makalah kelompok b7 blok 23

44
PENDAHULUAN Latar Belakang Seorang laki-laki 57 tahun datang ke poli umum dengan keluhan penglihatan mata kanan bertambah kabur seperti berasap sejak 6 bulan yang lalu, tidak disertai mata merah dan nyeri. Pasien mempunyai riwayat diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu, pada pemeriksaan fisik: compos mentis, tanda vital dalam batas normal. Status ophthalmology: Visus OD 1/300 pin hole tetap, OS 20/40 pin hole 20/30. Pada OD didapatkan pupil keruh dan tampak ada bayangan coklat. Dan pada OS didapatkan bayangan keruh pada sebagian lensa. Kornea jernih, tekanan bola mata (N)/palpasi, funduskopi, OD sulit dinilai, OS samar kesan normal. Dengan bahan kuliah sebagai garis panduan, aspek yang dibahas dalam PBL untuk mengkaji penyakit-penyakit yang menjadi kemungkinan pada kasus di atas adalah: Pemeriksaan fisik dan penunjang Differential diagnosis dan working diagnosis Epidemiologi Etiologi 1 Katarak Kelompok B7 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 [email protected]

Upload: dian-nivaan

Post on 27-Oct-2015

92 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Makalah tentang katarak

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kelompok b7 Blok 23

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seorang laki-laki 57 tahun datang ke poli umum dengan keluhan penglihatan mata kanan

bertambah kabur seperti berasap sejak 6 bulan yang lalu, tidak disertai mata merah dan nyeri.

Pasien mempunyai riwayat diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu, pada pemeriksaan

fisik: compos mentis, tanda vital dalam batas normal. Status ophthalmology: Visus OD 1/300

pin hole tetap, OS 20/40 pin hole 20/30. Pada OD didapatkan pupil keruh dan tampak ada

bayangan coklat. Dan pada OS didapatkan bayangan keruh pada sebagian lensa. Kornea

jernih, tekanan bola mata (N)/palpasi, funduskopi, OD sulit dinilai, OS samar kesan normal.

Dengan bahan kuliah sebagai garis panduan, aspek yang dibahas dalam PBL untuk mengkaji

penyakit-penyakit yang menjadi kemungkinan pada kasus di atas adalah:

Pemeriksaan fisik dan penunjang

Differential diagnosis dan working diagnosis

Epidemiologi

Etiologi

Patofisiologi dan manifestasi klinis

Penatalaksanaan (medical mentosa dan non-medical mentosa)

Prognosis

Pencegahan

1

Katarak

Kelompok B7

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

[email protected]

Page 2: Makalah Kelompok b7 Blok 23

Objektif

Sasaran pembelajaran :

Mempelajari pemeriksaan fisik dan penunjang untuk suspek katarak.

Mengjustifikasi working diagnosis and differential diagnosis untuk kasus

Mengkaji epidemiologi dan etiologi penyakit

Mempelajari patofisiologi dan manifestasi klinis untuk penyakit

Mempelajari penatalaksanaan (medical mentosa dan non-medical mentosa)

Menyatakan prognosis dan pencegahan pada katarak.

DISKUSI

Katarak

Identifikasi Istilah yang Tidak Diketahui:

Dalam kasus ini, istilah yang tidak diketahui tidak ditemukan.

Rumusan Masalah:

Laki-laki 57 tahun dengan keluhan penglihatan mata kanan bertambah kabur seperti

berasap sejak 6 bulan yang lalu.

Riwayat diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu.

Ocular dextra pupil keruh dan bayangan coklat, ocular sinistra bayangan keruh pada

sebagian lensa.

Analisis dan Pemecahan Masalah:

Core bagi mind mapping kasus ini adalah “Laki-laki 57 tahun dengan penglihatan

mata kanan bertambah kabur seperti berasap sejak 6 bulan lalu, riwayat diabetes

mellitus sejak 10 tahun yang lalu”

2

Page 3: Makalah Kelompok b7 Blok 23

Anamnesis

Pada anamnesis, ketelitian dalam mencari riwayat penyakit sangatlah penting untuk

mengetahui progresifitas dan kerusakan fungsi penglihatan yang disebabkan karena katarak

dan dalam mengidentifikasi penyebab lain yang mungkin menyebabkan kekeruhan lensa.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diperlukan dalam menganamnesis pasien terduga

katarak yakni:1,2,3,4

Usia pasien

Riwayat kemunduran pengelihatan

Gangguan pengelihatan

Ciri-ciri penyakitnya

Adanya glare

Adanya rasa nyeri

Adanya gatal

Jumlah mata yang terkena

Riwayat penyakit yang sama sebelumnya

Riwayat penyakit mata lain sebelumnya

Riwayat penggunaan soft lens

Riwayat paparan bahan toksik

Riwayat penggunaan bahan-bahan seperti eserin, steroid, ergot,

antikolinersterase topical

Riwayat penyakit sistemik seperti DM, hipertensi

Riwayat penyakit predisposisi

Riwayat genetic dan gangguan perkembangan

Nilai visus pasien

Lama tenggang waktu keluhan

Pandangan buram

Pandangan yang berantakan (distortion)

Kesalahan persepsi warna (altered color perception)

Pemeriksaan Fisik

3

Page 4: Makalah Kelompok b7 Blok 23

Pemeriksaan pada penderita tersangka katarak adalah 1) dengan pemeriksaan visus dengan

kartu Snellen atau chart projector dengan koreksi terbaik serta menggunakan pinhole.

Gambar 1 : Kartu Snellen. Gambar 2 : Slit lamp.

2) Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior.

3) Tekanan intraokular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi atau Schiotz.

Jika TIO dalam dalam batas normal (kurang dari 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil dengan

tetes mata Tropicanamide 0.5%. Setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan dengan slit

lamp untuk melihat derajat kekeruhan lensa apakah sesuai dengan visus pasien.2

Derajat 1: nukleus lunak, biasanya visus masih baik dari 6/12, tampak sedikit

kekeruhan dengan warna agak keputihan. Refleks fundus masih mudah diperoleh.

Usia penderita biasanya kurang dari 50 tahun.

