tugas mandiri agama

32
TUGAS MANDIRI URGENSI PENDIDIKAN AGAMA DALAM LINGKUNGAN KELUARGA MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA Nama : Asep Jaenudin NPM : 120210034 Kode Kelas : 122-UM411-M1 Dosen : Tim Dosen Universitas Putera

Upload: asep-jaenudin

Post on 21-Jan-2015

1.481 views

Category:

Education


3 download

DESCRIPTION

Makalah Tugas mandiri agama Islam Semester 2

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas mandiri agama

TUGAS MANDIRI

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA DALAM

LINGKUNGAN KELUARGA

MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS PUTERA BATAM

2013

Nama : Asep Jaenudin

NPM : 120210034

Kode Kelas : 122-UM411-M1

Dosen : Tim Dosen Universitas Putera Batam

Page 2: Tugas mandiri agama

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya

penyusun dapat menyelesaikan makalah Tugas Mandiri yang berjudul

“Urgensi Pendidikan Agama Dalam Lingkungan Keluarga.”

Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini, tidak

lain adalah untuk memenuhi penyusunan makalah tugas mandiri mata

kuliah Pendidikan Agama Islam yang ditugaskan kepada penyusun,

sehingga penyusun dan pembaca lebih memahami tentang Urgensi

Pendidikan Agama dan pengaruhnya dalam kehidupan berkeluarga.

Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada Bapak/Ibu

Dosen Universitas Putera Batam yang telah memberikan arahan dalam

penyusunan Makalah Tugas Mandiri ini. Kepada orang tua yang telah

memberi dukungan baik secara moril dan materiil, dan kepada teman-

teman serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan oleh penyusun.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu, sudilah kiranya para pembaca memberikan

masukan dan saran sehingga isi makalah ini dapat lebih sempurna. Dan

sebelumnya penyusun memohon ma’af yang sebesar-besarnya jika ada

kesalahan penulisan atau bahasa yang kurang baku dalam karya tulis ini.

Akhirnya penulis berharap semoga isi makalah ini dapat

memberikan manfaat bagi siapa saja yang memerlukannya di masa yang

akan datang.

Batam, 20 Juni 2013

Penyusun

i

Page 3: Tugas mandiri agama

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI.............................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan......................................................................... 4

1.4 Manfa’at Penulisan...................................................................... 4

BAB II. LANDASAN TEORI.................................................................... 4

2.1 Pendidikan Agama Dalam Keluarga........................................... 4

2.2 Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama......................................... 5

2.3 Metode Pendidikan Agama......................................................... 6

BAB III. PEMBAHASAN.......................................................................... 9

3.1 Lingkungan keluarga................................................................... 9

3.2 Arti pentingnya pendidikan agama di lingkungan keluarga......... 10

3.3 Keluarga sebagai landasan Pendidikan bagi anak...................... 12

3.4 Pendidikan Keluarga................................................................... 15

BAB IV. PENUTUP.................................................................................. 18

4.1 Kesimpulan................................................................................. 18

4.2 Saran........................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 19

ii

Page 4: Tugas mandiri agama

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik dalam

keluarga, masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,

masyarakat dan pemerintah. Pendidikan agama merupakan salah satu alat

untuk dapat membimbing seseorang menjadi orang yang baik terutama dalam

pembentukan kepribadian. Dengan pendidikan agama akan terbentuk

karakter akhlakul karimah sehingga mereka mampu mengetahui mana yang

baik dan mana yang tidak baik.

Oleh karena itu, sifat baik dan buruknya seseorang itu akan terlihat dari

tingkah laku atau kepribadian yang dimiliki oleh orang tersebut. Dalam

pandangan islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT

kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus memelihara dan

menyampaikan amanat kepada yang berhak menerima. Dengan demikian

pelaksanaan pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua untuk

membimbing anak sejak dini. Perkembangan kepribadian ini sangat

tergantung kepada baik atau tidaknya proses pendidikan yang ditempuh, jika

proses pendidikan kurang baik maka hasilnya pun kurang baik. Pentingnya

pendidikan agama bagi tiap-tiap orang tua terhadap anak-anaknya sangat

menentukan terhadap prilaku anak dimasa yang akan datang. Bagaimanapun

orang tua mempunyai peran yang sangat menentukan karena orang tua

sebagai guru yang pertama dan utama bagi kehidupan anak-anaknya.

Hal ini sebagai mana yang disabdakan Nabi Muhammad SAW sebagai

berikut :

“Tiap-tiap anak dilahirkan diatas fitrah maka kedua orang tuanya lah yang

mendidiknya menjadi orang yang beragama Yahudi Nasrani atau Majusi”.

(HR.Muslim).

