jurnal blok 23
TRANSCRIPT
Glaukoma Phakolitik et causa
Katarak Morgagnian
Winda Anastesya
Nim : 10 2009 246
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat : Jl. Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat
PENDAHULUAN
Glaukoma adalah sekumpulan gejala dengan tanda karakteristik berupa adanya
neuropati optik glaukomatosa bersamaan dengan defek atau gangguan penyempitan lapang
pandang (visual field) yang khas, disertai dengan kenaikan tekanan bola mata. Glaukoma
adalah penyebab nomor dua kebutaan yang terjadi di dunia.Sekitar 1,25 juta penduduk
Amerika didiagnosis menderita glaukoma namun sekitar 1 juta lainnya juga menderita
penyakit tersebut namun mereka tidak menyadarinya. 1-3
Glaukoma terdiri dari dua tipe utama yaitu glaukoma sudut terbuka dan sudut
tertutup. Berdasarkan etiologinya, glaukoma dibagi menjadi glaukoma primer dan glaukoma
sekunder. Glaukoma primer merupakan glaukoma yang tidak berhubungan dengan penyakit
atau keadaan okular yang menyebabkan peningkatan tahanan aliran cairan akuos atau
penutupan sudut. Jika ada penyakit atau keadaan yang mendasari yang dapat menyebabkan
peningkatan TIO maka glaukoma diklasifikasikan glaukoma sekunder. 1,4,5
Alamat email : [email protected] Page 1
Salah satu penyebab glaukoma sekunder adalah katarak matur atau hipermatur.
Kondisi ini dikenal dengan istilah glaukoma fakolitik. Glaukoma fakolitik merupakan suatu
bentuk glaukoma sudut terbuka sekunder yang berkaitan dengan katarak matur atau
hipermatur dimana terjadi kebocoran dari material lensa ke dalam bilik mata depan sehingga
protein-protein lensa yang mencair masuk ke bilik mata depan. Jalinan trabekular menjadi
edematosa dan tersumbat oleh protein-protein lensa dan menimbulkan peningkatan mendadak
tekanan intraokular.1,3,4-7
Glaukoma fakolitik pertama kali dikenali oleh Flocks et al pada tahun 1955.
Frekuensi terjadinya glaukoma fakolitik jarang ditemukan di negara-negara maju, hal ini
karena banyaknya pusat pelayanan kesehatan mata dan adanya kesadaran dari penderita
terhadap penyakit ini. Glaukoma fakolitik lebih sering terjadi di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia, dimana penanganan katarak sering terlambat sampai pada stadium
hipermatur yang belum ditangani.1-3,5-9 Pada sebuah studi di India dilaporkan 115 kasus
glaukoma fakolitik dari 27.073 penderita dengan katarak.7-9
Penatalaksanaan Glaukoma fakolitik sama dengan penatalaksanaan glaukoma
sekunder lainnya dengan menangani kasus penyebabnya. Pada keadaan fakolitik maka harus
segera dilakukan ekstraksi katarak. Bedah kombinasitrabekulektomi dan ekstraksi katarak
dengan disertai atau tanpa dilakukan penanaman IOL juga menjadi prosedur alternatif untuk
glaukoma sekunder.7
ANAMNESIS.
Dari anamnesis akan didapatkan gejala-gejala klinik berupa nyeri pada bola mata, injeksi
pada konjungtiva, melihat gambaran haloes, dan penglihatan seperti terowongan (tunnel
vision). Penyakit sistemik yang mungkin mempengaruhi penglihatan atau mempengaruhi
pengobatan nantinya juga perlu dianamnesis, seperti penyakit diabetes mellitus, penyakit
paru-paru dan kardiovaskuler, hipertensi dan berbagai penyakit neurologis lainnya perlu
dianamnesis. Pada anamnesis juga harus dicantumkan riwayat ophtalmologi, baik yang
sekarang ataupun yang lampau, derajat social, riwayat penggunaan tembakau dan alcohol,
dan riwayat penyakit dalam keluarga.4,8,9
Alamat email : [email protected] Page 2
- Identitas pasien ? (nama, umur, pekerjaan, pendidikan, dll)
- Menanyakan keluhan utama pasien ?
- Selanjutnya setelah didapat keluhan utama adalah tentang riwayat penyakit sekarang,
atau riwayat dari penyakit yang dikeluhkannya saat itu.
Secara umum, ada lima keluhan utama yang kemungkinan besar akan disampaikan oleh
pasien ke dokter. Penglihatan kabur, mata merah, mata berair, penglihatan ganda, dan mata
nyeri. Semuanya harus ditanyakan untuk mendapatkan diagnose banding dari pasien.
Penurunan penglihatan : Hal yang perlu ditanya adalah, onset (sejak kapan?), sifat muncul
(Apakah mendadak atau perlahan), apakah dikedua mata atau salah satu saja, kalau salah satu
mata bagian mana yang terkena, apakah diikuti dengan mata nyeri, diikuti dengan mata
merah, disertai dengan penglihatan berbayang, adakah riwayat trauma sebelumnya misalnya
pernah jatuh ditangga, kepala terbentur, kecelakaan lalu lintas, matanya terbentur sesuatu,
bahkan mungkin trauma. Ketika pasien menjawab bahwa keluhannya diikuti dengan nyeri
juga, atau mata memerah juga maka penggalian dilanjutkan ke aspek itu, kalo ternyata tidak
ada keluhan tambahan maka bisa diteruskan ke step selanjutnya.
Mata merah : Onset (Kapan pertama kali muncul? Baru saja atau sudah tahunan), apakah di
satu mata saja atau dikedua mata?, apakah disertai dengan produksi cairan? Kalau iya, cari
tahu cairan macam apa itu, apakah encer, seros, mukoid, purulen, warnanya juga ditanya,
disertai penurunan penglihatan atau tidak?, mata nyeri atau tidak?, ada penglihatan berganda
atau tidak?. Sekali lagi, ketika aspek utama berhubungan dengan aspek lain maka aspek lain
itupun harus selesai ditanyakan.
Penglihatan ganda (diplopia) : Onset (sejak kapan), apakah dikedua mata atau salah satu aja?,
apakah ada kedutan juga? Kalau ada sejak kapan? Apakah bersama dengan munculnya
diplopia atau kedutannya sudah lama, apakah ada mata merah juga? Adakah nyeri juga?
Penurunan visus?
Mata berair : Onset, sifat cairan yang keluar apakah kental atau encer (serosa, mucus,
purulen), warnanya. Adakah mata merah? Nyeri atau rasa tidak nyaman pada mata? Salah
satu atau kedua mata yang terkena?
Nyeri mata : Onset, mata yang dikenai apakah keduanya (bilateral) atau salah satu saja
(unilateral), tingkat keparahan apakah progresif atau seperti itu itu saja, gejala penyerta
(mual, muntah, aura, cahaya kelap-kelip), mata merah? Mata berair? Penglihatan menurun?