Derajat 2 : nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya visus antara 6/12-6/30,

tampak nukelus mulai sedikit berwarna kekuningan. Refleks fundus masih mudah

diperoleh dan paling sering memberikan gambaran seperti katarak subkapsularis

posterior.

4

Page 5: Makalah Kelompok b7 Blok 23

Derajat 3: nukleus dengan kekerasan medium, biasanya visus antara 6/30-3/60,

tampak nukleus berwarna kuning disertai kekeruhan korteks yang keabu-abuan.

Derajat 4 : nukleus keras, biasanya visus antara 3/60-1/60, tampak nukleus

berwarna kuning kecoklatan. Refleks fundus sulit dinilai.

Derajat 5 : nukleus sangat keras, biasanya visus hanya 1/60 atau lebih jelek. Usia

penderita sudah diatas 65 tahun. Tampak nukleus berwarna kecoklatan bahkan

sampai kehitaman. Katarak ini sangat keras dan disebut juga sebagai Brunescence

cataract atau Black cataract.

4) Pemeriksaan pupil dengan menggunakan center, pupil disinar dari depan kemudian

diperhatikan warna pupil. Pupil berwarna hitam jika lensa jernih atau bisa didapat pada

afakia. Pupil kelihatan putih atau abu-abu akibat kekeruhan atau katarak. Arah sinar diubah

menjadi 45% dari samping kemudian diperhatikan perubahan kekeruhan lensa. Jika terlihat

seluruh lensa tetap putih, bermakna katarak matura dengan Tes Shadow negatif. Jika

sebahagian lensa terlihat hitam, bermakna katarak immature dengan hasil Tes Shadow positif.

5) Pemeriksaan funduskopi menggunakan alat oftalmoskop, sebaiknya dilakukan di ruang

yang relative gelap, bila mata kanan pasien yang ingin diperiksa, pemeriksa harus duduk di

sebelah kanan, memegang oftalmoskop dengan tangan kanan dan memeriksa dengan mata

kanan dan sebaliknya. Diperhatikan fundus okuli. Normalnya bila media refraksi jernih,

refleks fundus berwarna merah kekuningan di seluruh lingkaran pupil. Bila keruh, kelihatan

bercak hitam didepan latar belakang merah kekuningan. Ini perlu dibedakan karena katarak

matura sering dengan hasil refleks fundus negatif.3

Antara pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah biometri untuk mengukur power

Intraocular lens (IOL) jika pasien akan dioperasi katarak dan retinometri untuk mengetahui

prognosis tajam penglihatan setelah operasi.2

Selain itu, pada pasien yang datang dengan riwayat penyakit dahulu seperti diabetes mellitus,

dilakukan juga test rutin seperti CBC, glukosa, kolesterol, fungsi enzim hati dan lain-lain.

Pemeriksaan Penunjang

I. Pemeriksaan laboratorium

5

Page 6: Makalah Kelompok b7 Blok 23

Diagnosis katarak senilis dibuat pada dasarnya setelah riwayat

menyeluruh dan pemeriksaan fisik dilakukan. Pemeriksaan

laboratorium diminta sebagai bagian dari proses skrining preoperative

untuk mendeteksi penyakit yang sudah ada (seperti diabetes mellitus,

hipertensi, anomali kardiak). Studi menunjukkan bahwa

trombositopenia dapat mengarah ke peningkatan perdarahan

perioperative dan karena itu seharusnya dideteksi dan diatasi sebelum

operasi.2

II. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologis mata (seperti ultrasound, CT scan, MRI)

diminta saat terduga adanya patologis pada bagian posterior mata dan

pengamatan bagian belakang mata tertutup oleh katarak yang padat.

Hal ini membantu dalam merencanakan tindakan operasi dan untuk

memebrikan prognosis postoperasi yang lebih terjaga bagi

penyembuhan visual pasien.2

Ultrasonografi dipakai untuk melihat struktur abnormal pada mata

dengan kepadatan kekeruhan media dimana tidak memungkinkan

melihat jaringan dalam mata secara langsung. Sinar ultrasonic direkam

yang kaan memberikan kesan keadaan jaringan yang memantulkan

getaran yang berbeda-beda.

Ultrasonografi scan B merupakan tindakan melihat dan memotret alat

atau jaringan dalam mata dengan menggunakan gelombang tidak

terdengar. Alat ini sangat penting untuk melihat susunan jaringan

intraocular. Bila USG normal dan terdapat defek aferen pupil maka

operasi walaupun mudah, tetap akan memberikan tajam penglihatan

yang kurang. Kelainan USG dapat disertai kelainan macula.

USG juga merupakan pemeriksaan khusus untuk katarak terutama

monocular dimana akan terlihat kelainan badan kaca seperti

perdarahan, peradangan, ablasi retina, dan kelainan kongenital ataupun

adanya tumor intraocular.1

Differential Diagnosis

1) Katarak diabetes

6

Page 7: Makalah Kelompok b7 Blok 23

Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes mellitus dan biasanya

bilateral. Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk. Pertama pasien

dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan terlihat kekeruhan

berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa,

kekeruhan akan hilang bila tejadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali. Bentuk kedua,

pasien diabetes juvenil dan tua yang tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada

kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring subkapsular. Bentuk

ketiga, katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histopatologi dan

biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.4

Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemia terdapat penimbunan

sorbitol dan fruktosa di dalam lensa. Pada mata terlihat peningkatkan insidens maturasi

katarak yang lebih pada pasien diabetes. Jarang ditemukan “true diabetic” katarak. Pada lensa

akan terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan pengobatan.

Diperlukan pemeriksaan tes urine dan pengukuran darah gula puasa untuk menegakkan

diagnosis.4

2) Katarak komplikata

Merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi seperti

ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaucoma, tumor intraocular, iskemia ocular, nekrosis

anterior segmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata. Katarak komplikata

dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin (diabetes melitus, hipoparatiroid,

galaktosemia,dan miotonia distrofi) dan keracunan obat (tiotepa intravena, steroid local lama,

steroid sistemik, oral kontraseptik dan miotika antikolinesterase). Katarak komplikata

7

Page 8: Makalah Kelompok b7 Blok 23

memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya didaerah bawah kapsul atau pada

lapis korteks, kekeruhan dapat difus, pungtata, linear, rosete, reticulum dan biasanya terlihat

vakuol. Dikenal dua bentuk yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada polus posterior mata

dan polus anterior bola mata.4

Katarak pada polus posterior mata terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa,

ablasi retina, kontusio retina dan myopia tinggi yang mengakibatkan kelainan badan kaca.