1

Page 5: Tugas mandiri agama

Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dimana anak

berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, karena sebagian besar

kehidupan atau aktifitas anak dilakukan didalam keluarga, sehingga

pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga dan

disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua berperan besar

sebagai pendidikan bagi anak-anaknya.

Kepribadian anak secara total dapat diartikan sebagai kesan yang

menyeluruh tenttang dirinya yang terlihat dalam sikap dan prilaku kehidupan

sehari-hari. Kesan menyeluruh disini dimaksudkan sebagai keseluruhan sikap

mental dan moral seorang anak yang terakumulasi di dalam hasil interaksinya

dengan sesame dan merupakan hasil reaksi terhadap pengalaman dari

lingkungan masing-masing. Proses pembentukan tingkah laku atau

kepribadian ini hendaklah di mulai dari masa kanak-kanak, karena masa ini

termasuk masa yang sangat sensitif bagi perkembangan kemampuan

berbahasa, cara berpikir dan sosislisasi anak. Di dalamnya terjadi proses

pembentukan jiwa anak yang menjadi dasar keselamatan mental dan

moralnya. Di sini peran serta orang tua adalah harus memberikan perhatian

ekstra terhadap masalah pendidikan anak dan mempersiapkannya untuk

menjadi insan yang handal dan aktif di masyarakatnya kelak.

Pembentukan kepribadian terjadi dalam masa yang panjang, sejak

dalam kandungan sampai umur kurang lebih 2 tahun. Pembentukan

kepribadian berkaitan erat dengan pembinaan pendidikan agama. Apabila

kepribadian seseorang kuat, maka sikapnya tegas, tidak mudah terpengaruh

oleh bujukanfaktor-faktor yang datang dari luar, serta bertanggung jawab atas

ucapan dan perbuatannya. Dan sebaliknya apabila kepribadiannya lemah ia

mudahterombang-ambing oleh faktor dan pengaruh yang datang dari luar.

Kepribadianterbentuk melaui semua pengalaman dan nilai-nilai yang

diserapnya dalam pertumbuhan, terutama pada tahun-tahun pertama dari

umurnya. Dalam hal ini,keluarga sebagai peletak dasar bagi perkembangan

pribadi anak yang pertama dansebagai tempat utama anak

mengenal.Kehidupannya sangat berperan dalam pembentukan kepribadian

anak.Kepribadaian orang tua memberi pengaruh yang besar terhadap

terbentuknyakepribadian anak, sebab segala tingkah laku orang tua

mempengaruhi anak. Oleh karena itu, para orang tua harus menyadari, 2

Page 6: Tugas mandiri agama

bahwa kepribadian muslim anak hanya dapat dibentuk melalui pendidikan

akhlak.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana pendidikan agama dalam keluarga ?

2) Bagaimana pembentukan kepribadian anak ?

3) Bagaimana peranan pendidikan agama dalam keluarga sebagai

upaya awal pembentukan kepribadian anak?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui pendidikan agama dalam keluarga ?

2) Untuk mengetahui pembentukan kepribadian anak ?

3) Untuk mengetahui peranan pendidikan agama dalam keluarga

upaya awal pembentukan kepribadian anak?

1.4 Manfaat Penulisan

1) Bagi masyarakat, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

melakukan pendidikan agama dalam keluarga dalam hal

pembentukan kepribadian anak.

2) Bagi saya dan mahasiswa, dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan khususnya dalam hal peranan pendidikan agama

islam dalam pembentukan kepribadian diri kita sendiri.

3

Page 7: Tugas mandiri agama

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pendidikan Agama Dalam Keluarga

A. Pengertian Pendidikan Agama

Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 pendidikan adalah aktivitas dan

usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina

potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi

nurani) dan jasmani (panca indra serta keterampilan-kerampilan).

Pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang

biasanya di usahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada

kanak-kanak atau orang yang sedang di didik. Dari beberapa pendapat yang

telah di uraikan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar melalui bimbingan, pengarahan dan latihan untuk membantu

mengarahkan anak didik agar berkepribadian tinggi menuju yang sempurna

serta mampu melaksanakan kewajibannya terhadap agama dan Negara.

Istilah agama memiliki dua macam pengertian yaitu secara bahasa dan

secara istilah:

1. Pengertian agama menurut bahasa

Ada yang berpendapat bahwa agama berasal dari kata bahasa

sangsekerta yang artinya haluan, peraturan, jalan atau kebaikan

kepada Tuhan.

Agama itu bersumber dari dua kata, yaitu :

A : yang berarti tidak.

Gama : yang berarti kacau balau, tidak teratur.

Jadi, agama artinya tidak kacau atau tidak teratur.

