lembar tugas mandiri

6
LTM 5 Tatalaksana Trauma Kimia Oleh Ghany Hendra Wijaya, 0806451385 Trauma kimia dapat disebabkan oleh berbagai zat seperti asam, alkali, deterjen, bahan pelarut, bahan perekat, dan iritan seperti gas air mata. Keparahan trauma dapat berkisar mulai dari iritasi ringan hingga kebutaan total. Trauma kimia berupa luka bakar akibat zat asam kurang berbahaya bila dibandingkan dengan luka bakar akibat basa atau zat alkali. Hal ini disebabkan oleh karena asam tidak merusak jaringan sedalam alkali. Penatalaksanaan trauma kimia pada mata terdiri dari 6 langkah utama yaitu membersihkan bahan kimia melalui irigasi, memfasilitasi proses reepiteliasi kornea, mengendalikan proses peradangan, mencegah terjadinya infeksi, mengendalikan tekanan intra okuler dan menurunkan rasa nyeri. 4 tujuan utama dalam mengatasi trauma pada mata: memperbaiki penglihatan, mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan arsitektur mata, mencegah sekuele jangka panjang. fase kejadian / immediate 1. Membersihkan bahan kimia melalui irigasi Pengobatan untuk semua trauma kimiawi harus dimulai sesegera mungkin. Ini adalah satu-satunya cara untuk dapat mempertahankan kemampuan penglihatan, adalah untuk memulai irigasi sesegera mungkin dan mempertahankannya sedikitnya sekitar 30 menit. Tujuan dari pengobatan pada luka bakar kimiawi adalah untuk mengurangi peradangan, nyeri, dan resiko infeksi. Jika pasien datang ke tempat praktek atau ke unit gawat darurat, larutan garam fisiologis adalah yang terpilih, akan tetapi, jika tidak tersedia, air ledeng biasa dapat digunakan. periksa pH dari air mata dengan kertas lakmus setiap 5 menit dan lanjutkan sampai pH menjadi netral (warna kertas akan berubah menjadi biru jika terkena basa dan menjadi merah jika terkena asam). Larutan steril dengan osmolaritas tinggi seperti larutan amphoter (Diphoterine) atau larutan buffer (BSS atau Ringer Laktat) merupakan pembilas ideal. Jika tidak tersedia, larutan garam isotonis steril merupakan pembilas yang cocok. Lamanya dan banyaknya cairan pembilas ditentukan oleh pH mata. Irigasi diteruskan sampai pH menjadi normal dalam 30 minutes. Pengunaan lensa Morgan atau sistem irigasi mata lainnya dapat meminimalisir interfensi akibat blepharospasme, yang seringkali dapat sedemikian parahnya. Jika hal-hal ini tidak tersedia, kelopak dapat ditarik secara manual dengan suatu Desmarres retractor, speculum kelopak, atau paperclip yang dibengkokkan. Bagian ujung dari selang intravena dapat mengarahkan aliran cairan steril kedalam mata. Sebagai tambahan, gunakan kapas lidi untuk mengangkat setiap benda yang mungkin tertahan di fornik. Kapas lidi dapat dicelup kedalam larutan ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) 1% jika bahan kimia penyebabnya

Upload: ghany

Post on 13-Sep-2015

233 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ini adalah salah satu tugas yang biasa dikerjakan oleh mahasiswa FKUI dalam kurfak 2005

TRANSCRIPT

LTM 5Tatalaksana Trauma Kimia

Oleh Ghany Hendra Wijaya, 0806451385

Trauma kimia dapat disebabkan oleh berbagai zat seperti asam, alkali, deterjen, bahan pelarut, bahan perekat, dan iritan seperti gas air mata. Keparahan trauma dapat berkisar mulai dari iritasi ringan hingga kebutaan total. Trauma kimia berupa luka bakar akibat zat asam kurang berbahaya bila dibandingkan dengan luka bakar akibat basa atau zat alkali. Hal ini disebabkan oleh karena asam tidak merusak jaringan sedalam alkali.

