blok 23 - special sense

33
Ulkus Kornea et Causa Jamur Beby Pricilia Tanesia 102011011 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Abstrak Indra adalah kumpulan dari reseptor yang membentuk organ atau alat khusus. Mata adalah salah satu alat indra yang memiliki fungsi sangat penting yakni untuk melihat. Organ mata yang didalamnya terdapat jaringan-jaringan indra penglihatan yang berhubungan langsung dengan dunia luar sehingga organ tersebut berpotensi menimbulkan penyakit atau kelainan dalam penglihatan. Kelainan tersebut tidak hanya berasal dari external yang disebabkan oleh lingkungan tetapi juga disebabkan oleh internal yang dapat menyebabkan kelainan refraksi, kelainan media refraksi atau jalur lintasan visual. Kata kunci: Mata, penyakit mata Abstract Indra is a collection of receptors that form an organ or a special tool. Eyes are one of the senses that has a very important function which is to see. Organ eye tissues 1

Upload: mariapriscilla

Post on 29-Dec-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ulkus kornea

TRANSCRIPT

Page 1: Blok 23 - Special Sense

Ulkus Kornea et Causa Jamur

Beby Pricilia Tanesia102011011

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak

Indra adalah kumpulan dari reseptor yang membentuk organ atau alat khusus. Mata

adalah salah satu alat indra yang memiliki fungsi sangat penting yakni untuk melihat. Organ

mata yang didalamnya terdapat jaringan-jaringan indra penglihatan yang berhubungan langsung

dengan dunia luar sehingga organ tersebut berpotensi menimbulkan penyakit atau kelainan

dalam penglihatan. Kelainan tersebut tidak hanya berasal dari external yang disebabkan oleh

lingkungan tetapi juga disebabkan oleh internal yang dapat menyebabkan kelainan refraksi,

kelainan media refraksi atau jalur lintasan visual.

Kata kunci: Mata, penyakit mata

Abstract

Indra is a collection of receptors that form an organ or a special tool. Eyes are one of the

senses that has a very important function which is to see. Organ eye tissues in which there is the

sense of sight is directly related to the outside world so that the organs could potentially cause

disease or abnormalities in vision. The disorder does not only come from the external

environment but also caused by caused by internal disorder that can cause refraction, refractive

abnormalities media or visual trajectory.

Keywords: Eye, eye diseases.

1

Page 2: Blok 23 - Special Sense

Masalah

Petani 40 tahun dengan keluhan mata kanan kabur, merah, berair dan sakit.

Hipotesis

Petani 40 tahun dengan keluhan mata kanan kabur, merah, berair dan sakit dan pada pemeriksaan

adanya hipopion menderita ulkus kornea.

Sasaran Belajar

Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan :

• Pendekatan diagnostik (anamnesis, pemeriksaan fisik atau tanda klinis dan

penunjang)pasien dengan keluhan mata kanan kabur, merah, berair dan sakit.

• Etiologi, epidemiologi, patogenesis, faktor resiko WD/ & DD/ serta komplikasinya.

• Penatalaksanaan ( farmakologik dan non farmakologik).

Anatomi dan Fisiologi Kornea

Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam

tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan

ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar

0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima

lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris),

lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan

kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi

2

Page 3: Blok 23 - Special Sense

sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai

prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.1

Gambar 1. Anatomi Kornea (sumber www.uvehealth.com)

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:

• Lapisan epitel

Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang

tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis

sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel

basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden;

ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.

Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan

akan menghasilkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

3

Page 4: Blok 23 - Special Sense

• Membran Bowman

Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun

tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai

daya regenerasi.

• Jaringan Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang

lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen

ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-

kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast

terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat

kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

• Membran Descement

Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan

sel endotel dan merupakan membrane basalnya. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus

seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.

• Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m. Endotel

melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.1

4

Page 5: Blok 23 - Special Sense

Gambar 2. Corneal Cross Section (sumber www.uvehealth.com)

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus,

saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma

kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk

sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus

terjadi dalam waktu 3 bulan.

Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air

mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi

kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.1

Pembahasan

Anamnesis

Identitas. Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,

nama orang tua atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama.

5

Page 6: Blok 23 - Special Sense

Keluhan Utama. Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien sehingga pasien tersebut

pergi ke dokter dan mencari pertolongan. Selain itu keluhan utama harus disertai dengan

indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut.