Berbayang?
Alamat email : [email protected] Page 3
- Step selanjutnya lanjut ke riwayat penyakit keluarga. Apakah ada keluarga yang terkena
atau mengeluh hal yang sama? Penyakit infeksi lain yang baru-baru ini si pasien terpapar
- Selanjutnya cari tahu riwayat penyakit dahulu, ada atau tidak penyakit sistemik
seperti ;diabetes, hipertensi, dan yang lainnya. Riwayat pengobatan juga, adakah riwayat
menggunakan obat-obatan tertentu secara topical atau sistemik, adakah riwayat pemakaian
steroid, riwayat alergi juga harus ditanyakan.3,5-9
PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG
Pemeriksaan mata untuk menilai glaukoma tidak jauh berbeda dengan pemeriksaan
standar medical check up yang dilakukan dokter mata. Banyak pemeriksaan yang dilakukan
untuk menilai adanya glaukoma telah rutin dilakukan setiap kunjungan ke dokter mata.
Berikut ini pemeriksaan yang rutin dilakukan pada pemeriksaan glaukoma:
1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
Ketajaman penglihatan dapat diperiksa dengan snellen chart. Pada lensinduced
glaucoma, ketajaman penglihatan dapat berkisar antara 20/400 hingga hanya persepsi cahaya.
2. Pengukuran tekanan intraokuler.
Tekanan intraokuler normal berkisar antara 10-21 mmHg. Tekanan intraokuler kurang
dari 5 mmHg disebut dengan hipotoni dan lebih dari 21 mmHg disebut dengan hipertensi
okular. Tingginya tekanan intraokuler tidak berarti seseorang menderita glaukoma, tapi hal
ini merupakan faktor resiko yang mempermudah terjadinya glaukoma. Makin tinggi tekanan
intraokuler, makin besar kesempatan menderita glaukoma.
Akurasi pengukuran tekanan intraokuler dipengaruhi oleh ketebalan kornea. Ketebalan
kornea diukur dengan menggunakan pachymeter. Ketebalan kornea berkisar antara 0,53-0,55
mm. Pengukuran tekanan intraokuler pada pasien dengan kornea yang tipis akan menujukkan
hasil yang lebih rendah daripada tekanan intraokuler sebenarnya dan hal ini terbalik pada
pasien yang memiliki kornea yang tebal. Oleh karena perbedaan hasil pengukuran ini, maka
pada penderita yang memiliki ketebalan kornea di bawah 0,5 atau di atas 0,6 mm harus lebih
berhati-hati karena bisa terjadi deviasi hasil pengukuran, baik itu di atas atau di bawah nilai
sebenarnya.
Ada berbagai cara pengukuran tekanan intraokuler, diantaranya:
Alamat email : [email protected] Page 4
a) Secara palpasi
Perbandingan palpasi antara kedua bola mata dapat digunakan sebagai pemeriksaan
pendahuluan dalam mendeteksi peningkatan tekanan intraokuler.
Apabila pemeriksa dapat melakukan indentasi pada bola mata dan teraba fluktuasi
pada bagian bawah indentasi maka tekanan intraokuler kurang dari 20 mmHg.
Apabila bola mata tidak elastis dan seperti batu keras maka tekanan intraokuler
diperkirakan kurang lebih 60-70 mmHg.
b) Schiotz indentation tonometry
Pemeriksaan ini mengukur seberapa jauh derajat indentasi kornea pada pasien
dalam posisi terlentang. Semakin rendah tekanan intraokuler, maka akan semakin dalam
pin tonometer akan tertanam dan semakin jauh pergeseran jarum tonometer.
Tonometer schiotz sering memberikan hasil yang tidak tepat. Sebagai contoh pada
penurunan rigiditas sklera pada mata miopia akan menyebabkan pin tonometer tertanam
lebih dalam. Oleh karena itu, pada pemeriksaan dengan menggunakan tonometer schiotz
perlu dilanjutkan dengan tonometer applanasi.
Gambar. Tonometer Schiotz.
c) Tonometer applanasi
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang paling banyak dilakukan dalam
pengukuran tekanan intraokuler. Melalui pemeriksaan ini, bias yang ditimbulkan dari
pemeriksaan tonometer schiotz dapat disingkirkan.
Alamat email : [email protected] Page 5
Gambar. Pemeriksaan Tonometer Applanasi.1
Gambar. Hasil Pemeriksaan Tonometer Applanasi.
d) Pneumatic non contact tonometry
Hasil pemeriksaan melalui instrumen ini tidak seteliti tonometer applanasi.
Pemeriksaan ini menggunakan hembusan udara yang diarahkan ke permukaan kornea.
Udara yang terpantul dari permukaan kornea akan mengenai membran penerima tekanan
pada alat ini. Metode ini tidak memerlukan anestesi karena tidak ada bagian alat yang
mengenai mata sehingga dengan mudah dipakai oleh teknisi dan berguna dalam program
penyaringan.
3. Pemeriksaan lapangan pandang
Penglihatan dapat dibagi dalam penglihatan sentral dan perifer. Ketajaman penglihatan
sentral dapat diukur dengan memperlihatkan sasaran dalam berbagai ukuran yang terpisah
pada jarak standar dari mata, misalnya dengan menggunakan kartu snellen. Ketajaman
penglihatan sentral digunakan dalam melakukan tugas penglihatan yang tajam dan halus
seperti membaca, menonton, dan mengenal wajah. Gangguan penglihatan utama pada
glaukoma umumnya menyerang lapangan pandang perifer. Gangguan lapangan pandang
perifer umumnya tidak disadari karena lapangan pandang sentral masih dalam keadaan baik
Alamat email : [email protected] Page 6
pada tahap awal. Oleh karena itu penting dilakukan pemeriksaan lapangan pandang untuk
mendeteksi adanya glaukoma secara dini.
Pemeriksaan lapangan pandang secara kasar dan cepat dapat dilakukan dengan tes
konfrontasi. Pada kecurigaan adanya hemianopsia homonim kiri atau kanan, dapat dilakukan
tes konfrontasi simultan dimana kedua sasaran digerakkan secara serentak dari kedua sisi
garis tengah
Selain cara di atas, pemeriksaan lapangan pandang juga dapat dilakukan dengan lebih
akurat dengan menggunakan perimeter yang melakukan pemetaan secara sistematik dari
bintik buta. Beberapa perimeter sudah menggunakan sistem komputerisasi dan menggunakan
cahaya pada posisi yang telah ditentukan di layar, seperti: humprey’s field analyzer, carl zeiss
meditec, dan thornwood. Sementara itu, beberapa yang lain masih bersifat manual dan
menggunakan cahaya yang digerakkan sepanjang layar, seperti: goldman perimeter dan
mason.