Agama adalah peraturan-peraturan yang harus di taati yang

mempersatukan seluruh umat manusia itu sejahtera, damai dan mendapat

kedudukan yang terpuji atau sikap terhadap dunia yang mencakup acuan

yang menunjukkan lingkungan lebih luas dari pada lingkungan dunia ffisik

4

Page 8: Tugas mandiri agama

yang terikat ruang dan waktu. Pendidikan agama islam merupakan upaya

sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia

dalam mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya yaitu kitab

suci Al-Qur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan,

serta penggunaan pengalaman, agar kelak dapat berguna menjadi pedoman

hidupnya untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

2. Pengertian Keluarga

Keluarga berasal dari bahasa sansekerta : kula dan warga “kulawarga”

yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”. Keluarga adalah lingkungan di

mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu.

Keluarga inti terdiri dari Ayah, Ibu dan anak-anak mereka.

Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989) keluarga merupakan dua atau

lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan

perkawinan atau pengangkatan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing-masing dan

menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga

merupakan persekutuan hidup yang berdasarkan perkawinan antara laki-laki

dan perempuan yang sah dan mempunyai pemimpin dari anggota serta

pembagian tugas dan kerja, serta kewajiban bagi masing-masing anggotanya.

2.2   Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama

1.     Dasar Pendidikan Agama

Dasar adalah landasan tempat terpijak atau tempat tegaknya sesuatu.

Dalam hubungannya dengan pendidikan agama islam, dasar-dasar itu

merupakan pegangan untuk memperkokoh nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya. Adapun yang menjadi dasar dari Pendidikan Agama Islam adalah :

1)    Al-Qur’an

Al-Qur,an sebagai kitab suci telah di pelihara dan di jaga kemurnianya oleh

Allah SWT dari segala sesuatu yang dapat merusak sepanjang masa dari

sejak diturunkannya sampai hari kiamat kelak.

5

Page 9: Tugas mandiri agama

2)    Hadits

Selain Al-Qur’an, hadits merupakan sumber Pendidikan Islam karena hadits

merupakan perkataan attaupun perbuatan Nabi Muhammad SAW yang

memberikan gambaran tentang segala sesuatu hal, yang juga di jadikan

dasar dan pedoman dalam Islam dan sebagai umat Islam kita harus mentaati

apa yang telah di sunnahka an Rasulullah dalam Haditsnya.

3)    Undang-undang Dasar 1945, pasal 29 ayat 1 dan 2

Selain dari dua dasar yang paling utama tersebut, masih ada dasar yang lain

dalam Negara kita khususnya seperti yang termuat dalam Undang-undang

Dasar 1945, pasal 29 ayat 1 dan 2.

Ayat 1 berbunyi, Negara berdasarkan azas Ketuhanan Yang Maha

Esa.

Ayat 2 berbunyi, Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing.

2.     Tujuan Pendidikan Agama Islam

Setiap usaha yang dilakukan secara sadar oleh setiap manusia, pasti

tidak lepas dari tujuan. Tujuan utama Pendidikan Agama Islam adalah

mencari ridha Allah SWT. Dengan pendidikan, di harapkan akan lahir

individu-individu yang baik, bermoral, berkualitas sehingga bermanfaat

kepada dirinya, keluarga, masyarakat, negaranya dan umat manusia secara

keseluruhan. Jadi tujuan pendidikan adalah perkara yang amat penting,

sebab tujuan itulah yang menentukan sifat-sifat metode dan kandungan

pendidikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, tujuan pendidikan dalam

keluarga adalah terciptanya kesempurnaan dari masing-masing anggota

keluarga. Selain itu dapat saling berakhlak baik kepada Allah SWT dengan

cara menjalankan perintah dan menjauhi larangannya, berbuat baik kepada

sesama manusia, diri sendiri, maupun makhluknya.

2.3 Metode Pendidikan Agama

Metode Pendidikan yang dimaksud adalah cara yang di gunakan

dalam upaya mendidik anak. Banyak metode-metode yang dapat digunakan

6

Page 10: Tugas mandiri agama

salah satunya adalah antara lain metode percakapan, metode kisah, metode

teladan.

Metode pendidikan agama yang dapat di gunakan dalam keluarga :

1. Metode keteladanan

Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberi

contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir dan sebagainya.

Keteladanan merupakan metode yang paling baik dalam rangka proses

kehidupannya, mereka memerlukan keteladanan yang baik dan sholeh.

Teladan dari orang tua akan jauh lebih membekas dari pada semua kata yang

mereka ajarkan.

Dengan demikian keteladanan yang diberikan orang tua pada anaknya

akan sangat menentukan keberhasilan orang tua dalam membimbing anak-

anaknya. Metode ini yang paling efektif untuk membimbing anaknya. Orang

tua tidak hanya memberikan bimbingan secara lisan melainkan juga langsung

memberikan contoh kepada anak-anaknya.