Penatalaksanaan trauma kimia pada mata terdiri dari 6 langkah utama yaitu membersihkan bahan kimia melalui irigasi, memfasilitasi proses reepiteliasi kornea, mengendalikan proses peradangan, mencegah terjadinya infeksi, mengendalikan tekanan intra okuler dan menurunkan rasa nyeri. 4 tujuan utama dalam mengatasi trauma pada mata: memperbaiki penglihatan, mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan arsitektur mata, mencegah sekuele jangka panjang.fase kejadian / immediate 1. Membersihkan bahan kimia melalui irigasiPengobatan untuk semua trauma kimiawi harus dimulai sesegera mungkin. Ini adalah satu-satunya cara untuk dapat mempertahankan kemampuan penglihatan, adalah untuk memulai irigasi sesegera mungkin dan mempertahankannya sedikitnya sekitar 30 menit. Tujuan dari pengobatan pada luka bakar kimiawi adalah untuk mengurangi peradangan, nyeri, dan resiko infeksi. Jika pasien datang ke tempat praktek atau ke unit gawat darurat, larutan garam fisiologis adalah yang terpilih, akan tetapi, jika tidak tersedia, air ledeng biasa dapat digunakan. periksa pH dari air mata dengan kertas lakmus setiap 5 menit dan lanjutkan sampai pH menjadi netral (warna kertas akan berubah menjadi biru jika terkena basa dan menjadi merah jika terkena asam).Larutan steril dengan osmolaritas tinggi seperti larutan amphoter (Diphoterine) atau larutan buffer (BSS atau Ringer Laktat) merupakan pembilas ideal. Jika tidak tersedia, larutan garam isotonis steril merupakan pembilas yang cocok.

Lamanya dan banyaknya cairan pembilas ditentukan oleh pH mata. Irigasi diteruskan sampai pH menjadi normal dalam 30 minutes. Pengunaan lensa Morgan atau sistem irigasi mata lainnya dapat meminimalisir interfensi akibat blepharospasme, yang seringkali dapat sedemikian parahnya. Jika hal-hal ini tidak tersedia, kelopak dapat ditarik secara manual dengan suatu Desmarres retractor, speculum kelopak, atau paperclip yang dibengkokkan. Bagian ujung dari selang intravena dapat mengarahkan aliran cairan steril kedalam mata. Sebagai tambahan, gunakan kapas lidi untuk mengangkat setiap benda yang mungkin tertahan di fornik. Kapas lidi dapat dicelup kedalam larutan ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) 1% jika bahan kimia penyebabnya mengandung kalsium oksida.

fase akut (sampai hari ke 7) dan pemulihan dini2. Memfasilitasi proses reepiteliasi korneaSetelah bahan kimia dibersihkan dari permukaan bola mata, proses reepiteliasi mulai terjadi. Proses ini dapat difasilitasi dengan pemberian air mata artifisial, karena pada mata yang terkena trauma kimia, produksi air mata cenderung tidak stabil.Sebagai tambahan, beberapa ahli mengajukan penggunaan vitamin C oral (sampai dengan 2 gram QID) karena telah terbukti meningkatkan produksi kolagen.

3. Mengendalikan proses peradanganPemberian steroid topikal adalah penting untuk mencegah infiltrasi sel-sel netrofil sehingga akan mencegah pengumpulan kolagenase dan menurunkan pembentukan fibroblasts pada kornea, namun penggunaan steroid tidak boleh digunakan untuk lebih dari satu minggu karena adanya resiko melelehnya corneoscleral. Pemberian sitrat selain mempercepat proses penyembuhan kornea, juga dapat menghambat agregasi sel PMN via penghambatan ion kalsium. Sedangkan pemberian asetilsistein (10% atau 20%) dapat memfasilitasi proses kolagenasi sehingga menghambat ulserasi kornea, walaupun penggunaan secara klinis masih dalam perdebatan.