4. Pemeriksaan nervus optikus
Ada 4 bentuk utama dari kerusakan glaucomatous nervus optikus, diantaranya:
pelebaran konsetrik dari cup optik, notching, perkembangan cekungan yang ada, dan area
pucat yang semakin meluas.10 Pada orang normal rasio cup-diskus optikus sekitar 0,2-0,3.
Cup merupakan daerah pada diskus optikus yang tidak memiliki serat nervus optikus. Pada
orang normal, cup berbentuk oval pada posisi horizontal dengan neural rim terlebar terdapat
pada kuadaran inferior, diikuti bagian superior, nasal, dan temporal. Rasio cup-diskus di atas
0,6-0,7 merupakan kecurigaan adanya glukoma pada pasien dan ini merupakan indikasi
perlunya dilakukan pemeriksaan lanjutan.
Saat glaukoma semakin berkembang, rasio cup-diskus akan semakin bertambah (makin
banyaknya serat saraf optikus yang mati) sehingga pasien akan mengalami gangguan
lapangan pandang perifer yang akan berakhir dengan kebutaan.
Selain itu, pada glaukoma letak pembuluh darah dapat bergeser ke arah nasal yang
terjadi bersamaan dengan progresifitas pelebaran cup yang memberikan gambaran utama
pada glaukoma.
Alamat email : [email protected] Page 7
a. b.
Gambar. a. Diskus optik normal
b. Diskus optik anbnormal (pelebaran cup).1
5. Gonioskopi
Sudut kamera anterior dibentuk oleh taut antara kornea perifer dan iris, yang
diantaranya terdapat jalinan trabekula. Konfigurasi sudut ini, yakni apakah lebar (terbuka),
sempit, atau tertutup akan menimbulkan dampak penting pada aliran keluar cairan aqueous.
Lebar sudut kamera anterior dapat diperkirakan dengan pencahayaan oblik kamera anterior
dengan sebuah senter tangan atau dengan pengamatan kedalaman kamera anterior perifer
dengan slitlamp, tetapi sebaiknya ditentukan dengan gonioskopi, yang memungkinkan
visualisasi langsung struktur-struktur sudut. Apabila keseluruhan jalinan trabekula, taji sklera,
dan prosessus iris dapat dilihat, sudut dinyatakan terbuka. Apabila hanya garis schwalbe atau
sebagian kecil dari jalinan trabekula yang dapat terlihat, sudut dikatakan sempit. Apabila
garis schwalbe tidak terlihat dinyatakan sudut tertutup.1,2,5,8
Alamat email : [email protected] Page 8
a.
b. c. c.
Gambar. a. Posisi goniolens
b. Sudut bilik anterior terbuka
c. Sudut bilik anterior tertutup.1
DIAGNOSIS KERJA
OD : Glaukoma Phakolitik et causa Katarak Morgagnian
1. KATARAK SENIL
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.Katarak
senil secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, intumesen,matur,
hipermatur dan morgagni.3.7
a. Katarak insipien.
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :
Alamat email : [email protected] Page 9
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior(katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak
subkapsular posterior,kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah
terbentuk antara serat lensadan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni)
pada katarak insipien. Kekeruhanini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks
refaksi yang tidak sama pada semuabagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap
untuk waktu yang lama.
b. Katarak intumesen.
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif
menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa
menjadibengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkaldibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikanpenyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang
berjalan cepatdan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi
hidrasi korteks hinggalensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah,
yang memberikan miopisasi.Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa
disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
c. Katarak imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenaiseluruh lapis
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibatmeningkatnya
tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensamencembung akan
dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukomasekunder.
d. Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ionCa yang menyeluruh.Bila katarak imaturatau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa
kembalipada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila
lama akanmengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normalkembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif.
Katarak matur bila dibiarkan saja akan menjadi katarak intumesen (katarak
dengankandungan air maksimal), yang dapat memblok pupil dan menyebabkan
tekanan bola matameningkat (glaucoma). Atau lama kelamaan bahan lensa akan
keluar dari lensa yang katarak ke bilik mata depan dan menyebabkan reaksi radang.
Alamat email : [email protected] Page 10
Sel-sel radang ini akanmenumpuk di trabekulum dan akhirnya juga dapat
meningkatkan tekanan bola mata(glucoma). Bila tekan bola mata yang tinggi ini tidak
segera diturunkan, maka sel-selsyaraf mata yang terdapat pada dinding belakang bola
mata akan tertekan, yang padaakhirnya dapat menyebabkan kematian sel-sel syaraf
tersebut, yang mengakibatkankebutaan.
e. Katarak hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasilanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasikeluar dari
kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering,Pada
pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-
kadangpengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi
kendor. Bilaproses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka
korteks yangberdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuksebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam di dalam korteks lensakarena lebih berat. Keadaan ini disebut
sebagai katarak Morgagni.1,7,11,12
Glaukoma fakolitik adalah suatu glaukoma sekunder sudut terbuka, juga suatu
inflammatory glaucoma, yang terjadi pada katarak stadium matur atau hipermatur.Glaukoma
ini sering disebut juga sebagai suatu komplikasi dari katarak stadium matur atau hipermatur.
Hal ini disebabkan oleh karena obstruksi trabekular oleh suatu high molecular weight soluble
protein yang bocor melalui kapsul lensa yang intak dan masuk ke dalam akuos humor.1-3
Sesuai patofisiologi, glaukoma fakolitik terjadi oleh karena pada lensa dewasa
komposisi protein akan berubah dimana konsentrasi molekul protein lensa akan meningkat.
Pada katarak stadium lanjut, protein lensa dapat dilepaskan melalui pori-pori yang sangat
halus melalui kapsul lensa. Presipitat protein menimbulkan reaksi inflamasi, dimana
makrofag akan memfagositosis sebagian dari protein, sehingga terbentuk inflammatory debris
yang dapat menyumbat trabecular meshwork.1-6
Gambaran klinis biasanya ditemukan pada penderita katarak yang terlambat ditangani,
dimana sebelumnya terdapat keluhan tajam penglihatan yang memburuk perlahan. Pasien
biasa datang berobat dengan keluhan nyeri dan mata merah sebagai keluhan utama. Pada
pemeriksaan terdapat peningkatan tekanan intra okular (30 – 50 mmHg atau lebih), hiperemi
Alamat email : [email protected] Page 11
konjungtiva, edema kornea, terdapat sel dan flare pada BMD, sudut bilik mata yang dalam,
dan tidak terdapat keratic precipitates (KP’s). Tidak adanya KP’s merupakan tanda yang
membedakan antara glaukoma fakolitik dan reaksi fakoanafilaktik. Pada bilik mata terdapat
debris seluler (kumpulan partikel protein lensa dalam akuos humor) dan pada kasus lanjut
kumpulan partikel protein ini dapat membentuk suatu pseudohipopion walaupun jarang.3,7,9,10
Pada gonioskopi menunjukan suatu sudut terbuka. Pemeriksaan slitlamp
menunjukkan suatu katarak matur-hipermatur. Pada katarak stadium lanjut terjadi pengerutan
kapsul lensa anterior oleh karena volume yang berkurang akibat keluarnya material lensa.1-3,5
OS : Katarak Immatur
Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya menjadi
keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi kabur.Katarak
terjadi secara perlahan-lahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara berangsur.