Biasanya kelainan ini berjalan aksial dan tidak berjalan cepat didalam nukleus, sehingga

sering terlihat nukleus lensa tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi dan ablasi retina

memberikan gambaran agak berlainan.

Katarak pada polus anterior bola mata biasanya diakibatkan oleh kelainan kornea berat,

iridoksiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada iridoksiklitis akan mengakibatkan

katarak subkapsularis anterior. Pada katarak akibat glaucoma akan terlihat katarak disiminata

pungtata subkapsular anterior (katarak Vogt).

Katarak komplikata akibat hipokalsemia berkaitan dengan tetani infantile,

hipoparatiroidisma. Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu – waktu

menjadi katrak lamellar. Pada pemeriksaan darah terlihat kadar kalsium turun.4

3) Diabetic retinopathy

Terdiri dari proliferative dan non-proliferative di mana

terjadinya microangiopathy dan neovaskularisasi di iris

dan retina. Dengan pemeriksaan funduskopi, dapat dilihat

neovascularisasi, vitreous haemorrhage, macular edema,

dan traction retinal detachment. Ia disebabkan oleh

perjalanan penyakit diabtes mellitus sendiri yaitu:

1) Peningkatan agregasi platelet dan viskositas darah yang menyebabkan retinal

ischemia

8

Page 9: Makalah Kelompok b7 Blok 23

2) Faktor vasoproliferatif yang menyebabkan melemahnya dinding kapiler yang

meningkatkan permeabiltas seterusnya menyebabkan microaneurisma dan macular

edeman dengan adanya exudate

Urinalanalisis untuk mendeteksi level protein, BUN, dan kreatinin adalah predictor untuk

diabetic retinopathy. Pasien sering kali asimptomatik, namun pada stage lanjut, terdapatnya

gejala seperti floaters, blurred vision, distortion, and progressive visual acuity loss dan juga

trouble seeing at night. Perjalanan dari diabetic retinopathy berlangsung lama, yaitu kira-

kira 30 tahun menderita diabetes mellitus, dengan faktor risiko seperti penyakit ginjal,

kehamilan, merokok, hypertensi, hyperlipidemia, dan obesity.3

Working diagnosis

1) Katarak senilis imatur

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,

yaitu usia diatas 50 tahun. Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras

akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.

Katarak senilis dapat dibagi menjadi 4 stadium:

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan ringan sebagian seluruh Massif

Cairan lensa normal bertambah normal Berkurang

Iris normal terdorong normal Tremulans

Bilik mata

depan

normal dangkal normal Dalam

Sudut bilik

mata

normal sempit normal Terbuka

Shadow test normal positif negatif Pseudopos

Penyulit - glaukoma - Uveitis+glaukoma

Tabel 1.stadium katarak senilis

9

Page 10: Makalah Kelompok b7 Blok 23

Pada katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum

mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah

volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotic bahan lensa yang

degenerative. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan

hambatan pupil, sehingga dapat terjadi glaucoma sekunder.1

Tabel 2.perbedaan penglihatan berdasarkan staging katarak

2) Katarak senilis brunesens

Katarak yang berwarna coklat sampai hitam(katarak nigra) terutama pada

nucleus lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan

myopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik daripada dugaan

sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun

yang memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior.1

Anatomi dan fisiologi lensa

Lensa adalah salah satu media refraksi yang terpenting pada mata dan memfokuskan sinar

cahaya kepada retina. Lensa mata memberikan elemen tambahan pada kekuatan refraksi

mata total (sekitar 10-20 dioptri, tergantung akomodasi individual) kepada kekuatan

refraksi kornea (sekitar 43 dioptri).

Lensa yang telah sepenuhnya berkembang berbentuk bikonveks dan merupakan struktur

yang transparan. Lensa memiliki ketebalan sekitar 4mm dan beratnya meningkat seiring

usia sampai 5 kali dari berat asalnya pada saat kelahiran. Berat lensa mata orang dewasa

berkisar sekitar 220 mg.4

Lensa berasal dari ectoderm. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang

terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis

pada saat terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak

di dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk

serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus

10

Page 11: Makalah Kelompok b7 Blok 23

sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga

mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk

nucleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk

atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa.

Di dalam lensa dapat dibedakan nucleus embrional, fetal, dan dewasa. Di bagian luar

nucleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa.

Korteks yang terletak di sebelah depan nucleus lensa disebut sebagai korteks anterior,

sedang di belakangnya korteks posterior. Nucleus lensa mempunyai konsistensi lebih

keras disbanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat

zonula zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar.

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:1

Kenyal atau lentur karena memgang peranan terpenting dalam akomodasi untuk

menjadi cembung

Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penghantaran

Terletak ditempatnya

Etiologi

Penyebab sebenar katarak sehingga kini belum diketahui pasti. Namun diperkirakan ianya

ada hubungkait dengan konsep penuaan. Antaranya adalah teori putaran biologi, teori mutasi

spontan, teori a free radical dan teori a cross-link.4

Teori putaran biologi. Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali sebelum

jaringan mati. Sistem imunologis pula akan bertambah cacat dengan bertambahnya usia.

Akibatnya, sel akan mengalami kerusakan. Teori mutasi spontan. Teori a free radical .

