askep typoid abdomalis siap
DESCRIPTION
askep typoid abdomalisTRANSCRIPT
DEMAM THYFOID
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
a. Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada pencernaan dan
gangguan kesadaran (Arief, Mansjoer, 2000).
b. Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan,
dan gangguan kesadaran. (Nursalam, M. Nurs dkk, 2005)
c. Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan
bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan
mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)
2. Anatomi
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimentar) yaitu tubamuskular panjang
yang merentang dari mulut sampai anus dan organ-organ aksesoris seperti gigi, lidah, kelenjar saliva,
hati, kandung empedu, dan pankreas (Sloane, 2004 : 281). Menurut Brunner and Suddarth (2002 :
984) saluran gastrointestinal adalah jalur (panjang totalnya 23 sampai 26 kaki) yang berjalan dari
mulut melalui esofagus. Lambung dan usus sampai anus. Organ saluran cerna (gastrointestinal) adalah
membentuk suatu lumen kontinyu yang berawal di mulut dan berakhir di anus, fungsi utama saluran
cerna adalah mencerna makanan dan menyerap cairan dan zat gizi yang diperlukan untuk energi dan
sebagai bahan dasar (building bloks) untuk pertumbuhan (Alpers, 2006 : 1099).
1. Rongga oral
Rongga oral adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesoris yang berfungsi
dalam proses awal pencernaan.
a. Bibir tersusun dari otot rangka (orbikularis mulut) dan jaringan ikat organ ini berfungsi untuk
menerima makanan dan produksi wicara.
b. Pipi
Mengandung otot buksinator mastikasi lapisan epitelial pipi merupakan subject abrasi dan sel secara
konstan terlepas untuk kemudian diganti dengan sel-sel baru yang membelah dengan cepat.
c. Lidah
Diletakkan pada dasar mulut oleh frenulum lingua, lidah berfungsi untuk menggerakkan makanan saat
dikunyah atau ditelan, untuk pengecapan, dan dalam produksi wicara.
d. Kelenjar saliva atau ludah
Mensekresi saliva ke dalam rongga oral, saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan
cairan kental yang mengandung mukus, fungsi saliva adalah melarutkan makanan secara kimia,
melembabkan dan melumasi makanan, sebagai zat anti bakteri dan antibody yang membantu
memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.
e. Gigi
Tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan maksila. Manusia memiliki 2 susunan
gigi : gigi primer (desiduous, gigi susu) yang totalnya 20 gigi, dan gigi sekunder (permanen) yang
total keseluruhan 32 gigi, yang digunakan untuk pengunyahan (mastikasi) (Sloane, 2004 : 284).
2. Faring
Faring merupakan penghubung rongga mulut dengan esofagus, aksi penelanan meliputi tiga fase
(volunter, faring, esofagus) (Sloane, 2004 : 2850.
3. Esofagus
Esofagus menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerak peristaltik, mukosa esofagus
memproduksi sejumlah besar mukus untuk melumasi dan melindungi esofagus, esofagus tidak
memproduksi enzim pencernaan.
4. Lambung
Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen di bawah
diafragma. Semua bagian kecuali bagian kecil terletak pada bagian sisi garis tengah. Regia-regia
lambung terdiri dari bagian-bagian jantung, fundus, badan organ dan bagian pilorus.
a. Bagian jantung lambung adalah area di sekitar pertemuan esofagus dan lambung (pertemuan
gastroesofagus).
b. Fundus adalah bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esofagus.
c. Badan lambung adalah bagian yang terdilatasi di bawah fundus yang membentuk dua pertiga
bagian lambung.
d. Bagian pilorus lambung menyempit di ujung bawah lambung dan membuka ke duodenum.
Fungsi lambung terdiri dari penyimpanan makanan, produksi kismus, digesti protein, produksi mukus,
produksi faktor intrinsik (glikoprotein, vitamin B12 dan absorpsi (Sloane, 2004 : 288).
5. Usus halus
Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfingter pilorus sampai ke katup
ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm dan
panjangnya 3 sampai 5 meter saat bekerja. Panjang 7 meter pada mayat dicapai saat lapisan
muskularis eksterna berelaksasi. Divisi usus halus ada 3 yaitu : duodenum yaitu bagian yang
terpendek (25 cm sampai 30 cm), yeyenum adalah bagian yang selanjutnya, panjangnya kurang lebih
1 meter sampai 1,5 meter, ileum (2 m sampai 2,5 m) merentang sampai menyatu dengan usus besar.