Riwayat Penyakit Sekarang. Riwayat penyakit sekarang juga harus di tanyakan, yaitu

cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum

keluhan utama sampai pasien datang berobat. Hal yang harus ditanyakan adalah:

• Waktu dan lamanya keluhan berlangsung

• Sifat dan beratnya serangan

• Lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar, atau berpindah-pindah

• Keluhan-keluhan yang menyertai serangan, misalnya keluhan yang mendahului serangan,

atau keluhan lain yang bersamaan dengan serangan

• Apakah keluhan baru pertama kali atau sudah berulang kali

• Apakah ada saudara sedarah, atau teman dekat yang menderita keluhan yang sama

• Riwayat perjalanan ke daerah yang endemis untuk penyakit tertentu

• Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi komplikasi atau gejala sisa

• Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang telah diminum

oleh pasien; juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini

diderita

Riwayat Penyakit Dahulu. Menanyakan kepada pasien atau penanggung jawabnya,

apakah dulu pernah mempunyai penyakit yang berhubungan dengan penyakit yang di deritanya

sekarang atau yang dapat memberatkan penyakitnya sekarang.

6

Page 7: Blok 23 - Special Sense

Riwayat Penyakit dalam Keluarga. Menanyakan kepada pasien atau penanggung

jawabnya, apakah di dalam keluarga pasien ada yang pernah atau sedang menderita penyakit

menurun atau infeksi.

Riwayat Pribadi. Menanyakan bagaimana kondisi sosial, ekonomi dan kebiasaan-

kebiasaan pasien. Asupan gizi pasien juga perlu ditanyakan, meliputi jenis makanannya,

kuantitas dan kualitasnya. Selain itu, harus ditanyakan juga bagaimana lingkungan tempat

tinggal pasien, apakah termasuk lingkungan yang endemik.2

Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien, perhatikan posisi kedua mata (simetris atau

tidak), mata sembab, keadaan sekitar orbita; Perhatikan alis mata apakah bagian lateral menipis

atau rontok, perhatikan apakah kelopak mata dapat menutup dan membuka dengan sempurna;

Perhatikan konjungtiva palpebra (membuka mata, menarik palpebra inferior, menekan canthus

medialis); Perhatikan adakah ikterus warna ikterus , kuning kejinggaan atau kehijauan, apakah

pucat (anemia), apakah kebiruan (sianosis), adakah pigmentasi lain, adakah petechie bercak

perdarahan atau white centered spot, apakah ada obstruksi ductus nasolacrimalis.

Pemeriksa duduk di lateral pasien, perhatikan adakah exopthalmos (Dengan penggaris,

dibandingkan kanan dan kiri. normal sampai 16 mm dan pasti patologis apabila > 20 mm).

Palpasi

Palpasi dengan perlahan adanya pembengkakan dan nyeri tekan pada kelopak mata.

Kemudian, palpasi bola mata dengan menempatkan kedua ujung jari telunjuk di kelopak mata di

atas sklera sementara klien melihat ke bawah. Bola mata harus teras sama keras.

7

Page 8: Blok 23 - Special Sense

 Kemudian, palpasi kantong lakrimal dengan menekankan jari telunjuk pada lingkar orbital

bawah pada sisi yang paling dekat dengan hidung klien. Sambil menekan, observasi adanya

regurgitasi abnormal materi purulen atau air mata yang berlebihan pada punctum, yang dapat

mengindikasikan adanya sumbatan dalam duktus nasolakrimal.3

Pemeriksaan Penunjang

Hal yang harus dievaluasi dari kornea adalah transparansi (adanya opasitas stroma dan

epitelium menunjukkan scarring atau infiltrasi) dan luster pada permukaan (absensi

menunjukkan defek epitel atau lesi kornea superfisial).

Pemeriksaan kornea hendaknya dilakukan dalam pencahayaan yang memadai, dapat pula

dilakukan setelah pemberian agen anestetik lokal. Umumnya, seorang oftalmologis akan

menggunakan slit lamp dalam pemeriksaan.

Adapun pulasan dengan satu tetes larutan fluorescein atau rose bengal 1%, dengan

sifatnya yang umumnya tidak diabsorbsi oleh epitelium, dapat memperjelas gambaran lesi epitel

superfisial yang sulit terlihat pada pemeriksaan biasa, mulai dari keratitis pungtata superfisial

hingga erosi kornea. Pencahayaan dengan cobalt blue filter akan mempertegas efek floresensi.

Topografi permukaan kornea secara kasar dapat dievaluasi menggunakan keratoskop atau

Placido’s disk. Akan tetapi, hasil yang lebih akurat dapat diperoleh melalui pemeriksaan

topografi kornea yang terkomputerisasi (videokeratoskopi).