Radikal bebas terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat. Reaksi antara radikal

bebas dengan molekul normal akan mengakibatkan degenerasi. Namun, radikal bebas dapat

dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E. Teori a cross-link. Ahli biokimia mengatakan

terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi

normal sel.4

11

Page 12: Makalah Kelompok b7 Blok 23

Sebagian besar katarak terjadi akibat proses penuaan, tetapi katarak juga dapat disebabkan

oleh beberapa faktor risiko lain, seperti katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat

trauma/cedera pada mata, katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti

penyakit atau gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes mellitus,

katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi, katarak kongenital yang dipengaruhi oleh

faktor genetik, kebiasaan buruk seperti merokok dan mengonsumsi alkohol, kurang asupan

antioksidan, seperti vitamin A, C, dan E, katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-

obatan jangka panjang, seperti seperti obat-obat golongan statin dan squalene synthase

inhibitor. Squalene merupakan enzim yang terdapat dalam tubuh dan berperan dalam

metabolisme kolesterol. Inhibisi atau penghambatan enzimsqualene synthase akibat

penggunaan obat penurun kolesterol dapat memicu terjadinya katarak.

Epidemiologi

Diperkirakan 5-10 juta individu mengalami kerusakan penglihatan akibat katarak setiap

tahun (Newell, 1986). Di USA sendiri 300.000–400.000 ekstraksi mata tiap tahunnya.

Menurut WHO, di negara berkembang 1 - 3 % penduduk mengalami kebutaan dan 50 %

penyebabnya adalah katarak. Sedangkan untuk negara maju perbandingannya adalah 1,2 %

penyebab kebutaan adalah katarak Insiden tertinggi pada katarak terjadi pada populasi yang

lebih tua. Insidensi kebutaan adalah 1.47% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 3,5

juta orang dan katarak terjadi sebanyak 0.76% atau 210,000 orang pertahun. (Survey

Kesehatan Indra Mata Depkes RI). Presentasi angka kebutaan utama ialah katarak sebesar

0,70 %, kelainan kornea 0,1%, penyakit glaucoma 0,10%, kelainan refraksi 0,06%, kelainan

retina 0,03% dan kelainan nutrisi 0,02%. Survey tersebut menyebutkan usia paling banyak

yang terkena adalah usia di atas 55 tahun. Di Amerika Serikat, perubahan lenticular berkaitan

dengan usia telah dilaporkan di 42% dari mereka antara usia 52-64, 60% dari mereka antara

12

Page 13: Makalah Kelompok b7 Blok 23

usia 65 dan 74, dan 91% dari mereka yang berusia antara 75 dan 85. Prevalensi katarak

adalah 6,9 % dengan catatan kurang lebih 10 % mendapatkan terapi dan katarak dapat

mengenai semua kelompok umur. Golongan wanita lebih mudah terkena daripada pria.

Sedangkan menurut catatan The Framinghan Eye Study, katarak terjadi 18 % pada usia 65 –

74 tahun dan 45 % pada usia 75 – 84 tahun. Beberapa derajat katarak diduga terjadi pada

semua orang pada usia 70 tahun. 95 % penyebab katarak adalah katarak senilis.5

Patofisiologi

Gambar 3 : Anatomi lensa mata.

Semakin lanjut usia, lensa mengalami perubahan berupa yang pertama, kapsul menebal dan

kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel kapsul berkurang atau

kabur,dan terlihat bahan granular. Kedua, epitel makin tipis, sel epitel (germinatif) pada

equator bertambah besar dan berat, bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata. Ketiga,

serat lensa lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic nucleus,

sinar ultraviolet lama-kelamaan merubah protein nukleus (histidin, triptofan, metionin,

sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan

triptofan dibanding normal. Korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan

menghalangi fotooksidasi. Manakala sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.3

13

Page 14: Makalah Kelompok b7 Blok 23

Mengikut perubahan morfologi, katarak senilis dibahagi menjadi katarak nuklear, katarak

kortikal dan katarak kupuliform.

1) Katarak Nuklear: inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik.

Lama-kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi coklat

dan kemudian menjadi kehitam-hitaman . Keadaan ini disebut 2) Katarak Brunesen atau

Katarak Nigra. Jenis katarak Nigra ( Brunesen ) ini terjadi pada pasien diabet dan miopia

tinggi dimana tajam penglihatan lebih baik dari sebelumnya dan biasanya pada usia lebih dari

65 tahun. 2) Katarak Kortikal, terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan

terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa . Dapat menyebabkan silau terutama

bila menyetir pada malam hari. 3) Katarak Kupuliform atau posterior subcapsular mulai dapat

terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau nuklear. Kekeruhan terletak dilapis korteks

posterior dan dapat memberikan gambaran piring. 4

Klasifikasi katarak senilis berdasarkan maturitas dibagi menjadi empat yaitu Katarak

insipient, Katarak Imatur, Katarak Hipermatur dan Katarak Matur.

1) Katarak insipient. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal seperti kekeruhan mulai dari tepi

ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal), vakuol

mulai terlihat di dalam korteks, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan

degeneratif (benda morgagni), kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks

refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa, bentuk ini kadang-kadang menetap untuk

waktu yang lama.

2) Katarak Imatur. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi

tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih

pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi

bertambah cembung. Pencembungan lensa akan memberikan perubahan indeks refraksi

14

Page 15: Makalah Kelompok b7 Blok 23

dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris

ke depan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.

3) Katarak Matur. Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air

bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran

normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman

normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat

perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium (Ca). Bila dilakukan uji bayangan iris akan

terlihat negatif.

4) Katarak Hipermatur. Adalah katarak yang terjadi akibat korteks yang mencair sehingga

massa lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus

"tenggelam" kearah bawah (Katarak Morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat massa lensa

yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik

atau galukoma fakolitik.3,4

Tabel 1 : Perbedaan stadium katarak berdasarkan klasifikasi maturitas.

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan

Ringan Sebahagian

Seluruh

Masif

Cairan lensa

Normal Bertambah (air

masuk)

Normal

Berkurang (air keluar)

Iris Normal Terdorong Normal

Tremulans

Bilik mata depan

Normal Dangkal Normal

Dalam

Sudut bilik mata

Normal Sempit Normal

Terbuka

Tes Normal + - Pseudops

15

Page 16: Makalah Kelompok b7 Blok 23

Shadow

penyulit - glaukoma - Uveitis dan glaukoma

Sumber : Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

5) Katarak Intumesen berupa kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa

degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan

lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi

dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan

penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan

mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan

mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada

pemeriksaan slit lamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.3,4

Gejala Klinis

Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:

1. Pandangan kabur

Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atau

berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan pin-hole.