Katarak tidak menular dari satu mata ke mata lain, tetapi katarak dapat terjadi pada kedua
mata pada waktu yang tidak bersamaan.Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi
atau ketuaan (jenis katarak ini paling sering dijumpai), trauma mata, infeksi penyakit tertentu
(Diabetes Mellitus).Katarak dapat terjadi pula sejak lahir (cacat bawaan), karena itu katarak
dapat dijumpai pada usia anak-anak maupun dewasa.
Data badan kesehatan PBB (WHO) menyebutkan penderita kebutaan di dunia mencapai
38 juta orang, 48% di antaranya disebabkan katarak. Untuk Indonesia, survei pada 1995/1996
menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai 1,5% dengan 0,78% di antaranya disebabkan
oleh katarak , dan yang terbesar karena katarak senilis/ ketuaan.
Selain penglihatan yang semakin kabur dan tidak jelas, tanda-tanda awal terjadinya
katarak antara lain merasa silau terhadap cahaya matahari, perubahan dalam persepsi warna,
dan daya penglihatan berkurang hingga kebutaan. Katarak biasanya terjadi dengan perlahan
dalam waktu beberapa bulan. Daya penglihatan yang menurun mungkin tidak disadari karena
merupakan perubahan yang berperingkat (progresif). Menurut Istiantoro,katarak hampir tidak
bisa dicegah karena merupakan proses penuaan sel.6-9
Dengan bertambah lanjut usia seseorang maka nucleus lensa mata akan menjadi lebih
padat dan berkurang kandungan airnya, lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya
Alamat email : [email protected] Page 12
(optic zone) sehingga kemampuan memfokuskan benda berkurang. Dengan bertambah usia
lensa juga mulai berkurang kebeningannya. (Katarak Senilis)
Katarak senilis dibagi menjadi beberapa stadium, salah satunya ;
Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Gambar. Katarak immatur.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah
cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata
akan menjadi miopik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan
sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit glaukoma. Uji bayangan iris
pada keadaan ini positif.3,11
MANIFESTASI KLINIS
Gejala - gejala katarak, antara lain ;
Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan
penglihatan yang muncul secara bertahap.
a) Penglihatan kabur dan berkabut
b) Fotofobia
c) Penglihatan ganda
d) Kesulitan melihat di waktu malam
e) Sering berganti kacamata
f) Perlu penerangan lebih terang untuk membaca
g) Seperti ada titik gelap didepan mata
Alamat email : [email protected] Page 13
Gejala Subyektif:
1. Penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresif.
2. Visus mundur yang derajatnya tergantung lokalisasi dan tebal tipisnya kekeruhan,
Bila : Kekeruhan tipis, kemunduran visus sedikit atau sebaliknya dan kekeruhan
terletak diequator, tak ada keluhan apa-apa.
3. Penderita mengeluh adanya bercak-bercak putih yang tak bergerak.
4. Diplopia monocular yaitu penderita melihat 2 bayangan yang disebabkan oleh karena
refraksi dari lensa sehingga benda-benda yang dilihat penderita akan menyebabkan
silau.
5. Pada stadium permulaan penderita mengeluh miopi, hal ini terjadi karena proses
pembentukan katarak sehingga lensa menjadi cembung dan refraksi power mata
meningkat, akibatnya bayangan jatuh dimuka retina.
Gejala Obyektif:
1. Pada lensa tidak ada tanda-tanda inflamasi.
2. Jika mata diberi sinar dari samping: Lensa tampak keruh keabuan atau keputihan
dengan latar hitam
3. Pada fundus reflex dengan opthalmoskop: kekeruhasn tersebut tampak hitam dengan
latar oranye. dan pada stadium matur hanya didapatkan warna putih atau tampak
kehitaman tanpa latar orange, hal ini menunjukkan bahwa lensa sudah keruh
seluruhnya.
4. Kamera posterior menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut kamera posterior
menyempit sehingga tekanan intraokuler meningkat, akibatnya terjadi glaukoma.,3,7,11
Alamat email : [email protected] Page 14
Terdapat tiga tipe dari katarak senil ini yaitu tipe nuklear, kortikal dan subskapsular
posterior. Tidak jarang terjadi dua tipe atau lebih pada satu penderita.
1. Tipe nuklear
Katarak nuclear dimulai dengan adanya perubahan secara berlebihan yang dialami oleh
nucleus lensa yang diakibatkan karena bertambahnya umur. Tipe ini berhubungan dengan
myopia karena terjadi peningkatan indeks refraksi dari nucleus lensa dan juga
peningkatan abrasi sperikal. Katarak nuclear cenderung untuk berkembang lambat.
Walaupun pada umumnya hanya terjadi bilateral, namun bisa juga terjadi unilateral dan
menyebabkan penderitanya tidak dapat melihat jarak jauh dibandingkan dengan jarak
dekat. Pada stadium awal, mengerasnya nukleus lensa menyebabkan peningkatan index
refraksi dan kemudian menyebabkan terjadinya myopia lentikular. Pada beberapa kasus,
hal ini menimbulkan terjadinya second sight atau penglihatan ganda perubahan index
refraksi yang secara tiba-tiba antara nukleus sklerotik dan korteks dapat menyebabkan
diplopia monocular. Pada kasus lanjut usia, nucleus lensa menjadi lebih keruh dan
berwarna coklat yang dinamakan katarak nulear brunescent.
Gambar 3. Katarak Nuklear
2. Tipe kortikal
Katarak kortikal dapat termasuk pada daerah anterior, posterior dan equatorial korteks.
Kekeruhan dimulai dari celah dan vakoula antara serabut lensa oleh karena hidrasi oleh
korteks. Katarak kortikal disebabkan oleh perubahan komposisi ion dari korteks dan
hidarsi lensa. Katarak ini biasanya terjadi bilateral namun dapat juga terjadi asimetris.
Dampak terhadap fungsi penglihatan bervariasi tergantung pada lokasinya. Salah satu
gejala yang sering timbul adalah penglihatan yang menjadi silau, misalnya silau terhadap
lampu mobil. Selain itu monocular diplopia juga bisa terjadi.