2. Metode kisah

Dalam islam banyak kisah para Nabi yang dapat di petik pelajaran

moral yang di paparkan melalui metode cerita. Sebagai contoh : kisah Nabi

NUh, Nabi Ibrahim, Nabi Yunus, Nabi Musa dan lain-lain. Dari kisah tersebut,

orang tua menceritakan kepada anak-anaknya dengan metode yang sangat

berkesan dan dengan ungkapan dalam kehidupannya.

3. Metode nasehat

Di antara metode pendidikan yang popular sejak dulu adalah dengan

cara nasehat, sebab manusia itu senang dan selalu memperhatikan jika

mendengar nasehat dari orang yang disintainya.

Oleh sebab itu, dalam kondisi yang demikian ini, nasehat sangat

mampu berpengaruh pada diri orang yang mendengarkan nasehat maka oleh

sebab itu sebagai orang tua hendaknya memahami  dalam memberikan

nasehat dalam mendidik anak-anaknya sehingga akhirnya dapat menjadi

anak yang baik berfikir jerrnih serta berwawasan luas.

7

Page 11: Tugas mandiri agama

4. Metode pengawasan

Metode pengawasan ini adalah peran orang tua disini adalah

melakukan pengawasan, maksudnya yaitu mendampingi anak dalam upaya

pembentukan kepribadian yang baik serta mengawasi dan mempersiapkan

keadaannya baik dalam jasmani maupun rohani. Pengawasan merupakan

metode yang tidak bisa di abaikan oleh orang tua, karena anak tidak

selamanya berada di tengah-tengah keluarganya dia akan semakin besar

dan makin luas dunianya. Oleh sebab itu, orang tua harus melakukan

pengawasan yang baik terhadap anaknya mulai sejak dini.

5. Metode hukuman

teladan dan nasehat tidak mampu, maka harus di adakan tindak tegas

yang dapat meletakkan persoalan di tempat yang benar, tindakan tegas itu

adalah hukuman. Hukuman merupakan metode terburuk, tetapi dalam kondisi

tertentu harus di gunakan karena hukuman adalah cara yang paling terakhir.

Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang hendak di perhatikan pendidik dalam

menggunakan hukuman antara lain adalah :

1) Menghukum bertujuan untuk memperbaiki kesalahan untuk tidak

melakukan lagi di manapun dan kapanpun.

2) Metode hukuman digunakan apabila metode ini tidak berhasil

digunakan lagi dalam memperbaiki peserta didik.

3) Sebelum dijatuhkan hukuman, terlebih dahulu hendaknya memberi

kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki diri.

4) Hukuman yang diberikan hendaknya dapat dimengerti olehnya,

sehingga dia sadar dengan kesalahan dan tidak mengulaginya lagi.

5) Hukuman hendaknya melihat kondisi atau latar belakang peserta didik.

6) Menjatuhkan hukuman hendaknya yang logis, yakitu hukuman

disesuaikan dengan jenis kesalahan.

Dari uraian teori di atas dapat disimpulkan bahwa anak benar-

benar membutuhkan perhatian dari keluarga, khususnya orang tua. Oleh

karena itu orang tua memang harus menjadi teladan yang utama bagi anak-

anaknya serta dapat memberikan nasehat-nasehat bila anaknya ada masalah

yang mungkin tidak dapat diselesaikan dengan sendiri oleh anak.

8

Page 12: Tugas mandiri agama

BAB III

PEMBAHASAN

Fitrah beragama (taqwa) merupakan potensi yang mempunyai

kecenderungan untuk berkembang. Namun, perkembangan itu tidak akan

mana kala tidak ada faktor luar (eksternal) yang memberikan pendidikan yang

memungkinkan fitrah itu berkembang dengan sebaik-baiknya. Faktor

eksternal itu tiada lain adalah lingkungan dimana individu itu hidup, yaitu

keluarga, sekolah dan masyarakat.

3.1 Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan potensi lingkungan pertama dan utama bagi

anak, oleh karena itu peranan keluarga (orang tua) dalam perkembangan

kesadaran beragama anak sangatlah dominan. QS. At-Tahrim (66) : 6,

menunjukkan bahwa orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan

pendidikan untuk memberikan pendidikan agama kepada anak dalam uupaya

menyelamatkan mereka dari siksa api neraka. 