Dan gerakan usus ada 2 jenis yaitu segmentasi irama adalah gerakan pencampuran utama, segmentasi
mencampur kismus dengan cairan pencernaan dan memaparkannya ke permukaan absorptif. Gerakan
peristaltis adalah kontraksi ritmik otot polos longitudinal dan sirkular. Kontraksi ini adalah daya
dorong utama yang menggerakkan kimus ke arah bawah di sepanjang saluran (Sloane, 2004 : 289).
6. Usus besar
Begitu materi dalam saluran pencernaan masuk ke usus besar, sebagian besar nutrien telah dicerna
dan diambil dan hanya menyisakan zat-zat yang tidak tercerna. Makanan biasa memerlukan waktu 2
sampai 5 hari untuk menempuh ujung saluran pencernaan yang satu ke ujung lainnya. Bagian-bagian
usus besar antara lain sekum, apendik, dan kolon terdiri dari asenden, tranversum, desenden dan
sigmoid. Usus besar berfungsi sebagai tempat absorbsi air, natrium, dan mineral lain, sebagai tempat
tinggal bakteri colli dan tempat feses (Sloane, 2004 : 295).
7. Rectum
Rectum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus,
terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis. Fungsi rektum adalah sebagai
jalannya feses dari kolon menuju anus.
8. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar. Fungsi
anus adalah mengeluarkan feses. Dinding anus di perkuat oleh 3 sfingter antara lain sfingter ani
internus, levator ani, dan sfingter ani eksternus.
Dalam membantu terlaksananya pencernaan makanan secara kimiawi dibutuhkan organ-organ
aksesoris yang meliputi hati, kantong empedu dan pankreas.
1. Hati
Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh, permukaan atas berbentuk cembung, dan terletak di
bawah diafragma, terdapat lobus kanan dan kiri yang berfungsi memecah steroid, membuat empedu,
membantu katabolisme karbohidrat, protein, lemak dan vitamin, memecah obat-obatan tertentu
(Inayah, 2004 : 14).
2. Kantong empedu
Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh hati bersifat alkali untuk mencerna lemak 80 %
getah empedu adalah pigmen zat warna antara lain strekobillin yang merupakan warna feses,
berfungsi sebagai diabsorbsi kembali oleh darah dan memberi warna pada urin (urobilin) (Inayah,
2004 : 14).
3. Pankreas
Pankreas mempunyai dua kelenjar utama yaitu endokrin yang mengeluarkan insulin dan eksokrin
yang meneruskan salurannya ke saluran pankreatik interna lalu ke saluran pankreatik eksterna yaitu
duktus wirsung dan santorini (Inayah, 2004 : 11).
3. Fisiologi
Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut :
menerima makanan (Mulut)
memecah makanan menjadi zat-zat gizi (Mulut, Tenggorokan, Kerongkongan &
Lambung)
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah (Usus)
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus
besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Mulut, Tenggorokan & Kerongkongan
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai
macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk ke dalam
lambung dari kerongkonan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan
menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3
zat penting :
lendir
asam klorida (HCl)
prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada
lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak
lambung.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Usus Halus
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Pankreas
Pankraes merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar :
Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke
dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan
lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh
dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi
melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
Hati
Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya
berhubungan dengan pencernaan.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah
yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung
dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.
Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang
masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-
zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
Kandung Empedu & Saluran Empedu
Empedu memiliki 2 fungsi penting :
membantu pencernaan dan penyerapan lemak
berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb)
yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol
Usus Besar
Usus besar terdiri dari :
Kolon asendens (kanan)
Kolon transversum
Kolon desendens (kiri)
Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi
yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
Rektum & Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat
yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk
ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Orang dewasa dan
anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda
mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup
4. Etiologi
Etiologi thypoid abdominalis adalah salmonella typhi yang berhasil diisolasi pertama
kali dari seorang pasien thypoid abdominalis oleh Gaffkey di Jerman pada tahun 1884,
mikroorganisme ini merupakan bakteri gram negatif yang motil dan bersifat aerob. Kuman
Salmonella thypii masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang
tercemar. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Insiden
Thypoid abdominalis merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas didaerah
tropis dan subtropis terutama didaerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai
dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya
penyebaran thypoid abdominalis di negara sedang berkembang adalah urbanisasi, kepadatan
penduduk, sumber air minum dan standar hygiene industri pengelolahan makanan yang masih
rendah. Menurut PANG, selain karena meningkatnya urbanisasi, thypoid abdominalis masih
terus menjadi masalah karena faktor lain yaitu penyediaan air bersih yang tidak memadai.