Alamat email : [email protected] Page 15
Gambar 4. Matur Cortical Cataract. Gambar 5. Hypermatur Cortical Cataract
Gambar 6. Morganian Cataract.
3. Tipe subkapsular posterior
Katarak subkapsular posterior ini sering terjadi pada usia yang lebih muda dibandingkan
tipe nuklear dan kortikal. Katarak ini terletak di lapisan posterior kortikal dan biasanya
axial. Indikasi awal adalah terlihatnya gambaran halus seperti pelangi dibawah slit lamp
pada lapisan posterior kortikal. Pada stadium lanjut terlihat granul dan plak pada korteks
subkapsul posterior ini. Gejala yang dikeluhkan penderita adalah penglihatan yang silau
dan penurunan penglihatan di bawah sinar terang. Dapat juga terjadi penurunan
penglihatan pada jarak dekat dan terkadang beberapa pasien juga mengalami diplopia
monocular.3,5,6
Alamat email : [email protected] Page 16
Gambar 7. Posterior Subcapsular Cataract.
Gejala – gejala glaukoma fakolitik, antara lain ;
Gambaran klinis biasanya ditemukan pada penderita katarak yang terlambat ditangani,
dimana sebelumnya terdapat keluhan tajam penglihatan yang memburuk perlahan. Pasien
biasa datang berobat dengan keluhan nyeri dan mata merah sebagai keluhan utama. Pada
pemeriksaan terdapat peningkatan tekanan intra okular (30 – 50 mmHg atau lebih), hiperemi
konjungtiva, edema kornea, terdapat sel dan flare pada BMD, sudut bilik mata yang dalam,
dan tidak terdapat keratic precipitates (KP’s). Tidak adanya KP’s merupakan tanda yang
membedakan antara glaukoma fakolitik dan reaksi fakoanafilaktik. Pada bilik mata terdapat
debris seluler (kumpulan partikel protein lensa dalam akuos humor) dan pada kasus lanjut
kumpulan partikel protein ini dapat membentuk suatu pseudohipopion walaupun jarang.3,7,9,10
Pada gonioskopi menunjukan suatu sudut terbuka. Pemeriksaan slitlamp
menunjukkan suatu katarak matur-hipermatur. Pada katarak stadium lanjut terjadi pengerutan
kapsul lensa anterior oleh karena volume yang berkurang akibat keluarnya material lensa.1-3
DIAGNOSIS BANDING
Glaukoma Phacomorfik
Pembesaran lensa pada katarak intumesen meningkatkan blok pupil relatif dan
mendorong bagian perifer iris ke arah depan. Kedua mekanisme ini menyebabkan
penyempitan sudut bilik anterior dan peningkatan tekanan intraokuler. Gambaran
klinis meliputi katarak asimetris dengan mata yang berlawanan menunjukkan sudut
bilik anterior yang dalam.
Alamat email : [email protected] Page 17
Glaukoma Partikel Lensa
Material lensa mendapatkan jalan ke bilik anterior melalui pengangkatan lensa yang
tidak sempurna setelah phakoemulsifikasi atau ECCE, trauma lensa, kapsulotomi
posterior dengan Nd:YAG laser dan bahkan tanpa didahului manipulasi intraokular
terlebih dahulu. Pemeriksaan slit lamp menunjukkan material lensa yang bersirkulasi
di cairan aqueous, penumpukan deposit debris lensa pada endotel kornea, edem
kornea yang bergantung pada onset peningkatan tekanan intraokuler, dan inflamasi
yang jelas yang dapat berkembang menjadi hipopion. Pada pemeriksaan gonioskopi
ditemukan gambaran sudut terbuka dan material korteks lensa dapat diidentifikasi.
Peningkatan tekanan intraokuler disebabkan obstruksi oleh partikel lensa dan reaksi
inflamasi yang diakibatkannya. Makrofag juga dapat ditemukan pada bilik anterior
dan sama seperti yang terjadi pada glaukoma phakolitik, sedikit berperan pada
patofisiologi peningkatan tekanan intraokuler.5,13
Stadium Katarak
Perubahan lensa pada usia lanjut:
Kapsul
o Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
o Mulai presbiopia
o Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
o Terlihat bahan granular
Epitel – makin tipis
o Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
o Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
Serat lensa
o Lebih irregular
o Pada korteks jelas kerusakan serat sel
o Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nucleus (histidin,
triptofan, metionin, sistein, dan tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus
mengandung histidin dan triptofan disbanding normal.
o Korteks tidak berwarna karena:
Kadar a. askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.
Alamat email : [email protected] Page 18
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya
mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Pada katarak senile sebaiknya disingkirkan
penyakit mata local dan penyakit sistemik seperti diabetes mellitus yang dapat menimbulkan
katarak komplikata. Katarak secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur,
matur, dan hipermatur.4
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air + masa lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis + Glaukoma
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senil.
Katarak Insipien
Pada stadium ini akan terlihat kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji
menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat didalam
korteks. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degenaratif (benda
Alamat email : [email protected] Page 19
morgagni) pada katarak insipien. Kekeruahn ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena
indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap
untuk waktu yang lama.
Katarak Imatur
Pada katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum
mengenai seluruh lapisan lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa
mencembung, akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.
Katarak Matur
Pada katarak matur lensa kehilangan cairan sehingga menyusut. Kekeruhan telah
mengenai seluruh masa lensa yang terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh dengan
warna kelabu atau amber (kuning sawo) biasanya coklat tua dan disebut black cataract.
Lama-kelamaan kekeruhan seluruh lensa ini akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata
depan dalamnya normal, iris shadow tidak ada dengan penyinaran samping. Pada stadium ini
katarak dapat dipisahkan dari kapsul lensa dan sudah masuk untuk dioperasi.
Katarak Hipermatur
Pada katarak hipermatur permukaan lensa dapat menjadi lebih keras atau lembek dan
mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul sehingga lensa menjadi mengecil,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul
lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn
menjadi kendor.. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks
yang berdegenerasi dan mencair tidak dapat keluar. Hal ini akan memperlihatkan bentuk
sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena
lebih berat.1,3,4
EPIDEMIOLOGI
Glaukoma merupakan penyakit mata yang dikenal sebagai penyebab kebutaan
permanen jika tidak terdeteksi dan diobati.3 Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua
paling banyak di negara sedang berkembang setelah diabetes.1 Pada tahun 2000 diperkirakan
kurang lebih 67 juta orang akan menderita glaukoma dan 10% diantaranya (6,7 juta orang)
Alamat email : [email protected] Page 20
akan mengalami kebutaan bilateral disebabkan oleh penyakit ini.2,3 Di Amerika Utara,
penyakit ini merupakan penyebab utama kebutaan dan memiliki insiden 1 per 100 orang
penduduk di atas usia 40 tahun. Dari seluruh jumlah ini hanya 50% yang dapat terdeteksi,
sedangkan setengah bagian lagi tidak dapat terdeteksi karena dalam perjalanan penyakitnya
kelainan ini tidak menampakkan gejala atau tanda penyakit.