Pada kesempatan ini penulis mencoba membahas tentang pendidikan

agama di lingkungan keluarga dengan mengacu dan berorientasi kepada

firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Al-Luqman ayat 12 s/d 19. Nasihat

Luqman kepada anak-anaknya:

“Dan sesungguhnya telah Allah berikan hikmat kepada Luqman,

yaitu :“bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada

Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang

siapa yang tidak bersyukur; maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha

Terpuji.” (12). Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya. Di

waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

benar-benar kedzaliman yang besar.” (13). Dan Kami perintahkan kepada

manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya; ibunya telah

mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah dan menyapihnya

dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu

9

Page 13: Tugas mandiri agama

bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”(14) Dan jika keduanya untuk

mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu

tentang itu. Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Dan pergaulilah

keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali

kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku-lah kembalimu, maka Kuberitakan

kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (15). Luqman (berkata): “Hai

anakku sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi dan

berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan

mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi

Maha Mengetahui.” (16). Hai Anakku dirikanlah sholat dan suruhlah

(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan

yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.

Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh

Allah). (17). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia

(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan

angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi

membanggakan diri. (18). Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan

lunakanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara

keledai. (19).

3.2 Arti dan pentingnya pendidikan agama di lingkungan

keluarga

1.     Arti Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga

Pada prinsipnya pendidikan agama yang dilaksanakan di lingkungan

sekolah, masyarakat dan keluarga itu sama saja, hanya sistem pendidikan

dan pengajarannya yang berbeda, kalau dilingkungan sekolah menggunakan

sistem pendidikan persekolahan yang segalanya serba formal.

Dalam pelaksanaannya, maka proses pendidikan Agama Islam

dilingkunga keluarga berlangsung antara orang-orang dewasa yang

bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan agama dan anak-anak

sebagai sasaran pendidikannya.

Sedang ibu dalam kaitannya dengan pendidikan agama di lingkungan

keluarga, maka kedudukannya sebagai pendidik yang utama dan pertama,

10

Page 14: Tugas mandiri agama

dalam kedudukannya sebagai pendidik, maka seorang ibu tidak cukup hanya

memanggil seorang guru agama dari luar untuk mendidik anaknya di rumah,

dan bukan dalam pengertian yang demikianlah yang dimaksud dengan

pendidikan agama di lingkungan keluarga.

Akan tetapi lebih ditekannkan adanya bimbingan yang terarah dan

berkelanjutan dari orang-orang dewasa yang bertanggung jawab dilingkungan

keluarga untuk membimbing anak. Bimbingan yang dimaksud bisa dalam

berbagai bentuk interaksi kehidupan sehari-hari antara anak dengan orang

dewasa, hanya interaksi tersebut selalu dilandasi dengan interaksi edukatif ke

arah pendidikan agama, bahkan kalau mungkin berusaha menciptakan

suasana kehidupan beragama di lingkungan keluarga. Sekali lagi bahwa yang

dimaksud dengan pendidikan agama Islam di lingkungan keluarga itu

merupakan pemberian sejumlah pengetahuan keagamaan dengan berbagai

teori keagamaan, akan lebih ditekankan pada praktek hidup sehari-hari di

lingkungan keluarga itu dilandasi dengan ajaran agama, sehingga hasilnya

pendidikan agama itu sendiri akan betul-betul melekat dalam pribadi anak.

Secara sepintas pembahasan tentang dasar pelaksanaan pendidikan

agama di lingkungan keluarga ini telah disebutkan diatas, yaitu atas dasar

cinta kasih seseorang terhadap darah dagingnya (anak), atas dasar dorongan

sosial dan atas dasar dorongan moral.

Akan tetapi dorongan yang lebih mendasar lagi tentang pendidikan

agama di lingkungan keluarga ini bagi umat Islam khususnya adalah karena

dorongan syara (ajaran Islam), yang mewajibkan bagi orang tua untuk

mendidik anak-anak mereka, lebih-lebih pendidikan agama. Sebagaimana

firman Allah dalam surat At Tahrim, ayat enam sebagai berikut :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya

Malaikat-Malaikat yang keras. Dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa

yang diperintahkannya kepada Allah terhadap mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkannya.”

Surah An-Nisa ayat 9:

“Dan hendaklah mereka takut kepada Allah, orang-orang yang

seandainya meninggalkan mereka keturunan yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka 11

Page 15: Tugas mandiri agama

bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang

benar.”

Dan hadits Rasulullah saw, sebagai berikut:

“Dari Abu Huraerah radhiallahu anha, sesungguhnya Rasulullah saw,

bersabda: “Tiada seorang anak pun dilahirkan, melainkan dilahirkan dalam

atas dasar fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi,

Nasrani, atau Majusi.” (Hadits Riwayat Bukhori).