2. Penglihatan silau

Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau,dimana tigkat

kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontrasyang menurun dengan latar

belakang yang terang hingga merasa silau disiang hari atau merasa silau terhadap

lampu mobil yang berlawanan arahatau sumber cahaya lain yang mirip pada malam

hari. Keluhan ini seringkali muncul pada penderita katarak kortikal.

3. Sensitifitas terhadap kontras

Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam mengetahui

perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbedawarna, penerangan dan

16

Page 17: Makalah Kelompok b7 Blok 23

tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsimata sebagai optik dan uji ini diketahui

lebih bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui kepastuian

fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya penglihatan

yang disebabkan oleh adanya katarak.

4. Miopisasi

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,

biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan

pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini

mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan

memburuknya kualitas lensa, rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti

dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris

pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi,

dancenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.

5. Variasi Diurnal Penglihatan

Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan menurun

pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari, sebaliknya

penderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih

baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup.

6. Distorsi

Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak tumpul

atau bergelombang.

7. Halo

Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yangterlihat di

sekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada penderita

glaucoma.

8. Diplopia monokuler

Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang

keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular

dengan cover test dan pin hole.

9. Perubahan persepsi warna

Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan persepsi

warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan dibanding

warna sebenarnya.

10. Bintik hitam

17

Page 18: Makalah Kelompok b7 Blok 23

Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-gerak pada

lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreous yang

sering bergerak-gerak.

Faktor risiko

1. Faktor resiko umum

Usia

Merokok

Paparan cahaya UltraViolet

Paparan medikasi dan lingkungan lain (kontroversi)

2. Katarak kortikal

Biasanya merupakan hasil dari ketindakseimbangan elektrolit dan air

o Peningkatan kadar natrium, klorin, dan kalsium

o Penurunan kadar kalium

Berkaitan dengan peningkatan tinggi dari permeabilitas membrane

lensa

3. Katarak nuclear

Berkaitan dengan modifikasi protein dan peningkatan pewarnaan

(pigmen urokrom)

Perubahan metabolism lensa lainnya

o Peningkatan proteolysis

o Penurunan produksi ATP

o Penurunan kadar glutation

Tidak dapat menahan stress oksidasi

Penatalaksanaan

Penanganan non bedah meliput penanganan kelainan refraksi atau penggunaan kaca

mata, penggunaan lampu baca khusus dan penggunaan midriatikum pada katarak

subkapsularis posterior. Sampai saat ini belum ada obat antikatarak yang memiliki bukti

kuat mampu menghambat atau meniadakan pembentukan katarak, namun d pasaran ada

18

Page 19: Makalah Kelompok b7 Blok 23

beberapa bahan dan suplemen yang mungkin sebagai anti katarak misalnya obat-obat

penurun sorbitol, obat-obat yang menaikkan glutation dan antioksidan kgusus vitamin C

dan itamin E.

Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan

kaca mata untuk melakukan kegitannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa

penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca

mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak

mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.

Indikasi operasi :

- Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan

rutinitas pekerjaan.

- Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma.

- Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m

didapatkan hasil visus 3/60.

- Indikasi kosmetik

Persiapan bedah katarak:

Biasanya pembedahan dipersiapkan untuk mengeluarkan bagian lensa yang keruh dan

dimasukkan lensa buatan yang jernih permanent. Pra bedah diperlukan pemeriksaan

kesehatan tubuh umum untuk menentukan apakah ada kelainan yang menjadi halangan untuk

dilakukan pembedahan. Pemeriksaaan ini akan memberikan informasi rencana pembedahan

selanjutnya.

Pemeriksaan tersebut termasuk hal-hal seperti:

- Gula darah

- Hb, Leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan

- Tekanan darah

- Elektrokardiografi

- Pernafasan

- Riwayat alergi obat

- Pemeriksaan rutin medik lainnya dan bila perlu konsultasi untuk keadaan fisik prabedah

- Tekanan bola mata

- Uji Anel Positif, dimana tidak terjadi obstruksi fungsi ekskresi saluran lakrimal sehingga

tidak ada dakriosistitis.

19

Page 20: Makalah Kelompok b7 Blok 23

- Uji Ultrasonografi Sken A untuk mengukur panjang bola mata. Pada pasien tertentu

kadang-kadang terdapat perbedaan lensa yang harus ditanam pada kedua mata. Dengan cara

ini dapat ditentukan ukuran lensa yang akan ditanam untuk mendapatkan kekuatan refraksi

pasca bedah.

- Keratometri mengukur kelengkungan kornea untuk bersama ultrasonografi dapat

menentukan kekuatan lensa intraokular yang akan ditanam. Dilakukan trlebih dahulu

pemeriksaan khusus mata untuk mencegah terjadinya penyulit pembedahan seperti adanya

infeksi sekitar mata, glaucoma, dan penyakit mata lainnya yang dapat menimbulkan penyulit

waktu pembeahan dan sedudah pembedahan.

Pembedahan

Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan.

1. Pengangkatan lensa

Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:

A. ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK

Ekstrasi intrakapsular merupakan teknik bedah katarak yang digunakan sebelum adanya

bedah katarak ekstrakapsular. Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum

dilakukan pada katarak senil. Dengan teknik tersebut dilakukan pengeluaran lensa dengan

kapsul lensa secara keseluruhan. Indikasi EKIK terutama bermamfaat pada luksasio lensa dan

katarak hipermatur. Bila zonula zinii tidak cukup adekwat untuk dilalukan EKEK maka lebih

baik dilakukan EKIK. Kontra indikasi absolut meliputi katarak pada anak – anak dan dewasa

muda serta rupture kapsular traumatic. Kontra indikasi relatif meliputi miop tinggi, sindrom

Marfan, katarak Morgagni, dan adanya korpus vitreus di kamera Okuli anterior. Pada saat ini

pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.