(Soegeng Soegijanto, 2002)
Di Indonesia, thypoid abdominalis terdapat dalam keadaan endemik, pasien anak yang
ditemukan berumur diatas satu tahun. (Ngastiyah, 2005).
Selama ini penyakit thypoid abdominalis masih merupakan masalah kesehatan
diberbagai negara tropis, terutama Indonesia, kejadian tifus didunia sekitar 16 juta kasus
setiap tahunnya. Di Indonesia kejadian thypoid abdominalis mencapai 760-810 kasus per 100
ribu penduduk per tahun. (Anonim, 2007).
5. Gejala Gejala awalnya perlu dikenali sebelum terlambat diobati. Selain itu, tipus kasus
infeksi perut yang banyak di sini. Diawali demam lebih dari seminggu. Mulanya seperti
orang mau flu. Bedanya, demam tipus umumnya muncul sore dan malam hari. Tidak disertai
gejala batuk pilek. Demamnya sukar turun walau minum obat dan disertai nyeri kepala hebat.
Perut terasa tidak enak, dan tidak bisa buang air beberapa hari, Demam naik teratur, bila
naiknya menjelang malam, selama seminggu, akan terus seperti itu, bisa juga naiknya selalu
disiang hari, malamnya agak mereda. Kenali gejala tipus (thypus abdominal atau typhoid
fever) yang tergolong berat dan berbahaya.
Gejala awalnya perlu dikenali sebelum terlambat diobati. Selain itu, tipus kasus infeksi perut
yang banyak di sini. Diawali demam lebih dari seminggu. Mulanya seperti orang mau flu.
Bedanya, demam tipus umumnya muncul sore dan malam hari. Tidak disertai gejala batuk
pilek. Demamnya sukar turun walau minum obat dan disertai nyeri kepala hebat. Perut terasa
tidak enak, dan tidak bisa buang air beberapa hari, Demam naik teratur, bila naiknya
menjelang malam, selama seminggu, akan terus seperti itu, bisa juga naiknya selalu disiang
hari, malamnya agak mereda.
Pada paratipus – jenis tipus yang lebih ringan – mungkin sesekali mengalami buang-buang
air . Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir
kering, dan kondisi fisik tampak lemah, serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut, mungkin
muncul gejala kuning, sebab pada tipus organ hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis.
Pada tipus limpa juga membengkak.
Kuman tipus tertelan lewat makanan atau minuman tercemar. Bisa jadi sumbernya dari
pembawa kuman tanpa ia sendiri sakit tipus. Kuman bersarang di usus halus, lalu
menggerogoti dinding usus. Usus luka, dan sewaktu-waktu tukak tipus bisa jebol, dan usus
jadi bolong.
Ini komplikasi tipus yang paling ditakuti. Komplikasi tipus umumnya muncul pada minggu
kedua demam. Yaitu jika mendadak suhu turun dan disangka sakitnya sudah menyembuh,
namun denyut nadi meninggi, perut mulas melilit, dan pasien tampak sakit berat. Kondisi
begini membutuhkan pertolongan gawat darurat, sebab isi usus yang tumpah ke rongga perut
harus secepatnya dibersihkan. Untuk tahu benar kena tipus harus periksa darah. Setelah
minggu pertama demam tanda positif tipus baru muncul di darah (Uji Widal).
Jika tes Widal negatif padahal pasien menunjukkan gejala tipus, tes perlu diulang sambil
menunggu tes Gaal atau biakan kuman. Tanpa tes Widal diagnosis tipus tidak bisa ditegakkan
hanya dari pemeriksaan fisik dan melihat gejalanya semata. Penyakit tipus mudah
disembuhkan. Jika tak mempan obat konvensional golongan chloramphenicol, kini sudah ada
beberapa generasi obat baru.