4. Mencegah terjadinya infeksiPasien dengan trauma pada kornea, konjungtiva, dan sklera dapat dilakukan pemberikan antibiotik tetes mata atau salep mata topikal profilaksis. Pilihan antibiotik adalah yang berspektrum luas, seperti tobramisin, gentamisin, siprofloxacin, norfloxacin, bacitrasin. Neomycin dan golongan sulfa lebih jarang digunakan karena banyaknya kasus alergi.Pada trauma kimia ringan hingga sedang, Pemberian salep antibiotik dapat diberikan tiap 1 sampai 2 jam.

5. Mengendalikan tekanan intra okulerPeninggian tekanan intraokular harus diterapi dengan Diamox jika perlu, namun pemberian beta-blocker topikal dapat digunakan sendirian maupun sebagai tambahan.

6. Menurunkan rasa nyeriPemberian sikloplegik dapat membantu dalam pencegahan spasme siliar. Ditambah lagi, bahan ini dipercaya menstabilisasi permeabilitas pembuluh darah yang oleh karenanya, mengurangi peradangan dan menurunkan rasa nyeri. Homatropine 5% sering direkomendasikan karena memiliki masa kerja rata-rata 12-24 jam, waktu dimana pasien harus menemui ahli mata untuk pemeriksaan lanjutan. Sikloplegik jangka panjang, seperti scopolamine dan atropine, lebih jarang digunakan. Sebagai tambahan, beberapa ahli mata menganjurkan pengunaan diklofenak tetes mata. Terapi ini memungkinkan pasien tetap dapat menggunakan kedua mata selama pengobatan.

Penatalaksanaan pada trauma akibat asam hidrofluoridaPada pengobatan luka akibat asam hidrofluorida, belum ada pengobatan optimal yang tersedia. Beberapa penelitian telah menggunakan 1% calcium gluconate sebagai bahan pembilas atau sebagai tetes mata untuk luka semacam ini. Senyawa Magnesium juga telah digunakan secara anekdotal untuk luka akibat asam hidrofluorida; namun demikian, sedikit penelitian yang mendukung keberhasilannya. Irigasi dengan magnesium khlorida telah terbukti nontoksik pada mata. Keuntungan dengan pendekatan semacam ini telah dilaporkan secara anekdotal bahkan 24 jam dari cedera ketika pengobatan yang lain tidak berhasil. Beberapa penulis merekomendasikan penetesan tiap 2-3 jam karena menggunakannya sebagai pembilas dapat menyebabkan iritasi dan lebih lanjut dapat menyebabkan ulserasi kornea. Pelumas bisa juga diberikan. Lubrikasi yang adekuat membantu mencegah terjadinya simblefaron. Beberapa penulis merekomendasikan penggunaan steroid topikal pada beberapa pasien, terutama pada trauma basa dan akibat asam hidrofluorida. Mereka percaya steroid dapat membatasi peradangan intraocular dan menurunkan pembentukan fibroblasts pada kornea.Beberapa yang lain mempermasalahkan resiko potensi infeksi dan ulserasi melebihikeuntunganyangdidapatkan.fase pemulihan akhir

Tujuan: rehabilitasi fungsi penglihatan Problem: - disfungsi sel Goblet

- hambatan re-epitelisasi kornea

- ulserasi stroma (gradasi III dan IV)Prinsip a. mempercepat proses re-epitelisasi kornea atau optimalisasi fungsi epitel permukaan b. dan seterusnya sesuai dengan phase IIkesimpulan