Sensitivitas kornea secara sederhana dapat dinilai dengan cotton swab. Dalam hal ini,

secara kasar dinilai adanya infeksi viral atau neuropati fasialis atau trigeminalis. Densitas

epitelium kornea secara kasar dapat dinilai menggunakan slit lamp atau teknik mikroskop

spekular untuk keperluan kuantifikasi. Ukuran kornea dapat diukur menggunakan penggaris

sederhana atau keratometer Wessely.

8

Page 9: Blok 23 - Special Sense

Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH). Pada jamur

dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan

biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi

jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan

agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.3

Definisi

Ulkus Kornea

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan

kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan

diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.3

Klasifikasi

Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:

1. Ulkus kornea sentral

a. Ulkus kornea bakterialis

b. Ulkus kornea fungi

c. Ulkus kornea virus

d. Ulkus kornea acanthamoeba

2. Ulkus kornea perifer

a. Ulkus marginal

b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)

c. Ulkus cincin (ring ulcer)4

9

Page 10: Blok 23 - Special Sense

Diagnosis Kerja

Ulkus Kornea et Causa Jamur

Ulkus kornea et causa jamur disebabkan oleh jamur bentuk filamen seperti Aspergillus

dan Fusarium lebih sering di iklim tropis dan subtropis dan ada juga yang berbentuk ragi seperti

Candida yang lebih sering di iklim dingin.3

Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering.

Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang

baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-

satelit disekitarnya. Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada

infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi

akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.4

Diagnosis Banding

Ulkus Kornea et Causa Bakterialis

Ulkus kornea yang khas biasanya terjadi pada orang dewasa yang bekerja di bidang

konstruksi, industri, atau pertanian yang memungkinkan terjadinya cedera mata. Terjadinya

ulkus biasanya karena benda asing yang masuk ke mata, atau karena erosi epitel kornea. Dengan

adanya defek epitel, dapat terjadi ulkus kornea yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen

yang terdapat pada konjungtiva atau di dalam kantong lakrimal. Banyak jenis ulkus kornea

bakteri mirip satu sama lain dan hanya bervariasi dalam beratnya penyakit. Pseudomonas

Aeruginosa, Streptococcus Pneumonia dan spesies Moraxella merupakan penyebab paling

sering. Ini terutama berlaku untuk ulkus yang disebabkan bakteri oportunitik (misalnya

Streptococcus alfa-hemolyticus, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Nocardia,

10

Page 11: Blok 23 - Special Sense

dan M fortuitum-chelonei), yang menimbulkan ulkus indolen yang cenderung menyebar

perlahan dan superficial.

Ulkus sentral yang disebabkan Streptococcus beta-hemolyticus tidak memiliki ciri khas.

Stroma kornea disekitarnya sering menunjukkan infiltrat dan sembab, dan biasanya terdapat

hipopion yang berukuran sedang. Kerokan memperlihatkan kokus gram (+) dalam bentuk rantai.

Obat-obat yang disarankan untuk pengobatan adalah Cefazolin, Penisillin G, Vancomysin dan

Ceftazidime.4

Ulkus Kornea et Causa Virus

Ulkus kornea yang disebabkan oleh virus, yaitu Herpes simpleks. Sesudah infeksi primer,

virus menetap secara laten di ganglion trigeminum. Serangan umumnya dipicu oleh demam,

pajanan sinar ultraviolet, trauma, stres psikis, awal menstruasi atau imunosupresi lokal atau

sistemik lainnya. Umumnya unilateral mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari

sampai beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini. Ulkus

Kornea Herpes Zoster, biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini

timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem

palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma.

Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit

herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi

dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.

Ulkus Kornea Herpes simplex, infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes simplex

dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang

kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk

dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh.

11

Page 12: Blok 23 - Special Sense

Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas

diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya.4

Manifestasi Klinis

Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :

Gejala Subjektif

• Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva

• Sekret mukopurulen

• Merasa ada benda asing di mata

• Pandangan kabur

• Mata berair

• Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus

• Silau

• Nyeri

Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer

kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.

Gejala Objektif

• Injeksi siliar

• Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat

• Hipopion4

Etiologi

12

Page 13: Blok 23 - Special Sense

Infeksi

Infeksi Bakteri : Pseudomonas Aeruginosa, Streptococcus Pneumonia dan spesies

Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk

sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat

mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.

Infeksi jamur: disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium,

dan spesies mikosis fungoides.

Infeksi virus: Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai.

Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang

bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk

disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya

varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).

Acanthamoeba. Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat

didalam air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi

kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada

pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan

sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang

terpapar air atau tanah yang tercemar.

Noninfeksi

Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH. Bahan asam yang dapat

merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik anhidrat. Bila

bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan protein permukaan

sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya

13

Page 14: Blok 23 - Special Sense

kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia,

cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium

karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.