Haruskah Rawat Inap? Jika kondisi pasien tidak berat, dan penyakitnya masih awal, yaitu
sudah didiagnosis sebelum demam lebih dari 3 minggu, umumnya masih bisa dirawat di
rumah. Namun mesti diawasi jika mendadak suhuturun, nadi meninggi, dan perut mulas
melilit. Makanan tak selalu harus lunak, asal jangan jenis yang merangsang. Waspadai jika
buang air ada darahnya, tanda awal usus jebol, dan demamnya muncul lagi, dan kondisi
pasien cepat menurun setelah sebelumnya tampak menyembuh. Tipus bisa kambuh.
Tandanya, demam yang sama muncul lagi setelah mereda. Kemungkinan kuman tipusnya
tersasar ke kandung empedu. Tipus begini biasanya lebih sukar disembuhkan. Sebagian dari
kasus tipus menjadi pembawa kuman tipus.
Pembawa kuman ini berbahaya jika profesinya pramusaji atau orang yang kerjanya
menyiapkan makanan dan minuman jajanan (food handler). Sekarang tipus bisa dicegah
dengan imunitas tipus. Penyakit tipus di Indonesia masih banyak. Mereka yang punya risiko
tertular, tidak salahnya ikut vaksinasi.
6. Patofisiologi
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap diusus halus melalui pembuluh
limfe lalu masuk kedalam peredaran darah sampai diorgan-organ lain, terutama hati dan
limfa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limfe sehingga organ-
organ tersebut akan membesar (hipertropi) disertai nyeri pada perabaan, kemudian basil
masuk kembali kedalam darah (bakteremia) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam
kelenjar limfoid usus halus, sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa
diatas plak peyeri. Tukak tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala
demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan
oleh kelainan pada usus. (Ngastiyah, 2005).
7. Manifestasi Klinik
a. Masa tunas 10 – 20 hari yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan,
sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari.
b. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak
badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang.
c. Demam. Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan
suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap
hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam
minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu
berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
d. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir
kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung
dan tepinya kemerahan.
e. Gangguan kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu
apatis sampai somnolen, jarang terjadi stupor atau koma (kecuali penyakitnya berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan).
f. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan
karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam.
6. Komplikasi
Komplikasi demam thypoid dibagi dalam :
a. Komplikasi Intestinal
1. Pendarahan usus
2. Perforasi usus
3. Ileus paralitik
b. Komplikasi ektra-intestinal
1. Komplikasi kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi perifel (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis dan
tromboflebitis.
2. Komplikasi darah
Anemia hemolitik, trombositoperia dan sidroma uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru
Pneumonia, emfiema, dan pleuritis
d. Komplikasi hepair dan kandung empedu
Hepatitis dan kolesistitis
e. Komplikasi ginjal
Glomerulonefritis, periostitis, spondilitis, dan arthritis
f. Komplikasi neuropsikiatrik
Delirium, meningismus, meningistis, polyneuritis perifer, sindrom, katatoni
8. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah untuk kultur (biakan empedu)
Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita pada minggu pertama sakit, lebih
sering ditemukan dalam urine dan feces dalam waktu yang lama.
Pemeriksaan widal
Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosis thypoid
abdominalis secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu masuk dan setiap
minggu berikutnya. (diperlukan darah vena sebanyak 5 cc untuk kultur dan widal)
b. Pemeriksaan sumsum tulang belakang
Terdapat gambaran sumsum tulang belakang berupa hiperaktif Reticulum Endotel System
(RES) dengan adanya sel makrofag.
9. Penatalaksanaan Medik
a. Perawatan
Pasien thypoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan, observasi dan
diberikan pengobatan yakni :
Isolasi pasien.
Desinfeksi pakaian.
Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama,
lemah, anoreksia dan lain-lain.
Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali
(istirahat total), kemudian boleh duduk jika tidak panas lagi, boleh berdiri kemudian
berjalan diruangan.
b. Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak
boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas, susu 2 gelas
sehari, bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung. Jika
kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan biasa.
c. Obat
Obat anti mikroba yang sering digunakan :
Cloramphenicol
Cloramphenicol masih merupakan obat utama untuk pengobatan thypoid.
Dosis untuk anak : 50 – 100 mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas
panas/minimal 14 hari.