B. Ekstrasi katarak Ekstrakapsular (EKEK)

Ekstrasi katarak Ekstrakapsular (EKEK) merupakan teknik operasi katak dengan melakukan

pengangkatan nucleus lensa dan korteks lensa melalui pembukaan kapsul anterior dan

meninggalkan kapsul posterior. EKEK merupakan kontra indikasi pada katarak dengan

Zonula zinii yang tidak adekwat. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda,

pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular,

kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya

prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular

edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan

20

Page 21: Makalah Kelompok b7 Blok 23

katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu

dapat terjadinya katarak sekunder.

Kapsul posterior yang yang masih intak pada EKEK mempunyaai kelebihan antara lain:

1.Mengurangi risiko CV prolaps

2.Untuk mendapatkan posisi anatomi yang lebih baik untuk fiksasi IOL

3.Mengurangi mobilitas iris dan vitreus yang terjadi pada gerakan

saccadic( endophthalmiodonesis)

4.Sebagai barier yang membatasi pertukaran molekul antara vitreus dan humour akuos.

5.Mengurangi kemungkinan masuknya bakteri ke vitreus yang dapat

menyebabkanendoftalmitis.

6.Mengurangi komplikasi yang berhubungan dengan menempelnya dengan vitreus dengan

iris, kornea dan luka incise.

Tabel 2 : Perbandingan ECCE dengan ICCE

ECCE ICCE

Pengeluaran lensa Nucleus dikeluarkan dari kapsul,

korteks disuction

Lens dikeluarkan secara in toto

Kapsula posterior & zonula

zinii

Intak dikeluarkan

Incisi Lebih kecil (8 mm) Lebih besar (10 mm)

Iridektomi perifer Tidak dilakukan Dilakukan untuk menghindari

glaukoma karena blokade pupil

Instrumen (rumit) Diperlukan Tidak diperlukan

Waktu Lebih lama Lebih singkat

Implantasi IOL Posterior chamber Anterior chamber (Pseudo-phakic

Bullous Keratopathy)

Teknik Lebih sulit Lebih mudah

Biaya Lebih banyak Lebih sedikit

21

Page 22: Makalah Kelompok b7 Blok 23

Komplikasi yang

meningkat

After-Cataract 1. Prolaps & degenerasi vitreus

2. Edema makula

3. Endophthalmitis

4. Aphakic Glaucoma

5. Fibrous & Endothelial

ingrowth

6. Neovascular Glaucoma in

Proliferative Diabetic

Retinopathy

Komplikasi yang berkurang Seluruh komplikasi yang

disebutkan pada ICCE

After-Cataract

Indikasi Prosedur rutin untuk semua jenis

katarak (kecuali bila merupakan

komplikasi)

1. Dislokasi lensa

2. Subluksasi lensa (>1/3 bagian

zonula rusak)

3. Chronic Lens Induced Uveitis

4. Katarak hipermatur dengan

kapsula anterior yang tebal

5. korpus alienum intra-

lentikular saat ada gangguan

integritas kapsula posterior

lensa.

Kontraindikasi 1. Dislokasi lensa

2. Subluksasi lensa (>1/3

bagian zonula rusak)

Pasien berusia < 35 tahun dimana

terjadi perlengketan erat antara lensa

dan vitreus (Ligament of Weigert)

Fakoemulsifikasi

Fakoemulsifikasi merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan

getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat

diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Untuk mencegah astigmatisme pasca bedah EKEK, maka

22

Page 23: Makalah Kelompok b7 Blok 23

luka dapat diperkecil dengan tindakan bedah fakoemulsifikasi. Pada tindakan ini lensa yang

katarak di fragmentasi dan diaspirasi. Tindakan operasi katarak dengan Teknik

Fakoemulsifikasi memiliki banyak keunggulan diantaranya :

1. Luka operasi sangat pendek(3 ml).

2. Dengan alat fako seluruh lensa dapat dihancurkan dan kemudian disedot/dihisap

keluar.

3. Penggunaan lensa tanam hanya cukup ditutup dengan 1 atau 2 jahitan, atau pada

kondisi tertentu tidak memerlukan jahitan sama sekali.

4. Masa penyembuhan lebih singkat.

Tata laksana postoperatif

1. 24 jam postoperative verban dibuka dan mata dibersihkan

2. Mata diperiksa seluruhnya terutama tajam penglihatan, secret dalam saccus

konjungtiva, aposisi luka, kejernihan cornea, kedalaman bilik mata depan dan hifema,

pupil, IOL, kapsula posterior, retina, dan tekanan intra okuli.

3. Tetes antibiotic-steroid topical diberikan setiap 4-6 jam dan salep diberikan sebelum

tidur, digunakan untuk mengontrol infeksi dan inflamasi postoperatif dan diturunkan

dosisnya dalam 4-6 minggu.

4. Pasien dianjurkan untuk menghindari mencuci kepala dalam waktu 1 minggu,

mengangkat beban berat dalam 3 bulan.

Beberapa pasien dengan fungsi visual yang terbatas dapat dibantu dengan alat bantu optik

bila operasi belum bisa dilakukan. Dengan monokuler 2,5 x 2,8, dan 4x lebih dekat ke objek,

penggunaan magnifier, teleskop dapat membantu membaca dan kerja dekat. Katarak akan

mengurangi kontras dan menyebabkan kabur. Panjang gelombang yang pendek menyebabkan

penyebaran warna, intensitas dan jarak cahaya, jika pasien mampu mengatasinya terutama

pada kondisi terang, penggunaan lensa absortif mampu mengurangi disabilitas.5

Komplikasi

23

Page 24: Makalah Kelompok b7 Blok 23

Komplikasi sebelum operasi

1. Glaukoma

Glaukoma merupakan komplikasi katarak yang tersering. Glaukoma dapat

terjadi karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik.

•Fakolitik

Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar

yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa.

Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan bertumpuk

pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi mereabsorbsi substansi lensa

tersebut.Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul

glaukoma.

•Fakotopik

Berdasarkan posisi lensa, oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke

depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous

tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan

meningkat dan timbul glaukoma

•Fakotoksik

Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata

sendiri (auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang

kemudian akan menjadi glaukoma.

