pj blok 23 - bhd

15
SKILL LAB BLOK 23 BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) 1. Menggunakan alat proteksi diri - Handscoon 2. Panggil pasien : - Pak bangun pak, buka matanya pak, siapa namanya pak, angkat tangannya pak, angkat kakinya pak bisa? - Tidak ada respon - Saya buka bajunya ya pak - Melakukan rangsangan nyeri di sternum, supra orbita atau nail bed Menilai kesadaran a. Secara kualitatif 1. ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. 2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. 3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal. 4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

Upload: chairunisa-tanjung

Post on 13-Dec-2015

248 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Basic life support

TRANSCRIPT

Page 1: PJ BLOK 23 - BHD

SKILL LAB

BLOK 23

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

1. Menggunakan alat proteksi diri- Handscoon

2. Panggil pasien :- Pak bangun pak, buka matanya pak, siapa namanya pak, angkat tangannya pak,

angkat kakinya pak bisa?- Tidak ada respon- Saya buka bajunya ya pak- Melakukan rangsangan nyeri di sternum, supra orbita atau nail bed

Menilai kesadaran

a. Secara kualitatif

1. ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.

6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

b. Secara kuantitatif (GCS / Glasgow Coma Scale)

1. Menilai respon membuka mata (E)

(4) : spontan (3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).

Page 2: PJ BLOK 23 - BHD

(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari) (1) : tidak ada respon

2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)

(5) : orientasi baik (4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu. (3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)

Page 3: PJ BLOK 23 - BHD

(2) : suara tanpa arti (mengerang) (1) : tidak ada respon

3. Menilai respon motorik (M)

(6) : mengikuti perintah (5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri) (4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri) (3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (1) : tidak ada respon

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…V…M… Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1 Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :(Compos Mentis(GCS: 15-14) / Apatis (GCS: 13-12) / Somnolen(11-10) / Delirium (GCS: 9-7)/ Sporo coma (GCS: 6-4) / Coma (GCS: 3))

3. Anamnesis kejadian : - tanyakan kepada orang yang menolong- bagaimana awal mula kejadiannya?- apakah kepalanya terbentur?

4. Saya akan meakukan inspeksi untuk melihat ada tidaknya fraktur servical - Perdarahan- hematoma

5. Saya akan melakukan palpasi untuk melihat ada tidaknya fraktur servical - Krepitasi : meraba leher pasien dengan tangan kiri

(kalau krepitasi + tidak boleh dilakukan head thil chin lift)6. Saya akan melakukan bantuan hidup dasar dengan tehnik menurut who 2005

dengan urutan ABC7. Memperbaiki posisi pasien

8. Saya akan memeriksa jalan nafas untuk melihat ada tidaknya sumbatan jalan nafas oleh benda asing dengan cross finger.

a. Pemeriksaan jalan napas-Membuka mulut pasien dengan cross finger :

Page 4: PJ BLOK 23 - BHD

Pembersihan jalan napas Dapat dengan manual memakai jari atau dengan penghisapan, gerakan menyilang : masukan jari telunjuk, tekan gigi bawah dengan ibu jari, tkan gigi atas dngan jari telunjuk. Gerakan jari di belakang gigi geligi : masukan jari telunjuk ke pipi dalam dan letakan sebagai pengganjal di molar III. Pembersihan jalan napas dapat juga dilakukan dengan bantuan alat penghisap dengan hati-hati.

-Melihat ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing

-Membersihkan mulut dari benda asing

b. Saya akan membuka jalan napas

-Melakukan posisi ekstensi kepala

-Melakukan manuever Head Tilt Chin Lift atau Jaw Thrust

Teknik mempertahankan jalan napas Pada penderita dengan kasus henti napas maka tindakan untuk membebaskan jalan napas dan memberikan ventilasi harus segera dulakukan.

1. Chin lift manuver

Empat jari salah satu tangan diletakan di bawah rahang , ibu jari di atas dagu, kemudian secara hati-hati diangkat ke depan,manuver ini tidak boleh menyebabkan posisi kepala hiperekstensi. Bila perlu ibu jari digunakan untuk membuka mulut atau bibir.

Page 5: PJ BLOK 23 - BHD

2. Jaw thrust Mendorong angulus mandibula kanan dan kiri ke depan dengan jari-jari kedua tangan sehingga gigi bawah berada di depan gigi atas, kedua ibu jari membuka mulut dan kedua telapak tangan menempel pada kedua pipi penderita untuk imobilisasi kepala. Tindakan jaw thrust, buka mulut dan head tilt disebut triple airway manuver.

Page 6: PJ BLOK 23 - BHD

9. Mengatasi BREATHING :saya akan memeriksa pernafasan a. Memeriksa pernapasan

Look : pasien gelisah dan perubahan kesadaran. Menandakan gejala hipoksia dan hiperkarbia. Terlihat sianosis terutama pada kulit sekitar mulut dan kuku. Terlihat juga usaha napas dengan bantuan otot pernapasan tambahan. Lihat pula apakah ada pergerakan napas, retraksi iga,benda asing, dll.

-Melihat pergerakan naik turunnya dada, mendengar bunyi nafas dan merasakan hembusan nafasnya.