Kotrimaksasol
Dosis untuk anak : 8 – 20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas panas/minimal
10 hari.
Bila terjadi ikterus dan hepatomegali : selain Cloramphenicol juga diterapi dengan
ampicillin 100 mg/kg BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Nama: “N”
Umur: 20 tahun
Tanggal /lhr: 23-maret 1992
Jenis kelamin: laki-laki
Alamat: bangkalan madura
Suku bangsa :indonesia
2) Keluhan utama
Px mengatakan jika demam tifoid kambuh sering merasakan panas atau demam yang tidak
turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan
kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.
4) Riwayat penyakit dahulu
Px mengatakan dia memang mempunyai riwayat tyipoit
5) Riwayat penyakit keluarga
Keluarga px mengatakan bahwa tidak memiliki penyakit turunan
6) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan
sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
b) Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan
eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan.
Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak
keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
c) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi
maka segala kebutuhan klien dibantu.
d) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
e) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit anaknya.
f) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak
mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad klien.
g) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien
harus bed rest total.
h) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas
7) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410 C, muka
kemerahan.
b) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti
bronchitis.
d) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
e) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
f) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia,
dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.
g) Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan
pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus
meningkat.
2. Diagnose keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan
kebutuhan, dispnea.
b. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypii.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam
3. Intervensi Keperawatan
no
Masalah keperawatan Tujuan dan KH intervensi rasional
1Pola napas tidak efektif
berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai oksigen
dengan kebutuhan, dispnea.
DS:
- Px mengatakan sering
merasakan terenga-engah
pada saat bernafas ketika
panas
- Px mengatakan merasakan
terganggu dan tertekan
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan dengan
selama 3X24 jam
pola napas efektif
Kriteria hasil : -
Pola napas efektif
- RR normal 18-
24
- TTV normal:
TD:
observasi frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan dan TTV px sehari 2x
Untuk mengetahui tingkat sistematis keadaan pada px
Selidiki kesadaran pada px
Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal pernapasan
Pertahankan kepala
tempat tidur tinggi.
Posisi miring
Memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma
anjurkan px untuk
Dorong penggunaan
teknik napas dalam
Membantu memaksimalkan
ekspansi paru
DO:
- Px mengalami dispneu
- TTV:
TD:110/80,S:40c,RR:33x/
mnit
120/90,N:60-
100 x/m, S:36,5-
37,5
Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen danlam indikasinya
Perlu untuk mengatasi/mencegah
hipoksia. Bila
pernapasan/oksigenasi
tidak adekuat, ventilasi
mekanik sesuai kebutuhan.
No
Masalah keperawatan Tujuan dan KH Intervensi Rasional
2Hihipertermi berhubungan
dengan proses infeksi,
proses peradangan
jjgDS:
- Px mengatakan tidak
tahan terhadap panas
tubuh yg di rasakan
- Px mengatakan jika
merasakan panas dia
tidak tahan dan
terengah-engah
DO:
- Suhu px mencapai 40c
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 3 X
24 jam, suhu tubuh normal
KH:
- Suhu normal 36,5-37,5
- Tidak ada keluhan
panas
TTV dalam batas normal
TD : 120/80 mmhg
N : 80-100x/i
S : 36,5-370 C
P : 18-24
.) 1. Observasi tanda-
tanda vital sehari
2x
R
1. Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit dan menjadi indikator untuk melakukan intervensi selanjutnya
Se 2. Beri kompres air
hangat pada daerah
dahi,xilia
R/
2. Pemberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas secara konduksi dan membantu tubuh untuk menyesuaikan terhadap panas
3. 3. Anjurkan untuk 3. Peningkatan suhu
- Px sering meringis
karna panasnya
banyak minum air
putih
R/
tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
4. 4. Kolaborasi
pemberian
antiviretik,
antibiotik dengan
dokter
R/:
4. Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri
No Masalah keperawatan Tujuan dan KH Intervensi Rasional3.
N Nyeri berhubungan dengan
proses peradangan ditandai
dengan merasakan
ketidaknyamanan dalam
tubuh.