2. Uveitis

3. Subluksasi atau Dislokasi Lensa

Komplikasi selama operasi

• Hifema

Perdarahan bisa terjadi dari insisi korneoskleral, korpus siliaris atau

vaskularisasi iris abnormal. Bila perdarahan berasal dari luka harus dilakukan

kauterisasi. Perdarahan dari iris yang normal jarang terjadi, biasanya timbul bila

terdapat rubeosis iridis, uveitis heterocromik dan iridosiklitis. Komplikasi utama

akibat hifema yang berlangsung lama adalah peningkatan TIO dan corneal blood

staining.

• Iridodialisis

24

Page 25: Makalah Kelompok b7 Blok 23

Iridodialisis dapat terjadi pada waktu memperlebar luka operas, iridektomi,

atau ekstrasi lensa. Iridodialisi yang kecil tidak menimbulkan ganngguan visus dan

bisa berfungsi sebagai irisektomi perifer, tetapi iridodialisi yang parah dapat

menimbulkan gangguan visus dan kosmetik. Perbaikan harus segera dilakukan dengan

menjahit iris pada luka.

• Prolaps korpus vitreus

Prolaps korpus vitreus merupakam komplikasi yang serius pada operasi

katarak, keadaan ini dapat menyebabkan keratopati bulosa, epithelial dan stromal

downgrowth, prolap iris, uveitis, glaukoma, ablasi retina, edema macula kistoid,

kekeruhan korpus vitreus, endoftalmitis dan neuritis optic. Untuk menghindari hal

tersebut, harus dilakukan vitrektomi anterior sampai segmen anterior bebas dari

korpus vitreus.

• Perdarahan ekspulsif

Perdarahan ekspulsif jarang terjadi, tetapi merupakan masalah serius yang

dapat menimbulkan eksplusi dari lensa, vitreus, uvea. Penanganan segera dilakukan

tamponade dengan jalan penekanan pada bola mata dan luka ditutup dengan rapat.

Komplikasi pasca operasi

• Edema kornea

Edema kornea merupakan komplikasi katarak yang serius, bisa terjadi pada

epitel atau stroma yang diakibatkan trauma mekanik, aspirasi irigasi yang cukup lama,

inflamasi dan peningkatan TIO. Biasanya akan teresobsi 4-6 minggu setelah operasi.

Jika masih ditemukan edema kornea sentral setelah 3 bulan pasca operasi, perlu

dipertimbangkan keratoplasti.

• Kekeruhan kapsul posterior

Kekeruhan kapsul posterior merupakan penyebab tersering penurunan visus

setelah EKEK. Sel-sel epitel lensa yang masih viable dan tersisa pada saat operasi

akan mengalami proliferasi. Lokasi di mana kapsul anterior dan posterior menempel

membentuk wedl cells yang kemudian membentuk soemmering’s ring. Jika sel-sel

epitel tersebut migrasi ke arah luar, sel-seltersebut membentuk Elschnig’s pear di

kapsul posterior. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kekeruhan kapsul

posterior sangat bervariasi antara lain usia, riwayat inflamasi intra okuler,

pseudoexfoliasi, betuk lensa tanam,material lensa tanam, modifikasi permukaan lensa

dan waktu operasi.

25

Page 26: Makalah Kelompok b7 Blok 23

• Residual lensa material

Timbulnya residual lensa material disebabkan EKEK yang tidak adekuat. Bila

material yang tertinggal sedikit, akan diresorbsi secara spontan, sedangkan bila

jumlahnya banyak, perlu dilakukan aspirasi karena bisa menimbulkan uveitis anterior

kronis dan glaucoma sekunder. Apabila yang tertinggal potongan nucleus yang besar

dan keras, dapat merusak endotel kornea, penanganannya dengan ekspresi atau irigasi

nucleus.

• Prolaps Iris

Iris paling sering terjadi satu sampai 5 hari setelah operasi dan penyebab

tersering adalah jahitan yang longgar, dapat juga terjadi karena komplikasi prolaps

vitreus selama operasi. Keaadaan ini memerlukan penanganan (jahit ulang) untuk

menghindari timbulnya komplikasi seperti penyembuhan luka lama, epithelial

downgrowth, konjungtivitis kronis, endoftalmitis, edema macula kistoid dan kadang –

kadang Ophthalmia simpatik.

• Astigmatisme

Astigmatisme pasca bedah katarak dapat terjadi karena jahitan yang terlalu

kencang maupun jahitan yang terlalu longgar. Jahitan yang terlalu kencang akan

mengakibatkan Steepen corneal daerah yang searah jahitan with the rule. Sedangkan

jahitan yang terlalu longgar akan menyebabkan againt the rule astigmatisma. With the

rule astigmatisma setelah operasi katarak yang kurang dari 2 dioptri akan berkurang

dengan sendirinya sehingga mengurangi kemungkinan untuk melepas jahitan yang

terlalu kencang.

• Hifema

Hifema bisa terjadi 1-3 hari setelah operasi, biasanya hilang spontan dalam

waktu 7-10 hari. Perdarahan berasal dari pembuluh darah kecil pada luka. Bila

perdarahan cukup banyak dapat menimbulkan glaucoma sekunder dan corneal

staining blood dan TIO harus diturunkan dengan pemberian asetazolamid 250 mg 4

kali sehari. Serta parasintesis hifema dengan aspirasi irigasi.

• Glaukoma sekunder

Glaukoma sekunder dengan peningkatan TIO yang ringan bisa timbul 24-48

jam setelah operasi, umumnya dapat hilang dengan sendirinya dan tidak memerlukan

terapi antiglaukoma. Peningkatan TIO yang berlangsung lama dapat disebabkan oleh

Hifema, blok pupil, sinekia anterior perifer karena pendangkalan COA, epithelial

26

Page 27: Makalah Kelompok b7 Blok 23

ingrowth, blok siliar, endoftalmitis, sisa material lensa, pelepasan pigmen iris,

preexisting glaucoma.