Bank data WHO memperkirakan bahwa di seluruh dunia terdapat kira-kira 2,7 juta
orang menderita glaukoma sekunder. Lens induced glaucoma yang disebabkan oleh katarak
hipermatur merupakan penyebab utama glaukoma sekunder di negara sedang berkembang.
Dari penelitian yang dilakukan pada Rumah Sakit Mata Aravind di India Selatan pada tahun
2000 didapatkan bahwa lens induced glaucoma merupakan penyebab terbesar dari glaukoma
sekunder dengan persentase 25% dari total kasus yang ada.
ETIOLOGI
Etiologi katarak adalah :
a. degeneratif (usia)
b. kongenital
c.penyakit sistemik (misal DM, hipertensi, hipoparatiroidisme)
d.penyakit lokal pada mata (misal uveitis, glaukoma dll)
e. trauma
f.bahan toksik (kimia & fisik)
g.keracunan obat-obat tertentu (kortikosteroid, ergot, dll)
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usiaseseorang.
Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkanbahwa lebih dari
90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 55% orangberusia 75— 85
tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak. Walaupunsebenarnya dapat diobati,
katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia.3-7
Etiologi fakolitik glaukoma ;
Alamat email : [email protected] Page 21
a. Katarak matur (seluruhnya opak)
b. Katarak hipermatur (korteks cair dan nuclus yang mengambang bebas)
c. Likuefeksi fokal katarak imatur (jarang)
d. Dislokasi lensa yang katarak di vitreus
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi katarak
Patofisiologi katarak senilis belum sepenuhnya dipahami. Patogenesis multifaktorial
yang melibatkan interaksi kompleks antara berbagai proses fisiologis. Semakin tua usia lensa,
yang berat dan ketebalan meningkat, sementara akomodasi berkurang. Lapisan kortikal baru
bertambahkan dalam pola konsentrik, nukleus sentral menjadi padat dan mengeras dalam
proses yang disebut sklerosis nuklear.
Beberapa mekanisme memberikan kontribusi pada hilangnya transparansi lensa.
Epitel lensa diyakini mengalami perubahan yang berkaitan dengan usia, khususnya
penurunan kepadatan sel epitel lensa dan penyimpangan diferensiasi sel serat lensa. Epitel
lensa katarak mengalami tingkat kematian apoptosis rendah, sehingga tidak menyebabkan
penurunan yang signifikan pada kepadatan sel. Akumulasi penurunan epitel dalam skala kecil
dapat menyebabkan perubahan pembentukan serat lensa dan homeostasis, akhirnya
menyebabkan penurunan transparansi lensa. Selain itu, karena usia lensa, penurunan tingkat
air dan metabolit larut air berat molekul rendah dapat memasuki sel-sel inti lensa melalui
epitel dan korteks terjadi dengan penurunan tingkat transportasi air, nutrisi, dan
antioksidan. Akibatnya kerusakan oksidatif progresif untuk lensa seiring penuaan
berlangsung, menyebabkan katarak senilis. Berbagai studi menunjukkan peningkatan produk
oksidasi (misalnya, glutathione teroksidasi), penurunan vitamin antioksidan dan enzim
superoksida dismutase menyebabkan proses oksidatif pada cataractogenesis.
Mekanisme lain yang terlibat adalah konversi berat molekul rendah protein lensa larut
sitoplasma untuk larut dalam agregat berat molekul tinggi, fase tak larut, dan tidak larut
membran-protein matriks. Perubahan yang dihasilkan protein menyebabkan fluktuasi yang
tiba-tiba indeks bias lensa, sinar cahaya tersebar, dan mengurangi transparansi.1,3,6,8
Patofisiologi glaukoma fakolitik
Alamat email : [email protected] Page 22
Berbeda dengan beberapa bentuk glaukoma yang dicetuskan oleh lensa (misalnya,
glaukoma partikel lensa, glaukoma facoanafilactic), glaukoma fakolitik terjadi pada lensa
katarak dengan kapsul lensa utuh. Terjadi obstruksi jalur keluar oleh protein lensa yang
dibebaskan dari defek mikroskopis dalam kapsul lensa. Protein berat molekul tinggi yang
ditemukan lensa katarak menghasilkan obstruksi aliran keluar perfusi yang serupa dengan
yang ditemukan di glaucoma. Phacolytic Makrofag dipercaya menjadi respons alami terhadap
protein lensa di dalam ruang anterior daripada penyebab obstruksi aliran keluar.1,5,10
PENATALAKSANAAN
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila tajam
penglihatan sudah menurun sedemikian rupa dan mengganggu kehidupan sosial sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini menimbulkan penyulit. Terdapat dua
jenis pembedahan pada katarak yaitu Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) atau
ekstraksi intrakapsular dan Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) atau ekstraksi
ekstrakapsular.
1. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) atau ekstraksi intrakapsular
Jenis pembedahan yang sudah jarang dilakukan ini adalah mengangkat lensa in
toto, yakni mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya, melalui insisi limbus
superior 140 hingga 160 derajat. Pembedahan ini dapat dilakukan pada zonula Zinn
yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah putus. Pada ekstraksi ini tidak akan
terjadi katarak sekunder.
2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) atau ekstraksi ekstrakapsular.
Ekstraksi ini adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga
masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Jenis
pembedahan ini sejak beberapa tahun silam telah menjadi operasi pembedahan
katarak yang paling sering dilakukan karena apabila kapsul posterior utuh, maka lensa
intraokuler dapat dimasukkan ke dalam kamera posterior. Insidensi komplikasi pasca-
operatif lebih kecil terjadi jika kapsul posteriornya utuh.
Alamat email : [email protected] Page 23
Gambar 8. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE).
3. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah teknik
ekstrakapsular yang menggunakan getaran - getaran ultrasonik untuk mengangkat
nukleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm), sehingga
mempermudah penyembuhan luka pasca operasi.4,5
Alamat email : [email protected] Page 24
Gambar 9. Fekoemulsifikasi Dengan Energi Ultrasonik.
4. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan
teknik pembedahan kecil.Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih
cepat sembuh dan murah.