DS:
- px mengatakan tidak
tahan terhadap nyeri
tubuh yg dirasakan
- Px mengatakan gerah
dan nyilu-nyilu
terhadap semua
tubuhnya
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam nyeri hilang/berkurang
KH :
- Tidak ada keluhan
nyeri
Wajah tampak tampak
rileks
Skala nyeri 0-1
TTV dalam batas
normal
TD : 120/80 mmhg
N : 80-100x/i
S : 36,5-370C
1. Observasi tingkat nyeri, lokasi, sifat dan lamanya nyeri dan TTV
1. Sebagai indikator dalam melakukan intervensi selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana nyeri dipersepsikan
2. Berikan posisi yang nyaman sesuai keinginan klien
2. Posisi yang nyaman akan membuat klien lebih rileks sehingga merelaksasikan otot-otot
3 Ajarkan tehnik nafas dalam
Ajarkan kepada orang tua untuk menggunak
3. Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi otot-otot sehingga mengurangi nyeri
Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian
DO:
- Skala nyeri px 7-9
- Px sering merontak
akibat nyeri panas
TTV: TD :90/70, N:110,
S:40c
D
P : 18-24x/i an tehnik relaksasi misalnya visualisasi, aktivitas hiburan yang tepat
3. Kolaborasi obat-obatan analgetik
4. Dengan obat analgetik akan menekan atau mengurangi rasa nyeri
No Masalah Keperawatan Tujuan dan KH Intervensi Rasional
4. Gangguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri,
demam ditandai dengan px
selalu terjaga pada malam
hari
DS:
- Px mengatakan susah
tidur
- Px mengatakan
merasakan nyeri dan
panas sehingga
mengakibatkan
terbangun pada malam
Tujuan Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3X24 jam,
pola tidur efektif
Kriteria hasil :
tidur nyenyak
- Klien tidur 8-10 jam
semalam
- Klien tampak segar
- Kunjung tiva mera
segar
TTV: TD : 120/80
mmhg
1. Observasi
pola tidur
klien,dan
TTV
2xsehari
1. Mengetahui kebiasaan
tidur klien, mengetahui
gangguan yang dialami,
memudahkan intervensi
selanjutnya
2. Berikan
bantal yang
nyaman
2. Meningkatkan
kenyamanan
meningkatkan
pemenuhan istirahat
tidur
Be3. Memberikan
lingkungan yang
nyaman, batasi
3. Mengurangi stimulus
yang dapat
mengganggu istirahat
ha ri.
DO:
- Kunjungtiva px pucat
- Terdapat kehitaman
pada kantong mata
N : 80-100x/i
S : 36,5-370C
P : 18-24x/i
:
pengunjung tidur
4. Lakukan
kolaborasi
dengan
dokter dalam
pemberian
CTM
4.agar px dapat tudur
tenang sampai batas
normal tidur
implementasi
No.DX Masalah kep Tgl/waktu Implementasi Paraf1. Intoleran aktifitas - 20-03-
2013/06.00- 20-03-
2013/08.00- 20-03-
2013/10.00- 20-13-
2013/12.00- 20-03-
2013/14.00- 20-03-
2013/16.00- 20-03-
2013/18.00- 20-03-
2013/20.00- 20-03-
2013/22.00- 20-03-
2013/24.00
- Mengkaji nyeri saat klien bergerak- Mengkaji pergerakan kaki kanan- Melatih klien menggerakkan
persendian di bawah gips- Memberi motivasi pada klien untuk
berlatih dengan memakai tongkat- Menganjurkan klien
mengoptimalkan bagian yang sehat- Menganjurkan keluarga membantu
klien beraktifitas- Melakukan kolaborasi dengan
dr.psikotrapist
2
3.
Nyeri akut
Resiko infeksi
- 20-03-2013/03.00
- 20-03-2013/06.00
- 20-03-2013/08.00
- 20-13-2013/10.00
- 20-03-2013/12.00
- 20-03-2013/15.00
- 20-03-2013/18.00
- 20-03-2013/20.00
- 20-03-2013/06.00
- 20-03-2013/08.00
- 20-03-2013/10.00
- 20-03-
- Melakukan observasi TTV setiap 2x sehari
- Berikan pertahanan imobilisasi bagian yg sakit dengan tirah baring.
