tugas makalah mandiri
Post on 04-Feb-2016
42 views
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mandiriTRANSCRIPT
TUGAS MAKALAH MANDIRI
TUGAS MAKALAH MANDIRIANTIANEMIA DEFISIENSI
Oleh :Muthmainnah
I1A001030
Pembimbing
dr. H. M. Bakhriansyah, M. Kes. M. Med. Ed.Laboratorium Farmasi
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru
November, 2009BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.Penyebab umum dari anemia:
Perdarahan hebat
Akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Pecah pembuluh darah Kronik (menahun)
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum Kanker atau polip di saluran pencernaan
Tumor ginjal atau kandung kemih
Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
Berkurangnya pembentukan sel darah merah
Kekurangan zat besi Kekurangan vitamin B2 Kekurangan vitamin B6 Kekurangan vitamin B12 Kekurangan asam folat Penyakit kronik Meningkatnya penghancuran sel darah merah
Pembesaran limpa Kerusakan mekanik pada sel darah merah
Reaksi autoimun terhadap sel darah merah:
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal Sferositosis herediter Elliptositosis herediter Kekurangan G6PD Penyakit sel sabit Penyakit hemoglobin C Penyakit hemoglobin S-C Penyakit hemoglobin E ThalasemiaPenyebab anemia berdasarkan logaritma anemia :Berikut ini akan dibahas mengenai antianemia yang disebabkan karena berkurangnya pembentukan sel darah merah oleh karena defisiensi/kekurangan seperti : Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12, Zat Besi dan Asam Folat. 1.2. TujuanAnemia karena hal ini dapat dicegah atau segera diperbaiki apabila asupan akan zat-zat tersebut tercukupi. Dengan adanya pembahasan singkat mengenai antianemia defisiensi ini diharapkan kita dapat mengetahui terapi yang tepat untuk berbagai jenis anemia defisiensi ini.
BAB II
ISI
2.1. Vitamin B2 (Riboflavin)
Riboflavin ddalam bentuk flavin mononukleotida (FMN) dan flavin adenin dinukleotida (FAD) berfungsi sebagai koenzim dalam metabolisme flavo protein dalam pernafasan sel. Sehubungan dengan anemia, ternyata riboplavin dapat memperbaiki anemia normokromik-normositik (pure red cell aplasia). Anemia defisiensi riboflavin banyak terdapat pada malnutrisi protein-kalori, di mana ternyata faktor defisiensi Fe dan penyakit infeksi diketahui ikut pula memegang peranan.A. FarmakokinetikPemberian secara oral atau parenteral akan diabsorbsi dengan baik dan didistribusi merata ke seluruh jaringan. Absorbsti terutama terjadi di usus halus bagian proksimal, absorbsi juga terjadi di usus besar yang merupakan riboflavin hasil sintesis bakteri. Absorbsi terus terjadi di sepanjang saluran intestinal dari usus halus hingga usus besar melalui reaksi kinetik usus. Absorbsi akan meningkat dengan adanya makanan dan menurun jika perut dalam kondisi kosong. Absorbsi juga menurun pada kondisi obstruksi biliaris, hepatitis, dan cirosis.Melalui proses filtrasi glomerulus asupan yang berlebihan akan dikeluarkan melalui urin dalam bentuk utuh. Dalam feses ditemukan riboflavin hasil sentesis oleh kuman di saluran cerna yang belum sempat diabsorbsi.B. FarmakodinamikPemberian riboflavin baik secara oral maupun parenteral tidak memberikan efek farmakodinamik yang jelas
C. Bentuk sediaan
Riboflavin tersedia dalam bentuk vitamin B Kompleks, bersama dengan vitamin B lainnya.D. IndikasiPenggunaannya yang utama adalah untuk pencegahan dan terapi defisiensi vitamin B2 yang sering menyertai pelagra atau defisiensi vitamin B kompleks lainnya, sehingga riboflavin sering diberikan bersama vitamin lain. Defisiensi riboflavin ditandai dengan gejala sakit tenggorok dan radang disudut mulut (stomatitis angularis), keilosis, glositis, lidah berwarna merah dan licin. Timbul dermatitis seboroik di muka, anggota gerak dan seluruh badan. Gejala pada mata adalah fotofobia, lakrimasi, gatal dan panas. Pada pemeriksaan tampak vaskularisasi kornea dan katarak. Selain itu juga menyebabkan anemia yang bersifat normokromik-normositik. Dalam penanganan anemia, riboflavin berperan dalam mekanisme eritropoesis, memperbaiki penyerapan terhadap besi, dan membantu mobilisasi besi dari jaringan.Kebutuhan tiap individu akan riboflavin berbanding lurus dengan energi yang digunakan, meminum 0,3 mcg/1000 kcal. Dosis untuk pengobatan adalah 5 10 mg/hari.
E. Efek samping
Samapi saat ini belum pernah ada dilaporkan tentang adanya efek samping dari vitamin B1, sehingga untuk saat ini kita bisa menyimpukan bahwa vitamin B1 cukup aman dikonsumsi oleh tubuh kita sebagai tambahan suplemen.