• Endoftalmitis

Endoftalmitis dalam bentuk akut atau kronik, dimana bentuk kronik

disebabkan rendahnya pathogenesis organisme penyebabnya. Secara umum

endoftalmitis ditandai dengan rasa nyeri yang ringan sampai berat, penurunan visus,

injeksi siliar, kemosis dan hipopion. Endoftalmitis akut biasanya timbul 2-5 hari pasca

operasi, sedangkan bentuk kronis dapat timbul beberapa minggu atau bulan atau lebih

setelah operasi. Endoftalmitis kronis ditandai dengan reaksi inflamasi ringan atau

uveitis (granulomatus) dan penurunan visus. Penyebab endoftalmitis akut terbanyak

adalah Staphylococcus epidermidis (gram positif) dan Staphylococcus coagulase

negative yang lain. Kuman gram positif merupakan penyebab terbanyak endoftalmitis

akut bila dibandingkan gram negatif. Untuk gram negatif, kuman penyebab terbanyak

adalah Pseudomonas aeruginosa. Umumnya organisme dapat menyebabkan

endoftalmitis bila jumlahnya cukup banyak untuk inokulasi, atau sistem pertahanan

mata terganggu oleh obat-obat imunosupresan, penyakit atau trauma. Organisme

penyebab endoftalmitis kronis mempunyai virulensi yang rendah, penyebab tersering

adalah Propionibacterium acnes, S. epidermidis dan Candida. Organisme tersebut

menstimulasi reaksi imunologik yang manifestasinya adalah inflamasi yang menetap.

• Ablasi retina

Mekanisme pasti timbulnya ablasi retina masih belum diketahui. Faktor

predisposisinya meliputi myopia aksilis (> 25 mm), lattice degeneration, prolaps

vitreus, riwayat robekan atau ablasio retina yang dioperasi, riwayat ablasio pada mata

kontralateral dan riwayat keluarga dengan ablasio retina. Ablsio retina terjadi sekitar

2-3% pasca EKIK dan 0,5-2% pasca EKEK. Kapsul posterior yang masih intak

mengurangi kemungkinan terjadinya ablsio retina pasca bedah, sedangkan operasi

dengan komplikasi seperti rupture kapsul posterior dan vitreus loss meningkatkan

kemungkinan ablasio retina.

• Edema Makula Kistoid

Edema macula kistoid merupakan penyebab penurunan visus setelah operasi

katarak, yang dapat terjadi pada operasi katarak dengan maupun tanpa komplikasi.

Patogenesisnya tidak diketahui, kemungkinan karena permeabilitas vaskuler

perifoveal yang meningkat. Factor-faktor lain yang mempengaruhi adalah inflamasi

yang terjadi karena prostaglandin release, vitreomacular traction dan hipotoni. Edema

27

Page 28: Makalah Kelompok b7 Blok 23

macula kistoid ditemukan pada keadaan penurunan tajam penglihatan pasca operasi

yang tidak diketahui sebabnya atau diketahui dengan penampakan yang karakteristik

pada macula dengan pemeriksaan oftalmoskop maupun fluorescein angiography, di

mana didapatkan gambaran macula yang khas (flower petal pattern).

• Retinal light toxicity

Retinal light toxicity diakibatkan karena paparan sinar operating microscope

yang lama dan dapat menyebabkan terbakarnya epitel pigmen retina. Jika yang

terbakar daerah fovea maka akan terjadi penurunan tajam penglihatan pasca bedah.

Sedangkan jika yang terbakar di daerah parafovea maka penderita akan mengeluh

adanya skotoma parasentral.

Pencegahan

Proses penuaan tidak dapat mencegah terjadinya katarak. Jadi pemeriksaan mata setiap tahun

secara teratur sangat dianjurkan pada usia 60 tahun keatas untuk mengetahui adanya katarak.

Antara langkah yang bisa diambil untuk memeperlambat terjadinya katarak adalah dengan

tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam tubuh,

sehingga risiko katarak akan bertambah. Amalkan pola makan yang sehat, memperbanyak

konsumsi buah dan sayur. Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV

mengakibatkan katarak pada mata dan jagalah kesehatan tubuh seperti kencing manis dan

penyakit lainnya.

Prognosis

Pasien katarak senilis dengan pembedahan ECCE standar atau phacoemulsification tanpa

komplikasi menjanjikan prognosis yang baik. Namun terdapat kemungkinan terjadinya

katarak sekunder yang memerlukan tindakan lanjut seperti prosedur laser. Pasien katarak

senilis dengan faktor resiko seperti diabetes mellitus dan retinopati diabetikum memberikan

prognosis kurang baik terhadap penglihatan pasien.

Hipotesis:

28

Page 29: Makalah Kelompok b7 Blok 23

Laki-laki 57 tahun dengan keluhan penglihatan mata kanan bertambah kabur seperti berasap

sejak 6 bulan lalu dengan riwayat diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu diduga menderita

brunescent cataract pada ocular dextra dan immature senile cataract pada ocular sinistra.

Kesimpulan

Hipotesis diterima. Laki-laki 57 tahun dengan keluhan penglihatan mata kanan bertambah

kabur seperti berasap sejak 6 bulan lalu dengan riwayat diabetes mellitus sejak 10 tahun yang

lalu diduga menderita brunescent cataract pada ocular dextra dan immature senile cataract

pada ocular sinistra.

.Daftar Pustaka

29

Page 30: Makalah Kelompok b7 Blok 23

1. Gleadle, Jonathan. At A Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Penerbit

Erlangga; 2007

2. Pemeriksaan katarak. Edisi 2011. Retrieved from

http://www.inascrs.org/doc/PPM_1_katarak_rev03.pdf on 12th March 2012

3. Vaughan DG. General Ophthalmology: 17th ed. New York: Lange Medical

Books McGraw-Hill Companies Inc.; 2008

4. Ilyas HS. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Universitas

Indonesia; 2010

5. Cataract: Adam Medical Encyclopedia. Retrieved from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001996/ on 13th March 2012

6. Kumar P, Clark M. Kumar & Clarks Clinical Medicine. United States of America:

Saunders Elsevier; 2009.

7. Cataract. American Ophtometric Association. Retrieved from http://www.oaa.org/ on 13th

March 2012.

8. Morosidi SA, Paliyama MF, Lesmana MI, Yuriani I, Marbun EM, Dudarmo T, et al.

Special Sense. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana; 2012

30