Dari ayat-ayat di atas, yang diikuti oleh sabda Rasulullah saw,

memberikan isyarat bahwa ibu dan bapak mempunyai kewajiban untuk

mendidik anak-anak mereka baik dalam kaitannya dengan proses belajar-

mengajar yang sedang dialaminya di lingkungan sekolah maupun dalam

upaya memberikan kesiapan untuk menghadapi pendidikan di sekolah atau

sebagai upaya sosialisasi terhadap anak-anak, sehingga masyarakat yang

berguna dan mampu menyesuaikan diri.

Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, yang dapat mendorong

orang tua agar mendidik anak-anak di lingkungan keluarga, ada lagi satu hal

yang perlu diperhatikan yaitu; mengingat kondisi anak itu sendiri, baik secara

fisik maupun mental ia mutlak memberikan bimbingan dan pengembangan ke

arah yang positif. Kalau tidak maka dikhawatirkan fitrah yang tersimpan, yang

merupakan benih-benih bawaan itu akan terlantar atau akan menyimpang.

Perlu diingat bahwa pada diri anak itu terdapat kecenderungan-

kecenderungan ke arah yang baik, akan tetapi dilengkapi dengan

kecenderungan ke arah yang jahat. Maka tugas pendidik dalam hubungan ini

adalah menghidup-suburkan kecenderungan ke arah yang baik. Dan

menjinakan kecenderungan ke arah yang jahat.

3.3 Keluarga sebagai landasan Pendidikan bagi anak

Di dalam keluarga yang teratur dengan baik dan sejahtera, seorang

anak akan memperoleh latihan-latihan dasar dalam mengembangkan sikap

social yang baik dan kebiasaan berprilaku.

Dalam ikatan keluarga yang akrab dan hangat, seorang anak akan

memperoleh pengertian tentang hak, kewajiban dan tanggung jawab yang

diharapkan.

12

Page 16: Tugas mandiri agama

Bilamana menghadapi seseorang dalam pergaulan yang santai dan

menganggap hidup itu selalu membahagiakan, akan diketahui bahwa latar

belakang kehidupan keluarganya, menyebabkan dia selalu melihat sisi positif

dalam kehidupannya.

1.     Keluarga memiliki fungsi, yaitu :

1. Mendapatkan keturunan dan membesarkan anak.

2. Memberikan afeksi atau kasih sayang, dukungan dak keakraban.

3. Mengembangkan kepribadian.

4. Mengatur pembagian tugas, menambahkan kewajiban, hak dan

tanggung jawab.

5. Mengajarkan dan meneruskan adat istiadat, kebudayaan, agama dan

nilai moral kepada anak.

2.     Adapun upaya-upaya yang dilakukan orang tua kepada anak, diantaranya

sebagai berikut :

1. Pada saat anak berusia tujuh hari, lakukanlah aqiqah sebagai sunnah

Rasulullah saw.

2. Orang tua hendaknya mendidik anak tentang ajaran agama seperti

rukun iman, rukun islam, cara-cara berwudhu, bacaan dan gerakan

shalat, doa-doa, baca tulis Al-Qur’an, menghafal Al-Qur’an, berdzikir,

hokum-hukum (haram, halal, wajib dan sunnah) dan akhlak terpuji.

3. Orang tua hendaknya memelihara hubungan yang harmonis antar

anggota keluarga (ayah, ibu dan ank-anak).

4. Karena orang tua merupakan pembina pribadi atau akhlak anak yang

pertama dan sebagai tokoh yang di identifikasi dan di imitasi atau di

tiru oleh anak, maka mereka memiliki kepribadian yang baik atau

berakhlakul karimah.

5. Orangtua hendaknya memperlaukan anak dengan cara yang baik.

Sikap dan perilaku oranmg tua yang baik diantaranya :

memberikan curahan kasih sayang yang ikhlas.

menerima anak sebagimana adanya.

bersikap atau menghormati pribadi anak.

mau mendengar keluhan anak.

13

Page 17: Tugas mandiri agama

memaafkan kesalahan anak.

memperbaiki kesalahan anak dengan pertimbangan atau

alasan-alasan yang tepat.

6. Orang tua hendaknya tidak memperlakukan anak secara otoriter

(perlakukan yang keras), karena akan mengakibatkan perkembagan

pribadi atau akhlak akan yang tidak baik, dan juga tidak permisif,

karena akan mengakibatkan berkembangnya anak yang kurang

bertanggungjawab, atau kurang memperhatikan tata nilai yang

dijunjung tinggi dalam masyarakat.