Listen : dengarkan apakah ada suara, ngorok, seperti bekumur, bersiul, yang mungkin berhubungan dengan sumbatan parsial dari laring.

Feel :

-rasakan, apakah adaaliran udara yang keluar dari dihidung

-Bila nafas adekuat langsung lakukan posisi mantap (Recovery position) :

Page 7: PJ BLOK 23 - BHD

Pasien menghadap kearah kanan Tangan kiri dilipat ke kepala Tangan kanan dibebaskan Kaki kanan lurus Kaki kiri dibikin 90 derajat diatas kaki kanan

b. Memberikan bantuan nafas

-Cara yang dilakukan bisa dengan mouth to mouth atau mouth to nose

- tutuphidungnya dan angkat kepalanya

-saya akan melakukan Pemberian hembusan napas diberikan sebanyak 2 kali hembusan yang efektif (di blow kan)

10. Mengatasi CIRCULATION

- jika tidak ada respon, memastikan ada atau tidaknya denyut jantung

-Meraba arteri carotis di daerah leher pasien dengan dua atau tiga jari tangan

- Jika teraba, maka harus dilakukan pemeriksaan pernafasan kembali

- Jika tidak teraba, maka dilakukan kompresi jantung, dengan cara :

- Meletakkan kedua tangan pada 2 atau 3 jari diatas processus xyphoideus dengan cara menumpuk satu telapak tangan diatas telapak tangan lainnya

- Dengan posisi badan tegak lurus, lakukan penekanan pada dinidng dada pasien sebanyak 30 kali

- Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian nafas adalah 30 : 2 dengan kecepatan 100 kali permenit (2 siklus permenit)

a.RJP 1 orang operator :

- Lakukan ventilasi cepat dengan mempertahankan ekstensi kepala, jika pelu ganjal leher dengan bantal, atau suatu benda.perhatikan kemungkinan fraktur leher.kemudian raba denyut karotis, jika tidak ada segera lakukan PJL

- Kompresikan dada dengan titik di atas proc xhypoideus 2 jari (sternum bagian bawah) dengan pangkal tangan pd sternum. Lakukan penekanan dengan bertabadan dan posisi tangan lurus

- Lakukan 15 kali kompresi sternum dengan kecepatan 80 x / menit

Page 8: PJ BLOK 23 - BHD

- Diselingi dengan 2 kali ventilasi paru

Page 9: PJ BLOK 23 - BHD

a. RJP dengan 2 operator

- Lakukan ventilasi tepat 2 kali sebelum pijat jantung luar, kemudian raba denyut karotis, jika tidak ada denyut segera lakukan PJL

- Satu orang operator bertindak sebagai kopresi jantung dengan kecepatan 60 x/ menit

- Diselingi 1 kali ventilasi oleh operator yang satu, setiap 5 kali kompresi sternum.tanpa menunggu kompresi lanjutan

Page 10: PJ BLOK 23 - BHD

- selama resusitasi operator ventilasi haus senantiasa memeriksa denyut karotis apakah spontan, atau belum

- Jika denyut teraba dan pasien masih henti napas, teruskan ventilasi paru sampai pendeita bernapas spontan

Penghentian RJP dilakukan jika :

a. Penderita telah bernapas dan denyut spontan b. Gagal c. Penolong telah kelelahan

Page 11: PJ BLOK 23 - BHD

d. Datang peralatan atau orang yang lebih ahli

Manual Teknik Resusitasi Jantung Paru Otak

1. Pastikan kondisi dan situasi dalan kondisi aman. Jangan menolong ketika tempat tersebut dapat membahayakan penolong dan pendertia. Carilah tempat yang aman dan tidak mengganggu. 2. Segera periksa apakah penderita bernapas spontan dan denyut karotis teraba. 3. Jika pasien bernapas spontan tetapi tidak sadar, tempatkan pada posisi miring mantap dan segera cari bantuan. 4. Jika pasien henti napas dan henti jantung, segera meminta orang untuk mencari bantuan, dan segera kita lakukan resusitasi jantung paru otak. 5. Lakukan resusitasi sampai memenuhi criteria untuk menghentikan resusitasi.

11. jika tidak ada repon lakukan 5 siklus lagi, kemudian periksa arteri carotis

12. jika tiba2 merespon lakukan LLF dan posisi mantap

Page 12: PJ BLOK 23 - BHD

Tambahan :

Penderita dengan henti jantung Penting pertama kali harus tahu keadaan dan tanda-tanda dari seorang yang henti jantuna, seorang penolong harus mengenal tanda-tanda henti jantung ini. Tanda-tandanya meliputi :

1. Pasien tidak sadar, dengan detak jantung (-) 2. Tidak teraba denyut nadi besar, seperti arteri karotis, arteri femoralis 3. Pasien henti napas atau gasping 4. Pupil melebar 5. Death like appearance 6. Gambaran EKG dapat berupa : fibrilasi ventrikel, asistol, disosiasi.

Penanganan yang harus dilakukan adalah resusitai dengan segera, tindakannya meliputi ;

1. Bebaskan dan bersihkan jalan napas. 2. Bantuan napas ( breathing support ). 3. Bantuan sirkulasi ( circulationsuuport) a. Lakukan ventilasi cepat dengan bantuan napas buatan 2 kali, kemudian lakukan pijat jantung luar.