Radiasi atau suhu. Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari

yang akan merusak epitel kornea.

Sindrom Sjorgen. Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai

keratokonjungtivitis sicca yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat

disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan

permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-

bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada

kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.

Defisiensi vitamin A. Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena

kekurangan vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan

ganggun pemanfaatan oleh tubuh.

Obat-obatan. Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya;

kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan

imunosupresif.

Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.

Pajanan (exposure)

Neurotropik

Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)

Granulomatosa wagener

Rheumathoid arthritis4

14

Page 15: Blok 23 - Special Sense

Epidemiologi

Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya. Insidensi ulkus kornea

tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya

ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak

di ketahui penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879

tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan menyebutkan

peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan kortikosteroid topikal,

penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak. Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari

112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur. Mortalitas atau morbiditas tergantung dari

komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan refraksi, neovaskularisasi dan

kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu

sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-

laki. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga

meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea.4

Patofisiologi

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan

pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak

ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea.

Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan

yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan

gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil.

15

Page 16: Blok 23 - Special Sense

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang,

seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea,

wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai

makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan

tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear,

sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang

tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak

licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik

superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga

diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan

menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat

menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan

fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel

leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu

melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat

sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran

Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan

terjadinya sikatrik.4

Penatalaksanaan

16

Page 17: Blok 23 - Special Sense

Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar

tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea tergantung

penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur,

sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam

perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat

sistemik.3

a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah

• Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya

• Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang

• Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan

mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih

• Berikan analgetik jika nyeri

b. Penatalaksanaan medis

1. Pengobatan konstitusi

Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang kurang dari

normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara yang

baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B

kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen, yang tidak

sembuh dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril yang

disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu badan akan naik,

tetapi jangan sampai melebihi 39,5°C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya

antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh.

2. Pengobatan lokal

17

Page 18: Blok 23 - Special Sense

Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea sekecil

apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtuvitis, dakriosistitis harus

diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus

segera dihilangkan.

Infeksi pada mata harus diberikan :

• Sulfas atropine sebagai salap atau larutan

Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.

Efek kerja sulfas atropine :

Sedatif, menghilangkan rasa sakit.

Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.

Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.

Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga mata

dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga

sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang

baru

• Skopolamin sebagai midriatika.

• Analgetik.

Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain tetapi

jangan sering-sering.

Anti jamur

18

Page 19: Blok 23 - Special Sense

Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang

tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi :

• Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B 1,

2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole

• Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazol

• Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol

• Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis anti

biotik.4

Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :

• Kauterisasi

• Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni trikloralasetat

• Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore. Dengan

instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan pada pinggir

ulkus sampai berwarna keputih-putihan.

• Pengerokan epitel yang sakit

Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan perbaikan

dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak mengandung

antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan

melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan

tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau

sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali.

19

Page 20: Blok 23 - Special Sense

Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas atropine,

antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan gerakan-gerakan. Bila

perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka dapat dilakukan :

• Iridektomi dari iris yang prolaps

• Iris reposisi

• Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva

• Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat

Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati seperti

ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma

adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.

3. Keratoplasti

Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil.

Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea

yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :

• Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita

• Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

• Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.5

Pencegahan

Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli mata

setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat mengawali

timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.

• Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata

20

Page 21: Blok 23 - Special Sense

• Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna,

gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah

• Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa

tersebut.4

Komplikasi

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

• Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat

• Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis

• Prolaps iris

• Sikatrik kornea

• Katarak

• Glaukoma sekunder3

Prognosis

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya

mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang

timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan

kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat

pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan

yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada

ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan

resistensi. 4

Kesimpulan

21

Page 22: Blok 23 - Special Sense

Ulkus kornea et causa jamur adalah ulkus yang disebabkan oleh jamur yang sebelumnya

ada kontak dengan tumbuh – tumbuhan, ranting atau daun. ditandai dengan adanya infiltrat

supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi

dari epitel sampai stroma. Pengobatan sesegera mungin untuk mencegah terjadinya tingkat

keperahan atau prognosis yang buruk.

Daftar Pustaka

1. Cassidy L, Oliver J. Ophthalmology at a glance. Massachusetts: Blackwell Science;

2005. p.66-8.

2. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2010.h. 181-3.

3. Ilyas S, Yulianti SR. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak. Dalam: Ilmu

penyakit mata. Edisi ke – 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

2013.h. 159 – 62.

4. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia. Ulkus kornea. Dalam : Ilmu penyakit

mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi ke – 2. Jakarta: Sagung

Seto; 2004.h. 170 – 76.

5. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age

International; 2007. p. 89-126.

22