3.     Bentuk-bentuk keluarga

Dalam norma ajaran sosial, asal usul keluarga terbentuk dari perkawinan

(laki-laki dan perempuan dan kelahiran manusia seperti yang ditegaskan

Allah dalam surah An-Nisa ayat 1 yang berbunyi :

“Dan Ia ciptakan dari padaNya pasangannya dan Ia tebarkan dari

keduanya laki-laki dan perempuan yang banyak”

Asal-usul ini erat kaitannya dengan aturan Islam bahwa dalam upaya

pengembanganbiakan keturunan manusia hendaklah dengan melakukan

perkawinan. Oleh sebab itu, pembentukan keluarga di luar peraturan

perkawinan di anggap sebagai perbuatan dosa

Adapun bentuk-bentuk keluarga sebagaimana dijelaskan William

J.Goode dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk :

1. Keluarga nuklir yaitu sekelompok keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu

dan anak-anak yang belum memisahkan diri membentuk keluarga

tersendiri.

2. Keluarga luas yaitu keluarga yang terdiri dari semua orang yang

berketurunan dari kakek, nenek yang sama termasuk dari keturunan

masing-masing istri dan suami.

3. Keluarga pangkal yaitu jenis keluaarga yang menggunakan sistem

pewarisan kekayaan pada satu anak yang paling tua, seperti banyak

terdapat di Eropa pada zaman Feodal, para imigran Amerika Serikat,

zaman Tokugawa di Jepang, seorang anak yang paling tua

bertanggungjawab terhadap adik-adiknya yang perempuan sampai ia

menikah, begitu pula terhadap saudara laki-laki yang lainnya.

14

Page 18: Tugas mandiri agama

4. Keluarga gabungan yaitu keluarga yang terdiri dari orang-orang yang

berhak atas hasil milik keluarga, mereka antara lain saudara laki-laki

pada setiap generasi, dan sebagai tekanannya pada saudara laki-laki,

sebab menurut adat Hindu, anak laki-laki sejak lahirnya mempunyai

hak atas kekayaan keluarganya.

3.4 Pendidikan Keluarga

Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat merupakan

lingkungan budaya pertama dan utama rangka menanamkan norma dan

mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang dianggap penting

bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

Dalam buku The National Studi on Family Strength, Nick dan DE Frain

mengemukakan beberapa  hal tentang pegangan menuju hubungan keluarga

yang sehat dan bahagia, yaitu :

1)    Terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga.

2)    Tersedianya waktu untuk bersama keluarga.

3)    Interaksi segitiga anatara ayah, ibu dan anak.

4)    Saling menghargai dalam interaksi ayah, ibu dan anak.

5)    Keluarga menjadi prioritas utama dalam setiap situasi dan kondisi.

Seiring kriteria keluarga yang diungkapkan diatas, memberikan

beberapa fungsi pada pendidikan keluarga yang terdiri dari fungsi biologis,

edukatif, religious, protektif, sosialisasi dan ekonomis. Dari beberapa fungsi

religious dianggap fungsi paling penting karena sangat erat kaitannya dengan

edukatif, sosialisasi dan protektif. Jika fungsi keagamaan dapat dijalankan

maka keluarga tersebut akan memiliki kedewasaan dengan pengakuan pada

suatu system dan ketentuan norma beragama yang direalisasikan di

lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman akidah sejak dini telah

dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 132 yang berbunyi :

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan kepada anak-anaknya,

demikian juga Ya’kub. Ibrahim berkata : hai anak-anakku, sesungguhnya

Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali

dalam keadaan islam”.

15

Page 19: Tugas mandiri agama

Secara garis besar pendidikan dalam keluarga dapat dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu:

1)    Pembinaan Akidah dan Akhlak

Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominan adalah seorang anak

dengan dasar-dasar keimanan, ke islaman, sejak mulai mengerti dan dapat

memahami sesuatu, maka Al-Ghazali memberikan beberapa metode dalam

rangka menanamkan aqidah dan keimanan dengan cara memberikan

hafalan. Sebab kita tahu bahwa proses pemahaman diawali dengan hafalan

terlebih dahulu. Ketika mau menghafalkan dan kemudian memahaminya,

akan tumbuh dalam dirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya

membenarkan apa yang dia yakini. Inilah proses yang dialami anak pada

umumnya. Bukankah mereka atau anak-anak adalah tanggung jawab

sebagaimana telah Allah peringatkan dalam Al-Qur’an yang berbunyi:

“Jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari panasnya api neraka “.

(QS. At-Tahrim : 6)

Muhammad Nur Hafidz merumuskan empat pola dasar dalam

bukunya. Pertama, senantiasa membacakan kalimat tauhid pada anaknya.

Kedua, menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya. Ketiga,

mengajarkan Al-Qur’an dan keempat menanamkan nilai-nilai pengorbanan

dan perjuangan.