2.2. Vitamin B6 (Piridoksin)
Vitamin B6 berfungsi sebagai koenzim yang yang merangsang pertumbuhan heme. Defisiensi Vitamin B6 akan menimbuklan anemia mikrositik hipokromik, pada sebagian besar penderita akan terjadi anemia normoblastik sideroakresitik dengan jumlah Fe non hemoglobin yang banyak dalam prekursor eritrosit, dan pada beberapa penderita terdapat anemia megaloblastik. Pada keadaan ini absorbsi Fe meningkat, fe-binding protein menjadi jenuh dan terjadi hiperferemia, sedangkan daya regenerasi darah menurun. Akhirnya akan didapatkan gejala hemosiderosis.
A. Farmakokinetik
Piridoksin, piridoksal dan piridoksamin mudah diabsorbsi melalui saluran cerna. Metabolit terpenting dari ketiga bentuk tersebut adalah 4-asam piridoksat (bentuk aktif). Disribusi : vitamin B6 disimpan terutama dalam hepar dengan jumlah yang lebih sedikit dalam otot dan otak. Eliminasi : waktu paruh piridoksin 15-20 hari. Dalam hepar, piridoksin dioksidasi menjadi 4-asam piridoksin yang diekskresi di urin. Ekskresi melalui urin juga terjadi dalam bnetuk piridoksal.B. Farmakodinamik
Sumber piridoksin adalah ragi, biji-bijian (gandum, jagung, dan lain-lain) dan hati. Dalam alam vitamin ini terdapat dalam tiga bentuk yaitu piridoksin yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, serta piridoksal dan piridoksamin yang terutama berasal dari hewan. Ketiga bentuk piridoksin tersebut dalam tubuh diubah menjadi piridoksal fosfat.Pemberian piridoksin secara oral dan parenteral tidak menunjukan efek farmakodinamik yang nyata. Piridoksil fosfat dalam tubuh merupakan koenzim yang berperan penting dalam metabolisme berbagai asam amino, di antaranya dekarboksilasi, transaminasi, dan resemisasi triptofan, asam-asam amino yang bersulfur dan asam amino hidroksida.
C. Bentuk Sediaan
Piridoksin tersedia sebagai tablet piridoksin HCl 10 100 mg dan sebagai larutan steril 100mg/ml piridoksin HCl untuk injeksi, serta tersedia juga sedian bersama vitamin B lainnya. Tablet 10 mg, 25 mg, Kaplet 10 mg Ampul 50 mg/ml x 1ml, 100 mg/ml x 1ml.D. Indikasi
Selain untuk mencegah dan mengobati defisiensi vitamin B6, vitamin ini juga diberikan bersama vitamin B lainnya sebagai multivitamin untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B kompleks. Indikasi lain untuk mencegah atau mengobati neuritis perifer oleh obat misalnya isoniazid, sikloserin, hidralizin, penisilamin yang bekerja sebagai antagonis piridoksin dan/atau meningkatkan ekskresinya melalui urin.
Piridoksin dapat diberikan sejumlah 300-500% AKG selama terapi dengan antagonis piridoksin. Pemberiannya pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral yang mengandung estrogen juga dibenarkan, karena kemungkinan terjadinya defisiensi piridoksin pada wanita-wanita tersebut. Piridoksin juga dilaporkan dapat memperbaiki gejala keilosis, dermatitis seboroik, glositis dan stomatitis yang tidak memberikan respons terhadap tiamin, riboflavin dan niasin serta dapat mengurangi gejala-gejala yang menyertai tegangan prahaid (premenstrual tension). Piridoksin diindikasikan untuk anemia yang responsif terhadap piridoksin yang biasanya sideroblastik dan mungkin disebabkan kelainan genetik. Sebaliknya pemakain piridoksin hendaknya dihindarkan pada penderita yang mendapat levodopa.E. Efek Samping
Sistem saraf pusat : Piridoksin dapat menyebabkan neuropati sensorik atau sindrom neuropati dalam dosis antara 50 mg 2 g perhari untuk jangka panjang. Gejala awal dapat berupa sikap yang tidak stabil dan rasa kebas di kaki, diikuti pada tangan dan sekitar mulut. Gejala berangsur-angsur hilang setelah beberapa bulan bila asupan piridoksin dihentikan. Sakit kepala, kejang (mengikuti pemberian dosis IV yang sangat besar.Endokrin & metabolik : penurunan sekresi serum asam folat; Gastrointestinal : Mual; Hepatik : Peningkatan AST; Neuromuskular & skeletal : paresthesia; Lain-lain : reaksi alergi.2.3. Vitamin B12 (Sianokobalamin) (anti anemia megaloblastik)
Vitamin B12 bersama dengan asam folat dibutuhkan untuk sintesis DNA yang normal, sehingga defisiensi salah satu vitamin ini menimbulkan gangguan produksi dan maturasi eritrosit yang memberikan gambaran sebagai anemia megaloblastik/anemia perniosa. Defisiensi vitamin B12 juga menyebabkan kelainan neurologik.A. Farmakokinetik1. Absorbsi
Sianokobalamin diabsorbsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan SK. Kadar dalam plasma mencapai puncak dalam waktu 1 jam setelah suntikan IM. Hidroksikobalamin dan koenzim B12 lebih lambat diabsorbsi, agaknya karena ikatan-ikatan yang lebih kuat dengan protein. Absorbsi peroral