Sedangkan pengobatan medikamentosa yang tepat belum ditemukan, namun telah ada
beberapa obat yang pernah dipakai antara lain :
- Iodium tetes, salep, injeksi dan iontoforesis, tidak jelas efektif, sedang beberapa
pasien puas
- Kalsium sistein
- Imunisasi dengan yang memperbaiki cacat metabolisme lensa
- Dipakai lentokalin dan kataraktolisin dari lensa ikan
- Vitamin dosis tinggi juga dipergunakan.1,6,7,11
Penatalakasanaan Glaukoma
A. Medikamentosa
Pengobatan dengan obat-obatan ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokular dengan
cepat, untuk mencegah kerusakan nervus optikus, untuk menjernihkan kornea, menurunkan
inflamasi intraokular, miosis, serta mencegah terbentuknya sinekia anterior perifer dan
posterior. Obat-obat yang bisa diberikan pada penderita glaukoma sebagai berikut:
1. Prostaglandin analog, seperti:
a. Latanaprost (Xalatan) : konsentrasi 0,005% dan dosis 4 kali sehari.
b. Bimanoprost (lumigan)
2. β-Adrenergic antagonist ( β-bloker ), seperti :
Alamat email : [email protected] Page 25
Timolol maleate (timoptic) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,25%, 0,5% dan dosis
pemakaian 4 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi akuos dan menurunkan
TIO 20-30%.
3. Adrenergic agonist
i. Epinefrin (epifrin) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,25%, 0,5%, 1%, 2% dan
dosis pemakaian 2 kali sehari. Efeknya yaitu meningkatkan aliran akuos dan
menurunkan TIO sebesar 15-20%. .
ii. Dipivefrin HCl (propin) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,1% dan dosis
pemakaian 2 kali sehari. Efeknya yaitu meningkatkan aliran akuos dan
menurunkan TIO sebesar 15-20%.
4. β2-Adrenergik agonist :
Apraclonidin HCl (iopidin) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,5%, 1% dan
dosis pemakaian 2-3 kali sehari.
5. Parasympatomimetic (miotic) agents
a. Agonist kolinergik (direct acting)
Pilocarpin HCl (isoptocarpine) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,2-10% dan
dosis pemakaian 2-4 kali sehari. Efeknya yaitu meningkatkan aliran
trabekular, menurunkan TIO melalui kontraksi otot siliaris, kontraksi tersebut
menarik taji sklera dan menyebabkan anyaman trabekular teregang dan
terpisah. Jalur cairan terbuka dan aliran keluar akuos meningkat. Obat ini
merupakan langkah pertama dalam terapi glaukoma.
b. Anti kolinesterase agent (indirect acting)
Echothiopate iodide (phospholine iodide) : obat ini mempunyai konsentrasi
0,125% dan dosis pemakaian 2-4 kali sehari.
6. Carbonic anhidrase inhibitors
a. Oral
Alamat email : [email protected] Page 26
i. Asetazolamide (diamox) : obat ini mempunyai konsentrasi 62,5, 125 dan
250mg dan dosis pemakaian 2-4 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan
produksi akuos. Acetazolamide bekerja pada badan siliaris dan mencegah
sintesis bikarbonat. Ini menyebabkan penurunan transport natrium dan
pembentukan akuos karena transport bikarbonat dan natrium saling
berkaitan.
ii. Metazolamide (metazane) : obat ini mempunyai konsentrasi 25, 50 dan
100mg dan dosis pemakaian 2-3 kali sehari. .
b. Topikal
Dorzolamide (trusopt) : obat ini mempunyai konsentrasi 2% dan dosis
pemakaian 2-3 kali sehari.
7. Hiperosmotic agents
a. Mannitol parenteral (osmitrol) :
b. Gliserin (oral) : obat ini mempunyai konsentrasi 50% dan dosis pemakaian
2gr/kgBB.
B. Non Medikamentosa
Glaukoma bukan merupakan penyakit yang dapat diobati dengan operasi saja. Indikasi
untuk dilakukannya operasi, yaitu:
1. Target penurunan tekanan intraokular tidak tercapai.
2. Kerusakan jaringan saraf dan penurunan fungsi penglihatan yang progresif meski
telah diberi dosis maksimal obat yang bisa ditoleransi ataupun telah dilakukan laser
terapi ataupun tindakan pembedahan lainnya.
3. Adanya variasi tekanan diurnal yang signifikan pada pasien dengan keruksakan diskus
yang berat.
Operasi biasanya merupakan pendekatan primer baik untuk glukoma kongenital maupun
glaukoma blok papil.
Alamat email : [email protected] Page 27
Operasi untuk glaukoma sudut terbuka
1. Laser trabekuloplasti
Laser trabekuloplasti (LTP) adalah teknik yang mengguinakan energi laser
yang dijatuhkan pada anyaman trabekula pada titik yang berbeda, biasanya salah satu
dari pinggir anyaman trabekula (1800).
2. Selective laser trabeculoplasty
Selective laser trabeculoplasty (SLT) adalah prosedur laser yang
menggunakan frekuensi ganda dengan target melanin intraseluler.
3. Trabekulektomi
Trabekulektomi merupakan teknik bedah utnuk mengalirkan cairan melalui
saluran yang ada dan sering dilakukan pada glaukoma sudut terbuka..
Teknik ini dimulai dengan melakukan beberapa tahapan, yaitu : eksposure,
robekan konjungtiva, flap sklera, parasentesis, sklerostomi, iridektomi, penutupan flap
sklera, pengaturan aliran dan penutupan konjungtiva.5,9,13,14
PENCEGAHAN
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah.
Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila telah
berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga kecepatan
berkembangnya katarak dengan:
Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam
tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah
Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur
Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata
Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya.
Vitamin A, dapat diperoleh dari hati, telur, dan sayur seperti wortel maupun bayam. Vitamin
A ini penting dalam fungsi retina, juga membantu, mata beradaptasi dengan cahaya terang
dan gelap. Vitamin A mengurangi risiko terbentuknya katarak dan degenerasi makular terkait
usia.
Alamat email : [email protected] Page 28
Vitamin C, selain memperkuat tulang dan otot serta menjaga kesehatan gigi dan gusi,
vitamin C juga penting dalam menjaga kesehatan mata. Vitamin C mampu mengurangi risiko
katarak dan degenerasi makular. Sumber vitamin C dapat dijumpai padajeruk, stroberi,
brokoli, dan paprika.
Vitamin E, Vitamin E dikaitkan juga dengan pencegahan katarak dan memperlambat
perkembangan katarak. Kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, serta produk yang
diperkaya vitamin E adalah sumber vitamin E yang baik.
Selenium dan zinc, dua komponen ini menjadi mineral kunci untuk membantu proses
oksidasi. Mineral tersebut membantu tubuh menyerap antioksidan. Kecukupan mineral ini
dalam makanan sehari-hari juga membantu mencegah penyakit mata. Selenium dapat
dijumpai pada makaroni dan keju. Sementara zinc bisa diperoleh dari keju, yogurt, daging
merah, dan beberapa sereal yang diperkaya dengan mineral zinc.
Lutein dan zeaxanthin, berbagai temuan terbaru mengungkapkan bahwa pola hidup sehat
dan konsumsi pangan kaya antioksidan berperan mencegah atau menunda kejadian katarak.
antiioksidan yang telah terbukti dapat mencegah atau menunda kejadian katarak adalah lutein
dan zeaxanthin.