Akhlak adalah implementasi dari iamn dalam segala bentuk perilaku,

pendidikan dan pembinaan akhlak. Keluarga dilaksanakan dengan contoh

dan teladan dari orang tua. Perilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan

dan hubungan antara ibu, bapak dan masyarakat. Dalam hal ini Benjamin

Spock menyatakan bahwa setiap individu akan selalu mencari figure yang

dapat di jadikan teladan ataupun idola bagi mereka

Terkait dengan upaya mendidik anak agar berakhlak mulia, Imam Al-

Ghazali memberikan fatwa kepada para orangtua agar mereka melakukan

kegiatan-kegiatan berikut:

a.     Menjauhan anak dari pergaulan yang tidak baik.

b.     Membiasakan anak untuk bersopan-santun.

16

Page 20: Tugas mandiri agama

c.     Memberikan pujian kepada anak yang melakukan amal shalih,

misalnya berperilaku sopan, dan menegur anak yang melakukan

perbuatan buruk.

d.     Membiasakan anak untuk berpakaian yang bersih dan rapih.

e.     Menganjurkan anak untuk berolahraga.

f.      Menanamkan sikap sederhana kepada anak.

g.     Mengizinkan anak untuk bermain setelah belajar.

2)    Pembinaan Intelektual

Pembinaan intelektual dalam keluarga memegang peranan penting

dalam upaya meningkatkan kualitas manusia, baik intelektual, spiritual

maupun sosial. Karena manusia yang berkualitas akan mendapatkan derajat

yang tinggi di sisi Allah SWT sebagaimana firmanNya dalam surah Al-

Mujadalah yang berbunyi :

“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-

orang yang berilmu di antara kalian”.

Nabi Muhammad juga mewajibkan kepadapengikutnya untuk selalu

mencari ilmu sampai kapanpun sebagaimanasabda beliau yang berbunyi:

“mencari ilmu adalah kewajiban bagi muslim dan muslimat”.

3)    Pembinaan Kepribadian dan Sosial

Pembentukan kepribadian terjadi melalui proses yang panjang. Proses

pembentukan kepribadian ini akan menjadi lebih baik apabila dilakukan mulai

pembentukan produksi serta reproduksinalar tabiat jiwa dan pengaruh yang

melatarbelakanginya.

Mengingat hal ini sangat berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat

menjagaemosional diri dan jiwa seseorang. Dalam hal yang baik ini adanya

kewajiban orang tua untuk menanamkan pentingnya memberi support

kepribadian yang baik bagi anak didik yang relative masih muda dan belum

mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocok dilakukan

pada anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan santun dalam bersosial

dengan sesamanya. Untuk memulainya, orang tua bisa dengan mengajarkan

agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak sianak dapat menghormati

orang yang lebih tua darinya.

17

Page 21: Tugas mandiri agama

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pendidikan agama di lingkungan keluarga itu penting sekali artinya

dengan berorientasi kepada firman Allah SWT dalam surat Al Luqman ayat 12

s/d 19, sebab pendidikan di lingkungan keluarga itu adalah pendidikan

pertama dan yang utama, bisa memberi warna dan corak kepribadian anak

seandainya orang tua tidak menyempatkan diri untuk mendidik anak-anaknya

di keluarga sehingga terabai begitu saja karena kesibukan orang tua. Maka

hal ini akan membawa pengaruh yang tidak baik terhadap perkembangan dan

pendidikan anak

4.2 Saran

Pendidikan agama seharusnya diberikan dan diajarkan sejak anak usia

dini, agar ketika dewasa nanti dia sudah terbiasa melakukan apa yang telah

diajarkan orang tua kepadanya. Sehingga pembentukan karakter, kepribadian

dan akhlak akan mendarah daging. Oleh karena itu peran orang tua, pendidik,

tokoh agama sangat dominan dalam memberikan pendidikan agama pada

kehidupan keluarga dan bermasyarakat.

18

Page 22: Tugas mandiri agama

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si.; Heri Gunawan, S.Pd.I., M.Ag.; Dra. Yuyun

Yulianingsih, M.Pd. 2013. Pendidikan Agama Islam dalam

Keluarga. Pustaka Bani Qurais. Bandung.

Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd.. Psikologi Belajar Agama. Pustaka Bani

Qurais. Bandung. 2003.

Bakar Atjeh, Abu. 1968. Mutiara Akhlak 1, Bulan Bintang, Jakarta.

Amin, Ahmad,. 1968. Ilmu Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta.

http://defanani.blogspot.com/2012/10/fungsi-agama-dalam-kehidupan-

masyarakat.html. (Diakses pada tanggal 19 Juni 2013, Pukul

20.34 WIB)

http://jaririndu.blogspot.com/2012/05/peranan-penting-pendidikan-agama-

islam. (Diakses pada tanggal 19 Juni 2013, Pukul 21.49 WIB)

19