Tindakan Gradasi IGradasi IIGradasi IIIGradasi IV

a---Bandage lensBandage lensAuto serum tetes 6xBandage lensAuto serum tetes tiap jam

b(AB+) steroid tetes 4-6xEDTA 1% tetes 4-6xKortiko steroid tetes 6xNa-EDTA 1% tetes 6xDexamethason/prednisolon tetes tiap jamNa-EDTA tetes tiap jam Auto-serum tetes 6xDexamethason/prednisolon tetes tiap 3o mntEDTA tetes tiap 30 menitAuto-serum tetes tiap jam

cAntibiotik (+steroid ) 4-6xTetrasiklin salep 4xDoxysiklin 2x 100mgTetrasiklin salep 4xDoxysiklin 2x 100mgTetrasiklin salep 4xDoxysiklin 2x 100mg

d---Timoptol 0,5% tetes 2xTimoptol 0,5% tetes 2xAsetazolamide 2x 500mg +substitusi ion kalium Timoptol selep 4xAsetazolamide 2x 500mg +Substitusi ion kalium

eSulfat atropin 1% 3xVitamin C 4x 500mgSulfat atropin 1% tetes 3x Vitamin C 4x 2000mgSulfat atropin 1% tetes 3xVitamin C 4x 2000mgSulfat atropin 1% tetes 3xVitamin C 4x 2000mg

f------Nekrotomi +Graft konjungtiva - limbusNekrotomi +Graft konjungtiva-limbus

Tindakan Gradasi IGradasi IIGradasi IIIGradasi IV

aRe-epitelisasi sempurna (+)Re-epitelisasi ()Bandage lens diteruskanBandage lensAuto serum 6xBandage lensAuto serum tiap jam

b(AB+) steroid tetes tapp.off Kortikostereoid tetes tapp.of Na-EDTA tetes tapp.off Dexamethason/prednisolon di tapp.off/ dihentikan, genti dengan : NSAID (Indomethasin/Diclofenac) tetes 6x tiap jamNa-EDTA tiap jamAuto serum 6xDexamethason/prednisolon dihentikan, genti dengan : -NSAID tetes tiap jam-Medroxy-progesteron 1% (Provera) tetes tiap jamNa-EDTA tiap 30 mntAuto serum tiap jam

cAB (+steroid) tetes tapp.offTetrasiklin salep 2xDoxysiklin 2x 100mgTetrasiklin salep 2xDoxysiklin 2x 100mgTetrasiklin salep 4xDoxysiklin 2x 100mg

d---Peningkatan TIO (-) :Timoptol dihentikanPeningkatan TIO (-) :Timoptol, Azetasolamide + ion kalium dihentikanTimoptol 0.5% 2x Azetasolamide + ion kalium diteruskan

eUveitis (-) : SA dihentikanUveitis (-) : SA dihentikanVitamin C 2x 2000mgSulfas Atropin 1% 3xVitamin C 4x 2000mgRetinoic acid salep 2xSulfas Atropin 1% 3xVitamin C 4x 2000mgVitamin A dan E

f------Jaringan nekrotik (+) : eksisiUlserasi stroma (+) : graft konjungtiva/ mukosa bibir. FS.kelopak (): TarsoraphyJaringan nekrotik (+) : eksisi Ulserasi stroma (+) : graft mukosa bibir/amnion + stemm cell limbus/sklera/ fasia lata/keratoplasti

Daftar pustaka

1. Adepoju, F.G., Adeboyu, A., Adigun, I.A. 2007Chemical Eye Injuries : Presentation and Management difficulties, 6: 7-11, Annals of African Medicine. Di akses 13 maret 2011 dariwww.annalsafrmed.org2. James, B., Chew, C., Bron, A. 2006 Lecture Notes Oftalmologi, 9thed, Erlangga, jakarta.3. Kanski, J.J. 2007 Clinical Ophthalmology A Sistemic Approach, 6thed,Butterworth Heinemann Elsevier, China.4. Vaughan, D., Asbury, T., Eva, P.R. 1999 general Ophthalmology, 15thed, Appleton & Lange, USA5. Rahayu, tri . 2011. Slide kuliah trauma kimia. Jakarta :FKUI