- Tinggikan dan dukung ekstrimitas yg terkena
- Tinggikan penutup tempat tidur.pertahankan line terbuka pada ibu jari kaki
- Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan ,perhatikan lokasi dan karakteristik,termasuk intensitas (skala 0-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/prilaku)
- Ajak bicara px dengan sifat terbuka dan saling kepercayaan
- Alihkan persepsi px tentang penyakitnya
- Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
- Melakukan obsevasi pada px dengan TTV sehari 2x
- Menganjurkan keluarga memberi bedak anti gatal
2013/12.00- 20-03-
2013/14.00- 20-03-
2013/16.00- 20-03-
2013/18.00- 20-03-
2013/20.00- 20-03-
2013/22.00- 20-03-
2013/24.00
- Menganjurkan klien agar tidak memasukkan benda kecil ke tepi gips
- Mengkaji tanda-tanda infeksi- Menganjurkan keluarga untuk
memberi perawatan kebersihan yang cukup pada klien
EVALUASI
No.Dx Tgl/jam Catatan prkembangan paraf1 S:
- px mengatakan sedikit merasakan keadaan nyaman pada saat pernafasan- Px mengatakan tidak merasakan
nafas dangkal dan cepat seperti sebelumnya
O:- RR px normal 20x/m- Tidak terdapat disneu- Pola nafas px teratur tanpa ada
gangguan pada pola inspirasiA: masalah teratasi sebagianP:lanjutkan interfensi
2 S:- Px mengatakan panasnya sudah
lumayan turun- Px mengatakan sudah lumayan
merasakan nyaman dengan keadaan suhu yg mulai turun
O:- Suhu px mulai stabil dari 40 turun ke
38c- Keadaan px mulai stabil A: masalah teratasi sebagianP: lanjutkan interfensi
3 S:- Px mengatakan xeri yg dirasakan
sudah mulai turun- Px mengatakan nyeri hanya sebentar
saja pada saat-saat tertentuO:- Skala px yg awal 7-9 dan sekarang
lebih membaik yaitu skala 1-3- Tidak terdapat ringisan px akibat rasa
nyerinyaA: masalah teratasi sebagianP: lanjutkan interfensi
4 S:- Px mengatakan tidurnya sudah
nyenyak- Px mengatakan tidak pernah terjaga
pada malam hariO- Pola tidur px normal 5-6 jam pada
malam dan 2-3 jam pada siang hari- Kunjungtiva px normalA: masalah teratasiP: lanjutkan intervensi jika di butuhkan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2007), Defenisi Typhoid Abdominalis, (online) (http://www.laboratorium klinik
prodia.com, diakses 07 Agustus 2011
Anonim, (2007), Epidemiologi Typhoid Abdominalis, (online) (http://www.pontianak
post.com, diakses 07 Agustus 2011
Hidayat AA, (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (Edisi 2), Jakarta, Salemba
Medika.
Hidayat AA, (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (Edisi 1), Jakarta, Salemba
Medika.
Ngastiyah, (2005), Perawatan Anak Sakit. Edisi 2, Jakarta, EGC.
Nursalam dkk, (2005), Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Salemba Medika.
Pearce C, (2004), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Jakarta, PT. Gramedia.
Saifuddin, (2006), Anatomi Fisilogi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3, Jakarta : EGC.
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur alhamdulillah atas kehadirat
allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyusun
dan menggerjakan makalah sistem pencernaan, dan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam melaksanakan makalah ini yang berjudul “Thypoid “
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana thypoid penyakit infeksi
akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran
Akhir kata sebagai mana manusia yang tidak jauh dari sifat salah dan lupa, maka
penulis mengharapkan saran dan kritik untuk membangun/memperbaiki dari semua pihak
agar makalah ini menjadi lebih baik
Demikian kata pengantar dari penulis,semoga makalah ini bermanfaat dan berkesan di
hati pembaca serta menambah pengetahuan pada masyarakat luas, khususnya bidang
kesehatan kususnya keperawatan.
Surabaya, 25 maret 2013
TUGAS SISTEM PENCERNAAN
“THYPOID”
Oleh:
1. A SALLY ADAM (20111660001)
2. DWI ARIE HERMAWAN (20111660023)
3.LINAILIL HIDAYATI (20111660040)
4.RATNA SEFRIDA (20111660060)
5.ZAINUL FATAHILLAH (20111660078)
FAKULTAS ILM U KESEHATAN ( S1 KEPERAWATAN )
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2013