ini tidak dapat mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus lain seperti Hepatitis A, C atau virus lain yang diketahui menginfeksi hati. Dapat diberikan pada semua usia dan direkomendasikan terutama untuk orang-orang yang mempunyai risiko tinggi terinfeksi virus Hepatitis B.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Setiap 1 ml vaksin mengandung HBsAg 20 mcg yang teradsorbsi pada Aluminium hidroksida 0,5 mg.Setiap 0,5 ml vaksin mengandung HBsAg 10 mcg yg  teradsorbsi pada Aluminium hidroksida 0,25 mg. Seluruh formulasi mengandung Thimerosal 0,01 w/v% sebagai pengawet. Untuk dewasa (>= 10 tahun) : 1,0 ml. Bayi/ anak (< 10 tahun) : 0,5 ml. Vaksin Hepatitis B disuntikkan secara intramuskuler, jangan disuntikkan secara intravena atau intradermal (terdapat bukti bahwa pemberian secara intradermal menyebabkan penurunan imunogenisitas).

Pada dewasa/ anak > 1 tahun sebaiknya disuntikkan pada otot deltoid, sedangkan pada bayi sebaiknya pada anterolateral paha.1,2 Vaksin dapat  diberikan secara subkutan, khusus pada pasien yang mempunyai risiko perdarahan berat (hemofilia). Sebelum diberikan, vaksin harus dikocok lebih dulu. Vaksinasi dasar terdiri dari 3 dosis intramuskuler dengan jadwal 0-1-6 bulan. Vaksinasi ulang diperlukan setiap 5 tahun setelah vaksinasi dasar.

Farmakologi

Absorpsi (3) : pada studi pemberian vaksin Hepatitis B secara intramuskuler, menunjukkan bahwa anti-HBs terdapat di serum dalam waktu 2 minggu, puncaknya setelah 6 bulan dan bertahan selama kurang lebih 3 tahun.

Distribusi (3) : tidak diketahui apakah HBsAg yang terdapat dalam vaksin Hepatitis B, menembus plasenta atau tidak.

Eliminasi (3) : disposisi akhir HBsAg dan anti HBs setelah pemberian vaksin Hepatitis B secara intramuskuler, belum ditentukan.

Stabilitas Penyimpanan

Vaksin harus disimpan pada suhu 2-8°C dan harus terlindung dari cahaya. Vaksin jangan dibekukan, penyimpanan di atas atau di bawah suhu 2-8°C akan menurunkan potensi. Daluwarsa 26 bulan.

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap komponen vaksin, termasuk ragi. Penderita infeksi berat yang disertai kejang. Vaksinasi tetap dapat diberikan pada penderita infeksi ringan

Efek Samping

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari. Keluhan sistemik seperti demam, sakit kepala, mual, pusing dan rasa lelah belum  dapat dibuktikan disebabkan oleh pemberian vaksin.

Interaksi

- Dengan Obat Lain :

Vaksin Hepatitis B rekombinan dapat diberikan serempak dengan Hepatitis B imunoglobulin pada tempat penyuntikan terpisah. Dan juga dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin DTP, OPV, dengan menggunakan jarum suntik dan lokasi penyuntikan yang terpisah,dan tidak mengganggu respon imun terhadap vaksin-vaksin tersebut. Obat-obat imunosupresan

(kortikotropin, kortikosteroid, alkylating agents, antimetabolites, radiasi) : menurunkan respon terhadap vaksin Hepatitis B.

- Dengan Makanan : -

Pengaruh

- Terhadap Kehamilan : Kategori C. Efek antigen terhadap janin belum diketahui dan karena itu vaksinasi terhadap wanita hamil tidak direkomendasikan, kecuali pada keadaan risiko tinggi.

- Terhadap Ibu Menyusui : Risiko pada bayi minimal.  Tidak tersedia data penggunaan pada manusia, namun vaksin dapat digunakan selama masa menyusui.

- Terhadap Anak-anak :  -

- Terhadap Hasil Laboratorium : -

Parameter Monitoring

-

Bentuk Sediaan

Vial Multidosis 2,5 ml

Kemasan Uniject 0,5 ml dan 1,0 ml

Peringatan

Untuk mencegah anafilaktik perlu selalu disediakan Epinephrine. Mengingat masa inkubasi virus hepatitis B panjang, ada kemungkinan terjadi infeksi yang tidak diketahui pada saat vaksinasi. Jangan diberikan pada daerah gluteal atau intra-dermal karena tidak akan memberikan respon imun yang optimal, dan jangan diberikan secara intravena. Pada pasien dialisis dan yang mempunyai kelemahan sistem imun, respon antibodi mungkin tidak cukup setelah vaksinasi dasar, karena itu perlu diberikan vaksinasi ulang.

Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus

-

Informasi Pasien

-

Mekanisme Aksi

Menstimulasi imunitas aktif terhadap infeksi virus Hepatitis B (HBV). HBsAg  yang terdapat di dalam vaksin, meningkatkan produksi antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs);  anti-HBs menetralkan HBV sehingga infeksi atau sifat patogeniknya dihambat.