Adanya gugus hidroksi pada struktur molekulnya membedakan lutein dan zeaxanthin dengan
karotenoid lain. Dengan adanya gugus hidroksil ini, lutein dan zeaxanthin lebih bersifat polar
daripada karotenoid lain, seperti beta-karoten. Polaritas ini berkaitan dengan kemampuannya
berikatan dengan radikal bebas yang merusak mata.
Mekanisme
Radikal bebas, yang berasal dari sinar matahari atau cemaran dari udara, yang masuk ke mata
mengoksidasi molekul rentan pada lensa mata. Molekul tersebut adalah protein dan lipid
yang menyusun lensa mata. Efek dari oksidasi ini adalah timbulnya sejumlah protein atau
lipid yang rusak pada lensa mata. Seiring dengan bertambahnya usia dan makin
terakumulasinya tekanan radikal bebas, sejumlah protein dan lipid yang rusak tersebut makin
besar. Hal itu yang membuat penglihatan kabur dan lama-kelamaan menjadi buta. Lutein dan
zeaxanthin menangkapi radikal bebas (dengan cara berikatan dengannya) sebelum mereka
merusak protein atau lipid lensa.3,6
Alamat email : [email protected] Page 29
Pencegahan kebutaan akibat glaukoma:
1. Pada orang yang telah berusia 20 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata
berkala secara teratur setiap 3 tahun.
2. Bila terdapat riwayat adanya glaukoma pada keluarga maka lakukan pemeriksaan ini setiap
tahun.
3. Secara teratur perlu dilakukan pemeriksaan lapang pandangan dan tekanan mata pada orang
yang dicurigai akan timbulnya glaukoma.
4. Sebaiknya diperiksakan tekanan mata, bila mata menjadi merah dengan sakit kepala yang
berat.10,13
KOMPLIKASI
Glaukoma dikatakan sebagai komplikasi katarak. Seperti yang diterangkan sebelumnya,
glaukoma fakolitik merupakan keadaan lanjut dari katarak hipermatur atau Morgagnian,
selain itu, glaukoma Phacomorfik dan glaukoma Phacotopik juga merupakan Lens Induced
Glaucoma.
Glaukoma ini dapat timbul akibat intumesenensi atau pembengkakan lensa. Jika katarak
ini muncul dengan komplikasi glaukoma maka diindikasikan ekstraksi lensa secara bedah.
Selain itu Uveitis kronik yang terjadi setelah adanya operasi katarak telah banyak dilaporkan.
Hal ini berhubungan dengan terdapatnya bakteri patogen termasuk Propionibacterium acnes
dan Staphylococcus epidermidis.5,13
PROGNOSIS
Glaukoma tidak dapat disembuhkan. Gangguan penglihatan yang sudah terjadi tidak dapat
dihilangkan. Oleh karena itu, tindakan yang dapat kita lakukan adalah berusaha
mempertahankan tekanan intraokuler dalam batas normal, baik dengan penggunaan obat-
obatan ataupun tindakan pembedahan yang merupakan jalan terakhir untuk mempertahankan
bagian nervus optikus yang masih ada. Selain itu, deteksi secara dini merupakan langkah
yang paling baik sehingga dapat dilakukan pengobatan secara cepat dan tepat untuk
menghindari progresivitas dari penyakit.1,6
KESIMPULAN
Alamat email : [email protected] Page 30
Glaukoma fakolitik adalah suatu glaukoma sekunder sudut terbuka, juga suatu
inflammatory glaucoma, yang terjadi pada katarak stadium matur atau hipermatur. Glaukoma
ini sering disebut juga sebagai suatu komplikasi dari katarak stadium matur atau hipermatur.
Hal ini disebabkan oleh karena obstruksi trabekular oleh suatu high molecular weight soluble
protein yang bocor melalui kapsul lensa yang intak dan masuk ke dalam akuos humor.
Gambaran klinis biasanya ditemukan pada penderita katarak yang terlambat ditangani,
dimana sebelumnya terdapat keluhan tajam penglihatan yang memburuk perlahan. Pasien
biasa datang berobat dengan keluhan nyeri dan mata merah sebagai keluhan utama. Pada
pemeriksaan terdapat peningkatan tekanan intra okular, hiperemi konjungtiva, edema kornea,
terdapat sel dan flare pada BMD, sudut bilik mata yang dalam.
Pada gonioskopi menunjukan suatu sudut terbuka. Pemeriksaan slitlamp
menunjukkan suatu katarak matur-hipermatur. Pada katarak stadium lanjut terjadi pengerutan
kapsul lensa anterior oleh karena volume yang berkurang akibat keluarnya material lensa.
Penanganan awal yang dilakukan adalah dengan memberikan obat – obat
antiglaukoma yang ditujukan untuk menurunkan tekanan intra okular, kortikosteroid topikal
untuk mengatasi inflamasi yang terjadi, kemudian dilakukan tindakan operatif ekstraksi lensa
ekstra kapsuler yang bila perlu dapat dilakukan implantasi lensa intra okular.Pada kondisi
adanya katarak dan glaukoma dibutuhkan suatu penanganan pendekatan terapi bedah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Liesegang, Thomas, dkk. 2001. Glaucoma. The Foundation of the American
Academy of Ophthalmology: USA.
2. Ilyas, Sidarta.Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-4. Balai Penerbitan Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2011.
3. Vaughan DG, Eva RP, Asbury T. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika.
Jakarta. 2006. hal : 220-38.
4. Ilyas, Sidharta; Mailangkay; Taim, Hilman; Saman,Raman, dkk. Ilmu Penyakit Mata
untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi kedua. Sagung Seto. Jakarto.
2002.
5. Sidarta Ilyas.Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi). Edisi Kedua. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2001.
Alamat email : [email protected] Page 31
6. James Brauce ,et al.Lecture Notes Oftalmologi.Edisi 9. Jakarta. Penerbit Erlangga.
7. Ilyas, S. Katarak (Lensa Mata Keruh). Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia; 2010. hal 200-211.
8. Radjamin, Tamin, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran. Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia. Airlangga University Press.
Surabaya. 1984
9. Ilyas S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. hal :
97-100.
10. Chen TC. Lens-induced glaucomas: surgical techniques and complications. Middle
East J Ophthalmol. May 2004;12(1):40-52.
11. Johns J.K Lens and Kataract. Basic and Clinical Science Section 11. American
Academy of Ophthalmology. 2002.
12. Wijaya N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;1983.
13. Glaucoma. Diakses dari : www.emedcine.com. pada tanggal 12 maret 2012
14. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi. Edisi
kelima dengan perbaikan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.
Alamat email : [email protected] Page 32